18
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep
Bagian ini berisi kerangka konsep yang merupakan hasil uraian landasan
teori yang terdapat pada studi kepustakaan. Menurut Giddes dan Grosset (2000),
masase dapat mengurangi kuatnya ketegangan pada otot, sehingga mendorong
relaksasi dan meredakan rasa sakit saat melahirkan. Kerangka konsep pada
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 3.1. Kerangka Penelitian
Keterangan: Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti Perawatan nifas dengan
pijat atau masase nifas
1. Waktu dilakukan masase nifas
2. Frekuensi tindakan dilakukan
masase selama masa nifas
3. Bagian-bagian tubuh yang
dilakukan masase nifas
4. Bagian tubuh yang paling lama di
masase
5. Tempat di lakukan masase nifas
6. Personil yang melakukan masase
3.2. Defenisi Operasional
Tindakan pelaksanaan pemijatan
pada tubuh ibu setelah
persalinan yang dilihat dari sisi
waktu dilakukan masase nifas,
jumlah pelaksanaan tindakan
masase selama masa nifas,
bagian-bagian tubuh yang
dilakukan masase nifas, bagian
tubuh yang paling lama di
masase, tempat pelaksanaan
masase nifas, serta personil
20
masase :
Kepala, leher, bahu,
punggung, pinggang,
bokong, dada,
payudara, perut,
lengan atas, lengan
bawah, punggung
tangan dan
pergelangan tangan,
telapak tangan, paha,
betis, punggung kaki
dan sekitar mata kaki,
telapak kaki.
• Tempat :
Di rumah ibu sendiri
atau ditempat pemijat
masase nifas
• Personil : Pemijat yang sudah
dikenal masyarakat
atau keluarga ibu
nifas
Nominal
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengidentifikasi bagaimana pelaksanaan masase nifas pada ibu pascasalin
di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.
4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling
4.2.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
pernah melakukan masase nifas selama masa nifas dan sudah melewati masa nifas
(40 hari) sampai dengan 5 bulan.
4.2.2. Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi atau bagian dari populasi (Notoadmodjo, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang pernah melakukan
masase nifas selama masa nifas dan sudah melewati masa nifas (40 hari) sampai
dengan 5 bulan yaitu sebanyak 64 orang.
4.2.3. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
22
(2010), jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian semuanya.
4.3. Lokasi dan waktu penelitian
4.3.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal. Alasan peneliti memilih meneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal karena wilayah tersebut memiliki cukup banyak ibu yang melahirkan dan
jarak dari lokasi penelitian dengan tempat tinggal peneliti menjadi salah satu
pertimbangan agar mempermudah akses pengambilan data informasi dari lokasi
tersebut.
4.3.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 April sampai 29 Mei 2017.
4.4. Pertimbangan etik
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu dengan
memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon
responden harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Jika
calon responden bersedia diteliti tetapi tidak bersedia menandatangani lembar
persetujuan, maka persetujuan dilakukan secara lisan. Jika calon responden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
haknya. Kerahasiaan catatan tentang data calon responden dijaga dengan tidak
menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan
diberikan. Data-data yang telah diperoleh dari calon responden juga hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2008).
4.5. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner.
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner terbuka atau
tidak berstruktur yang memberikan kebebasan kepada responden untuk
mengungkapkan permasalahannya (Alimul, 2009). Kuesioner yang digunakan
terdiri dari dua bagian, pertama pertanyaan yang berisi data demografi meliputi
nomor responden, tanggal persalinan, usia, jumlah anak, agama, suku. Kemudian
pertanyaan variabel tentang pelaksanaan masase nifas terdiri dari waktu,
frekuensi, bagian tubuh yang dilakukan masase nifas, bagian tubuh yang paling
lama di masase, tempat, serta personil yang melakukan pemijatan atau masase
nifas.
4.6. Validitas dan reliabilitas
4.6.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidatan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2012). Uji validitas
bertujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu
mengukur apa yang hendak kita ukur (Notoadmodjo, 2012). Uji validitas
dilakukan secara content validity yaitu validitas yang merujuk sejauh mana sebuah
instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai isi yang dikehendaki
(Setiadi, 2013).Penelitian dinyatakan valid jika nilai Content Validity Index sama
24
sudah dikonsultasikan kepada kepala ruangan maternitas yang bertugas di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara. Hasil uji validitas mempunyai nilai Content
Validity Index sebesar 0,94, sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat dinyatakan sudah valid.
4.6.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama (Notoadmodjo, 2012). Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kendala
atau hambatan dalam mengisi kuesioner pada pengumpulan data serta melihat
kevalidan dan reliabilitas dari instrumen yang digunakan. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.
4.7. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Setelah mendapatkan surat izin tersebut,
peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Setelah mendapatkan data
responden, maka peneliti mendatangi rumah calon responden kemudian peneliti
menjelaskan maksud, tujuan, dan cara pengisian kuesioner kepada calon
responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani
dan jika ada yang kurang jelas calon responden diberi kesempatan untuk bertanya
selama proses pengumpulan data. Kemudian responden diberikan waktu 10-15
menit untuk mengisi kuesioner. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka selanjutnya data tersebut
dikumpulkan dan dilakukan analisa data.
4.8. Analisa data
4.8.1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data yang terdiri dari
beberapa tahapan meliputi, pengeditan data (editing) untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Kemudian Coding
yaitu, kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dalam
satu buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variable. Hasil pengelompokan data kemudian dimasukkan kedalam tabel
(tabulating) sesuai dengan kategori secara manual kemudian didapatkan hasil
analisa data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
4.8.2 Analisis data
Analisis data yang digunakan untuk instrument penelitian adalah analisis
univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel
penelitian. Umumnya analisis ini hanya menganalisis distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Maka hasil analisa data
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi fkekuensi dan
26
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan terkait
pelaksanaan masase nifas pada ibu pascasalin yang meliputi waktu dilakukannya
masase nifas, bagian-bagian tubuh yang dilakukan masase nifas., bagian tubuh
yang paling lama dilakukan tindakan masase nifas, frekuensi tindakan dilakukan
masase selama masa nifas, tempat dilakukan (praktek) masase nifas, serta personil
yang melakukan pemijatan atau masase nifas. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 19 April sampai 29 Mei 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan
pihak Puskesmas Medan Sunggal tentang penelitian yang akan dilakukan
terutama terkait dengan pengambilan data ibu yang melahirkan pada bulan
November 2016 sampai Maret 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut.
Namun, puskesmas Medan Sunggal tidak melayani persalinan sehingga pihak
puskesmas menyarankan untuk mengambil data ibu melahirkan di beberapa klinik
yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Terdapat 5 klinik yang
termasuk Wilayah Kerja Puskesmas tersebut namun yang di tunjuk oleh
puskesmas adalah Klinik Diana, Klinik Junita dan Klinik Mariani karena
klinik-klinik tersebut memiliki jumlah ibu yang melahirkan cukup banyak dibanding
bulan November 2016 sampai bulan Maret 2017 di dapat dari klinik tersebut,
yaitu sebanyak 113 orang. Dari data tersebut terdapat 32 alamat responden yang
kurang jelas dan 17 orang yang tidak melakukan masase nifas. Jadi, jumlah
responden dalam penelitian ini sebanyak 64 orang. Selama proses penelitian
berlangsung ada beberapa kesulitan yang dialami peneliti salah satunya ialah
responden menolak untuk mengisi kuesioner pada hari itu sehingga peneliti harus
mendatangi rumah responden tersebut di lain hari yang sudah di sepakati
responden dan peneliti.
5.1.1. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
sudah melewati masa nifas 40 hari sampai 5 bulan atau ibu yang melahirkan pada
bulan November 2016 sampai bulan Maret 2017 yang keseluruhan jumlahnya
adalah 64 orang. Adapun karakteristik responden yang meliputi umur, jumlah
anak, agama, dan suku.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden ibu nifas di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal dengan kelompok usia terbanyak berada pada
rentang 20 – 29 tahun sebanyak 47 orang (73,4%). Tabel paritas (kelahiran) paling
banyak adalah kelahiran anak kedua sebanyak 35 orang (54,7%), sisanya jumlah
kelahiran anak ke 3 yang paling sedikit sebanyak 14 responden (21,9%) dan
kelahiran anak pertama sebanyak 15 responden (23,4%). Agama responden
28
mayoritas ibu bersuku Jawa sebanyak 34 (53,1%). Informasi lengkap terkait
karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1. dibawah ini :
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan data demografi terkait pelaksanaan masase nifas pada ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
5.1.2. Waktu pelaksanaan masase nifas
5.1.2.1. Masase pertama
Berikut pemaparan terkait waktu pertama dilakukan pelaksanaan masase
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden terkait waktu pertama pelaksanaan masase nifas pada ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 5.2. diatas menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu mulai melakukan masase nifas pada hari ke tujuh, yaitu
sebanyak 30 orang (46,9%). Sebanyak 9 orang (14,1%) ibu melakukannya pada
hari ke dua. Hanya 2 orang (3,1%) ibu lainnya mulai melakukan masase nifas
pada hari ke sepuluh dan hari ke dua belas. Masase pertama paling lama dilakukan
oleh ibu yaitu pada hari ke-40 sebanyak 6 orang (9,4%) ibu.
5.1.2.2. Masase kedua
Berikut pemaparan terkait masase kedua dilakukan pelaksanaan masase
nifas oleh ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal
Waktu Frekuensi (f) Persentase (%)
Hari ke-2 9 14,1
Hari ke-3 7 10,9
Hari ke-7 30 46,9
Hari ke-10 2 3,1
Hari ke-12 2 3,1
Hari ke-14 5 7,8
Hari ke-16 3 4,7
30
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden terkait masase kedua yang dilakukan ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 5.3. diatas menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu melakukan masase kedua pada hari ke-14 yaitu
sebanyak 21 orang (32,8%) ibu. Terdapat 12 orang (18,8%) ibu yang tidak
melakukan masase atau hanya melakukan masase sebanyak 1 kali saja.
5.1.2.3 Masase ketiga
Berikut pemaparan terkait masase ketiga dilakukan pelaksanaan masase
nifas yang dilakukan ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal Waktu Frekuensi (f) Persentase (%)
Hanya 1 kali masase 12 18,8
Hari ke-4 4 6,3
Hari ke -7 2 3,1
Hari ke-8 1 1,6
Hari ke-10 4 6,3
Hari ke -12 2 3,1
Hari ke-14 21 32,8
Hari ke-19 3 4,7
Hari ke-21 8 12,5
Hari ke-30 2 3,1
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi responden terkait masase ketiga yang dilakukan ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 5.4. diatas menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu melakukan masase ketiga pada hari ke dua puluh satu
yaitu sebanyak 13 orang (20,3%). Sebanyak 27 orang (42,2%) ibu yang tidak
melakukan masase sebanyak 3 kali atau hanya melakukan masase sampai 2 kali
saja.
5.1.2.4. Masase ke empat
Berikut pemaparan terkait masase ke empat dilakukan pelaksanaan
masase nifas yang dilakukan ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal
32
Hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 5.5. diatas menunjukkan
bahwa sebanyak 59 orang (92,2%) ibu yang tidak melakukan masase sampai 4
kali selama masa nifas berlangsung. Ibu yang melakukan masase ke empat pada
hari ke tiga puluh enam dan empat puluh yaitu sebanyak 2 orang (3,1%).
5.1.3. Frekuensi tindakan dilakukan masase nifas
Berikut pemaparan terkait frekuensi tindakan dilakukan masase nifas
pada ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi responden terkait jumlah tindakan masase nifas pada ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Dari tabel 5.6. diatas dapat diketahui bahwa ibu melakukan masase nifas
sebanyak tiga kali selama masa nifas (40 hari) yang dilakukan oleh 34 orang
(53,1%) ibu. Terdapat 15 orang (23,4%) ibu melakukan masase nifas sebanyak
dua kali. Sebanyak 12 orang (18,8%) ibu melakukan masase nifas hanya satu kali
selama masa nifas berlangsung. Sebanyak empat kali ibu melakukan masase nifas
yang dilakukan oleh 5 orang (7,8%) ibu.
5.1.4. Bagian tubuh yang dilakukan masase nifas
Berikut peneliti akan menjelaskan hasil penelitian tentang bagian tubuh
yang dilakukan masase. Untuk memudahkan dalam pemaparan hasil, bagian
tubuh yang di masase di kelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Jumlah Frekuensi (f) Persentase (%)
Satu kali 12 18,8
Dua kali 15 23,4
Tiga kali 32 53,1
• Seluruh tubuh A yang meliputi, kepala, leher, bahu, punggung, pinggang, bokong, dada, payudara, perut, lengan atas, lengan bawah, punggung
tangan dan pergelangan tangan, telapak tangan, paha, betis, punggung
kaki, dan sekitar mata kaki, dan telapak kaki.
• Seluruh tubuh B, yaitu seluruh tubuh A kecuali kepala, leher, dada, dan payudara.
• Seluruh tubuh C, yaitu seluruh tubuh A kecuali kepala dan leher.
Pada tabel 5.7. di bawah ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang bagian
tubuh yang dimasase.
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi responden terkait bagian tubuh yang di masase pada ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7. diatas menunjukkan
bahwa sebanyak 51 orang (79,7%) ibu melakukan masase nifas di seluruh tubuh
A, meliputi kepala, leher, bahu, punggung, pinggang, bokong, dada, payudara,
perut, lengan atas, lengan bawah, punggung tangan dan pergelangan tangan,
telapak tangan, paha, betis, punggung kaki dan sekitar mata kaki, dan telapak
kaki. Sebanyak 8 orang (12,5%) ibu melakukan masase nifas di seluruh tubuh,
kecuali kepala, leher, dada, dan payudara. Terdapat 5 orang (7,8%) ibu melakukan
masase nifas di seluruh tubuh, kecuali kepala dan leher.
Bagian tubuh Frekuensi (f) Persentase (%)
Seluruh tubuh A 51 79,7
Seluruh tubuh B 8 12,5
34
5.1.5. Bagian tubuh yang paling lama di masase
Berikut pemaparan terkait bagian tubuh yang paling lama di masase pada
ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal
Tabel 5.8. Distribusi frekuensi responden terkait bagian tubuh yang paling lama di masase pada ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 5.8. diatas menunjukkan
bahwa pada bagian tubuh yaitu punggung yang paling lama di masase dilakukan
oleh 26 orang (40,6%) ibu. Sebanyak 13 orang (20,3%) ibu paling lama di masase
pada payudara dan perut, 13 orang lainnya pada punggung, lengan atas, lengan
bawah, paha dan betis. Sebanyak 12 orang (18,8%) hanya dibagian perut saja
yang paling lama di masase. Dalam penelitian ini peneliti tidak menanyakan
terkait berapa lama bagian tubuh tersebut di masase.
5.1.6. Tempat dilakukan (praktek) masase nifas
Berikut pemaparan terkait tempat dilakukan praktek masase pada ibu
pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal
Bagian tubuh Frekuensi (f) Persentase (%)
Punggung 26 40,6
Perut 12 18,8
Payudara, perut 13 20,3
Punggung, lengan atas, 13 20,3
Tabel 5.9. Distribusi frekuensi responden terkait tempat dilakukan (praktek) masase nifas pada Ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 5.1.6. diatas menunjukkan
bahwa sebanyak 61 orang (95,3%) melakukan masase nifas di rumah sendiri. Di
rumah ibu pemijat hanya dilakukan 3 orang (4,7%) saja.
5.1.7. Personil yang melakukan masase nifas
Berikut pemaparan terkait personil yang melakukan masase nifas pada ibu
pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal
Tabel 5.10. Distribusi frekuensi responden terkait personil yang melakukan masase nifas pada ibu pascasalin di Wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal (n=64)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 62 orang (96,9) ibu di
masase dengan tukang masase. Terdapat 2 orang (3,1%) ibu di masase dengan
keluarga ibu sendiri.
5.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan waktu paling cepat dilakukan masase nifas
adalah pada hari ke-2 dilakukan oleh 9 orang (14,1%) ibu. Waktu terakhir masase
nifas pada hari ke-40 dilakukan oleh 6 orang (9,4%) ibu. Sementara itu terdapat
46 orang ibu yang melakukan masase nifas pada minggu pertama nifas. Masase Tempat Frekuensi (f) Persentase (%)
Di rumah ibu sendiri 61 95,3
Di rumah pemijat 3 4,7
Personil Frekuensi (f) Persentase (%)
Keluarga ibu nifas 2 3,1
36
pada awal masa nifas dapat meningkatkan serotonin dan dopamin, dan
menurunkan kortisol dan norepinefrin. Efek peningkatan level serotonin dapat
menurunkan nyeri punggung dan tungkai. Peningkatan dopamine, penurunan
kortisol dan norepinefrin dapat meningkatkan kualitas tidur ibu dan mengurangi
masalah psikologis ibu setelah melahirkan (MaHTAS, 2015). Masase nifas sudah
sangat umum di praktikkan oleh masyarakat terutama ibu nifas di Medan Sunggal.
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh responden bahwa sebagian besar responden
mengatakan tindakan masase dilakukan karena anjuran dari orang tua atau
keluarga sendiri dan sudah menjadi tradisi atau mereka menginginkan untuk di
masase karena meyakini tindakan tersebut dapat mempercepat pemulihan atau
meningkatkan kebugaran tubuh ibu setelah persalinan.
Masase nifas dilakukan sebanyak 3 kali oleh 32 orang (53,1%) ibu,
diantaranya 11 orang melakukan masase nifas pada hari 7, 14, dan hari
ke-21. Masase nifas paling banyak dilakukan sebanyak 4 kali oleh 5 orang (7,8%)
ibu. Sebanyak 12 orang (18,8%) ibu yang melakukan masase nifas hanya 1 kali.
Ibu yang melakukan masase nifas lebih dari 1 kali merasakan manfaatnya bagi
tubuh berulang kali. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sugita (2016), di Desa Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten
dikatakan bahwa Sebanyak 3 responden melakukan masase nifas sebanyak 5 kali,
5 responden melakukan masase nifas sebanyak 3 kali dan 1 responden melakukan
masase nifas sebanyak 2 kali selama masa nifas berlangsung. Penelitian oleh
bahwa masase dilakukan sebanyak 4 kali selama nifas, yaitu pada hari ke-3, ke-7,
ke-15 dan hari ke-40.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa bagian-bagian tubuh yang
dilakukan masase nifas yaitu pada seluruh tubuh dilakukan oleh 51 responden
(79,7%), yang meliputi kepala, leher, bahu, punggung, pinggang, bokong, dada,
payudara, perut, lengan atas, lengan bawah, punggung tangan dan pergelangan
tangan, telapak tangan, paha, betis, punggung kaki dan sekitar mata kaki, dan
telapak kaki. Pada sisi lain hasil penelitian menunjukkan area perut merupakan
salah satu bagian tubuh yang dimasase oleh seluruh ibu. Sebagian ibu mengatakan
masase dibagian perut dilakukan pada masase hari terakhir untuk menaikkan perut
dan mengembalikan kondisi rahim ibu. Prawirahardjo (2002), mengatakan bahwa
wanita mengeluhkan “kandungan turun” setelah melahirkan, hal ini dikarenakan
oleh ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendur.
Ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan uterus jatuh ke
belakang. Pada waktu hamil terjadi perubahan pada otot rahim, yang mengalami
pembesaran ukuran karena pembesaran sel (hepertrofi) dan pembesaran ukuran
karena pertambahan jumlah selnya (hyperplasia). Sehingga dapat menampung
pertumbuhan dan perkembangan janin sampai cukup bulan dengan berat lebih dari
2500 gram. Berat rahim menjadi sekitar 1 kg, yang semula hanya 30 gram.
Setelah persalinan terjadi proses sebaliknya yang disebut ‘involusi” (kembalinya
rahim ke ukuran semula) secara berangsur otot rahim mengecil kembali, sampai
seberat semula pada minggu ke-7 (42 hari) (Bandiyah, 2009). Hal ini juga sesuai
38
bahwa sebanyak 10 responden melakukan masase nifas pada seluruh tubuh
termasuk perut. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sugita (2016), di Desa Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Klaten, yang mengatakan bahwa sebanyak 18 responden melakukan masase nifas
pada seluruh tubuh kecuali perut.
Masase di bagian punggung pada ibu pascasalin merupakan salah satu
alternatif intervensi untuk membantu meningkatkan kelancaran produksi ASI
(Yohmi & Roesli, 2009). Hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.5 diatas
terkait bagian tubuh yang paling lama di masase menunjukkan bahwa pada bagian
tubuh yaitu punggung yang paling lama di masase dilakukan oleh 26 orang
(40,6%) ibu. Pijat punggung adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) dimulai dari batas bawah leher sampai tulang costae ke-5- ke-6 dan
merupakan usaha untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin setelah
melahirkan (Biancuzzo, 2003). Kosova, Demirtas, Calim, dan Sapmaz (2016),
melaporkan bahwa masase punggung signifikan meningkatkan level oksitosin dan
prolactin, dan level noradrenalin lebih rendah pada periode awal postpartum, yang
dengan demikian dapat meningkatkan produksi ASI. Pelepasan oksitosin dapat
terhambat oleh adanya stress emosional, stress fisik, dan stress psikologis seperti
emosi, rasa lelah, rasa malu, rasa khawatir, keadaan bingung, pikiran kacau, takut
dan cemas (Jane & Melvyn, 2007). Sehingga dengan pijat punggung dapat
mengurangi sensasi nyeri dan stres melalui peningkatan endorfin, yaitu hormon
yang mampu menghadirkan rasa rileks pada tubuh secara alami, memblok
yang dapat merangsang pengeluaran ASI. Yessie (2010), menyebutkan tulang
skapikula merupakan daerah ketegangan otot pada wanita sehingga dengan
dilakukan pijatan di daerah tersebut dapat melemaskan dan merilekskan atau
menghilangkan stress. Selain pendapat yang telah dijelaskan tersebut, saat tulang
belakang (vertebrae) dipijat, timbul reflek neurogenik yang mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke hipotalamus. Akibat sinyal
stimulatorik, lalu ada proses respon potensial aksi oksitosin dilepaskan ke dalam
darah sistemik dari hipofisis posterior. Dalam aliran darah oksitosin disampaikan
ke organ tujuan yakni sel mioepitel alveoli dan uterus. Setelah sampai di sel
mioepitel sekitar alveoli, oksitosin merangsang sel tersebut sehingga kantung
alveolus tertekan, tekanan meningkat dan duktus memendek dan melebar.
Kemudian diejeksikanlah ASI dari putting susu. Masase pada bagian punggung
baik dilakukan pada hari pertama setelah melahirkan, dikarenakan pada
hari-hari pertama produksi ASI dan ejeksi ASI sedikit hal ini akan menjadi kendala
dalam pemberian ASI secara dini. Dalam penelitian ini menjukkan bahwa
sebanyak 9 orang (14,1%) ibu melakukan masase pada hari ke-2, dan sebanyak 7
orang (10,9%) ibu melakukan masase pada hari ke-3.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 62 orang (96,9) ibu di
masase dengan pemijat (tukang masase). Terdapat 2 orang (3,1%) ibu di masase
dengan keluarga ibu sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Safriyanti (2015), menunjukkan bahwa seluruh responden melakukan masase
40
Dari hasil data demografi dapat dilihat bahwa ibu yang melakukan masase
nifas berdasarkan suku, mayoritas ibu bersuku Jawa yaitu sebanyak 34 responden
(53,1%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sugita (2016), di Desa
Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten, masyarakat suku jawa
mempunyai cara-cara tertentu dalam penyembuhan dan mempunyai persepsi
tertentu tentang sehat sakit terkait budaya yang dianut (Pratiwi, Arifah, 2011), hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Suryawati tahun 2007 di Kabupaten Jepara
yang mengatakan bahwa 83,3% responden melakukan masase nifas untuk
mengembalikan kebugaran tubuh ibu. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan
beberapa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat suku Jawa salah
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan waktu pertama dilakukan
masase nifas (sebanyak 46 orang memulai masase pada minggu pertama pasca
persalinan, 6 orang (9,4%) pada hari ke-40, dan 5 orang pada hari ke-14).
Perbedaan juga terlihat dari frekuensi pelaksanaan praktek masase nifas (sebanyak
32 orang (53,1%) melakukan masase nifas sebanyak 3 kali, 15 orang (23,4%)
sebanyak 2 kali, 12 orang (18,8%) sebanyak 1 kali, dan 5 orang (7,8%) sebanyak
4 kali). Adanya sedikit perbedaan bagian tubuh yang dilakukan masase nifas
(sebanyak 51 orang (79,7%) dimasase pada seluruh tubuh, 8 orang (12,5%)
dimasase pada seluruh tubuh kecuali kepala, leher, dada, payudara, dan perut, dan
sebanyak 5 orang (7,8%) dimasase pada seluruh tubuh kecuali kepala dan leher),
bagian tubuh yang paling lama dilakukan masase nifas ( sebanyak 26 orang
(40,6%) paling lama dimasase pada area punggung, sebanyak 13 orang (20,3%)
paling lama dimasase pada area payudara dan perut, serta sebanyak 12 orang
(18.8%) paling lama dimasase pada area perut). Sedikit perbedaan juga terlihat
dari tempat dilakukan masase nifas, serta personil yang melakukan masase nifas
(sebanyak 61 orang (95.3%) dimasase di rumah ibu sendiri, hanya 3 orang (4,7%)
dimasase di rumah pemijat masase nifas, dan sebanyak 62 orang (96,9%)
dimasase oleh pemijat masase nifas, hanya 2 orang (3,1%) dimasase oleh keluarga
42
6.2. Saran
6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Bagi Pendidikan Keperawatan sebaiknya memberikan pengajaran
mengenai masase nifas terutama terkait bagian-bagian tubuh yang boleh di masase
dan yang tidak boleh di masase serta pengaruhnya terhadap kesehatan ibu
pascasalin.
6.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang pelaksanaan masase
nifas pada ibu pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal atau
wilayah lainnya sebaiknya mengembangkan penelitian yang lebih mendalam,
seperti melakukan penelitian terkait waktu yang tepat dilakukan masase nifas serta