40 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis
3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional (Sarwono, 2006). Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yang terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas merupakan penyebab dari munculnya variabel terikat dan bersifat meramalkan sedangkan variabel terikat ialah hal yang diramalkan akibat dari variabel bebas (Kerlinger & Lee, 2000).
Pada penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah kecerdasan emosional sedangkan yang termasuk variabel terikat adalah agresi.
3.1.1.1 Definisi Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengendalikan dorongan emosi, mengenali perasaan orang lain, dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan mengenali perasaan orang lain atau berempati, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik serta mampu membina hubungan baik dengan orang lain (Goleman, 2007). Secara operasional kecerdasan emosional diperoleh dari skor nilai alat ukur kecerdasan emosional yang mengacu pada teori Goleman.
3.1.1.2 Definisi Agresi
Myers (2012), menyatakan bahwa agresi merupakan perilaku fisik atau verbal yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Sedangkan menurut Berkowitz
(dalam Sarwono & Meinarno, 2009), agresi ialah tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap orang/institusi lain yang sejatinya disengaja. Secara operasional agresi pada penelitian ini diperoleh dari skor nilai alat ukur agresi yang mengacu pada teori Buss & Perry (1992) dengan membagi indikator agresi menjadi lima bagian, yaitu physical aggression (agresi fisik), verbal aggression (agresi verbal), anger (marah), dan hostility (cemburu/iri dan ketidakpercayaan/kekhawatiran).
3.1.2 Hipotesis
3.1.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan agresi pada remaja di Jakarta.
3.1.2.2 Hipotesis Null (Ho)
Tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan agresi pada remaja di Jakarta.
3.2 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sangadji & Sopiah, 2010). Selain itu, populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan atau totalitas obyek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu (Sedarmayanti & Hidayat, 2011).
Populasi pada penelitian ini ialah para remaja yang menetap di kawasan Jakarta dengan karakteristik subjek pada tingkatan pendidikan SMA. Remaja yang sedang berada pada tingkatan SMA merupakan remaja pertengahan
(Middle Adolescent) dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun (Kartono, 2008).
Pada masa ini, remaja dianggap lebih sering melakukan perilaku kekerasan dibandingkan tahapan remaja lainnya (Goodwin, Pacey, & Grace, 2003).
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistika (2011), jumlah populasi remaja pertengahan yang berdomisili di Jakarta ialah berjumlah 815.376 orang yang terbagi atas beberapa wilayah, diantaranya ialah:
Tabel 3.1 Populasi Remaja Pertengahan di Jakarta.
Wilayah Jumlah Total
Laki-laki Perempuan
Jakarta Utara 66383 78163 144546
Kepulauan Seribu 973 861 1834
Jakarta Selatan 80940 89516 170456
Jakarta Barat 96675 10759 204265
Jakarta Timur 106724 114013 220737
Jakarta Pusat 38230 35308 73538
Total keseluruhan 815376
*Sumber: Jakarta dalam angka BPS Provinsi DKI Jakarta 2011.
3.2.2 Teknik Sampling
Teknik sampling ialah teknik memilih sampel penelitian yang dapat mewakili populasi penelitian (Shaughnessy, dkk., 2009). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel dengan menggunakan tipe cluster sampling. Cluster sampling atau sampel berkelompok digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu provinsi (Noor, 2012).
Dalam penentuan sampel digunakan beberapa tahap:
1. Menentukan sampel daerah, yaitu DKI Jakarta yang terbagi atas beberapa wilayah.
2. Mengambil sampel secara acak di wilayah masing-masing.
3.3 Desain Penelitian
Menurut Sangadji & Sopiah (2010), jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Karena pada penelitian kuantitatif datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik statistik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational Research), non-experimental design dengan tipe ex post facto.
Penelitian korelasional merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (variabel bebas) dengan agresi (variabel terikat) pada remaja Jakarta. Sedangkan non- experimental yaitu penelitian yang melakukan pengamatan terhadap fenomena dan berusaha menjelaskan hal-hal yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi (Karlinger & Lee, 2000) dan tipe penelitian yang digunakan adalah ex post facto.
Penelitian dengan tipe seperti ini menggunakan fenomena yang ada di lapangan tanpa membuat manipulasi terhadap variabel yang akan dilihat atau diukur (Kerlinger & Lee, 2000).
3.4 Alat Ukur Penelitian
3.4.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap kecerdasan emosional dengan menggunakan alat ukur Emotional Intelligence Inventory (EII) yang sudah diadaptasi oleh Lanawati (1999). Alat ukur EII berdasarkan dimensi
kecerdasan emosi yang dikembangkan oleh Goleman dan item-item yang digunakan pada alat ukur ini merupakan adaptasi dari Bar-On Emotional Quetiont Inventory (EQ-I) dan Trait Meta Mood Scale (TMMS) serta item-item yang dibuat oleh Lanawati (1999) dan rekannya Dr. Rudy Salan. Jumlah item yang digunakan adalah 80 item yang terbagi dalam 5 dimensi, yakni kesadaran diri, kontrol diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial. Selain itu, Lanawati (1999) menggunakan 12 item yang digunakan sebagai pengecoh dan tidak diikut sertakan dalam pengujian validitas dan reliabilitas. Setelah item-item tersusun, Lanawati (1999) melakukan face validity terhadap 3 narasumber untuk mengkonsultasikan terjemahan item-item tersebut dalam bahasa Indonesia.
Hasil ujicoba reliabilitas terhadap alat ukur Emotional Intelligence Inventory (EII) diperoleh nilai alpha sebesar 0.9308 (Lanawati, 1999). Aiken (2000) menyatakan bahwa tingkat koefisien alpha yang memadai adalah lebih besar dari 0,6. Sedangkan untuk ujicoba validitas, Lanawati (1999) menggunakan teknik analisis faktor dengan rotasi varimaks dan menghasilkan 80 item yang memiliki validasi yang baik dan terbagi dalam 5 dimensi kecerdasan emosional.
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 80 item Emotional Intelligence Inventory (EII), sehingga 12 item yang tidak berhubungan dengan alat ukur ini dihapus atau dihilangkan. Menurut Lanawati (2012), item-item tersebut tidak mempengaruhi pengujian alat ukur dan hanya buang-buang waktu peneliti.
Berikut dimensi dari kecerdasan emosional serta indikator-indikatornya.
Tabel 3.2 Blue Print Kuesioner dan penyebaran item-item Emotional Intelligence Inventory saat ujicoba.
Konstruk Domain Indikator Sebaran Item Jumlah Item Kecerdasan
emosional
Mengenali Emosi Diri (Self
Mengenali dan memahami emosi diri sendiri dan
Favorable 1, 6, 11, 16, 21, 31, 36, 41,
12
awareness) memahami penyebab timbulnya emosi
46, 56
Unfavorable 26, 51 Mengelola
Emosi (Self control)
Mengendalikan emosi dan mengekspresikan emosi dengan tepat
Favorable 0
Unfavorable 2, 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, 42, 47, 52, 57, 61, 64, 67, 69, 71, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79,
80
25
Memotivasi diri sendiri (Self motivation)
Optimis dan dorongan berprestasi
Favorable 3, 8, 13, 18, 23, 28, 33, 38, 43, 48, 53, 58,
62, 65
Unfavorable 0
14
Mengenali emosi orang lain
(Empathy)
Peka terhadap perasaan orang lain dan
mendengarkan masalah orang lain
Favorable 4, 9, 14, 19, 24, 29, 44, 54, 59, 63, 66, 68,
70, 72
Unfavorable 34, 39, 49
17
Membina hubungan (Social- skills)
Dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain
Favorable 5, 10, 20, 25,
40
12
Unfavorable 15, 30, 35, 45,
50, 55, 60
Total Item 80
3.4.2 Alat Ukur Agresi
Untuk mengukur agresi, peneliti menggunakan alat ukur Aggression Questionnaire yang telah dikembangkan oleh Buss & Perry (1992). Alat ukur ini terdiri dari 29 item yang dapat mengukur empat dimensi, yaitu physical aggression , verbal aggression, anger, dan hostility.
Berikut dimensi alat ukur agresi beserta indikator dan pesebaran itemnya.
Tabel 3.3 Blue Print Kuesioner dan penyebaran item-item Agression Questionnaire saat ujicoba.
Konstruk Dimensi Indikator Sebaran Item Jumlah Item Agresi
Physical Aggression
Tindakan menyakiti, mengganggu, atau Membahayakan orang lain melalui respon motorik dalam bentuk fisik.
Favorable 20, 29 Unfavorable 1, 5, 8, 13, 17
7
Verbal Aggression
Tindakan menyakiti, mengganggu, atau membahayakan orang lain melalui respon motorik dalam bentuk verbal.
Favorable 9 Unfavorable 2, 6, 14, 18, 21, 24, 28
8
Anger
Reaksi afektif berupa dorongan fisiologis sebagai tahap persiapan agresi.
Beberapa bentuk anger adalah perasaan marah, kesal, sebal,
Favorable 3
Unfavorable
4
Alat ukur Emotional Intelligence Inventory (EII) maupun Aggression Questionnaire merupakan self report dengan menggunakan skala Likert. Yang terdiri dari 5 pilihan jawaban, yaitu :
SS : Sangat Sesuai S : Sesuai
AS : Agak Sesuai
dan bagaimana mengontrol hal tersebut. Termasuk di dalamnya adalah irritability , yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk cepat marah, dan kesulitan
mengendalikan amarah
10, 12, 15
Hostility
Tergolong kedalam agresi covert (tidak kelihatan). Hostility mewakili komponen kognitif yang terdiri dari resentment seperti cemburu dan iri terhadap orang lain , dan suspicion seperti adanya
ketidakpercayaan, kekhawatiran
Favorable 23
Unfavorable 4, 7, 11, 16,
19, 22, 25, 26, 27
10
Total Item 29
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Item-item tersebut terdiri dari favorable dan unfavorable dan dilakukan pengacakan item pada kuesioner untuk menghindari kecenderungan responden dalam memilih jawaban dengan pilihan yang sama. Untuk penilaian favorable terdiri dari SS:5, S:4, AS:3, TS:2, STS:1. Sedangkan untuk penilaian unfavorable adalah kebalikan dari penilaian favorable, yakni SS:1, S:2, AS:3, TS:4, STS:5.
3.4.3 Validitas & Reliabilitas Alat Ukur 3.4.3.1 Validitas Alat Ukur
Validitas dapat menunjukkan sejauhmana skor atau nilai yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur.
Anastasi & Urbina (2007) menyatakan bahwa validitas berkaitan dengan apa yang ingin diukur dan seberapa tepat tes dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Untuk melakukan uji validitas, peneliti menggunakan dua macam uji validitas, yaitu content validity dan Construct Validity. Content validity (validitas isi) yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan melakukan expert judgement kepada dosen psikologi sosial dan dosen pembimbing. Sedangkan Construct Validity (validitas konstruk) ialah suatu konsep untuk mengetahui apakah alat tes yang dibuat memiliki hubungan yang kuat dengan teori yang menjelaskan konstruk psikologis, sehingga alat ukur tersebut dapat dikatakan benar-benar mengukur konstruk yang ingin diukur (Anastasi & Urbina, 2007).
Uji validitas konstruk yang digunakan adalah konsistensi internal, yaitu dengan menghitung koefisien korelasi antar skor pada suatu item dengan skor total (Anastasi & Urbina, 2007). Hasilnya digunakan untuk menentukan item mana yang dibuang dan dipertahankan dengan melihat corrected item-total
correlation. Guilford (dalam Indria & Nindyati, 2007) membagi kategori validitas menjadi lima bagian, diantaranya adalah:
Tabel 3.4 klasifikasi validitas Guilford.
Koefisien validitas Intepretasi
0,00 – 0,19 nilai reliabilitas sangat rendah
0,20 – 0,39 nilai reliabilitas rendah
0,40 – 0,69 nilai reliabilitas sedang
0,70 – 0,89 nilai reliabilitas tinggi
0, 90 – 1,00 nilai reliabilitas tinggi sekali
*Sumber: Indria, K., & Nindyati, A. D. (2007). Kajian konformitas dan kreativitas affective remaja. Jurnal provitae, 3(1), 97.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penghapusan item <0,40 yang dianggap memiliki validitas rendah berdasarkan teori Guilford (dalam Indria &
Nindyati, 2007).
3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas dianggap sebagai konsistensi dari skor yang diperoleh individu ketika dalam pengerjaan tes pada waktu dan tempat berbeda (Anastasi
& Urbina, 2007). Untuk melihat reliabilitas alat ukur Emotional Intelligence Inventory (EII) maupun Aggression Questionnaire peneliti menggunakan alpha cronbach, yakni metode pengujian reliabilitas berdasarkan konsistensi respon responden terhadap item-item alat ukur dimana respon yang diberikan tidak bersifat dikotomi (Anastasi & Urbina, 2007). Menurut Aiken (2000), nilai cronbach alpha yang memadai adalah lebih besar dari 0.6.
Berikut reliabilitas alat ukur Emotional Intelligent Inventory dan Aggression berdasarkan masing-masing dimensi dengan menggunakan perhitungan pada spss 19.
Tabel 3.5 Nilai cronbach alpha pada lima dimensi kecerdasan emosional.
Dimensi Cronbach Alpha Sebelum Penghapusan Item
Cronbach Alpha Setelah Penghapusan Item Kesadaran Diri (Self
Awareness)
Mengelola Emosi (Self Control)
Motivasi Diri (Self Motivation) Empati (Empathy) Membina Hubungan (Social Skill)
.789
.883
.862
.866 .807
.814
.901
.862
.868 .823
Tabel 3.6 Nilai cronbach alpha pada empat dimensi agresi.
Dimensi Cronbach Alpha Sebelum Penghapusan Item
Cronbach Alpha Setelah Penghapusan Item Agresi Fisik (Phisical
Aggression)
Agresi Verbal (Verbal Aggression)
Marah (Anger) Cemburu/Khawatir (Hostility)
.787
.858
.700 .750
.832
.858
.700 .794
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa setelah pemotongan item, maka nilai alfa menjadi meningkat. Namun meskipun tanpa pemotongan item, reliabilitas alat ukur sudah tinggi, karena seluruh nilai koefisien alfa berada diatas 0.6 (Aiken, 2000).
Pada proses penyebaran kuesioner, peneliti menggunakan item-item yang dianggap reliabel dan valid berdasarkan perhitungan setiap masing-masing dimensi. Berikut persebaran item-item kecerdasan emosional dan agresi pada saat penelitian.
Tabel 3.7 Blue Print Kuesioner dan penyebaran item-item Emotional Intelligence Inventory saat penelitian .
Konstruk Domain Indikator Sebaran Item Jumlah Item
Kecerdasan emosional
Mengenali Emosi Diri (Self awareness)
Mengenali dan memahami emosi diri sendiri dan memahami penyebab timbulnya emosi
Favorable 1, 6, 11, 15, 19, 27, 35, 47
Unfavorable 31
9
Mengelola Emosi (Self control)
Mengendalikan emosi dan mengekspresikan emosi dengan tepat
Favorable 0
Unfavorable 2, 7, 12, 16, 20, 23, 28, 32, 36, 40, 41, 44, 48, 51, 57, 59,
60, 63,
18
Memotivasi diri sendiri (Self motivation)
Optimis dan dorongan berprestasi
Favorable 3, 8, 13, 17, 24, 29, 33, 37,
46, 49, 53
Unfavorable 42
12
Mengenali emosi orang lain
(Empathy)
Peka terhadap perasaan orang lain dan
mendengarkan masalah orang lain
Favorable 4, 9, 14, 18, 21, 25, 45, 52,
54, 55, 56, 58
Unfavorable 30, 34, 43
15
Membina hubungan (Social-
Dapat bekerja sama dan berkomunikasi
Favorable 5, 10, 22,
9
skills) dengan orang lain Unfavorable 26, 38, 39, 50,
61, 62
Total Item 63
Tabel 3.8 Blue Print kuesioner dan penyebaran item-item Agression Questionnaire saat penelitian.
Konstruk Dimensi Indikator Sebaran Item Jumlah Item
Agresi
Physical Aggression
Tindakan menyakiti, mengganggu, atau Membahayakan orang lain melalui respon motorik dalam bentuk fisik.
Favorable 0
Unfavorable 1, 3, 6, 15, 18
5
Verbal Aggression
Tindakan menyakiti, mengganggu, atau membahayakan orang lain melalui respon motorik dalam bentuk verbal.
Favorable 7
Unfavorable 2, 4, 12, 13, 14, 19, 20
8
Anger
Reaksi afektif berupa dorongan fisiologis sebagai tahap persiapan agresi.
Beberapa bentuk anger adalah perasaan marah, kesal, sebal, dan bagaimana mengontrol hal tersebut. Termasuk di dalamnya adalah irritability , yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk
Favorable 10
Unfavorable 8, 11, 16
4
cepat marah, dan kesulitan
mengendalikan amarah
Hostility
Tergolong kedalam agresi covert (tidak kelihatan). Hostility mewakili komponen kognitif yang terdiri dari resentment seperti cemburu dan iri terhadap orang lain , dan suspicion seperti adanya
ketidakpercayaan, kekhawatiran
Favorable 0
Unfavorable 5, 9, 17, 21,
22
5
Total Item 22
3.5 Prosedur
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam penelitian ini. Diantaranya ialah tahap persiapan dan tahan pelaksanaan penelitian.
3.5.1 Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan peninjauan kepustakaan mengenai konstruk-konstruk yang akan diteliti, yakni mengenai kecerdasan emosional dan agresi khususnya pada remaja. Kemudian peneliti mencari alat ukur yang sesuai, yakni Emotional Intelligence Inventory (EII) yang dikembangkan oleh Lanawati (1999) dan Aggression Questionnaire dari Buss &
Perry (1992). Setelah peneliti mendapatkannya dan menerjemahkan alat ukur Aggression Questionnaire, kemudian peneliti melakukan expert judgement kepada dosen psikologi sosial Juneman, S.Psi., M.Si dan dosen pembimbing Antonina Panca Yuni Wulandari, S.Sos., M.Si. Selain itu, peneliti melakukan uji
keterbacaan kepada 2 remaja. Kemudian peneliti melakukan revisi terhadap item-item yang sudah ada agar disesuaikan konteksnya pada remaja dan melakukan ujicoba atau tryout kepada 50 remaja yang terbagi atas 25 siswa dan 25 siswi.
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian
Peneliti berencana akan menggunakan 200 remaja yang berdomisili di Jakarta. Menurut Kerlinger & Lee (2000), jumlah minimal sampel pada penelitian kuantitatif ialah 30 orang. Guilford & Fruchter (dalam Indria & Nindyati, 2007) juga menyebutkan bahwa jumlah sampel yang mendekati penyebaran normal adalah 30 orang, namun akan lebih baik jika subyek yang didapatkan lebih banyak dari jumlah tersebut. Sehingga untuk populasi yang besar, disarankan jumlah sampel minimum adalah 100 orang (Alreck & Seetle, 2004).
Jakarta merupakan kota yang terbagi atas beberapa wilayah bagian.
Sehingga peneliti menggunakan sampel yang berada di masing-masing wilayah dengan jumlah responden yang sama setiap wilayahnya. Sampel tersebut diantaranya ialah:
a. 40 remaja yang berdomisili di wilayah Jakarta Pusat b. 40 remaja yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat c. 40 remaja yang berdomisili di wilayah Jakarta Selatan d. 40 remaja yang berdomisili di wilayah Jakarta Utara e. 40 remaja yang berdomisili di wilayah Jakarta Timur
Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka peneliti tidak memasukan remaja yang berdomisili di wilayah Kepulauan Seribu sebagai sampel dalam penelitian ini. Sehingga totalnya ialah 5 wilayah dengan masing-masing responden berjumlah 40 orang dan jumlah keseluruhannya adalah 200 orang.
Penyebaran kuesioner penelitian dibagikan secara acak pada tanggal 11- 16 Mei 2012 kepada sejumlah remaja yang berada di lingkungan sekolah, warung-warung, foodcourt di mall dan tempat makan yang terdapat banyak remaja yang suka berkumpul disana.
3.5.3 Teknik Pengolahan Data
Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan tahap pengolahan data dengan menggunakan program spss statistics 19.