DIKTAT PRAKTIKUM
KIMIA KLINIK
ERBA ® MANNHEIM
PENYUSUN
DGD. DHARMA SANTHI
BAGIAN PATOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik Erba® Mannheim ini tepat pada waktunya. Buku ini dimaksudkan untuk menuntuk mahasiswa D3 Analis dalam melakukan praktikum kimia klinik menggunakan reagen Erba® Mannheim.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah membimbing dan meluangkan waktunya dalam tiap kesempatan sehingga menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini. Semoga menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini dapat diterima dan bermanfaat.
Denpasar, 1 Februari 2017
DAFTAR ISI
SPEKTROFOTOMETRI ... 1
PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT ... 10
PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN ... 13
PEMERIKSAAN ALBUMIN ... 16
PEMERIKSAAN SGOT ... 18
PEMERIKSAAN SGPT ... 21
PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP) ... 24
PEMERIKSAAN GAMMA-GT ………... 26
PEMERIKSAAN GLUCOSE GOD FS* …...………. 28
PEMERIKSAAN CHOLESTEROL TOTAL ………... 30
PEMERIKSAAN BUN (BLOOD UREA NITROGEN) ………….…………... 33
PEMERIKSAAN CREATININ ……..………..…... 36
PEMERIKSAAN ASAM URAT ………...………... 38
SPEKTROFOTOMETRI
Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri
disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan
magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:
1) Sebagai gelombang
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang
gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak. Energi dan frekuensi suatu foton akan berbanding terbalik dengan
panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya. Misalnya: energi yang dihasilkan
cahaya UV lebih besar dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal
ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).
Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.
Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.
Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari :
Gambar 1. Instrumen Spektrofotometri
Fungsi masing-masing bagian:
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer
UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi
hidrogen
VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu
wolfram
UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi
monokromator
Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang
yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
– UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
– IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari
sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
Kepekaan yang tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga
radiasi
Macam-macam detektor :
Detektor foto (Photo detector)
Photocell, misalnya CdS.
Phototube
Hantaran foto
Dioda foto
Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap
besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor. Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri
Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat
tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan
cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi: “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa
sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal
(monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan
tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam
satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.
Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau
suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari
Spektrum UV dan UV-VIS
Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari padasenyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).
Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur. Alatnya disebut UV-Vis spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang
terkonyugasi dan ausokrom dari suatu senyawa organik.
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang
gelombang maksimum suatu senyawa.
3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.
Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan per panjang gelombang.
Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut.
PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan bilirubin total direct dan indirect.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat melakukan pemeriksaan bilirubin total direct dan
indirect.
b. Untuk dapat mengetahui kadar pemeriksaan bilirubin total
direct dan indirect pada suatu sampel serum. METODE
Uji fotometri menggunakan 2,4 dicloroaniline (DCA) PRINSIP
Prinsip bilirubin direct adalah bilirubin direct dihdapkan pada bentuk diazotisasi 2,4 dicloroaniline membentuk warna merah yang bercampur dalam asam sedangkan bilirubin total yaitu dihadapkan bentuk diazotasi 2,4 diklroaniline menyediakan penentuan yang aman dari bilirubin total. ALAT DAN BAHAN
Alat:
mikropipet
tip
tabung reaksi
rak tabung reaksi
Bahan : serum aquades tissue CARA KERJA Bilirubin Total
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Di buat formula pada masing – masing tabung dengan rincian
sebagai berikut.
blanko kalibrator Sampel
Sampel - 25µl 25µl
Aquades 25µl - -
Reagen 1 1000µl 1000µl 1000µl
3. Dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37oC atau 10 menit pada suhu 20-25 oC.
4. Di baca absorbansi A1 lalu ditambahkan reagen 2 (blanko,
kalibrator maupun sampel masing-masing 250 µl).
5. Dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37oC atau 30 menit pada suhu 20-25 oC.
6. Di baca absorbansi A2 nya
Bilirubin Direct
1. Di buat formula pada masing – masing tabung dengan rincian
sebagai berikut.
blanko kalibrator sampel
Sampel 100µl 100µl
Aquadest 50µl - -
2. Dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37oC atau 30 menit pada suhu 20-25 oC.
3. Dibaca konsentrasinya pada spektrofotometer.
INTERPRETASI HASIL Kategori
Kadar Bilirubin
Total Direct Indirect
Dewasa 0,1-1,2 0,1-0,3 0,1-1,0
Anak-anak 0,2-0,8 - 0,1-1,0
PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN TUJUAN
1. TujuanUmum
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan total protein
pada sampel serum secara fotometri.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan total protein
pada sampel serum secara fotometri.
2. TujuanKhusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan total protein pada
sampel serum.
b. Mahasiswa dapat menentukan kadar total protein pada sampel
serum. METODE
Tes fotometri berdasarkan metode biuret PRINSIP
Bersama dengan ion tembaga, protein membentuk kompleks warna biru violet dalam larutan alkali. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi.
ALAT DAN BAHAN Alat: Mikropipet Tissue Aquadest Tabung reaksi Spektrofotometer
Beaker Glass
Botol semprot
Blue Tip dan Yellow Tip
Mikropipet
Bahan:
Monoreagen(1:4) R1:R2
Aquadest
Standar
Reagen tdd: R1 : Sodium hidroksida 100mmol/L
Potassium sodium tartrat 17mmol/L
R2 : Sodium hidroksida 500mmol/L
Potassium sodium tartrat 80mmol/L Potassium iodide 75mmol/L
Tembaga sulfat 20mmol/L CARA KERJA
1. Digunakan APD dengan baik, benar dan lengkap
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Dipastikan semua alat dan bahan siap untuk digunakan
4. Disiapkan tiga buah tabung reaksi, masing-masing diisi label dengan
standar, blanko dan sampel
5. Dipipet masing-masing 500 ʮL monoreagen kemudian dimasukkan
ke dalam masing-masing tiga tabung reaksi
6. Dipipet 10 ʮL aquadest dan dimasukkan pada tabung blanko
7. Dipipet 10 ʮL standar reagen dan dimasukkan pada tabung standar
8. Dipipet 10 ʮL sampel serum dan dimasukkan pada tabung sampel
9. Dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit , pada suhu 20-25°C /
10. Dibaca absorbansi sampel pada panjang gelombang 546 nm 11. Diinterpretasikan hasil pemeriksaan total protein yang didapat INTERPRETASI HASIL
Dewasa: 6.6-8.8 g/dl
Anak-anak Perempuan Laki-laki
1-30 hari 4.2 - 6.2 g/dl 4.1 - 6.3 g/dl
1-6 bulan 4.4 - 6.6 g/dl 4.7 - 6.7 g/dl
6 bulan-1 tahun 5.6 - 7.9 g/dl 5.5 - 7.0 g/dl
PEMERIKSAAN ALBUMIN TUJUAN
1. Untuk mengetahui pemeriksaan albumin dalam serum yang diperiksa
2. Untuk mengetahui kadar albumin serum yang diperiksa.
METODE
Metode yang digunakan adalah BCG (Bromocresol green) PRINSIP
Dengan adanya BCG (Bromocresol green) pada pH yang sedikit asam, serum albumin memproduksi perubahan warna dari indikator kuning hijau menjadi hijau – biru yang absorbansinya diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 632 nm.
ALAT DAN BAHAN Alat : Tabung serologi Kuvet Spektrofotometer Pipet ukur Ball pipet Mikropipet Tip
Rak tabung serologi
Bahan:
Reagen albumin
Serum control
Aquadest
CARA KERJA
1. Semua alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
2. Reagen dan sampel dikondisikan pada suhu ruang.
3. Disiapkan 3 tabung serologi dan dilabeli blanko, standard an test.
4. Dipipet 2 mL reagen albumin dan dimasukkan pada ketiga tabung.
5. Pada tabung blanko ditambahkan 0,01 mL aquadest.
6. Pada tabung standar ditambahkan 0,01 mL serum standar.
7. Pada tabung sampel ditambahkan 0,01 m L sampel serum.
8. Masing – masing dimasukkan kedalam kuvet dan diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 632 nm.
NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN SGOT
(SERUM GLUTAMIC–OXALOACETIC TRANSAMINASE) TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan SGOT pada serum
b. Mahasiswa mampu memahami teknik/cara pemeriksaan SGOT pada sampel serum
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar SGOT pada serum
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar SGOT pada serum yang diperiksa
METODE
Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri UV berdasarkan IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine) (Modifikasi)
PRINSIP
Aspartat amino transperase (ASAT/AST) mengkatalis transaminase dari L-aspartate dan 2-oxogluttarate membentuk L-glutamate dan oxaloacetate> Oxaloacetate direduksi menjadi L-milate oleh enzim malate dehydrogenase (MDH) dan nicomamide Adenin denodeotide 9NADH) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi berbanding lurus dengan aktifitas AST dan diukur secara fotometrik pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm.
ALAT DAN BAHAN Alat: - Mikropipet 100 µl - Mikropipet 500 µl - Blue tip - Tabung reaksi - Kuvet - Spektrofotometri Bahan:
- Reagen ERBA ASAT (SGOT)
R1 Tris buffer (pH 7,8) 110 mmol/L
L-Aspartate 340 mmo/L LDH > 4000 U/L MDH > 750 U/L R2 CAPSO 20 mmol/L 2-Oxoglutarate 85 mmol/L NADH 1,05 mmol/L - Sampel serum - Standar CARA KERJA
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Monoreagen dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1
bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit.
3. Sebanyak 500 µl monoreagen ASAT (GOT) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
4. Ditambahkan 50 µl sampel serum dimasukkan ke dalam tabung
5. Absorbansi larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm.
6. Absorbansi dibaca setelah 1 menit. Absorbansi dibaca kembali
setelah 1,2 menit berikutnya.
7. Hasil data absorbansi sampel dicatat lalu dilakukan perhitungan
kadar SGOT dari sampel serum yang diperiksa. INTERPRETASI HASIL
1. Dengan aktifasi pyridoxal - S- phosphate
a. Wanita dewasa : < 31 U/L
b. Laki-laki dewasa : < 35 U/L
c. Anak-anak 1 – 3 Tahun : < 50 U/L 4 – 6 tahun : < 45 U/L 7 – 9 tahun : < 40 U/L 10 – 12 tahun : < 40 U/L 13 – 15 tahun : < 35 U/L 16 – 18 tahun : < 35 U/L
2. SGOT tanpa aktifasi pyridoxal – S – phosphate
a. Wanita dewasa : < 31 U/L
PEMERIKSAAN SGPT
(SERUM GLUTAMIC–PYRUVIC TRANSAMINASE) TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mengetahui prinsip pemeriksaan SGPT/ALAT pada
serum.
b. Mahasiswa mengetahui prosedur pemeriksaan SGPT/ALAT pada
serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan SGPT/ALAT pada
serum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar SGPT/ALAT pada serum
sampel. METODE
Uji UV menurut IFCC (Internasional Federasi dari Kimia Klinik dan Laboratorium Kesehatan).
PRINSIP
L-Alanine + 2-Oxoglutarate L-Glutamate +
Pyruvate
Pyruvate + NADH + H+ D-Lactate +
NAD+
Penambahan Pyridoxal-5-phospate (P-5-P) menstabilkan aktivitas transaminase dan menghindari nilai-nilai palsu rendah dalam sampel mengandung P-5-P, e.g endogen cukup, misalnya dari pasien dengan infark miokard, penyakit hati, dan pasien perawatan intensif.
ALAT DAN BAHAN Alat: Tabung reaksi Rak tabung Mikropipet Tip Spektrofotometer
Tempat limbah (ember)
Bahan:
Sampel serum (Ni Made Meita Suari, 23 tahun)
Reagen 1
TRIS pH 7,15 140 mmol/L
L-Alanie 700 mmol/L
LDH (Lactate dehydrogenase) 2300 U/L
Reagen 2
2-oxoglutarate 85 mmol/L
NADH 1 mmol/L
Pyridoxal-5-Phosphate FS Buffer pH 9,6 100 mmol/L
Pyridoxal-5-phosphate 13 mmol/L
CARA KERJA
Pembuatan monoreagen
Dipipet 20ml Reagen 1 (4 bagian R1) dan dipipet 5ml Reagen 2 (1 bagian R2), dihomogenkan dan ditempatkan dalam botol reagen.
Pemeriksaan SGPT
1. Digunakan APD dengan baik, benar dan lengkap.
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
4. Dipipet 50µl sampel, dicampurkan dengan reagen yang telah dipipet sebelumnya.
5. Dihomogenkan dan dibaca absorbansinya pada spektrofotometer
kurang dari 1 menit. NILAI NORMAL
Laki-laki : 0 - 50 IU/L
PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP) TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami prinsip pemeriksaan Alkaline Phosphatase (ALP)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Alkaline
Phosphatase (ALP)
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
Alkaline Phosphatase (ALP) METODE
Kinetik fotometri tes, metode standar optimal berdasarkan German Society of Clinical Chemistry (DGKC).
PRINSIP
p-Nitrophenylphosphate + H2O ALP Phosphate + p-Nitrophencl
ALAT DAN BAHAN Alat:
Mikropipet
Tip
Beker glass
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Spektrofotometer
Bahan:
Sampel serum
Standar
CARA KERJA Pengujian Sampel
Sampel atau kalibrator 10 µL
Monoreagen 500 µL
Campurkan, baca absorbansi setelah 1 menit pada spektrofotometer. Baca absorbansi kembali setelah 1,2,3 menit
INTERPRETASI HASIL
25 oc 30 oc 37 oc
Anak-anak
1-12 tahun U/L <480 <596 <727
µkat/L <8.00 <9.93 <12.1
13-17 tahun Wanita U/L <296 <367 <448
µkat/L <4.93 <6.12 <7.47
Pria U/L <617 <767 <935
µkat/L <10.3 <12.8 <15.6
dewasa U/L <170 <211 <258
PEMERIKSAAN GAMMA-GT TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Gamma-GT (GGT) pada serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Gamma-GT (GGT)
pada serum.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Gamma-GT (GGT) pada
serum sampel. METODE
Uji kolorimetri kinetik sesuai dengan metode Szasz / Persijn [2]. Tes ini standar sesuai dengan metode IFCC [4]. Hasil menurut IFCC ditentukan dengan menggunakan faktor khusus atau, dalam kasus penggunaan kalibrator (TruCal U) dengan menggunakan nilai kalibrasi yang diberikan untuk metode IFCC.
PRINSIP
GGT mengkatalisis transfer asam glutamat ke akseptor seperti, dalam hal ini, glycylglycine. 4-amino-2-nitrobenzoate dan membebaskan menyerap cahaya pada 405 nm. Peningkatan absorbansi pada panjang gelombang ini secara langsung terkait dengan aktivitas GGT.
Reaksi Kimia:
L-Gamma-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide + Glycylglycine Gamma-GT Gamma-glutamyl-glycylglycine + 5-amino-2-nitrobenzoat
ALAT DAN BAHAN Alat:
Mikropipet dan tip
Spektrofotometer
Tabung serologi
Rak tabung
Beaker glass
Bahan:
Reagen Dyasis Gamma-GT (GGT)
R1 : TRIS Penyangga pH 8,28 135 mmol/L
Glycylglycine 135 mmol/L
R2 : L-Gamma-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide pH 6,00 22 mmol/L
CARA KERJA
Sampel atau kalibrator 100 µL
Monoreagen 1000 µL
Campurkan, baca absorbansi setelah 1 menit. Baca absorbansi kembali setelah 1,2,3 menit
INTERPRETASI HASIL
Perempuan Laki-laki
Dewasa < 38 U/L < 55 U/L
Anak-anak/Remaja
1 hari – 6 bulan 15-132 U/L 12-122 U/L 6 bulan – 1
tahun
1-39 U/L 1-39 U/L
1 – 12 tahun 4-22 U/L 3-22 U/L
PEMERIKSAAN GLUCOSE GOD FS* TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Glukosa pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Glukosa pada
sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan
Glukosa pada sampel serum. METODE
“ GOD-PAP “ : Uji Fotometri Enzimatis PRINSIP
Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidase glukosa. Indikator kolorimetri yang digunakan adalah quinoneimine, yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen peroksida pada aksi katalis peroksidase.
ALAT DAN BAHAN Alat: Mikropipet + tip Spektrofotometer Tabung serologi Rak tabung Beaker glass
Bahan:
Reagen
Buffer Phospate pH 7,5 250 mmol/L
Phenol 5 mmol/L
4-aminoantipyrine 0,5 mmol/L
Glucose Oxidase ( GOD ) ≥ 10 kU/L
Peroxidase ( POD ) ≥ 1 kU/L
CARA KERJA
Blanko Sampel
Sampel - 10 μL
Blanko 10 μL -
Reagent 1000 μL 1000 μL
Campur, inkubasi 20 menit pada suhu 20⁰C-25⁰C atau 10 menit pada 37⁰C. Baca Absorbansi Blanko dalam waktu 60 menit
INTERPRETASI HASIL mg/dl mmol/L Baru Lahir : Janin 53-158 3.5-8.8 1 jam 36-99 2.0-5.5 2 jam 36-89 2.2-4.9 5-14 jam 34-77 1.9-4.3 10-28 jam 46-81 2.6-4.5 44-52 jam 48-79 2.7-4.4 Anak-Anak 1-6 tahun 74-127 4,1-7.0 7-19 tahun 70-106 3.9-5.9 Dewasa ( Plasma ) 70-115 3.9-6.4
PEMERIKSAAN CHOLESTEROL TOTAL TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Cholesterol Total
pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan
Cholesterol Total pada sampel serum METODE
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode kolorimetrik enzimatik CHOD-PAP
PRINSIP
Kolesterol ditentukan secara hidrolisis dan oksidasi enzimatik. Indikator kolorimetri adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan fenol dengan katalisator peroksidase membentuk quinoneimine yang berwarna merah. Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi kolesterol dan dapat ditentukan secara fotometrik. Absorbansi warna diukur pada panjang gelombang 546 nm.
CHE
CHO
Cholesterol + O2 Cholesterol + Fatty Acid
POD
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + phenol Quinoneimein +
4H2O
ALAT DAN BAHAN Alat:
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet ukur Ball pipet Mikropipet 10 µl Yellow tip Gelas beaker 50 mL Kuvet Spektrofotometer Stopwatch Bahan: Sampel Standar 168 mg/dL Aquades CARA KERJA
1. Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label
2. Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :
Blanko Standar Test
Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquades 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Serum - - 10 µl
3. Campuran dalam masing-masing tabung dihomogenkan
4. Campuran diinkubasi pada suhu ruang (20˚-25˚ C) selama 20 menit
5. Masing-masing campuran dituang ke dalam kuvet
6. Absorbansi campuran tadi dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 546 nm dengan titik nol sebagai blanko
7. Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar kolesterol total.
INTERPRETASI HASIL
Parameter Nilai rujukan (mg/dl)
Nilai rujukan normal < 200
Resiko sedang 200 – 240
PEMERIKSAAN BUN (BLOOD UREA NITROGEN) TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan BUN (Blood Urea Nitrogen) pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan BUN (Blood Urea
Nitrogen) pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan
BUN (Blood Urea Nitrogen) pada sampel serum METODE
Metode yang digunakan adalah metode enzimatik UV Test (Urea-GLDH) PRINSIP
Reaksi Enzimatis :
Urea + 2H2O 2NH4+ + HCO3
2 – Oxoglutarat + NH4+ + NADH L – glutamate + NAD++
H2O
ALAT DAN BAHAN Alat : Yellow tip White tip Mikropipet Pipet Ukur 1 ml Urease GLDH
Stopwatch Tabung serologi Beaker glass Spektrofotometer ERBA Bahan : Aquadest
Reagen Diasys Urean FS monoreagen (dibuat dengan
mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 (20 ml R1 + 5 ml R2)
Sampel serum
CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko
,standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Blanko Standar Sampel
Aquadest 5 µl - -
Standar - 5 µl -
Sampel - - 5 µl
Monoreagent 500 µl 500 µl 500 µl
4. Campuran dihohomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit pada
suhu 25o/30oC atau selama 30-40 detik pada suhu 37oC.
5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 340 nm.
INTERPRETASI HASIL Dewasa Umum : 17 – 43 mg/dl Wanita < 50 tahun : 15 – 40 mg/dl Wanita > 50 tahun : 21 – 43 mg/dl Laki-laki < 50 tahun : 19 – 44 mg/dl Laki-laki > 50 tahun : 18 – 55 mg/dl Anak-anak 1 – 3 tahun : 11 – 36 mg/dl 4 – 13 tahun : 15 – 36 mg/dl 14 – 19 tahun : 18 – 45 mg/dl
PEMERIKSAAN CREATININ TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar kreatinin dalam serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar kreatinin dalam
sampel serum dengan metode Jaffe.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar kreatinin dalam sampel
serum
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
METODE
Metode yang digunakan adalah metode jaffe reaction PRINSIP
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar kreatinin dalam sampel, yang diukur dengan Fotometer dengan panjang gelombang 490 nm.
ALAT DAN BAHAN Alat :
Spektrofotometer
Tabung reaksi dan rak tabung
Tip
Mikropipet 10 ul dan 1000 ul
Bahan :
Tissue
Sampel Serum
Reagen Kreatinin : R1 : Sodium hidroksida 0,2 mol/L
R2 : Asam pikrat 20 mmol/L
Standart kreatinin 2 mg/dL
Aquades
CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko
,standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Blanko Standar Sampel
Aquadest 25µl - -
Standar - 25 µl -
Sampel - - 25 µl
Monoreagent 500 j 500µl 500µl
4. Campuran dihohomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit.
5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 490 nm.
6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar kreatinin pada sampel.
INTERPRETASI HASIL
Nilai kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah:
Laki-laki : 0,6 - 1,1 mg / dL
PEMERIKSAAN ASAM URAT TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar asam urat dalam serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar asam urat
dalam sampel serum dengan metode TBHBA.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar asam urat dalam sampel
serum
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
METODE
Metode yang digunakan adalah enzimatis fotometri menggunakan TBHBA (2,4,6-tribromo 3-hodroxybenzoic acid)
Prinsip
Prinsip dari reaksi enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat yang bereaksi dengan air akan dioksidasi menjadi alantoin oleh adanya urikase, selanjutnya hidrogen peroksida sebagai hasil samping reaksi tersebut akan
bereaksi dengan 4- aminoantipyrine dan 2,4,6–tribomo–3-hydroxybenzoic
acid (TBHBA) membentuk quinimine yang berwarna merah muda dengan bantuan peroksidase warna yang terbentuk selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang maksimal.
Reaksi Kimia:
Asam urat + H2O + O2 Uricase Allantoin + CO2 + H2O2
ALAT DAN BAHAN Alat:
Spektrofotometer
Tabung reaksi dan rak tabung
Tip Mikropipet 10 ul dan 1000 ul Beaker glass Kuvet Bahan: Serum
Reagen asam urat (R1 dan R2)
Standar asam urat
Aquades
CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko
,standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Blanko Standar Sampel
Aquadest 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Sampel - - 10 µl
Monoreagent 500 µl 500 µl 500 µl
4. Campuran dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 10 menit.
5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar asam urat pada sampel INTERPRETASI HASIL Wanita (mg/dL) Laki-laki (mg/dL) Dewasa 2,6 – 6,0 3,5 – 7,2 Anak-anak 0- 5 hari 1,9 -7,9 1,9 – 7,9 1-4 tahun 1,7 – 5,1 2,2 – 5,7 5-11 tahun 3,0 – 6,4 3, 0 – 6,4 12 – 14 tahun 3,2 – 6,1 3,2 – 7,4 15 – 17 tahun 3,2 – 6,4 4,5 – 8,1
DAFTAR PUSTAKA
Ani.2011. uji kadar bilirubin total. Online: http://
www.scribd.com/doc/20408857/uji-kadar-bilirubin-total. Diakses 20 Januari 2017
Aninda.2010. Bilirubin direct dan indirect. Online:
http://artikelkedokteran.net/bilirubin-direk-dan-bilirubin-indirek.html, diakses 20 Januari 2017
Anonim, 2014. Protein bence Jones. Online.
http://informasitips.com/protein-bence-jones. 11 Januari 2017
Anonim. 2011. Tuntunan Praktikum Kimia Klinik. Universitas Muslim
Indonesia. Makassar
Anonim. 2011. Tuntunan Praktikum Kimia
Klinik. http://junikomang.blogspot.com/2011/09/laporan-kimia-klinik-semester-4.html. 11 Januari 2017
Anonoim.2009. Bilirubin Serum. Online:
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/bilirubin-serum.html. Diakses 20 Januari 2017
Apriani, Nila. 2011. Pemeriksaan SGOT. Online.
http://nillaaprianinaim.wordpress.com. Diakses tanggal 8 Januari 2017
Bayupurnama, Putut. 2007. Hepatotoksisitas Imbas Obat. Ilmu Ajar
Penyakit Dalam Universitas Indonesia Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI.
Budiwarsono. 2009. Penyakit Hati hal 14. Surabaya : PIT Pro Prodia Panel
Dharma. 2009. Fosfatase Alkali. (online)
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/fosfatase-alkali.html Diakses tanggal 8 Januari 2017
E.N. Kosasih & A.S. 2008. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Edisi 2, Karisma Publishing Group, Tangerang, 2008.
Frances K. Widmann, dkk. 1992. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1. Jakarta: EGC.
Frances K. Widmann.1989, alih bahasa : Siti B. Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, EGC, 1989.
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Efek Insulin Terhadap
Metabolisme Karbohidrat dan Lemak. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC. 1221-38
Hafil. 2012. Laporan Praktikum Patologi Klinik.online.
http://darknessthe.blogspot.com
/2012/07/laporan-praktikum-patologi-klinik_22.html. diakses pada 10 Januari 2017 http//:Wikipedia.com/diakses pada tanggal 11 Januari 2017
Joyce LeFever Kee,2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 9, EGC, Jakarta, 2007.
Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &
Diagnostik. Jakarta: EGC.
Kusumobroto O Hernomo. 2007.Sirosis Hati, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi I hal 335-45. Jakarta : Jayabadi.Sacher
Lawang, 2013. Laporan Protein Total dalam Serum. Online.
www.lawangarl711.blogspot.com diakses pada tanggal 27 Januari 2017
Muhammad, Erwan. 2015. Makalah Pemeriksaan Total Protein. Online.
www. erwanmuhammad.blogspot.com diakses pada tanggal 27 Januari 2017
Murrey, Robert K, at all. 2003. Glikolisis dan Oksidasi piruvat. Dalam : Biokimia Harper edisi 25. Jakarta : EGC. 200-4
Nursyam, Sri Oktavian. Laporan Praktikum Kimia Klinik.
http://sovasilinzuensik.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-kimia-klinik.html diakses pada tanggal 11 Januari 2017
Nursyam, Sri Oktaviani. 2013. Pemeriksaan SGOT. Online.
http://sovasilinzuensik.blogspot.com.
P. Andrianto, J Gunawan. 1990. Patologi Klinik., D.N. Baron, alih bahasa :
P. Andrianto, J. Gunawan, Kapita Selekta Patologi Klinik, Edisi 4, EGC, 1990.
Poedjiadi, Anna. 1994. Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Dasar – dasar
Biokim. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 259-62
Price, Sylvia A, at all. 2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit edisi 6: Jakarta : EGC. 1110-9
R.A, McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Cetakan 1. Jakarta : EGC
Reyni, 2010. Pemeriksaan Total Protein. Online.
www.reyniteen.blogspot.com /2010/09/total-protein.html diakses pada tanggal 27 Januari 2017
Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.
Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta: EGC.
Setijowati, Nanik. 2009.
Hubungan Kadar Enzim Hati Terhadap Beratnya Manifestasi Klinis De mam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Diakses pada tanggal 11 April 2015
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Sughy. 2012. Pemeriksaan SGOT. Online. http://sughy03.blogspot.com. Suhanda. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta : PT Kompos Media
Nusantara.Wijayakusuma. 2008. Rumah Herbal Penurun Kolesterol. Jakarta : PustakaBunda
Suri. 2012. Pemeriksaan Fungsi Hati. (online)
http://sesuri.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-fungsi-. hati_287.html
Susanti,Tari. 2012. Protein Bence Jones. Online.
http://tarisblogger.blogspot.com/2012/01/protein-bence-jones.html. 11 Januari 2017
Sutedjo, SKM. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara Books : Yogyakarta.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Winarno, F.G dan B. S. Laksmi. 1974. Kerusakan Bahan Pangan dan