PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENGHINDARI ADANYA PASSING OFF SEBAGAI
BENTUK PRAKTEK PERSAINGAN TIDAK SEHAT
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum
Minat Utama : Hukum Bisnis
Disusun oleh :
ANNISYA DWI SORAYA NIM : S321508001
PROGAM MAGISTER HUKUM (S2) FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PERNYATAAN
Nama : Annisya Dwi Soraya NIM : S321508001
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: “PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENGHINDARI ADANYA PASSING OFF SEBAGAI BENTUK PRAKTEK PERSAINGAN TIDAK SEHAT” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberikan tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. selanjutnya untuk membuktikan keasliannya tesis saya, dengan ini saya bersedia di-upload ataudi publikasi website Progam Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Surakarta, September 2017 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mlimpahkan begitu banyak nikmat-Nya sehingga tesis yang berjudul, ”PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENGHINDARI ADANYA PASSING OFF SEBAGAI BENTUK PRAKTEK PERSAINGAN TIDAK SEHAT” ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret.
Tesis ini membahas tentang kesesuaian dan keidealam hukum mengenai perlindungan Indikasi Geografis lokal maupun Internasional untuk mencegah adanya
passing off sebagai bentuk praktek persaingan tidak sehat. Dalam kesempatan ini,
penulis juga bermaksud menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulis baik secara materiil maupun moril sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar terutama kepada :
1. Dengan mengucapkan syukur, Penulis mempersembahkan karya ini teruntuk: Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan hukum ini;
2. Rasullulah Muhammad SAW sebagai suritauladan sehingga penulis dapat melanjutkan semua ajaran yang diajarkan dan mengikuti semua petunjuk-petunjuk-Nya;
3. Bapak Prof. Dr. Raviq Kasidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Supanto, SH.,M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Bapak Dr. Hari Purwadi, SH, M.Hum, selaku Ketua Program Magister Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
7. Bapak Prof. Adi Sulistyono,SH.,MH selaku pembimbing pertama.dan bapak Dr.Pujiyono,SH.,MH selaku pembimbing
8. Kedua Orangtua yang tersayang dan terkasih Bapak Suroyo,S.Pd dan Ibu Hartini Sri Windansih, S.Pd yang mendidik, memberikan kasih sayang, doa, dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini; 9. Kakak tersayang Tisia Bernanti Windansari, S.Psi yang selama ini telah
memberikan doa serta dukungannya;
10.Suami tercinta Arliesta Bram Erlangga yang senantiasa memberikan kasih sayang, menemani, memberikan masukan, memberikan dukungan serta doa di setiap hari atas keberlangsungan penulisan hukum ini;
11.Keluarga besar angkatan MIH 2015, yang telah menjadi bagian keluarga, terimakasih atas pengertian, kebersamaan dan dukungannya;
12.Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya penulisan hukum ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan Bapak, Ibu, rekan-rekan menjadi amalan dan mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS iii
PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
ABSTRAK INDONESIA ix ABSTRAK INGGRIS x BAB 1. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 11 C. Tujuan Penelitian ... 11 1. Tujuan Subjektif ... 11 2. Tujuan Objektif ... 11 D. Manfaat penelitian ... 12 1. Manfaat Teoritis ... 12 2. Manfaat Praktis ... 12
BAB II. LANDASAN TEORI...13
A. Teori Keadilan ... 13
B. Teori Perlindungan Hukum ... 18
C. Teori Negara Hukum ... 22
D. Tinjauan HKI ... 25
1. Pengertian HKI ... 25
E. Tinjauan Indikasi Geografis (IG) ... 27
1. Pengertian IG ... 27
2. Pendaftaran ... 29
3. Bentuk Perlindungan dan Gugatan ... 31
F. Tinjauan UMKM ... 32
1. Pengertian ... 32
2. Karakteristik UMKM ... 34
3. Asas dan Tujuan UMKM ... 36
G. Doktrin Passing Off ... 42
H. Penelitian yang Relevan ... 48
I. Kerangka Berfikir ... 50
BAB III. METODE PENELITIAN...51
A. Jenis Penelitian ... 51
B. Sifat dan Bentuk Penelitian ... 51
C. Jenis Bahan Hukum ... 52
D. Sumber Bahan Hukum ... 52
E. Teknik Analisis Data ... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...54
A. Kesuaian hukum Indonesia dalam hal memberi perlindungan IG pada UMKM untuk menghindari adanya praktek persaingan tidak sehat...54
B. Model perlindungan hukum Indonesia guna melindungi IG pada UMKM ketika di ekspor ke negara lain sehingga terhindar dari adanya Passing Off sebagai bentuk praktek persaingan tidak sehat...88
BAB V. PENUTUP...120 A. Simpulan...120 B. Implikasi...121 C. Saran ...121 DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK
Annisya Dwi Soraya, NIM S321508001, 2017, Perlindungan Hukum Indonesia terhadap Barang atau Jasa produk Indikasi Geografis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk Menghindari Adanya Passing Off sebagai Bentuk Praktek Unfair Competition.
Tesis : Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini mengkaji tentang kesesuaian hukum Indonesia dalam hal memberi perlindungan produk indiaksi geografis Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) serta untuk mengetahui model perlindungan hukum yang ideal guna melindungi produk Indikasi Geografis UMKM tersebut ketika diekspor ke negara lain sehingga terhindar dari adanya
passing off untuk melindungi dari praktek persaingan tidak seha. Penelitian ini merupakan
penelitian normatif atau doktrinal yang sifat penelitian deskriptif dan bentuk penelitian preskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah perundang-undangan dan pendekatan perbandingan dengan sumber data primer dan sekunder. Tehnik pengumpulan datadilakukan dengan tehnik riset perpustakaan dan analisa logika deduksi.
Berdasarkan penelitian ini diperolah hasil bahwa perlindungan indikasi geografis dengan diberlakukannya Undang-Undang baru yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis sudah memberikan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat UMKM yang mempunyai produk indikasi geografis, namun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2007 tentang Indikasi Geografis perlu segera dilakukan perubahan karena sudah tidak sesuai dengan Undang-Undang baru. Selain itu, akses registrasi internasional Indonesia belum mengakomodasi melalui hukum Indonesia.
Implikasi penelitian dari penelitian ini adalah bahwa perlu dilakukannya perubahan Peraturan Pemerintah mengenai indikasi geografis sehinga aturan hukum menjadi jelas dan sesuai dengan undang-undang baru, Pemberian motivasi dan sosialisasi akan pentingnya suatu pendaftaran sebagai syarat multlak diberikannya perlindungan berupa hak eksklusif dan kemudahan akses registrasi pendaftaran indikasi geografis agar mampu bersaing di pasar internasional. Serta perluasan kerjasama Hak Kekayaan Intelektual (HKI) melalui
perjanjian bilateral maupun multilateral dengan negara-negara didunia yang berpotensi menguntungkan untuk pasar ekspor Indonesia.
Kata kunci : Indikasi Geografis, Pendaftaran, Persaingan tidak Sehat
ABSTRACT
Annisya Dwi Soraya, NIM S321508001, 2017, Indonesia Law Protection towards Geographical Indication Goods and Services of Micro, Small, Medium Enterprises to Avoid Passing Off as an Unfair Competition Practice.
Thesis: Master Degree of Law of Sebelas Maret University Surakarta
This study is conducted to investigate the applicability of law in Indonesia in protecting geographical indication products ofmicro, small, medium enterprises
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah – UMKM) as well as to know the ideal law model
in protecting geographical indication products of UMKM in terms of avoiding passing off and unfair competition while being exported to the overseas. This study is a normative/doctrinal perspective descriptive study. The approach focuses on the Indonesian Laws as well as the comparison between primary and secondary data sources Library research and logical deduction analysis are used as the data collection techniques.
The result of the study shows that based on the implementation of Act No. 20 Year 2016 about Brand and Geographical Indication has granted protection towards the people with geographical indication products. However, in Government Regulation No. 51 Year 2007 about Geographical Indication is in dire of change due to its incompatibilityto the new Act. Besides, the international registration access of Indonesia is not yet regulated by the Indonesian law itself.
It is implied that the change of Government Regulation about geographical indication is needed to make the regulation clearer and in line with the new Act. Socialization about the importance of registration as an obligation to get protection in terms of exclusive rights and easiness of geographical indication registration in order to competitively involve in international market has to be held. Finally, extending both bilateral and multilateral agreement about intellectual property, which is beneficial to exporting market in Indonesia, is also needed.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era modern saat ini, dituntut untuk lebih meningkatkan pembangunan nasional yang bertitik berat pada segala bidang, terutama bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian negara adalah dengan meningkatkan hasil produk-produk dalam negeri yang nantinya tidak hanya dipasarkan kedalam negeri saja, namun juga keluar negeri.
Perdagangan Internasional berjalan sangat cepat dan cenderung mengarah pada liberalisasi perdagangan, yang menjadikan semua negara harus membuka pasarnya masing-masing. Globalisasi perdagangan internasional yang ditandai dengan semakin tidak jelasnya batas-batas antara negara telah meningkatkan transaksi dagang, maka dengan terbukanya pasar dalam negeri dan luar negeri sebagai salah satu akibat globalisasi atau liberlaisasi perdagangan sehingga menyebabkan tingkat produksi dan permintaan konsumen atas produk HKI yang meningkat tinggi.
Kerjasama internasional adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem HKI Indonesia. Standar HKI Internasional telah menjadi sebuah sumber yang penting bagi hukum HKI Indonesia, dan sistem administrasi internasional memberikan sumbangan kepada sistem administrasi HKI di Indonesia. Pengaturan internasional HKI adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pengaturan HKI Indonesia. Standar HKI internasional telah menjadi sebuah sumber yang penting bagi hukum HKI Indonesia dan sistem administrasi Internasional memberikan sumbangan kepada
administrasi HKI di Indonesia. Indonesia juga telah menjadi peserta aktif dalam banyak perkembangan HKI Internasional saat ini,khususnya melalui keikutsertaanya sebagai negara peserta dalam Organisasi Perdaganagan Dunia atau World Trade
Organization (WTO) dan Organisasi HKI Dunia yaitu World Intellectual Property
Organization (WIPO).
Pemerintah Indonesia tentunya dapat lebih tegas mengamankan aset-aset seni dan budaya milik Bangsa Indonesia itu sendiri, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi pembentukan WTO)\ melalui Undang-Undang No. 7 tahun 1994. Konsekuensinya adalah Indonesia harus melaksanakan kewajiban untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan nasionalnya dengan ketentuan WTO, termasuk yang berkaitan dengan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (TRIPs-WTO). 1
Pemasaran produk lokal ke luar negeri dapat lebih meningkatkan pendapatan perekonomian negara Indonesia. Kerjasama antar negara membuat alur perdagangan menjadi lebih mudah dan menguntungkan. WTO merupakan satu-satunya organisasi internasional yang mengatur perdagangan internasional. Terbentuk sejak tahun 1995, WTO berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk membantu produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam melakukan kegiatannya. Pendirian WTO berawal dari negosiasi yang dikenal dengan "Uruguay Round" (1986 - 1994) serta perundingan sebelumnya di bawah "General Agreement on Tariffs and Trade" (GATT). WTO saat ini terdiri dari 154 negara anggota, di mana 117 di antaranya merupakan negara berkembang atau wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO menjadi wadah negosiasi sejumlah perjanjian baru di bawah "Doha Development Agenda" (DDA) yang dimulai tahun 2001. Pengambilan keputusan di WTO umumnya dilakukan
1
Afrillyanna Purba, dkk, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal 1
berdasarkan konsensus oleh seluruh negara anggota. Badan tertinggi di WTO adalah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Di antara KT, kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan WTO dilakukan oleh General
Council. Di bawahnya terdapat badan-badan subsider yang meliputi dewan, komite,
dan sub-komite yang bertugas untuk melaksanakan dan mengawasi penerapan perjanjian-perjanjian WTO oleh negara anggota. Prinsip pembentukan dan dasar WTO adalah untuk mengupayakan keterbukaan batas wilayah, memberikan jaminan atas
"Most-Favored-Nation principle" (MFN) dan perlakuan non-diskriminasi oleh dan di
antara negara anggota, serta komitmen terhadap transparansi dalam semua kegiatannya. Terbukanya pasar nasional terhadap perdagangan internasional dengan pengecualian yang patut atau fleksibilitas yang memadai, dipandang akan mendorong dan membantu pembangunan yang berkesinambungan, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi kemiskinan, dan membangun perdamaian dan stabilitas. Pada saat yang bersamaan, keterbukaan pasar harus disertai dengan kebijakan nasional dan internasional yang sesuai dan yang dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi setiap negara anggota.2
Ada beberapa cara untuk meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perdagangan Internasional. Salah satu caranya adalah meningkatkan daya saing produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM harus siap saling bersaing dalam perdagangan Internasional. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian Indonesia. UMKM merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena kegiatan usahanya mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat Selain itu adanya komitmen dari pemerintah terkait cinta produk lokal dimulai dengan memberi
2
http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/Pages/World-Trade-Organization-(WTO).aspx diakses pada tanggal 13 Nopember 2016, pukul 22.30 WIB
dukungan demi kemajuan produk lokal. Sehingga masyarakat akan menggemari dengan menggunakan produk lokal tentu dengan mutu dan kualitas yang mampu bersaing.
UMKM merupakan sektor yang resist terhadap krisis dan sudah terbukti saat terjadi krisis ekonomi di tahun 1998 yang lalu dimana banyak usaha besar yang gulung tikar UMKM justru bertahan dan tetap hidup. Di samping itu usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja lebih besar karena cenderung bersifat padat karya dengan teknologi yang sederhana. 3 Sebanyak 600.000 UMKM di Indonesia sudah memasuki perdagangan ekspor. Jumlah tersebut masih sangat minim atau sebesar 17% dari jumlah total UMKM sebanyak 55 juta. 4 Kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik bruto meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir. Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga meningkat, dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen pada periode yang sama. Meskipun indikator kontribusi terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) dan serapan tenaga kerja naik, akses sektor UMKM ke rantai pasok produksi global sangat minim. Kontribusi UMKM di Indonesia terhadap rantai pasok global hanya 0,8 persen. 5
UMKM sangat berkaitan dengan Indikasi Geografis (IG) dan merek. IG merupakan salah satu rezim HKI yang telah diakui di dunia internasional seiring dengan disepakatinya WTO. Dan salah satu lampiran persetujuan WTO adalan perjanjian T
rade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs) dan dalam perjanjian
internasional tersebut, pada section 3-nya diatur tentang Geographical Indication. Hukum Indonesia juga mengatur mengenai IG. Sebelum disahkannya UU baru tentang Merek, IG diatur ke dalam bidang Hak Merek yakni dalam UU Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek. Kemudian oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya
3
Jatengprov, http://www.jatengprov.go.id/id/berita-skpd/peran-umkm-hadapi-mea-2015 diakses tanggal 12 Oktober 2016, pukul 12.00 WIB
4
Solopos, http:// http://solopos.com/17-umkm-masuki-pasar-ekspor-398498 www.solopos.com/, diakses tanggal 2 Oktober 2016, pukul 11.00 WIB
5
Kementerian perindustrian, http://www.kemenperin.go.id/artikel/14200/Kontribusi-UMKM-Naik , diakses tanggal 2 Oktober 2016, pukul 08.00 WIB
mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis pada tanggal 25 November 2016 menjadi UU Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan IG (UU Merek dan IG).6 Secara pokok, UU Merek dan IG bertujuan untuk menjamin persaingan usaha yang sehat, untuk melindungi konsumen maupun UMKM sekaligus memfasilitasi sektor industri, perdagangan dan investasi.
Istilah IG atau Geographical Indications telah banyak digunakan dalam beberapa kali negosiasi antar negara-negara peserta WTO, sehingga pada akhirnya disepakati dimasukkan dalam persetujuan TRIPs. Di Amerika Serikat dan Inggris, asal geografis
(geographical origin) dilindungi oleh merek kolektif (collective marks) dan
certification marks. Sedangkan di negara-negara Civil Law, istilah yang digunakan
adalah the appellation of origin. Geographical indications dimasukkan di dalam peresetujuan TRIPs diperuntukkan sebagai solusi atas berbagai hambatan dan kesulitan yang dialami dalam melindungi nama-nama produk (barang) dengan nama tempat dan atau istilah.7 Tuntutan adanya perlindungan terhadap IG dalam sistem hukum hak kekayaan intelektual adalah suatu upaya untuk melindungi produk-produk masyarakat lokal dalam negeri. Suatu merek yang dipakai oleh pelaku bisnis untuk memperkenalkan produk, biasanya menggunakan nama tempat atau lokasi geografis yang menjelaskan dari mana barang tersebut berasal.
Pengertian IG pada Pasal 1 butir (6) UU Merek dan IG, sebagai berikut:
Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan
6
http://www.kemenkumham.go.id/berita/993-undang-undang-merek-dan-indikasi-geografis-disahkan-pelaku-ekonomi-terlindungi, diakses pada tangga l 5 Jnauari 2017 pukul 19,00 WIB
7
I Gde Agus Kurniawan, Pengaturan Penghentian Pengaturan Indikasi Geografis pada Merek Terdaftar oleh pihak lain yang tidak berhak, Universitas Udayana , 2013 , hal 7
Sedangkan dalam pasal 22 ayat (2) perjanjian TRIPs mendefinisikan IG sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan Indikasi Geografis berdasarkan perjanjian ini adalah tanda yang mengidentifikasikan suatu wilayah negara anggota, atau kawasan atau daerah di dalam wilayah tersebut sebagai asal barang, di mana reputasi, kualitas dan karakteristik barang yang bersangkutan sangat ditentukan oleh faktor geografis tersebut.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk potensi IG nya seperti Ubi Cilembu, Kopi Gayo, Bika Ambon, Kopi Kintamani Bali, Lada Hitam Lampung, Lada Putih Muntok, Kopi Toraja, Carica Dieng, Apel Batu Malang, Keramik Dinoyo, Gerabah Kasongan dan lain-lain. Potensi alam yang dikelola UMKM tersebut menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia untuk pertumbuhan ekonomi, jika potensi tersebut dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai aset perdagangan. Dalam konteks ini, apabila potensi tersebut masuk ke dalam kategori aset bisnis atau perdagangan, maka aturan hukum harus dapat menjamin agar hak-hak pihak yang memanfaatkan potensi tersebut dapat terlindungi. Apalagi jika potensi tersebut sudah diperdagangkan ke dunia internasional.
Serupa dengan perlindungan Merek di Indonesia, perlindungan IG juga mensyaratkan adanya suatu proses permohonan pendaftaran. Hanya saja pendaftaran IG dilakukan oleh lembaga yang mewakili masyarakat di kawasan geografis tertentu yang mengusahakan suatu barang dan/atau produk dan oleh pemerintah provinsi atau kabupatenkota. Berbeda dengan perlindungan merek, IG dilindungi selama terjaganya reputasi, kualitas, dan karakteristik yang menjadi dasar diberikannya pelindungan IG pada suatu barang.
IG menganut prinsip teritorial, hal ini berlaku juga pada hak merek. Yang berarti perlindungannya hanya berlaku di negara di mana permohonan diajukan dan diberikan untuk memperoleh perlindungan hukum di wilayah hukum Indonesia. Pendaftaran HKI ini dilakukkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI). Karena
berlaku teritorial, maka rawan akan terjadinya pelanggaran HKI dalam lingkup Internasional ketika barang ini di ekspor. Pelanggaran-pelanggaran atas HKI tentu sangat merugikan pelaku usaha, terutama bagi mereka yang sudah membangun image produk mereka dari awal hingga akhirnya dikenal masyarakat.
Persaingan selalu ada dalam dunia bisnis. Secara terminologi, kata persaingan dapat diartikan bahwa ketika ada dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli dan ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama. 8 Itu artinya, persaingan dilakukan oleh beberapa pelaku usaha yang sama - sama bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap usahanya. Dengan adanya persaingan di antara beberapa pelaku usaha, sering mengakibatkan adanya suatu pelaku usaha yang melakukan kecurangan - kecurangan atau melakukan tindakan yang tidak fair untuk mengungguli pelaku usaha lainnya dalam memperoleh keuntungan. Akibatnya, akan ada pelaku usaha yang dirugikan. Persaingan di antara para pelaku usaha seperti yang disebutkan diatas merpakan persaingan usaha curang (unfair
competition) yang tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian bagi konsumen, tetapi
juga dapat merugikan negara.
Salah satu contoh perbuatan praktek persaingan tidak sehat adalah adanya action for
passing off, yaitu suatu praktik peniruan/penjiplakan. Pengertian passing off menurut
Black’s Law Dictionary yaitu:
“The act or an instance of falsely representing one’s own product as that of another
in an attempt to deceive potential buyers. Passing off is actionable in tort under the
law of unfair competition. It may also be actionable as trademark infringement”9
Pelanggaran terhadap Merek dilakukan dengan memasang Merek, logo, dan bahan persis dengan yang asli, sekarang penggunaan Merek yang mirip dengan Merek lain
8
Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal 13
9Bryan A. Garner, 2004,
yang dikutip dalam jurnal oleh Ashibly, Passing Offdalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek Sebagai Upaya Perlindungan terhadap Pemegang Terek terkenal yang Tidak Terdaftar di Indonesia, 2016, hal 5
yang sudah terdaftar serta penggunaan Merek yang sama dan atau mirip dengan Merek lain sehingga menimbulkan kesalahan persepsi di benak masyarakat sudah mulai marak.10 Merek yang dimaksud dalam penulisan ini adalah merek yang mengandung unsur IG.
Merek terkenal merupakan obyek dari passing off khususnya yang tidak terdaftar karena adanya reputasi atau nama baik atau goodwill di dalam suatu Merek terkenal tersebut dan reputasi pasti memiliki nilai ekonomis. Sebelum merek didaftarkan, maka produk IG harus didaftarkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar diberikan perlindungan hukum dari perbuatan produsen lain yang tidak jujur, curang dengan membonceng reputasi. Hal tersebut merupakan praktek persaingan tidak sehat. Selama ini banyak terjadi peniruan terhadap merek yang mengandung unsur IG, yang mengakibatkan produsen pertama mengalami kerugian. Peniruan tersebut merupakan suatu perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan persaingan usaha curang dan tidak sehat. Untuk mencegah persaingan curang tersebut maka produk HKI tersebut khususnya IG perlu dilindungi. Karena Persaingan curang itu bisa menyesatkan konsumen, dan akan menimbulkan kerugian akibat menurunnya reputasi suatu produk terkenal.
Sebagai contoh merek produk asli Indonesia yang mengandung unsur IG yang pernah di klaim oleh pihak luar negeri adalah, kopi Gayo yang berasal dari Sumatra Utara. Sadarsah sebagai pemilik CV Arvis Sanada. CV Arvis Sanada adalah salah satu perusahaan eksportir kopi arabika asal Gayo Aceh dilarang mengeksport kopi ke daratan Eropa dengan menggunakan kata gayo dalam kemasannya, padahal biji kopi tersebut memang berasal dari Gayo Aceh. Namun kopi tersebut diklaim merupakan merek asli dari Belanda. Pengusaha dari Belanda diketahui mengirim surat protes kepada pengusaha asal Gayo, Nanggroe Aceh Darussalam ketika tahun 2008. Pendaftaran “Gayo Mountain Coffee” CTM No.001242965 sebagai merek dagang di
10
Eropah. Mereka selalu menghambat dan mempermasalahkan penggunaan kata Gayo dari nama merek Arabica Sumatra Gayo pada produk kopi yang diekspor, oleh CV Arvis Sanada, ke pasar Belanda. 11
Selain itu juga ada kopi Toraja pada tahun 2005, Kopi Toraja yang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya berasal dari Sulawesi Selatan. Key Coffee Inc.
Corporation dari Jepang mendaftarkan Merek “Toarco Toraja” dengan nomor
pendaftaran 75884722. Merek tersebut selain menampilkan kata “Toraja” juga rumah adat Toraja sebagai latar merek. Merek tersebut selain menampilkan kata “Toraja” juga rumah adat Toraja sebagai latar merek. Hal ini berakibat pada merek kopi Toraja asli Indonesia apabila tetap ingin menjual Kopi Toraja di Jepang, maka tidak boleh menggunakan nama yang mengandung kata “Toraja”. 12
Kasus diatas mengingatkan bahwa masih banyak harta kekayaan milik Indonesia khususnya yang berkaitan dengan IG yang patut dilindungi. Dalam penelitian ini dikhususkan pada pendaftaran IG di tempat negara penerima ekspor. Tujuan utama pendaftaran merupakan sebagai dasar pemikiran atau alasan dibuatnya sistem registrasi Internasional. Sebagaimana diketahui bahwa perlindungan terhadap indikasi geografis di beberapa negara menjadi sesuatu yang complicated dikarenakan terdapat beberapa perbedaan konsep hukum yang sudah ada di berbagai negara (termasuk perbedaan tradisi hukum nasional) di dalam sebuah framework baik secara historis maupun kondisi ekonomi negara tersebut. Sehingga kesulitan dialami pendaftaran IG agar diakui di negara penerima ekspor, terlebih tidak ada aturan hukum di Indonesia yang mengatur tentang tata cara mendaftarkan IG ke negara lain sehingga diharapkan dapat menciptakan kepastian hukum terutama di bidang HKI yang menyangkut tentang Hak IG. Oleh karena permasalahan yang peneliti tulis diatas, maka peneliti akan meneliti
11
http://www.pemkomedan.go.id/artikel-15429-sadarsah-membawa-kopi-gayo-mendunia.html diakses tanggal 8 November 2016, pukul 22.23 WIB
12
http://www.kompasiana.com/imamhariyanto/lindungi-kopi-indonesia-dari-klaim-negara-lain_54f8498da33311d25d8b497b diakses tanggal 8 November 2016, pukul 22.30 WIB
dalam penelitian tesis ini dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP BARANG ATAU PRODUK INDIKASI GEOGRAFIS PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENGHINDARI
ADANYA PASSING OFF SEBAGAI BENTUK PRAKTEK PERSAINGAN
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah hukum di Indonesia sudah memberi perlindungan terhadap barang atau produk IG pada UMKM untuk menghindari adanya praktek Persaingan tidak sehat? 2. Bagaimanakah model perlindungan hukum Indonesia guna melindungi IG pada
UMKM ketika diekspor ke negara lain untuk menghindari adanya Passing Off praktek Persaingan tidak sehat?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini adalah kegiatan ilmiah yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai oleh penulis yang tidak terlepas dari perumusan masalah yang telah ditentukan.Tujuan penelitian ini sendiri merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi (tujuan obyektif) dan juga untuk memenuhi kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Subjektif
a) Untuk mengetahui kesesuaian hukum Indonesia dalam hal memberi perlindungan IG pada UMKM untuk menghindari adanya praktek Persaingan tidak sehat.
b) Untuk mengetahui model perlindungan hukum Indonesia guna melindungi IG pada UMKM ketika diekspor ke negara lain sehingga terhindar dari adanya
Passing Off sebagai bentuk praktek Persaingan tidak sehat.
a) Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai perlindungan IG khususnya pada UMKM di Indonesia dan Luar Negara Indonesia.
b) Untuk menambah dan memperdalam wawasan serta pengetahuan penulis khususnya dalam bidang Perlindungan IG Indonesia
D. MANFAAT PENELITIAN
Salah satu aspek dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak yang terkait dengan penulisan hukum ini, yaitu bagi penulis, maupun bagi pembaca dan pihak-pihak lain. Karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut. Ada pun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan IG pada khususnya;
b. Mengetahui dan memahami keidealan hukum indonesia terutama pada IG yang harus didaftarkan ke negara importir.
2. Manfaat Praktis
a. Guna mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam mengkritisi persoalan-persoalan hukum terutama tentang hukum merek;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi pihak yang berminat bagi masalah yang sama.