• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERKARYA SENI PATUNG MENGGUNAKAN PLASTISIN SMK KESEHATAN TERPADU BAHAGIA PRIMANEGARA KABUPATEN MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN BERKARYA SENI PATUNG MENGGUNAKAN PLASTISIN SMK KESEHATAN TERPADU BAHAGIA PRIMANEGARA KABUPATEN MAROS"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh KAMAL QARIM NIM 105 4100 38110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Jangan lihat siapa yang menyampaikan tetapi maknai apa yang telah disampaikan, maka pandai – pandailah menempatkan dimana harusnya

kita bersikap sportif dan propesional, agar lebih berasa berasa lebih.

Persembahan

Kupersembahkan karya ini buat:

Ayahanda dan Ibunda tercinta

Serta saudaraku dan sahabatku

Atas keikhlasan dan doanya

Dalam mendukung penulis mewujudkan

harapan menjadi kenyataan

(7)

vii

Plastisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr.Muh Rapi.,M. Pd.dan pembimbing II Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah Kemampuan Berkarya Seni Patung dengan Menggunakan Plastisin dan apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembuatan Patung dengan Menggunakan Plastisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendukung dalam kegiatan pembelajaran membuat Seni Patung dengan Menggunakan Plastisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros. Sasaran Penelitian ini adalah pendidik dan semua peserta didik SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros tahun ajaran 2015/2016 yang jumlahnya 25 orang. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, tes praktik, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif statistik. Hasil penelitian ini yaitu, pada umumnya siswa SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros, belum mampu membuat seni patung dengan menggunakan plastisin dikarenakan ialah, kurang menguasai teknik, dan apresiasi lingkungan lebih dalam, kurangnya waktu jam pelajaran, minimnya buku panduan seni. Faktor pendukung dalam pembelajaran seni patungdengan menggunakan plastisin adalah tingginya minat siswa, sudah adanya ruang seni, lingkungan Sekolah yang berada di Desa yang tenang sehingga membuat siswa rileks dalam pelajaran.

(8)

viii

Segala puji milik Allah SWT. Yang Maha Mengatur lagi Mahabijaksana, Yang Maha Penyayang lagi Maha dermawan, Tuhan Semesta Alam.Shalawat dan salam tetap terlantun bagi kekasih-Nya Muhammad SAW. Serta keluarga yang mulia, sahabatnya tercinta, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga skripsi, yang berjudul “Kemampuan Berkarya Seni Patung dengan Menggunakan Plastisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros” dapat diselesaikan dengan baik. Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua seiring sujud dan terimakasih, kepada kedua orang tau tercinta, almr. Ayahanda Drs. Arham Yusuf dan Ibunda tersayang Hartiah Rajib yang tidak pernah sedikitpun melewatkan hidupnya untuk mencurahkan pikiran, semangat, kasih sayang dan do’anya yang begitu tulus selama ini hingga selesainya studi. Serta yang sangat berjasa dalam kehidupan penulis yang tidak dapat diuraikan satu persatu dan senantiasa menyertai dengan do’a.

Sepenuhya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang tulus dan ikhlas memberi motivasi dalam pengerjaan skripsi dan tentunya, bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT. Sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi dengan baik Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Muhammad Thahir, S.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Muh Faisal S.Pd.,M.Pd Pembimbing I.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Keluarga besar SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Keluarga besar saya yang selama ini menyayangi, mendukung dan memotifasi saya untuk menjadi yang terbaik dan jadi kebanggaan keluarga.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Seni Rupa.

Segenap kemampuan, tenaga dan daya pikir telah tercurahkan dalam merampungkan penulisan ini untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun kesempurnaannya manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam tulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang sempat membacanya.

Wahai Rabb, terimalah segala usaha hamba Engkaulah Maha mendengar dan Maha mengetahui. Semoga Allah SWT. membalas dengan pahala yang belipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.

Makassar, Juni 2016

Penulis

(10)

x

Halaman

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

SURAT PERJANJIAN... v

SURAT PERNYATAAN... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

LAMPIRAN... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

(11)

xi

B. Kerangka Pikir... 18

BAB III METODE PENILITIAN A. Jenis dan lokasi Penilitian ... 19

B. Variabel dan Desain Penelitian... 21

C. Definisi Operasional Variabel... 22

D. Populasi dan sampel………... 23

E. Teknik Pengumpulan Data... 23

F. Teknik Analisis Data... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 27

B. Pembahasan... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 64

B. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Patung badut... ... 17

Gambar 2.2 Patung bunga matahari... 17

Gambar 2.3 ` Patung bunga mawar... 17

Gambar 3.I Denah Lokasi Penelitian... 20

Gambar 4.1 Persiapan alat dan bahan... ……… .. 29

Gambar 4.2 Proses berkarya seni patung plastisin...……… 30

Gambar 4.3 Proses berkarya seni patung plastisin... ……… 30

Gambar 4.4 Proses berkarya seni patung plastisin... ……… 34

Gambar 4.5 Proses berkarya seni patung plastisin... ……… 35

Gambar 4.6 Proses berkarya seni patung plastisin... ……… 36

Gambar 4.7 Proses berkarya seni patung plastisin... …….. .37

Gambar 4.8 Proses berkarya seni patung plastisin... …….. . 38

Gambar 4.9 Proses berkarya seni patung plastisin... ……… . 39

Gambar 4.10 Proses berkarya seni patung plastisin... ……… 40

Gambar 4.11 Proses berkarya seni patung plastisin ………...……… 41

Gambar 4.12 Proses berkarya seni patung plastisin ……… 42

Gambar 4.13 Proses berkarya seni patung plastisin ……… 43

Gambar 4.14 Proses berkarya seni patung plastisin ………...……… 44

Gambar 4.15 Proses berkarya seni patung plastisin ………...……… 45

Gambar 4.16 Proses berkarya seni patung plastisin ………..…….. 46

Gambar 4.17 Proses berkarya seni patung plastisin ………..…….. 47

Gambar 4.18 Proses berkarya seni patung plastisin ……….. 48

(13)

xiii

Gambar 4.21 Proses berkarya seni patung plastisin ………... 51

Gambar 4.22 Proses berkarya seni patung plastisin ……….... 52

Gambar 4.23 Proses berkarya seni patung plastisin ……… 53

Gambar 4.24 Proses berkarya seni patung plastisin ……… 54

Gambar 4.25 Proses berkarya seni patung plastisin ………... 55

Gambar 4.26 Proses berkarya seni patung plastisin ……… 56

Gambar 4.27 Proses berkarya seni patung plastisin ……….. 57

Gambar 4.28 Proses berkarya seni patung plastisin ……….. 58

(14)

xiv

Tabel Halaman

Tabel 2. 1 Kerangka piker……….. 18

Tabel 3. 1 Desain penelitian……….……….………….. 21

Tabel 3. 2 Kategori ketuntasan hasil belajar siswa……….……… 25

Tabel 4. 1 Validator……….………..…….. 31

Tabel 4. 2 Skor siswa……….……..59

Tabel 4. 3 Hasil tes akhir……….…… 60

(15)

xv 1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Format Wawancara

4. Dokumentasi Proses Pembelajaran

5. Dokumentasi peserta didik dalam aktifitas dasar mematung.

6. Dokumentasi peserta didik pada waktu berjalannya aktifitas dasar mematung 7. Dokumentasi peserta didik setelah menyelesaikan beberapa patung plastisin 8. Dokumentasi beberapa hasil karya peserta didik

9. Surat persetujuan judul.

10. Berita acara ujian proposal.

11. Keterangan perbaikan.

12. Kartu kontrol bimbingan.

13. Surat pengantar L P 3M.

14. Surat keterangan penelitian.

15. Riwayat Hidup

(16)

76

(17)

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salahsatu proses untuk meningkatkan harkat dan martabat. Bidang pendidikan dapat menjadi satu pemicu dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.Oleh karena itu Sekolah sebagai salahsatu lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan pada bidang pendidikan.

Keberhasilan suatu proses pendidikan sangat diperlukan adanya keharmonisan kerjasama antar komponen yang ada di dalamnya baik guru maupun siswa.

SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, selain lebih bergerak di bidang kesehatah juga takkan lepas dari yang namanya kesenian, karena seni itu sehat maka sehat itu adalah seni, jadi ilmu kesenian di bidanng Kesehatan adalah bagian dari satuan pendidikan yang berfungsi sebagai wadah untuk memberikan dan mengembangkan pengetahuan seni terhadap peserta didik. Karena itu Sekolah dengan segala kelengkapan harus mampu mengimbangi target pencapaian kemampuan belajar siswa, mampu menjawab apa kebutuhan dasar peserta didik agar pengetahuan keterampilan dan sikap dapat dicapai sebagai basis pengetahuan, pentingnya lingkungan belajar siswa di arahkan oleh guru dari dekat.

1

(18)

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki fungsi dan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan dalam berkarya dan berkreasi serta menghargai kerajinan tangan dan kesenian, sehingga siswa dapat belajar untuk mengasah bakat seninya masing- masing. Seni dan budaya juga merupakan salahsatu aspek yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Manusia berbicara, bertingkah laku, dan berekspresi, semuanya tidak lepas dari nilai seni dan budaya, sehingga seni dan budaya penting untuk diajarkan di Sekolah - Sekolah

Namun demikian hasil wawancara dengan salah seorang guru seni budaya SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, menunjukkan bahwa dalam hal pelajaran seni patung lebih cenderung memilih pemberian tugas kepada peserta didiknya dengan langsung membuat sebuah patung yang abstrak, tanpa memberikan apresiasi pemahaman dan pelatihan terlebih dahulu mengenai teknik mematung yang baik dan benar, sehingga siswa yang memiliki daya kreativitas rendah cenderung sulit untuk mengasah bakat dan kemampuannya.

Belajar mematung merupakan faktor penting dalam pembelajaran seni rupa.

Kemampuan dalam pembelajaran merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis mengajukan penelitian dengan judul “Kemampuan Berkarya Seni Patung dengan Menggunakan Platisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros”.

(19)

B. Rumusan Masalah.

\Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Proses Pembelajaran Seni Patung, dengan Bahan dasar plastisin, siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros?

2. Bagaimana kemampuan siswa dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin, siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin, siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin, siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

(20)

D. Manfaat Penelitian.

Melalui penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang dapat dipetik utamanya bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui proses pembelajaran seni patung, dengan bahan dasar plastisin,siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

2. Dapat mengetahui kemampuan siswa dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin,siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

3. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk mengaplikasikan bahan dasar platisin dengan baik, khususnya dalam berkarya seni patung, demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan serta mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran seni budaya.

4. Bagi Sekolah, penelitian ini akan memberikan sumbangan baik pada Sekolah dalam rangka perbaikan hasil dan kemampuan belajar siswa terkait dengan pembelajaran seni patung, dengan bahan dasar plastisin, siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

5. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar khususnya dalam kegiatan pembelajaran seni patung, dengan bahan dasar plastisin.

(21)

6. Bagi peneliti, sebagai bahan awal atau rujukan untuk bisa dikaji secara mendalam dan dikembangkan lagi, agar proses perbaikan yang serupa bisa ditingkatkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh pengalaman langsung. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kemampuan pembelajaran seni rupa, baik materi seni patung dan materi lainnya yang masih berkaitan dengan pembelajaran seni.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini dimaksud sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian dan teori yang berhubungan dengan kemampuan dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagaia Primanegara Kabupaten Maros.

1. Kemampuan

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan berusaha dengan diri sendiri. (Kamus besar bahasa Indonesia, 2002:383).

Kemampuan menjadi 3 klasifikasi yang meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang yang merupakan kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan nilai-nilai dan sikap murid. Kemampuan yang menuju kearah tumbuhnya batiniah yang terjadi bila individual menjadi sadar tentang sesuatu kemudian mengambil sikap yang menjadi sadar tentang sesuatu kemudian mengambil sikap yang menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk tingkah lakunya (moralnya).

6

(23)

Kemampuan psikomotorik adalah kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas fisik siswa dalam mencapai proses melalui kemampuan.

2. Berkarya Seni Rupa

Berkarya dengan kata dasar karya dalam kamus bahasa Indonesia karya adalah kerja/pekerjaan, hasil pembuatan dan ciptaan. karya adalah, hasil ciptaan atau pembuatan orang, yang belum pernah diciptakan oleh orang lain.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berkarya artinya mengerjakan suatu pekerjaan sampai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang. Karya tersebut dapat berupa benda, jasa, atau hal yang lainnya.

3. Seni Patung

Menurut Susanto (2011: 296) seni patung adalah sebuah tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong, menatah) atau aditif (membuat model lebih dulu seperti mengecor dan mencetak). Sedangkan menurut Soenarso dan Soeroto dalam bukunya ( 1996: 6) Seni Patung adalah semua karya dalam bentuk meruang.

Menurut Kamus Besar Indonesia adalah benda tiruan, bentuk manusia dan hewan yang cara pembuatannya dengan dipahat. Selanjutnya B.S Myers (1958:

131-132) mendefinisikan seni patung adalah karya tiga dimensi yang tidak terikat pada latar belakang apa pun atau bidang manapun pada suatu bangunan. Karya ini diamati dengan cara mengelilinginya, sehingga harus nampak mempesona atau terasa mempunyai makna pada semua 6 seginya.

(24)

Selain itu Mayer (1969: 351) menambahkan bahwa seni patung berdiri sendiri dan memang benar-benar berbentuk tiga dimensi sehingga dari segi manapun kita melihatnya, kita akan dihadapkan kepada bentuk yang bermakna.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karya seni memiliki media yang sangat luas.Segala hal mampu menjadi aspek pendukung dalam terciptanya karya seni, yang perwujudan salah satunya adalah karya seni patung.

Cabang seni rupa tiga dimensi ini merupakan perwujudan ekspresi dan kreasi manusia.

a. Teknik seni patung

Teknik dalam seni patung menurut Sahman (1993) teknik adalah segala macam cara atau ketrampilan yang digunakan dalam mengolah segala unsur bahan, menggunakan peralatan menjadi sebuah karya seni yang menarik. Ada beberapa macam cara untuk membuat patung di antaranya:

1. Merakit (Assembling) membuat sebuah komposisi dari bermacam- macam material seperti found objec, kertas, kayu dan tekstil.

2. Memahat (Curving) memahat adalah sebuah teknik substraktif, artinya mengurangi material sampai memperoleh bentuk akhir patung. Material yang digunakan dalam metode ini adalah: batu-batuan, kayu, cor semen, dan material kerja lainnya. Alat-alat yang digunakan untuk global:

kampak, golok, gergaji, gergaji mesin (chain saw), dan lain-lain. Untuk detail: pahat (kayu dan batu), kikir, pasah, dan lain-lain. Untuk finishing:

amplas, slab, furnishing, cat.

(25)

3. Modelling adalah proses menambah(additive), dimana material dibangun menuju ke bentuk akhir patung. material ini harus lentur, seperti tanah liat, lilin, plaster, dan pematung menggunakan tangannya untuk membentuk. Pada perkembangannya bisa dibantu alat seperti butsir.

b. Media seni patung

Media seni patung Menurut G. Shidarta (1987) media seni patung adalah berupa bahan, alat, dan teknik yang diperlukan dalam pembuatan seni patung. Bahan tersebut di antaranya: Bahan pembuatan patung bahan seni patung dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Bahan lunak yang dimaksud bahan lunak adalah material yang empuk dan mudah dibentuk misalnya : tanah liat, lilin, sabun. Tanah liat yang baik harus bersih dari kerikil, akar, rumput, dll. Daya susut tanah tidak lebih dari 10%, supaya 11 kalau sudah kering tidak pecah/ hancur, tanah liat harus juga cukup elastis artinya mudah dibentuk, tidak telalu lembek atau terlalu keras. Untuk bahan plastisin (lilin) mudah dapat di toko, tingkat plastisinya bermacam-macam, ada yang sangat lembek, cukup lembek, dan agak lembek. Bahan sabun mudah dibentuk, akan tetapi ukuranya kecil, kita tidak bisa berkarya lebih besar.

2. Bahan sedang artinya bahan itu tidak lunak dan tidak keras. Contohnya:

kayu waru, kayu sengan, kayu randu, dan kayu mahoni.

(26)

3. Bahan keras bahan keras dapat berupa kayu atau batu-batuan. Contohnya:

kayu jati, kayu sonokeling dan kayu ulin. Bahan batu-batuan antara lain batu padas, batu granit, batu andesit, dan batu pualam (marmer).

4. Selain bahan-bahan tersebut masih ada bahan yang dapat digunakan untuk membuat patung yaitu semen-pasir, gips, kuningan, perunggu, emas dan sebagainya.

c. Alat pembuatan patung

Peralatan yang digunakan untuk membuat patung tergantung kepada bahan dan tekniknya. Alat-alat yang digunakan dalam mematung terdiri atas:

1. Butsir adalah alat bantu untuk membuat patung terbuat dari kayu dan kawat.

2. Meja putar adalah meja untuk membuat patung dan dapat digerakan denagan cara diputar, fungsinya untuk memudahkan dalam mengontrol bentuk dari berbagai arah.

3. Pahat 4. Palu kayu

5. Cetakan berfungsi untuk mengencangkan ikatan kawat dan memotong ikatan kawat.

6. Sendok adonan berfungsi untuk mengambil adonan dan menempelkanya pada kerangka patung

(27)

d. Unsur-unsur seni patung

Unsur-unsur seni patung. Seni patung menurut G. Shidarta (1987) patung adalah bentuk yang mempunyai tri matra atau bentuk yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Patung memiliki unsur-unsur yang membentuk keseluruhan. Seorang pematung akan selalu berhadapan dengan unsur-unsur tersebut pada saat mematung. Dalam proses bekerja mencoba untuk menyatukan unsur-unsur itu dalam suatu susunan hingga dapat tampil sebagai suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur dalam seni patung adalah sebagai berikut:

1. Garis dan bidang menurut Susanto (2011: 55) bidang atau shape adalah area. Bidang terbentuk karena ada 2 atau lebih garis yang bertemu (bukan himpitan). Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif. Sedangkan garis 13 adalah coretan, goresan, guratan yang membekas pada suatu bidang. Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa panjang, pendek, halus, tebal, berombak, melengkung dan lurus. Dalam seni tiga dimensi garis dapat dibentuk karena lengkungan, sudut yang memanjang maupun perpaduan teknik dan bahan-bahan lainnya (Sudarmaji, 1979).

(28)

2. Ruang adalah kedalaman suatu persepsi keruangan. Bila merupakan kualitas dari bingkah yang menjangkau matra (dimensi) ruang, yaitu matra yang memiliki ukuran tinggi, panjang dan lebar (Sidharta, 1987). Kualitas patung ditentukan pula oleh hubungan antara ruang patung dengan yang berada di sekelilingnya. Bila patung ini berongga atau berlubang, maka peranan ruang menjadi semakin luas. Karena interelasinya akan mencakup ruang patung, ruang sekelilingnya dan ruang (rongga, lubang) yang berada dalam ruang itu.

3. Bidang permukaan dan barik (tekstur) bidang permukaan sebuah patung berperan sama dengan kulit manusia, yang berfungsi sebagai batas bentuk yang langsung tampak dan dapat diraba. Bidang permukaan itu dapat cembung, atau cekung, seperti permukaan air laut yang bergelombang tertiup angin. Gelombang yang cembung membukit dan mengakibatkan kelandaian yang cekung, atau dapat juga seperti Kristal yang permukaannya membidang dan saling bertemu sehingga membentuk rusuk-rusuk yang tajam (Sidharta, 1987). 14 di samping itu bidang permukaan patung dapat mempunyai sifat yang bermacam-macam, tergantung cara pengelolaannya. Dari ketiga kemungkinan itu akan terjelma suatu kualitas permukaan yang disebut barik. Menurut Susanto

(29)

(2011: 48) barik dapat juga diartikan sebagai tekstur, nilai raba, kualitas permukaan suatu objek.

4. Bentuk-bentuk diartikan sebagai bangun, gambaran, wujud, sistem dalam seni rupa biasanya dikaitkan dengan matra yang ada (Susanto: 54).

Selanjutnya (Sidharta: 1987) mengemukakan bahwa dalam seni sering dibedakan antara bentuk relatif dan bentuk absolute. Bentuk relatife adalah bentuk yang erat hubungannya dengan bentuk yang terdapat di alam.

Bentuk absolute adalah bentuk yang pada dasarnya meliputi lima bentuk dasar, yaitu kubus, bola, piramida, silinder, dan bentuk campuran. Dalam mematung, setiap bentuk dapat dikembalikan kepada bentuk-bentuk dasar tersebut

5. Warna menurut Susanto (2011: 433) warna adalah getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda. Cahaya yang dapat diindra manusia memiliki panjang gelombang antara 380-780 nanometer. Cahaya yang dihasilkan dari jarak antara yang bisa diakses indra manusia tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna, yang kemudian dinamakan warna cahaya. Sedangkan bagian penglihatan yang dihasilkan dari pancaran cahaya ke sebuah benda dan kemudian dipantulkan ke mata disebut warna pigmen. 15 Sidharta (1987) menambahkan bahwa warna termasuk salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dari unsur- unsur

(30)

patung lainnya. Dalam seni patung warna dapat tampil karena bahan yang dipakai tetapi juga karena sengaja dibuat berdasarkan berbagai teknik.

Warna coklat dari kayu misalnya oleh pematung sengaja dipertahankan untuk menonjolkan watak khas dari patung kayu. Sebaliknya untuk memberikan kesan-kesan tertentu timbul dengan usaha untuk membubuhkan bermacam-macam warna atau nada warna sesuai dengan pertimbangan nilai-nilai seninya. Warna juga dapat dipakai dalam usaha mencapai kesan matra dari patung.

e. Dasar-dasar Pembuatan Patung

Dasar-dasar pembuatan patung setelah kita mengetahui tentang unsur-unsur patung, kita beralih pada apa yang harus dilakukan dengan unsur-unsur tersebut. Perlakuan terhadap unsur-unsur patung dalam proses tersebut disebut sebagai dasar-dasar mematung. Dasar-dasar pembuatan patung di antaranya:

1 Membentuk dan membangun seorang pematung bekerja dengan menyusun unsur-unsur patung untuk membangun sebuah patung. Sejak ia mulai bekerja, seorang pematung mencoba untuk menyusun bingkah- bingkah ke dalam suatu bangunan tertentu. Menyusun dan membangun merupakan tindakan yang utama bagi pematung karena keduanya menentukan keseluruhan ujud dari sebuah patung( G. Shidarta, 1987:

33).

(31)

2. Perbandingan (proporsi), keserasian (harmoni) dan kesatuan (Unity) 16 menurut Susanto (2011: 320). Perbandingan atau proporsi adalah ukuran antar bagian dan bagian, serta bagian dan kesatuan atau keseluruhan.

Proporsi berhubungan erat dengan keseimbangan (balance), irama, harmoni (rhythm) dan kesatuan (unity). Proporsi dipakai pula sebagai salah satu pertimbangan untuk mengukur dan menilai keindahan artistik.

Perbandingan, keserasian dan kesatuan dari bentuk patung harus diperhatikan. Bila ada salah satu perbandingan yang tidak baik, akan menimbulkan kesan yang kurang serasi. Karena itu, dalam mematung harus selalu diperhatikan masalah perbandingan, agar patung mempunyai ukuran-ukuran yang sesuai dan serasi, agar tercipta bentuk kesatuan yang seimbang.

4. Keseimbangan (balance), dominasi dan irama (rhythem) keseimbangan (balance) menurut Susanto (2011: 46) didefinisikan sebagai persesuaian

materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni. Seorang pematung bekerja dengan mempertimbangkan keseimbangan antara bagian-bagian dari patung dalam menyusun bentuk. Keseimbangan bagian atas dengan bagian bawah atau antara bagian kiri dan kanan dari sebuah patung untuk mendapatkan bentuk yang mantap. Untuk menghindari kesan kaku dan menjemukan, seorang pematung dapat menciptakan irama dengan menggarap unsur-unsur patung.

(32)

f. Fungsi Patung

Fungsi patung seni patung pada zaman dahulu dibuat untuk kepentingan keagamaan, pada zaman Hindu dan Budha, patung dibuat untuk menghormati dewa atau orang yang dijadikan teladan. Pada perkembangan selanjutnya patung dibuat untuk monumen atau peringatan suatu peristiwa besar pada suatu bangsa, kelompok atau perorangan. Pada zaman sekarang seni patung sering diciptakan untuk mengekspresikan diri penciptanya karena lebih bebas dan bervariasi.

Seni patung juga diciptakan untuk dinikmati nilai keindahan bentuknya.

Secara umum berdasarkan pembutanya seni patung ada 6 macam yaitu : 1. Patung religi, selain dapat dinikmati keindahannya tujuan utama dari

pembuatan patung ini adalah sebagai sarana beribadah, bermakna relijius.

2. Patung monument, keindahan dan bentuk petung yang dibuat sebagai peringatan peristiwa bersejarah atau jasa seorang pahlawan.

3. Patung arsitektur, keindahan patung dapat dinikmati dari tujuan utama patung yang ikut aktif berfungsi dalam kontruksi bangunan.

4. Patung dekorasi, untuk menghias bangunan atau lingkungan taman.

5. Patung seni, patung seni untuk dinikmati keindahan bentuknya.

6. Patung kerajinan, hasil dari para pengrajin. Keindahan patung yang dibuat selain untuk dinikmati juga sengaja untuk dijual.

(33)

4. Plastisin

Kerajinan plastisin merupakan kerajinan yang unik, karena bahan ini dapat dibentuk menjadi berbagai kreasi dengan berbagai fungsi. Kerajinan tangan ini mudah dipelajari oleh setiap orang mulai dari kalangn anak-anak sampai dewasa.

Gambar 2. 1: Patung badut Gambar 2. 2: Patung bunga matahari

Gambar 2. 3: Patung mawar

(34)

B. Kerangka Pikir

Dengan melihat beberapa konsep atau teori yang telah diuraikan pada kajian pustaka, maka dapat dibuat kerangka atau skema yang dapat dijadikan sebagai acuan konsep berfikir tentang peningkatan kemampuan berkarya Seni Patung dengan Menggunakan plastisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar Tabel 2. 1 Kerangka Pikir Siswa

SMK KesehatanTerpadu Bahagia Primanegara KabupatenMaros

Kemampuan membuat patung dari bahan plastisin Proses Membuat patung dari

bahan plastisin

Penyelesaian Akhir

Hasil

Mengamati objek patung

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif- kualitatif, artinya suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum atau deskripsi tentang apa yang akan diteliti melalui pengolahan data secara kualitatif.

Penelitian ini mengkaji tentang “Kemampuan Berkarya Seni Patung dengan

Menggunakan platisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros”. Fokus kajian ini adalah kemampuan dan proses pembelajaran seni yang mencakup rumusan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, pilihan metode, rancangan kegiatan belajar dan mengajar, serta rumusan evaluasi.

19

(36)

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.Adapun lokasi penelitian pada gambar berikut.

Gambar 3.1: Peta lokasiSMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

(37)

B. Variabel Penelitian dan Desain Penelitian 1. Variabel penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Melihat judul tersebut maka variabel penelitian ini adalah

“Kemampuan Berkarya Seni Patung dengan Menggunakan Platisin SMK

Kesehatan Terpadu BahagiaPrimanegara Kabupaten Maros”. Adapun keadaan variabel - variabel sebagai berikut :

a. Proses pembelajaran seni patung, dengan bahan dasar plastisin, siswa kelas X SMK Kesehatan TerpaduBahagia Primanegara Kabupaten Maros.

b. Kemampuan siswa dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin,siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

2. Desain penelitian

Gambar Tabel 3.1 : Desain penelitian Pengumpulan Data

Tentang Proses Siswa Membuat Patung dari

Bahan Plastisin

Pengumpulan Data Tentang Kemampuan Siswa Membuat Patung

Dari Bahan Plastisin

Pengolahan/

Analisis Data

Deskripsi

Data Kesimpulan

(38)

C. Defenisi Operasional Variabel

Berdasarkan variabel di atas maka perlu dilakukan pendefinisian operasional variabel guna memperjelas dan menghindari terjadinya suatu kesalahan. Serta memudahkan sasaran penelitian hingga berjalan dengan baik.

Adapun definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran seni patung, dengan bahan dasar plastisin,siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

Yang dimaksud di sini adalah proses dan langkah-langkah seni patung, dengan bahan dasar plastisin, yang dilaksanakan di kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

2. Kemampuan siswa dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin,siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegra Kabupaten Maros.

Yang dimaksud disini adalah upaya maksimal siswa membuat patung, dengan bahan dasar plastisin,siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

(39)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian

Populasi adalah sekumpulan orang, hewan, tumbuhan atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang akan diteliti, atau dengan kata lain populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros yang berjumlah 25 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Maka dalam penelitian ini yang akan dijadikan sampel untuk pembuatan karya seni patung, dengan bahan dasar plastisin adalah, siswa/siswi kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros, dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, yakni laki-laki berjumlah 2 orang dan perempuan berjumlah 23 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik penelitian lapangan (Field Research). Untuk memperoleh data pada penelitian ini, di mana peneliti langsung pada tempat atau lokasi penelitian dengan menggunakan empat macam teknik.

(40)

Adapun empat macam teknik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap kegiatan belajar siswa dengan mengamati sejauh mana kemamapuan siswa dalam berkarya seni patung, dengan bahan dasar plastisin. Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitan yang dilakukan secara sistimatik. Observasi digunakan karena banyak kejadian penting yang hanya dapat diperoleh melalui observasi. Contoh data yang hanya diamati melalui observasi misalnya kebiasaan hidup, sikap dan perilaku serta keterampilan motorik.

2. Tes Praktik

Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang. Tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dan pencapaian prestasi siswa atau bakat yang dimiliki individu/kelompok. Dengan demikian, hasil pengukuran dengan menggunakan tes termasuk kategori data kuantitatif.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dapat pula dikatakan sebagai “pemberian atau

pengumpulan bukti-bukti dan keterangan seperti gambar-gambar dan sebagainya”.Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto-foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

(41)

4. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja siswa berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif adalah data dari hasil observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar siswa adalah berdasarkan teknik kategorisasi skala lima. Menurut Depdikbud (2006 : 7) bahwa : skor standar umum yang digunakan adalah skala lima yaitu pembagian tingkat penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu :

Tabel 3.2 : Kategori Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Nilai Kategori

90 – 100 Sangat Tinggi

80 – 89 Tinggi

65 – 79 Sedang

55 – 64 Rendah

0 – 54 Sangat Rendah

Sumber : Depdikbud (2006 : 7)

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum, yaitu

(42)

seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai nilai KKM 70, dan kelas tersebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 70. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Dengan :

P = Persentase ketuntasan belajar F = Siswa yang tuntas belajar N = jumlah Siswa

x 100

P =

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penilitian dimaksudkan untuk memaparkan secara objektif tentang hasil penilitian yang telah dilakukan di Sekolah mengenai keadaan tentang Kemampuan Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin, Kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, Kabupaten Maros.

Dalam penyajian ini tidak menggunakan data kuantitatif melainkan menggunakan kualitatif. Data yang telah diolah dan dianalisa disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu penggambaran data secara apa adanya berdasarkan kenyataan yang ada di Sekolah, sesuai dengan indikator dalam variabel penelitian.

Berdasarkan rincian masalah yang telah diajukan peneliti meliputi:

bagaimana proses pembelajaran Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin, Kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, Kabupaten Maros dan kemampuan siswa dalam Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin serta hasil akhir Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin, Kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, Kabupaten Maros

27

(44)

Adapun acuan dalam pembelajaran Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin, Kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, Kabupaten Maros, yakni :

1. Deskripsi Proses Pembelajaran Patung, dengan Bahan dasar Plastisin, Kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros

Proses pembuatan karya seni patung dilakukan oleh siswa dalam mewujudkan ide atau gagasan melalui bahan yang telah disediakan sehingga menghasilkan suatu karya seni patung. Dalam pembuatan kerajinan ini dimulai dari proses pembuatan desain sampai tahap akhir

Adapun yang dilakukan untuk melihat proseas Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin, Kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, Kabupaten Maros adalah sebagai berikut:

a. Tahap pertama adalah persiapan alat dan bahan

Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah segala hal yang akan digunakan untuk memperlancar dalam pelaksanaan pembuatan patung adalah bahan dasar plastisin dan alat yang digunakan yaitu sudip sebagai alat penunjang dalam proses pembuatan karya. Untuk mengetahui kemampuan membuat patung (bahan dasar plastisin) siswa, pertama kali yang harus diperhatikan adalah persiapan alat dan bahan, yang

(45)

digunakan dalam membuat patung dengan bahan dasar plastisin.

Adapun refrensi dalam membuat patung (dengan bahan dasar plastisin) disediakan oleh siswa dan siswi perindividu.

b. Membuat patung ( bahan dasar plastisin)

Membuat patung (bahan dasar plastisin) dibuat sesuai kreativitas siswa dan siswi perindividu.

Gambar 4. 1: Siswa mempersiapkan alat dan bahan (Dokumentasi Kamal Qarim 2015)

c. Pelaksanaan. Siswa melaksanakan kegiatan membuat patung berdasarkan bahan yang telah ditentukan, yakni dengan bahan dasar plastisin.

Pelaksanaan tes membuat patung ini dilakukan di dalam kelas siswa.

(46)

Gambar 4. 2: Siswa membuat patung dengan bahan dasar plastisin (Dokumentasi Kamal Qarim 2015)

Gambar 4. 3: Siswa membuat patung dengan bahan dasar plastisin (Dokumentasi Kamal Qarim 2015)

(47)

2. Deskripsi Kemampuan Berkarya Seni Patung dengan Menggunakan Platisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros.

Pada proses kemampuan berkarya seni patung dengan menggunakan plastisin SMK Kesehatan Bahagia Primanegara Kabupaten Maros, siswa harus memperhatikan beberapa aspek yang harus dipenuhi sebagai dasar penelitian.

Adapun hasil karya siswa tersebut dinilai berdasarkan empat aspek yaitu prespektif, proporsi, ketepatan bentuk dan komposisi. Di dalam penelitian tentang tes hasil akhirnya dalam membuat patung (bahan dasar plastisin) dilakukan dengan pengukuran yang melibatkan guru SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) kamal Qarim

Data hasil tes hasil akhir siswa dalam membuat patung (bahan dasar plastisin), maka berikut ini disajikan data hasil cek nilai dari hasil komulatif penilai.

Tabel 9. Hasil tes akhir dalam membuat patung dengan bahan dasar plastisin dari dua validasi

Nama

Aspek yang dinilai

Jumlh NA Validator I Validator II

Kom Pro Ktbt Kom Pro Ktbt

1 Asrafia Ibrahim 75 75 75 75 70 75 510 63,8

2 Hartina 70 70 70 70 65 75 550 68,8

3 Harianto 80 80 80 75 75 70 620 77,5

4 Hasmayanti Judding 70 70 70 60 65 65 530 66,3

(48)

5 Haliana 55 55 55 55 50 55 430 53,8

6 Herawati Hermang 55 55 55 50 55 60 445 55,6

7 Irmawati 70 70 60 60 60 65 505 63,1

8 Indarti Isolina 70 70 75 65 63 60 533 66,6

9 Jum’ali Haeri

Muslimin 70 70 70 70 70 70 560 70

10 Maria Ulfa 70 70 70 75 70 70 560 70

11 Mustabsyirah 65 60 65 60 65 60 495 62

12 Mulidah 75 75 75 70 70 75 585 73,1

13 Monalisa 70 70 70 70 70 75 560 70

14 Nurkiswani 65 65 65 60 65 60 510 63,8

15 Nurul Hidayah 70 75 75 70 70 76 581 72,6

16 Nurjanna 75 75 75 75 70 70 585 73,1

17 Putri Handayani 55 55 55 50 60 50 430 53,8

18 Reski Amelia 50 50 50 50 50 50 400 50

19 Ratni 80 80 80 85 80 80 650 81,3

20 Syafirah Magfirah

Aulia 80 80 80 75 70 80 620 77,5

21 Tikawati 80 80 80 80 80 75 630 78,8

22 Siti Khadijah 80 80 80 85 80 80 640 80

23 Siti nur Khalisa 75 75 75 75 75 80 600 75

24 Siti Maemunah 70 75 75 70 75 70 568 71

25 Nurul Khalisa 75 75 75 75 70 75 596 74,5

Tabel 4. 1: Validator

(49)

Keterangan:

Pro : Proporsi Kom : Komposisi

Kbtk : Ketepatan Bentuk

Proporsi adalah perbandingan yang ideal dan harmonis antara bagian- bagian patung dengan bagian lainnya. Komposisi adalah keselarasan antara miniatur patung dengan, objek yang sebenarnya. Ketepatan bentuk adalah ukuran, dan hubungan berbagai struktur dalam patung, Struktur dalam membuat patung, kecil, besar, atau sedang,

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan hasil kegiatan penilitian sesuai dengan analisa data yakni tentang Kemampuan Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara.

1. Proses Pembelajaran Patung, dengan Bahan dasar Plastisin, kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara Kabupaten Maros

Adapun yang dilakukan untuk melihat proseas Berkarya Seni Patung Dengan Menggunakan Plastisin, Kelas X SMK Kesehatan Terpadu Bahagia Primanegara, Kabupaten Maros adalah sebagai berikut:

(50)

Gambar 4. 4: Proses berkarya Asrafia Ibrahim (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Asrafia Ibrahim, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni:

1. Perspektif, meski tidak begitu perspektif, namun anak ini membuat patung sesuai dengan tampakan sebenarnya.

2. Proporsi, sudah terlihat ideal dan harmonis antara daun dan klopak bunga 3. Ketepatan bentuk, meski patung yang dibuat anak ini belum terlalu

menyerupai bentuk aslinya, namun kesan yang di timbulkan sudah hampir menyerupai bentuk yang sebenarnya.

(51)

Gambar 4. 5: Proses berkarya Hartina (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Hartina, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Perspektif, anak ini belum dikatakan tuntas dalam perspektifnya, dilihat dari karya patung yang masih terbilang setengah jadi.

2. Proporsi, meski kesannya masih setengah jadi, tetapi sudah mulai Nampak keproporsian bentuk patung antara bagian tubuh satu dan bagian tubuh lainnya pada karya yang dibuat sudah agak tepat

3. Ketepatan bentuk, ukuran dan bentuk patung belum bias di pastikan betul karena pembuatan belum sempurna.

(52)

Gambar 4. 6: Proses berkarya Harianto (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Harianto dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Perspektif, karya anak ini prespektifnya sudah bias dikatakan dapat, meskipun tidak terlalu menyerupai aslinya, tetapi kesan bentuk aslinya sudah didapatkannya

2. Proporsi, antara daun dan buah sudah bisa dikatakan tepat meskiun tidak terlalu menyerupai aslinya.

3. Ketepatan bentuk, sudah sangat menyerupai buah jagung sebagaimana objek aslinya.

(53)

Gambar 4.7: Proses berkarya Hasmayanti Judding (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Hasmayanti Judding, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, karya anak ini komposisi nya sudah bisa dikatakan dapat, meskipun tidak terlalu menyerupai aslinya, tetapi kesan bentuk aslinya sudah didapatkannya

2. Proporsi, bentuk patung kura – kura sudah terlihat ideal dan harmonis, antara bentuk tubuh satu dan bentuk tubuh lainnya.

3. Ketepatan bentuk, meski patung yang dibuat anak ini belum terlalu menyerupai bentuk aslinya, namun kesan yang di timbulkan sudah hampir menyerupai bentuk yang sebenarnya.

(54)

Gambar 4.8. Proses berkarya Haliana (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Haliana, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, apabila diperhatikan karya anak ini, komposisinya, lumayan dapat, karena sangat menyerupai bentuk aslinya.

2. Proporsi, antara sayap dan tubuh kupu-kupu yang dibuatnya sudah sangat tepat

3. Ketepatan bentuk, karena jenis hewan kupu-kupu sudah termasuk hewan ukuran kecil jadi bukan karena miniature lagi melainkan sudah memang bentuk ukuran aslinya.

(55)

Gambar 4.9. Proses berkarya Herawati Hermang (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Herawati Hermang, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhn

(56)

Gambar 4.10. Proses berkarya Irmawati (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Irmawati, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar.

(57)

Gambar 4.11. Proses berkarya Indarti Isolina (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Indarti Isolina, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhnya

(58)

Gambar 4.12. Proses berkarya Jum’ali Haeri Muslimin (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Jum’ali Haeri Muslimin, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhnya

(59)

Gambar 4.13. Proses berkarya Maria Ulfa (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Maria Ulfa, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhnya

(60)

Gambar 4.14. Proses berkarya Mustabsyirah (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Mustabesyirah, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar

(61)

j

Gambar 4.15. Proses berkarya Mulidah (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Mulidah, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar.

(62)

Gambar 4.16. Proses berkarya Monalisa (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Monalisa, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar.

(63)

Gambar 4.17. Proses berkarya Nurkiswani (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Nurkiswani, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi

sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhnya

(64)

Gambar 4.18. Proses berkarya Nurul hidayah (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Nurul hidayah, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar.

(65)

Gambar 4.19. Proses berkarya Nur Janna (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Nur Janna, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar.

(66)

Gambar 4.20. Proses berkarya Putri Handayani (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Putri Handayani, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhnya

(67)

Gambar 4.21. Proses berkarya Reski Amelia (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Reski Amelia, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar.

(68)

Gambar 4.22. Proses berkarya Ratni (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Ratni, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena Komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar.

(69)

Gambar 4.23. Proses berkarya syarifah Magfirah Aulia (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya syarifah Magfirah Aulia, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi , sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhnya.

(70)

Gambar 4.24: Proses berkarya Tikawati (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Tikawati, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa dia selesaikan dengan tepat dan benar

(71)

Gambar 4.25. Proses berkarya Siti Khadijah (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Siti Khadijah, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, sepertinya anak ini belum dikatakan tuntas, dikarenakan bentuk patung yang dibuat belum mendapatkan komposisi sebagaimana mestinya.

2. Proporsi, meskipun sebagahagian bentuk sudah mendapatkan proporsi yang sesuai, namun ada beberapa yang masih perlu diperbaiki untuk mencapai kesempurnaan.

3. Ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsinya sangat kurang, maka ketepatan bentuknya susah didapatkan sebagaimana bentuk sesungguhnya

(72)

Gambar 4.26. Proses berkarya Siti Nurhalisa (Dokumentasi Kamal Qarim 2016)

Karya Siti Nurhalisa, dari beberapa kriteria penilaian dapat dilihat dari beberapa prinsip membuat patung yakni :

1. Komposisi, anak ini sudah dapat dikatakan faham apa yang dimaksud dengan yang namanya komposisi pada sebuah bentuk patung, yaitu keseimbangan antara sisi satu dan sisi lainnya.

2. Proporsi, karya patung yang dibuat walaupun berkesan sederhana, namun proporsi yang didapatkan sudah sangat betul dan rapih, antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

3. Ketepatan bentuk, anak ini sudah bisa dikatakan tuntas dalam hal ketepatan bentuk, karena komposisi dan proporsi patung sudah bisa tdia selesaikan dengan tepat dan benar.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari skripsi ini yaitu “Pemanfaatan Limbah Kulit Durian sebagai Bahan Baku Pembuat Briket Arang Sistem Kempa Hidrolik ( Hydraulic press) ” yang merupakan salah

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASISSTED INDIVIDUALIZATION PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN DASAR SMK..

[r]

3 Saya lebih memilih produk Starbucks dibandingkan dengan produk merek lain.... 4 Bagi saya, kopi identik

[r]

Temuan dalam penelitian ini yaitu upaya guru dalam membantu perkembangan fisik motorik melalui kegiatan bermain di TK Istiqomah Kota Bandung lebih dari setengahnya

Dari metode ini akan dapat diidentifikasi jenis kecacatan dominan yang mempengaruhi kualitas produk ini yaitu retak/pecah dan warna tidak merata.. Kemudian

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP se-Kecamatan Sukasari Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |