PELATIHAN
PENGENDALI BIAYA PEKERJAAN
(COST CONTROLLER)
PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIAUsaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti standar baku mutu baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan KerjaCost
Controller merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam pengendalian mutu konstruksi bidang sumber daya air.
Materi pelatihan pada Jabatan KerjaCost Controller of Water Resources Construction ini terdiri dari 8 (Delapan) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggelutiCost Controller..
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya untuk modulManajemen Proyek Pekerjaan Konstruksi sumber Daya Air. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Jakarta, Desember 2005
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : COST CONTROLLER PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu merencanakan dan melaksanakan pengendalian biaya pelaksanaan dilapangan, sesuai anggaran biaya yang telah ditetapkan, pada pelaksanaan pekerjaan SDA
B. Tujuan Khusus Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu : 1. Menerapkan dokumen kontrak
2. Membuat rencana anggaran pelaksanaan pekerjaan bersama bagian lain yang terkait
3. Menyusun dan mengevaluasi cash flow pelaksanaan pekerjaan bersama bagian lain yang terkait
4. Berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait melaksanakan pengadaan bahan, upah, subkontraktor, peralatan, dan biaya umum serta memeriksa permintaan dana kerja
5. Melakukan pencatatan dan evaluasi biaya pelaksanaan pekerjaan, serta membuat pelaporan secara periodik
Seri / Judul : CCE – 04 : Manajemen Proyek TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta mampu memahami prinsip-prinsip “Manajemen Proyek” yaitu suatu proses yang mengelola sumber daya proyek menjadi suatu hasil berupa konstruksi/bangunan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah modul ini diajarkan peserta mampu :
1. Menjelaskan prinsip umum ”Fungsi Manajemen” yaitu proses kegiatan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan Sumber Daya Air.
2. Menjelaskan kegiatan-kegiatan dalam manajemen proyek termasuk didalamnya kegiatan pengendalian biaya, sehubungan dengan lingkup pekerjaan yang berkaitan dengan tugasnya maupun koordinasi dengan bagian lainnya untuk mendukung keberhasilan proyek secara keseluruhan.
3. Mejelaskan tentang dokumen kontrak sebagai aspek legal yang dijadikan dasar acuan pelaksanaan pekerjaan terkait secara hukum.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
LEMBAR TUJUAN ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL... vi
PANDUAN PEMBELAJARAN... vii
MATERI SERAHAN ... x
Bab I PENDAHULUAN ... I – 1
Bab II KUNCI SUKSES PENGELOLAAN PROYEK ... II – 1
Bab III PRINSIP UMUM MANAJEMEN PROYEK
3.1 Sumber Daya ... III – 1 3.2 Fungsi- fungsi Manajemen ... III – 4
Bab IV DOKUMEN YANG MENGIKAT PENYELENGGARAAN PROYEK
4.1 Kontrak Pelaksanaan Konstruksi ... IV – 1 4.2 Kontrak Pengawasan Konstruksi ... IV – 3
Bab V OPERASIONAL PELAKSANAAN PROYEK
5.1 Tahap Persiapan Pelaksanaan Proyek ... V – 1 5.1.1 SPMK ... V – 1 5.1.2 Pre Construction Meeting ... V – 2 5.1.3 Rencana Pelaksanaan Proyek ... V – 5 5.1.3.1 Rencana Mutu Proyek ... V – 6 5.1.3.2 Organisasi Proyek dan Job Description ... V – 7 5.1.3.3 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Jadwal Sumber Daya .. V – 10 5.1.3.4 Metode Pelaksanaan (Construction Method) ... V – 16 5.1.3.5 Survai Lapangan ... V – 19 5.1.3.6 Mobilisasi dan Site Plan ... V – 20 5.1.3.7 Rencana Anggaran Pelaksanaan dan Cash Flow Proyek V – 24 5.1.3.8 Rencana K3 proyek ... V – 27 5.1.3.9 RKL dan RPL ... V – 29
5.2 Tahap Operasional Pelaksanaan Proyek ... V – 36 5.2.1 Aktivitas Tahap operasional Pelaksanaan Proyek ... V – 36 5.2.2 Rapat Konstruksi dan Koordinasi Proyek ... V – 38 5.2.3 Advance Payment ... V – 40 5.2.4 Buku harian dan laporan ... V – 41 5.2.5 Pembayaran Prestasi Pekerjaan ... V – 49 5.2.6 Pekerjaan tambah/ kurang ... V – 50 5.2.7 Review Desain ... V – 51 5.2.8 Value Engineering ... V – 54 5.2.9 Perpanjangan Waktu Pelaksanaan ... V – 57 5.2.10 Denda ... V – 58 5.2.11 Eskalasi ... V – 59 5.2.12 Penyelesaian Perselisihan ... V – 60
5.3 Tahap Penyelesaian dan penyerahan Proyek ... V – 62 5.3.1 Program Penyelesaian Pekerjaan ... V – 62 5.3.2 PHO ... V – 64 5.3.3 FHO ... V – 70
RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN PENGENDALIAN BIAYA PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja PENGENDALI BIAYAPEKERJAAN SUMBER DAYA AIR (COST CONTROLLER OF WATER RESOURCES CONSTRUCTION) dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja, sehingga dalam Pelatihan COST CONTROLLER unit-unit kompetensi tersebut Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisa dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam daftar modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Cost Controller.
DAFTAR MODUL
No. Kode Judul Modul
1. CCE-01 UUJK, Etika Profesi dan Etos Kerja
2. CCE-02a Sistem Manajemen K3 Konstruksi
CCE-02b RPL dan RKL
3. CCE-03 Dokumen Kontrak 4. CCE-04 Manajemen Proyek 5. CCE-05 Analisa Harga Satuan
6. CCE-06 Spesifikasi
7. CCE-07 Pengendalian Biaya
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
No. Item Batasan Uraian Keterangan
1. Seri / Judul CCE – 04 = Manajemen Proyek
2. Deskripsi Materi ini membahas tentang pengetahuan yang perlu diketahui oleh Cost Controller sebagai bagian dari pengelola pekerjaan sumber daya air, dimana sasaran utama pelaksanaan proyek adalah pengelolaan sumber daya dan fungsi-fungsi manajemen sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
3. Tempat kegiatan Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitasnya.
4. Waktu
pembelajaran
6 jam pembelajaran (1 JP = 45 menit) atau sampai tercapainya minimal kompetensi yang telah ditentukan khususnya domain kognitif (pengetahuan)
B. PROSES PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah Pembukaan Menjelaskan Tujuan
Instruksional (TIU & TIK) Merangsang motivasi
peserta dengan pertanyaan atau pengalaman mengenai manajemen proyek
Waktu : 5 menit
Mengikuti penjelasan TIU & TIK dengan tekun dan aktif
Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas
OHT 4 s/d 5
2. Ceramah : Pendahuluan dan Kunci Sukses Pengelolaan Proyek
Menjelaskan fokus modul ini dimana peserta diajak untuk memahami mekanisme manajemen proyek
Menjelaskan kriteria untuk keberhasilan pelaksanaan proyek
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab I dan Bab II)
Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal yang perlu
Bertanya bila perlu
OHT 6 s/d 7
3. Ceramah : Prinsip Umum Manajemen Proyek, Dokumen yang mengikat
penyelenggaraan proyek dan kewajiban penyedia jasa Menjelaskan fungsi-fungsi
manajemen dan sumber daya pekerjaan
melaksanakan pekerjaan Menjelaskan dokumen apa
saja yang mengikat penyelenggaraan proyek Menjelaskan apa saja
kewajiban penyedia jasa
Waktu = 45 Menit
Bahan : Materi Serahan (Bab III s/d Bab V)
Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal yang perlu
Bertanya bila perlu
OHT 8 s/d 14
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 4. Ceramah : Tahap persiapan
pelaksanaan proyek dan Rencana Pelaksanaan Proyek Menjelaskan apa yang
harus dilakukan pada persiapan pelaksanaan proyek Menjelaskan pembuatan Rencana Pelaksanaan Proyek Waktu : 120 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab VI, point 1)
Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal yang perlu
Bertanya bila perlu
OHT 15 s/d 38
5. Ceramah : Tahap pelaksanaan dan penyelesaian serta
penyerahan proyek
Menjelaskan apa yang harus dilakukan dan hal-hal apa yang peru dipahami pada waktu pelaksanaan, penyelesaian dan
penyerahan proyek
Waktu : 90 Menit
Bahan : Materi Serahan (Bab VI point 2 dan 3)
Mendengarkan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal yang perlu
Bertanya bila perlu
OHT 39 s/d 51
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Koontz dan O’ Donnell, manajemen diartikan sebagai pelaksanaan sesuatu dengan menggunakan orang-orang lain atau “getting things done through people”. Dalam pengertian yang sederhana dapat diartikan bahwa manajemen konstruksi adalah pelaksanaan sesuatu proyek dengan menggunakan orang-orang lain. Sedangkan proyek adalah suatu kegiatan yang dibatasi oleh tujuan, sasaran, persyaratan-persyaratan administrasi, persyaratan-persyaratan teknis, biaya dan waktu, kapan harus dimulai dan kapan harus diakhiri.
Fokus dari tulisan ini adalah mencoba memahami bagaimana mekanisme manajemen pekerjaan konstruksi (Sumber Daya Air) harus dilakukan, siapa-siapa saja yang terlibat, apa kualifikasinya, apa tanggung jawabnya dan proses utama apa saja yang harus dilalui, agar pekerjaan konstruksi tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan segala persyaratan yang telah disepakati.
Pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air atau sering disebut sebagai civil works, sampai saat ini pada umumnya dibiayai dengan dana Pemerintah, bisa Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi ataupun Pemerintah Kabupaten. Sebagian (kecil) memang ada yang sumber dananya berasal dari investor atau dari swasta, namun mekanisme manajemen pekerjaan konstruksi pada umumnya memerlukan tatacara yang sudah baku yaitu ada unsur pelaksana dan ada unsur pengawas yang melakukan interaksi untuk menyelenggarakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Dimana posisi pekerjaan konstruksi tersebut di dalam suatu proyek ? Mengambil referensi dari proyek-proyek pemerintah di bidang Sumber Daya Air, pekerjaan konstruksi atau civil works itu pada umumnya merupakan suatu paket di dalam Proyek Pembangunan Sumber Daya Air,. Paket pekerjaan konstruksi tersebut diberikan kepada kontraktor sebagai penyedia jasa melalui pelelangan atau pemilihan langsung tergantung pada tata cara pengadaan jasa konstruksi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kontraktor difungsikan sebagai pelaksana lapangan yang diikat oleh Pinbagpro Fisik dengan surat perjanjian kontrak, diawasi oleh konsultan supervisi. Sedangkan konsultan supervisi sebagai penyedia jasa, ikatan kontraknya (diperoleh melalui pelelangan atau pemilihan
langsung) dilakukan dengan Proyek Perencanaan dan Pengawasan Sumber Daya Air, tugas utamanya adalah membantu Pinpro/Satker/Pengguna Jasa mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.
Untuk mencapai efisiensi penyelenggaraan proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu, diperlukan alat kontrol dalam mekanisme pengendaliannya yaitu berupa pembuatan time schedule proyek (bar chart, S – Curve), schedule sumber daya, Rencana Anggaran Proyek, jaminan mutu, cash flow, penyiapan laporan dan lain sebagainya. Jika seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan dan pengawasan tersebut sudah dapat menghasilkan suatu produk yang kurang lebih memenuhi persyaratan-persyaratan teknis maupun administratif yang telah ditetapkan maka manajemen proyek pada akhirnya akan sampai kepada tahap Provisional Hand Over dan kemudian Final Hand Over setelah melalui tahap warranty period.
BAB II
KUNCI SUKSES PENGELOLAAN PROYEK
Dalam manajemen proyek selalu diungkapkan bahwa suatu proyek dalam pelaksanaannya harus memenuhi 3 kriteria, yaitu:
Biaya Proyek, tidak melebihi batas yang telah direncanakan atau yang telah disepakati sebelumnya atau sesuai dengan kontrak suatu pelaksanaan
Mutu pekerjaan, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses/ cara pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan kesepakatan, perencanaan, ataupun dokumen kontrak pekerjaan
Waktu penyelesaian pekerjaan, harus memenuhi batas waktu yang telah disepakati dalam dokumen perencanaan atau dokumen kontrak pekerjaan yang bersangkutan
Dalam kenyataan, 3 kriteria yang menjadi sifat proyek itu merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh manajemen proyek. Karena peranan manajer proyek sangat dominan dan sangat menentukan upaya pencapaian sasaran proyek tersebut, maka manajer proyek harus mempunyai otoritas dan kemampuan fungsi manajemen dan administrasi dalam menjalankan tanggung jawabnya
Dengan perkembangan standar-standar kehidupan sosial ekonomi masyarakat suatu negara, maka tuntutan atas nilai keberhasilan suatu proyek juga meningkat. Lebih-lebih tuntutan akan mutu hasil proyek, proses pelaksanaan pekerjaan dan waktu penyelesaian pekerjaan proyek. Karena itu hasil suatu rancang bangun yang bermutu dari produk beberapa waktu yang lalu mungkin sudah merupakan hasil produk yang tidak memenuhi kriteria mutu pada saat ini atau masa yang akan datang. Demikian pula proses dan cara pelaksanaan suatu pekerjaan atau produk yang bermutu dan direkomendasikan pemakaiannya pada waktu yang mendatang.
Untuk itulah setiap perusahaan dengan beberapa manajernya yang andal selalu melakukan langkah antisipasi dengan perencanaan dan pengembangan sumber daya tenaga dan manajemennya, agar selalu menjadi yang terdahulu dan terdepan dalam setiap era perkembangan teknalogi, aplikasi tenologi dan kebutuhan atau trend dimasa depan. Namun demikian, ketiga kriteria pengelolaan proyek yang sukses seperti tersebut
penegasan atas mutu dari suatu pekerjaan atau proyek. Dengan penjelasan dan tampilan ‘segitiga sasaran manajemen proyek’ tersebut maka tolok ukur sukses pengelolaan proyek bisa diringkas menjadi 5 poin berikut yaitu,
Tepat biaya
Tepat mutu
Tepat waktu
Lingkungan kerja yang sehat dan aman serta penerapan K3 yang konsisten
Semua pihak yang terkait pelaksanaan proyek PUAS
BIAYA MUTU WAKTU
INDIKASI SUKSES INDIKASI SUKSES INDIKASI SUKSES
- SESUAI DOKUMEN KONTRAK DAN KESEPAKATAN
- PEMILIK PROYEK SETUJU DAN MELAKUKAN
PEMBAYARAN PROYEK SELESAI
- TIDAK TERJADI PROGRESS BILLING TIDAK TERBAYAR - SEMUA PIHAK TERKAIT
PELAKSANAAN PROYEK PUAS
- CITRA PERUSAHAAN BAIK - ADA UNDANGAN ATAU
PENUNJUKAN PROYEK BARU - MEMPEROLEH MANFAAT POSITIF TERMASUK KEUNTUNGAN BAGI PERUSAHAAN - SESUAI DOKUMEN KONTRAK, SPESIFIKASI DAN KESEPAKATAN - PEMILIK PROYEK SETUJU
DAN MENERIMA PROYEK DENGAN TANPA
KOMENTAR/ SYARAT TERTENTU
- TIDAK ADA PENALTY, COMPLAIN ATAU KLAIM ATAS MUTU HASIL KERJA PROYEK
- KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3) DI LAKSANAKAN DENGAN BAIK
- SEMUA PIHAK TERKAIT PELAKSANAAN PROYEK PUAS
- MEMPEROLEH CERTIFICATE OF COMPLETION
- CITRA PERUSAHAAN BAIK - ADA UNDANGAN ATAU
PENUNJUKAN PROYEK BARU
- SESUAI SKEDUL KERJA DOKUMEN KONTRAK , KESEPAKATAN
- PEMILIK PROYEK SETUJU DAN MENERIMA
SELESAINYA SEBAGAIAN ATAU KESELURUHAN YANG BERSANGKUTAN - TIDAK ADA COMPLAIN
ATAU CLAIM DARI PEMBERI KERJA ATAU PIHAK KETIGAYANG TERKAIT DENGAN PENYELESAIAN
PEKERJAAN TERSEBUT - SEMUA PIHAK TERKAIT
PELAKSANAAN PROYEK PUAS
- CITRA PERUSAHAAN BAIK - ADA UNDANGAN DAN
PENUNJUKAN PROYEK BARU
Karena setiap proyek selalu menyangkut sumber daya baik itu dana(keuangan), tenaga ahli (ketrampilan) maupun sarana lainnya maka suatu proyek biasanya dikelola secara
dan memberikan manfaat bagi kalangan bisnis, karena kepentingan bisnis itulah kontraktor ikut berperan dalam tim manajemen proyek. Misi proyek menjadi profit centre bagi perusahaannya untuk berproduksi dan mendapatkan hasil dari usahanya. Dengan demikian kriteria sukses pengelolaan proyek secara bisnis bagi kontraktor tidak lagi berupa lima poin tetapi menjadi 7 poin, yaitu:
Tepat biaya (wajar, efisien dan sesuai kontrak)
Tepat mutu (proses dan hasil pekerjaan diterima oleh pemilik dengan baik) Tepat waktu (efektif dan sesuai dengan kesepakatan/kontrak)
Lingkungan kerja sehat dan aman, K3 dilaksanakan dengan konsisten
Memuaskan semua pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan proyek (stake holder)
Memberi keuntungan financial sesuai dengan rencana dan kesepakatan antara manajer proyek dan direksi/perusahaannya.
Meningkatkan citra perusahaan sehingga menjadi lebih baik
Dengan demikian mencapai sasaran atau memperoleh keuntungan financial dan meningkatkan citra perusahaan menjadi lebih baik merupakan keharusan bagi kontraktor dalam rangka mengelola suatu proyek. Misi yang berat ini harus diemban dan menjadi tanggung jawab manajemen proyek.
BAB III
PRINSIP UMUM MANAJEMEN PROYEK
Manajemen dalam penyelenggaraan proyek tergantung pada 2 faktor utama yaitu sumber daya dan fungsi-fungsi manajemen. Sumber daya terdiri dari manusia, uang, peralatan, dan material, sedangkan fungsi-fungsi manajemen dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam penyelenggaraan proyek, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia, ditunjang dengan uang, material dan peralatan, perlu ditata melalui fungsi-fungsi manajemen dalam keterbatasan waktu yang disediakan agar tidak terjadi pemborosan.
3.1 SUMBER DAYA A. MANUSIA
Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi proyek Sumber Daya Air, manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang terlibat langsung dengan proyek maupun yang tidak terlibat langsung dengan proyek. Yang terlibat langsung dengan proyek adalah tenaga kerja yang berada di kelompok pemberi pekerjaan (pengguna jasa), di kelompok kontraktor (penyedia jasa) dan di kelompok konsultan (penyedia jasa). Dari kualifikasinya para tenaga kerja tersebut dapat dikelompokkan ke dalam “tenaga ahli” dan “tenaga terampil”. Berikut ini adalah sebutan yang lazim diberikan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dengan penyelenggaraan proyek (Contoh pada proyek pemerintah) :
Kelompok Kelompok Kelompok
Pemberi Pekerjaan Kontraktor Konsultan Pinpro/Satker/Pengguna- Kepala proyek Team Leader
Jasa Cost Controller CoTeam Leader
Bendahara Proyek Manajer teknik Irrigation Engineer Bendahara Bag. Proyek Manajer Administrasi/keuangan Dam Engineer Urusan Tata Usaha Manajer Peralatan Quality Engineer Urusan Pergudangan Manajer Logistik Quantity Engineer Dan sebagainya Quality Controler Inspector
Pelaksana Laboratory Technician
B. UANG
Uang merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam manajemen penyelenggaraan proyek. Tanpa sumber daya berupa uang yang memadai, jangan mengharapkan dapat menyelenggarakan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang berlaku antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh kegiatan penyelenggaraan proyek, baik yang berada pada kelompok pengguna jasa (misalnya Pinpro/Satker/Pengguna Jasa yang mewakili Pemerintah), pada kelompok pelaksana (kontraktor) sebagai penyedia jasa, maupun pada kelompok pengawas (konsultan) yang juga berperan sebagai penyedia jasa, memerlukan biaya yang besarnya telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak. Jika terjadi “dispute” dalam pelaksanaan pekerjaan, yang biasanya berdampak pada “nilai uang”yang harus disepakati, dokumen kontrak telah mengatur tata cara penyelesaian hukum yang harus ditempuh di dalam penyelesaian masalah tersebut.
Jadi pada hakekatnya, uang memang merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting karena seluruh kegiatan proyek yang menyangkut rekruitmen manusia (tenaga kerja), penggunaan jasa tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill), penggunaan peralatan (alat-alat berat maupun alat-alat laboratorium), pembelian bahan dan material, pengolahan bahan dan material, dan lain sebagainya, baik yang berada pada kelompok pengguna jasa maupun penyedia jasa, seluruhnya memerlukan pembiayaan.
Oleh karena itu, pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan proyek (civil works) bukanlah semata-mata uang yang diperlukan untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi saja oleh kontraktor akan tetapi juga termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultan pengawas (Core Team, Provincial Team, Field Supervision Team) dan untuk pengguna jasa (misalnya Pinpro dan Pinbagpro yang mewakili Pemerintah), dalam suatu kurun waktu yang telah disepakati.
C. PERALATAN
Peralatan, apakah itu berupa alat-alat berat, peralatan laboratorium, ataukah peralatan kantor (computer, kalkulator) ataupun peralatan jenis-jenis lainnya merupakan penunjang utama di dalam penyelenggaraan proyek, oleh karena itu peralatan dimasukkan sebagai sumber daya. Dengan menggunakan peralatan maka
sasaran pekerjaan dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat serta dapat memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.
Alat-alat berat
Berbagai macam jenis peralatan dengan kapasitas yang berbeda-beda telah banyak diproduksi untuk digunakan dalam pekerjaan konstruksi sumber daya air sesuai dengan fungsinya. Dari berbagai macam jenis peralatan dan fungsinya tersebut, dikaitkan dengan jenis-jenis pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan, dapat disusun pengelompokan peralatan untuk tiap-tiap jenis penanganan pekerjaan sebagai berikut :
Earth moving equipment
Bulldozer (crawler, wheel)
Loader (crawler, wheel)
Motor Grader
Excavator (crawler, wheel) Compacting Equipment
Tandem Roller
Pedestrian Roller
Vibrating Tamper
Vibrating Rammer
Three Wheel Roller
Tyre (Pneumatic Roller)
Vibrating Compactor Combination Roller Sheepfoot Roller Hauling Equipment Motor Scraper Dump Truck Plant Equipment
Stone Crushing Plant
Asphalt Mixing Plant
Concrete Plant / Mixer
Drilling / Boring Equipment
Percusion Drill
Bore Pile
Hammer Drill
Piling Equipment
Pile Hammer (Diesel, Vibro) Lifting Equipment Crane Lift Platform Forklift Transportation Equipment Truck Trailer Jeep Pick Up Bus Supporting Equpment
Water Tank Truck
Fuel Tank Truck
Generating Set
Air Compressor
Dalam manajemen penyelenggaraan proyek sumber daya air, penyediaan peralatan (oleh kotraktor) harus sesuai dengan kebutuhannya ditinjau dari jenis, jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia. Cara menggunakannya harus mengikuti prosedur pengoperasian, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan, setelah itu peralatan harus disimpan di tempat yang bisa melindunginya dari kemungkinan hilang atau rusak.
Peralatan Laboratorium
Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian mutu atas pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor
Peralataan-peralatan laboratorium untuk pengujian-pengujian merupakan komponen dari sumber daya yang difungsikan dalam rangka pengendalian mutu. Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut tentunya tergantung pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan.
D. BAHAN
Pengertian bahan dalam hal ini adalah bahan baku yang kemudian diolah menjadi bahan olahan dan setelah diproses bahan olahan tersebut berubah menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam dokumen kontrak. Jadi bahan baku (tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi beton, dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja dll.) adalah merupakan sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat di dalam manajemen penyelenggaraan proyek karena pengaruhnya di dalam perhitungan biaya proyek sangat besar. Oleh karena itu, mencari lokasi bahan baku yang tidak terlalu jauh dari lokasi proyek, yang memenuhi syarat untuk diolah menjadi bahan olahan, akan menjadi faktor penting di dalam manajemen penyelenggaraan proyek. Survey untuk mendapatkan informasi lokasi bahan baku tersebut barangkali harus dilakukan, karena dengan data tersebut kontraktor dapat menyiapkan penawaran yang lebih akurat.
E. METODE KONSTRUKSI
Metode pekerjaan atau yang biasa disebut ’METODE KONSTRUKSI’ (construction method) merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik
sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam kondisi medan kerja, guna mmperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien.
Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan penawaran pekerjaan. Dengan demikian ’Metode Konstruksi’ tersebut telah teruji saat melakukan klarifikasi atas dokumen tendernya terutama construction methodnya, namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan, Metode Konstruksi perlu atau harus dirubah.
3.2 FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Untuk melaksanakan manajemen, setiap orang yang berada pada posisi pimpinan di level manapun, harus melakukan fungsi-fungsi manajemen. Di dalam fungsi-fungsi manajemen ada fungsi organik yang mutlak harus dilaksanakan dan ada fungsi penunjang yang bersifat sebagai pelengkap. Jika fungsi organik tersebut tidak dilakukan dengan baik maka terbuka kemungkinan pencapaian sasaran menjadi gagal. Dari berbagai rumusan perangkat fungsi-fungsi organik, George R. Terry telah merumuskan fungsi-fungsi tersebut sebagai POAC, artinya Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut :
A. PLANNING
Planning, adalah suatu proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Yang dimaksud dengan “kegiatan” di sini adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab pelaksana (kontraktor) maupun pengawas (konsultan). Baik kontraktor maupun konsultan, harus mempunyai konsep “planning” yang tepat untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Jadi pengertian planning tidaklah terbatas pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan saja akan tetapi kegiatan perencanaan yang produknya adalah perencanaan teknis dan dokumen lelang juga dalam persiapannya memerlukan proses planning.
Permasalahan yang mungkin merupakan keterkaitan antara tujuan dengan sumber daya yang tersedia.
Cara untuk nmencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia.
Penerjemahan rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit.
Penetapan jangka waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan sasaran, dimulai dari proses pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi sampai kepada tahap Final Hand Over.
Dengan mengenali permasalahan-permasalahan di atas, dapat disiapkan konsep planning yang sesuai dengan kebutuhan.
B. ORGANIZING
Organizing atau pengorganisasian kerja, dimaksudkan sebagai pengaturan atas sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah yang disebut organisasi. Wadah berupa organisasi ini menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan fungsional yang diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data. Selain itu dalam proses manajemen, organisasi mempunyai arti sebagai berikut :
Sebagai alat untuk menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik.
Sebagai alat untuk membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.
Sebagai alat untuk mempersatukan sumbangan-sumbangan pemikiran dari satuan-satuan orgnisasi yang lebih kecil yang berada di dalam kordinasinya.
Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupun fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Ada koordinasi vertikal (yang menggambarkan fungsi komando), ada koordinasi horizontal (yang menggambarkan interaksi satu level) dan ada koordinasi diagonal (yang menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi komando) yang apabila dapat dapat diintegrasikan dengan baik akan memberikan kontribusi yang significant dalam menjalankan fungsi organizing.
Fungsi manajemen berupa organizing dalam aktualisasi atau penerapannya, merupakan wujud dari peran manajer proyek dalam hal:
- Mengorganisasi dan - Mengkoordinasi
Mengorganisasi (Organizing)
- pahami bahwa tahap pengorganisasian terkait erat dengan tahap perencanaan - Organisasi proyek dibentuk sesuai dengan kebutuhan fugsional dan demi
efektifitasnya
- Tanggungjawab dan tugas personal dari struktur organisasi proyek terkait erat dengan rencana kerja yang harus dilaksanakan
- Tugas harus jelas batasannya :
Uraian tugas harus dimengerti dengan jelas
batas ukuran ataupun syarat-syaratnya harus jelas dan ukurannya tertentu (terukur)
Bisa diserahkan
Merupakan tanggung jawab langsung dari satu orang - Organisasi struktur rincian kerja atau work breakdown
Struktur bisa menjadi alternatif pilihan apabila tugas dan tanggung jawab personal dalam struktur organisasi yang bersangkutan mengalami rangkap tugas dan atau terjadi overlaping atas beberapa tugas yang menjadi tanggungjawab seksi/bagian lain dalam struktur organisasi tersebut.
Dengan adanya rincian kerja atau tugas maka pelaksanaan pekerjaan dan tanggung jawab menjadi jelas, struktur organisasi yang lengkap dengan rincian kerja akan memberikan manfaat yang efektif.
Mengkoordinasi (Coordinating)
Dengan pihak eksternal (pemilik proyek, konsultan, dan lain sebagainya)
Pahami kepentingan perusahaan dan strategi yang harus dilaksanakan
Koordinasikan dan hubungi bagian/ pihak yang terkait untuk mendapatkan masukan dan dukungan yang menguatkan misi perusahaan maupun proyek
Bina dengan baik ‚contact person’ dan informan yang mampu menberikan dukungan dalam mencapai sasaran
Tindakan koordinasi dimaksudkan untuk mendapatkan nilai tambah dalam mencapai sasaran, memberi kemudahan dan nilai positif lain bagi hubungan bisnis, terutama dalam rangka penyelesaian pekerjaan/ proyek.
Dengan pihak internal
koordinasi adalah wujud nyata dai komunikasi dengan sarana pembicaraan langsung, telepon, faks, surat dan media lainnya
Untuk memastikan bahwa kepentingan proyek bisa dimengerti dan mendapat dukungan perusahaan maka data komunikasi harus lengkap, jelas dan informatif serta menyakinkan. Dalam hal tertentu data bisa membantu perusahaan untuk kepentingan’kolega’ sehingga peran positif terhadap misi (tugas) yang diberikan
Koordinasi harus meningkatkan usaha kerja keras, memperlancar atau menghilangkan hambatan maupun ketergantungan pekerjaan.
Fungsi koordinasi proyek
Memberi manfaat maksimal dalam hal:
Membuat rencana kerja yang lebih mendekati kenyataan dari pelaksanaannya (data mengenai kondisi medan kerja, situasi dan lingkungan kerja bisa langsung diobservasi)
Membuat laopran tentang realisasi aktivitas dengan membandingkan dengan rencana awalnya
Menanggulangi setiap ketergantungan pekerjaan dan kesulitan proyek
Menindaklanjuti setiap perubahan dengan melakukan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan
Menyiapkan dan merevisi rencana mutu dan kendali mutu sesuai dengan dengan prosedur kerja (perusahaan)
Melakukan tindakan antisipasif dengan melakukan pencegahan (preventive action) terhadap masalah atau hambatan yang diperkirakan timbul dan menggangu upaya untuk mencapai sasaran kerja
Sarana pertemuan dan kordinasi langsung bagi setiap petugas proyek
sasaran dan ‚ keydate’ pekerjaan harus dikoordinasikan Memberi manfaat untuk :
Menggugah semangat kerja dan motivasi
Memberikan data tentang kemajuan pekerjaan secara lebih jelas kepada manajer senior yang memeriksa
Merupakan sarana/ data komunikasi dengan pihak luar yang terkait dengan tim proyek
Menjadikan tonggak tantangan dan tanggung jawab tersebut lebih jelas untuk dibagikan/ di berikan kepada level tertentu dalam jajaran manajemen proyek
`
C. ACTUATING
Actuating, diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan orang-orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning. Jadi di dalam “actuating” diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk menggerakkan anggota-anggota kelompoknya, mengarahkan anggota-anggota kelompoknya serta memberikan motivasi kepada anggota-anggota kelompoknya untuk secara bersama-sama memberikan kontribusi dalam menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Ada berbagai macam metoda agar seorang pimpinan mampu menggerakkan orang-orang dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran proyek. Berikut ini adalah teori mensukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh George R. Terry :
Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam kelompok atau organisasi menjadi penting.
Instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh seorang pimpinan haruslah dibuat dengan mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan individual yang ada pada pegawai-pegawainya, sehingga dapat dilaksanakan dengan tepat oleh para pegawainya.
Perlu menerbitkan pedoman kerja yang jelas tapi singkat, agar mudah difahami dan dilaksanakan oleh pegawainya.
Agar dilakukan praktek partisipasi dalam manajemen untuk menjalin kebersamaan di dalam penyelenggaraan manajemen, sehingga masing-masing pegawai dapat difungsikan sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.
Agar diupayakan untuk memahami hak-hak pegawai termasuk hak di urusan kesejahteraan, sehingga dengan demikian ada sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja yang diikutinya.
Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan benar apa yang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan
Seorang pimpinan perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai pembenaran atas keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya semua orang tidak suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa memberikan dalih pembenaran atas keputusannya.
Janganlah berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau orang lain menjadi naik emosinya.
Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.
Perlu melakukan pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun haruslah dengan cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.
D. CONTROLLING
Controlling,diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipersiapkan untuk dapat menjamin bahwa pekerjaan-pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Di dalam manajemen proyek Sumber Daya Air, maka controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi. Akan tetapi di dalam pekerjaan pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor, dilakukan pengendalian waktu, mutu dan biaya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawahnya untuk memastikan bahwa masing-masing staf sudah melakukan tugasnya dalam koridor “quality assurance” sehingga tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana direncanakan dapat dipenuhi.
Kemudian apa yang menjadi ruang lingkup kegiatan controlling itu? Dapat diketengahkan disini bahwa ruang lingkup kegiatan controlling mencakup seluruh aspek pelaksanaan rencana, antara lain adalah :
Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang , peralatan, bahan)
Prosedur dan cara kerjanya
Kebijaksanaan-kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran.
Hal lain yang sangat penting untuk diketahui adalah bahwa controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan apa yang terjadi di lapangan dengan rencana yang telah
Tindakan Kontrol
- Pahami bahwa tindakan tersebut tidak hanya bersifat check dan monitoring, tetapi juga merupakan tindakan manjerial dengan jangkauan yang lebih dalam pengendalian.
- Tugas dan tindakan mengontrol bukan berarti hanya menyalahkan orang lain, tetapi juga mencarikan dan menentukan alternative terbaik dalam tindakan pencegahan (preventive action) dan perbaikan atas ketidaksesuaian yang terjadi
- Batasan tentang sukses pekerjaan harus sangat jelas dari sudut biaya, mutu dan waktu, buat prosedur control resmi
- Tolok ukur penyimpangan dariapa yang terjadi harus segera ditindak lanjuti dan diatasi hambatannya agar yang bersangkutan dapat diselesaikan
- Indikasi penyimpangan yang mudah dijumpai pada saat pengontrolan adalah adanya ketidaksesuaian antara waktu dan mutu
Mengontrol sebagai upaya memonitor
- Untuk memastikan apakah tujuan proyek atas biaya, mutu dan waktu tercapai - Melalui media laporan proyek maupun dengan meninjau langsung
- Melakukan secara periodik atau sesering mungkin
- Memonitor berati siaga setiap waktu untuk mengetahui dan segera mempersiapkan serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan atas perubahan dan penyimpangan yang terjadi maupun yang akan terjadi agar tujuan tercapai sesuai rencana
Mengontrol dalam rangka mengambil keputusan
Pastikan bahwa memonitor sungguh memberikan informasi dan indikasi yang tepat waktu mengenai operasional proyek
Data evaluasi dan intuisi manajer proyek merupakan sarana dan masukan terbaik dalam mengambil keputusan sehuungan dengan tindakan pencegahan dan perbaikan
Mengontrol proyek dalam rangka mengambil keputusan berarti
Melakukan peninjauan atas situasi operasional proyek
Mengendalikan dengan langkah antisipasi untuk menghindari perubahan yang berdampak negatif
Menyelesaikan proyek sesuai rencana
Memastikan dan menyakinkan bahwa manajer proyek mampu menangani dan menyelesaika sendiri bersama tim sukses pengelolaan proyek
Dalam pengambilan keputusan yang berat dan riskan karena menyangkut policy dan atau uang yang cukup besar dan untuk memperkecil dan menghindari resiko, perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut, yaitu
- Pastikan bahwa keenam tindakan dalam pengambilan keputusan seperti tersebut diatas telah dilakukan secara maksimal
- Buat laporan tentang kemajuan , data, dan fakta yang akurat serta berikan alternatif pemecahan terbaik menurut tim proyek. Sampaikan kepada atasan agar memperoleh dukungan dan pertimbangan keputusan yang berbobot, mantap dan benar.(ini bukan berarti mendelegasikan tugas kepada atasan) - Perlu dimengerti bahwa tim proyek sangat memahami perihal detail dan
masalah opersional sehari-hari yang lebih mutakhir. Namun demikian umumnya para atasan (meskipun tidak selalu benar) mempunyai:
Pengalaman (dan wawasan)yang lebih banyak
Kekuasaan yang lebih besar dan menentukan atas sumber daya yang diperlukan
Pengaruh atau akses pada kekuasaan
Status yang lebih menyakinkan atau lebih tinggi
Visi ke depan yang lebih luas, termasuk dalam hal policy perusahaan yang mungkin belum diketahui oleh tim proyek.
Pastikan bahwa tindakan diatas dilakukan karena benar dan perlu bukan sekedar menjilat dengan keputusan yang demikian maka upaya mengontrol proyek pasti akan mencapai sasarannya.
BAB IV
DOKUMEN YANG MENGIKAT PENYELENGGARAAN PROYEK
4.1 KONTRAK PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Kontrak pelaksanaan konstruksi merupkan ikatan kontrak antara Pinpro/Satker/Pengguna Jasa dengan kontraktor, yang dibuat setelah melalui proses pengadaan berupa pelelangan atau pemilihan langsung, dokumen yang dipakai sebagai acuan yang mengikat kedua belah pihak adalah sebagai berikut:
SURAT PERJANJIAN KONTRAK
LAMPIRAN SURAT PERJANJIAN KONTRAK
DOKUMEN KONTRAK
JAMINAN PELAKSANAAN
JAMINAN UANG MUKA
JAMINAN PEMELIHARAAN PELELANGAN
BERITA ACARA PENJELASAN PELELANGAN
BERITA ACARA PEMBUKAAN PENAWARAN
BERITA ACARA PELELANGAN
SURAT KEPUTUSAN PEMENANG TENDER
PEMILIHAN LANGSUNG
BERITA ACARA PEMILIHAN LANGSUNG
SK PENUNJUKAN PELAKSANA LAPANGAN
Dokumen Kontrak,berasal dariDokumen Lelang sebagai berikut : DOKUMEN LELANG LCB
a. Pengumuman / Undangan Lelang b. Instruksi Umum kepada Peserta Lelang c. Instruksi Khusus Kepada Peserta Lelang d. Syarat-syarat Umum Kontrak
e. Syarat-syarat Khusus Kontrak f. Daftar Kuantitas dan Harga
h. Gambar-gambar
i. Bentuk-bentuk Jaminan Penawaran / Pelaksanaan / Uang Muka
DOKUMEN LELANG ICB a. Instruction to Bidders b. Bidding Data
c. Invitation for Bids
d. Part I : General Conditions of Contract e. Part II : Conditions of Particular Applications f. Technical Specifications
g. Form of Bid, Appendix to Bid, and Bid Security h. Bill of Quantities
i. Form of Agreement Forms of Performance Security Advance Payment Bank Guarantee
j. Drawings
k. Explanatory Notes
l. Dispute Resolution Procedure
m. Eligibility for The Provision of Goods, Works, and Service in FA Financed procurement
DOKUMEN KONTRAK LCB
a. Surat Perjanjian (termasuk Addendum Kontrak) b. Surat Penunjukan Pemenang Lelang
c. Surat Penawaran
d. Addendum Dokumen Lelang e. Syarat-syarat Kontrak f. Spesifikasi
g. Gambar-gambar
h. Daftar Kuantitas yang telah diisi harga penawarannya
i. Dokumen lain yang tercantum dalam data kontrak pembentuk bagian dari kontrak
DOKUMEN KONTRAK ICB a. The Contract Agreement b. The Letter of Acceptance c. The Bid and Appendix to Bid
e. The Conditions of Contract, Part I f. The Specifications
g. The Drawings
h. The Priced Bill of Quantities
BAB V
PELAKSANAAN PROYEK
Proses manajemen proyek diawali dari informasi adanya proyek, diikuti tahapan pra-kualifikasi, tender proyek dan pelaksanaan fisik proyek, sampai penyerahan akhir proyek kepada pemilik proyek. Di sini hanya akan dibahas peran serta manajemen proyek sejak kontrak pekerjaan ditandatangani (atau sejak kontraktor ditunjuk sebagai pemenang tender) sampai dengan penyerahan akhir proyek kepada pemilik proyek
Adapun 3 tahap pelaksanaan itu adalah : - Tahap persiapan pelaksanaan proyek - Tahap operasional pelaksanaan proyek - Tahap penyelesaian dan penyerahan proyek
5.1 TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN PROYEK
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini terutama adalah melakukan pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan fisik proyek dan kegiatan administrasi yang diperlukan selama operasional pelaksanaan proyek
Persiapan sarana dan prasarana meliputi pembuatan dokumen (administrasi) keperluan operasional pelaksanaan proyek seperti pembuatan jalan masuk, jalan kerja, bangunan fasilitas dan kantor proyek (lapangan) dan lain-lain. Pekerjaan fisik tersebut ada yang non pay items works maupun pay items works atau yang bisa ditagihkan pembayaran atau progress fisiknya. Yang non pay items workswalaupun tidak bisa ditagihkan namun sebenarnya sudah diperhitungkan dalam biaya item pekerjaan tertentu.
5.1.1 SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)
SPMK atau Commencement of Work (COW) diterbitkan oleh Pinpro/Satker/Pengguna Jasa selambat-lambatnya 60 hari sejak penandatangan kontrak pekerjaan konstruksi, didahului dengan penandatangan Berita Acara Site Hand Over (serah terima lapangan) dari Pihak proyek (Pinpro/Satuan Kerja/Pengguna Jasa) kepada kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi. Serah terima lapangan tersebut diselenggarakan setelah seluruh permasalahan yang terkait dengan pemerintah atau masyarakat setempat (misalnya pembebasan tanah) terselesaikan. Tanggal penerbitan SPMK merupakan saat
awal periode konstruksi (construction period) atau dapat juga disebut sebagai awal dari pelaksanaan kontrak (contraction period). Jika construction period dimulai sejak COW dan berakhir pada PHO (provisional hand Over) maka contract period dimulai sejak COW dan berakhir pada FHO (Final Hand Over)
Setelah penerimaan SPMK, kontraktor memanfaatkan waktu sebelum dimulainya awal pelaksanaan kontrak, mulai mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Proyek tugas cost controller mempersiapkan Rencana Anggaran Pelaksanaan Proyek dan rencana cash flow.
5.1.2 PRE CONSTRUCTION MEETING (METODE KONSTRUKSI)
Pre Construction Meeting atau Rapat Persiapan Pelaksanaan adalah pertemuan antara Pihak Proyek (Pinpro/Satker/Pengguna Jasa, Kepala Dinas), Kontraktor dan Konsultan yang dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah diterbitkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) oleh Pinbagpro, guna membahas dan kemudian menyepakati bersama berbagai hal yang secara umum adalah sebagai berikut :
Organisasi kerja pelaksanaan konstruksi. Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan.
Review dan penyempurnaan terhadap construction schedule yang harus sesuai dengan target volume, mutu dan waktu.
Jadwal mobilisasi personel dan peralatan.
Jadwal pengadaan bahan dan penggunaan peralatan.
Menyusun rencana pemeriksan lapangan (mutual check) dan review terhadap design yang ada.
Menentukan lokasi sumber quarry (sumber bahan/material), estimate kuantitas bahan serta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
Pendekatan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat berkaitan dengan pelaksanaan proyek (misalnya masalah jalan akses ke lokasi quarry). Lain-lain yang dianggap perlu diperjelas atas hal-hal yang penafsirannya
masih belum jelas bagi kedua belah pihak.
Jadi dengan demikian tujuan penyelenggaraan Pre Construction Meeting adalah menyatukan pengertian terhadap seluruh isi Dokumen Kontrak dan membuat
Dokumen Kontrak serta membahas jalan keluar terhadap kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan konstruksi. Adapun substansi pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting adalah sebagai berikut :
a.
Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak tentang : o Pekerjaan tambah kurango Termination atau forfeiture o Mobilisasi
o Insurance of works o Organisasi kerja
b.
Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, antara lain : o Request and Approval dalam rangka Examination of Works o Extension time for completion of workso Gambar kerja dan kelengkapannya. o Pengajuan MC (Monthly Certificate) o PHO dan FHO
o Pembuatan Addendum Kontrak
o Jadual pengadaan bahan, penggunaan peralatan dan personel
o Review dan penyempurnaan terhadap jadual kerja yang harus sesuai dengan target volume, mutu dan waktu.
o Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan (mutual check) sehubungan dengan Review design terhadap design yang ada dalam dokumen kontrak
c.
Tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan, antara lain : o Pelaksanaan konsruksi SDA misalnya saluran, bendung dll. o Pelaksanaan produksi agregat untuk beton.o Menentukan lokasi sumber bahan material (quarry), estimate kuantitas bahan beserta rencana pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan. o Pendekatan terhadap masyarakaat dan Pemerintah Daerah setempat
mengenai rencana kerja yang ada kaitannya dengan musim tanam atau masalah jalan akses ke quarry / angkutan bahan.
d.
Peran Kontraktor Survei lapangan
– Rencana Kerja dan Review Design :
o Melaksanakan survei untuk pembuatan gambar kerja.
o Membuat gambar kerja (standard survei dan gambar kerja mengacu pada standard yang berlaku)
– Menjelaskan metode / cara pelaksanaan konstruksi.
– Menjelaskan struktur organisasi serta tugas dan tanggungjawabnya. – Menjelaskan kualifikasi personel kontraktor yang akan dimobilisasi. – Menjelaskan rencana mobilisasi personel.
– Menjelaskan bagian pekerjaan yang akan di-sub-kontrakkan serta calon sub kontraktornya.
– Menjelaskan rencana penggunaan peralatan, termasuk : o Jumlah dan jenis peralatan
o Rencana kedatangan peralatan
– Menjelaskan rencana kerja berdasarkan S – Curve.
e.
Peran Konsultan– Mencatat seluruh kesepakatan dalam Pre Construction Meeting dan dituangkan dalam Berita Acara tersendiri sebagai dokumen proyek.
– Mempersiapkan formulir-formulir isian antara lain : o Laporan Harian.
o Laporan Mingguan
o Laporan Bulanan (Monthly Progress Report) o Executive Summary Report
o Survei Lapangan Untuk Review Design.
o Perhitungan Volume / Back Up Data serta Monthly Certificate (MC) o Quality Control
o Contractor’s Request untuk :
Memulai pekerjaan
Test material
Penerimaan pekerjaan
– Menjelaskan struktur organisasi konsultan dan tugas dari pada masing-masing personel konsultan
Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan.
Personel yang dilibatkan di dalam survei lapangan.
Kelengkapan yang diperlukan untuk survei lapangan.
Ruang lingkup pekerjaan yang akan disurvei.
Alternatif penanganan dari hasil survei lapangan.
Rencana dan gambar kerja yang harus dibuat.
- Menegaskan pengambilan lokasi foto dokumentasi : dimana, kapan, berapa kali yang harus dilaksanakan oleh kontraktor.
5.1.3 Rencana Pelaksanaan proyek
Pada tahap persiapan pelaksanaan proyek maka harus disiapkan sarana dan prasarana yang meliputi pembuatan dokumen rencana pelaksanaan proyek dan pekerjaan fisik yang mendukung dimulainya pelaksanaan proyek menjadi lebih lancar demi tercapainya pengendalian biaya, mutu dan waktu sesuai dengan target
Rencana pelaksanaan proyek menjadi sangat penting dan menjadi standar untuk tercapainya kesuksesan pelaksanaan dilapangan.
Rencana pelaksanaan proyek terdiri dari : 1. Organisasi proyek dan job description
2. Jadwal pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya 3. Rencana mutu proyek
4. Metode pelaksanaan (Construction Method) 5. Survey lapangan
6. Mobilisasi
7. Rencana anggaran pelaksanaan dan cash flow 8. Rencana K3 proyek
9. RKL dan RPL
Pada tahap operasional pelaksanaan proyek, rencana pelaksanaan proyek tersebut menjadi standar untuk pelaksanaan pengendalian/kontrol disemua lini pekerjaan baik segi biaya, mutu dan waktu. Pada modul manajemen proyek, segi pengendalian tidak dibahas secara rinci. Baru pada modul pengendalian biaya, mutu dan waktu, proses controlling akan secara rinci dibahas.
5.1.3.1 Rencana mutu proyek
Penerapan sisitem jaminan mutu (Quality assurance) bidang sumber daya air adalah untuk menyakinkan bahwa apa yang dikerjakan baik berupa pembangunan prasarana dan sarana dasar bidang pengairan maupun pelayanan jasa penyediaan air bagi masyarakat benar telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan di sepakati.
Tujuan penerapan sistem jaminan mutu adalah mengupayakan peningkatan mutu pekejaan pembangunan bidang SDA dapat terpenuhi kebutuhan sesuai dengan yang diisyaratkan dan dijanjikan. Sistem manajemen mutu mewajibkan manajemen untuk menetapkan standar dan prosedur operasional yang diberlakukan diseluruh perusahaan untuk dipergunakan dan diikuti serta didokumentasikan. Salah satu dokumen mutu yang terpenting untuk dibuat pada rencana pelaksanaan proyek adalah Rencana Mutu (Quality plan) Dokumen Rencana Mutu berisi strategi perusahaan untuk mencapai mutu hasil kerja sesuai persyaratan dalam spesifikasi teknis dan menyajikan gambaran ringkas yang informatif mengenai pelaksanaan pekerjaan
Rencana mutu proyek merupakan salah satu alat kontrol dalam melakukan pengendalian pelaksanaan proyek
Rencana daftar isi rencana mutu tersebut sebagi berikut: a. Struktur organisasi
b. Uraian tugas jabatan c. Informasi pemilik proyek d. Lingkup pekerjaan
e. Ringkasan spesifikasi teknis atau kerangka acuan f. Daftar gambar teknik atau dokumen pendukung g. Daftar alat kerja
h. Jadwal pelaksanaan pekerjaan i. Bagan alir pelaksanaan pekerjaan j. Daftar SP,SD, dan TK
k. Kriteria penerimaan dan rencana inspeksi dan tes l. Jadwal inspeksi dan tes
m. Daftar simak
Bahan baku untuk pembuatan atau penyusunan rencana mutu pekerjaan masing-masing adalah sebagai berikut rencana mutu pekerjaan konstruksi
b. Gambar teknik tiap-tiap pekerjaan c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan
d. Daftar peralatan yang digunakan dan yang dipasang e. Standar prosedur, standar produk, dan instruksi kerja f. Organisasi pelaksanaan pekerjaan
g. Uraian tugas jabatan setiap pejabat pelaksana pekerjaan
5.1.3.2 Organisasi Proyek dan Job description
Pertimbangan dalam memilih bentuk organisasi proyek
Tipe atau bentuk organisasi proyek dari kontraktor sebagai pelaksana proyek sangat bervariasi adapun alasan dan pertimbangan adalah:
1. Besarnya nilai proyek
2. Tingkat teknologi dan kompleksitas proyek 3. Luas area dan jangkauan proyek
4. Macam dan jenis pekerjaan proyek
5. Besar dan banyaknya ragam sumber daya yang harus dikelola untuk kepentingan proyek.
Project organization chart atau bagan organisasi proyek adalah bagan koordinasi yang menunjukkan hubungan, fungsi dan peran masing-masing anggota dari struktur organisasi proyek tersebut. Untuk menegaskan dan memberikan tanggung jawab yang jelas, manajer proyek harus membuat atau memberikan uraian tugas (job description) kepada masing-masing stafnya.
Contoh untuk Job Description Kepala Lapangan :
a. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknik dan dokumen lain yang terkait dengan pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja dilapangan b. Bersama kepala bagian teknik dan administrasi kontrak mengenai metode
konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan
c. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengerahan kegiatan harian pada pelaksanaan dilapangan
d. Memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan dengan berpedoman pada batasan-batasan biaya, mutu, dan waktu pelaksanaan
e. Menjalin hubungan baik dengan pengawas pekerjaan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan
g. Melakukan pengawasan pekerjaan dan membuat evaluasi hasil pelaksanaan serta menyusun dan melaksanakan program aksi bila terjadi penyimpangan h. Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan
dilapangan secara berkala
i. Bersama dengan kepala bagian teknik dan administrasi kontrak melakukan pemeriksaan dan memproses Berita Acara kemajuan pekerjaan dilapangan. j. Melaksanakan sistem manajemen mutu ISO 9001-2000
k. Melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai OHSAS 18001.
Organisasi proyek adalah struktur organisasi ’formal’ untuk memudahkan dan memberikan kejelasan komunikasi internal proyek kepada yang berkepentingan langsung. hal ini disesuaikan dengan tingkat jabatan dan keperluannya, selain itu juga untuk kepentingan komunikasi/hubungan kerja dengan kerja dengan pemilik proyek dan konsultan. Adapun contoh dari tipikal organisasi poyek adalah sebagai berikut :
5.1.3.3 Jadwal Pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya
Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi Pemilik Proyek (dalam hal proyek dibiayai dengan dana APBN, APBD I, APBD II termasuk dana Pinjaman Luar Negeri, maka yang dimaksud dengan Pemilik Proyek adalah Pemerintah Pusat atau Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten, diwakili oleh Pinbagpro, Pinpro atau Para Pejabat terkait di atasnya), kontraktor dan konsultan untuk :
Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan
Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga
Mendukung pengalokasian anggaran biaya
Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan pekerjaan
Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi
Dalam garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari pengajuan penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis / cara penjadwalan.
Aspek perencanaan menyangkut penentuan dari : – APA yang harus dikerjakan ?
– KAPAN harus dikerjakan ?
– BAGAIMANA cara mengerjakannya ? – SIAPA yang harus mengerjakan ?
– BERAPA biaya yang harus dikeluarkan ?
Semua pertanyaan di atas dianalisa, hasil analisis terhadap “APA” akan menunjukkan bahwa proyek terdiri dari sejumlah kegiatan yang berurutan yang mudah dikenali sebagai sejumlah item pekerjaan, yang mengandung kesulitan dan risiko dalam menyelesaikannya. Kemudian terhadap pertanyaan “KAPAN”, setiap item pekerjaan harus ditentukan posisinya sebagai bagian dari jadual yang telah ditentukan untuk penyelesaian proyek. “BAGAIMANA” dan “SIAPA” perlu ditentukan dengan cara perencanaan pemanfaatan tenaga kerja, peralatan dan bahan secara optimal. Dari sini baru dapat diperhitungkan “BERAPA” biaya yang
Untuk dapat menyiapkan construction schedule, maka ditinjau dari aspek perencanaan perlu dilakukan penyiapan tatacara kerja yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
– Melakukan penelaahan awal dokumen kontrak
– Melakukan penelitian lapangan secara rinci untuk menguji lokasi,sumber daya yang tersedia dan menentukan tingkat kesulitan yang terkait pada pekerjaan yang akan dilaksanakan
– Melakukan pengkajian Daftar Kuantitas secara rinci – Melakukan pengkajian Gambar Rencana secara rinci – Menguji Spesifikasi
– Menguji Syarat-syarat Kontrak
– Menganalisa pekerjaan yang diperlukan untuk setiap kegiatan – Menentukan urutan pekerjaan
– Menentukan biaya proyek
Langkah-langkah di atas kemudian ditindaklanjuti dengan membuat analisa terhadap hal-hal berikut :
– Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan – Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan – Urutan setiap kegiatan
– Metoda kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan – Sumber daya yang diperlukan
– Resiko yang terkait
– Biaya sebenarnya untuk menyelesaikan setiap kegiatan – Nilai pekerjaan yang diselesaikan.
Setelah menyelesaikan analisa di atas, kontraktor perlu membuat beberapa jadual dasar sebagai jadual perencanaan kerja, yang nantinya di dalam pelaksanaan konstruksi biasanya memerlukan perubahan-perubahan diseuaikan dengan kondisi lapangan :
– Jadwal kegiatan, yang menentukan secara jelas kerangka waktu untuk setiap jenis pekerjaan.
– Jadwal Sumber Daya, yang menentukan secara jelas rencana ketersediaan tenaga kerja, peralatan dan bahan.
– Jadwal cash flow keuangan, yang menentukan keadaan pemasukan dan pengeluaran uang.
Ada beberapa jenis jadual yang dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek antara lain sebagai berikut :
– Critical Path Method (Metoda Lintasan Kritis)
– Bar Charts – basic and linked (Diagram Balok – asli dan terkait)
– Financial Progress Schedule – S Curve (Jadwal Kemajuan Keuangan – Kurva S)
– Jadwal pengadaan sumber daya (termasuk jenis bar)
Critical Path Method
Critical Path Method adalah suatu jenis jadual atau network planning yang dapat digunakan untuk menyajikan construction schedule dalam urutan-urutan kegiatan maupun ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lain, yang dilengkapi dengan rencana “durasi” kapan suatu kegiatan paling awal dapat dikerjakan dan kapan waktu paling akhir dari kegiatan tersebut harus dikerjakan, agar seluruh kegiatan yang merupakan komponen dari suatu pekerjaan dapat dikendalikan dari awal sampai akhir.
Di dalam network planning yang merupakan jaringan lintasan kegiatan yang saling tergantung satu sama lain tersebut bisa terdapat satu atau lebih lintasan kritis yang menggambarkan bahwa kegiatan pada lintasan kritis tersebut harus diawali dan diakhiri tepat waktu, sebab apabila meleset pelaksanaannya akan menunda penyelesaian proyek.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penggunaan Critical Path Method untuk keperluan menyiapkan suatu Network Planning :
A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya
= Event
NE = No. of Event EET = Earliest Event Time LET = Latest Event Time
Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu (duration) tertentu Kegiatan di lintasan kritis (critical path)
Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap sbg kegiatan yang tidak membutuhkan waktu
Contoh sederhana Network Planning di atas menggambarkan ada 6 kegiatan yaitu kegiatan A, B, C, D, E, dan F dengan durasi masing-masing kegiatan serta saling ketergantungannya sebagai tersebut dalam tabel di bawah. Dalam tabel di bawah
0 1 0 15 3 15 50 5 50 33 4 33 14 2 17 EET LET LET
B(15)
A(14)
D(16)
E(18)
F(17)
C(0)
S
TAR TF
INISHNE
Network Planning digambarkan sebagai kegiatan yang menghubungkan antar event yang mempunyai EET = LET, yaitu kegiatan B, E dn F.
Dari lintasan kritis B, E, dan F di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
– Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di lintasan kritis tidak boleh dilampaui sebab apabila dilampaui akan mengakibatkan tertundanya penyelesian pekerjaan.
– Controlling secara ketat harus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di lintasan kritis agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda.
– Sementara kelonggaran waktu yang terdapat pada kegiatan lain (dalam kasus di atas adalah kegiatan A dan D) dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga, peralatan, bahan, dan barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan B, E, dan F.
Bar Charts – basic and linked
Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana, menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 type yang dikenal yaitu basic chart dan linked chart. Basic chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing kegiatan yang berdiri sendiri, sedangkan linked chart
Data Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis Kegiatan Event EET + Durasi pada Event No.
Kegiatan Durasi Yang No. Terendah Tertinggi EET LET (Hari) Mendahului (Hari) (Hari) (Hari) (Hari)
1 - - 0 0 A 14 Tidak ada - - - -B 15 Tidak ada - - - -2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17 C 0 A - - - -D 16 A - - - -3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15 E 18 B dan C - - - -4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33 F 17 D dan E - - - -Selesai 5 30+17=47 33+17=50 50 50
dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan lain meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Jika hanya mengandalkan bar chart, kita tidak akan pernah mengetahui kegiatan atau sub kegiatan mana yang posisinya berada pada lintasan kritis, yang mengharuskan kita untuk memberikan prioritas utama dalam ketepatan waktu pelaksanaannya karena keterlambatan pelaksanaan akan menunda penyelesaian proyek.
Pada halaman selanjutnya digambarkan contoh bar chart dari proyek SDA, hanya diambil resumenya saja, tidak dirinci dalam sub-sub kegiatan yang menggambarkan jenis-jenis kegiatan yang ada di dalam items pekerjaan.
Financial Progress Schedule – S Curve
Financial Progress Schedule – S Curve merupakan suatu monthly construction schedule yang menggambarkan rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif dinyatakan dalam % terhadap total biaya proyek, selama construction period yaitu sejak Commencement of Works (COW) sampai dengan Provisional Hand Over (PHO). S Curve ini merupakan alat pengendali baik bagi kontraktor, konsultan pengawas maupun pemilik pekerjaan (Pinbagpro, Pinpro atau para atasan Pinpro terkait). Oleh karena S Curve itu menyangkut informasi pekerjaan yang berkaitan dengan pembayaran prestasi pekerjaan maka di dalam S Curve tercatat :
No. pay item,
Deskripsi pay item,
Nama section yang berisi sejumlah pay item,
Kuantitas masing-masing pay item,
Harga satuan masin-masing pay item,
Total harga dari masing-masing pay item,
Rincian kebutuhan biaya bulanan masing-masing pay item dinyatakan dalam prosen terhadap total biaya konstruksi
Dari total % rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah % kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan mulai dari COW (Commencement of Works) s/d PHO (Provisionil Hand Over). Kurva yang menghubungkan % kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan inilah yang disebut Kurva S karena pada umumnya untuk suatu rencana pelaksanaan yang normatif, kurva tersebut biasanya berbentuk huruf S. Dengan cara yang sama, sesuai dengan realisasi pelaksanaan di lapangan dibuat kurva yang menghubungkan realisasi bulanan di maksud sebagai alat pengendali.
FINANCIAL PROGRESS SCHEDULE – S CURVE (JADWAL KEMAJUAN KEUANGAN – KURVA S)
Jadwal pengadaan Sumber daya
Jadwal pengadaan sumber daya dibuat untuk menunjang pelaksanaan proyek terdiri dari :
1. Jadwal kebutuhan sumber daya manusia Jadwal tersebut berisi antara lain
Rincian item pekerjaan secara detail
Rencana waktu pelaksanaan pekerjaan
Rincian waktu pelaksanaan pekerjaan
Rincian jumlah pekerja (mandor dan tenaga trampil) untuk melaksanakan suatu item pekerjaan pada waktu tertentu dengan kualifikasi pekerjaan tersebut
Ada 3 jenis tenaga kerja : - didatangkan perusahaan - didatangkan mandor borong - didatangkan sub kontraktor