Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DESAIN DIDAKTIS MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS
DAN MENINGKATKAN SIKAP MATEMATIS SISWA SMP SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memeroleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
DJAKA FIRMANSYAH ROBBIANA
0807549
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DESAIN DIDAKTIS MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK
MENGATASI LEARNING OBSTACLE POKOK BAHASAN
TEOREMA PYTHAGORAS DAN MENINGKATKAN SIKAP
MATEMATIS SISWA SMP
Oleh
Djaka Firmansyah Robbiana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk Memenuhi Salah satu syarat Memeroleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
© Djaka Firmansyah Robbiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
ABSTRAK
Pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya menggunakan model konvensional dengan kegiatan guru mengungkapkan rumus-rumus dan dalil-dalil matematika terlebih dahulu, kemudian siswa berlatih soal-soal rutin yang disediakan. Ketika siswa dihadapkan pada soal-soal non-rutin kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal atau permasalahan atau dapat disebut sebagai learning obstacle (hambatan belajar). Sebagai antisipasi agar learning obstacle yang sama tidak terulang kembali, maka dibuatlah suatu desain didaktis yang dilengkapi dengan prediksi respon siswa. Desain didaktis awal diujicobakan untuk kemudian mendapatkan perbaikan demi penyempurnaan desain didaktis selanjutnya. Langkah-langkah tersebut dirumuskan secara formal kedalam suatu aktivitas penelitian yang disebut Penelitian Desain Didaktis atau didactical dasign research (DDR). Penelitian ini difokuskan pada pokok bahasan teorema Pythagoras. Subjek penelitian meliputi siswa kelas VIII SMP untuk uji desain didaktis. Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi yaitu gabungan dari observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh desain didaktis yang dilengkapi dengan prediksi respon, dengan menjadikan learning obstacle sebelumnya dan re-personalisasi dari sejarah teorema Pythagoras sebagai acuan dalam pembuatannya. Analisis respon siswa selama implementasi desain didaktis dapat dijadikan sebagai landasan untuk pengkajian lebih mendalam selanjutnya. Untuk respon yang lebih beragam dan pengkajian lebih mendalam maka desain didaktis yang telah dibuat disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya secara lebih menyeluruh dari berbagai tingkat kemampuan.
iii
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRACT
Generally, the method of learning mathematics in Indonesia still uses conventional methods where the teacher explain the formula first, before letting the students do the tasks. The students, then, may find some difficulties in doing the tasks, or can we called the learning obstacle. As anticipation for the incoming learning obstacle, a didactical design was made along with the students’ response prediction. The first didactical design was tried as a sample, before completed in the next design. Those didactical design steps were formally formulated into a research called didactical design research (DDR). This research was focused on pythagoras theory subject. The subject of the research was the second year students of middle school for trying didactical design. The research method used was qualitative research method, with triangulation method, a method consist of documentation and observation, to collect the data. Based on this research, a didactical design that provided with the students response prediction was obtained, with the previous learning obstacle and re-personalization of the history of Pythagoras theory as the basics. The students’ response analysis during the didactical design implementation can be made as a basic for the next research. For the next research, and for the more vary response, it is suggested that the finished didactical design should get into another full research based on various ability level.
DAFTAR ISI
D.Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Learning Obstacle terkait pokok bahasan teorema Pythagoras ... 10
B.Metode Pembelajaran yang Digunakan ... 10
C.Teori-Teori Belajar yang Digunakan ... 13
1. Teori Van Hiele ... 13
2. Teori APOS ... 15
3. Teori Jean Piaget... 18
4. Teori Bruner... 19
5. Teori Vygotsky ... 20
D.Intergrasi learning obstacle, model pembelajaran, dan teori-teori pembelajaran dalam sebuah desain didaktis ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 24
B.Subjek Penelitian ... 26
C.Instrumen Penelitian ... 26
D.Teknik Pengumpulan Data ... 27
viii
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Pendahuluan ... 30 B.Bagaimana teorema Pythagoras ditinjau dari perspektif sejarah? ... 30 C.Bagaimana desain didaktis tentang pokok bahasan teorema Pythagoras? ... 32 D.Bagaimana implementasi desain didaktis, khususnya ditinjau dari respon siswa
yang muncul? ... 50 E. Sejauh manakah desain didaktis dapat mengatasi learning obstacle yang
muncul sebelumya ... 69 F. Bagaimanakah pengaruh desain didaktis terhadap perubahan sikap siswa SMP
dalam memandang matematika ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan... 78 B.Saran... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Lesson Desain 1 ... 35
Tabel 4. 2 Prediksi respon siswa dan bantuan guru 1 ... 36
Tabel 4.3 Lesson Desain 2 ... 37
Tabel 4. 4 Prediksi respon siswa dan bantuan guru 2 ... 39
Tabel 4.5 Lesson Desain 3 ... 40
Tabel 4. 6 Prediksi respon siswa dan bantuan guru 3 ... 41
Tabel 4.7 Lesson Desain 4 ... 42
Tabel 4. 8 Prediksi respon siswa dan bantuan guru 4 ... 43
Tabel 4.9 Lesson Desain 5 ... 44
Tabel 4. 10 Prediksi respon siswa dan bantuan guru 5 ... 45
Tabel 4.11 Lesson Desain 6 ... 46
Tabel 4. 12 Prediksi respon siswa dan bantuan guru 6 ... 47
Tabel 4.13 Lesson Desain 7 ... 48
Tabel 4. 14 Prediksi respon siswa dan bantuan guru 7 ... 49
Tabel 4. 15 Respon siswa yang muncul dan bantuan guru 1 ... 51
Tabel 4. 16 Respon siswa yang muncul dan bantuan guru 2 ... 54
Tabel 4. 17 Respon siswa yang muncul dan bantuan guru 3 ... 55
Tabel 4. 18 Respon siswa yang muncul dan bantuan guru 6 ... 58
x
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4. 20 Desain didaktis revisi ... 60
Tabel 4.21. Penyelesaian kesulitan yang muncul saat siswa mengerjakan soal
nomor 1 ... 70
Tabel 4.22. Penyelesaian kesulitan yang muncul saat siswa mengerjakan soal
nomor 2 ... 71
Tabel 4.23. Penyelesaian kesulitan yang muncul saat siswa mengerjakan soal
nomor 3 ... 73
Tabel 4.24. Penyelesaian kesulitan yang muncul saat siswa mengerjakan soal
nomor 4 ... 74
Tabel 4.25. Penyelesaian kesulitan yang muncul saat siswa mengerjakan soal
nomor 5 ... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Soal Instrumen... 5
Gambar 4. 1 skema pembentukan desain didaktis ... 32
xii
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Instrumen Penelitian ... 83
Lampiran A. 1 Instrumen Tes Learning Obstacles ... 84
Lampiran A. 2 Desain Didaktis Awal ... 85
Lampiran A. 3 Desain Didaktis Revisi ... 97
Lampiran A. 4 Angket Skala Sikap Siswa ... 115
Lampiran B Contoh Hasil Uji Instrumen ... 118
Lampiran B. 1 Hasil Kegiatan Siswa ... 119
Lampiran B. 2 Dokumentasi ... 123
Lampiran C Surat Penelitian ... 124
Lampiran C. 1 Surat Izin Penelitian ... 125
Lampiran C. 2 Surat Keterangan dari Sekolah... 126
Lampiran D Riwayat Hidup ... 127
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran matermatika yang dilakukan di Indonesia kira-kira seperti yang
diungkapkan oleh De Lange (dalam Turmudi,2010) bahwa pembelajaran
matematika seringkali ditafsirkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan guru, ia
mengenalkan subjek, memberi satu atau dua contoh, lalu ia menanyakan satu atau
dua pertanyaan, dan pada umumnya meminta siswa yang biasanya mendengarkan
secara pasif untuk menjadi aktif dengan memulai mengerjakan latihan yang
diambil dari buku. Kemudian pembelajaran berakhir dan tersusun secara rapi.
Selanjutnya aktivitas serupa dilakukan untuk pertemuan-pertemuan berikutnya.
Aktivitas yang menjadi rutinitas dimana guru menerangkan materi dan murid
menerima materi.
Senada dengan itu Djojonegoro (dalam Turmudi,2010) mengungkapkan
bahwa “ kebanyakan sekolah dan guru-guru di Indonesia memperlakukan siswa
bagaikan suatu wadah yang siap diisi pengetahuan”.” Sekolah dan guru umumnya
terfokus pada perolehan jawaban siswa yang benar dalam mengembangkan proses
dan menurunkan jawaban”. Aktivitas pembelajaran matematika tersebut masih
tergolong kepada pembelajaran konvensional seperti yang dikemukakan oleh
Silver (dalam Turmudi,2010) bahwa umumnya pada pembelajaran matematika,
siswa menonton bagaimana gurunya mendemonstrasikan penyelesaian soal-soal
2
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Senada dengan itu Senk dan Thompson (dalam Turmudi,2010) bahwa dalam kelas
tradisional, umumnya guru-guru menjelaskan pembelajaran matematika dengan
mengungkapkan rumus-rumus dan dalil-dalil matematika terlebih dahulu, baru
siswa berlatih soal-soal yang disediakan.
Seharusnya ketika proses pembelajaran matematika berlangsung harus bisa
mengkaitkan hubungan antara guru, materi, dan siswa seperti yang diutarakan
oleh Suryadi (2010) bahwa Pembelajaran matematika pada dasarnya berkaitan
dengan tiga hal yaitu guru, siswa dan matematika, antara ketiga aspek tersebut
memiliki keterkaitan satu sama lain yang mempengaruhi jalannya suatu
pembelajaran. Maka hubungan guru – murid, murid – materi, dan guru – materi
harus lebih diperhatikan sehingga ketika pembelajaran berlangsung bisa lebih baik
lagi. Suatu materi mengenai konsep tertentu pun bisa disampaikan secara lugas.
Menurut Bruner (dalam Sya’ban, 2010) cara belajar yang paling baik bagi
siswa untuk memahami suatu konsep, dalil, atau prinsip dalam matematika adalah
dengan melakukan sendiri penyusunan representasi dari konsep, prinsip, atau dalil
tersebut. Proses membangun pemahaman inilah yang lebih penting dari pada hasil
belajar, sebab pemahaman terhadap materi yang dipelajari akan lebih bermakna
apabila dilakukan sendiri.
Proses pembangunan pemahaman ini bisa dengan memberikan permasalahan
yang terkait dengan konsep, prinsip, atau dalil apa yang akan disampaikan
selanjutnya. sebuah penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima
tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai memperoleh
3
merupakan tahapan dimana siswa menyusun pemahaman yang dimilikinya,
sehingga ketika suatu kesimpulan terkait konsep, prinsip, atau dalil tertentu siswa
bisa lebih memahaminya. Proses pembelajaran dengan memberikan masalah di
awal pembelajarannya ini dikenal dengan model pembelajaran problem solving,
seperti yang diutarakan oleh Krishna (2012) “Model Pembelajaran Problem
Solving atau Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama”.
Model pembelajaran problem solving ini khususnya pada pelajaran
matematika telah berhasil diaplikasikan di Jepang. menurut Shimizu (2009)
seorang guru di Jepang khususnya di tingkat sekolah dasar sampai sekolah
menengah tingkat pertama, sering memulai sebuah materi pembelajaran dengan
memberikan beberapa masalah yang memiliki banyak solusi pada sebuah kelas.
Pemberian masalah ini berguna ketika sebuah konsep baru atau prosedur baru
akan dikenalkan pada siswa di awal pembelajaran. Ketika di pertengahan atau di
akhir pembelajaran guru kemudian memperlihatkan beberapa penyelesaian yang
diperoleh siswa pada saat pembelajaran.
Lain halnya dengan pembelajaran di Indonesia saat ini, seperti yang dikatakan
sebelumnya bahwa pada umunya masih bersifat penyampaian informasi tanpa
banyak melibatkan siswa untuk dapat membangun sendiri pemahamannya.
Kebiasaan siswa yang pasif dan lebih banyak meniru apa yang dituliskan gurunya
4
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang belum dicontohkan oleh gurunya. Kemungkinan besar siswa tidak bisa
menjawab permasalahan tersebut. Menurut Wadifah (2011) bahwa siswa
membentuk pemahaman mengenai suatu konsep berdasarkan pengalaman belajar
yang didapat, sedangkan pengalaman belajar tergantung dari seberapa banyak
informasi (matematika) yang diperolehnya. Jadi semakin banyak pengalaman
belajar yang didapat maka semakin banyak informasi-informasi yang diperoleh
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berbeda.
Sedangkan matematika sendiri menurut Harta (2011) merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang kaya akan konsep. Salah satu bagian penting dari kurikulum
matematika adalah geometri dan pengukuran. Menurut Bariyah (dalam Istiqamah ,
2012). Geometri adalah salah satu cabang dalam matematika yang mempelajari
tentang titik, garis,bidang dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya,
ukuran-ukurannya, dan hubungannya antara yang satu dengan yang lain. Konsep teorema
pythagoras merupakan salah satu konsep bidang geometri yang dipelajari pada
Matematika SMP.
Pada pembelajaran matematika yang berkaitan dengan konsep teorema
pythagoras, pada saat guru menjelaskan tentang teorema pyhtagoras pada suatu
segitiga, contoh yang diberikan pada siswa sangatlah terbatas dan tidak beragam.
Guru hanya memberikan bagaimana rumus yang berlaku pada teorema pythagoras
dan contoh penggunaannya secara terbatas. Sehingga ini tidak cukup untuk
memberikan pengalaman belajar yang banyak pada siswa. akibatnya secara
alamiah siswa mengalami situasi yang disebut kesulitan belajar (learning
5
penyebab munculnya kesulitan belajar, yaitu hambatan ontogeni (terkait kesiapan
mental belajar), hambatan didaktis (terkait pengajaran guru) dan hambatan
epistimologis (terkait pengetahuan siswa yang memiliki konteks aplikasi yang
terbatas).
Dari ketiga kesulitan belajar, atau hambatan belajar yang diutarakan di atas
yang mempengaruhi pada desain pembelajaran secara langsung adalah hambatan
epistimologis. hambatan epistimologis berkaitan langsung dengan pengetahuan
siswa yang memiliki keterbatasan penguasaan suatu konsep tertentu, khususnya
teorema Pythagoras. Sehingga ketika dihadapkan pada persoalan yang bervariatif,
siswa yang belum memiliki pengalaman belajar yang cukup akan merasa
kesulitan. Seperti ketika siswa dihadapkan pada soal seperti di bawah ini.
Soal uji instrumen learning obstacle pada konsep teorema pythagoras
(Robbiana, 2011)
Diketahui persegi panjang ABCD dan setengah lingkaran dengan diameter AB, jika panjang AD = 5cm, dan DE = 1cm , maka panjang jari-jari lingkaran tersebut adalah?
Dalam uji soal di atas yang dilakukan oleh Robbiana (2011) diperoleh bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep teorema pythagoras
pada permasalahan yang memerlukan konstruksi terlebih dahulu. Learning
obstacle yang lain adalah kesulitan siswa jika dihadapkan pada permasalahan
yang pada perumusan teorema pythagorasnya melibatkan variabel dalam
perhitungannya. Dari learning obstacle yang ada ini, sehingga diperlukan adanya D
A
C
6
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
suatu proses perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai rancangan
pembelajaran (desain didaktis). Desain didaktis ini merupakan langkah awal yang
dibuat oleh guru sebelum adanya pembelajaran untuk mengatasi hambatan belajar
yang muncul pada proses pembelajaran. Dengan desain didaktis ini diharapkan
mampu mengarahkan siswa pada pembentukan pemahaman yang utuh dan
mengurangi learning obstacle yang telah ada sebelumnya serta dapat
meningkatkan kemampuan sikap dalam memandang matematika atau yang
dikenal dengan disposisis matematis siswa.
Menurut Kilpatrick (2001;116) Ada lima kemampuan matematika yang harus
dimiliki agar memperoleh kesuksesan dalam pembelajaran matematika. kelima
kemampuan tersebut adalah :
1. Conceptual Understanding
Pemahaman mengenai konsep, operasi dan relasi pada matematika
2. Procedural Fluency
Keterampilan dalam melaksanakan prosedur secara fleksibel, akurat,
efisien dan tepat.
3. Strategic Competence
kemampuan untuk merumuskan, mewakili, dan memecahkan matematika
masalah
4. Adaptive Reasoning
kemampuan berpikir logis, refleksi, penjelasan,dan pembenaran.
7
Kebiasaan untuk cenderung melihat matematika sebagai hal yang masuk
akal, berguna, dan bermanfaat, disertai dengan kepercayaan,
ketekunan,dan keberhasilan sendiri.
Berdasarkan Latarbelakang tersebut peneliti kemudian melakukan penelitian mengenai “Desain Didaktis Model Problem Solving untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorema Pythagoras dan Meningkatkan Sikap
Matematis Siswa Smp”
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana teorema pythagoras ditinjau dari perspektif sejarah?
2. Bagaimana desain didaktis tentang pokok bahasan teorema pythagoras
berdasarkan perspektif sejarahnya untuk meningkatkan kompetensi
matematis sesuai dengan karakteristik siswa SMP kelas VIII dan mengatasi
learning obstacle yang ada?
3. Bagaimanakah respon siswa yang muncul saat desain didaktis
diimplementasikan?
4. Sejauh manakah desain didaktis dapat mengatasi learning obstacle yang
muncul sebelumnya?
5. Bagaimanakah pengaruh desain didaktis terhadap perubahan sikap siswa
8
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah pada penelitian ini adalah
1. Learning Obstacle yang dikaji dalam karya tulis ini berupa Epistemological
Obstacle (hambatan epistimologis).
2. Model Problem Solving yang digunakan adalah model pembelajaran problem
solving yang dilakukan di Jepang.
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui teorema pythagoras ditinjau dari perspektif sejarah.
2. Mengetahui desain didaktis tentang pokok bahasan teorema pythagoras
berdasarkan perspektif sejarahnya untuk meningkatkan kompetensi
matematis sesuai dengan karakteristik siswa SMP kelas VIII dan mengatasi
learning obstacle yang ada.
3. Mengetahui respon siswa yang muncul saat desain didaktis
diimplementasikan.
4. Mengetahui sejauh manakah desain didaktis dapat mengatasi learning
obstacle yang muncul sebelumnya.
5. Mengetahui pengaruh desain didaktis pada perubahan sikap siswa SMP
9
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, mengetahui sejarah dari teorema pythagoras, hubungan teorema
pythagoras dengan konsep matematika lainnya, aplikasi dari teorema
pythagoras dalam kehidupan sehari-hari, dan desain didaktis bahan ajar
pokok bahasan teorema pythagoras serta implementasinya.
2. Bagi guru matematika, diharapkan dapat menciptakan pembelajaran
matematika berdasarkan karakteristik siswa melalui penelitian desain
didaktis serta dapat menerapkan dan memilih metode pembelajaran yang
tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika secara
optimal.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih memahami konsep teorema pythagoras
dalam pembelajaran matematika tanpa adanya kesalahan konsep yang akan
berakibat pada pembelajaran matematika berikutnya.
F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Learning obstacles merupakan hambatan yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Dalam tulisan ini, learning obstacles yang dikaji hanya yang
bersifat epistimologis.
2. Hambatan epistimologis merupakan hambatan yang berkaitan dengan
10
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Desain didaktis merupakan rancangan tentang sajian bahan ajar yang
memperhatikan prediksi respon siswa. Desain didaktis dikembangkan
berdasarkan sifat konsep, urutan materi, dan model pembelajaran yang akan
disajikan dengan mempertimbangkan learning obstacles yang telah
diidentifikasi dan hasil repersonalisasi pokok bahasan. Sehingga desain
didaktis yang dirancang tersebut bisa mengurangi munculnya learning
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui studi
literatur dan studi lapangan (Dwiyanto, 2001). Studi literatur dilaksanakan dengan
cara mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan dan artikel. Sedangkan untuk
studi lapangan, penulis akan bersentuhan langsung dengan situasi lapangan yang
bersifat alamiah, yaitu dengan mengamati (observasi), wawancara mendalam (bila
diperlukan), diskusi kelompok dan terlibat langsung dalam penilaian.
Kemudian fokus dari penelitian ini adalah untuk merumuskan atau menyusun
suatu desain didaktis yang didasarkan pada hambatan proses pembelajaran yang
sebelumnya telah berlangsung, khususnya konsep teorema pythagoras. Untuk itu,
peneliti menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini, dikarenakan dapat lebih
rinci untuk menjelaskan fenomena yang lebih kompleks dan sulit diungkapkan
dengan menggunakan metode kuantitatif. Sehingga pemilihan metode ini diharapkan
dapat memberikan kesimpulan yang sesuai.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
25
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Mengkaji urutan penyampaian (peta konsep) untuk mempelajari pokok bahasan
teorema pythagoras.
3. Mengkaji kompetensi matematis yang akan ditingkatkan.
4. Membuat instrumen evaluasi dari kompetensi matematis yang akan ditingkatkan
5. Membuat desain didaktis awal dengan mempertimbangkan learning obstacle yang
muncul, dan hasil repersonalisasi dari pengkajian sejarah dari teorema Pythagoras.
6. Membuat prediksi respon siswa yang muncul dalam pembelajaran.
7. Menggunakan desain didaktis tersebut pada dua kelas dengan tingkat kemampuan
berbeda untuk mendapatkan variasi respon siwa.
8. Menganalisis hasil pengujian desain didaktis awal berdasarkan respon siswa.
9. Melakukan uji learning obstacles pada dua kelas yang telah mendapatkan
pengajaran dengan desain didaktis awal, dan satu kelas yang tidak mendapatkan
pengajaran dengan mengguankan desain didaktis.
10.Menganalisis hasi uji learning obstacles tersebut.
11.Menganalisis hasil implementasi desain didaktis awal dalam mengatasi learning
obstacle yang muncul dan peningkatan yang terjadi pada kemampuan matematis
siswa.
12.Menyusun desain didaktis revisi yang merupakan hasil perbaikan dari desain
didaktis awal setelah mengetahui hasil implementasi desain didaktis awal.
13.Menganalisis sejauh mana desain didaktis bisa mengatasi learning obstacle yang
26
14.Menganalisis hasil peningkatan evaluasi disposisi matematis.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian, yaitu siswa SMP dengan melaksanakan tes terhadap instrumen
penelitian yang telah didiskusikan dengan dosen pembimbing mengenai
keabsahannya. Peneliti ingin membuat bahan ajar (desain didaktis) konsep teorema
pythagoras adalah khusus untuk siswa SMP kelas VIII. Oleh karena itu, peneliti
mengujicobakan desain kepada siswa SMP kelas VIII semester genap yang
mendapatkan materi teorema pythagoras. Hal ini disesuaikan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas VIII yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pada Permendiknas no 22 tahun 2006.
C. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes dan
instrumen non tes. Untuk instrumen tes dibedakan menjadi dua yaitu instrumen yang
digunakan untuk mengidentifikasi learning obstacles dan instrumen yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan desain didaktis yang dibuat. Sedangkan untuk
instrumen non tes digunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Untuk instrumen tes diberikan lima soal yang telah diujikan pada saat
27
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dilakukan Robbiana (2011) sebelumya dengan tipe problem solving dan memiliki
ide-ide pengerjaan masing-masing.
Untuk instrument nontes atau evaluasi mengenai sikap matematis siswa diberikan
26 pertanyaan yang kemudian dinilai sesuai pendapat mereka. Siswa diberikan lima
buah opsi yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), B (biasa-biasa), TS (tidak setuju), STS
(sangat tidak setuju). Pertanyaan yang diberikan meliputi pernyataan positif dan
negated yang disusun secara acak. Pertanyaan nomor 1,4,dan 13 mengenai
kepercayaan diri atau kecemasan ketika belajar matematika dengan usaha yang tekun
dan ulet maka akan bisa menguasai. Pertanyaan nomor 2,7,10,19, dan 20 mengenai
memandang matematika sebagai sesuatu yang dapat dipahami tetapi tidak sebarang.
Pertanyaan nomor 6,15,21, dan 24 mengenai merasakan matematika sebagai sesuatu
yang bermanfaat. Pertanyaan nomor 3,5,8,9,11,12,14,16,18,22,23,25, dan 26
mengenai bertindak sebagai pebelajar dan pekerja matematika yang efektif
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
pengkajian buku-buku sumber, uji instrumen, wawancara, observasi. dokumentasi,
dan triangulasi. Kemudian untuk memudahkan dalam pelaksaannya diperlukan
penyusunan Pedoman pengkajian buku sumber, Pedoman analisis instrumen, dan
28
Dalam menganalisis data, pemeliti terlebih dahulu membuat acuan dan
mengumpulkan semua informasi untuk menemukan hubungan antar beberapa
kategori. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi dan menyajikan naratif.
E. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah berdasarkan Model Miles
dan Huberman (dalam Hendra 2011) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
Aktivitas dalam analisis data adalah data reduction (mengorganisir data), data
display (membuat uraian terperinci), dan conclusion drawing/verification (melakukan
interpretasi dan kesimpulan atau pola). Penentuan teknik ini mempertimbangkan
kesesuaiannya dengan desain penelitian yang telah dirancang sehingga dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan secara sistematis.
Kemudian untuk teknik menganalisis sejauh manakah desain didaktis dapat
mengatasi learning obstacle yang muncul sebelumnya. Menggunakan tabel ceklis
untuk membandingkan sejauh mana desain didaktis mengatasi learning obstacle yang
muncul sebelumnya dengan perbandingan dari kelas lain yang menggunakan desain
pembelajaran biasa.
Untuk teknik analisis dari disposisi Matematis Penafsiran hasil angket yang
29
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Suherman (1990) proses pemberian skor yang paling sering dipakai dalam
mentransfer skala kualitatif kedalam skala kuantitatif adalah:
1. Untuk pernyataan positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, B diberi skor
3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1.
2. Untuk pernyataan negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, B diberi skor
3, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.
Setelah angket terkumpul dan selesai diolah maka responden dapat digolongkan
kedalam kelompok yang memiliki sikap positif atau negatif. Pengelompokkan dapat
ditafsirkan berdasarkan skor total dari setiap pernyataan yang dinilai responden.
Suherman (1990: 237) mengemukakan jika skor total responden lebih besar daripada
jumlah skor netral maka responden tersebut memiliki sikap positif. Sebaliknya jika
skor total responden kurang dari jumlah skor netral maka responden memiliki sikap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Teorema Pythagoras ditinjau dari perspektif sejarah menghasilkan bahwa
teorema ini telah ada dan digunakan di beberapa wilayah. Walaupun kebenaran
dari teori ini belum dibuktikan secara matematis. Barulah pada tahun 540SM
Pythagoras membuktikan kebenaran teorema ini secara matematis pertama
kali.
2. Desain didaktis awal pokok bahasan teorema Pythagoras ini disusun
berdasarkan learning obstacle yang muncul dari penelitian sebelumnya dan
diperkuat dengan hasil re-personalisasi dari sejarah teorema Pythagoras serta
teori-teori pembelajaran yang relevan. Bentuk sajian desain didaktis awal yang
telah disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas VIII SMP disusun menjadi
tujuh pertemuan, yaitu:
a. Pertemuan pertama, mengenai kesamaan segitiga
b. Pertemuan kedua, mengenai jenis-jenis segitiga
c. Pertemuan ketiga, mengenai teorema Pythagoras dan bukti dari
79
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Pertemuan keempat, mengenai latihan soal-soal teorema Pythagoras
untuk melatih pemahaman siswa.
e. Pertemuan kelima, mengenai latihan soal-soal teorema Pythagoras
untuk melatih siswa dalam mengerjakan soal-soal non-rutin
f. Pertemuan keenam, mengenai teorema pythagoras pada segitiga
istimewa
g. Pertemuan ketujuh, mengenai kebalikan teorema Pythagoras dan tripel
Pythagoras.
3. Pada implementasai desain didaktis desain didaktis awal, sebagian besar
respon siswa sesuai dengan prediksi yang sebelumnya telah diperkirakan.
Hanya saja terdapat beberapa kendala seperti waktu pembelajaran yang
terbatas.
4. Desain didaktis cukup mengatasi learning obstacle yang sebelumnya ada.
5. Sikap matematis siswa yang menggunakan desain didaktis mempunyai
pandangan terhadap matematika lebih bagus dibanding siswa yang
menggunakan desain pembelajaran yang lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh penulis
memberikan beberapa saran terkait pembelajaran desain didaktis pada pokok
80
1. Desain didaktis yang telah disusun dalam penelitian ini dapat dijadikan suatu
alternatif desain pembelajaran yang dapat digunakan pada kegiatan
pembelajaran.
2. Dalam implementasi desain didaktis disarankan kepada guru untuk lebih
memperhatikan respon siswa yang muncul sehingga pemberian bantuan pada
siswa lebih terarah.
3. Penelitian ini disarankan dapat terus dikembangkan dengan perbaikan
instrumen penelitian. Sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik
81
Djaka Firmansyah Robbia, 2013
Desain Didaktis Model Problem Solving Untuk Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Teorama Pytagioras Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kompetensi Matematis Siwa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto. (2001). Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press.
Harta, Idris. (2011).Buku Pedoman Pembelajaran Geometri Pengukuran Berbasis Kegiatan. [Online]. Tersedia: http://idrisharta.blogspot.com/2011/04/buku-pedoman-pembelajaran-geometri.html . [15 September 2012]
Hendra, Ade. (2011). Desain Didaktis Bahan Ajar Problem Solving pada Konsep Luas Daerah Lingkaran. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Istiqamah, Dara Nurul. (2012). Desain Didaktis Konsep Perbandingan Segmen Garis pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Krishna. (2012). Model Pembelajaran Problem Solving. [Online]. Tersedia: http://dataserverku.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-problem-solving.html. [11 Februari 2013].
Robbiana, Djaka Firmansyah. (2011). “Learning Obstacle Terkait Kemampuan
Problem Solving Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras” . Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.
Shimizu, Yoshinori. (2009). “Japanese Approach to Teaching Mathematics via
Problem Solving”, dalam Mathematical Problem Solving. Singapura: World Scientific Publishing Co.Ple.Ptd.
Smith, David Eugene. (1925). “History Od Mathematics : Volume II Special Topics
Of Elementary Mathematics”.
Suherman. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:FPMIPA UPI.
82
Syaban, Mumun. (2010). Menumbuhkembangkan Daya Dan Disposisi Matematis Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran Investigasi. [Online]. Tersedia: http://madfirdaus.wordpress.com/2010/01/03/menumbuhkembangkan- daya-dan-disposisi-matematis-siswa-sma-melalui-model-pembelajaran-investigasi . [ 6 Februari 2013]
Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Pustakaraya.
Turmudi. (2010). “Pembelajaran Matematika: Kini dan Kecenderungan Masa
Mendatang”, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan
Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.