• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. besar bagian yang akan dibahas sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. besar bagian yang akan dibahas sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

98 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

Pada Bab VI diuraikan hasil penelitian serta pembahasannya. Secara garis besar bagian yang akan dibahas sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu gambaran umum mengenai motivasi berprestasi dan rancangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012.

1. Gambaran Umum Kemampuan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh mengenai gambaran motivasi berprestasi dari hasil penyebaran instrumen terhadap sampel penelitian. Data yang dikumpulkan diperoleh gambaran mengenai motivasi berprestasi, aspek dan indikator motivasi berprestasi siswa . Secara rinci, gambaran umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 dapat dilihat pada gafik 4.1 berikut :

(2)

Berdasarkan grafik 4.1, secara umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 berada pada kategori sedang (64,1%). Motivasi berprestasi berada pada kategori sedang, artinya sebagian besar siswa mampu:

1. Bertanggung Jawab secara pribadi pada indikasi kemampuan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas / pekerjaan yang diterimanya, dan puas dengan hasil uasaha sendiri.

2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan pada indikasi kemampuan menetapkan nilai yang akan dicapai, dan kemampuan berusaha menguasai materi.

3. Berusaha bekerja kreatif pada indikasi kemampuan menampilkan sesuatu yang berbeda atau bervariasi, dan belum mampu bersikap gigih/ giat mencari cara menyelesaikan tugas.

4. Berusaha mencapai cita-cita pada indikasi mampu bersikap rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, dan menetapkan cita-cita.

5. Melakukan antisipasi pada indikasi mampu membuat persiapan belajar, dan belum mampu mengantisipasi kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. 6. Melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya pada indikasi kemampuan

membuat jadwal kegiatan belajar dan mentaati jadwal belajar, berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru, mempersiapkan buku pelajaran dan alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar, dan belum mampu melakukan kegiatan yang dikerjakan

(3)

2. Gambaran Umum Pencapaian Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012

Gambaran yang lebih spesifik mengenai gambaran motivasi berprestasi siswa di sekolah, berikut disajikan pada grafik 4.2 mengenai gambaran motivasi berprestasi siswa berdasarkan aspek-aspek motivasi berprestasi yaitu aspek mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan sebaik-baiknya.

Gambaran umum pencapaian aspek-aspek motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 dapat dilihat pada grafik 4.2 sebagai berikut:

Grafik 4.2

Gambaran Motivasi Berprestasi Siswa SMA Pasundan 8 Bandung Berdasarkan Aspek

(4)

Secara umum dari keenam aspek motivasi berprestasi menunjukkan siswa telah mencapai tingkat motivasi berprestasi yang cukup optimal, terlihat dari presentase yang berada pada kategori sedang. Grafik 4.2 menunjukkan perolehan enam aspek berada pada kategori sedang. Aspek yang berada pada kategori sedang yaitu mempunyai tanggung jawab pribadi dengan perolehan presentase (66,9%), artinya siswa mampu melaksanakan tugas sekolah tepat waktu atau mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang sudah dikerjakan atau keputusan yang sudah diambil. Pada aspek menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar keunggulan berada pada ketegori sedang dengan perolehan presentase (65,7%), artinya siswa mampu menargetkan nilai yang dicapai, mampu memperbaiki kekurangan tugas-tugas untuk mendapat perbaikan nilai, dan mampu berkosentrasi memahami materi pelajaran. Aspek berusaha bekerja kreatif berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (59,7%), artinya siswa mampu melakukan sesuatu lebih baik dengan cara berbeda dari biasanya atau berbeda dengan orang lain. Aspek berusaha mencapai cita-cita berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (65,7%), artinya siswa mampu membangkitkan semangat siswa dalam mencapai cita-citanya atau merencanakan cita-cita dengan mengerjakan tugas-tugas dan mampu meluangkan waktu kapan pun untuk belajar. Pada aspek melakukan antisipasi berada pada kategori sedang dengan presentase (54,1%), artinya siswa mampu mengantisipasi kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Pada aspek melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (69,6%), artinya

(5)

siswa mampu melakukan kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh atau siswa mampu mempersiapkan diri untuk melakukan kegiatan sebaik-baiknya.

3. Gambaran Motivasi Berprestasi Siswa Berdasarkan Indikator

Dari keenam aspek motivasi berprestasi pada penelitian telah dikembangkan indikator-indikator untuk mengungkap kemampuan motivasi berprestasi siswa. Secara rinci kemampuan motivasi berprestasi siswa berdasarkan indikator dijelaskan pada grafik-grafik sebagai berikut:

a. Aspek Mempunyai Tanggung Jawab pribadi

Secara rinci , gambaran umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 mengenai indikator-indikator dari aspek mempunyai tanggung jawab pribadi dapat dilihat pada grafik 4.3 sebagai berikut:

Grafik 4.3

Gambaran Umum Indikator Aspek Mempunyai tanggung Jawab Pribadi

(6)

Grafik 4.3 menunjukkan semua indikator aspek mempunyai tanggung jawab pribadi berada pada kategori sedang. Indikator bertanggung jawab terhadap tugas-tugas atau pekerjaan yang diterimanya berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (63,5%), artinya siswa mampu bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah sendiri, mampu bertanggung jawab mengerjakan tugas tepat waktu.

Indikator puas dengan hasil usaha sendiri berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (71,8%), artinya siswa merasa lebih puas apabila tugas sekolah dikerjakan sendiri, mampu merasa yakin tugas atau pekerjaannya dikerjakan sendiri hasilnya akan lebih baik.

b. Aspek Menetapkan Nilai yang akan dicapai

Secara rinci, gambaran umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 mengenai indikator-indikator dari aspek menetapkan nilai yang akan dicapai dapat dilihat pada grafik 4.4 sebagai berikut:

Grafik 4.4

(7)

Grafik 4.4 menunjukkan semua indikator pada aspek menetapkan nilai yang akan dicapai berada pada kategori sedang, Indikator menetapkan nilai yang akan dicapai berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (62,4%), artinya siswa mampu menargetkan nilai yang akan dicapai dalam belajar.

Indikator berupaya menguasai materi pelajaran secara tuntas berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (69,1%), artinya siswa mampu berupaya menguasai materi secara tuntas untuk mencapai nilai yang sesuai harapan.

c. Aspek Berusaha Bekerja Kreatif

Secara rinci, gambaran umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 mengenai indikator-indikator dari aspek berusaha bekerja kreatif dapat dilihat pada grafik 4.5 sebagai berikut:

Grafik 4.5

(8)

Grafik 4.5 menunjukkan pada aspekberusaha bekerja kreatif, pencapaian indikator berada pada kategori sedang dan rendah. Indikator gigih atau giat mecari cara untuk menyelesaikan tugas sekolah berada pada kategori rendah dengan presentase (44,8%), artinya siswa belum mampu dalam bersikap gigih atau giat mencari cara untuk menyelesaikan tugas, mampu mencari cara baru dalam mempercepat materi pelajaran atau menyelesaikan tugas.

Pada indikator menampilakn sesuatu yang berbeda atau bervariasi berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (53,6%), artinya sebagian besar siswa mampu menampilkan sesuatu (cara belajar, cara mengerjakan tugas) yang berbeda/bervariasi dengan orang lain, mampu menampilkan ciri khas dalam mengerjakan tugas.

d. Aspek Berusaha Mencapai Cita-cita

Secara rinci, gambaran umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 mengenai indikator-indikator dari aspek berusaha mencapai cita-cita dapat dilihat pada grafik 4.6 sebagai berikut:

Grafik 4.6

(9)

Grafik 4.6 menunjukkan semua indikator pada aspek berusaha mencapai cita-cita berada pada kategori sedang. Indikator rajin mengerjakan tugas berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (70,7%), artinya siswa mampu menuntaskan tugasny, mampu mengerjakan tugas sebaik mungkin.

Indikator belajar dengan keras berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (65,7%), artinya siswa mampu mengatasi kesulitan belajar, mampu meluangkan waktu belajar walaupun tidak ada PR, rutin belajar setiap malam.

Indikator menetapkan cita-cita berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (63%), artinya siswa mampu untuk menetapkan cita-cita, berusaha mengetahui lebih banyak atau mencari informasi mengenai cita-cita yang diinginkan.

e. Aspek Melakukan Antisipasi

Secara rinci, gambaran umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 mengenai indikator-indikator dari aspek melakukan antisipasi dapat dilihat pada grafik 4.7 sebagai berikut:

Grafik 4.7

(10)

Grafik 4.7 menunjukkan indikator pada aspek melakukan antisipasi berada pada kategori sedang dan rendah. Indikator mengantisipasi kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi berada pada kategori rendah dengan perolehan presentase (44,8%), artinya siswa belum mampu mengerjakan soal latihan ulangan yang dianggap sulit, belum mampu berusaha membaca materi yang akan diujikan, belem mampu menjawab soal ulangan/ujian.

Indikator membuat persiapan belajar berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (71,8%), artinya siswa mampu membuat persiapan belajar(menyiapkan materi pelajaran, keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah dan sebelum ulangan dilakasanakan).

f. Aspek Melakukan Kegiatan dengan Sebaik-baiknya

Secara rinci, gambaran umum motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 mengenai indikator-indikator dari aspek melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya dapat dilihat pada grafik 4.8 pada halaman berikut:

(11)

Grafik 4.8

Gambaran Umum Indikator Aspek Melakukan Kegiatan dengan Sebaik-baiknya

Grafik 4.8 menunjukkan indikator pada aspek melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya berada pada kategori sedang dan rendah. Indikator tidak ada kegiatan yang lupa dikerjakan berada pada kategori rendah dengan perolehan presentase (43,1%), artinya siswa belum melaksanakan kegiatan yang harus dikerjakannya, belum mampu mengingat setiap tugas yang akan dikerjakan, belum mampu mencatat kegiatan yang akan dilakukan esok hari.

Indikator membuat jadwal kegiatan belajar dan mentaati jadwal belajar yang telah dibuat siswa berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (95%), artinya mampu menuliskan jadwal secara sistematis agar semua kegiatan dapat dilaksanakan, mampu menyelesaikan tugas sesuai jadwal yang telah dibuat.

Indikator berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (70,7%), artinya siswa mampu mengerjakan soal-soal latihan tanpa

(12)

menunggu perintah guru, mampu memeriksa ulang tugas-tugas yang telah selesai dikerjakan.

Indikator memiliki buku pelajaran dan alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar berada pada kategori sedang dengan perolehan presentase (66,9%), artinya siswa mampu berusaha melengkapi buku atau alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar, mampu berusaha menabung untuk membeli perlengkapan belajar.

B. Pembahasan Hasil penelitian

1. Hasil Penelitian Mengenai Motivasi Berprestasi Siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung

Hasil penelitian motivasi berprestasi menunjukkan sebagian besar siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 berada pada kategori sedang, tetapi ada beberapa siswa yang memiliki motivasi berprestasi pada kategori tinggi dan rendah. Siswa pada kategori sedang diasumsikan telah mencapai tingkat motivasi berprestasi yang cukup optimal pada setiap aspeknya.

McClelland (Sukadji, 2001: 75) mengungkapkan motivasi berprestasi merupakan dorongan/keinginan individu untuk mencapai keberhasilan dengan bersaing yang sehat dalam mencapai standar keunggulan (standard of excellence). Motivasi berprestasi merupakan hal yang sangat penting bagi individu untuk mewujudkan perilaku yang terarah pada suatu tujuan tertentu dan mampu berusaha memecahkan masalahnya secara efektif dan produktif. Mengingat betapa pentingnya motivasi berprestasi bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah dapat membangkitkan semangat dan

(13)

self-competition secara sehat untuk bertindak lebih baik dan mengungkapkan perasaan puas terhadap hasil prestasi yang telah dicapai siswa, membiasakan siswa mendiskusikan pendapat atau cita-cita agar mampu mencapai tujuan yang diinginkannya (Ngalim Purwanto, 2006: 81).

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diyakini memiliki aspirasi pendidikan yang tinggi pula karena siswa memiliki keyakinan atas kemampuan belajar yang dimilikinya. Bagi siswa dengan motivasi berprestasi sedang atau rendah perlu mendapatkan bantuan untuk meningkatkan keyakinan atas kemampuan belajarnya. Meningkatkan kemampuan belajar dapat dilakukan dengan membangkitkan dorongan dalam diri siswa untuk berprestasi atau melakukan sesuatu sebaik mungkin.

Secara umum, pencapaian aspek-aspek motivasi berprestasi siswa berada pada kategori sedang. Terdapat lima aspek motivasi beprestasi yang kategori sedang. Kelima aspek memiliki presentase sedang yaitu mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, melakukan antisipasi, dan melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Pencapaian aspek-aspek motivasi berprestasi siswa cukup optimal dan perlunya upaya bimbingan untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang dimiliki siswa. Upaya bimbingan diarahakan pada pendekatan preventif dan pengembangan, yaitu mengambangkan motivasi berprestasi siswa di sekolah sehingga siswa dapat mencapai prestasi dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan pada aspek mempunyai tanggung jawab pribadi, sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam bertanggung jawab

(14)

terhadap tugas-tugas/ pekerjaan yang diterimanya, dan siswa mampu memiliki sikap puas dengan hasil usahanya sendiri. Siswa yang mempunyai tanggung jawab pribadi terhadap tugas yang diterimanya mendorong siswa untuk mengerjakan tugas sekolah sendiri, merasa yakin tugas yang dikerjakan atas usaha sendiri hasilnya akan lebih baik dan selalu mengkoreksi apabila tugasnya dikerjakan orang lain, sehingga siswa memiliki motivasi berprestasi akan tanggung jawabnya sendiri. Tanggujawab pribadi yang dimiliki siswa kelas X merupakan bagian dari masa penyesuaian diri masa sekolah menengah pertama (SMP) ke jenjang sekolah menengah atas (SMA) yang menuntut untuk lebih tinggi pencapaian prestasinya baik dibidang akademis maupun non akademis sehingga dapat dijadikan kesempatan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah.

Sesuai dengan pendapat John C. Maxwell (Maicy Priskila, 2002: 102) mengungkapkan tanggungjawab pribadi merupakan potensi yang harus dikembangkan masa remaja, karena tanggung jawab merupakan sesuatu perbuatan yang disadari. Tanggung jawab secara pribadi pada masa remaja adalah bagian yang harus diperoleh. Remaja ingin menetukan sikap dan tanggung jawab atas keputusan yang diambil, menunjukkan independensinya dari segala ikatan yang selama ini membebani (menemukan ikatan-ikatan baru berupa teman sebaya yang lebih leluasa). Melatih remaja untuk bertanggung jawab berarti memberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya dengan cara memberikan suatu kepercayaan, memberikan tugas yang menyenangkan dan memberi kesempatan menyelesaikan tugasnya, memberikan kesempatan remaja berinteraksi lebih

(15)

leluasa dengan teman sebaya (seperti mengerjakan tugas kelompok). Dengan demikian tanggung jawab siswa sebagai remaja menjadi kebutuhan dalam proses perkembangannya menjadi seorang remaja yang matang. Kegagalan memiliki tanggung jawab pribadi akan berdampak buruk pada proses perkembangan masa remaja berikutnya.

Sesuai dengan yang dikemukakan E. Koeswara (1995: 75) mengungkapkan tanggung jawab pribadi merupakan kesadaran individu akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban individu terhadap tugas yang dikerjakannya. Wujud tanggung jawab pribadi berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan merupakan perbuatan baik untuk kepentingan diri sendiri. Pengabdian dan pengorbanan dapat berupa pikiran, perasaan, dan tenaga yang dilakukan terhadap tugas atau pekerjaan yang diterimanya dengan sebaik mungkin.

Sesuai dengan pendapat Mohammad Surya (2003:112) siswa yang bertanggung jawab terhadap pribadinya memiliki karakteristik, yaitu : a) mampu mengerjakan apa yang sudah seharusnya dikerjakan atau menepati apa yang sudah dijanjikan dengan sebaik-baiknya dengan penuh kesungguhan; b) mampu perasaan ikut andil dalam sebuah kewajiban., artinya kewajiban tersebut tidak bisa diselesaikan dengan baik maka harus bercermin pada diri sendiri; c) apabila belum bisa melakukan kewajiban (tugas yang dikerjakan) dengan baik tidak menyalahkan orang lain bahkan tidak menyalahkan keadaan yang tidak

(16)

menguntungkan; d) mampu menentukan skala prioritas; d) mampu fokus pada program dan penjadwalan yang sudah ditetapkan; e) Bersikap tegas.

Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pendapat yang dikemukakan oleh John C. Maxwell, E. Koeswara dan Mohammad Surya menunjukkan sikap mempunyai tanggung jawab pribadi harus dimiliki siswa dalam mewujudkan motivasi berprestasi yang tinggi di sekolah. Dengan demikian siswa memerlukan upaya bimbingan untuk meningkatkan motivasi berprestasi dalam bertanggung jawab terhadapa tugas-tugas/ pekerjaan yang diterimanya, dan puas mengerjakan tugas dengan hasil usahanya sendiri. Upaya bimbingan dilakukan dengan pemberian layanan dasar dan layanan responsif yaitu berupa bimbingan klasikal dan konseling kelompok.

Pada aspek menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan, sebagian besar siswa cukup mampu mempunyai standar nilai yang harus dicapainya dan berupaya menguasai materi secara tuntas. Hal tersebut menunjukkan siswa perlu meningkatkan kemampuannya khususnya kemauan untuk mencapai standar nilai yang dicapainya siswa mampu memiliki target nilai ingin dicapai, memperbaiki kekurangan dari tugas-tugas untuk mendapatkan perbaikan nilai dan siswa harus mampu menguasai materi pelajaran secara tuntas.

Martin Handoko (1992: 45) mengungkapkan seseorang menetapkan nilai yang harus dicapai atau sesuai standar keunggulan mampu berusaha fokus terhadap apa yang menjadi target pencapaiannya dan perhatian sepenuhnya terhadap tujuan yang ingin dicapai sehingga mendapat nilai yang diharapkannya, perlu pengobanan, yaitu berusaha keras mencurahkan waktu dan perasaan untuk

(17)

untuk terus berprestasi dalam pelajaran dan berharap untuk mendapatkan nilai yang baik, konsentrasi untuk lebih memahami materi pelajaran, Dengan demikian, siswa tidak hanya menetapkan nilai yang ingin dicapai tetapi harus berjuang dan berusaha bagaimana mendapatkan nilai sesuai standar keunggulan untuk mencapai prestai yang diharapkan.

Hasil penelitian yang diperoleh dan pendapat yang dikemukakan Martin Handoko, menunjukkan kemampuan menetapkan nilai yang harus dicapai atau standar keunggulan yang harus dimiliki siswa dalam mewujudkan motivasi berprestasi yang tinggi di sekolah. Dengan demikian siswa memerlukan upaya bimbingan untuk meningkatkan motivasi berprestasi dalam menetapakan nilai yang akan dicapai dan berupaya menguasai materi secara tuntas. Upaya bimbingan dilakukan dengan pemberian layanan dasar yaitu berupa bimbingan klasikal dan kelompok.

Pada aspek berusaha bekerja kreatif, siswa mampu manampilkan sesuatu yang berbeda dengan orang lain dan disamping lain siswa tidak memiliki kemampuan yang optimal dalam mampu manampilkan cara yang berbeda dengan orang lain. Siswa perlu meningkatkan kemampuannya, khususnya menampilkan sesuatu yang berbeda dengan orang lain. Siswa mampu memiliki kegigihan/giat mencari cara yang berbeda untuk mengerjakan tugas, dan menampilkan sesuatu yang bervariasi atau berbeda dengan orang lain.

Kreatif dalam usaha dimulai dari kreatif dalam proses berpikir. Berpikir kreatif diharapkan tumbuh menjadi bagian cara berpikir dan berperilaku siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung. Sesuai dengan data yang diperolah,

(18)

mendukung pendapat Uman Suherman (2007: 42) mengemukakan tiga syarat dalam berpikir kreatif, yaitu: a) kreativitas melibatkan respon/ gagasan baru; b) dapat mengatasi persoalan secara realistis; c) terdapat usaha untuk mempertahankan ide-ide original. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi berpikir negatif, yaitu: a) kemampuan kognitif (termasuk kecerdasan, kemampuan melahirkan gagasan baru, gagasan yang lain); b) sikap terbuka (seseorang yang kreatif mempersiapkan dirinya menerima secara terbuka, memilih minat yang beragam dan luas); dan c) sikap yang bebas, otonom, dan percaya kepada diri sendiri.

Sesuai apa yang dikemukakan Vroom (1980: 72) kreativitas merupakan kemampuan untuk memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkan dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran, sedangkan ciri-ciri non aptitude, yaitu: rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Kemampuan seseorang untuk berusaha kreatif memiliki tingkat yang berbeda-beda, dan yang diperlukan adalah bagaimana mengembangkan kreativitas tersebut. Berusaha bkerja kreatif tidak lahir hanya kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang turut menentukan prestasi kreatif seseorang, yaitu: a) motivasi atau

(19)

komitmen yang tinggi; (b) keterampilan dalam bidang yang ditekuni; dan (c) kecakapan kreatif.

Siswa memerlukan upaya bimbingan untuk meningkatkan kreativitas yang dimilikinya sehingga siswa mampu menampilkan suatu prestasi yang baru di sekolah. Pada penelitian, siswa mampu manampilkan sesuatu yang baru dan sebagian besar siswa belum memiliki sikap gigih/giat mencari cara untuk mengerjakan tugas sehingga upaya bimbingan dilakukan dengan pemberian layanan dasar dan responsif yaitu berupa bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

Pada aspek berusaha mencapai cita-cita, siswa mampu memiliki sikap rajin mengerjakan tugas, siswa mampu belajar dengan keras, dan siswa mampu menetapkan cita-cita. Siswa mampu memperkuat motivasi berprestasi dalam berusaha mencapai-citacitanya perlu mengembangkan tujuan yang akan dicapai siswa, ciptakan situasi kompetisi yang sehat, adakan pace making (atas dasar prinsip goal gradient: semakin jelas tujuan/sasaran , semakin kuat motivasi berprestasi dalam menetapkan cita di masa depan). Siswa menetapkan cita-cita yang dibangun akan memotivasi dirinya untuk melakukan yang terbaik dan tumbuhnya cita-cita yang tertanam kuat dalam diri siswa diharapkan dapat memicu semangat belajar yang pada akhirnya dapat melahirkan prestasi (Abin Syamsudin: 2005: 41).

Ngalim Purwanto (2006: 75) menyatakan seseorang berusaha mencapai cita-cita dimasa yang akan datang dapat menjadi pedoman dalam memaksimalkan ketercapaian cita-cita, yaitu memahami memiliki masa depan

(20)

merupakan hal yang sangat penting , membangun motivasi yang kuat, mengenali potensi diri, merencanakan target dimasa depan, dan mengevaluasi rencana masa depannya. Berusaha mencapai cita-cita mempunyai kiat-kiat yang harus dimiliki seseorang dalam menggapai cita-cita itu sendiri, diantaranya: menghargai waktu, menentukan prioritas, membuat perencanaan yang matang, dan memiliki tekad yang kuat dalam mencapai cita-cita di masa depan.

Penelitian menunjukkan siswa cukup optimal pada aspek berusaha mencapai cita-cita tetapi hal tersebut dirasa perlu upaya bimbingan untuk meningkatkan kemampuan sikap rajin mengerjakan tugas, kemampuan belajar dengan keras, dan siswa mampu menetapkan cita-cita di masa yang akan datang. Upaya bimbingan yang dilakukan dengan pemberian layanan dasar yaitu bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.

Pada aspek melakukan antisipasi, siswa cukup mampu mempersiapkan kegagalan yang mungin akan dihadapi, dan sebagian besar siswa tidak memiliki kemampuan yang optimal untuk mempersiapkan kegagalan yang mungkin akan dihadapi. Sehingga siswa perlu meningkatkan kemampuannya, khususnya dalam mempersiapkan kegagalan yang mungkin akan dihadapi. Siswa harus meningkatkan kemampuan mengantisipasi kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi, dan siswa mampu membuat persiapan belajar.

Moekiyat (1976: 95) mengemukakan seseorang setiap menghadapi persoalan perlu pemecahan masalahnya, seseorang cenderung tidak mempersiapkan kesuliatan atau kegagalan yang dihadapi dapat menghindari masalah yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, lebih

(21)

suka melakukan sesuatu yang mendatangnya kesenangan bagi dirinya, menyalahkan orang lain, mengalihkan permasalahan yang sulit dan lebih memilih diam tanpa melakukan apa-apa.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan Sumadi Suryabrata (1981: 108) yaitu individu mampu menghadapi kegagalan yang dialaminya secara realistik, dan mampu melakukan tindakan untuk menanggulangi kegagalan secara realistik, dan dapat dibenarkan menurut norma yang berlaku, diharapkan agar seseorang mampu menghadapi sesuatu secara realistis dan rasional. Perilaku yang ditunjukkan untuk mempertahankan atau melindungi dirinya dari kegagalan yang dihadapi pada umumnya kurang disadari dan kehilangan kontrol diri, sehingga dapat menimbulkan keadaan makin sulit. Bentuk perilaku yang tidak mampu menghadapi kegagalan dengan relistik, diwujudkan dalam bentuk seperti : rasionalisai, proyeksi, kompensasi, regresi, menarik diri, represi, agresi, sublimasi, cemas tak berdaya. Hal tersebut menunjukkan seseorang kehilangan kontrol diri menghadapi kegagalan yang mungkin akan terjadi. Dengan demikian, siswa dituntut tidak hanya mengantisipasi kegagalan/kesulitan yang mungkin akan dihadapi, dan mempersiapkan belajar tetapi mampu bagaimana mampu melakukan tindakan untuk menanggulangi kegagalan secara realistik.

Penelitian menunjukkan, memerlukan upaya bimbingan untuk meningkatkan kemampuan melakukan antisipasi sehingga siswa mampu mempersiapkan kegagalan yang mungkin akan dihadapinya. Pada penelitian, siswa mampu membuat persiapan belajar dan sebagian besar siswa belum memiliki sikap mengantisipasi kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi

(22)

sehingga upaya bimbingan dilakukan dengan pemberian layanan dasar dan responsif yaitu berupa bimbingan klasikal dan konseling kelompok.

Pada aspek melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya, siswa belum melaksanakan kegiatan, siswa mampu membuat jadwal kegiatan belajar dan menaati jadwal tersebut, siswa mampu berinisiatif mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah dari guru, siswa mampu memiliki buku pelajaran dan alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar. Setiap individu memiliki kebutuhan untuk melakukan perbuatan dalam memperoleh hasil yang sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan. Ciri individu mendorong untuk berprestasi sebaik mungkin dalam mencapai tujuan ditandai dengan tiga ciri: a) menyenangi situasi menuntut tanggung jawab pribadi untuk menyelesaikan masalah; b) cenderung mengambil resiko rendah atau tinggi: c) selalu mengharapkan balikan nyata ( concrete feedback) dari semua yang telah dilakukan, hal tersebut meningkatkan motivasi berprestasi dalam melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya secara efektif dan produktif.

(23)

Penelitian menunjukkan, memerlukan upaya bimbingan untuk meningkatkan kemampuan melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Pada penelitian, siswa mampu membuat jadwal kegiatan belajar, siswa mampu berinisiatif mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah dari guru, siswa mampu memiliki buku pelajaran dan alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar, dan sebagian besar siswa belum memiliki sikap melaksanakan kegiatan yang lupa dikerjakan sehingga upaya bimbingan dilakukan dengan pemberian layanan dasar dan responsif yaitu berupa bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

Berdasarkan data hasil penelitian, motivasi berprestasi yang dimiliki siswa pada beberapa aspek menunjukkan tingkat pencapaiannya yang cukup optimal akan tetapi masih terdapat indikator yang tingkat pencapaiannya belum optimal, sehingga hal tersebut memerlukan upaya bimbingan yang diharapkan mampu memelihara dan meningkatkan motivasi berprestasi yang baik terutama mampu mengarahkan dirinya, belajar dengan sungguh-sungguh, dan mengejar cita-cita di masa depan. Siswa dapat melakukan motivasi berprestasi akan mengalami permasahan dan kegagalan dalam proses kehidupannya. Permasalahan dalam ketidakmampuan melakukan motivasi berprestasi merupakan bidang permasalahan dalam bidang bimbingan belajar. Bimbingan belajar dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Ketidakmampuan siswa melakukan motivasi berprestasi akan menimbulkan permasalahan belajar bagi siswa dalam meraih prestasi sehingga mencapai tujuan belajar yang efektif

(24)

C. Pengaktifan Motif menjadi Motivasi

Motif berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti “to move” penggerak. Pada dasarnya, motif merupakan pengertian yang melingkupi penggerak. Alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku individu.

Motif dalam kamus psikologi ialah sifat kepribadian stabil yang memiliki suatu kecenderungan melakukan tindakan-tindakan tertentu atau berusaha mencapai tujuan tujuan tertentu (Kartono, 2003:291). Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli, disimpulkan motif ialah dorongan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu.

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Rukminto, 1994 dalam Uno, 2008:3).

Hamzah B. Uno (2008:3) dalam ‘Teori Motivasi & Pengukurannya’ menjelaskan motif dan motivasi dibedakan dalam pengertiannya. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (Winkel, 1996:151). Dengan demikian, motivasi

(25)

merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Motivasi memiliki cakupan konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu (Brophy, 1990 dalam Uno, 2008:4).

McClelland menggunakan istilah motif dan motivasi dalam arti yang sama atau sinonim karena motif mendasari timbulnya motivasi. Semua motif atau motivasi diperoleh dari hasil belajar dan merupakan dorongan untuk berubah di kondisi yang efektif (McClelland, 1955 dalam Regista Yusiana, 2002:16). Dengan demikian, dalam skripsi penggunaan motif dan motivasi digunakan dalam pengertian yang sama.

C. Program Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa

Penyusunan program berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diperoleh mengenai gambaran umum motivasi berprestasi siswa dan indikator-indikator motivasi berprestasi siswa di sekolah. Gambaran indikator-indikator-indikator-indikator motivasi berprestasi siswa merupakan dasar dalam penyusunan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

(26)

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012, diketahui siswa kelas X memiliki tingkat pencapaian motivasi berprestasi yang cukup mampu. Penyusunan program bimbingan belajar diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan. Artinya, program bimbingan belajar disusun untuk dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Upaya pemberian bantuan dilakukan melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem, dengan materi relevan yang telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011/2012. Program sebelum validasi terlampir (Lampiran 6 halaman 229).

Program bimbingan belajar meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung divalidasi oleh dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta Guru BK SMA Pasundan 8 Bandung. Hasil validasi menunjukan adanya perbaikan (Revisi) pada komponen-komponen tertentu, akan tetapi pada dasarnya program dapat direkomendasikan untuk siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung.

Program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011/2012 merupakan program tambahan bagi program bimbingan dan konseling belajar khususnya bagi siswa kelas X sehingga diperlukan adanya sosialisasi terlebih dahulu kepada guru pembimbing siswa kelas X. Kesimpulan hasil validasi, sebagai berikut.

(27)

1. Rasional, rumusan kompetensi yang dikembangkan, dasar dan landasan operasional lebih diperhatikan tata bahasa dalam penulisan.

2. Dukungan sistem lebih dioperasionalkan, yaitu mengenai tugas dan kerja sama personil sekolah dengan konselor lebih diperjelas mengenai waktu dan kegiatan yang dilakukan.

3. Recana operasional lebih dioperasionalkan dengan adanya pelaksana.

4. Menambah satuan layanan pada need assesment dan orientasi layanan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi.

Berdasarkan hasil validasi, ditarik kesimpulan dan selanjutnya dilakukan perbaikan atau revisi program menjadi program hipotetik, program hipotetik bimbingan belajar untuk untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa merupakan program baru yang melengkapi program BK yang sudah ada pada bidang belajar.

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI

SISWA (Setelah Validasi) 1. Rasional

Masa remaja merupakan masa perubahan dan peralihan. Selain peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa pada masa remaja juga terjadi beberapa perubahan. Siswa SMA dapat dikategorikan sebagai remaja yang berada dalam proses perkembangan ke arah kematangan. Aspek perkembangan remaja meliputi aspek fisik, intelektual, emosi, sosial dan kepribadian. Proses perkembangan ditandai dengan adanya perubahan fungsi dan perubahan perilaku dari aspek perkembangan yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

(28)

mencapai kematangan pada remaja yaitu mengembangkan suatu prestasi yang harus dicapai.

Sebagai pelajar tugas utama remaja ialah mengembangkan potensi dalam segala bidang kehidupannya, salah satunya yaitu mengembangkan prestasi yang harus dicapainya di sekolah. Prestasi merupakan dorongan yang kuat untuk berhasil mencapai tujuannya. Berprestasi merupakan idaman setiap siswa di sekolah, baik itu prestasi bidang belajar, pribadi, sosial, maupun karir. Prestasi yang pernah diraih oleh siswa akan menumbuhkan motivasi baru untuk menjalani aktivitas di sekolah.

Siswa akan dapat mencapai suatu prestasi harus mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Motivasi merupakan kekuatan, dorongan, keinginan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat sehingga motivasi berprestasi yang tinggi mendorong siswa untuk fokus pada pencapaian prestasi. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ketika memecahkan permasalahan dalam belajar siswa memiliki sikap bekerja keras, mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan sebaik-baiknya, memiliki kesadaran dalam bertindak dan rasa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan oleh guru, dan siswa memiliki kesiapan mengantisipasi kegagalan yang akan terjadi.

Motivasi berprestasi merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk mencapai suatu prestasi dengan sebaik mungkin dalam mencapai tujuan. Motivasi berprestasi ditandai oleh adanya karakterisik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan dan mencapai prestasi yang terbaik

(29)

Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu menguasai, mengatur lingkungan maupun fisik untuk mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kualitas belajar yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi perbuatan-perbuatan yang lampau dan mengungguli perbuatan orang lain (Rasimin, 2001:121).

Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai bukan karena bantuan orang lain atau karena faktor keberuntungan, melainkan karena hasil kerja keras diri sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya siswa dapat memperbaiki kesalahan yang diperbuatnya dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru. Motivasi berprestasi yang baik menjadi ukuran sejauh mana siswa mampu mencapai prestasinya dengan sebaik mungkin dalam mencapai tujuannya.

Bagi para siswa, prestasi merupakan suatu hal yang harus siswa raih, siswa perjuangkan, dan siswa banggakan, bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, prestasi akan didapatkannya. Namun bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, tentu sulit meningkatkan prestasi. Dengan demikian, motivasi berprestasi memiliki peranan penting sebagai dorongan untuk melakukan perbuatan sebaik mungkin dalam mencapai tujuan, mengembangkan kreativitas dan insiatif serta memelihara ketekunan dalam belajar, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi peningkatan prestasi siswa. Siswa yang

(30)

belum mampu melakukan motivasi berprestasi selain mengalami kegagalan juga akan menimbulkan banyak persoalan bagi dirinya.

Siswa yang belum memiliki motivasi berprestasi akan mengalami persoalan. Persoalan remaja yang belum memiliki motivasi berprestasi yaitu mudah merasa kecewa dan putus asa, kurang berani dalam menghadapi realitas, ingin segera mendapatkan nilai yang diinginkan dengan tidak berusaha, mudah merasa bosan dan jenuh, malas, menumpuk tugas, tidak mengerjakan tugas, mengerjakan tugas tidak tepat pada waktunya, dan memiliki prinsip asal lulus saja, mempuyai kepribadian antisosial, suka memberontak, permusuhan yang tersembunyi, kurang percaya diri, mudah terpengaruh, impulsif, kurang memperhitungkan resiko dari tindakan-tindakannya. Persoalan yang dialami siswa dalam ketidakmampuannya melakukan motivasi berprestasi cenderung akan menghambat potensi akademik dan aktualisasi diri dalam kehidupan, terutama dalam meraih prestasi disekolah dan dikhawatirkan dapat menimbulkan persoalan lain yang lebih kompleks (Anik Mukharomah, 2010:44).

Gambaran siswa yang memiliki motivasi berprestasi diindikasikan oleh beberapa kriteria yaitu memiliki tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang dicapai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya (Mc Clelland, 1985: 71: 75). Berdasarkan hasil need assesment di lapangan, diperoleh gambaran umum dan aspek motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012. Temuan yang diperoleh dapat disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut:

(31)

Tabel 4.1

Gambaran Umum Motivasi Berprestasi

Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012

Kategori Frekuensi Persentase

Tinggi 29 Siswa 16%

Sedang 116 Siswa 64,1%

Rendah 36 Siswa 19,9%

Total 181 Siswa 100%

Tabel 4.1 menunjukkan 116 siswa tingkat motivasi berprestasi berada pada kategori sedang, 29 siswa berada pada kategori tinggi, 36 siswa berada pada kategori rendah. Secara umum diperoleh gambaran motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 memiliki motivasi berprestasi sedang, artinya siswa telah mencapai tingkat motivasi berprestasi yang cukup mampu pada setiap aspeknya dan siswa masih memerlukan upaya bimbingan dan dukungan untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang dimilikinya. Tingkat pencapaian aspek motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012 disajikan pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Gambaran Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 Berdasarkan Aspek

Aspek Persentase Kategori

Tanggung Jawab Pribadi 66,9% Sedang

Menetapkan Nilai yang akan

dicapai 65,7% Sedang

Berusaha Bekerja Kreatif 59,7% Sedang

(32)

Melakukan Antisipasi 54,1% Sedang Melakukan Kegiatan dengan

Sebaik-baiknya 69,6% Sedang

Tabel 4.2 menunjukkan keenam aspek motivasi berprestasi berada pada kategori sedang yaitu tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Munculnya aspek motivasi berprestasi ditandai oleh adanya indikator yang menunjukkan tingkat pencapaian motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Secara rinci, disajukan pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Gambaran Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012

Berdasarkan Indikator

Aspek Indikator Presentase

Mempunyai tanggung jawab pribadi.

1. Kemampuan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas/ pekerjaan yang diterimanya.

63,5% 2. Puas dengan hasil usahanya sendiri. 71,8% Menetapkan nilai yang

akan dicapai atau menetapkan standar unggulan

3. Kemampuan untuk menetapkan nilai

yang akan dicapai. 62,4%

4. Berupaya menguasai materi pelajaran

secara tuntas. 69,1%

Berusaha bekerja kreatif

5. Gigih/giat mencari cara untuk

menyelesaikan tugas. 44,8%

6. Menampilkan sesuatu yang

berbeda/bervariasi. 53,6%

Berusaha mencapai cita-cita

7. Rajin mengerjakan tugas. 70,7%

8. Belajar dengan keras. 65,7%

9. Menetapkan cita-cita. 63%

Melakukan Antisipasi 10.Mengantisipasi kegagalan atau

(33)

11.Membuat persiapan belajar 71,8% Melakukan kegiatan

sebaik-baiknya.

12.Tidak ada kegiatan yang lupa

dikerjakan. 43,1%

13.Membuat jadwal kegiatan belajar dan

mentaati jadwal tersebut. 95%

14.Berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru.

70,7% 15.Memiliki buku pelajaran dan alat tulis

yang dibutuhkan dalam belajar. 66,9%

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012, siswa kelas X memiliki motivasi berprestasi yang cukup akan tetapi dirasa belum maksimal dan perlunya upaya yang mengarah pada suatu kegiatan yang dapat membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi yang dimilikinya. Upaya bimbingan dilakukan oleh pelaksana layanan bimbingan dan konseling di sekolah, karena bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peran yang sangan penting untuk membantu mengembangkan potensi akademik siswa dan prestasi di sekolah.

Bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah belajar yang menghambat perkembangannya. Masalah-masalah motivasi berprestasi yang muncul pada siswa termasuk dalam bidang layanan bimbingan belajar.

Bimbingan belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam menghadapi, memecahkan dan mengatasi masalah-masalah akademik (belajar), sehingga siswa dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan hidup dan perkembangannya.

(34)

Bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa perlu disusun dalam rancangan program bimbingan dan konseling yang direncanakan secara sistematis, terarah, dan terpadu. Program bimbingan belajar diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi yang dimilikinya.

Penyusunan program bimbingan belajar berdasarkan hasil need assesment yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yaitu diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan, yaitu program bimbingan belajar disusun untuk dapat memelihara dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012.

2. Kompetensi yang Dikembangkan

Berdasarkan standar kompetensi kemandirian peserta didik, pengembangan kompetensi dititikberatkan kepada meningkatkan motivasi berprestasi melalui kemampuan siswa dalam kematangan intelektual sehingga siswa dapat mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektif, menyadari akan keragaman alternatif keputusan dan konsekuensi yang dihadapinya, mengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar informasi/data secara objekti; dan pengembangan pribadi sehingga siswa mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial, menerima keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, menampilkan keunikan diri secara harmonis dalam keragaman. Program disusun dengan tujuan membantu siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasi yang ditunjukkan dalam bentuk tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai, berusaha bekerja

(35)

kreatif, berusaha mencapai cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya akan diberikan berbagai strategi dan jenis layanan bimbingan belajar secara khusus untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang dimiliki siswa.

Secara khusus, layanan yang diberikan dalam program bimbingan belajar dikembangkan berdasarkan profil aspek dan indikator motivasi berprestasi siswa yang berada pada kategori tinggi, sedang, dan rendah pada tingkat pencapaian motivasi berprestasi. Secara umum tingkat pencapaian motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 berada pada kategori sedang, hal tersebut dirasa belum maksimal dan perlu adanya upaya pengembangan yang lebih berarti. Kompetensi yang diharapkan setelah pemberian layanan adalah sebagai berikut:

a. Pencapaian kemampuan untuk bertanggung jawab atas perilakua yang dikerjakann siswa.

b. Pencapaian kemampuan untuk menetapkan nilai yang akan dicapai sesuai yang diharapkan.

c. Pencapaian kemampuan untuk menampilkan suatu yang berbeda dengan teman (cara dan teknik khusus) dalam belajar.

d. Pencapaian kemampuan untuk berusaha mencapai cita-cita sesuai yang diinginkan dan menetapakan tujuan yang ingin dicapai di masa depan. e. Pencapaian kemampuan untuk mengantisipasi kegagalan yang mungkin

(36)

f. Pencapaian kemampuan untuk melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya.

3. Dasar dan Landasan Operasional

Pengembangan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung didasarkan kepada beberapa landasan hukum, sebagai berikut:

a. UU Nomor 20 tahun 2003 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”; b. UU No.20 tahun 2003 ayat 6 “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”; c. Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal 27, yaitu bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. d. SK Menpan Nomor 025 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Bimbingan dan

(37)

e. Surat PB ABKIN No. 013/PB ABKIN/II/2008, tentang Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

f. Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal.

g. Bimbingan belajar bertujuan mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal, mencegah timbulnya masalah dan memecahkan masalah akademik siswa terutama meningkatkan motivasi berprestasi.

Secara operasional yang melandasi penyusunan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa yaitu adanya hasil observasi dan hasil analisis angket motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011/2012 yang berada pada kategori sedang. Secara umum, program bimbingan diarahkan pada pendekatan preventif dan pengembangan, yaitu meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah. Siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung memiliki motivasi berprestasi berada pada kategori sedang, hal tersebut dirasa belum maksimal dan diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling belajar uupaya membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah khususnya dalam bidang belajar (akademik).

(38)

Berdasarkan temuan penelitian yang merupakan hasil kajian gambaran umum dan aspek motivasi berprestasi siswa, maka diperoleh kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa, sebagai berikut:

Tabel 4.4

Kebutuhan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa kelas X

SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012

KONDISI UMUM SISWA KEBUTUHAN SISWA

1. Gambaran umum kemampuan motivasi berprestasi siswa terdapat 36 siswa berada pada ketegori rendah dengan tingkat

pencapaiannya (19,9%), 116 siswa berada pada ketgori sedang dengan tingkat pencapaiannya (64,1%), dan 29 siswa berada pada kategori tinggi dengan tingkat

pencapainnya (16%).

a. Siswa yang berada pada kategori rendah membutuhkan layanan responsif yang bersifat kuratif dalam bentuk konseling kelompok dan siswa yang berada pada kategori sedang membutuhkan layanan berupa layanan dasar, yaitu bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang dimilikinya dan dapat mencapai perkembangan yang optimal. Siswa yang berada pada kategori tinggi membutuhkan layanan perencanaan individual agar siswa mampu merumuskan dan melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan sejumlah rencana untuk mempertahankan dan memelihara motivasi berprestasi yang dimilikinya. Gambaran aspek motivasi berprestasi

siswa yaitu sebagai berikut:

1. Aspek mempunyai tanggung jawab pribadi berada pada kategori sedang, ditandai oleh munculnya indikator : bertanggung jawab terhadap tugas yang diterimanya (66,9%), dan puas dengan hasil usaha sendiri (65,7%).

Siswa membutuhkan layanan dasar yaitu dengan pemberian layanan bimbingan klasikal dan kelompok mengenai:

a. Kemampuan bertanggung jawab terhadap tugas yang diterimanya b. Kemampuan merasa puas dengan

hasil usaha sendiri yang dikerjakannya

2. Aspek menetapkan nilai yang akan dicapai berada pada kategori sedang, ditandai oleh munculnya indikator : menetapkan nilai yang

Siswa membutuhkan layanan dasar yaitu dengan pemberian layanan bimbingan klasikal dan kelompok mengenai:

(39)

akan dicapai (62,4%), dan

berupaya menguasai materi secara tuntas (69,1).

akan dicapai

b. Kemampuan berupaya menguasai materi secara tuntas

3. Aspek berusaha bekerja kreatif berada pada kategori sedang, ditandai oleh munculnya indikator : gigih atau giat mencari cara untuk menyelesaikan tugas (44,8%) dan menampilkan sesuatu yang baru atau bervariasi (53,6%).

Siswa membutuhkan layanan dasar yaitu dengan pemberian layanan bimbingan klasikal dan layanan responsif dengan konseling kelompok mengenai:

a. Gigih atau giat mencari cara untuk menyelesaikan tugas

b. Menampilkan sesuatu yang baru atau bervariasi

4. Aspek berusaha mencapai cita-cita berada pada kategori sedang, ditandai dengan munculnya indikator : rajin mengerjakan tugas (70,7%), belajar dengan keras (65,7%), menetapkan cita-cita (63%).

Siswa membutuhkan layanan dasar yaitu dengan pemberian layanan bimbingan klasikal dan kelompok mengenai:

a. Kemampuan bersikap rajin mengerjakan tugas

b. Kemampuan belajar dengan keras c. Kemampuan menetapkan cita-cita 5. Aspek melakukan antisipasi berada

pada kategori sedang, ditandai dengan munculnya indikator : mengantisipasi kegagalan yang mungkin akan terjadi (44,8%), membuat persiapan belajar (71,8%).

Siswa membutuhkan layanan dasar yaitu dengan pemberian layanan bimbingan klasikal dan layanan responsif dengan konseling kelompok mengenai:

a. Mengantisipasi kegagalan atau kesulitan yang mungkin akan terjadi b. Membuat persiapan belajar

6. Aspek melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya berada pada kategori sedang, ditandai dengan munculnya indikator :

tidak ada kegiatan yang lupa dikerjakan (43,1%), membuat jadwal kegiatan belajar dan mentaati jadwal belajar yang telah dibuat (95%), berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru (70,7%), memiliki buku pelajaran dan alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar (66,9%).

Siswa membutuhkan layanan dasar yaitu dengan pemberian layanan bimbingan klasikal dan layanan responsif dengan konseling kelompok mengenai:

a. Tidak ada kegiatan yang lupa dikerjakan

b. Membuat jadwal kegiatan belajar dan mentaati jadwal belajar yang telah dibuat

c. Berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru d. Memiliki buku pelajaran dan alat

tulis yang dibutuhkan dalam belajar

(Topik-topik layanan disajikan dalam bentuk materi SKLBK)

(40)

Adapun visi dan misi dari penyelenggaraan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa di SMA Pasundan 8 Bandung berdasarkan kebutuhan siswa kelas X mempunyai visi dan misi yang selaras dengan visi misi sekolah.

a. Visi

SMA Pasundan 8 Bandung

“Pengukuhan Agamana, Luhung Elmuna, Jembar Budayana” Visi Program Bimbingan dan Konseling , maka:

“Menjadikan Siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung sebagai Individu yang inovatif, kreatif, kompetitif, cerdas, dan mempunyai mental yang tangguh sebagai modal untuk mencapai prestasi akdemik yang optimal”. b. Misi

SMA Pasundan 8 Bandung

1) Membina peserta didik berdasarkan landasan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengembangkan layanan profesional dalam semangat kerja sama dan keteladanan guna meningkatkan prestasi kerja dan prestasi belajar peserta didik.

3) Meningkatkan nilai akademis siswa.

4) Menciptakan Iklim kehidupan sekolah yang kondusif serta dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat dirasakan menfaatnya oleh siswa. 5) Menanamkan semangat humanistis, serta inovatif, mengantarkan peserta

(41)

menumbuhkan daya juang dengan tetapberlandaskan pada nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Misi Program Bimbingan dan Konseling, maka:

1) Memfasilitasi seluruh siswa dalam mengembangkan dan memperoleh kompetensi dibidang belajar khususnya motivasi berprestasi yang menjadikan siswa pantang menyerah, percaya diri, semangat yang tinggi, kerja keras, dan menumbuhkan sikap daya juang mencapai prestasi yang diharapkan.

2) Memfasilitasi seluruh siswa meningkatkan motivasi berprestasi siswa yang diwujudkan melalui sikap tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, melakukan antisipasi, melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya.

6. Tujuan Program

Secara umum tujuan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2011-2012, memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Siswa memiliki kemapuan untuk menghadapi hambatan belajar b. Siswa memiliki keterampilan sikap asertif

c. Siswa mampu mengembangkan kemandirian belajar d. Siswa memiliki dorongan untuk berprestasi

e. Siswa mampu mengembangkan pemahaman mengenai kekuatan dan kelemahan belajar

(42)

f. Siswa mampu menentukan skala prioritas dan menyusun jadwal belajar

g. Siswa mampu mengembangkan keterampilan dan kemampuan belajar h. Siswa mampu menerima kesalahan dan kegagalan sebagai suatu

proses pembelajaran.

Secara khusus, tujuan program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 yaitu:

a. Siswa mampu bertanggung jawab atas perilakunya sendiri

b. Siswa mampu menetapkan nilai yang akan dicapai; memiliki target nilai yang harus dicapai; dan siswa berupaya menguasai materi secara tuntas.

c. Siswa mampu berusaha bekerja kreatif; menampilkan sesuatu yang berbeda dengan orang lain.

d. Siswa mampu berusaha mencapai cita; mampu menetapkan cita-cita yang ingin dicapai di masa depan

e. Siswa mampu mengantisipasi; mampu mengantisipasi kegagalan yang mungkin akan terjadi.

f. Siswa mampu melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya 7. Komponen Program

a.Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar bertujuan untuk membantu seluruh siswa SMA Pasundan 8 Bandung kelas X Tahun Ajaran 2011-2012, memperoleh perkembangan motivasi

(43)

yang cukup mampu yang berada pada kategori sedang, dan mampu meningkatkan motivasi beprestasi yang dimiliki siswa dengan baik. Layanan dasar pada program bimbingan belajar dikembangkan berdasarkan pada hasil penelitian motivasi berprestasi siswa yang mencakup pada indikator-indikator motivasi berprestasi yang menunjukan siswa cukup mampu dalam mewujudkan motivasi berprestasi siswa di sekolah. Strategi yang digunakan dalam layanan adalah bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok.

Indikator-indikator yang menjadi fokus pengembangan pelayanan dasar mencakup hal-hal berikut : 1) Kemampuan untuk bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya; 2) Kemampuan merasa puas dengan hasil usaha sendiri yang dikerjakannya; 3) Kemampuan menetapkan nilai yang akan dicapai; 4) Kemampuan berupaya menguasai materi secara tuntas; 5) Kemampuan menampilkan sesuatu yang baru atau bervariasi; 6) Kemampuan bersikap rajin mengerjakan tugas; 7) Kemampuan belajar dengan keras; 8) Kemampuan menetapkan cita-cita ; 9) Kemampuan membuat persiapan belajar:10) Kemampuan membuat jadwal kegiatan belajar dan mentaati jadwal belajar yang telah dibuat; 11) Kemampuan berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru; 12) Kemampuan memiliki buku pelajaran dan alat tulis yang dibutuhkan dalam belajar.

b. Layanan Responsif

Layanan responsif merupakan bantuan bagi siswa SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 yang berada pada kategori rendah tingkatmotivasi berprestasi siswa. Layanan responsif diasumsikan untuk

(44)

membantu siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera (immediate needs and concerns). Layanan responsif dapat membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya terutama dalam mencapai perkembangan belajar (akademik) khususnya dalam kemampuan motivasi berprestasi siswa.

Fokus pengembangan layanan responsif yaitu pada upaya membantu siswa memiliki motivasi berprestasi yang dapat digunakan untuk mencapai prestasi yang diharapkan dan menciptkan suatu prestasi di sekolah menjadi sebuah cita-cita di masa yang akan datang. Layanan reponsif juga diberikan kepada siswa yang selama mengikuti pelayanan dasar cenderung belum memiliki pemahaman yang kurang terhadap pentingnya memiliki moptivasi berprestasi yang tinggi. Bentuk intervensi yang dilakukan oleh guru BK melalui pendekatan krisis atau kuratif dengan strategi yang digunakan yaitu konseling kelompok.

Materi yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator pada aspek motivasi berprestasi dengan tingkat pencapaian terendah, yaitu: 1) gigih atau giat mencari cara untuk menyelesaikan tugas; 2) mengantisipasi kegagalan atau kesulitan yang mungkin akan terjadi; 3) tidak ada kegiatan yang lupa dikerjakan. c. Layanan Perencanaan Individual

Layanan perencanan individual merupakan layanan untuk membantu siswa yang berada kategori tinggi membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana untuk mempertahankan motivasi berprestasi siswa. Tujuan utama dari layanan perencanaan individual adalah membantu siswa agar memiliki pemahaman dan

(45)

penerapan tentang pentingnya motivasi berprestasi siswa, dan menyadari dampak yang ditimbulkan dari ketidakmampuan siswa melakukan motivasi berprestasi.

Komponen layanan perencanaan individual terdiri dari berbagai aktivitas yang difokuskan sebagai pendampingan setiap siswa agar dapat mengembangkan, menganalisis dan mengevaluasi tujuan serta rencana belajarnya. Fungsi guru bimbingan dan konseling dalam perencanaan individual meliputi pemberian pertimbangan, penempatan dan penilaian individual.

Fokus pengembangan layanan perencanaan individual mencakup : a. Jangka Pendek

1) Rencana mengembangkan kecakapan akademik dengan tujuan meningkatkan prestasi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 2) Rencana meningkatkan nilai UTS dengan mengikuti Ujian Akhir

Sekolah, sehingga siswa mampu menetapkan nilai atau memperbaiki nilai yang dicapainya.

3) Rencana mengadakan presentasi di depan kelas dengan mengembangkan sikap tanggung jawab pribadi siswa yang bekerjasama dengan guru bidang studi yaitu siswa yang tidak mengerjakan tugas mulai menyicil untuk menyelesaikan tugasnya yang belum dikerjakan. 4) Rencana melakukan budaya mengaji d masjid apabila tidak disiplin

datang ke sekolah untuk melatih kedisplinan siswa dalam management waktu.

(46)

1) Rencana keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan pribadi yang memupuk jiwa disiplin, tanggung jawab, melatih siswa berkompetisi dalam meraih prestasi.

2) Rencana mengikuti kegiatan psikotes yang bertujuan mengenali minat dan bakat untuk penjurusan IPA dan IPS.

3) Rencana pembentukan peer guidance untuk membantu siswa yang belum memiliki motivasi berprestasi.

c. Jangka Panjang

1) Rencana melakukan kegiatan perencanaan karir untuk merancang karier masa depan dengan pencapaian sebuah pilihan karier (kelanjutan studi atau bekerja) yang disertai sebuah pengetahuan akan kemampuan diri, kondisi lingkungan serta gambaran peluang dan pilihan karier.

2) Rencana keikutsertaan kegiatan perlombaan di luar sekolah.

3) Rencana melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dalam rangka meningkatkan motivasi berprestasi melalui sejumlah aktivitas yang bermanfaat.

d. Dukungan Sistem

Dukungan sistem merupakan kegiatan yang secara tidak langsung dapat membantu memfasilitasi kelancaran pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan mengembangkan program layanan melalui pengembangan sumber daya

(47)

dengan penyediaan lingkungan dan memperlancar proses layanan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan.

Layanan dukungan sistem yang dimaksud dalam program meliputi strategi kerjasama yang dilakukan dalam pemberian layanan dengan melibatkan guru sebagai fasilitator materi, kerjasama dengan komite sekolah, kerjasama dengan pihak manajemen sekolah, kerjasama dengan instansi-instansi mitra sekolah, dan memasukkan program bimbingan dan konseling sebagai bagian yang integral dalam program atau kegiatan-kegiatan secara umum dan khusus di SMA Pasundan 8 Bandung.

Unsur-unsur yang ada di SMA Pasundan 8 Bandung menjadi sebuah sistem yang dapat dioptimalkan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling melalui pengembangan jejaring (networking). Bentuk dukungan sistem dalam pemberian layanan menyangkut kegiatan yang meliputi:

1) Melakukan pertemuan rutin yang dilakukan satu bulan sekali dengan orang tua dalam rangka bertukar informasi mengenai perkembangan siswa dalam pencapaian motivasi berprestasi;

2) Kerjasama antara konselor dengan orang tua dengan saling bertukar informasi mengenai siswa, serta orang tua dapat mengembangkan motivasi berprestasi yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya;

3) Konselor bekerja sama dengan dengan guru mata pelajaran dan pembina ekstrakurikuler dalam mengembangkan sikap tanggung jawab, disiplin, kreatif, berjuang, dan pantang menyerah dalam meningkatkan kemampuan

(48)

mencapai prestasi yang tinggi sehingga siswa semakin kompeten dalam mengembangkan motivasi berprestasi.

4) Pada bulan keempat semester genap konselor bekerjasama dengan LPPB (Laboratorium Pasikologi Pendidikan dan Bimbingan) dan lembaga laiinya seperti GO (Ganesha Operation) dan Primagama untuk mengetahui minat dan bakat siswa dalam perencanaan karirnya, mengembangkan, dan melatih mengenai bagaimana cara mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi agar mencapai prestasi yang sesuai dengan cita-cita yang diharapkan.

8. Personel yang Dilibatkan

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan disekolah. Pelaksanaan program bimbingan belajar menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa adalah guru pembimbing/konselor. Secara lebih rinci berikut dikemukakan beberapa personel yang akan dilibatkan.

a. Kepala Sekolah SMA Pasundan 8 Bandung. b. Wakil kepala sekolah SMA Pasundan 8 Bandung.

c. Koordinator guru pembimbing SMA Pasundan 8 Bandung. d. Guru pembimbing SMA Pasundan 8 Bandung.

e. Selutuh Guru bidang studi di SMA Pasundan 8 Bandung. f. Wali kelas X SMA Pasundan 8 Bandung..

Gambar

Grafik  4.3  menunjukkan  semua  indikator  aspek  mempunyai  tanggung  jawab pribadi berada pada kategori sedang
Grafik  4.4  menunjukkan    semua  indikator  pada  aspek  menetapkan  nilai  yang  akan  dicapai  berada  pada  kategori  sedang,  Indikator  menetapkan  nilai  yang  akan  dicapai  berada  pada  kategori  sedang  dengan  perolehan  presentase  (62,4%),
Grafik  4.5  menunjukkan    pada  aspekberusaha  bekerja  kreatif,  pencapaian  indikator berada pada kategori sedang dan rendah
Grafik  4.6  menunjukkan    semua  indikator  pada  aspek  berusaha  mencapai  cita-cita  berada  pada  kategori  sedang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan “F1” adalah faktor yang dikaitkan dengan masa Iuran sejak diangkat menjadi Prajurit, anggota Polri, PNS dan Calon PNS Kementerian Pertahanan,

Lalu diberikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar dengan dosis yang sama untuk semua petak tanam yaitu ± 40 ton/ha... 12

Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan

Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran operasi hitung perkalian melalui metode discovery. Universitas Pendidikan Indonesia |

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan angket. Dengan empat teknik pengumpulan data yang digunakan

A Peringatan Hari Kartini Di Pemerintah Kota Yogayakarta Launching Bank Buku Perpustakaan Kota. Pemkot Siap Hadapi

Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.. Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari

” Sekilas tentang Beberapa Hambatan dalam Pengajaran Sastra” dalam Bumiku Bahasa dan Sastra.. Bandung: Jurusan Sastra Indonesia