• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Studi Kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Studi Kasus"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Makalah Studi Kasus

BAB I PENDAHULUAN

Dalam kehidupannya, setiap manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah. Salah satu diantaranya adalah masalah Broken Home. Broken Home adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi didalam keluarganya sendiri yang disebabkan oleh faktor tertentu.

Broken Home dapat menimbulkan efek yang buruk bagi anak apabila tidak segera di atasi. Broken Home dapat di sebabkan banyak faktor antara lain akibat dari orang tua yang bercerai, tidak adanya komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua kepada anak, sehingga hal ini dapat memicu timbulnya suasana ketidak harmonisan dan kenyamanan bagi anak.

(2)

Untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satu cara bisa diselesaikan menggunakan teknik studi kasus. Studi kasus sendiri dapat diartikan sebagai berikut :

A. Pengertian Studi Kasus

1.Menurut Mohamad Surya dan I. Djumhur

Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian yang lebih baik.

2.Menurut Sayekti Pujosuwarno

Dengan studi kasus kita mampu mengumpulkan data selengkap-lengkapnya tentang individu. Data tersebut dapat kita olah atau analisa kemudian hasilnya akan dapat merupakan dugaan permasalahan dari individu terseut, berdasarkan semua itu maka kita dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dengan setepat mungkin.

3.Menurut A. N. Sadu dan Amarjit Singh

Studi kasus adalah bentuk analisa kualitatif dengan melakukan observasi yang cermat dan lengkap tentang seorang manusia satu situasi atau satu lembaga. 4.Menurut S. Nasution

(3)

bahwa studi kasus merupakan salah satu bentuk desain penelitian disamping survey dan eksperimen.

B.Langkah-Langkah Memberikan Bantuan Dalam Memecahkan Masalah Menurut I. Djumhur dan Mohamad Surya.

1.Langkah Identifikasi Kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.

2.Langkah Diagnosa

(4)

Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.

4.Langkah Terapi

Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.

5.Langkah Evaluasi dan Follow Up

(5)

BAB II ISI LAPORAN A.Identifikasi Kasus

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.

I.Pengumpulan Data a.Data Pribadi :

(6)

8.Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul 9.Sekolah : SMA

10.Jumlah saudara : Anak tunggal b.Data Keluarga :

1.Ayah : -Nama ayah : Sunaryo -Umur : 50 tahun -Pekerjaan : Wiraswasta

-Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul 2.Ibu :

-Nama ibu : Suranti -Umur : 45 tahun -Pekerjaan : wiraswasta

-Alamat : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul II.Hasil Wawancara dan Observasi

a. Dengan Guru

(7)

perlengkapan dan alat tulis, prestasinya rendah dan memiliki tingkat emosi yang cukup tinggi.

b. Dengan Wali Kelas

Berdasarkan wawancara dari wali kelas didapat informasi bahwa siswa “X” mengalami penurunan prestasi belajar yang cukup drastis. Dibandingkan dari data prestasinya sewaktu dikelas satu maupun kelas dua. Selain itu ia juga sering tidak masuk kelas tanpa izin.

c. Dengan Orang Tua Siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuanya didapat keterangan bahwa mereka senantiasa mencukupi semua keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak diberikan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, memilih jalan hidupnya sendiri, serta orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sehingga komunikasi antara orang tua dengan anak tidak terjaga dengan baik.

d. Dengan teman dekatnya

(8)

urusannya masing-masing. Siswa tersebut juga mengatakan ia lebih suka pergi dari rumah, pergi ke diskotik, suka mabuk-mabukkan dan sering main wanita.

e. Melalui Angket dan Sosiometri

Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa tersebut tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya memilih beberapa teman yang ia sukai.

f. Wawancara dengan Klien

(9)

Yang mereka tahu hanyalah memberikan uang yang mereka pikir itu cukup melaksanakan kewajiban sebagai orang tua terhadap anaknya. Orang tua juga tidak pernah memberikan ajaran agama juga norma-norma dalam masyarakat. g. Observasi pada kilen terhadap perilakunya

Berdasarkan hasil observasi dapat di ketahui bahwa perilaku yang di lakukan oleh klien tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Klien juga terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran di Sekolah, sering tidak membawa perlengkapan sekolah, sering melamun atau menyendiri, tidak suka bergaul teman sebayanya, dan kurang bersosialisasi.

B. Diagnosa

(10)

kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.

Berdasarkan data pengumpulan dari permasalahan yang di hadapi klien maka dapat di diagnosa yaitu anak tersebut mempunyai masalah dalam keluarganya (broken home).

C.Langkah Prognosa

Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.

Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah prognosa, kemudian di kemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh untuk memberikan bantuan yaitu :

(11)

2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya.

3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaannya serta keimanannya.

4.Menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah.

D. Langkah Terapi

Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.

Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua alternative pilihan untuk di laksanakan.

(12)

2.Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya. Alternatif ini ia aplikasikan dengan cara makan malam bersama dengan orang tua, menonton televisi bersama, liburan bersama, dan berbincang-bincang serta bercanda bersama ketika ada waktu luang.

3.Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaan serta keimanannya. Hal ini diaplikasikan kedalam beberapa kegiatan keagamaan, yaitu ia mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, pengajian dan TPA di masyarakat, berusaha melaksanakan sholat lima waktu secara tertib dan sering membaca Al Quran setelah sholat magrib.

4.Memanggil orang tua klien ke sekolah guna konselor memberikan pengertian pada orang tua agar lebih memberikan waktu luang pada anaknya, memberikan kasih sayang yang tulus pada anak, mengajarkan norma-norma dan ajaran agama. E. Langkah Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.

(13)

Berdasarkan evaluasi terhadap observasi yang dilakukan konselor terhadap tingkah laku klien, didapat hasil bahwa sudah nampak ada perubahan didalam diri klien. Namun hal ini belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan klien belum bisa melakukan proses sosialiasi dengan baik, terkadang masih membolos, dan dalam bergaul ia masih memilih-milih teman.

Berdasarkan hasil keterangan klien didapat juga informasi bahwa orang tuanya di dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang terhadap klien masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari klien bahwa, orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan biasanya mereka melupakan waktu luang untuk berkumpul bersama.

(14)

juga mampu optimal dalam hidupnya, dan yang terpenting adalah terciptanya keharmonisan suasana dalam keluarga.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut, konselor mengadakan evaluasi kembali bahwa klien telah mengalami perubahan yang cukup drastis hal ini di tunjukan dari perubahan perilaku klien menjadi lebih baik dan peningkatan prestasi klien di sekolah menjadi lebih baik, klien tidak lagi membolos juga senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

(15)

BAB III KESIMPULAN

Dari isi laporan diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa “X” yang masih duduk dibangku SMA sedang mengalami masalah Broken Home. Hal ini ditandai dengan klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing.

(16)

Dari wali kelas mengatakan bahwa prestasi klien menurun sangat drastis. Orang tua mengaku bahwa mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan telah mencukupi semua kebutuhan dan keinginan anaknya. Dari teman dekatnya mengatakan bahwa klien tidak suka dirumah dan lebih sering bermain bersama teman-teman untuk menghambur-hamburkan uang serta bermain wanita. Serta data dari angket dan sosiometri yang menunjukkan bahwa klien tidak disukai oleh teman-temannya. Hanya beberapa teman yang mau memilihnya dan sebaliknya klien hanya memilih beberapa teman yang disukainya.

Dalam menyelesaian suatu permasalahan seorang pembimbing memiliki andil yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah. Dalam kasus siswa “X” berdasarkan data-data yang telah diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sisw “X” mengalami masalah yaitu Broken Home.

(17)

Selain itu pembimbing juga mengadakan kunjungan rumah (Home Visit) guna memberikan arahan dan masukan pada orang tua klien. Untuk lebih dapat meluangkan waktu untuk berkumpul dengan anaknya, menjaga komunikasi dan keharmonisan didalam keluarga, lebih terbuka pada anak, senantiasa memberikan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pembimbing dapat dinyatakan bahwa klien mampu menyelesaiakan permasalahannya yakni ditandai dengan klien sudah mampu meningkatkan prestasi, mampu melakukan proses sosialisasi dengan teman-teman, sudah bisa mengikuti kegiatan keagamaan disekolahnya, sudah merasa nyaman dengan suasana dirumah, dan mengisi waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat.

SARAN

Berdasarkan masalah yang dialami oleh klien maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Sebaiknya pembimbing senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang pada seluruh peserta didiknya.

(18)

3. Sebaiknya guru pembimbing memberikan layanan bimbingan secara tepat dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai pada peserta didik. Sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal dan hidup sehat.

4. Guru pembimbing harus selalu mengadakan kerjasama dengan kepala sekolah, guru kelas, wali kelas, orang tua, dan masyarakat.

5. Sebaiknya orang tua selalu memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak-anaknya.

6. Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua menerapkan pola asuh yang demokrasi.

7. Sejak dini orang tua harus sudah mengajarkan norma-norma dan ajaran agama pada anak.

(19)

Contoh Makalah Studi Kasus II

IDENTITAS 1. Identitas Siswi /Klien

Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswi yang berkasus (klien) merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan, Kec.Pangkalan. Kab. Karawang.

Identifikasi Diri Siswa

Nama Siswi : Icih Suningsih Nama Panggilan : Icih/ esih Kelas : 9 (Sembilan) B

(20)

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. Karawang

Sekolah : SMPN 1 Pangkalan. Karawang Hobby : Olahraga

Jumlah saudara : 3 (tiga) Anak ke : 2 (dua)

Keadaan Kesehatan Penglihatan : Normal Pendengaran : Normal Pembicaraan : Agak Cedal Potensi jasmani: Normal

Fasilitas Belajar dan Pendukung Kelengkapan belajar

(21)

Ruang belajar : tidak punya Bimbingan

Dari ayah: pernah Dari ibu : selalu Dari saudara: selalu

Waktu belajar: - waktu belajar kurang teratur. belajar jika disuruh orang tua.

Kelakuan dan prestasi Klien

Sikap pada teman: Cukup baik, tidak membeda-bedakan teman.

Sikap pada guru: Cukup Baik, tapi masih merasa segan untuk bertanya. Prestasi: Kurang baik/lambat, prestasi rendah.

2. Identifikasi Orang Tua

Nama lengkap : Ujang Muksin

Umur/TTL : 39 tahun / Karawang , 7 April 1969 Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

Hubungan dengan anak : Anak kandung

(22)

Kab. Karawang

Nama lengkap : Dini

Umur/TTL : 31 tahun / Karawang, 28 Agustus 1977 Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. Karawang

Perumahan

Klien tinggal bersama ayah, ibu, Adik dan kakaknya dalam lingkungan Desa Wargasetra, Rt 03/Rw 05. Kec. Tegal Waru. Kab. KarawangDalam lingkungan tempat tinggalnya tersebut hubungan bertetangga cukup bagus. Hal ini

mendukung perkembangan sosial klien untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa berada.

Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di desa tempat tinggalnya tergolong menengah kebawah. Sebagian besar warga di daerah tempat tinggal siswa

(23)

BAB II

Gambaran Masalah

Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus (klien) merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien” Icih Suningsih seorang murid perempuan yang bersekolah di SMPN 1 pangkalan dalam beberapa minggu terakhir ( klien ) kelihatannya murung tidak bergairah untuk belajar bahkan untuk beberapa nilai pelajarannya turun di samping itu, anak tersebut cepat merasa tersinggung apabila di tegur sama temannya di tambah lagi sering terlambat masuk kelas, oleh salah seorang gurunya sudah di panggil dan sudah di peringatkan namun belum membawakan hasil.

(24)

Gejala yang bersifat positif adalah sikap atau perbuatan yang dapat membantu dan meningkatkan proses belajar mengajar pada diri klien. Gejala-gejala tersebut diantaranya :

Rajin mengikuti kegiatan sekolah Tidak suka membolos sekolah Rajin mengerjakan tugas/PR

Gejala-gejala yang Bersifat Negatif,

Gejala yang bersifat negatif adalah sikap atau perbuatan yang kurang baik di tunjukan beberapa minggu terakhir, yang dapat mengganggu proses belajar mengajar pada diri klien. Gejala tersebut diantaranya:

Sering terlihat murung, tidak bergairah untuk belajar

Cepat merasa tersinggung apabila di tegur sama temannya Sering terlambat masuk Kelas

Beberapa nilai pelajarannya turun Bertindak semaunya sendiri

Pengumpulan Data

(25)

digunakan oleh konselor dalam rangka pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah ialah sebagai berikut:

Berdasarkan Pengamatan di Sekolah Kepribadian :

Sebelumnya pribadi ( klien ) baik, selalu semangat dalam mengikuti mata pelajaran, dan bahakan nilai pelajarannya baik, walaupun cenderung mudah putus asa, kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu dan semua keinginannya ingin selalu dituruti. namun siswi ini (klien) tidak pernah memilih-milih teman.

Tingkah Laku :

Tingkah laku klien di rumah menunjukkan sikap yang cukup baik. Ia juga sangat patuh terhadap peraturan sekolah. Ia termasuk siswa yang disiplin baik dalam piketnya, datang ke sekolah atau mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, ramah terhadap lingkungan sekolah maupun di dalam kelas.

Perkembangan Jasmani :

Perkembangan jasmani klien cukup baik. Klien memiliki fisik yang normal dan sama seperti teman-teman seusianya, bahkan termasuk anak yang cukup lincah dan energik.

(26)

Dalam kesehariannya, klien terlihat memilki rasa tidak percaya diri untuk mengutarakan isi hatinya ketika ada materi pelajaran yang belum ia pahami. Pada saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya klien cenderung untuk memilih diam saja. Ia tidak berani angkat tangan untuk bertanya.

Berdasarkan Wawancara Latar Belakang Keluarga

Berdasarkan wawancara dengan orang tua klien, klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan. Ibunya sebagai ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya tinggal di lingkungan desa Wargasetra, Kec. Tegalwaru Kab. Karawang. Rumahnya tergolong sedang dan sederhana. Di dalam lingkungan desa tersebut klien tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga hubungan bertetangganyapun cukup baik dan akrab.

Minat

(27)

yang lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari presensi klien yang tidak pernah membolos dan selalu masuk sekolah.

Hobi Siswa

Siswa memiliki hobi bermain voli di rumah maupun sekolah. Kadang waktu luangnya sering dimanfaatkan atau digunakan untuk bermain voli daripada mempelajari kembali pelajaran yang sudah diterangkan di sekolah.

DIAGNOSIS

Masalah yang dihadapi siswi SMP sangatlah kompleks dan banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah. Faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri, keluarga atau lingkungan. Begitu pula yang dialami klien. Ada banyak faktor yang menimbulkan masalah pada diri klien, diantaranya adalah sebagai berikut:

Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri Motivasi yang kurang

Anak kurang mau bekerja keras agar terbiasa dalam pelajaran. Anak tidak mau meneliti kembali hasil pekerjaannya.

Anak terlalu manja.

(28)

Faktor dari Lingkungan Keluarga

Kurang bimbingan orang tua saat belajar.

Terlalu dimanja dengan selalu menuruti keinginan klien

Pelanggaran-pelangaran klien kurang mendapat teguran dari orang tua. Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah

Kurang terbuka kepada guru.

Kurang terbuka kepada teman satu lingkungan sekolah

Sikap mudah putus asa dalam pelajaran maupun dalam hal lain. Luar sekolah atau masyarakat

Kurang memanfaatkan waktu luang, waktu hanya digunakan untuk : Nonton TV

Pacaran

Mengikuti kemajuan tekhnologi Mengikuti kemajuan Pasion

(29)

Kurang minat belajar.

Bimbingan dari orang tua kurang. Pengaruh kemajuan teknologi

Anggota keluarga terlalu memanjakannya. Keinginannya belum terpenuhi

Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap klien yang menyebabkan klien kurang tertarik pada pelajaran dan malas belajar atau berpikir untuk mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya, bahkan untuk berpikir bersosial dengan ramah di lingkungan sekolah sajah tidak terjamah.

C. PROGNOSIS

Langkah Memecahkan Persoalan Tersebut

Mengajak klien berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya sehingga memudahkan konselor untuk megetahui pribadi siswi dan masalah yang sedang dihadapinya serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan.

(30)

Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain di sekitarnya.

Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memeperhatikan penjelasan dari guru. Serta tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan belajar.

Menasehati klien agar tidak telalu manja pada siapapun terutama kepada kedua orang tua siswa/klien yang bermasalah tersebut.

Menasihati klien agar lebih rajin belajar.

Mendatangi rumah orangtuanya dengan tujuan bersilaturahmi dan penuh kekeluargaan sesuai dengan hadits Rasulluwloh saw, yang di riwayatkan oleh bukhori muslim, yang artinya :

Barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah

memuliaikan tetangganya. ( Bukhori Muslim )

(31)

Dan saling tolong menolonglah kamu sekalian di dalam hal kebaikan dan taqwa

dan janganlah saling tolong menolong di dalam dosa dan permusuhan ‘’

(Al-Maidah : 02 )

Jadi pihak kita berkewajiban menanyakan hal’ikhwal perilaku anaknya dengan kejadian tersebut dapat di ambil jalan pemecahannya sambil menanyakan kepada si anak mengapa bersikap murung tak bergairah. Artinya kita bisa menyikapi karakterristik si anak mengapa bersikap murung , kalau memang ada permasalahan pribadi si anak apa yang terjadi bisa langsung dipertanyakan , apabila sianak secara tertutup tidak bisa mengugkapkan, maka di cari jalan dengan menanyakan kepada rekan-rekannya baik dalam 1 kelas 1 lingkungan teman dan rekanlain (pacar). Sebab yang menjadi kekhawatiran pihak kita takut orangtuanya langsung mengambil tindakan yang tidak kita inginkan kita mendatangi keluarga aank perempuan itu karna terdesit dalam sebuah hadits menyatakan :

“Tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya itu seperti dia mencintai dirinya sendiri ‘’.

(32)
(33)

membantu di dalam mengatasi berbagai permasalahan remaja.Pembinaan masyarakat yang sistemmatis dapat di lakukan melalui penyiapan kader-kader masyarakat, organisasi pemuda, tenaga intelektual, suakrelawan dan lain sebaginya. Semua itu di tujukan untuk meningkatkan pendidikan sebaian orang tua yang belum mengertikewajibannya sebagai orang tua, serta sebagianremaja yang belum mengetahui pula tentang kewajiban mereka terhadap kedua orang tuanya, leh karna itu pada mubalig dan mubaligoh sebagai pemberi penyidikan di masyarakat hendaklah dapat memberikan kesan kepada para remajabahwa agama merupakan kebutuhan utama untuk menentramkan hati mereka. Sesuai dengan pirman Allah di dalam surat Ar’raru ayat 28 yang artinya :

(34)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Masalah yang dihadapi siswi dalam kasus ini adalah terlalu manja dan setiap mempunyai keinginan harus selalu terpenuhi, mempunyai sikap semaunya sendiri, terlebihnya lagi siswi tersebut kurang mendapatkan bimbingan belajar, dan terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya.

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Pada suatu kondisi tertentu, klien mengatakan sesuatu yang membuat konselor merasa malu. Diperlukan latihan yang intensif bagi seorang konselor untuk dapat

Rasional: Membntu klien yang mengalami kelumpuhan antara lain makan dengan menggunakan Rasional: Membntu klien yang mengalami kelumpuhan antara lain makan dengan menggunakan tangan

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan

Proses evaluasi yang dilakukan adalah dengan melihat kembali proses dari awal kegiatan, setiap panitia atau pelaksana akan menganalisis kembali kegiatan yang

Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit seperti Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit seperti yang.. yang

Evaluasi Keperawatan Partisipan 1 Setelah dilakukan intervensi massage kaki 3 x 24 jam, hasil evaluasi menunjukkan bahwa Partisipan masih mengalami gangguan tidur sesekali, namun klien

Direktur ……… Di ……… Dengan hormat, Sehubungan dengan informasi yang kami dapatkan, bahwa ……… akan mengadakan kegiatan Evaluasi tahun anggaran 2022 dan Perencanaan tahun anggaran

Dalam teknik ini atas pertimbangan yang tepat konselor bukannya mengubah lingkungan klien ataupun memindahkan klien ke lingkungan yang lain, melainkan justru mengubah sikap-sikap klien