• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Memanfaatkan Internet Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK di SMA N aranggede T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Memanfaatkan Internet Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran TIK di SMA N aranggede T1 BAB II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian menggunakan metode pembelajaran Learning Cycle 5e ini sebelumnya telah dilakukan oleh Innarotul ulya dengan skrisi berjudul “efektifitas model pembelajaran learning cycle 5e dengan pemanfaatan alat peraga pada materi pokok bidang datar terhadap hasil belajar peserta didik kelas vii smp nurul islam semarang tahun pelajaran 2010/2011”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut: “model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pemanfaatan alat peraga pada materi pokok segitiga peserta didik kelas VII lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dilihat pada lampiran 26-27 dari hasil belajar kelas eksperimen dengan nilai rata-rata sebesar 73,45 lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol dengan nilai rata-rata sebesar 64,90”.

(2)

pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan. (2) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dilihat dari hasil tes siklus. Persentase kemampuan pemecahan masalah matematika pada siklus 1 sebesar 48,46% dengan katagori cukup, meningkat menjadi 68,95% pada akhir siklus 2 dengan katagori tinggi. Persentase rata-rata tes siswa untuk tiap indikator kemampuan pemecahan masalah telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian, yaitu: (a) Kemampuan mengidentifikasi masalah meningkat dari 63,64% menjadi 77,27%, (b). Kemampuan merencanakan penyelesaian masalah meningkat dari 48,07% menjadi 71,84%, (c). Kemampuan menyelesaikan masalah meningkat dari 49,56% menjadi 66,34%, (d) Kemampuan menginterpretasikan hasil mengingkat dari 32,58% menjadi 60,35%.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Learning Cycle 5e

Learning Cycle 5e merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif [3]. Menurut Lorsbach sebagaimana dikutip dalam Made Wena, Learning Cycle 5e terdiri atas lima fase yaitu fase (a) pembangkit minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration/extention), dan (e) evaluasi (evaluasi). Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Fase Pembangkitan Minat (Engagement)

Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian peserta didik dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

(3)

Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 5-6 peserta didik, kemudian diberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini peserta didik didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki peserta didik apakah sudah benar, masih salah, sebagian salah, atau sebagian benar.

c) Fase Penjelasan (Explanation)

Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap pembelajaran, guru dituntut mendorong peserta didik untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan peserta didik, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar peserta didik atau guru. Dengan adanya diskusi ini, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan peserta didik terdahulu sebagai dasar diskusi.

d) Fase Penerapan Konsep (Elaboration)

Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi peserta didik menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, peserta didik akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/ mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar peserta didik akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar peserta didik tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar peserta didik.

(4)

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik dalam menerapkan konsep baru. Peserta didik dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, peserta didik akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan [4].

2.2.2 Search engine

Menurut buku yang berjudul “Teknologi informasi dan komunikasi” yang ditulis oleh Sutikno (2007 : 37) menyatakan bahwa search engine adalah suatu fasilitas diinternet yang digunakan untuk mencari informasi diinternet dengan mengetikkan kata kuncinya. Informasi yang dicari diinternet dapat berupa berita, tutorial ilmu pengetahuan, teknologi, soal-soal dan lain-lain. Untuk menggunakan fasilitas search engine ini maka harus menggunakan website yang menyediakan fasilitas ini. Contoh website yang menyediakan fasilitas search engine yaitu www.google.com, www.yahoo.com, www.msn.com, www.altavista.com, www.catcha.com, searchindonesia.com dan lain-lain.

(5)

bagian persentase masing-masing mesin pencari untuk total seluruh dunia.

Gambar 2.2.2 data pengguna search engine tahun 2012

Hasil persentase pengguna search engine tahun 2012:

 Google: 114.7 billion searches, 65.2% share

 Baidu: 14.5 billion searches, 8.2% share

 Yahoo: 8.6 billion searches, 4.9% share

 Yandex: 4.8 billion searches, 2.8% share

 Microsoft: 4.5 billion searches, 2.5% share

 Others: 28.7 billion searches, 16.3% share

(6)

alamat www.google.co.id. Karena sifatnya yang populer, cepat dalam mengakses, bahasa yang dapat dipahami siswa karena menggunakan bahasa sendiri dan user friendly maka google dijadikan sumber belajar yang akan mendukung dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2.3 Keaktifan Belajar  Pengertian Keaktifan

Aktifitas dalam pembelajaran sangatlah penting. Hal ini dikarenakan prinsip belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah 27 tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan asas yang penting dalam interaksi belajar mengajar.

Didalam aktifitas pembelajaran ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa modern dan ilmu jiwa lama. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru, sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas didominasi oleh siswa18. Aktifitas yang diharpkan dalam pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan siswa, sehingga dalam pembelajaran siswa lebih dominan. Proses belajar – mengajar akan berlangsung dinamis ketik siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran. Bentuk keaktifan dinamis ketika siswadalam belajar salah satunya berupa pemutasan terhadap apa yang dijelaskan guru, yang disertai perenungan serta penerapan dalam bentuk penyelesaian soal. Jadi dalam pembelajaran keterlibatan siswa sangat dominan dalam aktivitas pembelajaran. Aktivitas belajar tersebut meliputi aktivitas jasmani dan keaktivitas mental. Aktivitas belajar tersebut digolongkan menjadi empat, yaitu 19:

1. Visual Aktivitas meliputi membaca, memperhatikan, mengamati, demonstrasi, dan sebagainya.

(7)

3. Drawing Activitas meliputi menggambar, membuat grafik, membuat peta, diagram dan sebagainya.

4. Writing Activiti melipouti menulis cerita, membuat rangkuman, menulis laporan, dan sebagainya.

Dari klarifikasi diatas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran sangatlah kompleks dan bervariasi yang mencakup aktifitas fisik dan psikis. Strategi belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik fisik, mental, intelektual, maupun emosional akan mencapai pembelajaran yang optimal. Jenis keaktivitas diatas mempunyai jumlah atau kadar yang berbeda tergantung pada segi mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar-mengajar. Keaktifan siwsa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, dan lain sebagainya20

 Indikator keaktifan belajar siswa

Komponen yang menjadi indikator tercapainya peningkatan keaktifan siswa pada penelitian adalah 21:

1. Selama proses belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan.

2. Siswa pada umumnya mencari dan menggunakan sumber informasi.

3. Kerja sama dan interaksi siswa dalam kelompok.

4. Terjadi interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru.

5. Siswa melakukan presentasi di depan kelas. 6. Mengerjakan tugas dari guru.

Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, medukung dan secara pribadi menarik hati.

 Cara membentuk keaktifan belajar siswa

(8)

aktivitas–aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan, mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik dapat saling mengajar satu sama lain. Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi siswalah yang menjadi pelaku kegiatan belajar. Demikian pula dalam pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya mengkondisikan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

2.2.4 Hasil Belajar

Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana-mana, misalnya dilingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Menurut Gagne (dalam Henny, 2011) hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu. Hasil belajar menurut Sudjana (Supraktinya : 1) adalah kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai atau dikuasai oleh murid dalam bentuk hasil belajar yang bisa mereka tunjukkan setelah menjalani kegiatan belajar mengajar.

Secara garis besar ada dua kategori alat penilaian hasil belajar, yaitu tes dan nontes (Supraktinya : 25). Penelitian ini menggunakan alat penelitian berupa tes. Bersumber dari pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.

2.3 Pertanyaan Penelitian

(9)

Gambar

Gambar 2.2.2 data pengguna search engine tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN 5E LEARNING CYCLE MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN SISWA KELAS VII MTs MUHAMMADIYAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE “5E” BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN.. KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK

Skripsi berjudul ” Penerapan Model Learning Cycle 5E (LC 5E) dengan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi untuk Meningkatkan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar

Hasil uji t pada Tabel 1, menunjukan bahwa terdapat perbedaan merumuskan masalah antara penerapan learning cycle 5E dengan discovery learning yang ditunjukan

1. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle “5E” lebih tinggi

Problem Based Learning dan Project Based Learning dalam pembentukan kemampuan pemecahan masalah pada siswa SMK TI khususnya kelas XI melalui penerapan kedua

Penelitian lain yang dilakukan oleh Eva M dan Harin Sundari (2012), yang berjudul “ Pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis eksperimen terhadap hasil

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E ENGAGEMENT, EXPLORATION, EXPLANATION, ELABORATION, EVALUATION DI SMP