• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANDALAN PROSEDUR DAN EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PADA WANITA PEDESAAN MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANDALAN PROSEDUR DAN EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PADA WANITA PEDESAAN MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK

(Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor)

Oleh

IKA ANGGIE WIASTI

H24103901

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

KEANDALAN PROSEDUR DAN EFEKTIVITAS

PENYALURAN KREDIT PADA WANITA PEDESAAN

MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK

(Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

IKA ANGGIE WIASTI

H24103901

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

KEANDALAN PROSEDUR DAN EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PADA WANITA PEDESAAN

MELALUI PENDEKATAN BERKELOMPOK

(Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor) SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

IKA ANGGIE WIASTI H24103901

Menyetujui, Bogor, Agustus 2008

Ir. Budi Purwanto, ME Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar. MSc. Ketua Departemen Manajemen

(4)

ABSTRAK

Ika Anggie Wiasti. H24103901. Keandalan Prosedur dan Efektivitas Penyaluran

Kredit Pada Wanita Pedesaan Melalui Pendekatan Berkelompok (Studi Kasus Karya Usaha Mandiri Cabang Nanggung, Bogor). Di bawah bimbingan Budi

Purwanto.

Salah satu Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Bogor yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat miskin adalah Karya Usaha Mandiri (KUM). KUM merupakan replikator Grameen Bank pertama di Indonesia. Asas pinjaman KUM diantaranya tidak memerlukan jaminan dan penjamin, setiap pinjaman dikenakan biaya administrasi, dan apabila peminjam meninggal dunia, ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar sisa angsuran. Kredit disalurkan melalui pendekatan kelompok, walaupun untuk kepentingan perorangan. Mendasari hal tersebut, pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengkaji pengaruh pinjaman KUM kepada masyarakat ekonomi lemah khususnya perempuan, sehingga KUM dapat mencapai tujuannya, yaitu menyalurkan kredit untuk modal usaha, sehingga nantinya masyarakat golongan miskin diharapkan mampu berdiri sendiri mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraannya.

Penelitian bertujuan (1) Mengetahui keandalan prosedur pemberian kredit berkelompok, (2) Mengetahui keefektivan kredit KUM dalam perkembangan usaha nasabah, dan (3) Mengetahui pengaruh pinjaman kredit terhadap kesejahteraan rumah tangga nasabah. Data yang dibutuhkan adalah data primer (diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner dengan nasabah KUM) serta data sekunder. Proses pemilihan sampel menggunakan two-steps sampling procedures yaitu prosedur sampling dua tahap. Tahap pertama, pengambilan contoh dilakukan dengan

judgement sampling. Tahap kedua purposive sampling, yaitu pemilihan 40 orang

responden dari cabang Nanggung. Skala Likert digunakan dalam pengukuran, kemudian data diolah menggunakan alat analisis regresi linear berganda dan analisis deskriptif. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 15.

Keandalan pemberian kredit melalui kelompok kepada wanita dapat diandalkan. Wanita dalam hal ini lebih bertanggungjawab selama menjadi nasabah KUM, walaupun tidak terlepas dari peran dan dukungan suami. Wanita yang berusia 35-50 tahun dan berpendidikan tamat SD lebih teratur dalam mengembalikan angsuran dan lebih bertanggung jawab selama menjadi nasabah. Adanya kredit berpengaruh terhadap perkembangan usaha dan kesejahteraan usaha nasabah, tetapi wanita lebih berperan dalam peningkatan kesejahteraan rumah tangga, sedangkan pengaruh suami dalam usaha wanita mempengaruhi perkembangan usaha nasabah. Dalam hal perkembangan usaha, akumulasi dari pinjaman yang telah diperoleh mempengaruhi produksi, pemasaran, dan perubahan pendapatan nasabah. Frekuensi nasabah selama memperoleh kredit mempengaruhi pemasaran, dan jangka waktu nasabah dalam mengembalikan kredit mempengaruhi produksi usaha nasabah. Sedangkan pada kesejahteraan rumah tangga, wanita berpengaruh terhadap kesehatan, perumahan serta akses terhadap teknologi dan informasi. Jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah berpengaruh terhadap perumahan, dan akumulasi kredit yang diperoleh berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga nasabah.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1985, sebagai putri pertama dari dua bersaudara, pasangan Winarno S.S dan Sri Astuti. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Dasar Negeri Babadan 1 Wlingi, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Wlingi Kabupaten Blitar, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Tahun 2003 penulis lulus dari SMUN 1 Kedungwaru Tulungagung dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur USMI pada program studi Teknologi Pangan dan Gizi. Tahun ketiga penulis pindah departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi mahasiswa, pada tahun ketiga penulis bergabung dalam Centre Of M@nagement (COM@) periode 2005-2006 sebagai staf direktorat Administrasi, Keuangan, dan Kesekretariatan, serta HMI Komisariat FEM. Kemudian pada periode 2007-2008 penulis bergabung kembali dalam COM@ sebagai staf direktorat Information and

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Efektivitas Penyaluran Kredit pada Wanita Pedesaan Melalui Pendekatan Berkelompok (Studi Kasus KUM Cabang Nanggung, Bogor)”. Dasar pertimbangan yang digunakan memilih judul tersebut karena penulis melihat bahwa kredit selama ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai jaminan. KUM sebagai salah satu LKM memberikan kredit tanpa agunan melalui pendekatan berkelompok kepada masyarakat miskin. Untuk itu penulis ingin mengetahui efektivitas kredit yang diberikan KUM serta keandalan dari adanya kelompok melalui wawancara menggunakan kuesioner kepada nasabah.

Atas terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Budi Purwanto, ME yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan pengarahan, bimbingan, saran, dan ilmu dalam penyempurnaan skripsi ini.

2. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM dan Farida Ratna Dewi SE, MM yang telah berkenan menjadi penguji dan memberikan banyak masukan dalam skripsi. 3. Dr. Ir Sedarnawati Yasni M.Agr atas informasi, bimbingan dan bantuan

pencarian tempat penelitian.

4. Dr. Mat Syukur atas informasi dan kesediannya menghubungkan penulis dengan Karya Usaha Mandiri.

5. Murtadho, SH. MM sebagai pembimbing di KUM atas kesediaannya melakukan wawancara, dan memberikan informasi selama penelitian.

6. Bapak, Ibu, dan Fandy Natahiwidha atas semua doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan keikhlasan yang tak tergantikan oleh apapun.

7. Bapak-bapak di KUM atas kesedian, keramahan, bantuan, dan informasi kepada penulis selama pencarian data di lapangan dalam penelitian.

(7)

Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis susun dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukan.

Bogor, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.4. Kegunaan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit ... 5

2.1.1. Pengertian Kredit... 5

2.1.2. Tujuan dan Fungsi Kredit... 6

2.1.3. Jenis-jenis Kredit... 7

2.1.4. Penilaian Kredit... 8

2.1.5. Prosedur Umum Perkreditan... 10

2.1.6. Efektivitas Kredit... 11

2.2. Kredit UMKM... 12

2.3. Kredit ke Perempuan... 15

2.3.1. Perempuan Sebagai Penerima Kredit... 15

2.3.2. Perempuan dan Kesejahteraan Rumah Tangga... 16

2.4. Grameen Bank ... 17

2.4.1. Falsafah Grameen Bank ... 18

2.4.2. Prinsip-prinsip Grameen Bank... 18

2.4.3. Replikasi Grameen Bank di Malaysia... 18

2.4.4. Replikasi Grameen Bank di Indonesia... 20

2.5. Penyaluran Kredit Berkelompok... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Pengambilan Sampel... 26

3.4. Pengumpulan Data ... 27

3.5. Pengolahan dan Analisis Data... 28

3.5.1. Regresi Linear Berganda... 29

(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum... 34

4.1.1. Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 34

4.1.2. Karya Usaha Mandiri ... 39

4.1.3. Prinsip KUM ... 40

4.1.4. Penyesuaian Operasional KUM ... 41

4.1.5 Unit pelaksana KUM... 43

4.1.6. Wilayah Operasional KUM... 46

4.1.7. Perkembangan Jumlah Pinjaman / Kredit ... 47

4.2. Peranan Wanita ... 48

4.3. Proses Penyaluran Kredit Berkelompok... ... 51

4.3.1. Survey Lokasi ... 52

4.3.2. Pertemuan Umum (PU)... 53

4.3.3. Uji Kelayakan (UK) ... 53

4.3.4. Kumpulan... 53

4.3.5. Latihan Wajib Kumpulan (LWK) ... 57

4.3.6. Uji Pengesahan Kumpulan (UPK) ... 58

4.3.7. Rembug Pusat ... 59

4.3.8. Kelancaran Kredit ... 65

4.4. Perkembangan Usaha Nasabah ... 67

4.4.1. Produksi ... 68

4.4.2. Pemasaran ... 70

4.4.3. Perubahan Keuntungan ... 72

4.5. Kesejahteraan Rumah Tangga... 75

4.5.1. Pendidikan... 76

4.5.2. Kesehatan... 78

4.5.3. Perumahan... 79

4.5.4. Konsumsi Rumah Tangga... 81

4.5.5. Akses Terhadap Teknologi dan Informasi... 83

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rekapitulasi penduduk miskin wilayah penelitian tahun

2006 (www.bogorkab.go.id)... 36 2. Pengaruh suami terhadap peranan wanita dalam usaha... 49 3. Frekuensi menerima pinjaman dan akumulasi pinjaman

yang telah diperoleh nasabah... 63 4. Tabungan wajib mingguan sesuai jumlah pinjaman... 64 5. Pengaruh umur, pendidikan, jenis usaha, dan pendapatan

responden per minggu terhadap kelancaran kredit... 66 6. Faktor yang mempengaruhi produksi nasabah... 69 7. Hasil uji F produksi usaha nasabah... 69 8. Variabel yang mempengaruhi pemasaran usaha

nasabah... 71 9. Hasil uji F pemasaran usaha nasabah... 72 10. Variabel yang mempengaruhi perubahan keuntungan

nasabah... 73 11. Hasil uji F akumulasi pinjaman nasabah... 74 12. Variabel yang mempengaruhi pendidikan anak nasabah…… 77 13. Hasil uji F pendidikan anak nasabah... 77 14. Variabel yang mempengaruhi perubahan kesehatan nasabah 79 15. Hasil uji F perubahan kesehatan nasabah... 79 16. Variabel yang mempengaruhi perumahan nasabah... 80 17. Hasil uji F perumahan nasabah... 81 18. Variabel yang mempengaruhi perubahan konsumsi RT

nasabah... 82 19. Hasil uji F perubahan konsumsi RT nasabah... 83 20. Variabel yang mempengaruhi akses terhadap teknologi dan

informasi nasabah... 84 21. Hasil uji F akses terhadap teknologi dan informasi nasabah.. 85

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Siklus perkreditan……… 10

2. Kerangka pemikiran penelitian... 26

3. Struktur organisasi Karya Usaha Mandiri... 44

4. Perkembangan jumlah pinjamjaman KUM tahun 1989-2007... 47

5. Jumlah penyaluran pinjaman menurut sektor usaha... 48

6. Usia responden... 50

7. Tingkat pendidikan responden... 50

8. Jenis usaha responden... 50

9. Omset per minggu responden... 51

10. Keterlibatan suami terhadap usaha responden... 51

11. Tahap Pelaksanaan dan Keanggotaan KUM... 52

12. Kesulitan responden dalam penentuan kelompok... 54

13. Kepedulian responden terhadap sesama anggota dalam kelompok ... 55

14. Keutuhan kelompok responden... 55

15. Responden yang pernah menjadi ketua kelompok... 56

16. Kehadiran responden dalam minggon... 57

17. Perkembangan dan komposisi anggota KUM tahun 1989 -1995... 58

18. Perkembangan anggota KUM (1996-2007)……….. 59

19. Penyaluran Kredit KUM dengan Sistem 2-2-1... 60

20. Kemampuan Responden dalam Membayar Angsuran... 61

21. Perkembangan tabungan kumpulan dan tabungan sukarela (1999-2007)... 64

22. Perubahan produksi setelah memperoleh kredit... 68

23. Perubahan pemasaran usaha responden setelah memperoleh kredit……… 70

24. Perubahan keuntungan responden setelah menerima kredit... 73

25. Kondisi pendidikan anak nasabah selama memperoleh kredit 76 26. Perubahan kondisi kesehatan responden setelah menerima kredit... 78

27. Perubahan kondisi rumah nasabah setelah memperoleh kredit... 80

28. Sebaran jawaban responden terhadap variabel konsumsi rumah tangga... 82

29. Sebaran jawaban responden mengenai variabel akses terhadap teknologi dan informasi... 83

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pelaksanaan program GB di Bangladesh... 91 2. Pembagian proporsional responden berdasarkan jumlah

nasabah... 93 3. Lembar kuesioner... 94 4. Jumlah jenis sarana kesehatan di wilayah kabupaten Bogor

tahun 2006... 98 5. Sarana perumahan di wilayah kabupaten Bogor tahun 2006.. 99 6. Hasil analisis regresi linear berganda... 100

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tahun 2006 penduduk Indonesia yang tergolong miskin sebanyak 39,3 juta orang, hal ini berarti 17,75% dari penduduk Indonesia berada dalam garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Menurut BPS pada tahun 2006 garis kemiskinan penduduk perkotaan ditetapkan sebesar Rp 175.324 per kapita per bulan, garis kemiskinan perdesaan sebesar Rp 131.256 per kapita per bulan (BPS, 2007). Mereka dikategorikan miskin jika memiliki pendapatan di bawah Rp 131.256 per bulan.

Mereka yang masuk dalam golongan miskin ini mayoritas mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses dalam pelayanan pendidikan, kesehatan, perumahan, maupun dalam hal ekonomi. Untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan, diperlukan adanya peluang dalam bidang ekonomi maupun investasi, selain itu juga diperlukan pelayanan bagi mereka dalam bidang kesehatan dan pendidikan. World Development Report 2000/2001 : Attacking

Poverty menawarkan suatu strategi untuk memerangi kemiskinan melalui tiga

cara, yaitu meningkatkan peluang, memfasilitasi pemberdayaan, dan meningkatkan ketahanan bagi kaum miskin.

Untuk mengurangi kemiskinan di wilayah kabupaten Bogor, terdapat beberapa lembaga keuangan yang berfungsi membantu kaum miskin, yaitu dengan menambah modal untuk menjalankan usaha agar tetap bisa bertahan hidup. Salah satu bentuk lembaga keuangan yang ada yaitu Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri (YP-KUM atau biasanya disebut dengan KUM) yang telah berdiri sejak tahun 1989. KUM sebagai replikator

grameen bank pertama di Indonesia adalah sebuah lembaga yang bergerak

dalam bidang pelayanan, konsultasi, dan pengembangan pembiayaan mikro yang ditujukan khusus bagi rumah tangga miskin di pedesaan (Thoha, 2000).

Grameen Bank (GB) pertama kali terbentuk di Bangladesh. Disini GB

(14)

dengan alasan bahwa “umumnya wanita lebih serius, bertanggung jawab, dan melihat ke depan dengan strategi lebih terencana untuk memperbaiki kondisi kehidupan keluarganya, sementara pria tidak peduli mengenai hal-hal seperti itu” (www.kompas.com). Model pembangunan yang diadopsi dari Bangladesh ini bergerak melalui suatu model sistem keuangan pedesaan yang efektif dalam penyaluran dan pengembalian kredit (kredit mikro).

GB memberikan kredit mikro tanpa jaminan kepada orang yang benar-benar miskin (utamanya perempuan) untuk tujuan pengembangan taraf perekonomian dengan cara mereka sendiri. Kredit ini diberikan kepada nasabah secara perorangan melalui berkelompok (satu kelompok terdiri dari lima orang yang memiliki karakteristik sosial ekonomi hampir sama, pendidikan, umur, dan lokasi tempat tinggal yang berdekatan). Hal ini berbeda dengan lembaga keuangan lain yang memberikan kredit secara perorangan. Kredit yang telah diperoleh biasanya digunakan oleh nasabah untuk mengembangkan usaha mikro seperti berdagang kecil-kecilan, usaha tani, dan lain sebagainya.

Dengan diperolehnya pinjaman, diharapkan dari segi tingkat kesejahteraan akan meningkat. Adapun indikator yang digunakan untuk melihat adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga diantaranya adalah kesehatan, pendidikan, perumahan, konsumsi pengeluaran rumah tangga (BPS Provinsi Jawa Barat, 2006). Selain indikator di atas, akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi juga merupakan indikator yang digunakan oleh BPS pada Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005.

Berdasarkan hal tersebut, maka pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengkaji pengaruh pinjaman KUM kepada masyarakat ekonomi lemah khususnya perempuan, sehingga dengan program tersebut KUM dapat mencapai tujuannya, yaitu menyalurkan kredit untuk modal /menambah modal usaha, sehingga masyarakat golongan miskin diharapkan mampu berdiri sendiri untuk mengembangkan usahanya (KUM, 2007).

1.2. Perumusan Masalah

Partisipasi perempuan merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan. Upaya pengembangan usaha mikro yang

(15)

dilakukan oleh perempuan menjadi penting, karena perempuan berhadapan dengan kendala-kendala tertentu yang dikenal dengan istilah tripple burden of

women, yaitu ketika mereka ‘diminta’ menjalankan fungsi reproduksi,

produksi, sekaligus fungsi sosial di masyarakat pada saat yang bersamaan (Hastuti et al., 2003). Hal tersebut menyebabkan kesempatan perempuan untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada menjadi sangat terbatas. Sebagian besar perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan yang tidak memerlukan kualitas pengetahuan dan keterampilan spesifik. Pekerjaan-pekerjaan ini biasanya kurang memberikan jaminan perlindungan secara hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai, serta kondisi kerja yang memprihatinkan dan pendapatan yang rendah.

Pinjaman KUM diberikan kepada masyarakat ekonomi miskin di Kabupaten Bogor (utamanya perempuan) untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kebanyakan dari mereka melakukan usaha dikarenakan upah/gaji dari suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Asas pinjaman KUM adalah: (1) tidak memerlukan jaminan dan penjamin; (2) setiap peminjam dikenakan biaya administrasi pinjaman; (3) apabila peminjam meninggal dunia, ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar sisa angsuran (KUM, 2007). Kredit disalurkan melalui pendekatan kelompok, walaupun untuk keperluan perorangan.

Dengan adanya pinjaman yang diharapkan mampu mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat miskin sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekundernya. Perempuan disamping sebagai ibu rumah tangga dan istri, mereka juga berperan dalam membantu mencari nafkah tambahan bagi keluarga, disamping suami yang juga mencari nafkah utama. Perempuan yang mendapatkan pinjaman dari KUM bisa membuka usaha di sekitar rumahnya, dengan demikian pekerjaan rumah tetap bisa dikerjakan dan sekaligus memperoleh penghasilan tambahan. Pinjaman tersebut diberikan melalui pendekatan berkelompok, walaupun penggunaannya untuk kepentingan pribadi masing-masing anggota. Untuk dapat mengetahui pengaruh dari pinjaman KUM maka diharapkan dari penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan seperti :

(16)

1. Bagaimana keandalan pemberian kredit oleh KUM mengingat kredit yang diberikan tidak secara langsung kepada nasabah perorangan melainkan melalui kelompok?

2. Bagaimana keefektivan kredit yang diberikan oleh KUM dalam perkembangan usaha nasabah?

3. Bagaimana pengaruh kredit yang diberikan oleh KUM pada akhirnya mampu meningkatkan kondisi ekonomi rumah tangga nasabah?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian disusun sebagai berikut :

1. Mengetahui keandalan prosedur pemberian kredit berkelompok.

2. Mengetahui keefektivan kredit KUM dalam perkembangan usaha nasabah. 3. Mengetahui pengaruh kredit terhadap kesejahteraan rumah tangga

nasabah.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait, seperti :

1. Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada KUM untuk mengetahui pengaruh dari adanya kelompok dan keefektivan kredit yang disalurkan kepada nasabah KUM. Sehingga efektif dalam melaksanakan program peminjaman kredit kepada masyarakat kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan dengan pemberdayaan usaha mikro yang mandiri dan berkelanjutan.

2. Umum

a. Mengetahui kelebihan pemberian kredit secara berkelompok dibandingkan kredit kepada perorangan (seperti pemberian kredit yang pada umumnya digunakan oleh lembaga keuangan yang ada).

b. Mengetahui dampak adanya pinjaman kredit dalam meningkatkan perkembangan usaha maupun kesejahteraan rumah tangga bagi peminjam kredit yang pada akhirnya mampu menumbuhkan minat masyarakat kecil lainnya untuk mulai mengembangkan usaha.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kredit

2.1.1. Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberi kredit (disebut kreditur) percaya bahwa penerima kredit (disebut debitur) pada masa yang akan datang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan berupa uang, barang, atau jasa (Suyatno et al, 1991).

Sedangkan menurut UU No. 7 tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 (Dendawijaya, 2001), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Kasmir (2004), mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan, keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali.

2. Kesepakatan, suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu, masa pengembalian kredit yang telah disepakati bersama.

4. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/macet dalam pemberian kredit.

(18)

5. Balas jasa, keuntungan atas pemberian suatu kredit atau pembiayaan yang dikenal sebagai bunga untuk bank konvensional atau bagi hasil untuk bank syariah.

2.1.2. Tujuan dan Fungsi Kredit

Syukur et al (1993) menyatakan bahwa akses pada kredit adalah satu hak dasar manusia yang sangat fundamental. Akses kredit akan berdampak bagi seseorang sehingga dapat meningkatkan pendapatannya (terutama masyarakat berpendapatan rendah), maka kebutuhan dasar lainnya dapat dijangkau (kebutuhan papan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dsb). Kredit sangat bermanfaat dalam menciptakan peluang kerja dan berusaha di pedesaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan/upaya mengurangi kesulitan hidup masyarakat yang termasuk dalam kelompok miskin (Mubyarto dalam Pardosi, 1998).

Adapun tujuan dari lembaga keuangan memberikan kredit kepada nasabah adalah untuk:

1. Mencari keuntungan, pemberian kredit merupakan upaya untuk memperoleh hasil dalam bentuk bunga yang diterima oleh lembaga keuangan sebagai balas jasa dan profisi kredit yang dibebankan kepada nasabah, dengan harapan nasabah yang memperoleh kredit pun bertambah maju dalam usahanya. Keuntungan nasabah ini penting untuk kelangsungan hidup lembaga keuangan dan kemajuan usaha nasabah.

2. Membantu usaha nasabah, yaitu nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja, sehingga debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak lembaga keuangan, maka semakin banyak pengusaha yang dapat berkembang, sehingga mendukung pembangunan di berbagai sektor yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pajak.

(19)

4. Membantu masyarakat, semakin berkembang sektor riil yang diusahakan oleh pengusaha mikro, kecil dan menengah, akan menciptakan kesempatan kerja sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Keberhasilan program kredit mikro sangat bergantung pada LKM yang diberi kepercayaan mengelola dana kredit mikro. Tujuan kredit mikro adalah sebagai berikut:

1. Mendorong proses pembelajaran masyarakat miskin dalam menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, maupun kegiatan produktif lainnya

2. Meningkatkan jangkauan pelayanan terhadap masyarakat miskin yang tidak memiliki penghasilan dan atau relatif berpendapatan sangat rendah

3. Membuka akses bagi pengusaha kecil yang selama ini tidak mendapat akses pelayanan lembaga keuangan formal yang sudah ada, sebagai upaya penciptaan peluang kerja bagi masyarakat miskin setempat

4. Mengurangi kesenjangan (gap) antara sisi penawaran (supply side) yang terbatas dengan sisi permintaan (demand side) yang masih belum dapat dilayani secara keseluruhan khususnya lembaga keuangan formal.

2.1.3. Jenis-jenis Kredit

Kredit dilihat dari tujuannya terdiri dari:

1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperoleh / membeli barang-barang dan kebutuhan lainnya yang bersifat konsumtif.

2. Kredit produksi, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi.

3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan membeli barang-barang untuk dijual kembali. (Suyatno et al, 1991).

(20)

Sedangkan menurut penggunannya, kredit dapat dibagi menjadi:

1. Kredit eksploitasi, adalah kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

2. Kredit investasi, adalah kredit berjangka waktu menengah atau panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Diantaranya untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang memerlukan rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Ketentuan pokok mengenai kredit investasi selalu disesuaikan dengan program pemerintah untuk mendorong kegiatan usaha dengan kesempatan kerja yang besar (Suyatno et al, 1991).

Berdasarkan jangka waktu, kredit dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Kredit jangka pendek (berjangka waktu maksimum satu tahun) 2. Kredit jangka menengah (berjangka waktu 1-3 tahun), dan 3. Kredit jangka panjang (berjangka waktu lebih dari tiga tahun).

Menurut jaminannya, kredit dibedakan menjadi dua, yaitu kredit yang menggunakan jaminan dan kredit yang tidak mempergunakan jaminan. Dan dari segi sektor usaha ada beberapa jenis kredit yaitu kredit pertanian , kredit peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, kredit perumahan, dan sektor-sektor usaha lainnya.

2.1.4. Penilaian Kredit

Selain unsur-unsur pemberian kredit, terdapat beberapa prinsip pemberian kredit. Dalam pemberian kredit, lembaga keuangan harus memperhatikan prinsip pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka lembaga keuangan harus merasa

(21)

yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Hal ini diperoleh dari hasil penilaian sebelum kredit disalurkan. Penilaian kredit oleh lembaga keuangan dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabah. Adapun prinsip penilaian dilakukan dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Character.

Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon

debitur. Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada lembaga keuangan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya.

2. Capacity.

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.

3. Capital

Biasanya lembaga keuangan tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri.

4. Collateral

Jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya.

5. Condition.

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu ditangguhkan, disamping melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang.

Upaya yang menyediakan modal seringkali kurang dapat menjangkau lebih banyak penerima karena beberapa usaha mikro

(22)

mengalami kendala tidak mampu menyediakan jaminan atau agunan. Masalah yang dihadapi pelaksana upaya bila pinjaman tetap diberikan dengan tanpa agunan ternyata pada umumnya kesadaran peminjam (penerima upaya) untuk membayar angsuran rendah, terutama untuk pinjaman yang relatif lebih besar (Hastuti et al., 2003)

2.1.5. Prosedur Umum Perkreditan

Bagi penduduk miskin yang melakukan usaha produktif, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dapat memberikan pelayanan finansial secara ideal adalah LKM yang memiliki ciri-ciri :

1. Prosedur mendapatkan kredit sederhana 2. Persyaratan mudah dipenuhi

3. Biaya perolehan kredit mudah 4. Pemberian kredit tepat

Pengajuan kredit kepada lembaga keuangan pada umumnya melalui beberapa prosedur atau tahapan. Hal ini seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

1 Permohonan kredit 2 Analisis Kredit 3 Persetujuan kredit 4 Perjanjian kredit 5 Pencairan kredit 6 Pengawasan kredit 7a Pelunasan kredit 7b Tambahan kredit 7c Kredit Bermasalah Pengumpulan data dan j i

(kesepakatan bunga, biaya administrasi, agunan)

(23)

Adapun variabel pinjaman kredit yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Tingkat seringnya (frekuensi) nasabah memperoleh kredit 2. Jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah

3. Akumulasi pinjaman yang telah diperoleh oleh nasabah.

2.1.6. Efektivitas Kredit

Suatu model pemberdayaan dikatakan efektif jika model tersebut memiliki sejumlah prinsip dan mekanisme kerja yang solid, yang memungkinkan model tersebut bekerja dengan baik sehingga dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya (Thoha, 2000). Menurut Rosalia (2004), efektivitas secara umum diartikan sebagai pencapaian tugas yang menunjukkan tingkat keberhasilan tugas sesuai dengan tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas kredit adalah kegiatan penyediaan/penyaluran uang atau tagihan yang dilaksanakan dengan tepat serta mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Rifiani dalam Dewi (2001) menyatakan bahwa lembaga perkreditan mempunyai tujuan untuk memperbesar peluang berusaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan penerima kredit, memberikan kemampuan untuk mengintegrasikan diri dengan proses perubahan ekonomi yang ditandai oleh peningkatan proses komersialisasi dan moterisasi. Perluasan usaha dapat dilihat dari:

1. Jumlah dan satuan usaha. Diukur dari tambahan unit usaha dan jenis/ragam usaha yang ada atau yang dapat dibentuk sejak menerima kredit

2. Perkembangan usaha. Dilihat dari kemampuan untuk mengembangkan suatu satuan usaha pada kondisi lebih baik akibat adanya kredit. Hal tersebut meliputi aspek:

a. Produksi, ukurannya adalah peningkatan volume produksi/omset perdagangan.

b. Aspek pemasaran, berkaitan dengan usaha memperluas pangsa pasar dan tata niaga pemasaran

(24)

c. Aspek manajemen, kemampuan mengelola usaha menyangkut dari penyediaan barang, pembelian bahan sampai ke penjualan barang yang dinilai secara kualitatif.

d. Aspek keuangan, menyangkut kebutuhan modal usaha, peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha.

Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk modal atau tambahan modal usaha dikatakan efektif apabila prosedur pembiayaan tergolong mudah, pembiayaan yang diberikan dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan usaha nasabah. Analisis keefektifan pembiayaan ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kinerja pembiayaan yang telah dilakukan oleh Karya Usaha Mandiri.

2.2. Kredit UMKM

Salah satu hambatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk berkembang adalah keterbatasan sumberdaya finansial (Hastuti et al, 2003). Dampak yang diterima akibat keterbatasan tersebut adalah sektor UMKM ini tidak tersentuh oleh pelayanan lembaga keuangan formal (bank). Hal ini dikarenakan lembaga keuangan formal lebih mendukung pengusaha besar dibandingkan pengusaha kecil.

Berdasarkan empat bentuk usaha yang ada di Indonesia, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar, bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat miskin adalah usaha mikro dan usaha kecil. Hal ini dikarenakan bentuk usaha ini tidak membutuhkan terlalu banyak modal dan ketrampilan.

Pengelola kredit mikro (jasa pembiayaan) merupakan salah satu pendekatan dalam pemberdayaan ekonomi (UMKM), dimana dalam pelaksanaannya harus diposisikan sebagai suatu proses pembelajaran masyarakat (terutama masyarakat miskin). Proses pembelajaran dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:

1. Masyarakat diajak untuk mengenal dan belajar tentang prinsip-prinsip pengelolaan dana kredit mikro, sehingga pinjaman tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk keperluan produktif dalam meningkatkan pendapatan keluarga miskin (langsung atau tidak langsung)

(25)

2. Penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kredit mikro tidak boleh menutup peluang atau kesempatan bagi masyarakat miskin dalam mengakses dana BLM dengan berbagai persyaratan dan kriteria yang tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat miskin.

Usaha Mikro sebagaimana menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp50.000.000. Adapun ciri-ciri usaha mikro antara lain :

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

6. Umumnya belum memiliki akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Beberapa bentuk usaha mikro yaitu usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya, industri makanan dan minuman, industri meubel pengolahan kayu dan rotan, usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar, peternakan ayam, itik dan perikanan, usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi

(26)

intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :

1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang

2. Tidak sensitif terhadap suku bunga

3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter

4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. Usaha mikro memiliki kontribusi yang besar bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Beberapa manfaat usaha mikro yang berhasil diidentifikasi langsung baik dari pelaku usaha mikro maupun dari lembaga yang menangani usaha mikro adalah sebagai berikut: (Hastuti et al., 2003) 1. Usaha mikro dianggap dapat meredakan gejolak sosial, karena jenis

usaha ini mudah dimasuki oleh masyarakat kecil. Terutama sejak krisis dan banyak pabrik yang menutup usahanya atau mengurangi karyawannya, usaha mikro menjadi alternatif pilihan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

2. Menjadi ‘katup pengaman’ kebutuhan rumah tangga dan alternatif usaha. Ketika mata pencaharian lain mengalami pasang surut atau kebutuhan keluarga meningkat, usaha mikro yang relatif mudah dimasuki dapat menjadi alternatif usaha sehingga kebutuhan rumah tangga tetap dapat terpenuhi. Seperti di Kabupaten Bantul, usaha mikro menjadi harapan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena hasil pertanian sulit diharapkan.

3. Meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat, khususnya rumah tangga pelaku usaha mikro. Dampak usaha mikro ini diindikasikan dengan semakin membaiknya kondisi fisik rumah para pengusaha mikro/kecil, serta bertambahnya kepemilikan kendaraan. Selain itu pendapatan usaha

(27)

mikro juga digunakan untuk menyekolahkan anak, berobat, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya.

Perkembangan usaha mikro dan kecil mendapat perhatian yang cukup besar mengingat perannya yang strategis, yakni :

1. Jumlahnya besar dalam setiap sektor dan mempunyai potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja

2. Efisien dalam penciptaan kesempatan kerja, setiap penambahan modal memberikan tambahan kesempatan kerja yang cukup besar

3. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan bahan/sumber daya lokal dan hasil produknya relatif terjangkau masyarakat luas.

2.3. Kredit ke Perempuan

2.3.1. Perempuan sebagai Penerima Kredit

Secara nyata tidak ada pembedaan atau pembatasan kesempatan berusaha antara laki-laki dan perempuan, baik untuk usaha mikro maupun usaha kecil. Namun perempuan cenderung memasuki jenis usaha perdagangan dan industri pengolahan makanan. Hal ini karena jenis usaha ini tidak memerlukan keahlian khusus dan umumnya dilakukan di rumah, sehingga perempuan terutama ibu rumah tangga dapat melakukan usaha, sekaligus melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga (Hastuti et al., 2003).

Sayogyo dalam Ayou (2005) menyatakan bahwa

sewajarnyalah jika perempuan khususnya dari lapisan rumah tangga miskin masuk ke dalam bidang ketenagakerjaan. Hal ini terjadi karena peningkatan dan kepadatan penduduk yang cepat serta masuknya perekonomian uang dan teknologi ke pedesaan. Dalam hal ini perempuan desa diakui status sosialnya sebagai istri dan ibu rumah tangga, serta diakui pula sebagai pencari nafkah. Dengan demikian perempuan mempunyai dua posisi atau status dalam kegiatan bekerja yaitu dalam pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan.

Menurut Suadirman (2001), perempuan dari golongan sosial ekonomi menengah lebih memiliki kepercayaan daripada perempuan

(28)

dari golongan ekonomi rendah. Kondisi pendapatan yang cukup, menjamin kelangsungan hidup dan hal ini menciptakan kemandirian dalam perempuan. Besarnya pendapatan akan mempengaruhi tingkat partisipasi responden karena berhubungan dengan kemampuan/daya beli faktor produksi yang dipakai dalam pengelolaan usahanya.

2.3.2. Perempuan dan Kesejahteraan Rumah Tangga

Kegiatan usaha mikro dan usaha kecil tidak lepas dari peran kaum perempuan. Usaha mikro banyak diminati oleh perempuan dengan pertimbangan bahwa usaha ini dapat menopang kehidupan rumah tangga dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan diri (Sumampouw dalam Hastuti et al., 2003).

Kiprah perempuan dalam perekonomian keluarga dan nasional menjadi salah satu bagian penting dalam pembangunan secara keseluruhan. Seiring dengan bertambahnya pendapatan perempuan atau akses perempuan terhadap sumber-sumber daya ekonomi melalui usaha ini, maka kemampuan dan kesempatan mereka bernegosiasi dalam rumah tanggapun meningkat. Posisi tawar mereka berubah dan pendapat mereka mulai diperhitungkan dalam setiap proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Mengingat porsi perempuan dalam usaha mikro cukup menonjol, maka peningkatan ekonomi perempuan dilakukan antara lain melalui upaya berupa program, atau kegiatan penguatan usaha mikro (Hastuti et al., 2003).

Dampak usaha mikro, terutama yang ditekuni oleh perempuan, telah meningkatkan ekonomi perempuan khususnya dan ekonomi keluarga pada umumnya. Bahkan beberapa kasus usaha ekonomi perempuan yang awalnya merupakan usaha sampingan, kini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Dampak lainnya adalah menciptakan lapangan kerja bagi rumah tangga di sekitar usaha mikro, terutama tenaga kerja perempuan (Hastuti et al., 2003).

Menurut Sawidak dalam Appriliani (1996), kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari

(29)

kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif, karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Kesejahteraan dari individu atau keluarga dikatakan tercapai apabila terpenuhi kebutuhan dasarnya.

Kebutuhan dasar (basic need) adalah kebutuhan yang digunakan bagi kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan akan pelayanan sosial tertentu, seperti air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan (Pitomo dalam Appriliani, 1996). Adapun indikator kesejahteraan rumah tangga diantaranya adalah kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, perumahan, konsumsi pengeluaran rumah tangga (BPS Provinsi Jawa Barat, 2006). Selain indikator diatas, akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi juga merupakan indikator yang digunakan oleh BPS pada Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005.

2.4. Grameen Bank (GB)

Istilah grameen berasal dari bahasa Bengali yang berarti desa (Yunus, 2007), jadi GB dapat diartikan sebagai bank desa, tetapi sebenarnya bank itu bukanlah bank pedesaan atau rural bank, melainkan bank untuk orang-orang termiskin yang tinggal di daerah pedesaan. Grameen Bank adalah sebuah bank di Bangladesh yang melaksanakan pemberian kredit kepada golongan termiskin dalam masyarakat yang tidak mempunyai jaminan kebendaan atau jaminan orang. Profesor Muhammad Yunus mendirikan GB dikarenakan pada umumnya perbankan yang ada hanya diperuntukkan untuk golongan masyarakat yang mampu. Perbankan tidak bersedia melayani kebutuhan kredit masyarakat kecil atau orang-orang miskin karena :

a. Orang-orang miskin tidak mempunyai barang-barang atau kekayaaan yang dapat dijadikan agunan pinjaman.

b. Mereka tidak dapat mengisi formulir-formulir yang rumit karena sebagian besar dari mereka tidak dapat membaca dan menulis.

c. Perbankan tidak suka melayani kebutuhan kredit yang kecil-kecil yang banyak jumlahnya sehingga memerlukan banyak pekerjaan dan mengandung resiko tinggi.

(30)

d. Perbankan takut bunga pinjaman yang diterima tidak dapat menutup biaya pelayanan pinjaman kecil yang banyak jumlahnya tersebut (Thoha, 2000).

2.4.1. Falsafah Grameen Bank

Grameen Bank (GB) adalah suatu konsep kredit yang dirancang untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat miskin di pedesaan. Model pendekatan yang digunakan adalah bottom up

planning, sedangkan filosofi konsep ini adalah suatu pemahaman

bahwa masyarakat mampu merencanakan dan menyelenggarakan proyek investasi yang produktif dengan bertumpu pada kondisi dan kemampuan sendiri. GB bersifat sebagai stimulator dalam mengungkapkan dan mengembangkan kreativitas dan semangat berusaha masyarakat miskin. Sementara itu bantuan dana (kredit) dan konsultasi teknik yang diberikan lebih bermakna sebagai motor pendorong kegiatan ekonomi yang telah mereka pilih (Thoha, 2000).

2.4.2. Prinsip-prinsip Grameen Bank

Program perkreditan GB memiliki beberapa karakteristik (Suharto dalam Thoha, 2000) yaitu :

1. Tidak didasarkan atas kedermawanan, sehingga mampu keluar dari kemiskinan

2. Tidak mengarahkan penggunaan kredit yang diberikan karena diyakini bahwa orang miskin memiliki ketrampilan tertentu yang memungkinkan mereka tetap bertahan hidup.

Sementara itu program perkreditan GB di negara asalnya (Bangladesh) seperti yang tertera pada Lampiran 1.

2.4.3. Replikasi Grameen Bank di Malaysia

Replikasi model GB di Malaysia telah dilakukan sejak tahun 1986 melalui suatu proyek ikhtiar, yang dibantu dalam operasi, riset, dan biaya perjalannya oleh APDC (lembaga regional yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembangunan di negara-negara Asia dan Pasifik) dan Pemerintah Kerajaan Negeri

(31)

Selangor, hibah dari Yayasan Pembangunan Ekonomi Islam Malaysia (YPEIM), dan tenaga ahli kaji tindak dari Universitas Sains Malaysia.

Mekanisme kerja Proyek Ikhtiar pada prinsipnya sama dengan GB, yaitu: (Thoha, 2000)

1. Petugas bank mendatangi desa-desa, dan menilai kelayakan pemohon kredit

2. Peminjam potensial membentuk kelompok, terdiri dari lima orang, bertetangga, umur sebaya dan kondisi sosialnya sama

3. Dipilih ketua dan sekretaris untuk jangka waktu satu tahun. Rapat kelompok minimal satu kali per minggu

4. Pembentukan pusat kelompok yang terdiri dari 4-6 kelompok. Tiap pusat kelompok ada ketua dan wakil ketua. Pertemuan diadakan satu kali seminggu

5. Sebelum menjadi anggota pusat kelompok, dan menerima pinjaman, kelompok yang terbentuk harus mengikuti latihan mengenai falsafah dan prinsip operasional GB

6. Setelah lulus latihan, dua orang dalam kelompok menerima pinjaman, kemudian mengangsur secara mingguan. Setelah mengangsur 6 kali secara teratur, dua anggota lainnya baru diberi pinjaman. Ketua kumpulan menerima pinjaman setelah 12 minggu 7. Setiap peminjam dikenakan tabungan 5% dari jumlah pinjaman

sebagai tabungan kumpulan. Penggunaan harus desetujui anggota yang lain. Tiap peminjam menabung 1 ringgit (Rp 760,-) per minggu

8. Pinjaman dikenakan tanpa jaminan dan tidak dikenakan bunga. Biaya administrasi 75 ringgit untuk sewa kantor dan gaji karyawan

9. Pinjaman harus dimanfaatkan paling lambat 7 hari setelah diterima, dibayar 50 kali angsuran, setelah melewati tenggang waktu 2 minggu

10. Bila anggota tidak bisa membayar karena sakit atau hal lain, anggota kumpulan dan pusat bertanggung jawab membayar. Bila

(32)

peminjam meninggal dibayar ahli waris atau dihapus apabila ahli waris tidak mampu

11. Semua transaksi dilakukan waktu pertemuan kelompok pusat 12. Bila peminjam pertama sebesar 500 ringgit (Rp 400.000,-) sudah

dilunasi maka pinjaman ke dua dapat diberikan, dan seterusnya Proyek ikhtiar berakhir pada bulan Juni 1998 dan dilembagakan dalam bentuk Trust dengan nama Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM). Tahun 1990 jumlah anggota meningkat menjadi 1.123 orang (91% wanita). Dana diperoleh dari pinjaman pemerintah tanpa bunga. Dengan keberhasilan ini AIM telah mengembangkan kegiatannya ke negara bagian termiskin di Malaysia.

2.4.4. Replikasi Grameen Bank di Indonesia

Diawali dari kaji tindak GB di Karya Usaha Mandiri saat ini telah terdapat beberapa replikator GB di Indonesia. Pihak perbankan mempunyai potensi besar untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan kelompok masyarakat. Sebagai contoh Citi Bank melalui Grameen

Trust dan program Citibank Peka (Peduli dan Berkarya) telah

menyalurkan dana dari Citigroup Foundation untuk mendukung lembaga kredit mikro di Indonesia diantaranya (www.citibank.com): Bangun Karya Central Java Project (BKCJP) adalah lembaga pengabdian masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang melakukan pengelolaan bantuan kredit modal bagi 885 keluarga miskin di Karanganyar Jawa Tengah dengan pinjaman rata-rata sebesar Rp 200 ribu – 250 ribu., Yayasan Pokmas Mandiri (YPM) di Medan yang telah menyalurkan dana dari Grameen Trust untuk melayani kredit modal kepada 785 keluarga miskin di Galang Propinsi Sumatera Utara, Yayasan Paluma yang telah memberikan kredit kepada 44 orang dengan pinjaman rata-rata sebesar Rp 500 ribu sejak yayasan tersebut menerima dana bantuan dari Citibank Peka pada Maret 2001, Yayasan Dharma Bakti Parasahabat (YDBP) yang menyalurkan dana dari Grameen Trust untuk kegiatan pemberian kredit modal kepada 1.200 keluarga miskin di Sukatani, Bekasi dan

(33)

1.500 keluarga di Pedes, Karawang, Propinsi Jawa Barat (namun pada tahun 2007 YDBP mengalami kerugian dikarenakan tingkat pengembalian dari nasabah yang rendah), Yayasan Mitra Usaha (YMU) yang menyalurkan dana dari Grameen Trust yang digunakan untuk bantuan kredit modal kepada 640 peminjam di desa Taruma Jaya Propinsi Jawa Barat, dan Yayasan Siti Khadijah (YSK) di Jakarta menyalurkan dana dari Grameen Trust untuk kredit modal kepada 750 keluarga yang memerlukan di Mijen Semarang. Peminjam pada umumnya adalah wanita yang berusaha kecil-kecilan seperti usaha makanan, kain, obat-obatan tradisional, warung, katering, dan menjahit.

2.5. Penyaluran Kredit Berkelompok

Pemberian kredit kepada debitur usaha mikro secara kelompok diperkenalkan di Indonesia oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan GTZ dalam Program PHBK (Pengembangan Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat) pada periode antara tahun 1989 sampai sekitar tahun 2000. Program ini bertujuan untuk mengembangkan hubungan antara perbankan dan kelompok usaha mikro melalui pemberian bantuan teknis kepada bank dan pendamping (LPSM) serta instansi pemerintah yang mengembangkan usaha mikro di semua sektor kegiatan ekonomi, dengan pendekatan kelompok. Menurut penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu penelitian Studi Tunggakan Kredit untuk Memperbaiki Kualitas Portfolio PHBK oleh Bank Indonesia pada tahun 2000 di dalam buku Laporan Penelitian Evaluasi Konsep PHBK oleh Bank Indonesia tahun 2002, diperoleh informasi bahwa tunggakan yang terjadi pada kredit kelompok disebabkan antara lain hal-hal sebagai berikut (Saptono dan Widiyatmanta, 2006):

1. Adanya variasi kondisi kelompok yang dibentuk/dibiayai bank yang pada umumnya tidak sesuai dengan konsep kelompok menurut PHBK, misalnya tidak ada kelengkapan organisasi atau kelengkapan organisasi kelompok tidak berfungsi (misalnya tidak ada pertemuan anggota secara reguler, tidak ada pembagian tugas antar pengurus atau anggota, tanggung renteng

(34)

tidak dapat direalisasikan), keterlibatan nasabah dalam kelompok tidak berlangsung lama, serta pembentukan kelompok yang terkesan asal-asalan karena faktor waktu, biaya, dan tenaga.

2. Bank yang berhenti total memberikan kredit secara kelompok (selama kurun waktu tahun 1994 sampai 1999 ada sebanyak 15,3% dari bank sampel) terutama disebabkan oleh adanya tunggakan kredit, bank kekurangan tenaga untuk pembinaan kelompok, dan nasabah menolak tanggung renteng.

3. Sistem tanggung renteng tidak dapat direalisasikan meskipun secara tertulis telah disepakati oleh kelompok dan bank pemberi kredit, nasabah tidak mampu membayar tabungan beku, anggota tidak paham dengan tanggung renteng, atau anggota ingkar janji.

4. Prosedur perkreditan tidak sesuai dengan konsep PHBK, yaitu dalam penyerahan kredit dan penagihannya.

Pembentukan kumpulan adalah kunci keberhasilan bagi setiap program perkreditan Grameen Bank. Seseorang yang status sosial dan ekonominya berada jauh dibawah standar dan melakukan perbaikan nasib seorang diri, maka yang muncul adalah bayangan dari sebuah kegagalan, namun apabila kegiatan perbaikan nasib tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan anggota senasib dan sepenanggungan, maka rasa aman dan percaya diri akan timbul bersamaan dengan datangnya perlindungan dari rekan perkumpulannya. Demikian pula dengan KUM, dimana para anggota KUM membantu kumpulan Rembug Pusat yang didalamnya dapat dijadikan sebagai forum diskusi dan berbagai kegiatan guna mengambil keputusan yang berkaitan dengan pinjaman, penggunaan pinjaman, pelunasan dan pengembalian dari pinjaman tersebut.

Pada sisi lain sebagai perorangan tentunya segala bentuk pengakuan akan diragukan, lain halnya bila mereka berada dalam sebuah perkumpulan, para anggota peminjam akan mendapatkan berbagai tekanan yang sangat halus dari sesama anggota guna meluruskan tindakkannya agar sesuai dengan program perkreditan KUM.

(35)

Didalam KUM juga terdapat ketentuan yang bersifat menguntungkan tetapi sekaligus merugikan bagi anggotanya, yaitu apabila seseorang anggota menunggak dalam pengembalian pinjaman, maka anggota lain yang tergabung dalam kumpulan tersebut akan sulit untuk dapat pengajuan pinjaman kepada KUM. Dengan mengadakan pengelompokan peminjam diharapkan lambat laun kumpulan dapat bergerak dalam usaha bersama yang lebih besar dan sulit dikerjakan oleh perorangan. Sedangkan pembatasan kumpulan dalam skala kecil (lima orang per kumpulan), maka pemusatan kekuasaan seseorang dapat dicegah. Misalnya ketua kumpulan, karena anggotanya hanya lima orang, maka hubungan antar anggota dan ketua jadi lebih dekat, dan dalam hal distribusi informasi menjadi lebih mudah dibandingkan dengan kumpulan yang anggotanya banyak. Didalam kumpulan anggota juga memilih seorang ketua dan sekretaris yang setiap tahun diadakan pergantian secara bergiliran agar setiap anggota mengalami dan menghayati tanggung jawab atas jabatan yang diembannya.

Untuk menjadi anggota KUM, maka ada ketentuan yang harus ditaati bersama yaitu anggota wanita harus membentuk kumpulan sesama wanita pula. Sedangkan tingkat pendidikannya diharapkan tidak terlalu jauh jaraknya sehingga dapat dengan mudah dalam melakukan komunikasi diantara sesama anggota. Hanya saja sekali lagi diingatkan bahwa selain hal tersebut diatas, yang harus ditaati oleh anggota tempat tinggalnya saling berdekatan, maka yang harus dijauhkan adalah hubungan antar anggota karena dalam kumpulan tidak dibenarkan adanya tali persaudaraan diantara sesama anggota kumpulan (KUM, 2007).

(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sebagai salah satu replikator Grameen Bank pertama di Indonesia, Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri yang ditujukan bagi rumah tangga miskin di pedesaan Kabupaten Bogor, membantu mereka keluar dari kemiskinan melalui pelayanan, konsultasi, dan pengembangan pembiayaan kredit mikro (KUM, 2007). Bentuk pelayanan yang dilakukan adalah penyaluran bantuan kredit untuk tambahan modal usaha bagi masyarakat golongan miskin, mendorong dan memotivasi untuk menabung dan menggunakan pinjaman modal usaha untuk kegiatan produktif. Disela-sela waktu pengembalian kredit, nasabah dapat berkonsultasi mengenai usaha maupun keadaan rumah tangga mereka kepada petugas lapangan. Diharapkan dari kredit yang didapat, akan digunakan untuk mengembangkan usaha mikro yang dikelola oleh nasabah (seperti berdagang kecil-kecilan, bertani, dan lain-lain). Pinjaman ditujukan bagi perempuan pedesaan agar mereka dapat membuka suatu usaha demi menambah pendapatan guna mendukung usaha mereka secara berkelanjutan. Dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat miskin pedesaan, maka tingkat kemiskinan dapat dikurangi.

Asas pinjaman KUM terdiri dari tiga hal, yaitu (KUM, 2007): 1. Tidak memerlukan jaminan dan penjamin

2. Setiap peminjam dikenakan biaya administrasi pinjaman

3. Apabila peminjam meninggal dunia, ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar sisa angsuran.

Kredit diberikan kepada nasabah perorangan melalui pendekatan kelompok. Satu kelompok terdiri dari lima orang yang memiliki karakteristik sosial ekonomi hampir sama, pendidikan, umur, dan lokasi tempat tinggal yang berdekatan. Kredit berkelompok tidak secara langsung diberikan kepada masing-masing anggota kelompok, dalam penyaluran kredit Grameen Bank dikenal istilah 2-2-1. Dalam hal ini kredit pertama

(37)

kali diberikan kepada dua anggota pertama (pengajuan kredit seminggu sebelumnya), pada saat anggota tersebut menerima pinjaman, dua anggota lainnya mengajukan pinjaman, seminggu kemudian mereka akan mendapatkan kredit tersebut. Untuk anggota terakhir (biasanya ketua kelompok) akan mendapatkan pinjaman seminggu setelah dua anggota terakhir mendapat pinjaman kredit. Diharapkan dari pinjaman tersebut dapat dialokasikan untuk meningkatkan pendapatan nasabah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan nasabah.

Keefektivan kredit yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua aspek, yaitu pengaruh pinjaman kredit kepada nasabah terhadap perkembangan usaha dan kesejahteraan rumah tangga nasabah. Perkembangan usaha akan dilihat berdasarkan Rifiani dalam Dewi (2001), salah satu aspek yang digunakan yaitu aspek keuangan (perubahan keuntungan usaha), produksi dan pemasaran produk nasabah. Sedangkan kesejahteraan rumah tangga nasabah dilihat berdasarkan kesehatan, pendidikan, perumahan, dan konsumsi pengeluaran rumah tangga (BPS Provinsi Jawa Barat, 2006). Selain indikator diatas, akses terhadap teknologi komunikasi dan informasi juga merupakan indikator yang digunakan pada

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti yang terlihat pada Gambar 2. YP-KUM sebagai salah satu LKM memberikan bantuan kredit kepada wanita pedesaan melalui pendekatan berkelompok. Hal ini berbeda dengan lembaga lain yang memberikan kredit langsung kepada perorangan. Selain pemberian kredit, dalam kelompok juga terdapat pertemuan mingguan dimana nasabah dapat membayarkan angsurannya. Diharapkan dari kredit yang diberikan akan tercapai efektivitas kredit yang dilihat melalui perkembangan usaha nasabah serta kesejahteraan rumah tangga nasabah yang meningkat. Untuk mengukur besarnya pengaruh penyaluran kredit melalui kelompok dan tercapainya efektivitas kredit, digunakan alat analisis regresi berganda.

(38)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri yang berlokasi di Jl. Raya Leuwiliang Km. 9 Leuwisadeng Bogor. Walaupun terletak di desa yang jauh dari pusat kota, kantor pusat YP-KUM dapat diakses dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Mei 2008. Studi pendahuluan dan wawancara dengan manajer dilakukan pada bulan Maret, sedangkan pencarian data di lapangan dilakukan pada bulan April sampai Mei 2008.

Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri Peminjaman bantuan kredit untuk usaha

Perkembangan usaha nasabah Indikator : • Aspek produksi • Aspek pemasaran • Aspek keuangan Kesejahteraan rumah tangga nasabah meningkat

Indikator : • Kesehatan • Pendidikan • Perumahan

• Konsumsi rumah tangga • Teknologi komunikasi

dan informasi Efektivitas kredit

Diprioritaskan untuk wanita pedesaan Pendekatan kelompok

Pemberian kredit

Pertemuan mingguan Pembayaran

angsuran

(39)

3.3. Pengambilan Sampel

Proses pemilihan sampel menggunakan two-steps sampling

procedures yaitu prosedur sampling dua tahap (Kountur, 2007). Pada tahap

pertama, pengambilan contoh dilakukan dengan teknik judgement sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan pribadi dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria yang digunakan sebagai acuan penarikan sampel (Nazir, 2003). Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai sampel adalah nasabah yang sudah pernah menerima kredit (minimal satu kali menerima kredit dan sudah lunas) karena dengan kriteria tersebut dapat dilihat keberagaman nasabah.

Tahap kedua adalah purposive sampling, pemilihan responden berasal dari desa ataupun kecamatan tetapi masih dalam satu cabang, yaitu cabang Nanggung. Hal ini dikarenakan cabang Nanggung adalah area dengan jumlah nasabah terbanyak dan beragam. Adapun kecamatan yang yang dijadikan sampel adalah lima kecamatan dengan jumlah nasabah terbesar, yaitu kecamatan Pamijahan, Cibungbulang, Leuwiliang, Cigudeg, dan Nanggung. Jumlah sampel yang dipilih adalah 40 orang, karena menurut Singarimbun (1995) bahwa jumlah sampel minimum yang digunakan untuk penelitian adalah 30 orang, maka penarikan sampel sebanyak 40 orang telah memenuhi kriteria minimal. Untuk pembagian nasabah dalam Cabang Nanggung tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 yang terdapat di Lampiran 2 dengan pembagian proporsional menurut jumlah nasabah masing-masing kecamatan.

3.4. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara menggunakan kuesioner dengan penerima kredit. Kuesioner ini berisikan daftar pertanyaan yang tersusun baik dengan tujuan yang jelas bagi responden. Untuk mengetahui keandalan pemberian kredit secara berkelompok informasi dikumpulkan melalui data deskriptif dan wawancara menggunakan kuesioner (pertanyaan 17-27). Sedangkan untuk mengetahui efektivitas kredit mengenai perkembangan usaha dan

(40)

peningkatan kesejahteraan rumah tangga akan diolah melalui pertanyaan kuesioner 35-54. Responden dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat langsung dengan KUM, yaitu penerima kredit mikro KUM (untuk mengetahui keandalan pemberian kredit berkelompok dan efektivitas penyaluran kredit). Pada wawancara dengan menggunakan kuesioner, responden diharapkan menguraikan pengetahuan mereka sebelum, selama dan sesudah mendapatkan kredit dari KUM. Sedangkan untuk data sekunder, diperoleh melalui data-data KUM dan data-data eksternal yang mendukung penelitian.

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 15.

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang dapat digolongkan sebagai variabel bebas dan variabel terikat. Pinjaman kredit dikategorikan sebagai variabel bebas (variabel independen) dan kondisi ekonomi rumah tangga nasabah (tingkat kesejahteraan) serta perkembangan usaha nasabah yang dikategorikan sebagai variabel tidak bebas (variabel dependen). Kedua variabel tersebut diamati dengan menggunakan alat ukur berupa daftar pertanyaan (kuesioner) yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari responden.

Skala yang digunakan dalam pengukuran adalah skala Likert kemudian data diolah menggunakan alat analisis regresi berganda untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen (Nazir, 2003). Skala

Likert adalah skala pengukuran yang dapat digunakan untuk menunjukkan

posisi responden. Skala Likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan lain. Misalnya, sangat baik = 5, baik = 4, cukup = 3, buruk = 2, sangat buruk = 1.

Setelah data diperoleh, keseluruhan data digolongkan ke dalam kategori berdasarkan rentang nilai dan selanjutnya masuk ke dalam kategori

(41)

yang sama. Dari data yang diperoleh, dicari nilai rataannya dan simpangan baku untuk mengetahui ukuran pemusatan dan ukuran keragaman tanggapan responden dengan menggunakan rumus berikut :

Rataan

( )

Χ = n Fi xi . Σ ...(1) Simpangan baku (S) =

(

)

1 . . 2 2 − Σ − Σ n n xi fi xi fi ...(2) Keterangan :

xi = nilai pengukuran ke-i fi = frekuensi kelas ke-i

n = banyaknya pengamatan

Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala agar dapat diketahui dimana letak rataan penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya.

3.5.1. Regresi Linear Berganda

Untuk mencari besarnya pengaruh variabel bebas (variabel indipenden) terhadap variabel tidak bebas atau berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel bebas) pada satu atau beberapa variabel lain (variabel tidak bebas atau variabel dependen) digunakan analisis regresi berganda. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, karena variabel tidak bebas lebih dari satu. Selain adanya variabel bebas, juga terdapat variabel moderator atau yang biasa disebut juga variabel independen kedua. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antar variabel independen dengan dependen (Sugiyono, 2004).

Rumus yang digunakan dalam analisis regresi berganda ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2003) :

Y = a0 + a1x1 + a2x2 + …+ akxk, dimana :

1. Pengaruh pinjaman kredit KUM terhadap perkembangan usaha nasabah.

(42)

Y1 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 ...(3)

Adanya variabel moderator (W dan G) membuat persamaannya menjadi :

Y1 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4W + a5G ...(4)

2. Pengaruh pinjaman kredit KUM terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga nasabah.

Y2 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 ...(5)

Adanya variabel moderator (W dan G) membuat persamaannya menjadi :

Y2 = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4W + a5G ...(6)

Peubah tidak bebas (Y1) adalah perkembangan usaha nasabah,

dilihat dari aspek produksi (Y1a), pemasaran (Y1b), dan keuangan

(peningkatan pendapatan yaitu Y1c). Peubah tidak bebas (Y2) adalah

peningkatan kesejahteraan rumah tangga nasabah, yang dilihat dari aspek kesehatan (Y2a), pendidikan (Y2b), perumahan (Y2c), konsumsi

pengeluaran rumah tangga (Y2d), serta akses terhadap teknologi

komunikasi dan informasi (Y2e).

a0 = konstanta.

a1,a2,…,a5 = koefisien arah garis regresi.

Variabel bebas (X1, X2, X3) dan variabel moderat (W dan G), yaitu

pinjaman kredit KUM dengan :

a. X1 = frekuensi nasabah memperoleh kredit

b. X2 = jangka waktu pengembalian kredit oleh nasabah

c. X3 = akumulasi kredit yang telah diperoleh nasabah

d. W = peranan wanita e. G = peranan kelompok

3.5.2. Uji F dan Uji t

a. Uji F

Uji Fisher (F-test) ini digunakan untuk menguji secara serentak apakah pinjaman kredit KUM berpengaruh terhadap perkembangan usaha, peningkatan kesejahteraan nasabah, wanita,

(43)

dan angsuran. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004) :

(

1

)

/

(

1

)

/ 2 2 − − − = k n R k R F ...(7)

Dimana, R = koefisien korelasi ganda k = jumlah peubah bebas n = jumlah anggota contoh Hipotesa yang digunakan :

1. H0 : Semakin sedikit frekuensi dalam memperoleh

kredit, jangka waktu pengembalian kredit, akumulasi kredit yang telah diperoleh, peranan wanita, dan kelompok secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap perkembangan usaha.

H1 : Semakin sering frekuensi dalam memperoleh kredit,

jangka waktu pengembalian kredit, akumulasi kredit yang telah diperoleh, adanya peranan wanita, dan kelompok secara bersama-sama berpengaruh terhadap perkembangan usaha.

2. H0 : Semakin sedikit frekuensi dalam memperoleh

kredit, jangka waktu pengembalian kredit, akumulasi kredit yang telah diperoleh, peranan wanita, dan kelompok secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.

H1 : Semakin sering frekuensi dalam memperoleh kredit,

jangka waktu pengembalian kredit, akumulasi kredit yang telah diperoleh, adanya peranan wanita, dan kelompok secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga. Keputusan diambil dengan ketentuan berikut : (α = 5%)

1. Jika nilai signifikansi < α maka H0 ditolak.

(44)

b. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap peubah bebas. Hal ini berarti bahwa uji t dapat mengetahui apakah peubah bebas secara individu mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peubah tidak bebas. Untuk mencari thitung digunakan rumus :

i i hit Sb b t = ...(8)

Dimana, bi = koefisien regresi masing-masing peubah.

Sbi = simpangan baku dari bi

Hipotesa yang digunakan :

1. Ho : Tidak adanya pengaruh frekuensi dalam memperoleh kredit terhadap perkembangan usaha. H1 : Terdapat pengaruh frekuensi dalam memperoleh

kredit terhadap perkembangan usaha.

2. Ho : Tidak adanya pengaruh frekuensi dalam memperoleh kredit terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.

H1 : Terdapat pengaruh frekuensi dalam memperoleh

kredit terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.

3. Ho : Tidak adanya pengaruh jangka waktu pengembalian kredit terhadap perkembangan usaha.

H1 : Terdapat pengaruh jangka waktu pengembalian

kredit terhadap perkembangan usaha.

4. Ho : Tidak adanya pengaruh jangka waktu pengembalian kredit terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.

H1 : Terdapat pengaruh jangka waktu pengembalian

kredit terhadap peningkatan kesejahteraan rumah tangga.

5. Ho : Tidak adanya pengaruh akumulasi kredit yang telah diperoleh terhadap perkembangan usaha.

Gambar

Gambar 1. Siklus Perkreditan (Dendawijaya, 2001)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3. Struktur Organisasi Karya Usaha Mandiri  Fungsi jabatan :
Gambar  4.  Perkembangan Jumlah Pinjaman KUM Tahun 1989-2007  Perkembangan jumlah pinjaman atau kredit dari Oktober 1989  sampai dengan  Desember   2007  telah   menyalurkan  pembiayaan   sebesar     Rp 14.838.780.000 ,-  dengan rincian :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya hampir-hampir tak bisa mempercayai indera saya sendiri ketika saya membaca isi surat wasiatnya, tapi dia menjelaskan bahwa dia seorang perjaka yang tak punya keluarga, dia pernah

- Teknik likuisolid untuk membuat tablet lepas lambat klorfeniramin maleat dengan menggunakan polimer hidrofilik guar gum dan PEG 400 sebagai pelarut non volatile

Masalah dalam penelitian ini adalah idealnya tidak banyak kasus khusus seperti ini yang berhasil diperjuangkan melalui opini publik sekalipun, namun kasus ini

a) Primary wave-Periode, untuk menentukan banyaknya tingkat efek lengkung objek. b) Primary wave-Amplitude, untuk menentukan ketajaman tingkat efek lengkung objek. c)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kegiatan perencanaan danpelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penggunaan Ice Breaker dalam pembelajaran

Untuk menilai berpikir kritis seseorang, Ennis (1995: 4- 8) memperkenalkan enam kriteria berpikir kritis (yang disingkat FRISCO) meliputi: (1) focus yaitu mengetahui poin

pada keterbukaan diri antara remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. pengguna

Perhitungan rata-rata persentase hasil belajar menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kemampuan kognisi hasil pembelajaran pokok bahasan hidrosfer pada siswa kelas X.5