• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA KEBOAN SIKEP GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA KEBOAN SIKEP GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA KEBOAN SIKEP GEDANGAN

KABUPATEN SIDOARJO

OLEH :

TIARA PUTRI PUSPITA MADYA NIM. 1901045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO 2022

(2)

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

DENGAN PENDEKATAN KELUARGA BINAAN DI DESA KEBOAN SIKEP GEDANGAN

KABUPATEN SIDOARJO

Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

OLEH :

TIARA PUTRI PUSPITA MADYA NIM. 1901045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO 2022

(3)

i

i

(4)

ii

(5)

iii

(6)

MOTTO

“BELAJARLAH DARI MASA LALU, BUANG KENANGAN BURUKNYA.

JANGAN BIARKAN KESEDIHAN MENUTUPI JALANMU MENUJU MASA DEPAN ”

iv

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Studi Kasus Penerapan Asuhan Kep Keluarga Pada Penderita Diabetes Melitus dengan Pendekatan Keluarga Binaan Di Desa Keboan Sikep Gedangan Kabupaten Sidoarjo“ ini dengan tepat waktu.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga semua bisa berjalan dengan lancar.

3. Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendakia Sidoarjo

4. Kusuma Wijaya Ridi Putra, Ns.,MNS selaku pembimbing 1 5. Faida Annisa,Ns., MNS selaku pembimbing 2

6. Dosen dan Staff Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah memberikan saya banyak sekali ilmu yang bermanfaat untuk hidup saya kedepannya.

7. Sahabat-sahabat saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan, dan motivasi serta selalu ada untuk saya.

8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, 21 Desember 2021

Penulis

v

(8)

Sampul Depan ... i

Surat Pernyataan ... .ii

Lembar Persetujuan ... .iii

Halaman Pengesahan ... .iv

Motto ... .v

Kata Pengantar ... .vi

Daftar Isi ... ....vii

Daftar Gambar ... ....ix

Daftar Tabel ... ...x

Daftar Singkatan ... ...xi

BAB I Pendahuluan ... ….1

1.1. Latar Belakang ... ….1

1.2. Rumusan Masalah ... ….3

1.3.Tujuan ... ….4

1.4. Manfaat ... ….5

1.5. Metode Penelitian ... ….5

1.6. Sistematika Penulisan ... ….7

BAB II Tinjauan Pustaka ... ….9

2.1. Konsep Penyakit ... .. ..9

2.1.1. Pengertian ... .. ..9

2.1.2. Etiologi ... .. ..9

2.1.3. Klasifikasi ... .. 12

2.1.4. Manifestasi Klinis ... .. 14

2.1.5. Patofisiologi ... .. 15

2.1.6. Komplikasi ... .. 16

2.1.8. Penatalaksanaan ... .. 18

2.1.9 Pemeriksaan penunjang ... .. 21

2.2. Konsep Keluarga ... .. 23

2.2.1. Pengertian ... .. 23

2.2.2. Struktur keluarga ... .. 23

2.2.3. Fungsi keluarga ... .. 24

2.2.4. Stressor dan koping ... .. 27

2.2.5. Tahap-Tahap perkembangan ... .. 27

2.2.6 Tipe keluarga ... .. 29

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan ... .. 31

2.3.1. Definisi ... .. 31

2.3.2 Pengkajian ... .. 31

2.3.2.1. Data umum keluarga ... .. 32

2.3.2.2. Riwayat dan tahap perkembangan ... .. 32

2.3.2.3. Lingkungan ... .. 32

2.3.2.4. Sosial ... .. 32

2.3.2.5. Struktur keluarga ... ...33

2.3.2.6 Fungsi keluarga ... .. 33

2.3.2.7 Stress dan koping ... .. 33 vi

vi

(9)

2.3.2.11 Faktor resiko masalah Kesehatan ... .. 35

2.3.2.12 Pemeriksaan fisik ... .. 35

2.3.2.13 Harapan keluarga ... .. 37

2.3.3. Diagnosa keperawatan ... ...37

2.3.4. Intervensi keperawatan ... ...41

2.3.5. Implementasi ... ...48

2.3.6. Evaluasi ... ...48

2.3.7. Pathway ... ...49

BAB III TINJAUAN KASUS ... 50

3.1. Pengkajian ... 50

3.2. Diagnosa Keperawatan... 70

3.3. Intervensi Keperawatan ... 75

3.4. Implementasi Keperawatan ... 76

3.5 Evaluasi Keperawatan ... 78

BAB IV PEMBAHASAN ... 80

4.1. Pengkajian ... 80

4.2. Diagnosa Keperawatan... 82

4.3. Intervensi Keperawatan ... 84

4.4. Implementasi Keperawatan ... 85

4.5. Evaluasi Keperawatan ... 85

BAB V PENUTUP ... 88

5.1. Kesimpulan ... 86

5.2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... ...90

LAMPIRAN ... ...91 vii

vii

(10)

Gambar 2.1 kerangka masalah ... 49 Gambar 3.1 Genogram Klien 1 ... 53 Gambar 3.2 Genogram Klien 2 ... 53

viii

(11)

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu ... 21

Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Puasa ... 22

Tabel 2.3 Skoring ( penentuan prioritas masalah) ... 39

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan ... 43

Tabel 3.1 Data Umum Keluarga ... 50

Tabel 3.2 komposisi keluarga Klien 1 ... 52

Tabel 3.3 komposisi keluarga Klien 2 ... 52

Tabel 3.4 Riwayat dan Perkembangan Keluarga ... 54

Tabel 3.5 Pemeriksaan Fisik ... 62

Tabel 3.6 Harapan Keluarga ... 65

Tabel 3.7 Analisa Data klien 1 ... 66

Tabel 3.8 Analisa Data klien 2 ... 67

Tabel 3.9 skoring klien 1 ... 68

Tabel 3.10 Skoring Klien 1 ... 70

Tabel 3.11 Skoring Klien 2 ... 72

Tabel 3.12 Diagnosa keperawatan prioritas ... 74

Tabel 3.13 Intervensi ... 75

Tabel 3.14 Implementasi Keperawatan klien 1 ... 76

Tabel 3.15 Implementasi Keperawatan klien 2 ... 77

Tabel 3.16 Evaluasi Keperawatan klien 1 ... 78

Tabel 3.17 Evaluasi Keperawatan Klien 2 ... 79

ix

(12)

GDA : Gula Darah Acak

IDF : International Diabetes Federation RI : Regular Insulin

NPH : Neutral Protamine Hagedorn PZI : Protamine Zinc Insulin

SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia WHO : World Health Organization

x

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus ialah sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan naiknya kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat dari kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya (smelzel dan Bare,2015).

Diabetes melitus juga mempunyai karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, ataupun keduanya ( ADA,2017).

Fenomena diabetes melitus ini seringkali terjadi karena masyarakat tidak mengontrol gula darah. masyarakat sering mengonsumsi makanan serta minuman cepat saji yang mempunyai kandungan glukosa yang tinggi (kaderkes 2021), apalagi sekarang makanan dan minuman cepat saji terjual online yang memudahkan masyarakat untuk mengkonsumsinya, dan yang membuat masyarakat tersadar akan menderita penyakit diabetes ini Ketika terjadinya komplikasi, seperti gagal ginjal,penyakit jantung iskemik, ulkus dikaki.

Menurut data International Diabetes Federation (IDF), status Indonesia ialah waspada diabetes sebab jumlah pasien diabetes tinggi atau menempati urutan ke 7 dari 10 negara. Adapun di wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia sebagai peringkat ke-3 dengan pravelensi 11,3%. Federasi Diabetes Internasional (IDF) mengatakan bahwa ada sekitar 463 juta orang berusia 20- 79 tahun di dunia yang terserang penyakit diabetes ataupun setara dengan 9,3%

dari total populasi pada usia yang sama. Menurut jenis kelamin, IDF menaksir

(14)

9% ialah perempuan dan 9,65% laki laki (pusdatin kemkes RI, 2020) dan berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2018, angka prevalensi diabetes di Indonesia berada di angka 10,9 persen yaitu dengan jumlah kurang lebih 29 juta jiwa penderita diabetes dan di provinsi Jawa Timur dengan jumlah 89,713 jiwa penderita diabetes melitus dan Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah 78 ribu jiwa penderita diabetes melitus (profil kesehatan Provinsi Jawa Timur 2020), dan di Desa Keboan Sikep RT 07 RW 01 dengan jumlah sepuluh orang penderita diabetes melitus (kaderkes, 2021).

Seperti penyakit tidak menular lainnya diabetes melitus mempunyai faktor terhadap kejadian penyakit, faktor diabetes melitus ialah dari faktor genetik ataupun dari kerusakan imunologi yang bisa membuat terjadinya kerusakan sel beta dalam tubuh sehingga terjadi adanya ketidakseimbangan dalam produksi insulin, kondisi tersebut membuat gula dalam darah tidak bisa dibawa masuk ke dalam sel dan terjadi penimbunan kadar gula dalam darah. Umumnya gejala diabetes seperti: banyak minum, banyak kencing, serta berat badan turun, kadar glukosa darah pada waktu puasa melebihi 120 mg/dl, kadar glukosa darah dua jam sesudah makan melebihi 200 mg/dl, keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus ialah poliuria, polidipsi, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan gatal, bisul/luka, keputihan (M.Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019). Komplikasi yang kebanyakan muncul adalah stroke, penurunan fungsi ginjal, gangguan penglihatan, kerusakan sel saraf (neuropati), Patofisiologi pada diabetes tipe I ada ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin sebab hancurnya sel-sel beta pankreas telah dihancurkan dengan proses autoimun, dan pada Diabetes tipe II memiliki dua masalah utama yang berkaitan

(15)

dengan insulin, yakni resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Insulin biasanya berikatan dengan reseptor pada permukaan sel guna mengatur kadar gula darah.

Sebagai tenaga kesehatan kita bisa memberi penyuluhan tentang perawatan yang perlu dilaksanakan guna menurunkan risiko diabetes, yakni seperti: melaksanakan pola Makan Sehat. Bila seseorang mempunyai penyakit diabetes, hendaknya atur kembali pola makan yang sehat. Fokuskan pada pengonsumsian buah, sayur, protein tanpa lemak, dan biji-bijian. Bukan hanya itu, penderita diabetes juga perlu mengonsumsi serat serta mengurangi beberapa jenis makanan, misalnya seperti makanan yang mempunyai kandungan lemak jenuh, karbohidrat olahan, sampai pemanis buatan. Yang kedua Rutin Melaksanakan Aktivitas Fisik, Setiap orang tentu butuh melaksanakan aktivitas fisik guna menjaga kesehatan tetap optimal, termasuk seseorang yang mengidap diabetes. Olahraga menjadi satu diantara sekian kegiatan yang bisa dilaksanakan guna menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya jadi energi. Penderita diabetes bisa melaksanakan olahraga yang ringan, misalnya berjalan kaki, berenang, ataupun bersepeda. Kegiatan-kegiatan itu bisa dijadikan rutinitas harian guna menghindari kondisi diabetes menjadi lebih buruk.

1.2 Rumusan masalah

(16)

Penulis bakal melaksanakan kajian lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan rumusan masalah : “Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan diagnosa medis diabetes mellitus di Desa Keboan Sikep, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo?”.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan diagnose medis diabetes melitus di Desa Keboan Sikep, Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

Dalam studi kasus ini, tujuan khususnya adalah:

1.3.2.1 Melaksanakan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang punya diabetes melitus di desa Keboan Sikep Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang punya penyakit diabetes melitus di desa Keboan Sikep Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.3 Merencanakan Tindakan keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang punya penyakit diabetes melitus di desa Keboan Sikep Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

(17)

1.3.2.4 Melaksanakan Tindakan keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus di desa Keboan Sikep Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.5 Melaksanakan evaluasi Tindakan keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus di desa Keboan Sikep Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus di desa Keboan Sikep Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis bagi perkembangan ilmu keperawatan

Manfaatnya ialah sebagai informasi bagi institusi Pendidikan dalam mengembangkan serta menaikkan mutu Pendidikan dan berguna pula sebagai tambahan bahan kepustakaan.

1.4.2 Bagi peneliti

Manfaatnya ialah menjadi sarana mendokumentasikan pengetahuan serta pengalaman peneliti khususnya pada bidang keluarga.

(18)

1.5 Metode penelitian

1.5.1 Metode deskriptif ialah metode yang bersifat mengungkap kejadian ataupun gejala yang terjadi di waktu kini ataupun sekarang yang mencakup studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan tahapan pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi.

1.5.2 Teknik pengumpulan data

1.5.2.1 Wawancara

Data didapat melalui percakapan baik dengan klien dan anggota keluarga ataupun tim Kesehatan lain

1.5.2.2 Observasi

Data didapat lewat pengamatan secara langsung terhadap keadaan, reaksi, sikap serta perilaku klien yang bisa diamati

1.5.2.3 Pemeriksaan

Mencakup pemeriksaan fisik yang bisa mendukung tegaknya diagnose serta pengamatan berikutnya.

(19)

1.5.3 Sumber data

1.5.3.1 Data Primer

Data primer ialah data yang didapat dari pasien

1.5.3.2 Data sekunder

Data sekunder ialah data yang didapat dari keluarga ataupun orang terdekat klien,catatan medis perawat, hasil-hasil pemeriksaan serta tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi kepustakaan

Studi kepustakaanialah mempelajari buku sumber yang berkaitan dengan judul studi kasus serta masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Agar lebih jelas serta mudah mempelajari serta memahami studi kasus ini, secara keseluruhan hasil riset ini terbagi tiga bagian,mencakup:

1.6.1 Bagian awal

Memuat halaman judul, halaman pernyataan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar serta lampiran.

(20)

1.6.2 Bagian inti

Terbentuk atas beberapa bab yang pada tiap-tiap bab berisi sub bab yakni:

1.6.2.1 BAB I : Pendahuluan, yakni berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metode penulisan serta sistematika penulisan.

1.6.2.2 BAB II : Tinjauan Pustaka, yakni berisi mengenai konsep penyakit, dari sudut medis dan asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga yg menderita diabetes melitus.

1.6.2.3 BAB III : Tinjauan kasus, yakni berisi mengenai hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pada waktu dan ruang yang digunakan pengambilan kasus.

1.6.2.4 BAB IV : Pembahasan yakni berisi mengenai deskripsi kesenjangan yang terjadi antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan

1.6.2.5 BAB V : Penutup, yakni berisi mengenai: simpulan serta saran

1.6.2.6 Bagian akhir

Memuat Daftar Pustaka beserta lampiran

(21)

9 BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Penyakit

Diabetes ialah kompleks penyakit kronis yang memerlukan perawatan medis yang terus menerus dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial di luar kendali gikemik (ADA 2016). Diabetes ialah gangguan metabolisme glukosa yang diakibatkan oleh gangguan dalam individu. Tubuh individu dengan diabetes tidak memproduksi cukup insulin, sehingga mengakibatkan kelebihan glukosa dalam darah (Yuniarti 2013). Diabetes melitus ialah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi sebab tubuh tak bisa memakai insulin secara adekuat.

Kadar gula dalam darah bakal naik sesudah makan dan normal lagi setelah 2 jam. Kadar glukosa normal di pagi hari sebelum makan ataupun berpuasa yaitu 70 – 110 mg/dL, darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120 – 140 mg/dL pada 2 jam sesudah makan ataupun minum, cairan yang mengandung gula ataupun mempunyai kandungan karbohidrat (Irianto,2015)

2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus 2.1.2.1 Riwayat Keluarga

Rahayu (2012) mengatakan diabetes mellitus bisa menurun berdasar pada silsilah keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus yang

(22)

diakibatkan oleh kelainan gen yang membuat tubuh tak memproduksi insulin dengan baik. Dari hasil riset yang sudah dilaksanakan memperlihatkan bahwa penderita yang punya riwayat keturunan diabetes mellitus lebih banyak (54%) dibandingkan penderita yang tidak punya riwayat keturunan diabetes mellitus (46%).

2.1.2.2 Faktor Imunologi

Faktor ini ialah respon abnormal yang dimana antibody mengarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seakan-akan sebagai jaringan yang asing.

2.1.2.3 Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang bisa memicu destruksi sel beta pankreas misalnya hasil penelusuran memperlihatkan bahwa virus ataupun toksin tertentu bisa memicu proses autoimun yang bisa memunculkan destruksi sel beta pankreas. Pemicu itu bisa berupa infeksi virus (campak, rubela, ataupun koksakievirus B4) ataupun bahkan kimia beracun, seperti yang dijumpai di daging, asap dan awetan. Akibat pajanan terhadap virus atau bahan kimia, respon autoimun tidak normal terjadi saat antibody merespon sel beta islet normal seolah-olah zat asing sehingga bakal membautnya hancur (Priscilla LeMone, dkk, 2016).

2.1.2.4 Faktor kehamilan

Kenaikan kadar estrogen serta hormone plasental yang terkait dengan kehamilan yang mengantagoniskan insulin.

(23)

2.1.2.5 Umur

Pada orang – orang yang berumur, fungsi organ tubuh kian menurun, hal ini disebabkan aktivitas sel beta pankreas guna memproduksi insulin menjadi berkurang serta sensifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak menerima insulin. Sedangkan pada usia muda yang secara genetik sudah punya diabetes mellitus berisiko pula mengalami diabetes mellitus berkelanjutan bila tak bisa mengatur pola hidup sehat (Hasdianah,2012) 2.1.2.6 Obesitas

Obesitas ialah keadaan abnormal ataupun akumulasi lemak berlebihan yang membuat munculnya risiko terhadap kesehatan (WHO, 2012). Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga bisa memicu timbulnya diabetes mellitus. Kelainan metabolik tersebut umunya berupa resistensi terhadap insulin yang ada pada jaringan lemak yang luas, obesitas berkaitan pula dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit, serta perbukaan sel lemak.

2.1.2.7 Hipertensi

Hipertensi berkaitan dengan resistensi insulin serta abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi metabolik yang menaikkan morbiditas. Abnormalitas metabolik berkaitan dengan peningkatan diabetes mellitus pada kelainan fungsi tubuh / disfungsi endotelial. Sel endotelial beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah. (KTI auliah,2021)

2.1.2.8 Gaya hidup stres

(24)

Stres cenderung menyebabkan seseorang mengonsumsi makanan yang manis-manis serta berlemak tinggi guna menaikkan kadar serotonin otak.

Serotonin ini punya efek penenang sementara guna meredakan stres nya.

Namun, gula dan lemaknya itu justru yang berbahaya serta punya risiko terkena diabetes melitus.

2.1.2.9 Obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi rutin guna mengatasi beragam permasalahan kesehatan mungkin juga bisa memberi pengaruh pada kadar gula dalam darah. Kian lama, hal ini bisa juga menjadi faktor penyebab meningkatnya risiko diabetes melitus. Apalagi bila seseorang punya riwayat diabetes ataupun yang sudah terkena diabetes.seperti obat : steroid, statin, obat diuretik (khususnya diuretik thiazide), beta- blocker,pentamidine, protease inhibitor, dan juga beberapa obat tanpa resep dalam bentuk sirup serta memiliki kandungan gula yang banyak.

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi etiologis diabetes berdasar pada American Diabetes Association 2018 dibagi atas 4 macam yakni:

2.1.3.1 Diabetes tipe 1, umumnya terjadi pada anak-anak hingga remaja. Tipe ini sering dijuluki “Juvenile Diabetes”. Pengidap diabetes

tipe ini bergantung pada insulin dari luar untuk kelangsungan hidupnya, dan juga perlu mendapat suntikan hormone insulin dengan rutin dan terjadwal. Diabetes tipe 1 ini sering cepat muncul dengan mendadak dengan gejala tiba-tiba dan sering cepat merasa haus dan juga sering buang air kecil,berat badan turun drastis atau jadi kurus serta lemah.

2.1.3.2 Klasifikasi diabetes tipe 2 hal ini diakibatkan oleh kurang mampunya tubuh di dalam merespon hormone insulin, sehingga tubuh tak mampu

(25)

memanfaatkan insulin yang diproduksi oleh organ pankreas, pankreas sudah memproduksi insulin secara normal, namun hormon yang dihasilkan tak bisa dimanfaatkan oleh tubuh dengan efektif.

Ketidakmampuan tubuh dalam memanfaatkan hormon insulin seringnya disebabkan sel-sel tubuh bersaing berat dengan sel-sel lemak yang menumpuk dalam tubuh. Tipe ini sering menimpa orang yang punya pola makan yang tidak sesuai sehingga penimbunan lemak terjadi ataupun menjadi kegemukan.

2.1.3.3Diabetes Mellitus gestasional ialah diabetes yang muncul selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% daripada seluruh diabetes. Jenis ini amat penting diketahui sebab berdampak pada janin sehingga bisa menjadi kurang baik apabila tidak ditangani secara benar (Suyono, 2011).

Diabetes tipe gestasional ialah gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang ditemukan pertama kali saat kehamilan. Sebagian besar wanita hamil yang mengidap Diabetes Mellitus gestasional punya homeostatis glukosa relative normal selama kehamilan pertama (5 bulan) dan juga bisa mengalami defisiensi insulin relative pada kehamilan kedua, namun kadar glukosa bisa normal lagi sesudah melahirkan (Suiraoka, 2012).

2.1.3.4 klasifikasi diabetes tipe lain

Diabetes Tipe Lain Diabetes tipe ini disebabkan oleh gangguan metabolisme yang ditandai dengan gula darah tinggi karena faktor genetik pada fungsi sel beta, cacat genetik pada kerja insulin, penyakit pankreas eksokrin, penyakit endokrin dan metabolik lainnya, iatrogenik,

(26)

infeksi virus, autoimun penyakit dan sindrom genetik Penyakit lain yang berhubungan dengan diabetes. 17 Diabetes tipe ini dapat disebabkan oleh obat-obatan atau bahan kimia (misalnya selama pengobatan HIV/AIDS ataupun sesudah transplantasi organ).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Dwi Sunar (2012) menyatakan beberapa tanda ataupun gejala yang tampak pada pengidap diabetes melitus walaupun tidak semua dialami setiap penderita. Ialah:

2.1.4.1 Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (polyuria)

Hal ini terjadi saat kadar gula lebih dari ambang ginjal yang membuat glukosa dalam urin menarik air sehingga menjadikan air urine banyak.

Maka pengidap diabetes sering buang air kecil dengan intensitas durasi lebih dari volume normal atau umumnya.

2.1.4.2 Sering ataupun cepat merasa haus ataupun dahaga (polydipsia)

Disebabkan sering buang air kecil mengakibatkan kadar air dalam tubuh menjadi berkurang. Hal ini mendorong mekanisme tubuh guna memperbanyak cairan yakni dengan cara banyak minum (polydipsia).

2.1.4.3 Merasakan lapar yang berlebihan atau makan banyak (polyphagia) pengidap diabetes yang harus makan tidak mengalami ketidakcukupan hormon insulin untuk memasukkan glukosa ke sel hal ini bakal menyebabkan tubuh selalu merasa kelaparan sehingga tubuh sering terasa lemah.

2.1.4.4 Kehilangan berat badan yang tidak jelas penyebabnya apa ketika proses sekresi hormon insulin dari pangkreas belum mencukupi guna

(27)

mengubah gula menjadi tenaga, tubuh memakai simpanan lemak serta protein yang ada. Pemakaian simpanan lemak serta protein berlebihan bakal membuat berat badan turun ataupun menjadi berkurang..

2.1.4.5 Cepat lelah ataupun lemah setiap waktu disebabkan gula di dalam darah tidak bisa diubah oleh sel-sel tubuh menjadi tenaga, maka badan terasa mudah lelah, kurang bertenaga serta mengantuk.

2.1.4.6 Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba.

2.1.5 Patofisiologi

Faktor penyebab timbulnya diabetes melitus ialah faktor genetik, gaya hidup serta pola makan. Hal ini mengakibatkan sel-sel beta di pankreas rusak dan membuat adanya penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan terjadi kenaikan kadar gula darah hiperglikemia, pada penderita Diabetes Melitus memerlukan pengobatan serta menjaga diet yang dilaksanakan seumur hidup supaya gula darah terkontrol. selain itu, pengidap Diabetes Melitus bakal merasa bosan bila harus terus menerus melaksanakan pengobatan serta menjaga pola makan dan bisa membuat pengidap diabetes jadi tidak patuh sebab motivasi yang kurang pada dirinya sendiri guna menaikkan mutu hidup. Salah satu bentuk cara menaikkan mutu ialah dengan patuh pada diet serta pengobatan guna mengontrol kadar gula darah supaya tak melonjak tinggi dan juga tak terjadi komplikasi yang lebih serius. Tetapi ketika kadar gula darah pada pengidap Diabetes Melitus sudah tidak bisa terkontrol, pengidap Diabetes Melitus sering abai ataupun tidak taat lagi didalam proses pengobatan serta pola makan dikarenanakan persepsi mereka yakni beranggapan bahwa penyakitnya sudah sembuh.

(28)

Padahal kadar gula darah bisa terkontrol sebab dari kepatuhan ataupun ketaatan pengidap didalam proses pengobatan serta menjaga pola hidup sehat. Hormon – hormon itu merangsang produksi insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta, sehingga akhirnya penurunan respon sel terjadi terhadap insulin dan bila hati mengalami gangguan dalam mengolah glukosa menjadi glikogen ataupun proses glikogenesis maka kadar gula dalam darah bakal naik dan bila ambang ginjal dilalui timbul glukosuria yang membuat volume urine meningkat, rasa haus mulai terasa dan pengidap bakal minum air dalam jumlah banyak (polidipsi) disebabkan glukosa hilang bersamaan dengan urine, maka terjadi kehilangan kalori dan starvasi seluler, selera makan dan orang menjadi sering makan (polifagi). Hiperglikemia membuat naiknya kadar gula dalam keringat, keringat menguap, gula tertimbun dalam kulit dan mengakibatkan iritasi serta gatal – gatal. Akibat hiperglikemia terjadi penimbunan glukosa dalam sel yang yang merusak kapiler dan membuat sarbitol naik yang bakal mengakibatkan gangguan pada fungsi endotel. Kebocoran sklerosis yang mengakibatkan gangguan – ganguan pada arteri dan kepiler. Akibat hiperglikemia juga terjadi penimbunan glikoprotein serta penebalan membran dasar sehingga kapiler terganggu yang bakal membuat gangguan perfusi jaringan turun yang memengaruhi organ ginjal, mata, tungkai bawah, serta saraf.

2.1.6 Komplikasi

M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019 mengklasifikasi beberapa komplikasi dari diabetes mellitus yaitu ialah:

(29)

2.1.6.1 Akut

Hipoglikemia dan hiperglikemia.

Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.

Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.

2.1.6.1 Kompikasi menahun diabetes mellitus (kronik) 1. Neuropati diabetik.

Neuropati diabetic adalah suatu jenis kerusakan saraf yang dapat terjadi akibat diabetes, kondisi ini sering mempengaruhi kaki dan tungkai.

2. Retinopati diabetic.

Retinopati diabetic adalah komplikasi diabetes yang mempengaruhi mata diakibatkan oleh kerusakan pembuluh darah pada jaringan dibelakang mata (retina).

3. Nefropati diabetic

Nefropati diabetic adalah kondisi menurunnya fungsi organ ginjal yang disebabkan oleh diabetes.

4. Proteinuria

Kandungan protein tinggi dalam urin 5. Kelainan coroner

Kerusakan atau pemyakit pada pembuluh darah utama jantung.

2.1.7 Ulkus/gangrene

(30)

Ada lima grade ulkus diabetikum ialah:

1. Grade 0: tidak ada luka

2. Grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit.

3. Grade 2: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang 4. Grade 3: terjadi abses

5. Grade 4: gangren pada kaki bagian distal

6. Grade 5: gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal 2.1.8 Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes adalah untuk membawa kadar insulin dan kadar glukosa darah kembali ke kisaran normal. Sedangkan tujuan jangka panjangnya ialah berguna sebagai pencegahan diabetes terjadi sejak awal. Komplikasi dapat timbul ketika berhadapan dengan situasi apa pun. Mereka bisa tidak dapat diprediksi, dan seringkali sulit untuk dikelola. Ada empat bidang utama yang harus difokuskan ketika mengelola diabetes: makan dengan benar, berolahraga, cukup tidur, dan mengelola stres. Ada empat bidang utama yang harus difokuskan ketika mengelola diabetes, yaitu:

1. Pendidikan Penderita diabetes harus memahami seluk beluk diabetes Dengan memahami faktor risiko diabetes, perjalanan diabetes, gejala diabetes, komplikasi diabetes dan pengobatan diabetes, kami berharap pasien akan lebih sadar akan pentingnya pengendalian diabetes, mematuhi gaya hidup sehat serta meningkatkan pengobatan diabetes..

Pasien harus sadar bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi diabetes dan bahwa diabetes bukanlah penyakit yang tidak

(31)

dapat mereka kendalikan Didiagnosis dengan diabetes tidak berarti itu sudah berakhir. Pendidikan yang dipersonalisasi (konseling) dan pendekatan pemecahan masalah adalah inti dari perubahan perilaku yang sukses

2. Pengaturan makan (Diit). Pada penderita diabetes, pengaturan makan tujuannya ialah mengontrol gula darah, tekanan darah, kadar lipid darah dan berat badan ideal sehingga komplikasi diabetes bisa dijauhi dengan tetap menjaga kenikmatan makan itu sendiri. Pada prinsipnya makanan harus dimakan secara teratur serta merata sepanjang hari. Seperti pada umumnya Prinsip kesehatan, makanan untuk penderita diabetes harus rendah lemak, terutama lemak jenuh, tinggi karbohidrat kompleks berserat, termasuk sayuran dan buah- buahan dalam jumlah sedang, dan seimbang dengan kebutuhan diet.

kalori pasien untuk aktivitas sehari-hari.

3. Olahraga/aktivitas fisik Aktivitas fisik secara teratur juga diperlukan untuk mengontrol gula darah, lemak dan berat badan. Selain itu, latihan fisik juga berpengaruh baik dalam meningkatkan sensitivitas insulin pada pasien, sehingga lebih mudah mencapai tujuan pengendalian diabetes. Porsi olahraga harus seimbang dengan porsi makan dan obat-obatan agar gula darah tidak terlalu rendah.

Pedoman umum yang dianjurkan adalah memulai secara bertahap dengan melaksanakan aktivitas fisik intensitas sedang dalam waktu 30 menit per hari. Jenis olahraga yang disarankan ialah olahraga aerobik misalnya jalan kaki, berenang, bersepeda, menari, berkebun,

(32)

dll. Aktivitas fisik oleh pasien harus ditingkatkan di dalam kesehariannya, misalnya memilih naik tangga daripada lift. Sebelum berolahraga, pasien sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk mengatasi komplikasi misalnya tekanan darah tinggi sebelum berolahraga.

4. Obat /pengobatan obat Obat oral atau suntik harus diresepkan oleh dokter, jika setelah 3 bulan gula darah masih tidak terkontrol, pasien harus mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas Pada beberapa kasus, seperti komplikasi akut diabetes ataupun ketika kadar gula darah terlalu tinggi, dokter juga menggunakan obat sesuai kebijaksanaan mereka. Hipoglikemik oral (OHO)

(1) Golongan sulfoniluria

Cara kerjanya merangsang sel beta pancreas guna memproduksi insulin. Jadi golongan ini hanya bekerja jika sel- sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, menaikkan kepekaan jaringan terhadap insulin serta menekan produksi glucagon. Indikasi pemberian obat ini ialah jika berat badan sekitar ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, jika keperluan insulin kurang dari 40 u/hari, jika tiada stress akut, misalnya infeksi berat.

(2) Golongan biguanid

Cara kerjanya tidak merangsang sekresi insulin. Golongan ini bisa membuat kadar gula darah turun menjadi normal dan

(33)

istimewahnya tidak pernah mengakibatkan hipoglikemia. Efek samping obat ini ialah mengakibatkan timbulnya anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan diare.

(3) Alfa glucosidase inhibitor

Cara kerjanya menghambat kerja insulin alfa glucosidase di dalam saluran cerna sehingga bisa membuat penyerapan glukosa dan hiperglikemia post prandial menjadi turun. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak membuat terjadinya hiperglikemia serta tidak punya pengaruh pada kadar insulin.

(4) Insulin sensitizing agent

Mempunyai efek farmakologi menaikkan sensitifitas berbagi masalah akibat resistensi insulin tanpa mengakibatkan hipoglikrmia. Insulin terbagi atas 3 jenis berdasar pada cara kerjanya, yakni :

1. Cara kerja cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4 jam. Misalnya obatnya Actrapid.

2. Cara kerja sedang : NPN dengan masa kerja ialah 6-12 jam 3. Cara kerja lambat : PZI ( protamine zinc insulin) dengan

masa kerjanya ialah 18-24 jam

2.1.9 Pemeriksaan penunjang

2.1.9.1 Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) menurut Nurarif&Kusuma (2015) Tabel 2.1 kadar glukosa darah sewaktu

(34)

Kadar glukosa darah sewaktu DM Belum pasti DM

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

2.1.9.2 Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) menurut Nurarif&Kusuma (2015) Tabel 2.2 kadar glukosa darah puasa

Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM

Plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

2.1.9.3 Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan.

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl)

2.1.9.4 Tes Laboratorium

Jenis tes pada pasien DM bisa berbentuk tes saring, tes diagnostic, tes pemantauan terapi dan tes guna pendeteksian komplikasi.

2.1.9.5 Tes untuk mendeteksi komplikasi Test es guna mendeteksi yaitu : 1. Mikroalbuminuria urine

(35)

2. Ureum, kreatinin, asam urat

3. Kolesterol total plasma vena (puasa) 4. Kolesterol LDL plasma vena (puasa) 5. Kolesterol HDL plasma vena (puasa) 6. Trigliserida plasma vena (puasa)

2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga ialah perkumpulan dua ataupun lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan ataupun adopsi, serta masing-masing anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak, 2011).

Keluarga ialah unit terkecil dari masyarakat yang terbentuk dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di satu atap serta saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan Friedman mendefinisikan keluarga sebagai unit dari masyarakat dan juga sebagai lembaga yang memberi pengaruhi pada kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan erat antara anggota dengan keluarga menonjol sekali sehingga keluarga menjadi lembaga ataupun unit layanan yang harus di perhatikan.

2.2.2 Struktur keluarga

(36)

Struktur sebuah keluarga memberi gambaran berkenaan dengan bagaimana suatu keluarga itu menjalankan fungsinya di masyarakat.

Beberapa jenis Struktur Keluarga ialah :

2.2.2.1 Struktur keluarga menurut hubungan darah

1. Patrilineal keluarga sedarah yang terbentuk atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, yang hubungan ini disusun lewat jalur garis ayah.

2. Matrilineal keluarga sedarah yang terbentuk atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, yang hubungan ini disusun lewat jalur garis ibu.

2.2.2.2 Struktur keluarga menurut keberadaan tempat tinggal

1. Patrilokal ialah keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga dari pihak suami.

2. Matrilokal ialah keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah.

2.2.2.3 Struktur keluarga menurut pengambilan keputusan 2.2.2.4 Patrika Pengambilan keputusan ada pada pihak suami

2.2.2.4.1 Matriakal Mengambilan keputusan ada pada pihak istri.

2.2.3 Fungsi Keluarga

Friedman dalam padila (2012) mengungkap fungsi keluarga yakni:

2.2.3.1 Fungsi afektif

Fungsi Afektif berkenaan dengan fungsi internal keluarga yang sebagai basis kekuasaan keluarga. Fungsi ini penting guna memenuhi

(37)

keperluan emosional. Suksesnya fungsi emosional dapat dilihat lewat keluarga bahagia. Dalam fungsi ini pula, citra diri yang positif, perasaan saling memiliki, perasaan yang berarti, serta sumber cinta kasih sayang dikembangkan oleh anggota keluarga. Fungsi ini ialah sebagai sumber energi yang mempengaruhi kebahagiaan keluarga.

2.2.3.2 Fungsi sosialisasi (the socialization function): Fungsi sosialisasi adalah proses dimana seorang individu berkembang dan berubah karena interaksi dan belajar untuk berperan di dalam lingkungan sosial. Keluarga adalah tempat dimana orang bisa bersosialisasi.

Keluarga mengajarkan disiplin, norma, budaya, dan perilaku lewat hubungan dan interaksinya. Hal ini memungkinkan individu untuk memainkan peran dalam masyarakat.

2.2.3.3 Fungsi reproduksi (the reproductive function)

Keluarga memegang peranan penting dalam kelangsungan keturunan dan peningkatan sumber daya manusia.

2.2.3.3 Fungsi ekonomi (the economic function):

Dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga misalnya pangan, sandang, serta papan, keluarga membutuhkan sumber keuangan.

2.2.3.4 Fungsi perawatan kesehatan Keluarga( the health care function ) Selain keluarga harus dapat berfungsi dengan baik , keluarga perlu juga menjalankan baik pada dengantugas kesehatan keluarga.

Friedman menyatakan tugas kesehatan keluarga yakni :

1. Identifikasi masalah kesehatan keluarga Keluarga harus mengetahui tentang status kesehatan serta perubahan anggota

(38)

keluarga. Perubahan terkecil dari anggota keluarga secara tak langsung bakal menarik perhatian keluarga ataupun orang tua.

Ketika mereka sadar akan perubahan, keluarga harus mencatatkan kapan hal itu terjadi, perubahan apa yang terjadi, serta bagaimana mereka berubah.

2. Membuat keputusan yang tepat tentang tindakan kesehatan Tugas ini ialah upaya utama keluarga guna mencari pertolongan secara tepat sesuai kondisi keluarga. Keluarga berharap tindakan medis yang dilaksanakan tepat sehingga masalah kesehatan saat ini bisa diringankan ataupun diperbaiki. Apabila keluarga memiliki keterbatasan pengambilan keputusan, mereka bisa mencari bantuan orang lain di lingkungan.

3. Memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit Anggota keluarga dengan masalah kesehatan harus dipantau ataupun diobati supaya tidak timbul masalah yang lebih serius.

Pengobatan bisa dilaksanakan pada fasilitas medis ataupun di rumah apabila keluarga mampu memberikan pertolongan pertama.

4. Penggunaan fasilitas kesehatan yang ada di area Jika Anda memiliki masalah ataupun masalah yang berkenaan dengan kesehatan keluarga ataupun anggota Anda, keluarga mesti bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan di sekitar area . Keluarga bisa berkonsultasi ataupun minta bantuan perawat guna

(39)

menyelesaikan persoalan yang dimiliki anggota keluarga, agar keluarga tidak jatuh sakit.Stressor dan koping keluarga.

2.2.4.1 Stressor jangka Panjang dan pendek

Stressor jangka pendek ialah stressor yang dialami keluarga yang perlu penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan.

Sedangkan pada stressor jangka Panjang ialah butuh waktu lebih dari enam bulan.

2.2.4.2 Kemampuan keluarga berspon terhadap stressor, dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.

2.2.4.3 Strategi koping yang dipakai, dikaji strategi koping yang dipakai keluarga apabila berhadapan dengan persoalan.

2.2.4.4 Strategi adaptasi disfungsional, diterangkan berkenaan dengan strategi adaptasi disfungsional yang dipakai keluarga apabila berhadapan dengan persoalan.

2.2.5 Tahap-Tahap perkembangan

Menurut konsep yang dicetuskan Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga terbagi 8, yakni :

2.2.5.1 Keluarga Baru (Berganning Family), pasangan baru nikah yang belum punya anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini ialah membina hubungan intim yang memuaskan, menentukan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana punya anak ataupun KB, persiapan menjadi orangtua serta memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).

(40)

2.2.5.2 Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing), masa ini ialah masa transisi menjadi orangtua yang bakal memunculkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga di tahap ini ialah penyesuaiaan pada perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan juga tanggung jawab, bimbingan orangtua mengenai pertumbuhan serta perkembangan anak, dan juga konseling KB post partum 6 minggu.

2.2.5.3 Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan dalam tahap ini ialah menyesuaikan keperluan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang anak, proses belajar serta kontak sosial) dan juga merencanakan kelahiran selanjutnya.

2.2.5.4 Anak sekolah (6 - 13 tahun) Keluarga dengan anak sekolah punya tugas perkembangan dalam keluarga misalnya membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak guna menggapai daya intelektual yang berkembang,serta menyediakan kegiatan anak.

2.2.5.5 Keluarga dengan anak remaja (13 - 20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada jenis ini ialah pengembangan terhadap remaja, menjaga komunikasi dengan terbuka, menyiapkan perubahan sistem peran serta aturan anggota keluarga guna mencukupi kebutuhan tumbuh serta kembang anggota keluarga.

2.2.5.6 Keluarga dengan anak dewasa 24. Tugas perkembangan keluarga menyiapkan anak untuk hidup dengan mandiri serta orangtua

(41)

menerima kepergian anaknya, menata lagi fasilitas dan juga sumber yang terdapat di keluarganya.

2.2.5.7 Keluarga usia pertengahan (middle age family), tugas perkembangan keluarganya ialah punya lebih banyak waktu serta kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan juga waktu bersantai, memulihkan hubungan antara generasi muda sampai tua, beserta pula menyiapkan masa tua.

2.2.5.8 Keluarga lanjut usia. Dalam perkembangan ini keluarga punya tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara mengubah cara hidup, menerima kematian pasangan, serta menyiapkan kematian, dan melaksanakan life review masa lalu.

2.2.6 Tipe keluarga

Keluarga ialah sasaran keperawatan komunitas selain individu, kelompok serta masyarakat. Menurut (Friedman, Bowden,

& Jones, 2010) keluarga ialah dua orang ataupun lebih yang hidup didalam satu rumah tangga sebab pertalian darah, ikatan perkawinan ataupun adopsi. Keluarga tujuannya ialah untuk melahirkan serta mempertahankan budaya, dan menaikkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap keluarga. Keluarga punya beraneka macam tipe yakni keluarga tradisional dan non tradisional, penjabarannya ialah :

2.2.6.1 Tipe keluarga tradisional terdiri dari :

(42)

1. Nuclear family atau disebut keluarga inti ialah suatu rumah tangga yang tebentuk dari suami, istri dan anak baik kandung ataupun adopsi.

2. Extended family atau disebut keluarga besar ialah keluarga inti dengan ditambah keluarga lainnya yang masih punya hubungan darah, yakni misalnya kakek, nenek, bibi ataupun paman.

3. Dyad family ialah keluarga yang terbentuk dari suami dan istri yang tinggal didalam satu rumah tanpa hadirnya anak.

4. Single parent family ialah keluarga yang terbentuk dari satu orang tua dan anak (kandung ataupun angkat). Kondisi ini bisa dikarenakan perceraian ataupun kematian.

5. Single adult ialah satu rumah tangga yang hanya terbentuk dari satu orang dewasa.

6. Keluarga usia lanjut ialah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang telah berusia lanjut.

2.2.6.2 Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :

1. Keluarga communy yang terbentuk dari satu keluarga tanpa ada pertalian darah serta hidup di dalam satu rumah.

2. Orang tua (ayah, ibu) yang tiada ikatan perkawinan serta anak yang hidup bersama di dalam satu rumah tangga.

3. Homo seksual dan lesbian ialah dua individu berjenis kelamin sejenis yang hidup bersama dalam satu rumah serta perilakunya layaknya pasangan suami istri.

2.2.7 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

(43)

2.2.7.1 Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.

2.2.7.2 Keluarga mampu mengambil kepeutusan untuk melaksanakan tindakan.

2.2.7.3 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sedang sakit.

2.2.7.4 Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang bisa menaikkan kesehatan.

2.2.7.5 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan setempat.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Definisi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan menyatakan asuhan keperawatan ialah rangkaian interaksi dengan klien dan lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian dalam merawat dirinya (Pemerintah Republik Indonesia, 2014).

Asuhan keperawatan ialah suatu proses keperawatan yakni metode sistematis serta ilmiah yang dipakai perawat guna memenuhi keperluan klien dalam meraih ataupun mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial serta spiritual dengan optimal lewat tahapan pengkajian keperawatan, indentifikasi diagnosa keperawatan, penetapan perencanaan keperawatan, mengerjakan tindakan keperawatan serta melaksanakan evaluasi (Suarli & Yahya, 2012).

2.3.2 Pengkajian

(44)

Pengkajian keperawatan adalah Langkah mendasar dalam keseluruhan proses keperawatan yang tujuannya untuk menghimpun informasi serta data pasien. Mengidentifikasi masalah fisik, mental, sosial serta lingkungan, kebutuhan kesehatan dan perawatan. Pengkajian data yang lengkap, akurat, berdasarkan fakta, dan akurat sangat penting untuk membuat diagnosis keperawatan dan menerapkan keperawatan sesuai dengan respons individu.

2.3.2.1 Data umum keluarga

Data keluarga mencakup nama kepala keluarga umur, jenis kelamin, alamat, Pendidikan, agama, pekerjaan, komposisi keluarga, tipe keluarga, genogram, sifat keluarga, status ekonomi keluarga, kebiasaan keluarga terkait dengan Kesehatan, aktivitas rekreasi untuk mengetahui data data dasar yang digunakan perawat untuk mengetahui data yang berkaitan dengan Diabetes Melitus.

2.3.2.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan setiap anggota keluarga dari yang berusia bayi hingga berusia lanjut.

2.3.2.3 Lingkungan

Tahap ini menentukan lingkungan sekitar apakah ada pengaruh dengan Kesehatan keluarga mi sal bagaimana kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan, pengelolaan sampah, sumber air, pembuangan air limbah, jamban keluarga, Sarana ataupun fasilitas Kesehatan setempat, apa keluarga memakai fasilitas tersebut atau tidak.

(45)

2.3.2.4 Sosial

Fase ini berusaha untuk menentukan karakteristik lingkungan dan komunitas, mobilitas geografis keluarga, asosiasi keluarga serta interaksi masyarakat, dan sistem dukungan keluarga. Tahap ini juga penting, karena hubungan sosial yang sukses dapat mempengaruhi status penyakit.

2.3.2.5 Struktur Keluarga

Tahap ini mengetahui pola komunikasi keluarga missal Bahasa apa yang dipakai sehari-hari , struktur peran, apa keluarga sudah melaksanakan perannya beserta fungsinya, ataukah ada konflik nilai serta norma keluarga.

2.3.2.6 Fungsi keluarga

Tahap ini menentukan berjalannya fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan Kesehatan tentang mengenal masalah Kesehatan, mengambil keputusan untuk merawat, modifikasi lingkungan, memanfaatkan pelayanan Kesehatan yang ada, fungsi reproduksi dan fungsi ekonomi.

2.3.2.7 Stress Dan Koping Keluarga

Tahap ini untuk mengetahui pola koping, keadaan emosi saat ini, konflik dalam keluarga, menarik diri dengan lingkungan, penurunan harga diri, kemampuan keluarga merespon terhadap situasi ataupun stressor.

2.3.2.8 Spiritual

Kepercayaan yang Yakini atau yang dianut pasien dan keluarga.

(46)

2.3.2.9 Riwayat Kesehatan keluarga

Riwayat Kesehatan dari tiap-tiap anggota keluarga, keluarga berencana, imunisasi, dan serta tumbuh kembang.

Keluhan utama: yang dirasa oleh klien diabetes melitus ialah badan terasa lemah dan lemas, gampang ngantuk dan disertai penglihatan yang kabur, sering buang air kecil (polyuria), banyak mengonsumsumsi makanan dan minuman atau banyak minum (polidipsi) serta banyak makan (polifagia)

2.3.2.10 Pola aktivitas sehari hari 1. Pola Makan

Pada klien diabetes melitus keluhannya biasanya nafsu makan naik tetapi terkadang BB turun, perlu dikaji mengenai status nutrisi pasien mencakup: jumlah, frekuensi, serta kesulitan-kesulitan dalam mencukupi keperluannya.

2. Pola Minum

Pada klien diabetes biasanya mengeluh sering merasakan haus dan sering minum meskipun terus merasa haus.

3. Pola Eliminasi

Penderita diabetes melitus pasien sering buang air kecil yakni biasanya terjadi pada malam hari, urine encer, kuning, poliuria, urine keruh bau khas urine (frekuensi biasanya

(47)

mencapai 2500 - 3000 cc perhari lebih dari 10x buang air kecil)

4. Pola Istirahat

Penderita diabetes melitus istirahatnya mengalami perubahan dan terganggu dikarenakan pasien di malam hari sering buang air kecil.

5. Pola aktivitas

Penderita diabetes aktivitasnya mengalami penurunan disebabkan takikardi, takipnea, fisik yang melemah, sering terjadi kram otot jika melakukan aktivitas lebih

6. Pola Aktualisasi diri

Penderita diabetes melitus jika sudah mengalami penurunan harga diri bakal susah untuk melaksanakan kegiatan diluar rumah, tidak ada gairah serta enggan untuk mandiri.

2.3.2.11 Faktor resiko masalah Kesehatan

Tahap ini untuk mengetahui faktor resiko tentang Kesehatan keluarga meliputi sosial ekonomi, hubungan keluarga harmonis atau tidak, jarang periksa keshatan, konsumsi alcohol atau obat zat adiktif.

2.3.2.12 Pemeriksaan Fisik

1. Status Kesehatan umum mencakup: keadaan klien, kesadaran, tanda tanda vital.

2. Kepala

(48)

Inspeksi : Kepala simetris, warna rambut, kondisi rambut, kondisi kepala.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.

3. Wajah

Inspeksi : simetris, kondisi wajah.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal 4. Mata

Inspeksi : simetris, sklera putih, pupil isokor, konjungtiva merah muda, kelopak matanya normal.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

5. Telinga

Inspeksi : simetris, kondisi telinga, kebersihan telinga.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

6. Hidung

Inspeksi : simetris, kebersihan hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

7. Mulut dan faring

Inspeksi : simetris, kebersihan mulut, jumlah gigi, kondisi gigi Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

8. Leher

Inspeksi : simetris, warna kulit normal

Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.

(49)

9. Thorak

Inspeksi : persebaran warna kulit, ada atau tidaknya bekas luka, pergerakan dinding dada kesimetrisan dada

Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, taktil fremitus.

10. Jantung

Perkusi : pada ICS 3- ICS 5 terdengar peka

Auskultasi : bunyi jantung normal BJ I dan BJ II dup.

11. Pemeriksaan paru-paru

Inspeksi : simetris, bentuk dada normal Palpasi : vocal fremitus, kanan kiri sama Perkusi : sonor

Auskultasi : tidak ada suara tambahan wheezing, ronchi dll 12. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : simetris, distensi abdomen Palpasi ; tidak ada nyeri tekan Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus normal 13. Sistem integument

Inspeksi : warna kulit dan turgor Palpasi : CRT < 2 detik, akral hangat 14. Ekstremitas

Ketika kekuatan otot dan ekstremitas terganggu karena adanya luka ganggren/ ulkus Diabetikum.

2.2.3.13 Harapan keluarga

(50)

Harapan keluarga untuk kedepannya.

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan ialah respon individu terhadap ransangan yang timbul dari diri sendiri ataupun luar diri (lingkungan). Sifatnya ialah:

1. berorientasi pada keperluan dasar manusia

2. menggambarkan respon individu terhadap proses,kondisi dan juga situasi

3. berubah jika respon individu berubah pula. Unsur dalam diagnosis keperawatan mencakup problem/ respons ( P ) etiologi ( E) dan juga signs/ symptom ( S ) dengan rumus diagnosis = P + E + S.

Diagnosis Keperawatan ialah suatu penilaian klinis berkenaan dengan respon klien terhadap permasalahan kesehatan ataupun proses kehidupan yang dijalaninya baik yang berlangsung aktual ataupun potensial. Diagnosis keperawatan ini tujuannya ialah untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga serta komunitas terhadap situasi yang berkenaan dengan kesehatan. Nah, sebagai perawat, kita diharapkan bisa punya rentang perhatian yang luas terhadap berbagai respon yang dilaksanakan oleh klien, baik ketika klien sakit ataupun ketika sehat. Respon-respon itu ialah reaksi terhadap persoalan kesehatan dan juga proses kehidupan yang dijalani klien. Sehingga, perawat diharapkan sanggup menangkap serta bisa berfikir kritis dalam merespon perilaku tersebut.

(51)

Tabel 2.3 SKORING ( Penentuan Prioritas Masalah)

No. Kriteria Nilai Bobot Skoring pembenaran 1.

2.

3.

4.

Sifat masalah Aktual Resiko tinggi Potensial

Kemungkinan masalah untuk diubah:

Tinggi Sedang Rendah

Potensial masalah untuk dicegah:

Tinggi Cukup Rendah

Menonjolnya masalah:

Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak

dirasakan

3 2 1

2 1 0

3 2 1

2 1 0

1

2

1

1

Jumlah skor

Keterangan :

Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skor X Bobot

Angka tetinggi

Jumlah skor untuk semua kriteria.

(52)

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien diabetes melitus dalam keluarga yaitu:

1) (D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang terpapar pada klien.

Definisi : ketiadaan ataupun kurangnya informasi kognitif yang berkenaan dengan topik tertentu.

Subyektif :

(1) menanyakan masalah yang dihadapi Obyektif :

(1) memperlihatkan perilaku tidak sesuai anjuran (2) memperlihatkan persepsi kliru terhadap masalah (3) menjalankan pemeriksaan yang tidak tepat

(4) memperlihatkan perilaku berlebihan mis (apatis, bermusuhan, agitasi)

2) (D.00115) Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif behubungan dengan konflik pengambilan keputusan

Definisi : pola penanganan masalah Kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi Kesehatan anggota keluarga.

Subyektif :

(1) Mengungkapkan tidak memahami masalah Kesehatan (2) Mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang

ditetapkan Obyektif :

(53)

(1) Gejala penyakit anggota keluarga kian berat

(2) Aktivitas keluarga guna mengatasi masalah Kesehatan tidak tepat

(3) Gagal melakukan Tindakan guna meminimalisir faktor risiko.

3) (D.00117) Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif berkenaan dengan ketidakmampuan keluarga menyelesaikan permasalahan.

Definisi : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, ataupun menemukan pertolongan guna tetap sehat ataupun mempertahankan Kesehatan.

Subyektif : - Obyektif :

(1) Kurang memperlihatkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan

(2) Kurang memperlihatkan pemahaman berkenaan dengan perilaku sehat

(3) Tidak mampu menjalankan perilaku sehat

(4) Mempunyai Riwayat perilaku mencari bantuan Kesehatan yang kurang

(5) Kurang memperlihatkan minat guna menaikkan perilaku sehat.

(6) Tidak punya sistem pendukung (support system) 2.3.4 Intervensi keperawatan

(54)

Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai hasil yang diharapkan.

1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan

2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi serta apa yang dikerjakan.

3. Menyediakan kriteria hasil (outcome) sebagai pengulangan dan juga evaluasi keperawatan

4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga serta tenaga kesehatan lainnya guna menerapkan tindakan.

(55)

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan

No Diagnose keperawatan

Kriteria hasil Intervensi 1.

2.

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

Manajemen Kesehatan

keluarga tidak efektif

behubungan dengan konflik

Tujuan : setelah dilakukan Tindakan keperawatan2x24 jam pengetahuan klien dan keluarga bertambah KH :

1 Perilaku sesuai anjuran meningkat 2 Kemampuan

menerangkan pengetahuan tentang penyakit meningkat

3 Perilaku sesuai dengan anjuran meningkat

4 Pertanyaan

masalah yang dihadapi menurun 5 Menjalankan

pemeriksaan yang tidak tepat menurun.

Tujuan : setelah dilaksanakan Tindakan keperawatan yakni dalam waktu 2x24jam kemampuan menangani masalah Kesehatan keluarga secara optimal meningkat

KH:

Observasi

1 Identifikasi kesiapan serta kemampuan menerima informasi 2 Identifikasi faktor

yang b atau misa menaikkan ataupun menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan juga sehat

Terapeutik:

1 Sediakan materi serta media Pendidikan Kesehatan

2 Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan

3 Beri kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1. Jelaskan faktor risiko

yang bisa

mempengaruhi Kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Ajarkan strategi yang bisa dipakai guna menaikkan perilaku hidup bersih dan juga sehat

Observasi

1. Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini

(56)

3.

pengambilan keputusan

Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif berkaitan dengan

1. Kemampuan menerangkan masalah Kesehatan yang dialami meningkat

2. Aktivitas keluarga menyelesaikan permasalahan Kesehatan yang tepat meningkat 3. Tindakan

mengurangi faktor resiko meningkat 4. Verbalisasi

kesulitan melaksanakan perawatan yang ditentukan

menurun

5. Gejala penyakit anggota keluarga menurun.

Tujuan : sesudah dilaksanakan Tindakan keperawatan 2x24 jam kemampuan mengelola

bantuan untuk

2. Identifikasi

pemahaman tentang keputusan perawatan 3. Identifikasi

kesesuaian antara harapan pasien, keluarga dan tenaga Kesehatan

Terapeutik

1. Dengarkan masalah, perasaan serta pertanyaan keluarga 2. Diskusikan rencana

medis dan perawatan 3. Fasilitasi

pengungkapan

perasaan antara pasien dan keluarga ataupun amtar anggota keluarga

4. Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik 5. Bersikap sebagai pengganti keluarga guna menenangkan pasien bila keluarga tidak bisa memberi perawatan

6. Hargai serta dukung mekanisme koping

adaptif yang

diterapkan Edukasi

1. Informasikan

kemajuan dan perkembangan pasien dengan berkala

2. Informasikan

fasilitas perawatan Kesehatan yang tersedia

(57)

ketidakmampuan keluarga

mengatasi masalah

mempertahankan Kesehatan meningkat KH:

1. memperlihatkan perilaku adaptif meningkat

2. memperlihatkan perilaku

pemahaman perilaku sehat meningkat

3. Kemampuan menjalankan perilaku sehat meningkat

4. Perilaku mencari bantuan

meningkat

5. Memiliki system pendukung

meningkat

Kolaborasi

Rujuk guna terapi keluarga bila diperlukan

Observasi

Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang bisa dinaikkan ataupun ditingkatkan

Terapeutik

1. Beri lingkungan yang menunjang Kesehatan 2. Orientasi pelayanan

Kesehatan yang bisa dimanfaatkan

Edukasi 1. Anjurkan

menggunakan air bersih

2. Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari

3. Anjurkan melaksanakan

aktivitas fisik setiap hari

4. Anjurkan resiko penyakit jika tidak melakukan apay g dianjurkan

5. Anjurkan jika merasa sakit segera mencari bantuan oleh tenaga Kesehatan.

(58)

2.3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah Berkolaborasi dengan pasien, keluarga, serta anggota tim perawatan kesehatan lainnya guna mendukung permasalahan kesehatan pasien sesuai rencana dan standar hasil yang ditetapkan dengan memantau serta merekam respons pasien terhadap tindakan perawatan yang diambil. Serangkaian kategori perilaku pengasuh.

Praktik keperawatan adalah serangkaian kegiatan di mana perawat membantu klien dengan permasalahan kesehatan untuk menguraikan kriteria kesehatan yang baik dan hasil yang diharapkan.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan ialah tahap akhir dari proses keperawatan yaitu perbandingan yang sistematis serta terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan ataupun kriteria hasil yang dirancang di tahap perencanaan. Evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan dengan mengikutsertakan klien dan juga tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi memperlihatkan tergapainya tujuan serta kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Namun bila sebaliknya, klien bakal masuk kembali ke dalam siklus itu dimulai dari pengkajian ulang. Secara umum, evaluasi tujuannya ialah:

1) Melihat serta menilai kemampuan klien dalam menggapai tujuan.

2) Menetapkan apakah tujuan keperawatan sudah tergapai ataukah belum.

3) Mengkaji penyebab bila tujuan asuhan keperawatan belum bisa tergapai.

(59)

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan serta kemajuan klien kearah penggapaian tujuan.

2.3.6 Kerangka masalah

Gambar 2.1

pathway diagnose keperawatan diabetes melitus pada keluarga BAB III

Faktor Mekanik Faktor Genetik

Gaya hidup, stress, alcohol

Defisit Pengetahuan

Diabetes Melitus

Pemeliharaan Kesehatan tidak

efektif

komplikasi akut : hiperglikemia,

hipoglikemia, penyakit makrovaskuler

Genetik, usia, jenis kelamin

Komplikasi kronik : neuropati diabetic,retinopati diabetic, nefropati

diabetik

Manajemen Kesehatan keluarga tidak

efektif Kurangnya

informasi

Ketidakmampuan mengatasi masalah

Konflik pengambilan

keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan pada keluarga Tn.S di desa sidamulya pada single diagnosa yaitu gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

Faktor internal dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangannya, karena dalam menganalisis laporan keuangan akan mudah jika menghitung rasio-rasio keuangan pada

Pada klien 2 diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan seperti

Rencana asuhan keperawatan dengan diagnosis kedua adalah ketidakefektifan manajemen regimen terapiutik keluarga b,d ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada

Me%it2me%it $ertama saya mem$eratika% ker+a kasir* sesuai de%&a% sara% ak 3rfa% selaku sala satu $e+aat di toko

P., 1998, “The Contemporary Asian American experience: beyond the model minority myth” Prince-Hall Inc.. Glazer, N., 1975, Affirmative Discrimination: Ethnic Inequality and

Nors bendrojo lavinimo mokyklose yra suda- rytos tiek gyvenimo įgūdžių, tiek karjeros kompetencijų ugdymo prielaidos: parengti specialistai, vykdoma daug programų, ta - čiau

Masalah keperawatan yang ketiga Manajemen Kesehatan Tidak Efektif b/d ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga dilakukan intervensi Mengidentifikasi kesiapan