• Tidak ada hasil yang ditemukan

Katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul: KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA dipilih berdasarkan fakta bahwa pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B masih memprihatinkan. Kenyataan yang penulis alami selama di Lingkungan Santo Longinus Naisau B menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendamping. Selain itu juga model, metode dan media yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan sesuai dengan situasi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B dan mengupayakan suatu kegiatan yang menarik dan melibatkan umat dalam pelaksanaan katekese tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Untuk itu penulis berusaha memperoleh data mengenai gambaran pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B untuk membantu umat menghayati imannya serta memberikan satu model kegiatan yang cocok dan menarik untuk membantu umat agar mereka semakin aktif dalam proses pelaksanaan katekese.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para tokoh umat dan pemberian kuesioner kepada umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi pendamping katekese dan umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B.

(2)

ABSTRACT

The title of this thesis is: CATECHESIS AS AN EFFORT TO IMPROVE THE FAITH OF THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT LONGINUS NAISAU B SAINT CAECILIA PARISH IN KOTAFOUN-ATAMBUA. This title was selected based on the fact that the implementation of catechesis in the community of Saint Longiunus Naisau B is needed to be concerned. The fact that the author experienced in the community of Saint Longiunus Naisau B showed that there were only few people attending the meeting. In the process of catechesis, they tend to be passive and only to listen to the catechist word’s. In addition the models, media and methods that were used are not attractive and not relevant situation of people in the community of Saint Longiunus Naisau B. The fact prompted the author to further investigate the implementation process of catechesis in the neighborhood of Saint Longinus Naisau B and pursue an activity of interest and involving people in the implementation of the catechesis.

The aim of this thesis is as contribute ideas to improve the appreciation of the faith community. The author tried togather data about the picture of the implementation of the catechesis in the community of Saint Longinus Naisau B to help people live their faith and provide a model of suitable and interesting activities to help people to become more active in the implementation process of catechesis.

Based on the purpose of the writing, the author conducted research through interviews to the leaders of the people and giving questionnaires to the people in the community of Saint Longinus Naisau B. In addition, the author utilized the literature to increase the information that can be used as a contribution to the leaders and the people in the community of Saint Longinus Naisau B.

(3)

KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN

PENGHAYATAN IMAN UMAT DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Yosefina Serfiana Mea NIM: 101124025

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

 Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa mencintaiku dengan tulus.  Almamaterku Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(7)

v MOTTO

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar

kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5)

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Skripsi yang berjudul: KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA dipilih berdasarkan fakta bahwa pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B masih memprihatinkan. Kenyataan yang penulis alami selama di Lingkungan Santo Longinus Naisau B menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendamping. Selain itu juga model, metode dan media yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan sesuai dengan situasi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B dan mengupayakan suatu kegiatan yang menarik dan melibatkan umat dalam pelaksanaan katekese tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan penghayatan iman umat. Untuk itu penulis berusaha memperoleh data mengenai gambaran pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B untuk membantu umat menghayati imannya serta memberikan satu model kegiatan yang cocok dan menarik untuk membantu umat agar mereka semakin aktif dalam proses pelaksanaan katekese.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para tokoh umat dan pemberian kuesioner kepada umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi pendamping katekese dan umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B.

(11)

ix ABSTRACT

The title of this thesis is: CATECHESIS AS AN EFFORT TO IMPROVE THE FAITH OF THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT LONGINUS NAISAU B SAINT CAECILIA PARISH IN KOTAFOUN-ATAMBUA. This title was selected based on the fact that the implementation of catechesis in the community of Saint Longiunus Naisau B is needed to be concerned. The fact that the author experienced in the community of Saint Longiunus Naisau B showed that there were only few people attending the meeting. In the process of catechesis, they tend to be passive and only to listen to the catechist word’s. In addition the models, media and methods that were used are not attractive and not relevant situation of people in the community of Saint Longiunus Naisau B. The fact prompted the author to further investigate the implementation process of catechesis in the neighborhood of Saint Longinus Naisau B and pursue an activity of interest and involving people in the implementation of the catechesis.

The aim of this thesis is as contribute ideas to improve the appreciation of the faith community. The author tried togather data about the picture of the implementation of the catechesis in the community of Saint Longinus Naisau B to help people live their faith and provide a model of suitable and interesting activities to help people to become more active in the implementation process of catechesis.

Based on the purpose of the writing, the author conducted research through interviews to the leaders of the people and giving questionnaires to the people in the community of Saint Longinus Naisau B. In addition, the author utilized the literature to increase the information that can be used as a contribution to the leaders and the people in the community of Saint Longinus Naisau B.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa memberkati, membimbing dan mencurahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KATEKESE SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN

PENGHAYATAN IMAN DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan setia mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang membagun. Oleh karena ini, secara istimewa penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu membimbing, menuntun penulis dengan penuh kesabaran, kesetiaan, memberi masukan dan motivasi dalam seluruh proses penulisan skripsi ini sampai selesai.

2. Drs. L. Bambang Hendarto. Y. M. Hum, selaku dosen penguji II, yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

(13)

xi

4. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang memberikan pelayanan dan mendampingi penulis selama belajar sampai terselesainya skripsi ini.

5. Romo Paulus Wiryono SJ, Pater Saverius Adir OFM, Bapak Emanuel Bele Bau dan segenap keluarga besar Baku Peduli, atas segala dukungan baik secara materi maupun motivasi yang diberikan kepada penulis sampai saat ini. 6. Keluarga tercinta: bapak Maternus Mau, ibu Lusia Muti, kakak dan adik

tercinta yang selalu mendoakan, memberikan seluruh cinta, pengorbanan, perhatian dan dukungan sepenuhnya bagi penulis selama proses perkuliahan sampai terselesainya skripsi ini.

7. Bapak Marselus Asa dan ibu Maria Yasinta Bano serta kakak-adik tercinta. Terimakasih untuk segala cinta, pengorbanan tulus dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama ini.

8. Bapak Yohanes Teku sebagai ketua Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan juga umat kepada umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B yang bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis selama proses penelitian sampai terselesainya skripsi ini. 9. Alfridus Melkianus Tsiompah, yang selalu setia memberikan motivasi,

perhatian, kasih sayang, cinta dan pengorbanan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini serta menjadi seseorang yang sangat berarti bagi penulis.

(14)
(15)

xiii

(16)

xiv

1) Model Pengalaman Hidup ... 19

2) Model Biblis ... 20

3) Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup ... 21

b. Metode Katekese ... 22

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-ATAMBUA ... 31

A. Gambaran Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua .... 31

1. Letak Geografis Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua ... 31

2. Jumlah Umat dan Keadaan Umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua 33

3. Gambaran Kegiatan Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun- Atambua ... 34

4. Persoalan-persoalan yang Dihadapi oleh Umat Lingkungan Santo Longinus Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua... 36

(17)

xv

C. Laporan Hasil Penelitian Pelaksanaan Katekese di Lingkungan

Santo Longinus Naisau B ... 44

1. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner Tertutup terhadap 40 Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B .... 44

a. Identitas Responden ... 44

b. Gambaran Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 45

c. Tanggapan Umat Dalam Mengikuti Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 52

2. Laporan Hasil Penelitian Melalui Wawancara terhadap 10 Tokoh Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 55

D. Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... 58

E. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 62

(18)

xvi

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian kepada Umat Lingkungan Santo

Longinus Naisau B ... (3) Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden ... (8) Lampiran 5: Pertanyaan Wawancara kepada Tokoh Umat di

Lingkungan Santo Longinus Naisau B ... (12) Lampiran 6: Transkip Hasil Wawancara dengan 10 Tokoh Umat

(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A.SINGKATAN KITAB SUCI Gal : Galatia

Kis : Kisah Para Rasul Mrk : Markus

Rm : Roma

Yak : Yakobus

B.SINGKATAN DOKUMEN GEREJA

AA : Apostolicam Actuositatem: Dokumen Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awan, 18 November 1965

CT : Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979

DV : Dei Verbum: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi 18 November 1965

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964

PUK : Petunjuk Umum Katekese: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Juli 2000

(20)

xviii C. SINGKATAN LAIN

Art : Artikel

KK : Kepala Keluarga PNS : Pegawai Negeri Sipil SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Katekese merupakan bagian utuh dari kegiatan pastoral dan misioner Gereja secara keseluruhan yang mencakup seluruh komponen yang ada di paroki atau tempat tertentu antara lain seperti keluarga, komunitas paroki, sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi Katolik lainnya. Komunitas yang ada itu saling bekerjasama untuk menyusun sebuah program pembinaan iman yang secara matang-matang dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sepenuh hati demi pengembangan iman umat yang berlangsung secara berkelanjutan.

Katekese sesungguhnya merupakan kegiatan mewartakan Yesus Kristus atau kabar gembira bagi umat secara berkelanjutan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka merasa terbantu untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus. Hal ini ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae, art. 20 bahwa “yang menjadi tujuan katekese ialah “mengembangkan iman yang bertumbuh dari hari ke-hari menuju kepenuhan yang semakin memantapkan hidup beriman bagi kaum muda maupun kaum dewasa yang merangsang pengetahuan maupun penghayatan iman”. Artinya

katekese mencakup seluruh proses pengajaran, pendalaman, dan pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang dewasa dalam iman, dalam konteks kultural tertentu. Telaumbanua (1999: 87) mengemukakan gagasan katekese umat sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat atau

(22)

kelompok. Para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara sempurna.

Katekese sebagai salah satu usaha mengkomunikasikan nilai-nilai Kristiani, tidak boleh lepas dari situasi komunitas karena katekese berasal dari hidup umat, menjadi tanggungjawab seluruh umat, dan demi pengembangan iman setiap umat. Komunitas merupakan tempat pokok umat menghayati dan mengembangkan imannya. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa yang menjadi pusat utama dalam katekese adalah Yesus Kristus sendiri. Kristus menjadi tujuan, pelaku, sumber dan pola katekse.

Dalam membantu mengembangkan iman umat diperlukan sebuah metode katekese yang baik, yaitu metode yang cocok dengan situasi umat sehingga membantu umat untuk mampu mengungkapkan imannya serta mampu mewujudkan iman tersebut dalam tindakan konkret dalam keluarga, lingkungan, maupun dalam bermasyarakat sesuai tuntutan zaman modern ini. Misalnya, katekese yang dikenal dengan model pengalaman hidup. Model ini menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta dalam katekese. Artinya, partisipasi itu berdasarkan pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka (Heryatno, 2008:70). Oleh karena itu, semua umat harus bekerjasama dengan melibatkan seluruh kegiatan inti dari seluruh komponen dan daya yang ada dalam komunitas paroki secara menyeluruh.

(23)

kaum muda, dan orang dewasa demi perkembangan iman umat setempat. Kegiatana pembinaan iman yang dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua hanya berbentuk ibadat sabda, rosario dan ziarah. Sedangkan katekese sama sekali tidak diprioritaskan karena katekis tidak memiliki kemampuan mengorganisir atau tidak mengetahui metode katekese yang bisa digunakan sesuai dengan realita yang terjadi dalam kehidupan umat. Hal ini juga menjadi sulit bagi umat untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang sudah mereka hayati, seperti persaudaraan, kepedulian, gotong royong yang bisa diinterpretasikan dengan nilai-nilai Injil. Artinya, mereka menghayati tetapi tidak mengetahui makna yang secara mendalam karena kurangnya komunikasi iman. Karena itu, pemahaman mengenai katekese harus mendapat prioritas bagi para pewarta iman, khususnya katekis. Seorang katekis harus memiliki kemampuan memimpin dengan metode yang variatif sehingga dapat membantu umat untuk bisa menggali pengalaman hidupnya. Dengan demikian, tujuan membantu umat mengembangkan penghayatan iman mereka melalui ketekese dapat tercapai. Iman perlu dihidupkan secara terus menerus melalui perjumpaan dan pengungkapan yang terlaksana lewat komunikasi iman.

(24)

semakin menghayati imannya dan berjuang demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka. Penulis merumuskan judul skripsi sebagai berikut: “Katekese Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun Atambua”. Penulis meyakini bahwa pastoral katekese sesungguhnya menjadi alat untuk mengkomunikasikan seluruh pengalaman hidup umat dan membantu meningkatkan penghayatan iman mereka.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penulisan ini, sebagai berikut:

1. Apa itu pokok-pokok katekese dan penghayatan iman?

2. Sejauhmana kegiatan katekese dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua telah berhasil untuk meningkatkan penghayatan iman umat?

3. Katekese macam apa yang cocok digunakan untuk meningkatkan penghayatan iman umat.

C.Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang pokok-pokok katekese dan penghayatan iman

(25)

untuk meningkatkan penghayatan iman umat.

3. Membantu umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua untuk meningkatkan penghayatan iman mereka dengan adanya program baru.

D.Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini antara lain:

1. Bagi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua menjadi acuan bagi umat dalam memahami katekese serta membantu mereka untuk meningkatkan imannya.

2. Sebagai inspirasi dan refleksi bagi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua yang membutuhkan sosok seorang katekis yang mampu membantu mengembangkan iman umat akan Yesus Kristus.

3. Bagi Penulis

Semakin menambah pengetahuan mengenai katekese

E. Metode Penulisan

(26)

F. Sistematika Penulisan

Judul skiripsi yang penulis pilih adalah katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Penulis menguraikannya menjadi lima bab sebagai berikut:

bab I yaitu Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II penulis menguraikan pokok-pokok katekese antara lain arti katekese, tujuan katekese, konteks katekese, isi katekese, model-model katekese dan pelaku katekese.

Bab III berisi Pelaksanaan katekese, gambaran pembinaan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua antara lain letak geografis, jumlah umat dan keadaan umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B, gambaran kegiatan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat Lingkungan Santo Longinus Paroki Santa Sesilia Kotafoun Atambua.

Bab IV penulis menguraikan usulan program katekese untuk meningkatkan penghayatan iman umat.

(27)

BAB II

KATEKESE DEMI MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT

Pada bab sebelumnya penulis sudah membahas alasan penulis memilih tema skripsi katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Selain itu tujuan, manfaat dan metode penulisan skripsi ini juga sudah diungkapkan. Dalam bab yang kedua penulis akan membahas pokok-pokok katekese.

Bila dilihat dari situasi konkret hidup umat katekese sangat berperan sebagai jalan bagi umat untuk saling memperkembangkan imannya. Supaya iman umat sungguh hidup, menggerakkan, dan memberi daya hidup maka umat harus menghayati iman dalam hidup sehari-hari karena iman berkembang sepanjang hidup. Oleh karena itu, kita memerlukan pembinaan iman yang dihidupi secara terus menerus sepanjang hayat melalui sarana pendidikan berkelanjutan dalam iman (homili, katekese, sakramen-sakramen). Katekese merupakan bagian utuh dari kegiatan pastoral Gereja secara keseluruhan yang mencakup seluruh unsur yang ada di paroki atau tempat tertentu antara lain seperti koinonia, liturgia, kerygma dan diakonia demi pengembangan iman yang berlangsung secara

berkelanjutan. Semua unsur ini dapat dilaksanakan oleh seluruh umat dengan cara yang sepenuh hati serta saling bekerjasama sehingga perkembangan iman umat semakin dewasa dan mencapai pada kepenuhan hidup yakni bersatu dengan Yesus Kristus.

(28)

Dalam bab dua ini penulis akan menguraikan tentang pokok-pokok katekese dengan menggunakan Dokumen-dokumen Gereja antara lain Petunjuk Umum Katekese dan Katekese Umat. Penulis juga menggunakan pandangan dari para ahli. Selain itu penulis juga membahas tentang penghayatan iman dalam kehidupan sehari-hari. Uraian pokok-pokok katekese meliputi: arti katekese, tujuan katekese, konteks katekese, isi katekese, model-model katekese dan pelaku katekese

A.Pokok-pokok katekese 1. Arti Katekese

Pengertian katekese mengalami perkembangan sesuai dengan situasi dan keadaan umat. Ini tentu dikarenakan seluruh umat sebagai subyek katekese tidak dapat dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal yang mengalami perubahan terus menerus. Supaya lebih jelas di bawah ini akan dipaparkan beberapa rumusan katekese menurut Dokumen-dokomen katekese, Petunjuk Umum Katekese dan pandangan menurut para ahli.

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik tentang katekese masa kini Catechesi Tradendae mendefinisikan katekese sebagai:

Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18).

(29)

dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus dapat membantu mereka untuk semakin berkembang dalam iman, mampu merefleksikan pengalaman imannya dalam kehidupannya serta mampu menjadi saksi Kristus dalam kehidupannya. Melalui kesaksiannya, mereka saling membantu, terbuka dan saling mendengarkan sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Petunjuk Umum Katekese mengemukakan:

Katekese sebagai komunikasi Wahyu Ilahi, pada akarnya diinspirasikan oleh pedagogi Allah, sebagaimana diperlihatkan dalam Kristus dan dalam Gereja. Oleh sebab itu, ia mendapat karakteristiknya yang menentukan dan di bawah bimbingan Roh Kudus, dia menyusun sebuah sintesis untuk memberi semangat agar memiliki pengalaman iman yang benar, dan karena itu suatu perjumpaan seorang anak dengan Allah (PUK, art 143).

Rumusan ini dapat diartikan katekese sebagai pedagogi Ilahi dan Allah adalah pendidiknya. Pedagogi Ilahi juga disebut sebagai pendidikan Yesus Kristus. Yesus sendirilah yang menjadi pusat dan jantung hati katekese. Pendidikan Ilahi merupakan pendidikan iman yang sungguh otentik yang akan membantu umat mengembangkan imannya sepanjang hidup. Jadi melalui katekese umat dibantu untuk memahami karya Allah dan semakin mengenal, mengasihi dan bersatu dengan hidup-Nya (PUK 138 & 140).

Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II menyajikan suatu rumusan sebagai berikut:

Katekese merupakan komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara anggota jemaat. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikan rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna (Komkat KWI, 1995: 14).

(30)

atau tukar pengalaman iman, umat saling bersaksi tentang iman mereka sehingga mereka saling memperkaya, menguatkan dan memotivasi satu sama lain. Supaya komunikasi iman dapat berjalan dengan baik maka pendamping katekese harus menciptakan suasana yang kondusif artinya berdialog dalam suasana terbuka, santai, ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan sehingga iman mereka masing-masing diteguhkan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa rumusan katekese di atas dapat dilihat bahwa inti pokoknya sama yakni mewartakan Yesus Kristus.

Groome sebagaimana dikutip oleh Heryatno (2003: 7 ) menegaskan bahwa katekese total adalah katekese yang mencakup semua unsur hidup dan kegiatan umat yang dilakukan oleh semua umat dengan sepenuh hati. Artinya seluruh kegiatan misalnya koinonia (persekutuan umat), liturgia (perayaan iman), diakonia (pelayanan), dan kerygma (pewartaan) harus dilaksanakan dengan total

berarti tidak setengah-setengah melainkan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Seluruh umat secara bersama-sama melaksanakan semua unsur tersebut dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab maka mereka semakin menemukan dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka.

Setyakarjana (1976: 38) menyajikan suatu rumusan katekese yaitu:

Usaha saling tolong menolong terus-menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristiani yang dewasa.

(31)

yakni pengembangan iman umat. Karena perkembangan iman berlangsung sepanjang hidup, maka dibutuhkan pembinaan iman yang permanen. Oleh karena itu umat harus saling bekerjasama dalam mengartikan, memaknai dan menjalani hidup sehari-hari menurut pola Kristus atau sesuai dengan ajaran-Nya. Dengan saling bekerjasama maka iman umat semakin dewasa dan mampu mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut penulis katekese dimengerti sebagai komunikasi iman antara peserta satu dengan yang lain secara terus-menerus dalam rangka mendewasakan iman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan mereka. Katekese merupakan usaha bersama-sama seluruh umat yang ikut bekerjasama dalam mengembangkan imannya sehingga iman mereka sungguh dihayati dalam hidupnya baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan maupun masyarakat.

2. Tujuan Katekese

Tujuan utama katekese adalah untuk membantu umat beriman agar semakin bersatu dengan hidup Yesus Kristus. Artinya umat menjalin hubungan yang personal dengan pribadi Yesus Kristus sehingga mereka dapat meneladani dan menemukan Yesus Kristus dalam setiap pengalaman hidup.

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae memaparkan bahwa tujuan katekese ialah :

(32)

Rumusan di atas dapat diartikan bahwa tujuan katekese tidak hanya menghubungkan umat dengan Yesus Kristus melainkan mengundang mereka untuk bersatu dengan Yesus Kristus, menjadikan Yesus sebagai yang utama dalam hidup mereka. Menjadikan Yesus dalam hidup kita berarti selalu mengandalkan kekuatan-Nya dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Bersatu dengan Yesus Kristus berarti pula bersatu dengan Bapa yang mengutus-Nya, dengan bantuan Roh Kudus yang mendorong perutusan-Nya, dengan Gereja yang adalah tubuh-Nya dan dengan seluruh umat manusia yang diselamatkan-Nya. Dengan demikian umat pun akan terbantu agar semakin bersatu kepada Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Umat akan terdorong untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari sehingga terjadi pembaharuan hidup atau perubahan dalam hidupnya (Telaumbanua, 2005: 9). Berkat karya rahmat Allah, manusia diubah menjadi ciptaan baru. Menjadi ciptaan baru juga berarti pertobatan hati yang jujur sehingga umat semakin mencintai, mengenal dan mengandalkan pribadi Yesus sebagai pedoman hidupnya. Menjadikan Yesus dalam hidup kita berarti bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Kita sebagai pengikut-Nya diharapkan berani menyatakan “ya” kepada Kristus, setia mengikuti-Nya dan mengandalkan-Nya dalam kehidupan kita.

Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II menjelaskan bahwa tujuan komunikasi iman ialah:

 Supaya dengan terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;

(33)

 Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;  Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas

mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;  Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup

kita di tengah masyarakat (Komkat KWI, 1995: 15).

Maksud dari rumusan di atas bahwa dengan bantuan Roh Kudus kita dapat memaknai setiap pengalaman dimana itu merupakan sebuah anugerah dari Tuhan. Dengan memaknai pengalaman-pengalaman yang terjadi maka kita mengalami perubahan dalam hidup, bertobat terus-menerus, membuka diri makin peka pada kehadiran-Nya dan makin peduli pada hidup sesama serta semakin terlibat aktif menggerja maupun di tengah masayarakat. Dan akhirnya sampai pada kedewasaan iman dengan mencintai, mengimani dan mengandalkan-Nya sebagai pedoman hidup sehingga kita semakin mantap, mampu menjadi saksi Kristus melalui pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari.

Katekese sebagai salah satu bentuk karya pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu umat beriman agar makin mengenal, mengasihi dan mengikuti Yesus Kristus di dalam hidup mereka. Melalui katekese umat mengalami dan menyadari bahwa seluruh pengalaman hidup kita ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus untuk mengantar kita kepada Allah Bapa.

Tujuan katekese menurut Heryatno (2003: 7) dalam Groome:

Merupakan gerakan mengkomunikasikan harta kekayaan iman Gereja supaya dapat membentuk dan membantu jemaat memperkembangkan imannya pada Yesus Kristus baik secara personal maupun kelompok demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kenyataan dunia.

(34)

sebagai penggerak sehingga umat mampu untuk memaknai pengalaman pergulatan mereka dan memperkembangkan kerohanian mereka. Pendamping harus menciptakan susana kekeluargaan agar tercipta suasana yang nyaman dan terbuka sehingga setiap pribadi (jiwa) dapat merasa teduh dan bebas mengkomunikasikan pengalaman imannya dengan berpedoman pada harta kekayaan iman Kristiani dalam berefleksi.

Melalui katekese diharapkan umat saling berefleksi dan berkomunikasi tentang Sabda Allah dan pengalaman hidup sehari-hari. Dengan berefleksi secara terus-menerus maka imannya akan Yesus Kristus semakin hidup dalam diri masing-masing maupun dalam kelompok demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Amalorpavadas (1972: 8) merumuskan tujuan katekese sebagai berikut: membangun, memelihara, dan memperkembangkan iman, sambil membaharui, memperdalam dan membuatnya semakin bersifat pribadi dan berbuah dalam tindakan. Katekese diharapkan dapat membantu umat beriman dalam memperkembangkan imannya terus-menerus dan diharapkan iman umat berbuah pada tindakan nyata dalam setiap pengalaman hidup.

3. Konteks Katekese

(35)

Dalam katekese yang menjadi konteks katekese adalah hidup umat atau kondisi historis hidup mereka. Hidup umat inilah yang menjadi tempat utama untuk menghayati iman dan untuk mencari dan menemukan kehendak Allah. Dengan penuh kasih setia Allah hadir berkarya di tengah-tengah hidup manusia. Maka dari itu, kenyataan historis hidup umat menjadi bagian pokok katekese. Dengan demikian seorang pendamping katekese harus terlebih dahulu mengetahui dan mengenal situasi umat setempat.

Dengan mengenal situasi umat di sekitarnya maka ketika memberikan pendalaman iman pun sesuai dengan kebutuhan umat karena tujuan katekese sendiri adalah membantu umat untuk memahami dan menyadari realitas hidupnya dan mendorong mereka untuk mengembangkan imannya dalam kehidupan sehari-hari serta mengambil bagian secara aktif di dalam pergumulan hidup sesama supaya semakin banyak orang mengalami cinta kasih Allah. Situasi umat setempat menjadi proses katekese itu sendiri dan umat adalah pusatnya. Karena katekese berasal dari umat, oleh umat dan untuk pembangunan hidup umat. Dengan demikian katekese harus berhubungan dengan kenyataan hidup umat sehingga umat sungguh menghayati imannya di dalam seluruh segi kehidupannya. b. Arah dan Dasar Keuskupan Setempat

(36)

menghayati imannya sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penghayatan dan perwujudan iman dalam kehidupan sehari-hari, umat diharapkan saling bekerjasama dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah seperti yang diwartakan dan dilaksanakan oleh Yesus Kristus. Dengan mengenal situasi umat maka katekese berperan sebagai salah satu usaha untuk mewujudkan cita-cita yang telah dibangun oleh keuskupan/paroki setempat tersebut.

Dari uraian konteks katekese di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan katekse harus benar-benar bertolak dari situasi hidup umat sehingga isi katekese yang akan diwartakan dapat menjawab kebutuhan umat.

4. Isi Katekese

Secara singkat Paus Yohanes Paulus II mengemukakan isi katekese adalah sebagai berikut:

(37)

terus-menerus maka ia semakin mantap, total mengimani Yesus Kristus dengan mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat sekitarnya.

Isi katekese tidak lain adalah hidup Yesus Kristus. Artinya yang dialami dalam proses katekese adalah seluruh ajaran dan tindakan pribadi Yesus Kristus. Pesan yang disampaikan dalam katekese berpusat pada pribadi Yesus Kristus dengan dinamika batinnya memperkenalkan dimensi Tritunggal dari pesan yang sama. Di sini pendamping katekese dan umat bukan menyampaikan ajarannya sendiri, melainkan kebenaran dan ajaran tentang Yesus Kristus (CT, 6) dan dalam katekese yang ditekankan adalah Kristus sebagai cahaya bagi hidup manusia dan merupakan jawaban atas masalah-masalah mendasar hidup manusia (Adisusanto, 2012: 61-62).

Kristus adalah inti hidup orang Kristiani dan inti pewartaan itu sendiri. Jantung hati katekese adalah Yesus Kristus. Iman umat yang kokoh akan Yesus menjadi penggerak untuk menyelenggarakan katekese. Menyadari bahwa yang disampaikan dalam katekese adalah kabar gembira Sabda Allah, maka umat diundang untuk bertobat dengan tulus dan menghayati imannya secara terus- menerus, serta memberikan kesaksian konkret di tengah kehidupan bersama.

Petunjuk Umum Katekese menegaskan bahwa:

Katekese akan selalu menarik intinya dari Sabda Allah yang hidup yang diteruskan dalam Tradisi dan Kitab Suci, karena Tradisi dan Kitab Suci membentuk suatu harta Sabda Allah yang tunggal dan kudus, yang dipercayakan kepada Gereja (PUK, 94 & 95).

(38)

sabda itu diungkapkan, direnungkan dan dihayati dalam pribadi setiap orang. Dengan menghayati Sabda Allah secara terus-menerus maka sabda itu akan selalu bersinar, hidup dalam pribadi setiap orang baik personal maupun kelompok. Pelaku katekese diharapkan dapat meneruskan pesan Yesus Kristus kepada semua orang yang telah mengambil keputusan untuk mengikuti-Nya.

Groome sebagaimana dikutip oleh Heryatno (2003: 7) mengungkapkan bahwa isi katekese bersumber dari pedagogi Ilahi yang disebut sebagai pendidikan Yesus Kristus. Artinya Yesus sendirilah yang menjadi pusat dan jantung hati katekese. Yesus jugalah yang menjadi pendidik utamanya. Jadi dalam katekese, yang dikomunikasikan adalah pribadi Yesus Kristus. Cara Yesus mengajar, membina dan memperkembangkan iman para murid-Nya. Dengan harapan umat semakin meneladani Yesus Kristus dan menjadikan-Nya sebagai pedoman hidup mereka. Sedangkan menurut Huber (1981: 19) isi katekese juga tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri. Kita berkumpul untuk bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada manusia dan pengantara manusia dalam menanggapi Sabda Allah. Berbicara mengenai katekese berarti berbicara tentang Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berkumpul untuk berkatekese akan mengkomunikasikan pengalaman imannya akan Yesus Kristus.

5. Model-model Katekese

(39)

keadaan setempat. Di bawah ini penulis akan menjelaskan secara rinci mengenai model-model katekese, metode katekese, dan media katekese:

a. Model-model Katekese 1) Model Pengalaman Hidup

Katekese model pengalaman hidup adalah model katekese yang bertitik tolak dari pengalaman hidup umat yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, pekerjaan maupun dalam hidup bermasyarakat. Katekese model pengalaman hidup bertujuan membantu umat untuk memahami, menyadari kehadiran Allah dalam hidupnya dan mampu untuk tampil menjadi saksi Allah bagi sesama. Untuk mencapai semua itu, katekese model pengalaman hidup mempunyai langkah-langkah: introduksi, penyajian pengalaman umat, pendalaman pengalaman umat, pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja, pendalaman Kitab Suci, rangkuman pendalaman Kitab Suci, penerapan dalam hidup konkret dan penutup (Sumarno, 2012: 12).

Proses pelaksanaan katekese model pengalaman hidup ini langkah awalnya diambil dari peristiwa konkret dicocokkan dengan tema pertemuan yang sedang digunakan. Peristiwa yang digunakan bisa pengalaman hidup umat bisa juga mengambil seluruh peristiwa dari koran atau surat kabar, lagu, cerita rakyat dll. Kemudian pengalaman itu diungkapkan atau disharingkan dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.

(40)

supaya umat berani berbicara secara terbuka, dan santai untuk mensharingkan pengalaman imannya (Lalu, 2007: 12). Selama proses pendalaman pengalaman hidup, pendamping katekese mengajak umat untuk mengaktualisasikan pengalaman-pengalaman yang dibahas pada saat itu dengan pengalaman konkret umat. Kemudian pendamping katekese merangkum semua hasil yang disharingkan oleh umat. Tugas seorang pendamping katekese adalah sebagai pengarah dan pemudah.

Langkah berikutnya pendamping katekese membagikan pesan Kitab Suci kepada umat. Dalam membaca teks Kitab Suci ini bisa satu orang atau bergantian. Kemudian umat diberi kesempatan untuk merenungkan kembali ayat-ayat yang ada dalam Kitab Suci dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pendalaman. Pendamping membantu umat untuk mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri sehubungan dengan tema. Setelah itu pendamping membuat rangkuman sesuai dengan apa yang sudah disharingkan oleh umat lalu menghubungkannya dengan pesan inti yang telah dipersiapkannya berdasarkan sumber-sumber yang sudah diolah sehubungan dengan tema sehingga umat semakin diperkaya dengan informasi baru demi perkembangan imannya.

(41)

2) Model Biblis

Katekese model biblis merupakan katekese yang bertitik tolak dari Kitab Suci yang dipilih oleh pendamping pada saat melaksanakan pertemuan katekese atau sesuai panduan yang sudah ada berdasarkan kebutuhan umat setempat. Dalam pelaksanaan katekese model biblis ini umat diajak untuk merenungkan Sabda Tuhan kemudian dihubungkan dengan pengalaman umat. Dengan demikian umat dapat merenungkan dan mensharingkan dalam kelompok kecil atau kelompok besar.

Setelah umat mensharingkan pengalamannya pendamping membuat rangkuman dari jawaban mereka terutama inti pesan teks yang berhubungan dengan tema dan menghubungkannya dengan hasil persiapan pribadi dan memberikan kesempatan kepada umat untuk menghubungkan pesan Kitab Suci dengan pengalaman hidup sesuai dengan tema (entah masa lalu atau sekarang). Kemudian pendamping mengajak umat untuk merefleksikan serta memikirkan niat-niat pribadi maupun kelompok untuk dilaksanakan dalam kehidupan konkret sehari-hari. Akhirnya, pendamping menutup kegiatan katekese dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan proses dengan tema dan tujuan serta doa bersama atau nyanyian bersama sesuai dengan tema Kitab Suci yang diambil.

(42)

3) Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup

Model katekese ini merupakan gabungan dari model biblis dan model pengalaman hidup. Karena katekese model campuran ini bertitik tolak dari pengalaman hidup umat sekaligus pengalaman Kitab Suci. Model ini pada umumnya berlangsung dalam langkah-langkah pokok sebagai berikut: pembacaan Kitab Suci oleh salah satu umat atau bergiliran kemudian pendamping memberikan kesempatan kepada umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci. Setelah mereka merenungkan pesan Kitab Suci pendamping mengajak umat untuk melihat video atau cerita sebagai sarana untuk membangkitkan umat untuk menanggapinya baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Pendamping memberikan kesempatan kepada umat untuk membuat niat-niat yang akan ditindaklanjuti dalam kehidupan sehari-hari. Setelah umat mensharingkan niatnya pendamping dapat merangkum keseluruhan isi yang telah tercapai selama katekese ini dan diakhiri dengan doa penutup dan lagu penutup (Sumarno 2012: 24).

b. Metode Katekese

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan katekese harus sesuai dengan situasi umat setempat. Maka seorang pendamping harus terlebih dahulu mengetahui keadaan umat sehingga tema yang digunakan dalam katekse dapat mengena, menarik minat umat dan menjawab persoalan umat.

(43)

katekese asalkan sesuai dengan keadaan peserta katekese. Dalam situasi katekese sekarang ini alasan penggunaan metode atau pendidikan menyarankan agar penyaluran kekayaan katekese lebih baik diatur dengan cara tertentu sesuai dengan keadaan umat. Bahasa yang digunakan sebaiknya sesuai kebutuhan umat (anak-anak, kaum muda, orang dewasa dll) untuk menyampaikan isi ajaran Kristiani (CT, art. 31).

c. Media katekese

Metode yang digunakan dalam katekese akan berguna apabila didukung oleh media yang digunakan. Sekarang ini dunia memasuki zaman baru yaitu zaman media komunikasi dan informasi. Sesuai dengan perkembangan zaman manusia juga ikut berkembang dalam hal budaya yakni budaya bermedia.

(44)

dituntut untuk kreatif dalam mencari media katekese yang menarik agar umat pun aktif dan terlibat dalam kegiatan katekese dan semakin menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah arus zaman yang semakin berkembang ini.

6. Pelaku Katekese

Pelaku katekese tidak hanya menjadi tanggungjawab para katekis atau kaum religius semata melainkan merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman (uskup, para imam, orang tua, biarawan-biarawati, dan katekis awam) sebagai konsekuensi menerima sakramen baptis. Melalui baptisan semua orang Katolik dipanggil dan dimampukan untuk menjadi murid-murid Yesus yang aktif mengambil bagian dalam misi Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Setiap umat juga dipenuhi Roh Kudus (Kis 2:3-4) dan diutus oleh Yesus (Mrk 16:15-16).

Katekese menjadi jalan bagi umat untuk saling memperkembangkan imannya. Dengan semakin menghayati imannya dan memupuk semangat persaudaraan, seluruh hidup umat diharapkan bersifat kateketis dan setiap anggota juga diharapkan dapat menjadi “katekis”. Artinya di dalam hidupnya yang

sungguh beriman, umat dapat saling membantu memperkembangkan iman mereka. Yang satu dengan yang lain saling mengkomunikasikan iman mereka pada Yesus Kristus.

(45)

dari katekis atau mendengarkan Sabda Allah tetapi mampu memberikan kesaksian imannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Petunjuk Umum Katekese memaparkan bahwa:

Katekese adalah tanggung jawab seluruh komunitas Kristiani. Sesungguhnya, inisiasi Kristen, “hendaknya tidak menjadi karya para katekis dan imam semata, melainkan karya seluruh komunitas beriman”. Penerusan pendidikan iman merupakan persoalan yang menyentuh seluruh komunitas oleh karena itu katekese merupakan suatu kegiatan mendidik yang timbul dari tanggung jawab khusus setiap anggota komunitas,dalam sebuah konteks hubungan yang kaya, sehingga para katekumen dan menerima katekese dimasukkan secara aktif dalam kehidupan komunitas (PUK, art. 220).

Rumusan di atas dapat dimengerti bahwa katekese adalah tanggungjawab seluruh komunitas. Sesungguhnya katekese tidak hanya menjadi tanggungjawab para katekis atau kaum religius semata melainkan merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman lewat partisipasi dan komunikasinya sehingga iman setiap individu semakin berkembang.

Menyangkut pelaku katekese umat PKKI II mencatat:

Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi maupun kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok basis, maupun di sekolah atau perguruan tinggi (Lalu, 2007: 92).

(46)

dalam hidup pribadi maupun kelompok.

Meskipun pelaksanaan katekese menekankan peranan umat tetapi kehadiran katekis atau pemandu tidak dapat dikesampingkan. Karena di dalam katekese, katekis berperan sebagai fasilitator, sahabat umat dalam peziarahan hidup dan sekaligus sebagai pengarah. Katekis diharapkan membantu jemaat dalam memaknai pergulatan hidup di dalam terang iman agar mereka mendapat inspirasi yang selalu segar demi terwujudnya perkembangan iman secara terus-menerus.

B. Penghayatan Iman 1. Pengertian Iman

Pembahasan mengenai iman tidak terlepas dari wahyu. Karena dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan diri-Nya kepada manusia, wahyu merupakan pertemuan Allah dengan manusia yang menanggapi wahyu sekaligus menyerahkan diri kepada Allah. Pertemuan inilah yang disebut iman.

Konstitusi Dei Verbum Dokumen Konsili Vatikan II mengatakan bahwa:

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV, art. 5).

(47)

Iman Kristiani adalah penyerahan diri seutuh-utuhnya kepada Allah dalam dan melalui Yesus Kristus berkat penjiwaan Roh Kudus (Budi Purnomo, 1998: 22). Iman tidak akan pernah terjadi tanpa campur tangan karya Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan manusia mempunyai iman sejati. Justru oleh Roh Kudus kita mampu berseru, ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Roh Kuduslah yang

senantiasa menyempurnakan iman melalui karunia-karunia-Nya sehingga iman tumbuh dan berkembang menjadi iman sejati.

Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas, menyapa manusia dengan kasih, membebaskan manusia dari kegelapan dosa dan maut dan akhirnya membangkitkan kita manusia kehidupan yang kekal. Allah menyapa, menjumpai, dan menyerahkan diri hanya untuk manusia. Hal ini menjadi sebuah perjumpaan yang menandakan suatu persahabatan mesra antara manusia dan Allah. Allah dengan penuh kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia. Maka dengan menjadi sahabat, Allah tetap menginginkan suatu tanggapan dan jawaban dari manusia akan sapaan-Nya atau wahyu yang mau menjalin hubungan mesra antara manusia dan Allah. Allah menyatakan memberikan kelimpahan cinta kasih kepada manusia dan tinggal memberikan jawaban yang tulus dari hati apakah mau menerima pemberian Allah itu (KWI, 1996: 127-128).

2. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa

(48)

menggerakkan, dan memberi daya hidup, kita semua harus menghayati iman dalam hidup sehari-hari.

Iman Kristiani dikatakan semakin dewasa jika sampai pada tindakan-tindakan nyata perwujudan dengan karya kerasulan seperti yang tertulis dalam Dekrit Apostolicam Actuositatem, dokumen Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam artikel 9 yang berbunyi:

Kaum awam menunaikan kerasulan mereka yang bermacam-macam dalam Gereja maupun masyarakat. Dalam kedua tata hidup itu terbukalah pelbagai bidang kegiatan merasul. Yang lebih penting di antaranya akan kami uraikan di sini, yakni: jemaat-jemaat gerejawi, keluarga, kaum muda, lingkungan sosial, tata nasional, dan internasional. Karena zaman sekarang ini kaum wanita semakin berperan aktif dalam seluruh hidup masyarakat, maka sangat pentinglah bahwa keikut-sertaan mereka diperluas, juga di pelbagai bidang kerasulan Gereja.

Dalam Dekrit tentang Kerasulan Awam artikel 9 ini sangat jelas terlihat kedewasaan iman Kristiani yaitu dengan iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata menjawab semua kebutuhan dan permasalahan iman baik itu dalam lingkup jemaat-jemaat, keluarga, kaum muda, bahkan sampai pada kegiatan pelayanan untuk menjawab permasalahan sosial baik itu dalam skala nasional maupun internasional.

3. Menghayati Iman dalam Kehidupan Sehari-hari

Beriman berarti percaya kepada Allah, menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sehingga dalam situasi dan kondisi apapun kita merasa kuat, teguh, tabah dalam menghadapi segala persoalan bahkan penganiayaan, tantangan dan persoalan. Percaya kepada Tuhan sebagai andalan hidup kita.

(49)

menyangkut akal budi tetapi seluruh dari manusia: cipta, rasa, karsa dan karya. Orang beriman yang menerapkan imannya dalam kehidupan sehari-hari akan semakin kokoh tidak mudah putus asa, tahan banting oleh tantangan, kesulitan dan ancaman. Iman itu tetap dihayati, digumuli dan diperjuangkan.

Orang Kristiani yang telah menerima pewahyuan Allah dalam bentuk iman, menghayatinya secara konkret, penghayatan iman tersebut melalui dua cara yaitu: a. Pengungkapan iman yaitu tindakan orang Kristiani yang diwujudkan melalui

hal-hal yang khas Kristiani, misalnya doa rosario, doa bersama, perayaan Ekaristi, tradis-tradisi Gereja termasuk ajaran-ajaran iman, komunitas iman yang tertulis maupun lisan. Perjumpaan dengan pengungkapan iman terlaksana melalui komunikasi tentang isi iman dan diharapkan dari komunikasi tersebut akan sampai pada keprihatinan yang mendalam sehubungan dengan penghayatan imannya terhadap Yesus Kristus (Banawiratma & Suharyo, 1986: 47-48).

b. Perwujudan iman merupakan tindakan lebih lanjut dari manusia yang telah mempercayakan hidupnya pada Yesus Kristus lewat perbuatan-perbuatan nyata setiap hari dalam hubungan dengan sesamanya. Seperti kata Santo Yakobus: “iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak 2:26). Ini merupakan suatu usaha dari orang Kristiani untuk memperjuangkan dan membantu sesamanya berdasarkan hati nurani.

(50)

dilaksanakan dan nampak dalam perbuatan sehari-hari. Iman hanya bisa dibuktikan dalam kasih yang menjadi nyata lewat perbuatan yakni mengasihi sesama disekitar kita. Iman yang hidup “bekerja oleh kasih” (Gal 5:6).

(51)

BAB III

GAMBARAN PEMBINAAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO LONGINUS NAISAU B PAROKI SANTA SESILIA KOTAFOUN-

ATAMBUA

Pada bab II telah diuraikan tentang katekese demi meningkatkan penghayatan iman umat. Pemahaman secara teoritis tentang pokok-pokok katekse demi mengembangkan iman umat melalui Dokumen-dokumen Gereja dan dari pandangan para ahli sungguh membantu umat untuk semakin memahami tentang katekese dan mampu menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan sehari-hari.

Dalam bab III ini, penulis membahas tentang penelitian pelaksanaan katekese untuk meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Penulis memulai dengan memberikan gambaran umum pembinaan iman umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua yang terdiri dari letak geografis lingkungan, jumlah umat dan keadaan umat, kegiatan pembinaan iman serta masalah-masalah yang dihadapi oleh umat.

A.Gambaran Situasi Pembinaan Iman Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

1. Letak Geografis Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Paroki Santa Sesilia Kotafoun terletak di desa Naisau, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Belu. Batas-batas paroki kotafoun yaitu sebagai berikut:

- Sebelah Utara Paroki Santo Nikolaus Biudukfoho

(52)

- Sebelah Barat Paroki Santa Maria penyelenggara segala rahmat Kiupukan - Sebelah Timur Paroki Salib Suci Wehae

- Sebelah Selatan Paroki St. Yohanes Rasul Rafau

Paroki Santa Sesilia Kotafoun terdiri dari 4 wilayah/stasi yaitu wilayah Asmanulea berada di Kecamatan Sasitamean, wilayah Naitnenas berada di Kecamatan Sasitamean, wilayah Naisau berada di Kecamatan Sasitamean dan wilayah Biudukfoho berada di Kecamatan Sasitamean. Paroki Santa Sesilia Kotafoun terbagi atas 7 lingkungan antara lain adalah: Lingkungan Santo Longinus Naisau A & B, Yosef, Yohanes, Petrus, Paulus dan Yeremia.

(53)

air tetap menjadi persoalan yang utama, baik untuk kebutuhan rumah sehari-hari maupun untuk kebutuhan bercocok tanam.

Seperti daerah-daerah lain, umat Paroki Santa Sesilia Kotafoun mengikuti pola tanaman pangan dengan menyesuaikan siklus musim. Di saat musim penghujan, mereka dapat menanam jagung singkong dan tanaman palawija (kacang, dan lain-lain). Memang, di tengah kondisi pertanian yang diombang-ambingkan harga serta pupuk dewasa ini hasil olah pertanian tidak memberikan keuntungan ekonomis yang dapat diandalkan. Namun, tidak ada pilihan lain yang lebih menjanjikan di luar pertanian. Untuk mendukung peruntungan ekonomi mereka memelihara sapi dan kambing yang lebih dimaksud untuk deposito. Hewan peliharaan tersebut seringkali dimanfaatkan untuk kebutuhan yang mendesak seperti nikah, acara adat istiadat, dan lain-lain.

2. Jumlah Umat dan Keadaan Umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Berdasarkan data sensus anggota yang tercatat pada tahun 2013, Jumlah KK umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B ada 67 KK yang terdiri dari 350 jiwa. Jumlah umat seluruhnya antara lain anak-anak, remaja sampai dengan mereka yang sudah tua.

(54)

kedua adalah umat yang hidup sebagai pedagang dan wiraswasta. Mereka berdagang sayuran dan palawija namun lebih banyak yang bersifat musiman dan golongan berikutnya adalah sebagian kecil yang bekerja sebagai PNS, pensiunan, karyawan yang memiliki penghasilan tetap.

Lingkungan Santo Longinus Naisau B merupakan salah satu lingkungan yang letaknya di pedesaan sehingga bahasa yang digunakan dalam hidup sehari-hari adalah bahasa daerah atau bahasa setempat. Karena Lingkungan Santo Longinus Naisau B letaknya masih di pedesaan maka kerukunan, persaudaraan, kekeluargaan dan gotong royong masih kental atau masih mewarnai pola hidup umat. Mereka saling terbuka, saling membangun relasi yang baik dan terlibat dalam kegiatan bersama tanpa memandang status atau golongan.

3. Gambaran Kegiatan Pembinaan Iman Umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Umat yang ada di Lingkungan Santo Longinus Naisau B mempunyai beberapa kegiatan yang digunakan sebagai wadah untuk memperkembangkan iman mereka. Kegiatan pembinaan iman yang ada di Lingkungan Santo Longinus Naisau B antara lain seperti rosario, doa bersama, ibadat sabda, ziarah, kegiatan koor, devoso-devosi dan ekaristi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh umat lingkungan Santo Longinus Naisau B ini ada beberapa yang memang menjadi kegiatan rutin, namun ada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan atau diikuti pada saat acara tertentu baik di paroki sendiri maupun di paroki lain.

(55)

adalah kegiatan yang waktu pelaksanaannya tidak pasti atau tidak terjadwal. Kegiatan tidak rutin misalnya ibadat sabda, dan kegiatan koor. Terkait dengan peribadatan, di tingkat lingkungan yang diadakan rata-rata satu bulan sekali sebagian besar digunakan untuk ibadat sabda yang diikuti oleh orang tua sedangkan para remaja biasanya jarang mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan karena mereka masih mengenyam pendidikan di kota.

Pada mulanya umat bersemangat mengikuti kegiatan yang ada untuk mengembangkan iman mereka, namun akhir-akhir ini semangat mereka menurun dengan berbagai alasan dan tantangannya. Terkadang kegiatan yang ada terlaksana tetapi umat yang hadir pun hanya orang-orang tertentu yang biasanya mengikuti kegiatan pembinaan iman. Umat menjadi kurang bersemangat mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan karena banyak faktor yang menjadi kendala dalam hidup mereka antara lain cuaca yang tidak mendukung (musim hujan), kurangnya biaya untuk kebutuhan pokok sehari-hari, biaya untuk menyekolahkan anaknya, terjadi permusuhan antar saudara, keluarga yang kurang harmonis, kurangnya pengetahuan dan pemahaman umat tentang iman dan masih banyak yang belum disebutkan.

(56)

lingkungan maupun paroki sangat penting untuk mengembangkan iman mereka sehingga imannya semakin hidup, semakin sabar, kuat dalam menghadapi segala macam persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

Semua kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti memang diharapkan membawa perkembangan bagi mereka. Terutama kegiatan yang diikuti di lingkungan lain diharapkan juga bisa memberi inspirasi dan semangat untuk mereka supaya mau mengembangkan lingkungan sendiri.

4. Persoalan-persoalan yang Dihadapi oleh Umat Lingkungan Santo Longinus Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua

Keadaan umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B cukup baik, tetapi di lingkungan ini masih ada persoalan dan keprihatinan yang dialami umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Persoalan yang dialami umat tidak hanya berkaitan dengan hal-hal religius saja melainkan dalam bidang ekonomi, sosial dan pendidikan.

Persoalan pokok dalam hal religius yaitu umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B kurang menghayati iman mereka karena kurangnya komunikasi iman. Hal ini juga menjadi sulit bagi umat untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang sudah mereka hayati, seperti persaudaraan, kepedulian, gotong royong yang bisa diinterpretasikan dengan nilai-nilai Injil. Artinya, mereka menghayati tetapi tidak mengetahui makna yang secara mendalam.

(57)

kebutuhan sehari-hari kurang mencukupi. Bahkan ada keluarga yang tidak mampu menyekolahkan anaknya karena tidak ada penghasilan yang tetap. Selain itu, komunikasi dalam keluarga sering mengalami kemacetan karena tidak ada keterbukaan dalam keluarga. Hal lain yang menyebabkan kemacetan komunikasi dalam keluarga karena hubungan bapak-ibu, orang tua-anak kurang harmonis misalnya sering terjadi pertengkaran yang menyebabkan relasi antar anggota keluarga kurang baik, tidak merasa nyaman berada di dalam keluargannya. Komunikasi antar semua anggota keluarga merupakan faktor pendukung perkembangan iman yang tak tergantikan karena melalui komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan tercipta suasana kekeluargaan yang hidup, damai dan tentram sehingga mereka saling mendukung, memberi semangat antar satu dengan yang lain serta saling mengembangkan iman mereka. Iman yang dihayati dalam hidup sehari-hari dapat diteguhkan, diperdalam melalui komunikasi satu sama lain (Albertine, 1983 : 25).

Selain persoalan religious dan ekonomi, ada juga persoalan dalam bidang pendidikan misalnya umat Lingkugan SantoLonginus Naisau B pada umumnya hanya berpendidikan Sekolah Dasar bahkan ada yang tidak sekolah sehingga pola pikir atau pengetahuan mereka kurang luas dan berkembang.

(58)

B.Penelitian tentang Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.

1. Latar Belakang Penelitian

Semua warga Gereja memiliki kerinduan supaya imannya terus berkembang dalam kehidupannya. Berbagai macam kegiatan pembinaan iman yang ada di Lingkungan Santo Longinus Naisau B bisa digunakan sebagai wadah untuk mengembangkan dan meningkatkan penghayatan iman umat. Perkembangan iman umat dan kehidupan lingkungan diwujudkan melalui kegiatan inti yang ada di lingkungan maupun paroki setempat. Kegiatan inti inilah yang menggambarkan kehidupan umat. Kegiatan inti tersebut meliputi empat bidang utama yaitu membangun umat yang berupa comunity gerejawi

(koinonia), mengembangkan pewartaan-kesaksian iman (kerygma),

mengembangkan perayaan iman (liturgia) dan mengembangkan pelayanan (diakonia).

(59)

Kotafoun. Hal ini merupakan wujud keterlibatan umat dalam mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan maupun di paroki. Dengan mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan diharapkan dapat membantu umat untuk mengembangkan, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada mulanya umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B terlihat aktif dan bersemangat mengikuti kegiatan pembinaan iman yang ada. Hal ini nampak dari keterlibatan umat dalam mengikuti kegiatan di atas. Namun, akhir-akhir ini semangat mereka menurun karena berbagai faktor yang menghambat perkembangan keterlibatan umat dalam mengikuti kegiatan yang ada. Faktor yang mempengaruhi umat kurang berkembang misalnya kurangnya biaya untuk kebutuhan sehari-hari, kurangnya komunikasi yang baik dalam keluarga karena anggota keluarganya tidak harmonis, cuaca yang kurang mendukung, pendamping juga kurang mengetahui metode yang menarik minat umat.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti proses pelaksanaan katekese yang terdiri dari beberapa komponen yaitu tujuan katekese, tema, metode, pendamping, pelaku, dan suasana katekese yang dialami dan dijalani selama ini. Komponen selanjutnya ialah sejauhmana partisipasi umat selama mengikuti pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B.

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

(60)

b.Mengetahui sejauhmana tanggapan umat atau partisipasi umat dalam mengikuti pelaksanaan katekese di lingkungan.

3. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu memahami fenomena yang dialami oleh subyek dan itu dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang ada (Moleong, 2009: 5). Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan orang yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif metode yang bisa dimanfaatkan adalah pengamatan, wawancara, dan pengumpulan data.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2015. Penulis melakukan penelitian di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun dengan beberapa alasan.

a. Lingkungan Santo Longinus Naisau B merupakan lingkungan asal peneliti, dan peneliti memiliki keprihatinan terhadap pelaksanaan katekese di lingkungan tersebut.

(61)

c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan lingkungan khususnya untuk peningkatan pelaksanaan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B.

5. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Pengambilan sampelnya dilakukan dengan tehnik purposive sample. Purposive sample yaitu cara menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Suharsimi Arikunto, 1997: 15). Dari keseluruhan umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B yang berjumlah 350 jiwa, penulis menentukan 50 orang sebagai responden penelitian dengan memilih 40 orang untuk kuesioner dan 10 orang untuk wawancara.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1997: 128-129). Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Suharsimi Arikunto, 1997: 128-129).

Gambar

Tabel 2 Identitas Responden
Gambaran Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B.
Tabel 4 Tanggapan Umat
Tabel 4 pada item no 16 menunjukkan bahwa ada 27 orang (67,5%)

Referensi

Dokumen terkait

Doa dalam keluarga dilaksanakan ketika bulan Novena atau bulan Rosario saja, dan dalam kehidupan sehari-hari keluarga-keluarga kristiani umat Lingkungan Santa Maria Stasi

Allah, sebagai Bapa, telah menunjukkan kepada kita sikap-sikap yang harus dilakukan oleh orang tua untuk membangkitkan semangat hidup menggereja anak- anak, di mana kita dapat

Dalam keluarga Katolik, orang tua sejak melangsungkan perkawinan melalui penerimaan Sakramen Perkawinan telah mengucapkan janji setia untuk mengarungi hidup keluarga. Salah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan adorasi Ekaristi sebagai usaha untuk meningkatkan spiritualitas umat dalam hidup menggereja di paroki administratif Santo