• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIKTAT PRAKTIKUM KIMIA KLINIK ERBA MANNHEIM PENYUSUN DGD. DHARMA SANTHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIKTAT PRAKTIKUM KIMIA KLINIK ERBA MANNHEIM PENYUSUN DGD. DHARMA SANTHI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DIKTAT PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK

ERBA ® MANNHEIM

PENYUSUN

DGD. DHARMA SANTHI

BAGIAN PATOLOGI KLINIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik Erba® Mannheim ini tepat pada waktunya. Buku ini dimaksudkan untuk menuntuk mahasiswa D3 Analis dalam melakukan praktikum kimia klinik menggunakan reagen Erba® Mannheim.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah membimbing dan meluangkan waktunya dalam tiap kesempatan sehingga menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini. Semoga menyelesaikan Diktat Praktikum Kimia Klinik ini dapat diterima dan bermanfaat.

Denpasar, 1 Februari 2017

(3)

DAFTAR ISI

SPEKTROFOTOMETRI ... 1

PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT ... 10

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN ... 13

PEMERIKSAAN ALBUMIN ... 16

PEMERIKSAAN SGOT ... 18

PEMERIKSAAN SGPT ... 21

PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP) ... 24

PEMERIKSAAN GAMMA-GT ………... 26

PEMERIKSAAN GLUCOSE GOD FS* …...………. 28

PEMERIKSAAN CHOLESTEROL TOTAL ………... 30

PEMERIKSAAN BUN (BLOOD UREA NITROGEN) ………….…………... 33

PEMERIKSAAN CREATININ ……..………..…... 36

PEMERIKSAAN ASAM URAT ………...………... 38

(4)

SPEKTROFOTOMETRI

Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri

disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya

visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.

Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.

Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan

magnet termasuk gelombang elektromagnetik.

Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang

(5)

Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang

gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak. Energi dan frekuensi suatu foton akan berbanding terbalik dengan

panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya. Misalnya: energi yang dihasilkan

cahaya UV lebih besar dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal

ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).

Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.

Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.

Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut

spektrofotometer terdiri dari :

(6)

Gambar 1. Instrumen Spektrofotometri

Fungsi masing-masing bagian:

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar

polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer

 UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi

hidrogen

 VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu

wolfram

 UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi

monokromator

 Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang

yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik.

(7)

Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.

Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

– UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

– IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari

sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

 Kepekaan yang tinggi

(8)

 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang

 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi

 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga

radiasi

Macam-macam detektor :

 Detektor foto (Photo detector)

 Photocell, misalnya CdS.

 Phototube

 Hantaran foto

 Dioda foto

 Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap

besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor. Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.

(9)

Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat

tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan

cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi: “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

(10)

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa

sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal

(monokromatis).

2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan

tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam

satu larutan.

3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang

(tebal kuvet) yang sama.

4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.

Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau

suspensi yang ada di dalam larutan.

5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan

menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan

penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.

2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau

kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik

3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi

sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari

(11)

Spektrum UV dan UV-VIS

Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron.

Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari padasenyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).

Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur. Alatnya disebut UV-Vis spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.

Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:

1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang

terkonyugasi dan ausokrom dari suatu senyawa organik.

2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang

gelombang maksimum suatu senyawa.

3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif

dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh

(12)

sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.

Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan per panjang gelombang.

Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut.

(13)

PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL DAN DIRECT TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan bilirubin total direct dan indirect.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat melakukan pemeriksaan bilirubin total direct dan

indirect.

b. Untuk dapat mengetahui kadar pemeriksaan bilirubin total

direct dan indirect pada suatu sampel serum. METODE

Uji fotometri menggunakan 2,4 dicloroaniline (DCA) PRINSIP

Prinsip bilirubin direct adalah bilirubin direct dihdapkan pada bentuk diazotisasi 2,4 dicloroaniline membentuk warna merah yang bercampur dalam asam sedangkan bilirubin total yaitu dihadapkan bentuk diazotasi 2,4 diklroaniline menyediakan penentuan yang aman dari bilirubin total. ALAT DAN BAHAN

Alat:

 mikropipet

 tip

 tabung reaksi

 rak tabung reaksi

(14)

Bahan :  serum  aquades  tissue CARA KERJA Bilirubin Total

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Di buat formula pada masing – masing tabung dengan rincian

sebagai berikut.

blanko kalibrator Sampel

Sampel - 25µl 25µl

Aquades 25µl - -

Reagen 1 1000µl 1000µl 1000µl

3. Dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu

37oC atau 10 menit pada suhu 20-25 oC.

4. Di baca absorbansi A1 lalu ditambahkan reagen 2 (blanko,

kalibrator maupun sampel masing-masing 250 µl).

5. Dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu

37oC atau 30 menit pada suhu 20-25 oC.

6. Di baca absorbansi A2 nya

Bilirubin Direct

1. Di buat formula pada masing – masing tabung dengan rincian

sebagai berikut.

blanko kalibrator sampel

Sampel 100µl 100µl

Aquadest 50µl - -

(15)

2. Dihomogenkan kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu

37oC atau 30 menit pada suhu 20-25 oC.

3. Dibaca konsentrasinya pada spektrofotometer.

INTERPRETASI HASIL Kategori

Kadar Bilirubin

Total Direct Indirect

Dewasa 0,1-1,2 0,1-0,3 0,1-1,0

Anak-anak 0,2-0,8 - 0,1-1,0

(16)

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN TUJUAN

1. TujuanUmum

a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan total protein

pada sampel serum secara fotometri.

b. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan total protein

pada sampel serum secara fotometri.

2. TujuanKhusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan total protein pada

sampel serum.

b. Mahasiswa dapat menentukan kadar total protein pada sampel

serum. METODE

Tes fotometri berdasarkan metode biuret PRINSIP

Bersama dengan ion tembaga, protein membentuk kompleks warna biru violet dalam larutan alkali. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi.

ALAT DAN BAHAN Alat:  Mikropipet  Tissue  Aquadest  Tabung reaksi  Spektrofotometer

(17)

 Beaker Glass

 Botol semprot

 Blue Tip dan Yellow Tip

 Mikropipet

Bahan:

 Monoreagen(1:4) R1:R2

 Aquadest

 Standar

Reagen tdd: R1 : Sodium hidroksida 100mmol/L

Potassium sodium tartrat 17mmol/L

R2 : Sodium hidroksida 500mmol/L

Potassium sodium tartrat 80mmol/L Potassium iodide 75mmol/L

Tembaga sulfat 20mmol/L CARA KERJA

1. Digunakan APD dengan baik, benar dan lengkap

2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

3. Dipastikan semua alat dan bahan siap untuk digunakan

4. Disiapkan tiga buah tabung reaksi, masing-masing diisi label dengan

standar, blanko dan sampel

5. Dipipet masing-masing 500 ʮL monoreagen kemudian dimasukkan

ke dalam masing-masing tiga tabung reaksi

6. Dipipet 10 ʮL aquadest dan dimasukkan pada tabung blanko

7. Dipipet 10 ʮL standar reagen dan dimasukkan pada tabung standar

8. Dipipet 10 ʮL sampel serum dan dimasukkan pada tabung sampel

9. Dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit , pada suhu 20-25°C /

(18)

10. Dibaca absorbansi sampel pada panjang gelombang 546 nm 11. Diinterpretasikan hasil pemeriksaan total protein yang didapat INTERPRETASI HASIL

Dewasa: 6.6-8.8 g/dl

Anak-anak Perempuan Laki-laki

1-30 hari 4.2 - 6.2 g/dl 4.1 - 6.3 g/dl

1-6 bulan 4.4 - 6.6 g/dl 4.7 - 6.7 g/dl

6 bulan-1 tahun 5.6 - 7.9 g/dl 5.5 - 7.0 g/dl

(19)

PEMERIKSAAN ALBUMIN TUJUAN

1. Untuk mengetahui pemeriksaan albumin dalam serum yang diperiksa

2. Untuk mengetahui kadar albumin serum yang diperiksa.

METODE

Metode yang digunakan adalah BCG (Bromocresol green) PRINSIP

Dengan adanya BCG (Bromocresol green) pada pH yang sedikit asam, serum albumin memproduksi perubahan warna dari indikator kuning hijau menjadi hijau – biru yang absorbansinya diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 632 nm.

ALAT DAN BAHAN Alat :  Tabung serologi  Kuvet  Spektrofotometer  Pipet ukur  Ball pipet  Mikropipet  Tip

 Rak tabung serologi

Bahan:

 Reagen albumin

 Serum control

(20)

 Aquadest

CARA KERJA

1. Semua alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.

2. Reagen dan sampel dikondisikan pada suhu ruang.

3. Disiapkan 3 tabung serologi dan dilabeli blanko, standard an test.

4. Dipipet 2 mL reagen albumin dan dimasukkan pada ketiga tabung.

5. Pada tabung blanko ditambahkan 0,01 mL aquadest.

6. Pada tabung standar ditambahkan 0,01 mL serum standar.

7. Pada tabung sampel ditambahkan 0,01 m L sampel serum.

8. Masing – masing dimasukkan kedalam kuvet dan diukur

absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 632 nm.

NILAI NORMAL

(21)

PEMERIKSAAN SGOT

(SERUM GLUTAMIC–OXALOACETIC TRANSAMINASE) TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

a. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan SGOT pada serum

b. Mahasiswa mampu memahami teknik/cara pemeriksaan SGOT pada sampel serum

2. Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar SGOT pada serum

b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar SGOT pada serum yang diperiksa

METODE

Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri UV berdasarkan IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine) (Modifikasi)

PRINSIP

Aspartat amino transperase (ASAT/AST) mengkatalis transaminase dari L-aspartate dan 2-oxogluttarate membentuk L-glutamate dan oxaloacetate> Oxaloacetate direduksi menjadi L-milate oleh enzim malate dehydrogenase (MDH) dan nicomamide Adenin denodeotide 9NADH) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi berbanding lurus dengan aktifitas AST dan diukur secara fotometrik pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm.

(22)

ALAT DAN BAHAN Alat: - Mikropipet 100 µl - Mikropipet 500 µl - Blue tip - Tabung reaksi - Kuvet - Spektrofotometri Bahan:

- Reagen ERBA ASAT (SGOT)

R1 Tris buffer (pH 7,8) 110 mmol/L

L-Aspartate 340 mmo/L LDH > 4000 U/L MDH > 750 U/L R2 CAPSO 20 mmol/L 2-Oxoglutarate 85 mmol/L NADH 1,05 mmol/L - Sampel serum - Standar CARA KERJA

1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan

2. Monoreagen dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1

bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit.

3. Sebanyak 500 µl monoreagen ASAT (GOT) dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

4. Ditambahkan 50 µl sampel serum dimasukkan ke dalam tabung

(23)

5. Absorbansi larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm.

6. Absorbansi dibaca setelah 1 menit. Absorbansi dibaca kembali

setelah 1,2 menit berikutnya.

7. Hasil data absorbansi sampel dicatat lalu dilakukan perhitungan

kadar SGOT dari sampel serum yang diperiksa. INTERPRETASI HASIL

1. Dengan aktifasi pyridoxal - S- phosphate

a. Wanita dewasa : < 31 U/L

b. Laki-laki dewasa : < 35 U/L

c. Anak-anak  1 – 3 Tahun : < 50 U/L  4 – 6 tahun : < 45 U/L  7 – 9 tahun : < 40 U/L  10 – 12 tahun : < 40 U/L  13 – 15 tahun : < 35 U/L  16 – 18 tahun : < 35 U/L 

2. SGOT tanpa aktifasi pyridoxal – S – phosphate

a. Wanita dewasa : < 31 U/L

(24)

PEMERIKSAAN SGPT

(SERUM GLUTAMIC–PYRUVIC TRANSAMINASE) TUJUAN

1. Tujuan Umum

a. Mahasiswa mengetahui prinsip pemeriksaan SGPT/ALAT pada

serum.

b. Mahasiswa mengetahui prosedur pemeriksaan SGPT/ALAT pada

serum.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan SGPT/ALAT pada

serum.

b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar SGPT/ALAT pada serum

sampel. METODE

Uji UV menurut IFCC (Internasional Federasi dari Kimia Klinik dan Laboratorium Kesehatan).

PRINSIP

L-Alanine + 2-Oxoglutarate L-Glutamate +

Pyruvate

Pyruvate + NADH + H+ D-Lactate +

NAD+

Penambahan Pyridoxal-5-phospate (P-5-P) menstabilkan aktivitas transaminase dan menghindari nilai-nilai palsu rendah dalam sampel mengandung P-5-P, e.g endogen cukup, misalnya dari pasien dengan infark miokard, penyakit hati, dan pasien perawatan intensif.

(25)

ALAT DAN BAHAN Alat:  Tabung reaksi  Rak tabung  Mikropipet  Tip  Spektrofotometer

 Tempat limbah (ember)

Bahan:

 Sampel serum (Ni Made Meita Suari, 23 tahun)

 Reagen 1

TRIS pH 7,15 140 mmol/L

L-Alanie 700 mmol/L

LDH (Lactate dehydrogenase) 2300 U/L

 Reagen 2

2-oxoglutarate 85 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Pyridoxal-5-Phosphate FS Buffer pH 9,6 100 mmol/L

Pyridoxal-5-phosphate 13 mmol/L

CARA KERJA

Pembuatan monoreagen

Dipipet 20ml Reagen 1 (4 bagian R1) dan dipipet 5ml Reagen 2 (1 bagian R2), dihomogenkan dan ditempatkan dalam botol reagen.

Pemeriksaan SGPT

1. Digunakan APD dengan baik, benar dan lengkap.

2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

(26)

4. Dipipet 50µl sampel, dicampurkan dengan reagen yang telah dipipet sebelumnya.

5. Dihomogenkan dan dibaca absorbansinya pada spektrofotometer

kurang dari 1 menit. NILAI NORMAL

Laki-laki : 0 - 50 IU/L

(27)

PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP) TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami prinsip pemeriksaan Alkaline Phosphatase (ALP)

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Alkaline

Phosphatase (ALP)

b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan

Alkaline Phosphatase (ALP) METODE

Kinetik fotometri tes, metode standar optimal berdasarkan German Society of Clinical Chemistry (DGKC).

PRINSIP

p-Nitrophenylphosphate + H2O ALP Phosphate + p-Nitrophencl

ALAT DAN BAHAN Alat:

Mikropipet

Tip

Beker glass

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Spektrofotometer

Bahan:

(28)

 Sampel serum

 Standar

CARA KERJA Pengujian Sampel

Sampel atau kalibrator 10 µL

Monoreagen 500 µL

Campurkan, baca absorbansi setelah 1 menit pada spektrofotometer. Baca absorbansi kembali setelah 1,2,3 menit

INTERPRETASI HASIL

25 oc 30 oc 37 oc

Anak-anak

1-12 tahun U/L <480 <596 <727

µkat/L <8.00 <9.93 <12.1

13-17 tahun Wanita U/L <296 <367 <448

µkat/L <4.93 <6.12 <7.47

Pria U/L <617 <767 <935

µkat/L <10.3 <12.8 <15.6

dewasa U/L <170 <211 <258

(29)

PEMERIKSAAN GAMMA-GT TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Gamma-GT (GGT) pada serum.

2. Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Gamma-GT (GGT)

pada serum.

b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar Gamma-GT (GGT) pada

serum sampel. METODE

Uji kolorimetri kinetik sesuai dengan metode Szasz / Persijn [2]. Tes ini standar sesuai dengan metode IFCC [4]. Hasil menurut IFCC ditentukan dengan menggunakan faktor khusus atau, dalam kasus penggunaan kalibrator (TruCal U) dengan menggunakan nilai kalibrasi yang diberikan untuk metode IFCC.

PRINSIP

GGT mengkatalisis transfer asam glutamat ke akseptor seperti, dalam hal ini, glycylglycine. 4-amino-2-nitrobenzoate dan membebaskan menyerap cahaya pada 405 nm. Peningkatan absorbansi pada panjang gelombang ini secara langsung terkait dengan aktivitas GGT.

Reaksi Kimia:

L-Gamma-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide + Glycylglycine Gamma-GT Gamma-glutamyl-glycylglycine + 5-amino-2-nitrobenzoat

(30)

ALAT DAN BAHAN Alat:

 Mikropipet dan tip

 Spektrofotometer

 Tabung serologi

 Rak tabung

 Beaker glass

Bahan:

 Reagen Dyasis Gamma-GT (GGT)

R1 : TRIS Penyangga pH 8,28 135 mmol/L

Glycylglycine 135 mmol/L

R2 : L-Gamma-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide pH 6,00 22 mmol/L

CARA KERJA

Sampel atau kalibrator 100 µL

Monoreagen 1000 µL

Campurkan, baca absorbansi setelah 1 menit. Baca absorbansi kembali setelah 1,2,3 menit

INTERPRETASI HASIL

Perempuan Laki-laki

Dewasa < 38 U/L < 55 U/L

Anak-anak/Remaja

1 hari – 6 bulan 15-132 U/L 12-122 U/L 6 bulan – 1

tahun

1-39 U/L 1-39 U/L

1 – 12 tahun 4-22 U/L 3-22 U/L

(31)

PEMERIKSAAN GLUCOSE GOD FS* TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Glukosa pada sampel serum.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Glukosa pada

sampel serum.

b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan

Glukosa pada sampel serum. METODE

“ GOD-PAP “ : Uji Fotometri Enzimatis PRINSIP

Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidase glukosa. Indikator kolorimetri yang digunakan adalah quinoneimine, yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen peroksida pada aksi katalis peroksidase.

ALAT DAN BAHAN Alat:  Mikropipet + tip  Spektrofotometer  Tabung serologi  Rak tabung  Beaker glass

(32)

Bahan:

 Reagen

Buffer Phospate pH 7,5 250 mmol/L

Phenol 5 mmol/L

4-aminoantipyrine 0,5 mmol/L

Glucose Oxidase ( GOD ) ≥ 10 kU/L

Peroxidase ( POD ) ≥ 1 kU/L

CARA KERJA

Blanko Sampel

Sampel - 10 μL

Blanko 10 μL -

Reagent 1000 μL 1000 μL

Campur, inkubasi 20 menit pada suhu 20⁰C-25⁰C atau 10 menit pada 37⁰C. Baca Absorbansi Blanko dalam waktu 60 menit

INTERPRETASI HASIL mg/dl mmol/L Baru Lahir : Janin 53-158 3.5-8.8 1 jam 36-99 2.0-5.5 2 jam 36-89 2.2-4.9 5-14 jam 34-77 1.9-4.3 10-28 jam 46-81 2.6-4.5 44-52 jam 48-79 2.7-4.4 Anak-Anak 1-6 tahun 74-127 4,1-7.0 7-19 tahun 70-106 3.9-5.9 Dewasa ( Plasma ) 70-115 3.9-6.4

(33)

PEMERIKSAAN CHOLESTEROL TOTAL TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel serum.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Cholesterol Total

pada sampel serum.

b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan

Cholesterol Total pada sampel serum METODE

Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode kolorimetrik enzimatik CHOD-PAP

PRINSIP

Kolesterol ditentukan secara hidrolisis dan oksidasi enzimatik. Indikator kolorimetri adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan fenol dengan katalisator peroksidase membentuk quinoneimine yang berwarna merah. Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi kolesterol dan dapat ditentukan secara fotometrik. Absorbansi warna diukur pada panjang gelombang 546 nm.

CHE

(34)

CHO

Cholesterol + O2 Cholesterol + Fatty Acid

POD

2H2O2 + 4-aminoantipyrine + phenol Quinoneimein +

4H2O

ALAT DAN BAHAN Alat:

 Tabung reaksi

 Rak tabung reaksi

 Pipet ukur  Ball pipet  Mikropipet 10 µl  Yellow tip  Gelas beaker 50 mL  Kuvet  Spektrofotometer  Stopwatch Bahan:  Sampel  Standar 168 mg/dL  Aquades CARA KERJA

1. Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label

(35)

2. Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :

Blanko Standar Test

Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl

Aquades 10 µl - -

Standar - 10 µl -

Serum - - 10 µl

3. Campuran dalam masing-masing tabung dihomogenkan

4. Campuran diinkubasi pada suhu ruang (20˚-25˚ C) selama 20 menit

5. Masing-masing campuran dituang ke dalam kuvet

6. Absorbansi campuran tadi dibaca dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 546 nm dengan titik nol sebagai blanko

7. Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar kolesterol total.

INTERPRETASI HASIL

Parameter Nilai rujukan (mg/dl)

Nilai rujukan normal < 200

Resiko sedang 200 – 240

(36)

PEMERIKSAAN BUN (BLOOD UREA NITROGEN) TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan BUN (Blood Urea Nitrogen) pada sampel serum.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan BUN (Blood Urea

Nitrogen) pada sampel serum.

b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan

BUN (Blood Urea Nitrogen) pada sampel serum METODE

Metode yang digunakan adalah metode enzimatik UV Test (Urea-GLDH) PRINSIP

Reaksi Enzimatis :

Urea + 2H2O 2NH4+ + HCO3

2 – Oxoglutarat + NH4+ + NADH L – glutamate + NAD++

H2O

ALAT DAN BAHAN Alat :  Yellow tip White tip Mikropipet Pipet Ukur 1 ml Urease GLDH

(37)

Stopwatch Tabung serologi Beaker glass Spektrofotometer ERBA Bahan :  Aquadest

 Reagen Diasys Urean FS monoreagen (dibuat dengan

mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 (20 ml R1 + 5 ml R2)

Sampel serum

CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam

suhu ruang.

2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko

,standar, test.

3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel

Aquadest 5 µl - -

Standar - 5 µl -

Sampel - - 5 µl

Monoreagent 500 µl 500 µl 500 µl

4. Campuran dihohomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit pada

suhu 25o/30oC atau selama 30-40 detik pada suhu 37oC.

5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 340 nm.

(38)

INTERPRETASI HASIL  Dewasa Umum : 17 – 43 mg/dl Wanita < 50 tahun : 15 – 40 mg/dl Wanita > 50 tahun : 21 – 43 mg/dl Laki-laki < 50 tahun : 19 – 44 mg/dl Laki-laki > 50 tahun : 18 – 55 mg/dl  Anak-anak 1 – 3 tahun : 11 – 36 mg/dl 4 – 13 tahun : 15 – 36 mg/dl 14 – 19 tahun : 18 – 45 mg/dl

(39)

PEMERIKSAAN CREATININ TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar kreatinin dalam serum.

2. Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar kreatinin dalam

sampel serum dengan metode Jaffe.

b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar kreatinin dalam sampel

serum

c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan.

METODE

Metode yang digunakan adalah metode jaffe reaction PRINSIP

Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar kreatinin dalam sampel, yang diukur dengan Fotometer dengan panjang gelombang 490 nm.

ALAT DAN BAHAN Alat :

 Spektrofotometer

 Tabung reaksi dan rak tabung

 Tip

 Mikropipet 10 ul dan 1000 ul

(40)

Bahan :

 Tissue

 Sampel Serum

 Reagen Kreatinin : R1 : Sodium hidroksida 0,2 mol/L

R2 : Asam pikrat 20 mmol/L

 Standart kreatinin 2 mg/dL

 Aquades

CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam

suhu ruang.

2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko

,standar, test.

3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel

Aquadest 25µl - -

Standar - 25 µl -

Sampel - - 25 µl

Monoreagent 500 j 500µl 500µl

4. Campuran dihohomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit.

5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 490 nm.

6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar kreatinin pada sampel.

INTERPRETASI HASIL

Nilai kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah:

Laki-laki : 0,6 - 1,1 mg / dL

(41)

PEMERIKSAAN ASAM URAT TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar asam urat dalam serum.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar asam urat

dalam sampel serum dengan metode TBHBA.

b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar asam urat dalam sampel

serum

c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

METODE

Metode yang digunakan adalah enzimatis fotometri menggunakan TBHBA (2,4,6-tribromo 3-hodroxybenzoic acid)

Prinsip

Prinsip dari reaksi enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat yang bereaksi dengan air akan dioksidasi menjadi alantoin oleh adanya urikase, selanjutnya hidrogen peroksida sebagai hasil samping reaksi tersebut akan

bereaksi dengan 4- aminoantipyrine dan 2,4,6–tribomo–3-hydroxybenzoic

acid (TBHBA) membentuk quinimine yang berwarna merah muda dengan bantuan peroksidase warna yang terbentuk selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang maksimal.

Reaksi Kimia:

Asam urat + H2O + O2 Uricase Allantoin + CO2 + H2O2

(42)

ALAT DAN BAHAN Alat:

 Spektrofotometer

 Tabung reaksi dan rak tabung

 Tip  Mikropipet 10 ul dan 1000 ul  Beaker glass  Kuvet Bahan:  Serum

 Reagen asam urat (R1 dan R2)

 Standar asam urat

 Aquades

CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam

suhu ruang.

2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko

,standar, test.

3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel

Aquadest 10 µl - -

Standar - 10 µl -

Sampel - - 10 µl

Monoreagent 500 µl 500 µl 500 µl

4. Campuran dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 10 menit.

5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada

(43)

6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar asam urat pada sampel INTERPRETASI HASIL Wanita (mg/dL) Laki-laki (mg/dL) Dewasa 2,6 – 6,0 3,5 – 7,2 Anak-anak 0- 5 hari 1,9 -7,9 1,9 – 7,9 1-4 tahun 1,7 – 5,1 2,2 – 5,7 5-11 tahun 3,0 – 6,4 3, 0 – 6,4 12 – 14 tahun 3,2 – 6,1 3,2 – 7,4 15 – 17 tahun 3,2 – 6,4 4,5 – 8,1

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ani.2011. uji kadar bilirubin total. Online: http://

www.scribd.com/doc/20408857/uji-kadar-bilirubin-total. Diakses 20 Januari 2017

Aninda.2010. Bilirubin direct dan indirect. Online:

http://artikelkedokteran.net/bilirubin-direk-dan-bilirubin-indirek.html, diakses 20 Januari 2017

Anonim, 2014. Protein bence Jones. Online.

http://informasitips.com/protein-bence-jones. 11 Januari 2017

Anonim. 2011. Tuntunan Praktikum Kimia Klinik. Universitas Muslim

Indonesia. Makassar

Anonim. 2011. Tuntunan Praktikum Kimia

Klinik. http://junikomang.blogspot.com/2011/09/laporan-kimia-klinik-semester-4.html. 11 Januari 2017

Anonoim.2009. Bilirubin Serum. Online:

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/bilirubin-serum.html. Diakses 20 Januari 2017

Apriani, Nila. 2011. Pemeriksaan SGOT. Online.

http://nillaaprianinaim.wordpress.com. Diakses tanggal 8 Januari 2017

Bayupurnama, Putut. 2007. Hepatotoksisitas Imbas Obat. Ilmu Ajar

Penyakit Dalam Universitas Indonesia Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI.

Budiwarsono. 2009. Penyakit Hati hal 14. Surabaya : PIT Pro Prodia Panel

Dharma. 2009. Fosfatase Alkali. (online)

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/fosfatase-alkali.html Diakses tanggal 8 Januari 2017

(45)

E.N. Kosasih & A.S. 2008. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Edisi 2, Karisma Publishing Group, Tangerang, 2008.

Frances K. Widmann, dkk. 1992. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1. Jakarta: EGC.

Frances K. Widmann.1989, alih bahasa : Siti B. Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, EGC, 1989.

Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Efek Insulin Terhadap

Metabolisme Karbohidrat dan Lemak. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC. 1221-38

Hafil. 2012. Laporan Praktikum Patologi Klinik.online.

http://darknessthe.blogspot.com

/2012/07/laporan-praktikum-patologi-klinik_22.html. diakses pada 10 Januari 2017 http//:Wikipedia.com/diakses pada tanggal 11 Januari 2017

Joyce LeFever Kee,2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 9, EGC, Jakarta, 2007.

Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &

Diagnostik. Jakarta: EGC.

Kusumobroto O Hernomo. 2007.Sirosis Hati, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi I hal 335-45. Jakarta : Jayabadi.Sacher

Lawang, 2013. Laporan Protein Total dalam Serum. Online.

www.lawangarl711.blogspot.com diakses pada tanggal 27 Januari 2017

Muhammad, Erwan. 2015. Makalah Pemeriksaan Total Protein. Online.

www. erwanmuhammad.blogspot.com diakses pada tanggal 27 Januari 2017

(46)

Murrey, Robert K, at all. 2003. Glikolisis dan Oksidasi piruvat. Dalam : Biokimia Harper edisi 25. Jakarta : EGC. 200-4

Nursyam, Sri Oktavian. Laporan Praktikum Kimia Klinik.

http://sovasilinzuensik.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-kimia-klinik.html diakses pada tanggal 11 Januari 2017

Nursyam, Sri Oktaviani. 2013. Pemeriksaan SGOT. Online.

http://sovasilinzuensik.blogspot.com.

P. Andrianto, J Gunawan. 1990. Patologi Klinik., D.N. Baron, alih bahasa :

P. Andrianto, J. Gunawan, Kapita Selekta Patologi Klinik, Edisi 4, EGC, 1990.

Poedjiadi, Anna. 1994. Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Dasar – dasar

Biokim. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 259-62

Price, Sylvia A, at all. 2006. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit edisi 6: Jakarta : EGC. 1110-9

R.A, McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Atas Hasil

Pemeriksaan Laboratorium Cetakan 1. Jakarta : EGC

Reyni, 2010. Pemeriksaan Total Protein. Online.

www.reyniteen.blogspot.com /2010/09/total-protein.html diakses pada tanggal 27 Januari 2017

Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.

Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta: EGC.

Setijowati, Nanik. 2009.

Hubungan Kadar Enzim Hati Terhadap Beratnya Manifestasi Klinis De mam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Diakses pada tanggal 11 April 2015

(47)

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Sughy. 2012. Pemeriksaan SGOT. Online. http://sughy03.blogspot.com. Suhanda. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta : PT Kompos Media

Nusantara.Wijayakusuma. 2008. Rumah Herbal Penurun Kolesterol. Jakarta : PustakaBunda

Suri. 2012. Pemeriksaan Fungsi Hati. (online)

http://sesuri.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-fungsi-. hati_287.html

Susanti,Tari. 2012. Protein Bence Jones. Online.

http://tarisblogger.blogspot.com/2012/01/protein-bence-jones.html. 11 Januari 2017

Sutedjo, SKM. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara Books : Yogyakarta.

Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal.

Jakarta: Pustaka Bunda.

Winarno, F.G dan B. S. Laksmi. 1974. Kerusakan Bahan Pangan dan

Gambar

Gambar 1. Instrumen Spektrofotometri
Gambar 2. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, baik analisis kuantitatif maupun kualitatif maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran ETH pada materi ikatan

Analisis ini merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah

Pada praktikum kali ini, akan dilakukan analisis kuantitatif protein terhadap sampel telur puyuh dan telura ayam dengan menggunakan metode spektrofotometri visible ( Biuret

Penetapan kadar analit, baik unsur, senyawa, maupun bentuk spesi lain, dalam sampel atau contoh dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis kimia kuantitatif secara

Pembuatan larutan asam oksalat ini menggunakan metode analisis titrimetri yang mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume

Komposisi kimia genjer dapat diketahui melalui analisis proksimat. Analisis proksimat merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui komposisi kimia

Metode ninhidrin merupakan salah satu metode analisis kualitatif protein yang digunakan untuk mengetahui apakah pada suatu sampel terdapat asam amino atau tidak. Apabila pada

2.2 Kadar air pada bahan pangan Kadar air adalah salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat penting dalam ruang lingkup industri pangan untuk menentukan kualitas dan