• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terjemahan Frasa Preposisi pada Novel “Pride and Prejudice” Dalam Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Terjemahan Frasa Preposisi pada Novel “Pride and Prejudice” Dalam Bahasa Indonesia"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terjemahan

Terjemahan merupakan salah satu aspek yang penting pada era globalisasi

seperti saat ini. Hal ini timbul karena banyaknya informasi asing yang masuk ke

dalam negara kita yang berasal dari berbagai negara maju di dunia, sehingga

terjemahan diperlukan untuk memudahkan seseorang dalam mengetahui dan

memahami infromasi yang masuk dari satu bahasa (BSu) ke dalam bahasa lainnya

(BSa).

Menurut Bell (1991:6) bahwa terjemahan adalah penggantian sebuah

representasi teks yang sama dalam bahasa kedua. Kedua teks tersebut memiliki

bahasa yang berbeda namun dalam bentuk yang sama. Ditambahkan pula oleh

Bell (1991:6) yang menyatakan bahwa terjemahan merupakan pergantian

representasi teks yang sama ke dalam teks bahasa kedua khususnya yang

berkaitan dengan kesamaan konteks, semantik, tata bahasa, leksis, dan

sebagainya.

Larson (1984:3) menyebutkan bahwa terjemahan merupakan pemindahan

makna bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua dengan memperhatikan

struktur semantiknya. Para pakar tersebut telah menyetujui bahwa dua bahasa

yang dimaksud adalah bahasa sumber (BSu) sebagai bahasa sumber dari teks dan

bahasa sasaran (BSa) sebagai bahasa sasaran dari teks terjemahan.

Larson (1998:17) membagi terjemahan menjadi dua tipe utama yakni

(2)

mengikuti teks bahasa sumber (BSu), dan terjemahan idiomatik (Meaning based

transalation) yaitu suatu terjemahan yang berdasarkan makna yang cenderung

mengkomunikasikan makna teks bahasa sumber dalam bahasa sasaran secara

alami dan sering disebut sebagai terjemahan berdasarkan makna.

Catford (1965:20-21) juga mengatakan bahwa penerjemahan sebagai

penempatan teks bahasa sumber dengan teks yang ekuivalen dalam bahasa

sasaran, “The replacement of textual material in one language (SL) by equivalent

textual material in another language (TL) and the term equivalent is a clearly a

key term”. Meskipun pada hakikatnya sangat jarang terdapat kesepadanan suatu kata dalam bahasa sumber yang memiliki arti sama dengan bahasa sasaran, namun

keduanya dapat difungsikan dengan saling dipertukarkan (interchangeable).

Menurut Nababan (2010) terjemahan adalah transfer makna dari bahasa

sumber (source language) ke bahasa sasaran (target language), dengan

keakuratan pesan, keterbacaan, dan keberterimaan produk. Dari sudut pandang

yang berbeda, Ernst dan Gutt dalam Hickey (1998: 52) menjelaskan bahwa

penerjemahan sebagai suatu upaya yang dimaksudkan untuk pernyataan ulang

(restate) apa yang telah dinyatakan atau dituliskan oleh seseorang dalam suatu

bahasa ke dalam bahasa lainnya, “The translation is intended to restate in one

language what someone else said or wrote in another language”.

Berdasarkan definisi di atas mengenai pengertian terjemahan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang menyangkut

keterikatan antara dua bahasa atau lebih (multy-language) yang kemudian

(3)

keakuratan pesan, keterbacaan, dan keberterimaan yang akan menghasilkan suatu

produk terjemahan yang baik. Sebagaimana yang telah dikemukakan Halliday

dalam Steiner (2001:17) bahwa terjemahan yang baik adalah suatu teks yang

merupakan terjemahan ekuivalen terkait dengan fitur-fitur linguistik yang bernilai

dalam konteks penerjemahan, “A good translation is a text which is a translation (i.e.is equivalent) in respect of those linguistic features which are most valued in

the given translation”.

2.2 Frasa

Frasa merupakan salah satu konstituen yang dapat dianalisis berdasarkan

kelas katanya. Frasa tidak menyerupai sebuah kalimat walau dalam bentuk aslinya

sebuah frasa berperan sebagai konstituen dalam pembentukan kalimat. Pada tata

bahasa, sebuah frasa terdiri atas kata tunggal ataupun lebih dari satu kata. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Etson dan Pickett (1987:81) yang menyatakan bahwa,

frasa adalah sebuah unit yang secara potensial terbentuk dari dua kata atau lebih,

tetapi tidak memiliki ciri proposisi sebuah kalimat. Sehingga bisa saja sebuah

frasa dapat terdiri atas satu kata saja.

Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat

non-predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu

fungsi sintaksis di dalam kalimat. Kridalaksana (1993:59) menegaskan bahwa

frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif;

gabungan ini dapat ditulis rapat, ataupun renggang. Ditambahkan pula oleh

(4)

Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Chaer (2007:222) bahwa frasa

merupakan gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan

menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat. Menurut Chaer (2007:225-228) frasa

terbagi menjadi:

1) Frasa eksosentrik

Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponennya tidak mempunyai perilaku

sintaksis yang sama dengan keseluruhan. Contoh frasa eksosentrik adalah :

Dia berdagang di pasar

Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat mengisi fungsi keterangan,

tetapi baik komponen di maupun pasar tidak dapat menduduki fungsi

keterangan dalam kalimat di atas. Frasa eksosentrik terbagi menjadi dua yakni

direktif dan non-direktif. Frasa eksosentrik yang direktif komponen

pertamanya berupa preposisi dan komponen keduanya berupa nomina.

Sedangkan frasa eksosentris non-direktif adalah komponen pertamanya berupa

artikulus.

2) Frasa endosentrik

Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan

unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan

keseluruhannya, artinya salah satu komponen dapat kedudukan

keseluruhannya. Misalnya:

a. Harga buku itu mahal sekali

b. Frasa mahal sekali dalam kalimat di atas dapat digantikan oleh

komponen pertamanya yaitu mahal, sehingga menjadi kalimat:

(5)

3) Frasa Koordinatif

Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri atas dua

komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat

dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau,

tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik … baik, makin …. Makin, dan baik…. maupun…. Frasa koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan

kategori komponen pembentuknya, contoh : sehat dan kuat, buruh dan

majikan, makin terang makin baik, dan dari, oleh, dan untuk rakyat.

4) Frasa Apositif

Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponennya saling

merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat

dipertukarkan. Contoh frasa apositif terdapat pada kalimat berikut:

a. Sukarno, presiden pertama RI, telah tiada

b. Dika menulis surat kepada Nita, kakaknya

c. Alat komunikasi internasional, bahasa Inggris, banyak dipelajari orang.

Ditambahkan pula oleh Supriyadi (2014:8) bahwa frasa adalah satuan

gramatik yang terdiri atas satukata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi

tertentu.Dalam bahasa perilaku suatu frasa memiliki bentuk yang berbeda-beda.

Dalam kajian ilmu kebahasaan dan segi persamaan distribusi dengan golongan

suatu frasa digolongkan menjadi lima golongan yakni frasa nomina (FN), frasa

adjektiva (FA), frasa adverb (Fad), frasa verba (FV), frasa preposisi (FP).

a) Frasa Nomina

(6)

Inggris maupun bahasa Indonesia. Suatu frasa nomina dapat dilihat dengan jelas

pada kalimat.

1) TSu : I think you said she was a widow, Sir? (p.59)

TSa : Kalau tidak salah, Anda tadi mengatakan bahwa beliau adalah

seorang janda, Sir? (P.105)

2) TSu : She is a most charming young lady indeed. (P.59)

TSa : Dia gadis yang sangat menawan. ( P.106)

Frasa seorang janda yang terdapat pada TSa pada contoh (1) memiliki inti

yang berupa nomina, yaitu janda. Kata janda termasuk nomina, karena itu frasa

seorang janda termasuk golongan frasa nomina. Pada contoh (2) dalam TSa frasa

nomina terdapat dalam kalimat gadis yang sangat menawan.Dalam kalimat ini

nomina inti adalah gadis dan kata yang sangat menawan merupakan kalimat

penjelas yang menerangkan tentang gadis tersebut.

b) Frasa Verba

Frasa verba adalah frasa yang mempunyai inti berupa verba. Hal ini dapat

dilihat dari jajaran kalimat.

1) TSu : …. Always wanting me to play and sing(P.22) TSa : Aku menyiapkan pianonya (P.39)

2) TSu : You saw me dance at Meryton, I belive, Sir (P.23)

TSa : Saya yakin Anda pernah melihat saya berdansa di Meryton. (P.41)

Frasa verba pada contoh (1) yang terdapat pada TSa menyiapkan pianonya

(7)

dikarenakan saya berfungsi sebagai nomina dan pernah merupakan kata

keterangan.

c) Frasa Numeralia

Frasa numeralia adalah frasa yang mempunyai inti berupa numeralia. Contohnya sebagai berikut:

1) TSu : Yes, these four evenings have enabled them…. (P.21)

TSa : Ya, keempat malam itu telah berhasil meyakinkan mereka…(hal. 37)

2) TSu : After a song or two and before she cloud….. (P.23)

TSa : Setelah satu atau dua lagu dan sebelumnya dia…. (hal. 40)

Dari contoh (1) dan (2) diatas, frasa numeralia sangat terlihat jelas pada

masing-masing TSa yaitu : keempat malam, satu atau dua lagu. Dari sini dilihat

bahwa setelah ada penanda dari numeralia diikuti dengan nomina yang berfungsi

sebagai atribut.

d) Frasa Keterangan

Frasa keterangan adalah frasa yang memiliki fungsi yang sama dengan kata keterangan, yaitu kata yang memiliki fungsi keterangan pada suatu kalimat.

Pada bahasa Indonesia jumlah frasa keterangan tidak banyak karena jumlah kata

keterangan juga sangat terbatas sangat berbeda jika dibandingkan dengan jumlah

frasa keterangan pada bahasa Inggris.

Contoh frasa keterangan pada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris adalah

sebagai berikut: Kemarin pagi, siang, sore, malam, tadi malam, pagi, sore, siang,

yesterday, tomorrow, last year, two years ago, next time, next week, etc.

(8)

Frasa adjektiva adalah frasa yang mempunyai inti berupa adjektiva. Dalam

bahasa Inggris contoh frasa adjektiva adalah sebagai berikut :

TSu : Their visits to Mrs. Philips were now productive of the most

interesting intelligence. (P.26)

TSa : Kunjungan-kunjungan mereka ke rumah Mrs. Phipils sekarang

diwarnai berbagai kabar menarik (hal. 46)

TSu : Mr. Bannet coolly observed(P.26)

TSa : Mr Bannet dengan santai menanggapi. (hal. 46)

Dari contoh (1) diatas inti dari frasa adjektiva berada pada kata menarik

dimana keterangan berbagai dan nomina kabar hanya berfungsi sebagai atribut

yang terdapat dalam TSa. Sama halnya dalam contoh (2) frasa adjektiva pada TSa

lebih mudah dikenali karena kata santai menjadi inti dari frasa itu sendiri, dan kata

dengan dan menanggapi hanya berperan sebagai penguat dari inti tersebut.

f) Frasa Preposisi

Frasa preposisi adalah frasa yang diawali oleh suatu penanda preposisi dan

diikuti oleh kata atau frasa kategori nomina, verba numerial atau keterangan

sebagai penanda atau aksisnya. Umumnya dalam bahasa Indonesia sebuah frasa

preposisi dapat dijumpai dengan awalan di, dengan, untuk, ke, dari dan lain-lain.

Namun dalam bahasa Inggris penanda suatu preposisi antara lain: to, of, in, on,

from, after, at, after,during, out of, towards dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris

(9)

2.3. Frasa Preposisi

Frasa preposisi memiliki perbedaan dengan frasa yang lainnya antara

hubungan preposisi dengan konstitusi frasa yang lain. Contohnya; the book on the

table (the book merupakan frasa nomina, dan on the table merupakan frasa

preposisi yang mengikuti). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Quirk and

Greenbaum, (1985: 657) A prepositional phrase consists of preposition followed

by prepositional complement, which is characteristically a noun phrase or

wh-clause or v-ing.

Dari banyak frasa preposisi yang ada, hanya ada beberapa frasa preposisi

yang mampu berdiri sebagai post-modifier. Suatu penanda utama sebuah frasa

disebut dengan form, yang memiliki fungsi sebagai pelengkap. Dengan kata lain,

pelengkap preposisi yang berada dalam frasa preposisi dapat dijelaskan sebagai

preposisi + frasa preposisi. Foley and Hall (2003: 285) berpendapat bahwa suatu

frasa preposisi terdiri atas sebuah preposisi dan kata (kata-kata) yang

mengikutinya. Kata-kata yang paling sering mengikuti preposisi ialah kata benda

(noun) dan kata ganti (pronoun).

Preposisi merupakan kelas kata yang merupakan penghubung dengan kata

lainnya dan biasanya digunakan sebelum kata benda dan berfungsi sebagai kata

ganti penunjuk untuk klausa lainnya. Hal ini sama seperti yang terdapat pada

Encarta Dictionary Tools (2006)

(10)

Pengertian ini diperkuat kembali oleh Quirk and Grenbaun (1985: 673) yang

menyebutkan bahwa “preposition expresses a relation between two entities and

one being that represented by the prepositional compliment”. Dalam sebuah

jurnal disebutkan pula bahwa :

A prepositionshows the relationship between a noun, pronoun, or another word in the sentence. It establishes the relationship between its object and another part of the sentence such as space or time”.

Menurut Alwi dkk (2003:296) preposisi juga disebut kata depan yang

menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut

dengan konstituen di belakangnya. Bila dikaji dalam segi sintaksis preposisi

berada di depan adjektiva, kata keterangan, dan nomina. Sejalan dengan yang

dikatakan oleh Beratha (1988) argued that English prepositions have several

different functions. On the other hand, different prepositions have very similar

use. Hal ini dikarenakan penggunaan preposisi pada TSu ke dalam TSa memiliki

kesulitan untuk dipahami dengan tepat, karena nomina, adjektiva dan verba

menggunakan preposisi tertentu.

Menurut Beratha (1988) bahwa fungsi preposisi dalam bahasa Indonesia

kurang dari fungsi preposisi pada bahasa Inggris. Hal ini timbul karena pada

bahasa Inggris adanya penggabungan antara verba dengan preposisi sangat umum

terjadi, contohnya; look at, get in, knock on. Warriner (2005) menyebutkan bahwa

preposisi adalah kata yang menunjukkan hubungan antara nomina atau kata ganti

dan kata yang mengikutinya dalam satu kalimat.

Quirk dan Grenbaun (1990:190) menyebutkan bahwa preposisi dapat dibagi

(11)

1. Preposisi sederhana.

Preposisi sederhana adalah preposisi yang terdiri atas satu preposisi seperti at,

on, in, over, by. Dalam bahasa Indonesia preposisi sederhana juga dikenal dengan

preposisi tunggal, sama halnya dengan yang dikatakan oleh Alwi (2013: 288)

preposisi tuggal adalah preposisi yang terdiri atas satu suku kata. Bentuk preposisi

tunggal tersebut dapat berupa kata dasar dan kata berafiks. Menurut Effendi dan

Aritnonang (1993: 16-17) preposisi tunggal ini dapat terbentuk menjadi frasa

preposisi apabila frasa preposisi tersebut diikuti oleh kelas kata lain yakni:

nomina, pronomina, numerial, adjektiva, dan verba. Dalam bahasa Inggris contoh

preposisi sederhana antara lain:

aboard about above across after against

among along around at before behind

below beneath beside besides between beyond

but by concerning down during except

for from in into Like near

of off on out over toward

past since through till to with under

until up upon

Contoh preposisi sederhana dalam bahasa Inggris adalah:

1. There is a latter for you

2. Steel is made from iron

3.

(12)

akan

Contoh penggunaan preposisi sederhana dalam bahasa Indonesia adalah:

1. Rahma pergi dengan orang tuanya.

2. Jakarta menjadi sepi selama libur akhir pekan.

2. Preposisi komplek.

Preposisi komplek adalah preposisi yang terdiri atas preposisi sederhana dan

preposisi gabungan sehingga membentuk satu kesatuan makna, contohnya antara

lain: at the back of, at the end of.close to, along with, in accordance with. Dalam

bahasa inggris contoh kalimat yang menggunakan preposisi komplek antara lain:

(1) Too see what is in front of one’s nose needs constant struggle

(2) Her name is Miss May. She owns all the land for miles around, as well

as the house in which we live. 3. Preposisi gabungan.

Preposisi gabungan adalah preposisi yang terdiri atas satu atau dua morfem

yang digunakan sehingga membentuk satu kesatuan makna, seperti : afterward,

within, without. Dalam bahasa Inggris contoh preposisi gabungan antara lain:

according to, ahead of, along with, apart from, as for, a side from, as to, away

from, because of, but for, close to, depending on, due to, except for, further for,

near to, next to, up to, up until, up againts.

(13)

2. We sat next to each other

Menurut Effendi dan Aritonang (1993: 18) menjelaskan bahwa preposisi

gabungan dapat juga terbentuk menjadi frasa preposisi apabila preposisi telah

diikuti oleh kelas kata lain, yakni: pronomina, nomina, numerial, adjektiva,

adverbia dan verba. Ditambahkan pula oleh Alwi (2003: 290) dalam bahasa

Indonesia preposisi gabungan terdiri atas (1) dua preposisi yang berdampingan

dan (2) dua prpeosisi yang berkolerasi.

(1) Preposisi yang berdampingan. Preposisi yang berdampingan merupkan jenis

preposisi gabungan pertama yang terdiri atas dua preposisi yang letaknya

berurutan,seperti: daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke,

sampai dengan. Contohnya:

1. Pergantian kabinet kerja sampai ke tahap Menteri

2. Harga bahan pokok bulan ini lebih mahal daripada bulan lalu

(2) Preposisi yang berkolerasi. Preposisi yang berkolerasi adalah preposisi

gabugan jenis kedua terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan tetapi

dipisah oleh kata atau frasa lain, seperti: antara….dengan…, antara…dan…, dari….hingga…, dari….ke…, sejak ... hingga…. Contoh:

1. Ayahnya telah bekerja dari pagi hingga petang

2. Perjalanan yang ia tempuh sungguh berat dari desa ke puncak

Gunung Kelud

Selanjutnya, perlu juga diketahui fungsi frasa preposisi dalam bahasa

Inggris. Menurut Quirk and Grenbaun fungsi frasa preposisi antara lain

(14)

Passage, Metaphorical extension with spatial prepositions, Cause and purpose,

From means and stimulus, dan Accompaniment.

1. Time

Menurut Quirk and Greenbaun (1990:196) preposisi yang menjelaskan tentang

waktu terbagi menjadi dua, hal ini dikarenakan adanya perbedaan pemakaian

penanda preposisi yang terdapat dalam kalimat.

a. Time Position

Suatu penanda preposisi yang digunakan untuk menyatakan waktu untuk

menjawab pertanyaan yang dimulai dengan “when?”, Quirk dan Greenbaun

(1990:196) menjelaskan ada tiga penanda preposisi yang digunakan dalam time

position antara lain: in adalah penanda waktu yang digunakan untuk menjelaskan

tentang waktu yang cakupannya lebih luas. At adalah penanda waktu yang digunakan untuk menjelaskan waktu yang lebih spesifik, dan on adalah preposisi

yang digunakan untuk menggambarkan waktu yang lebih spesifik dari kata in. Preposisi on lebih sering digunakan untuk menyatakan tanggal karena tingkatannya lebih spesifik dibandingkan dengan tahun. Contoh fungsi time

position adalah:

1) The film will begin at 7.20 p.m

2) I saw her in June

b. Time Duration

Preposisi yang digunakan untuk menjawab satuan waktu berapa lama atau

how long”. Penanda preposisi dalam time duration antara lain: from…to….

yang digunakan untuk mengukur durasi waktu dari awal hingga akhir, between…

(15)

periode yang berhubungan dengan pembagian, dan by, bofere, after, from, since,

till, until, up ,to digunakan untuk melihat dimulainya durasi suatu pusat waktu. Contoh fungsi time duration adalah:

1) We stayed in a rented cottage for the summer

2) The office will be open from Monday to Friday

2. Space

a. Position and direction

Quirk and Greenbaun (1990:192) menjelaskan bahwa between the notions of

directional movement and static position there is a cause-and-effect relation

which is applies equally to (a) the positive prepositions and (b) the negative

preposition. Contoh dalam fungsi ini adalah: to, from, at, in, and on.Contoh fungsi preposisi position and direction antara lain:

1) Jack ran to the corner and the stood at the corner

2) Bayu moved from Lembang last year and enjoys living away from the city center

b. Relative position

Digunakan untuk menggambarkan hubungan posisi suatu benda dengan benda

lainnya, menyatakan dalam, menghubungkan dua objek, menyatukan posisi yang

terletak di antara banyak tempat, dan posisi terjangkaunya suatu benda. Penanda

preposisi tersebut antara lain: above, in front of, behind, below, by, with, beside, between, among, dan around.Contoh fungsi preposisi relative position antara lain:

(16)

c. Passage

Digunakan untuk menyatakan kombinasi suatu posisi, gerakan dan tujuan

suatu perpindahan tempat. Pada fungsi ini penanda preposisi antara lain: on, in, acroos, through.Contoh fungsi passage adalah:

1) I love walking through woods in spring

2) The children were playing around the park

3. Metaphorical extension with spatial prepositions

Dalam bukunya Quirk and Greenbaun (1990:196) menjelaskan bahwa with

many spatial preposition, metaphor enables similar but abstract relation to be

expressed. Dalam contoh penenada preposisi tersebut antara lain: beneath the brances, under the floorboards, downhill, dan lain-lain. Contoh fungsi Metaphorical extension with spatial prepositions adalah:

1) The cow is in calf

2) The office is out of envelopes

4. Cause and purpose

Suatu preposisi yang digunakan untuk menyatakan alasan, penyebab, dan

akibat, pada fungsi ini penanda preposisi adalah because of, on account of, fro, out of. Preposisi yang digunakan untuk menyatakan alasan, tujuan dan target adalah for, sedangkan untuk menyatakan agen penerima dan penyebab digunakan

penanda to dan at.Contoh fungsi Cause and purpose adalah:

1) He lost his jobs because of his laziness

2) She was fined for dangerous driving

(17)

Gambaran tentang hubungan yang dinyatakan dengan preposisi yang meliputi

cara, alat, pelaku (agen), dan hasil. Preposisi ini berfungsi untuk menjawab

pertanyaan “ how”. Preposisi yang digunakan adalah: by, with, at, about, in, of,

and to.Contoh fungsi From means and stimulus adalah:

1) I go to work by car

2) Please send this to the Jakarta Post by Feedex

6. Accompaniment

Preposisi yang digunakan untuk menyatakan ajakan yang digunakan untuk

meminta seseorang dalam menemani kita.Penanda preposisi yang digunakan

adalah with dan without.Contoh fungsi Accompanimentadalah:

1) I hope you will come to dinner with your husband

2) For once, Jill went without her husband

2.4. Pergeseran Terjemahan 2.4.1. Pengertian Pergeseran

Newmark (1988: 85-86) memberi batasan pergeseran dalam hal tata bahasa

saja, yang selanjutnya diuraikan dalam tiga tipe, yakni: 1) pergeseran dari bentuk

tunggal ke jamak; 2) perubahan yang diakibatkan ketidaktersediaan struktur dalam

bahasa sasaran (SL grammatical structure does not exist in the TL); dan 3)

pergeseran yang diakibatkan memungkinkannya proses penerjemahan literal

secara gramatikal namun tidak selaras dengan penggunaan secara natural dalam

bahasa sasaran.

Catford (1965:73) menuliskan pergeseran pada terjemahan terdiri atas dua

(18)

linguistik yang memiliki kesepadanan yang dapat ditemui pada level yang berbeda

(tataran grammar berpadanan dengan leksis) dan (2) Pergeseran Bentuk (category

shift)ialah istilah umum suatu pergeseran yang meliputi empat kategori, yakni (a)

pergeseran struktur (Sturcture Shift) yang meliputi perubahan grammatikal antara

struktur teks sumber (TSu) dengan teks sasaran (TSa), (b) pergeseran kelas (class

shifts) dimana bahasa sumber dipadankan dengan bahasa target yang memiliki

kelas gramatikal yang berbeda seperti misalnya sebuah verba diterjemahkan

dengan nomina, (c) pergeseran unit (unit shift) yang menyangkut perubahan rank,

dan (d) pergeseran intra-sistem (inter-system shift) yang terjadi bila secara formal

bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) memiliki kondisi terlihat sejajar

tetapi secara konstituen memiliki perbedaan (misalnya tata urutan konstituen

berbeda antara BSu) dengan padanannya dalam bentuk tunggal (singular) bahasa

sumber (BSu) menjadi jamak (plural) dalam bahasa sasaran (BSa).

2.4.2.Jenis Pergeseran

Menurut Catford (1965:75) jenis pergeseran dalam terjemahan terdiri atas:

1. Pergeseran Tingkat (Level Shift)

Catford menyatakan bahwa level shift terjadi ketika suatu ekspresi dalam BSu

memiliki padanan dalam BSa pada level yang berbeda. Catford menjelaskan

sebelumnya (1965:3) bahwa yang dimaksud dengan level di sini adalah

strukturisasi dimensi bahasa berdasarkan pada substansi fonik, substansi grafik,

(19)

Level shift yang dimaksudkan adalah pergeseran yang terjadi dari tingkatan

grammar ke lexis atau sebaliknya. Artinya bahwa suatu tatanan gramatik dalam

suatu bahasa (misalnya pembentukan kala prefektif bahasa Inggris dengan pola

have + V3), karena perbedaan tata bahasa, akan harus diterjemahkan menjadi

tingkat kata (lexis) dalam bahasa lain (misalnya dalam Bahasa Indonesia), dengan

menggunakan kata “sudah” atau “telah” (Machali, 1998:14).

Contoh Tsu: John has stopped smoking.

Tsa: John sudah berhenti merokok.

Penanda gramatikal perfektif “has stopped” dalam bahasa Inggris

diterjemahkan menjadi kata (lexis) “sudah” dalam bahasa Indonesia.

2. Pergeseran Bentuk (Category Shift)

Category shift terjadi ketika terdapat perubahan atau pergeseran terjemahan

dari korespondensi formal, dari bentuk yang setara antara bahasa sumber dan

bahasa sasaran, seperti contoh yang di atas, dimana terjemahan itu setara sampai

pada tingkatan kata atau bahkan morfem. Dalam hal ini tidak perlu ada pergeseran

atau shift apapun, karena masing-masing kata dalam bahasa sumber dan bahasa

sasaran memiliki padanan yang berkorespondensi secara formal. Bentuk ini

dibedakan menjadi empat jenis: (a) structure shift, (b) class shift, (c) unit shift,

dan (d) intra-system shift

1. Pergeseran Struktur (Structure Shift)

Pergeseran struktur ini terjadi karena adanya perubahan susunan gramatikal

(20)

karena selera penerjemah atau karena mengikuti gaya penulisan (style) tertentu.

Perhatikan contoh – contoh berikut ini:

Tsa1: pabrik mainan

Tsu1: toy factory

Tsa2: stolen jewelry

Tsu2: perhiasan yang dicuri

2. Pergeseran kelas (Class Shift)

Class shift terjadi jika terdapat pergeseran pada kelas kata (jenis kata)

dalam penerjemahan. Kelas-kelas kata ini bisa jadi berbeda-beda antara satu

bahasa dengan bahasa yang lain. Misalnya, dalam bahasa Inggris ada kelas kata

adverbia yang biasanya dipadankan dengan frasa dalam bahasa Indonesia.Contoh:

Tsu1: mechanical engineering (kata sifat)

Tsa1: teknik mesin (kata benda)

Tsu2: for the pursuit of happines (kata benda)

Tsa2: untuk mengejar kebahagiaan (kata kerja)

Tsu3: for good (kata sifat)

Tsa3: untuk selamanya (kata keterangan)

3. Pergeseran Unit (Unit Shift)

Machali (2000: 20-23), sebagaimana banyak ahli bahasa lainnya, menyatakan

bahwa setiap bahasa mempunyai pola atau sistem tata bahasa yang mengandung

hierarki lima satuan bahasa, yaitu: (1) morfem; (2) kata; (3) frasa; (4) klausa; dan

(5) kalimat. Selanjutnya pada tataran yang lebih tinggi satuan bahasa terbagi

(21)

Ketika penerjemahan yang dilakukan menjadikan adanya perubahan pada

tataran satuan bahasa dari ungkapan Bsu ke BSa, maka terjadilah unit shift atau

rank shift. Bila pergeseran itu terjadi dari satuan yang lebih rendah ke satuan yang

lebih tinggi (1 ke 2, 1 ke 3, 2 ke 4, dan sebagainya) disebut upward rank shift,

sebaliknya bila pergeseran itu terjadi dari satuan yang lebih tinggi ke satuan yang

lebih rendah (3 ke 2, 4 ke 3, 3 ke 1, dan sebagainya) disebut downward rank shift.

Contoh:

Tsu: gravity

Tsa: gaya tarik bumi

Kata dalam BSu diterjemahkan menjadi frasa dalam BSa. Kata “gravity

sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, yaitu gravitasi. Berarti,

penerjemah melakukan translation shift berupa upward rank shift bukan karena

keharusan tata bahasa, tetapi karena pilihan kata yang dikehendakinya sendiri.

4. Pergeseran Intra-Sistem (Intra-system Shift)

Catford (1965:80) menggunakan istilah intra-system shifts ini untuk

kasus-kasus dimana terjadi pergeseran karena disebabkan oleh tata bahasa yang berbeda

dari kedua bahasa yang terlibat. Dalam hal ini, kedua BSu dan BSa memiliki

sistem yang sepadan secara formal antara satu sama lain, namun penerjemahan

yang dilakukan mengharuskan terjadinya pergeseran karena kelaziman ekspresi

yang berkorespondensi itu menjadi tidak berterima. Ketidakberterimaan itu

disebabkan oleh ketentuan tata bahasa dalam Bsa itu sendiri. Penelitian ini

menggunakan klasifikasi Catford untuk menganalisis pergeseran bentuk pada

(22)

2.5 Keakuratan

Istilah keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk mengevaluasi

suatu terjemahan sebagai acuan apakah teks bahasa sumber dan teks bahasa

sasaran sudah sepadan atau belum.

Menurut Nababan (2012:44) mengatakan konsep kesepadanan mengarah

pada kesamaan isi atau pesan antar keduanya, suatu teks dapat disebut sebagai

suatu terjemahan jika teks tersebut mempunyai makna atau pesan yang sama

dengan teks sumber.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa keakuratan suatu teks

terjemahan berhubungan dengan ketepatan pengalihan pesan atau makna asli yang

terkandung di dalam teks sumber ke dalam teks sasaran.

Keakuratan dapat pula dikatakan sebagai kesesuaian atau kesamaan

informasi antara hasil terjemahan dengan teks sumber, atau tidak ada

penyimpangan pesan.Menurut Machali (2000:110) ketepatan suatu kesepadanan

katadapat dilihat dari aspek linguistik, semantik, dan pragmatik.Hal ini

dikarenakan suatu keakuratan tidak hanya dapat dilihat dari ketepatan pemilihan

kata tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna dan pragmatik. Baker

(1992:57) menambahkan:

Accuracy is no doubt an important aim in translation, but it is also important to bear in mind that the use of common target-language patterns which are familiar to the target reader plays an important role in keeping the communication channels open.

(23)

Instrumen Pengukur Tingkat Keakuratan Terjemahan

Skala Indikator Kesimpulan

3

Makna terjemahan frasa preposisi yang terdapat pada kalimat dalam bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi disortasi makna.

Akurat

2

Sebagian besar makna frasa preposisi bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang menggangu keutuhan pesan.

Kurang Akurat

1

Makna frasa preposisi bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (Deletion).

Tidak Akurat

Sumber Nababan (2012) dalam Silalahi (2012) dengan modifikasi

Suatu terjemahan dapat dikatakan akurat jika terjemahan tersebut tidak

mengalami distorsi makna.Maksudnya adalah makna frasa, yang ada di bahasa

sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran.Jika suatu terjemahan

diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa sasaran tanpa ada penambahan

ataupun penghilangan informasi yang tidak sesuai dengan teks sumbernya, maka

terjemahan yang dihasilkan adalah terjemahan yang akurat. Jika di dalam suatu

terjemahan ditemukan makna frasa pada TSu-nya mengalami distorsi makna

(terjemahan ganda) ataupun ada makna yang dihilangkan dan mengangu keutuhan

pesan, maka terjemahan tersebut dikatakan terjemahan kurang akurat

Sementara itu, suatu terjemahan dikatakan terjemahan tidak akurat adalah

jika makna frasa preposisi pada TSu dialihkan secara tidak akurat kedalam Bsa

atau dihilangkan sehingga keutuhan pesan yang ada Bsu tidak diterjemahkan ke

dalam TSa. Hal tersebut dapat terjadi jika: 1) tidak menemukan pemadanan kata

(24)

penambahan yang tidak perlu dan 4) adanya pergeseran yang dapat menyebabkan

distorsi makna.

2.6 Novel

Salah satu bagian dari sastra adalah novel, novel merupakan jenis bagian

sastra yang menggambarkan tentang persoalan kehidupan secara luas. Menurut

Quinn (1955:43) novel merupakan narasi prosa rekaan tulis yang menggambarkan

suatu dunia yang sebagian atau sepenuhnya tercipta dari para tokoh, satu atau

lebih memiliki interioritas, bertindak dalam ruang dan waktu yang dibedakan

dengan cermat.

Nurgiyantoro (1998:3) menambahkan bahwa sebuah novel mampu membuat

pengahayatan dan perenungan secara intens, penuh kesadaran, dan tanggung

jawab pengarang terhadap hakikat hidup dan kehidupan.

KBBI (2007:788) menegaskan bahwa novel adalah karangan prosa yang

panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat-sifat setiap pelaku.

Novel merupakan karya imajinatif yang mempunyai dunia tersendiri dengan

mekanisme dan realitasnya sendiri, ketika membacanya terkadang dirasakan ada

jarak antara kenyataan dan realitas yang digambarkan novel tersebut.

Novel menawarkan „model-model‟ kehidupan sebagaimana yang diidealkan

oleh si pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya sastra yang

estetis, sehingga membaca sebuah novel berarti menikmati sebuah cerita,

menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.

(25)

Gambaran dari sebuah novel biasanya diusahakan oleh pengarang agar menjadi

seolah-olah gambaran kehidupan nyata.

2.7 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah suatu penelitian yang memiliki hubungan dan

digunakan untuk menunjukkan keaslian suatu penelitan tersebut dan untuk

menjadi rujukan dari penelitian yang terdahulu. Penelitian yang relevan digunakan

untuk melihat persaman dan perbedaan antara penelitian yang sedang dilakukan

dengan penelitian terdahulu terkait dengan terjemahan frasa preposisi yang sesuai

dengan tujuan dari penelitian ini yaitu melihat jenis-jenis pergeseran bentuk yang

terjadi pada terjemahan frasa preposisi, dan tingkat keakuratan terjemahan frasa

preposisi itu sendiri dalam novel Pride and Prejudice. Beberapa diantaranya

adalah sebagai berikut:

1) Susana (2013) dalam tesisnya yang berjudul “Shifts In Translation Of Locative

Prepositional Phrases With Reference To Steve Jobs Biography” Penelitian

tersebut difokuskan pada pergeseran frasa preposisi locatife (tempat) dalam

penerjemahan, dan pengurangan dan penambahan informasi. Penelitian

tersebut memiliki keterkaiatan dengan penelitian ini dari segi teori frasa

preposisi yang digunakan yaitu Quirk (1973) serta teori pergeseran terjemahan

yang menggunakan teori Catford (1965). Hasil dari penelitian ini adalah

penerjemahan frasa preposisi lokatif (tempat) dapat memunculkan

pengurangan dan penambahan informasi beserta alasannya, alasan mengapa

(26)

sendiri. Penelitian Susana sangat bermanfaat bagi penelitian ini dikarenakan

terdapatnya fokus penelitian yang sama yakni berupa frasa preposisi. Dalam

penelitiannya Susana menjabarkan tentang frasa preposisi lokatif, sedangkan

penelitian ini berfokus pada seluruh jenis frasa preposisi dan pergeseran

bentuk frasa preposisi yang terdapat dalam novel Pride and Prejudice.

2) Mulyadi (2010) dalam jurnalnya yang berjudul “Frasa Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berfokus pada struktur internal frasa preposisi dalam bahasa Indonesia dengan

menggunakan teori X-Bar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa struktur

F.Prep bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier.

Kaidah pembentukannya dirumuskan sebagaiberikut: (t) FP = P', Spes; P'= P',

Kornp, (z) Fp = p', Spes; p'= p', Ket; p'= P, Komp, (9 FP = P', Spes; FP =

P',Spes; P'= P, Ket;y= p, Komp.Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mulyadi mengenai frasa preposisi dengan menggunakan teori x-bar, sangat

bermanfaat terhadap penelitian ini dikarenakan penjelasan frasa preposisi pada

bahasa Indonesia yang menjadi bahasa sasaran (BSa) dalam penelitian ini.

3) Rehatta (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Frasa Preposisi Dalam Artikel

Jurnal Akademik Pada English Teaching Forum Volume 41, No.4, Tahun

2003”. Hasil penelitiannya terdapat 280 frasa preposisi yang diklasifikasikan menjadi frasa preposisi yang mengikuti nomina, klausa pertanyaan, Verba-ing,

kata ganti. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rehatta menjadi

salah satu kajian pada penelitian ini dalam melihat jenis preposisi apa saja

yang terdapat dalam novel pride and prejudice yang mengikuti nomina,

(27)

4) Astuti (2014) dalam e-journalnya yang berjudul “Frasa Preposisi Dalam

Kumpulan Cerpen Anak Let’s Smile, Delia! Karya Wanda Amyra Mayshara”. Fokus penelitiannya adalah jenis preposisi, pola frasa preposisi, dan makna

frasa preposisi yang terdapat dalam cerpen anak bahasa Indonesia dengan

judul “Let’s Smile, Delia!”. Dalam penelitian ini, terdapat 2 jenis preposisi, 5

macam pola frasa preposisi, dan 16 makna frasa preposisi. Jenis preposisi

yang ditemukan yaitu jenis preposisi tunggal dan jenis preposisi majemuk

Pola frasa preposisi yang ditemukan yaitu preposisi + nomina/ frasa nomina,

preposisi + adjektiva/ frasa adjektiva, preposisi + verba/ frasa verba,

preposisi+ pronomina persona, dan preposisi + pronomina penunjuk.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiji diharapkan dapat membantu memberikan

konstribusi bagi penelitian ini dalam segi menentukan makna, jenis dan pola

frasa preposisi.

2.8Kerangka Pikir

Tujuan kerangka pikir adalah untuk melihat alur pikir dan arah dari

penelitian. Sejalan dengan ini, Sutopo (2006:141) menjelaskan bahwa tujuan dari

kerangka pikir adalah menggambarkan secara jelas bagaimana kerangka pikir

yang akan digunakan peneliti dalam mengkaji dan memahami permasalahan yang

akan diteliti.

Salah satu manfaat adanya kerangka pikir adalah untuk menggambarkan

secara jelas dan empiris bagaimana pola pikir yang digunakan oleh seorang

(28)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Sumber Data

( NovelPride andPrejudice)

Bahasa Sasaran

(Bahasa Indonesia) Bahasa Sumber

(Bahasa Inggris)

Data Frasa Preposisi (Quirk, 1990:189)

Analisis Data

Pergeseran Terjemahan

(Catford (1965:73))

Keakuratan (Silalahi, 2012: 74))

Referensi

Dokumen terkait

yang menggunakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman minimarket, usaha ini berkembang dengan baik dan mengalami peningkatan volume penjualan yang dapat dilihat dari omset

Berdasarkan pendapat tersebut, yang dimaksud kualitas tes buatan guru (quality ofteacher tes making) dalam penelitian ini adalah kualitas tes yang dibuat sendiri

Wawancara dilakukan dengan menanyakan luas tanah yang sudah dibeli oleh pemilik perusahaan, berapa target produksi yang ingin dicapai oleh pemilik perusahaan, dan

Struktur kepemilikan digunakan dalam penelitian karena pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial maka manajemen cenderung

Kinerja Karyawan BPRS Saka Dana Mulia Kudus mengalami penurunan. Penurunan kinerja Karyawan ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu motivasi kerja islami, disiplin kerja

Petunjuk Teknis Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional Sekolah Dasar Tahun 2018 Petunjuk Teknis.. DIREKTORAT PEMBINAAN

• Producing ability is a function of all permanent factors ( which permanently affect the performance potential of the animal) which include:.. • All