• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Kepribadian Konselor yang Diharapkan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pabelan Tahun Pelajaran 20162017 T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Kepribadian Konselor yang Diharapkan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pabelan Tahun Pelajaran 20162017 T1 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan penopang dalam meningkatkan sumber daya

manusia suatu bangsa. Masa depan bangsa ditentukan oleh mutu pendidikan

yang ada di negara tersebut. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh

OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada

tahun 2015 yang ditulis oleh Gurrira (2015), dari 72 negara yang ikut

berpartisipasi dalam tes, rangking pendidikan Indonesia berada pada

peringkat 62. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia

masih mengalami keterbelakangan dibandingkan negara-negara lainnya.

Memasuki abad-21 pendidikan Indonesia merupakan isu yang banyak

diperbincangkan. Bukan karena kehebatan mutu pendidikan melainkan lebih

banyak karena kesadaran akan keterbelakangan pendidikan di Indonesia.

Baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.

Berbagai upaya kemudian dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk

meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satunya

dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam

Jabatan, pada Pasal 6 dikatakan bahwa “Guru yang melaksanakan beban

kerja di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat

(2)

2 Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat yang ditunjuk”. Dasar

pelaksanaan sertifikasi ini adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen dalam Pasal 8, yaitu guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Kemudian ditegaskan pada Pasal 11 bahwa sertifikasi pendidik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah

memenuhi persyaratan.

Tujuan dari pelaksanaan sertifikasi guru adalah agar para guru dapat

menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi

sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Pemberian

tunjangan profesi adalah konsekuensi yang menyertai terpenuhinya

kompetensi guru yang dimaksud. Pemberian tunjangan profesi ini akan

memotivasi para guru untuk memenuhi standar kompetensi guru yang telah

ditetapkan, sehingga proses dan mutu hasil pendidikan semakin baik.

UU Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen dipasal 1 dinyatakan yang dimaksud dengan guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar dan membimbing,

mengarahkan, melatih dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia

dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Pemberian tunjangan profesi ini, menjadikan profesi guru sebagai

(3)

3 guru telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para angkatan kerja. Salah satu

angkatan kerja yang bergerak dalam bidang pendidikan adalah sarjana

pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling. Sarjana

Bimbingan dan Konseling yang terjun dalam dunia pendidikan baik

pendidikan formal maupun pendidikan nonformal memegang peranan yang

sangat penting dalam dunia pendidikan. Salah satu tugas guru Bimbingan

dan Konseling (BK) adalah menciptakan dan mengatur program BK di

sekolah. Program yang disusun oleh Bimbingan dan Konseling memiliki

fokus untuk membantu siswa dalam bidang pribadi, sosial, belajar dan

karier.

Menurut VanZandt dan Hayslip (2001) program konseling sekolah

berkembang dengan disain yang berfokus pada kebutuhan, minat, dan

isu-isu yang berkaitan dengan berbagai tahap pertumbuhan dan perkembangan

para sisiwa. Ada tujuan, aktivitas, nilai khusus dan hasil yang diharapkan,

dengan fokus untuk membantu siswa dalam belajar lebih efektif dan efisien.

Dalam program Bimbingan dan Konseling keunikan dan pengembangan

potensi siswa menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan program

Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Dengan demikian tugas dan tanggungjawab guru BK ataupun konselor

sekolah tidak hanya pada pengembangan pribadi siswa saja, melainkan

mencakup empat aspek kehidupan siswa yakni pribadi, sosial, belajar dan

karier. Mengingat pentingnya peran guru BK disekolah sehingga dewasa ini

(4)

4 kebutuhan yang sangat mendasar bagi dunia pendidikan, sebab guru BK

adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan

penting dalam dunia pendidikan.

Lebih lanjut VanZandt dan Hayslip (2001), mengungkapkan bahwa

Program BK merupakan bagian integral dari program pendidikan sekolah.

Dalam buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikeluarkan

oleh Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 dijelaskan bahwa posisi

BK dalam pendidikan formal adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1. Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Formal

Gambar 1.1 menjelaskan bahwa Bimbingan dan Konseling dipetakan

secara tepat dalam jalur pendidikan formal bersama dengan wilayah

(5)

5 Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal tidak terpisah

dalam komponen pendidikan yang lain. Dengan begitu lulusan S1

Bimbingan dan Konseling harus benar-benar berkompeten dan siap

memasuki dunia kerja. Salah satu tantangan bagi lembaga pendidikan yang

meluluskan sarjana bimbingan dan konseling adalah mempersiapkan calon

sarjana bimbingan dan konseling yang siap memasuki dunia kerja. Di sisi

lain calon sarjana bimbingan dan konseling juga perlu memahami apa saja

yang perlu dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja.

Memasuki dunia kerja membutuhkan kesiapan yang benar-benar

matang dari segi kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

serta bertanggung jawab atas tugas dan tanggung jawabnya. Berbagai

kompetensi yang perlu dipenuhi oleh konselor di antaranya adalah

memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani, menguasai

landasan teoretik bimbingan dan konseling, menyelenggarakan bimbingan

dan konseling yang memandirikan, mengembangkan pribadi dan

profesionalitas secara berkelanjutan. Tidak hanya dari segi kognitif, seorang

Konselor harus memenuhi kompetensi kepribadian yang kemudian

membedakannya dengan guru lainya. Menurut Corey (2001) pemahaman

terhadap teori konseling belum cukup untuk menjadikan konselor sebagai

konselor yang efektif.

Darajat (dalam Djamarah 2010) mengatakan bahwa kepribadian yang

sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilihat atau diketahui secara

(6)

6 segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, cara bergaul,

berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang

ringan maupun yang berat. Dengan demikian maka setiap perilaku yang

ditampilkan oleh guru BK adalah cerminan dari kepribadian yang ada di

dalam dirinya. Masyarakat dewasa ini, kerap kali menjadikan tolak ukur

perilaku yang dapat diamati secara langsung sebagai tolak ukur baik

buruknya kepribadian seorang guru BK. Sebagai teladan, guru BK harus

mampu menjadi sosok model yang baik bagi anak didiknya. Sedikit saja

guru BK berperilaku kurang baik maka itu akan menghancurkan citranya

sebagai seorang model bagi anak didiknya.

Siswa mengharapkan Konselor Sekolah menjadi sosok yang ideal

seperti yang mereka inginkan, misalnya memiliki kepribadian yang hangat,

ramah dan dapat memahami apa yang menjadi persoalan dari siswa.

Seorang guru BK harus mampu menampilkan kepribadian yang menarik,

ramah dan dapat memahami siswa. Dengan demikian pelayanan BK yang

diberikan baik secara klasikal maupun individual dapat mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Selain itu, apabila seorang guru BK tidak mampu

memenuhi kompetensi kepribadian yang baik, maka siswa akan mengalami

kesulitan untuk membuka diri dan menerima layanan bahkan dapat

menimbulkan kesan negatif dalam pandangan para siswa. Dengan demikian,

program BK yang telah disusun baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar

maupun karier sebelumnya tidak dapat terlaksana sebagaimana yang

(7)

7 Kesulitan yang dihadapi lulusan diakibatkan karena kurangnya jam

praktek bagi lulusan baru, pengalaman kerja yang diperoleh lulusan belum

cukup untuk membekali lulusan baru memasuki dunia kerja. Untuk

mendapatkan pekerjaan dalam persaingan yang begitu ketat saat ini,

bukanlah perkara mudah bagi lulusan baru. Walaupun Indeks Prestasi yang

diperoleh mencapai angka 3,90 namun hal ini tidaklah cukup untuk

membekali lulusan baru untuk masuk ke dalam dunia kerja dan siap menjadi

sosok ideal yang diinginkan siswa.

Salah satu hasil wawancara bersama seorang guru BK,

mengemukakan sangat disayangkan bahwa lulusan baru tidak menjaga asas

kerahasiaan dalam memberikan layanan dengan menceritakan masalah yang

dihadapi siswa kepada guru lain sehingga masalah tersebut diketahui

pihak-pihak yang seharusnya tidak mengetahuinya. Hal ini mengakibatkan

kurangnya rasa percaya anak kepada guru BK sehingga akan berpengaruh

pada unjuk kerja guru BK. Selain IP yang baik, para lulusan harus

benar-benar memahami kompetensi kepribadian yang diinginkan oleh siswa.

Sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan baik sebelum memasuki

dunia kerja dan menghadapi siswa yang merupakan sasaran layanannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian

tentang Kompetensi Kepribadian Lulusan Konselor yang diharapkan

(8)

8 1.2. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan diteliti lebih lanjut adalah : “Apa saja

Kompetensi Kepribadian Konselor yang diharapkan oleh siswa kelas X

SMA Negeri 1 Pabelan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kompetensi

kepribadian yang menjadi harapan siswa terhadap konselor di SMA Negeri

1 Pabelan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan

dan informasi di bidang Bimbingan dan Konseling, khususnya

yang berkaitan mengenai kompetensi kepribadian konselor yang

menjadi harapan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Pabelan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi guru BK

Bagi guru BK di SMA Negeri 1 Pabelan hasil peneilitian ini

dapat dipakai sebagai masukan bagi pengembangan pribadi guna

meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling di SMA

Negeri 1 Pabelan.

(9)

9 b. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran bagi

kepala sekolah SMA Negeri 1 Pabelan mengenai kompetensi

kepribadian konselor dalam pembuatan program BK serta

pelaksanaannya secara profesional.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah wawasan peneliti

mengenai kompetensi kepribadian yang diharapkan siswa, maupun

yang tidak diharapkan oleh siswa. Sebagai mahasiswa Bimbingan

dan Konseling hasil penelitian ini juga dapat menjadi dasar untuk

belajar dan melatih diri agar dapat memiliki kompetensi

kepribadian sesuai dengan harapan siswa. Sehingga saat memasuki

dunia kerja lebih siap dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawab.

1.5. Sistematika Penulisan

Bab I dengan judul Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

Bab II dengan judul Landasan Teori yang berisi Kepribadian Konselor

Konselor, dengan sub Pengertian Kompetensi, Pengertian Kompetensi

Kepribadian, Kompetensi Kepribadian Konselor, Standar Kompetensi

(10)

10 Bab III dengan judul Metode Penelitian yang berisi Jenis Penelitian,

Populasi dan Sampel dengan sub Populasi Penelitian, Sampel Penelitian,

Definisi Operasional, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

Bab IV dengan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi

Hasil Penelitian, Analisis Data, serta Pembahasan.

Gambar

Gambar 1.1. Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Formal

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa motivasi belajar siswa yamg rendah berjumlah 8 siswa pada kelompok eksperimen di kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan,

Profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa adalah proses penginterpretasian siswa terhadap kompetensi atau kemampuan kepribadian konselor yang

penelitian dengan judul “ Skim Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada. Siswa Kelas X SMA Negeri 2

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian konselor yang lebih diharapkan oleh siswa. Kecenderungan ini mungkin karena kepribadian merupakan hal

Kepribadian Konselor Dengan Keberhasilan Layanan Informasi Pada siswa. Kelas XI di UPT SMA Negeri 1 Kalianget Tahun Ajaran

dibahas pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian Guru BK/Konselor dilihat dari beriman

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.. Peraturan Menteri Pendidikan

Konsistensi dari gambaran kecenderungan kepribadian siswa pada setiap kluster sekolah dapat diketahui melalui penelitian yang dilakukan pada siswa kelas X SMA