173 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Pada dasarnya ketiga nara sumber menggunakan bentuk mekanisme pertahanan diri yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun bentuk mekanisme pertahanan diri adalah penolakan, represi, asketisisme atau menolak segala kebutuhan, isolasi, penggantian, melawan diri sendiri, proyeksi, tawanan altruitik, pembentukan reaksi, penghapusan, introjeksi atau identifikasi, identifikasi dengan penyerang, regresi, fiksasi dan sublimasi (Freud, Personality Theories, 2006)
Pada bentuk mekanisme pertahanan diri penolakan, nara sumber dapat menolak mengalami hubungan seksual meskipun mereka tidak mampu menolak datangnya atau munculnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual. Hal ini dimungkinkan karena nara sumber belum dapat melakukan bentuk mekanisme pertahanan diri represi yaitu nara sumber belum dapat melupakan semua stimulus yang berhubungan dengan seksual. Sehingga nara sumber hanya dapat berpegang kepada bentuk mekanisme pertahanan diri asketisisme atau menolak segala kebutuhan dan nara sumber dapat menjalani hidupnya dengan patuh terhadap aturan kebhikkhuan atau menjalani gaya hidup asketik sesuai dengan profesinya sebagai bhikkhu.
174 tujuan mereka dapat melupakan atau menjadi tidak terlalu fokus terhadap kehidupan keduniawian atau melakukan bentuk mekanisme pertahanan diri isolasi. Setelah nara sumber dapat melakukan mekanisme pertahanan diri isolasi, mereka mencoba untuk melakukan bentuk mekanisme pertahanan diri melawn diri sendiri yang bertujuan untuk dapat mengantikan kebutuhan / tidak memenuhi kebutukan yang sebenarnya mereka butuhkan. Setelah mereka berusaha untuk melawan keinginan mereka maka mereka menggunakan bentuk mekanisme pertahanan diri pengantian yaitu mengalihkan atau menggantikan kebutuhan seksual mereka dengan kebutuhan lain yang dapat diterima atau sesuai dengan aturan kebhikkhuan.
175 Ketiga nara sumber mencontoh kehidupan seseorang yang mendukung mereka untuk mencapai cita-citanya dalam menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu dengan tujuan agar mereka menjadi lebih mudah dalam menghadapi segala permasalahan yang dihadapi. Hal ini berarti mereka melakukan bentuk mekanisme pertahanan diri introjeksi atau identifikasi. Namun mereka tidak melakukan identifikasi dengan penyerang yaitu meraka tidak ingin membiarkan dirinya menjadi lemah atau mudah terhasut untuk menikmati kehidupan keduniawian.
Adanya kecemasan dan ketakutan untuk mengambil langkah berikutnya menyebabkan RM menggunakan bentuk mekanisme pertahanan diri fiksasi, yaitu kalau harapan unuk mengambil langkah berikutnya banyak menimbulkan kecemasan maka ego akan mengambil strategi untuk tetap tinggal pada tahap sekarang. Walaupun RM merasa cemas jika ia kembali menjadi orang biasa atau perumah tangga hal ini membuat RM menjadi percaya diri atau kuat dalam menjalani hidupnya sebagai seorang bhikkhu. Berbeda dengan yang dilakukan oleh SN dan ND yang tidak merasa cemas apabila mereka harus kembali lagi menjadi perumah tangga, namun mereka juga tidak pasrah dalam melawan semua cobaan yang datang melainkan mereka berusaha untuk dapat menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu tanpa rasa terpaksa.
176 yang disebut bentuk mekanisme perthanan diri sublimasi. Tetapi mereka mencoba untuk menyelesaikan segala permasalahan dengan menggunakan cara untuk menyelesaikan masalah yang pernah digunakan pada saat mereka masih remaja atau masih muda dulu yang disebut dengan mekanisme pertahanan diri regresi, yaitu mengingat kembali peristiwa ketika mereka mengalami tekanan psikologis sebagai tameng untuk mempertahankan dirinya agar dapat menyelesaikan masalah. Seperti yang digunakan oleh SN ketika ia merasakan jatuh cinta maka ia mengingat peristiwa pada saat masih remaja di mana ia pernah disaliti oleh wanita yang ia cintai. Dengan mengingat kejadian itu maka SN tidak ingin mengulang peristiwa masalalunya.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi laki-laki dan perempuan yang masih remaja ataupun pasangan suami istri diharapkan penelitian ini dapat membantu pengambilan keputusan yang matang dalam masalah seksual yang muncul, agar tidak tejadi hubungan seks diluar nikah ataupun terjadi perselingkuhan.
177 tepat sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk menghadapi hasrat seksual.