4.4.3. Sub Agenda Revitalisasi Pertanian
A.
KONDISI UMUM
Kondisi Sumberdaya Pertanian
Luas lahan di Jawa Timur seluruhnya seluas 4.527.278 ha dengan
komposisi lahan sawah seluas 1.149.240 ha atau 25,38%, lahan kering
seluas 3.323.078 ha atau 72,93% dan lahan lainnya seluas 76.312 ha
atau 1,68%.
Pemanfaatan lahan pertanian di Jawa Timur meliputi lahan sawah
dan lahan kering, lahan sawah terdiri sawah irigasi teknis, sawah irigasi
½ teknis, sawah irigasi sederhana, sawah irigasi desa, sawah tadah
hujan dan sawah lainnya (polder dan pasang surut).
Pemanfaatan lahan sawah irigasi teknis seluas 679.950 ha atau
59,16%, irigasi ½ teknis seluas 109.130 ha atau 9,49%, irigasi
sederhana seluas 86.142 ha atau 7,49%, irigasi desa seluas 35.953 ha
atau 3,13% dan sawah tadah hujan seluas 237.985 ha atau 20,71% dan
sawah lainnya seluas 80 ha atau 0,01%.
Lahan beririgasi teknis sebagian besar terletak di wilayah utara
sedangkan sawah tadah hujan yang mempunyai luasan dibawah irigasi
teknis mayoritas berada di wilayah selatan.
Jenis pemanfaatan lahan kering di Jawa Timur meliputi
pekarangan, tegal, ladang, hutan dan lainnya. Lahan kering berupa
pekarangan dan tegal merupakan wilayah paling luas di Jawa Timur,
yaitu seluas 1.701.378 ha.
Selama lima tahun terakhir (2001 s/d 2005), rata-rata pertahun
alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang terjadi seperti
perumahan/bangunan seluas 952,6 ha (24,66), industri seluas 374,5 ha
(9,69) prasarana seluas 96,4 ha (2,49%), lahan kering seluas 1.585,2 ha
(41,03%), perkebunan seluas 258,6 ha (6,69%), tambak seluas 433,1
ha (11,21%) dan pemanfaatan lain-lain seluas 163,1 ha (4,22%).
Alih fungsi lahan tertinggi terjadi pada tahun 2001, yaitu seluas
10.081,2 ha, meliputi perubahan lahan sawah menjadi bangunan seluas
1.885,2 ha dan menjadi lahan kering seluas 7.204,9 ha.
Berdasarkan fakta fisik yang ada bahwa panjang panjang pantai
di Jawa Timur kurang lebih 1.861,5 km dan luas laut kewenagan
Propinsi Jawa Timur kurang lebih 208.138 Km2 serta luas perairan
umum dan Budidaya 128.750 Ha. Dari potensi sumberdaya alam
tersebut, potensi lestari perikanan laut sebesar 804.612,8 ton/tahun
baru dimanfaatkan rata-rata sebesar 453.034,05 ton atau sekitar
56,30%. Sebagian besar produksi diperoleh dari usaha penangkapan di
daerah laut utara Jawa Timur, Selat bali, Selat Madura dan Kepulauan
yang termasuk wilayah padat tangkap, sedangkan potensi sumberdaya
di perairan wlayah ZEE belum banyak dimanfaatkan.
Kinerja Makro Pembangunan Pertanian 2005
Kinerja pembangunan pertanian secara makro dalam struktur
perekonomian Jawa Timur masih memberikan kontribusi cukup
signifikan sebesar 17,44 % pada tahun 2005 Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) 2000. Namun demikian sektor ini belum menunjukkan
produktivitas tinggi, hal ini diilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan
sektor pertanian sejak tahun 2001 – 2005 tidak menunjukkan
percepatan yang signifikan, sebagaimana data pertumbuhan sejak tahun
2001 tumbuh sebesar 1,26 %, tahun 2002 tumbuh 2,02 % tahun 2003
tumbuh 1,91% dan pada tahun 2004 mengalami percepatan 2,82 %
ADHK 2000 dan Tahun 2005 pertumuhan menurun yaitu sebesar 2,52%.
Namun demikian dari aspek pemerataan sekto rpertanian mempunyai
tingkat pertanian lebih baik, hal ini diilustrasikan dengan dominannya
struktur tenaga kerja di sektor ini yang mencapai 46,27 % dari seluruh
angkatan kerja yang bekerja. Dari distribusi tenaga akerja sektor
pertanian sebesar 46,27% tersebut, sebagai status pekerja tetap
sebesar 21,49% dan tidak tetap sebesar 68,48%. Namun demikian
secara rerata
(average)
sektor pertanian untuk mendukung tingkat
kesejahteraan petani cukup baik yang diilustrasikan dengan Nilai Tukar
Petani pada bulan Desember tahun 2005 mencapai angka diatas balance
skor 100, yaitu sebesar 105,53 dan pada bulan Pebruari 2006 meningkat
menjadi 109,06 (Tahun 2002=100), capaian NTP ini disebabkan oleh
perubahan Indeks yang diterima petani sebesar 19,10% (disebabkan
oleh naiknya indeks harga sub sektor peternakan) lebih besar dari indeks
yang harus dibayarkan petani yang mencapai 17,43% (pengeluaran
rumah tangga petani untuk konsumsi rumah tangga terdiri dari biaya
pendidikan, kesehatan, transportasi, serta biaya produksi dan
penambahan barang modal) nilai NTP tersebut telah melampaui target
yang diharapkan NTP tahun 2008 yaitu 106,89.
meningkat dan berada diatas balance skor 100.Peningkatan NTP ini
disebabkan oleh peningkatan indek yang diterima petani sebesar
23,58% ( disebabkan naiknya indeks yang diterima dari tanaman bahan
makan sebesar 3,22%) lebih tinggi dari kenaikan indeks yang
dibayarkan petani sebesar 16,87% (kenaikan indeks yang dibayarkan
terjadi pada konsumsi rumah tangga sebesar 1,22%). Selanjutnya
apabial dibandingkan dengan NTP pada bulan April 2005, NTP bulan
April 2006 naik sebesar 5,75%. Kenaikan ini disebabkan oleh indeks
yang diterima petani mengalami perubahan sebesar 23,58% lebih tinggi
dari indek yang dibayarkan petani sebesar 16,87%.
Kinerja Sektoral Pembangunan Pertanian
Adapun perkembangan kinerja dari masing-masing sub sektor
pada Tahunh 2005 produksi padi mencapai 9.007.265 ton sedikit
meningkat dari tahun 2004 sebesar 9.002.618 ton, sedangkan luas
panen mengalami penurunan yaitu tahun 2004 mencapai 1.697.136 ha
tahun 2005 turun menjadi 1.693.651 ha. Peningkatan produksi padi
adalah merupakan hasil dari peningkatan produktivitas yang pada tahun
2004 sebesar 53,05 kw/ha tahun 2005 menjadi 53,18 kw/ha. Untuk
Jagung mencapai 4.398.502 ton atau lebih tinggi dari preduiksi tahun
2004 sebesar 4.134.628 ton. Untuk produksi kedele tahun 2005
mencapai 335.106 ton atau lebih tinggi dari produksi tahun 2004
sebesar 319.491 ton.
Selanjutnya pembangunan perkebunan yang pada tahun 2004
mencapai luas arela 930.396 Ha tahun 2005 naik menjadi 952.933 Ha.
Untuk produksi perkebunan pada tahun 2004 mencapai 1.513.823 ton,
tahun 2005 naik menjadi 1.569.941 ton. Kenaikan produksi yang
signifikan terjadi pada komoditi tebu (produksi hablur) tahun 2005
1.060.455 ton atau naik 17,67 % dibanding produksi tahun 2004
sebesar 901.183 ton.
Pembangunan perikanan yang potensial memberikan kontribusi
pertumbuhan tinggi, namun tahun 2005 mengalami penurunan yang
cukup signifikan yang diilustrasikan dengan produksi perikanan tangkap
turun menjadi 334.162,5 ton dibanding produksi tahun 2004 sebesar
336.803,90 ton hal ini disebabkab oleh pengaruh alam antara lain
terjadinya sunami dan kenaikan BBM yang berakibat jumlah nelayan
yang melaut berkurang, perikanan budidaya tahun 2005 mencapai
166.329,97 ton mengalami peningkatan dibanding tahun 2004 sebesar
152.814,80 ton.
Kinerja pembangunan kehutanan pada tahun 2005 untuk
produksi kayu Jati mencapai 109.726 M3 mengalami penurunan
dibanding tahun 2004 sebesar
187.691 M3
untuk kayu rimba tahun
2005 mencapai 148.158 m3 lebih rendah dibanding tahun 2004 sebesar
164.535 M3.
Dalam aspek penganekaragaman pangan dan gizi , perhitungan
konsumsi beras dan bahan pangan lain tidak dapat dilakukan tahunan
tetapi dengan Survey Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan setiap 3
tahun, sehingga kondisi konsumsi tetap memakai angka hasil SUSENAS
2002 yaitu sebesar 93,46 kg/kapita/tahun untuk konsumsi beras,
dengan Skor PPH 75,10. Perkiraan sampai akhir tahun 2006, konsumsi
beras diperkirakan 91,0 kg/kapita/tahun dan Skor PPH sebesar 76,60.
Selanjutnya aspek kerawanan pangan kondisi sampai
Juni tahun 2005
berdasarkan Analisa SKPG hulan April 2005, jumlah
Daerah Rawan Pangan sebanyak 11 Kabupaten, yang berarti
berkurang satu Kabupaten dan yang telah terjadi tahun 2004. Analisis
SKPG yang dilakukan berdasarkan 3 kriteria yaitu sektor pertanian
(Produksi Setara Beras), sektor kesehatan (jumlah balita Kurang Energi
dan Protein) dan Sosial Ekonomi. Namun berdasarkan hasil analisa
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat (publikasi akhir 2005) di Jawa
Timur terdapat 8 Derah Rawan Pangan, yaitu Kabupaten Sumenep,
Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Jember, Bondowoso, Situbondo dan
Probolinggo. Pada tahun 2007 Daerah Rawan Pangan di Jawa Timur
berkurang dan pada tahun 2008 bebas daerah rawan pangan.
B.
SASARAN
Sasaran pembangunan pertanian di Jawa Timur adalah
meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian, menjaga stabilitas
ketahanan pangan serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
petani/nelayan. Untuk tahun 2007 sasaran pembangunan pertanian
adalah :
Sasaran Umum :
1.
Terwujudnya Peningkatan dan berkelanjutannya ketahanan
pangan sampai ke tingkat rumah tangga melalui :
b. Terjaganya stabilitas harga produk pertanian.
c. Terciptanya pola penganekaragaman pangan dan pemenuhan
gizi yang semakin baik yang dicirikan oleh menurunnya
ketergantungan pada beras dari 93,46 kg/kapita/tahun
menjadi
Konsumsi
beras
tahun
2007
sebesar
90
kg/kapita/tahun dan Skor PPH tahun 2007 adalah 78.2
Disamping itu daerah rawan pangan akan mampu ditekan dan
dipertahankan pada 9 Kabupaten.
2.
Berkembangnya usaha agribisnis yang mencakup usaha di bidang
agribisnis hulu, on farm, hilir dan usaha jasa pendukungnya yang
didukung oleh :
a. Meningkatnya akses petani/nelayan kepada sumberdaya
produktif
yang
direpresentasikan
oleh
meningkatnya
prosentase modal kelompok tani 7,5 %.
b. Meningkatnya daya saing produk pertanian yang dicirikan oleh
semakin kecilnya penolakan ekspor komoditi di pasar
internasional.
c. Optimalnya
pengelolaan
UPTD
yang
dicirikan
oleh
meningkatnya pelayanan pada masyarakat dan peningkatan
pendapatan asli daerah.
d. Meningkatnya
efisiensi
dan
produktifitas
yang
direpresentasikan dengan pencapaian NTP 106,33.
3.
Meningkatnya kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian
terutama petani dan nelayan terhadap akses sumberdaya usaha
pertanian yang diwujudkan melalui perkuatan sistem penyuluhan
maupun penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memadai.
nelayan maupun sistem pengawasan dan pengamanan laut.
Sasaran dimaksud direpresentasikan oleh pencapaian Nilai Tukar
Nelayan (NTN) sebesar 107.
5.
Terwujudnya peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya
hutan melalui :
a. Terjaminnya suplai kayu di Jawa Timur yang dicirikan oleh
berkembangnya industri berbasis kayu melalui peningkatan
pengusahaan hutan rakyat maupun pengamanan sistem
distribusi serta percepatan rehabilitasi hutan dan lahan.
b. Terwujudnya dukungan regulasi pengelolaan hutan yang
memadai.
c. Terwujudnya upaya pembinaan industri primer
d. Terbentuknya lembaga keuangan alternatif dalam upaya
mensinergikan pengelolaan hutan hulu - hilir.
e. Terwujudnya penataan kembali hutan produksi dan hutan
lindung.
Sedangkan Sasaran Khusus pada tahun 2007 adalah :
1. Tanaman Pangan dan Hortikultura
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Peningkatan pengamanan ketersediaan pangan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat sesuai dengan nilai gizi
dan menu konsumsi khususnya sumber pangan karbohidrat
maupun protein yang bermutu.
a. Peningkatan dan pengamanan pangan.
Kegiatan ini dilakukan melalui : pengelolaan lahan dan air,
antisipasi
bencana
alam
dan
penyimpangan
iklim,
pendampingan LOAN Participatory Irigation Sector Program dan
penelitian dan pengembangan teknologi pertanian, aplikasi
pengembangan teknologi, palawija dan hortikultura, pembinaan
dan
pengembangan
hortikultura,
upaya
peningkatan
dan hortikultura, koordinasi dan sinkronisasi program serta
monitoring dan evaluasi.
b. Pengembangan sistim dan penyediaan benih.
Fokus kegiatan ini diarahkan untuk berkembangnya industri
perbenihan dalam rangka memenuhi kebutuhan benih menuju
tersedianya benih bermutu dengan harga yang terjangkau oleh
petani serta berkembangnya pengunaan benih bermutu varietas
unggul. Penyediaan benih bermutu menganut prinsip 6 tepat,
dilakukan melalui pemberdayaan pelaku usaha perbenihan,
pengembangan teknologi produksi dan distribusi benih,
pelepasan varietas baru dan penyediaan benih sumber yang
bebas hama penyakit. Kegiatan antara lain : pengembangan
produksi benih padi, palawija, hortikultura, pengembangan
sistim perbenihan tanaman pangan dan hortikultura, sertifikasi
bibit unggul pertanian.
c. Pengendalian dan penanggulangan Organisme Penggangu
Tumbuhan (OPT)
Pengendalian dan penanggulangan OPT dilaksanakan dengan
prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) yang menekankan
pengelolaan ekosistim secara keseluruhan dan memperhatikan
semua faktor yang terkait dengan usahatani. Kegiatannya
antara lain : pengembangan sistim perlindungan tanaman
pangan dan hortikultura, proteksi tanaman pangan dan
hortikultura.
d. Pembelian Gabah Petani / bahan pangan lain dengan mencover
pembelian 5 – 10 % total produksi gabah dan bahan pangan
lain Jawa Timur untuk Stabilisasai Harga gabah / bahan pangan
lain ditingkat petani dengan harga yang layak.
e. Penganekaragaman pangan untuk mengurangi ketergantungan
pada bahan pangan beras dengan menurunnya konsumsi beras
f. Memasyarakatnya
pola
makan
beragam,
bergizi,
dan
berimbang.
g. Tumbuh dan berkembangnya Desa Mandiri Pangan di 18
Kabupaten.
h. Tersedianya
penyangga
pangan
masyarakat
melalui
pengembangan lembaga cadangan pangan.
i. Berkurangnya / terbenahinya daerah rawan pangan khususnya
di 8 Kabupaten (Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Jember,
Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan sumenep).
Program Pengembangan Agribisnis
Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha
agribisnis mulai dari hulu, onfarm, hilir dan usaha jasa pendukung.
Program ini diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan
kualitas komoditas tanaman pangan dan hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi dan dapat dipasarkan sebagai bahan baku industri
pengolahan maupun untuk ekspor. Kegiatannya diwujudkan antara
lain :
a. Pengembangan Model Cooperative Farming
Pengembangan model ini diharapkan meningkatnya efisiensi
usahatani
pada
usahatani
berlaha
sempit
melalui
pemeberdayaan kelompok tani dalam satu hamparan jaringan
irigasi seluas lebih kurang 50 hektar. Kegiatan yang dilaksnakan
adalah penyediaan fasilitas sarana dan prasarana pertanian,
baik aspek hulu dan hilir, aplikasi teknologi melalui pengelolaan
tanaman terpadu, penumbuhan dan pembinaan kelembagaan
tani serta penanganan pasca panen.
b. Pengembangan Good Agriculture Practices (GAP)
Penerapan GAP pada tanaman hortikultura bertujuan untuk
menghasilkan produk yang bermutu, sehat dan aman
dikonsumsi
oleh
masyarakat.
Hal
ini
seiring
dengan
yang sehat, memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan ramah
lingkungan, sesuai dengan tuntutan perdagangan global.
Penerapan GAP ertujuan untuk meningkatkan produksi,
produktivitas dan kualitas melalui pengelolaan usahatani yang
efisien. Kegiatannya meliputi antara lain : pembinaan dan
monitoring, apresiasi petugas maupun petani, sosialisasi dan
jumpa teknologi, pembuatan kebun percontohan.
c. Pengembangan pemasaran produk pertanian
Kendala utama yang dihadapi petani adalah pemasaran produk
yang adil dan menguntungka petani dalam bentuk kecilnya
kesenjangan antara harga yang diterima petani, produsen
dengan harga yang dibayar konsumen. Jaringan pemasaran
biasanya dikuasai oleh pedagang yang berfungsi sebagai
penentu harga (price maker) dan petani dalam posisi tawar
yang rendah karena sifat produknya yang mudah rusak, volume
kecil, kualitas rendah dan sebagian besar dijual dalam bentuk
segar (produk primer). Untuk mengatasi aspek pemasaran
tersebut, maka dilaksanakan kegiatan antara lain : promosi atas
hasil pertanian, kerjasama regional/nasional dan internasional,
pengolahan informasi pasar, penyiapan dan pelayanan informasi
pembangunan pertanian.
d. Pengembangan kawasan agribisnis
Pengembangan kawasan komoditas unggulan untuk mencapai
skala ekonomis dilakukan melalui penumbuhan dan pemantapan
sentra produksi dengan mempertimbangkan pemwilayahan
komoditas
unggulan yang didasarkan
atas kesesuaian
sumberdaya lahan, kondisi agroklimat, permintaan pasar dan
kondisi sosial ekonomi petani. Adapun kegitan yang dilaksnakan
antara lain : pengembangan desa wisata bunga, pengembangan
agribisnis di pondok pesantren dan pengembangan kawasan
agropolitan, pengembangan PUSPA Lebo – Sidoarjo.
Pengembangan agribisnis dimlai dengan penyediaan sarana
prasarana untuk memenuhi kebutuhan mualai dari aspek hulu,
hilir dan penunjang. Kegiatan ini dilakukan antara lain melalui :
penyediaan sarana produksi dan permodalan, pemberdayaan
UPT Dinas, penanganan pasca panen dan pengolahan hasil,
pengembangan pola kemitraan dan pengembangan usaha.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan daya
saing masyarakat pertanian, utamanya petani terhadap akses
sumberdaya usaha pertanian. Program ini utamanya diarahkan
pada optimalisasi pemanfaatan sumberdaya manusia melalui
peningkatan kemampuan dan produktivitasnya.
a. Pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia pertanian
Kemampuan sumberdaya manusia pertanian (petani maupun
petugas) merupakan salah satu faktor penghambat dalam
percepatan pembangunan pertanian. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka perlu adanya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan sumbedaya manusia pertanian melalui kegiatan
pelatihan petani dan pelaku agribisnis dan peningkatan
kemampuan lembaga petani.
b. Revitalisasi penyuluhan pertanian
Masih rendahnya penguasaan teknologi dan diseminasi
teknologi pertanian berakibat pada rendahnya produktivitas dan
nilai tambah produk pertanian. Kondisi ini disebabkan karena
sistim penyelenggaraan penyuluha pertanian belum berjalan
secara optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
dilaksanakan kegiatan : revitalisasi penyuluhan pertanian,
penyusunan programa penyuluhan pertanian, PENAS KTNA
tahun 2007 dan fasilitasi program FEATI.
Pada umumnya kondisi petani tanaman pangan dan hortikultura
berada pada posisi yang lemah dari sisi permodalan, akses
terhadap
sumber-sumber
permodalan
dan
kemmpuan
manajerial dalam mengelola usahataninya. Hal ini menyebabkan
perlu adanya interfensi maupun dukungan dari pemerintah
terhadap usaha produktif yang dilakukan oleh petani sehingga
akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitasnya.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui : Anti Poverty Program (APP)
Bidang Pertanian dan penumbuhan usaha produktif di daerah
miskin dalam rangka GERDU TASKIN.
d. Berkembangnya lembaga mikro ekonomi perdesaan di 8
Kabupaten (100 kelompok) melalui pengembangan lahan kering
terpadu
2. Pertanian tanaman Perkebunan
a. Terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas dan mutu
hasil perkebunan melalui penyediaan sarana produksi untuk
pengembangan
(ekstensifikasi),
intensifikasi,
rehabilitasi,
peremajaan dan diversifikasi tanaman serta penanganan pasca
panen dan pengolahan.
b. Meningkatnya dukungan ketersediaan pangan perkebunan
dalam rangka terwujudnya jaminan terhadap pemenuhan
kebutuhan atau konsumsi pangan masyarakat melalui
diversifikasi usaha tani tanaman perkebunan penghasil pangan
masyarakat, optimalisasi pemanfaatan lahan perkebunan
dengan tanaman pangan
c. Berkembangnya usaha agribisnis perkebunan yang mencakup
aspek hulu sampai hilir dan usaha jasa pendukung, yang
didukung oleh :
−
Meningkatnya akses pekebun terhadap sumerdaya produktif,
termasuk
modal
dan
informasi
pasar
hasil/produk
−
Meingkatnya daya saing produk perkebunan yang dicirikan
oleh semakin besarnya permintaan ekspor komoditi
perkebunan di pasar internasional serta dukungan jaminan
kualitas dan kontinyuitas produk;
−
Meningkatnya pengendalian dan penanggulangan OPT
perkebunan yang dicirikan oleh menurunnya kehilangan hasil
produksi ketingkat yang dapat di toleransi;
−
Optimalnya
pengelolaan
UPTD
Perkebunan
dalam
keterkaitannya dengan pelayanan pada masyarakat dan
meningkatnya kontribusi pada pendapatan asli daerah
−
Berkembangnya peningkatan kapasitas dan daya saing
pekebun terhadap akses sumber daya perkebunan melalui
penguatan penyuluhan, publikasi dan promosi maupun
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna
yang memadai dan didukung dengan pelatihan petani dan
pelaku agribisnis perkebunan.
−
Meningkatnya efiisiensi usaha bidang perkebunan melalui
pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan ekonomi,
kerjasama
antar
daerah,
fasilitasi
agropolitan,
pengembangan APP bidang perkebunan dan penumbuhan
usaha produktif di daerah pedesaan miskin melalui
GERDUTASKIN, yang didukung dengan akurasi data,
monitoring dan evaluasi serta koordinasi dan perencanaan
yang efektif.
−
Berkembangnya
sistem
dan
ketersediaan
benih/bibit
komoditi perkebunan yang didukung dengan pembuatan
data base dan pemetaan potensi produksi benih/bibit
perkebunan dan pengembangan perbenihan/perbibitan
komoditi pangan perkebunan serta perbenihan/perbibitan
tanaman perkebunan unggulan.
a. Sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan Peternakan
adalah mempertahankan propinsi Jawa Timur sebagai Gudang
Ternak Nasional melalui (a) Pengendalian dan penanggulangan
organisme pengganggu dan penyakit bidang peternakan yang
tercermin
dalam
kegiatan-kegiatan
Pengendalian
dan
Penanggulangan penyakit organisme tumbuhan dan penyakit
bidang peternakan, Pengamatan Penyakit Hewan Menular,
Pengawasan obat hewan dan residu, Tindak pengawasan obat
illegal, standarisasi kesehatan hewan Pengawasan Produk
Pangan Asal Hewan (PPAH) dan Produk Hewan Non Pangan
(PHNP)Optimalisasi laboraotorium kesehatan hewan type C,
optimalisasi laboratorium kesehatan hewan di BPT dan HMT,
Pemberdayaan
laboratorium
Keswan
Type
B
Malang,
Pemberdayaan
Laboratorium
Keswan
Type
B
Tuban,
Pemberdayaan Klinik Hewan Surabaya, Optimalisasi Pos
Kesehatan Hewan (Poskeswan), Peningkatan Pelayanan Medik
Veteriner. (b) Menyediakan, meningkatkan mutu bibit/benih
unggul peternakan serta faktor penunjangnya melalui
kegiatan-kegiatan Pelestarian Plasma Nutfah, Inseminasi Buatan Sejuta
Akseptor (Intan Sejati), Peningkatan Mutu Hijauan Makanan
Ternak
di
kab/kota,
Perbaikan
Kualitas
bibit
ternak,
Pengembangan
usaha
aneka
ternak,
Penataan
ternak
pemerintah, Pemberdayaan UPT BPT dan HMT Batu,
Pemberdayaan UPT BPT dan HMT Branggahan Kediri,
Pemberdayaan UPT BPT dan HMT Garahan Jember,
Pemberdayaan UPT BPT dan HMT Karangwaru Tuban,
Pemberdayaan UPT BPT dan HMT Prampelan Magetan,
Pemberdayaan UPT BPT dan HMT Singosari Malang, Pembinaan
standarisasi pemberdayaan UPT BPT dan HMT, Gerakan makan
telur Ayam bagi putra putri Indonesia (Gemarampai),
Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu. Pengembangan
pembinaan agropolitan; (c) Pengendalian pemotongan hewan
betina produktif dan pengawasan lalulintas ternak serta
intensifikasi
sapi
potong
melalui
kegiatan-kegiatan
Pengendalian pemotongan sapi betina produktif, Pengawasan
lalulintas ternak, Pengawasan Produk Pangan Asal Hewan
(PPAH) dan Produk Hewan Non Pangan (PHNP) di dukung
beberapa kegiatan seperti Pengumpulan dan pengolahan data,
Perencanaan partisipatif, Pembinaan dan pemantapan program,
Monitoring, Evaluasi dan pelaporan program peningkatan
produksi hasil peternakan
Program Pengembangan Agribisnis
Sasaran program ini adalah berkembangnya usaha agribisnis yang
mencakup usaha di bidang agribinis hulu, on farm, hilir dan usaha
jasa pendukungnya dengan kegiatan pokok meliputi :
a. Peningkatan
nilai
tambah
produk
peternakan
melalui
peningkatan penanganan pasca panen, mutu, pengolahan hasil,
pemasaran dan pengembangan agroindustri di pedesaan yang
tercermin dalam kegiatan pembinaan pemasaran hasil ternak
dan produk peternakan, Pengembangan dan pembinaan mutu
produk olahan hasil ternak, pembinaan pemanfaatan teknologi
penanganan pasca panen dan pengolahan hasil peternakan,
pengembangan alat dan mesin peternakan untuk pengolahan
hasil, Mitra Praja Utama, Pembinaan Pasar Tradisional,
pembuatan pasar modern, Informasi pasar produk peternakan,
pengembangan pasar domestik dan luar negeri produk
peternakan,
Fasilitasi
pengembangan
pemasaran
dan
pengembangan agroindustri di pedesaan, Regulasi tataniaga
hewan, PPAH dan PHNP, Koordinasi dan Fasilitasi stakeholder
dan pengusaha, Pengendalian pengembangan agribisnis dan
Pengembangan Program agribisnis, Pembinaan usaha kelompok
b. Peningkatan IPTEK dan pengembangan riset bidang peternakan
melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna
dan spesifik lokal yang ramah lingkungan, dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut Pintensifikasi sapi potong (Insapp),
Pembinaan kualitas dan produksi susu sapi, kajian teknologi
kesehatan hewan, kajian teknologi pakan ternak, kajian
teknologi perbibitan, Teknologi budidaya ternak, sosialisasi
teknologi pasca panen produk peternakan rakyat, Analisa Usaha
komoditi peternakan, Penyusunan Rencana Program, Pelatihan
Budidaya ternak, Pelatihan Inseminasi Buatan, Pelatihan
Kesehatan Hewan, Pelatihan Telematika,
c. Promosi produk-produk komoditas hasil peternakan melalui
kegiatan-kegiatan pameran produk-produk komoditas hasil
peternakan, Informasi pasar dan peluang investasi, Pembuatan
buku, leaflet dan brosur produk peternakan, Lomba Prestasi
Kelompok Tani Ruminansia dan nin Ruminansia Tk Propinsi dan
Tk Nasional , Lomba sistem usaha agribisnis Tk Propinsi dan Tk
Nasional, Pemberdayaan LIC, Promosi produk-produk komoditas
hasil peternakan, Optimalisasi pelayanan data dan informasi
peternakan,
Pembinaan
dan
Pengembangan
telematika
peternakan (Pengadaan peralatan dan sistem jaringan),
Pelatihan telematika,
d. Pengembangan kawasan sentra pembibitan ternak di pedesaan
melalui kegiatan Identifikasi potensi usaha agribisnis, Sosialisasi
pengembangan agroindustri, analisis data melalui metoda
survey, Sinkronisasi Perncanaan Program Pembangunan
Peternakan, Pengumpulan data parameter ternak (Reguler
sampling)
e. Upaya Pengentasan Kemiskinan melalui Gerdutaskin
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
a. Meningkatnya akses petani ternak terhadap sumber daya
produktif terutama permodalan yang didukung dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut : pembinaan pendampingan
kambing/domba dana bergulir, pembinaan pendampingan sapi
potong dana bergulir Program Ekonomi (PEP), pembinaan
pendampingan
sapi
perah
dana
bergulir,
pembinaan
pendampingan
sapi
betina
dana
bergulir,
Pembinaan
permodalan usaha peternakan, Pembinaan pengembangan
permodalan kelompok ternak melalui lembaga Koperasi/KUD,
Pengembangan Kemitraan usaha peternakan.
b. Meningkatnya kualitas SDM petani ternak yang didukung
kegiatan-kegiatan
Peningkatan
prestasi
kelompok
tani,
Penumbuhan
kelompok
Masyarakat
Bidang
Peternakan
(HKTI,KTNA,PKK), Pelatihan Usaha Tani, Pembinaan dan
Pengembangan Kelompok Tani Ternak Melalui Intensifikasi,
Pengendalian program Kesejahteraan petani, Pemberdayaan
asosiasi
peternakan,
dan
pengembangan
program
kesejahteraan petani ternak.
4. Perikanan dan Kelautan
a. Terwujudnya peningkatan ketersediaan produksi Perikanan
yang bermutu melalui pemanfaatan prasarana dan sarana
produksi serta optimalisasi usaha perikanan.
b. Memfasilitasi masyarakat serta pelaku usaha perikanan melalui
penyediaan induk, benih, Sarana produksi dan permodalan atau
faktor penunjang lainnya.
c. Meningkatkan Produksi dan produktifitas usaha perikanan
melalui
pengelolaan
secara
Ekstensifikasi,
Intensifikasi,
Rehabilitasi dan Diversifikasi Komoditi perikanan.
d. Meningkatkan gizi masyarakat melalui mengkonsumsi makan
e. Memberdayakan dan memfasilitasi Unit pelaksana teknis (UPT)
Perikanan
dan Kelautan
guna
mendukung
percepatan
pembangunan perikanan dan Kelautan.
f. Melakukan antisipasi terjadinya bencana alam dan iklim.
g. Berkembangnya iklim usaha yang kondusif melalui penguatan
modal dan regulasi usaha.
h. Berkembangnya Prasarana dan sarana jaringan usaha,
pemasaran dan kemitraan bidang perikanan dan kelautan.
i. Meningkatkan pengawasan terhadap mutu usaha perikanan.
j. Terjalinnya kerjasama dibidang perikanan dengan beberapa
lembaga dan antar daerah.
k. Meningkatkan sistem manajemen pengelolaan sumberdaya
perikanan dan kelautan.
l. Tersedianya data dan informasi dibidang perikanana dan
kelautan tersedia sepanjang tahun secara akurat.
m. Menurunnya jumlah masyarakat miskin diwilayah pesisir.
n. Berkembangnya prasarana perikanan dan kelautan sesuai
tingkat perkembangan usaha perikanan dan kelautan.
o. Menurunnya frekvensi konflik sosial dan pelanggaran dalam
rangka pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan.
p. Terbentuknya
beberapa
wilayah
pengelolaan
dan
pengembangan perikanan dan kelautan.
q. Meningkatkan devisa melalui eksport produk hasil perikanan
5. KEHUTANAN
Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan
Pemantapan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan ditujukan
untuk lebih memanfaatkan potensi sumberdaya hutan secara
efisien, optimal dan berkelanjutan, melalui kegiatan :
a. Pembangunan Terminal Kayu.
b. Rescoring hutan produksi.
d. Pembinaan peningkatan dan pengembangan produksi hasil
hutan rakyat.
e. Pengawasan dan peredaran hasil hutan terpadu beserta
pengembangan infrastrukturnya.
f. Peningkatan kinerja pemanfaatan hasil hutan dan penertiban
tata usaha kayu.
g. Pengembangan potensi hasil hutan non kayu
dan jasa
lingkungan kehutanan serta penerimaan PAD.
h. Pengembangan hutan rakyat, pembinaan usaha dan kemitraan,
dan jejaring kerja.
i. Bantuan Gerdu Taskin dan pengembangan kemitraan petani
hutan.
j. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui PHBM.
k. Kerjasama penyediaan bahan baku dengan provinsi penghasil
dan pihak terkait.
l. Peningkatan tertib peredaran dan sertifikasi hasil hutan,
pembinaan petugas TUHH dan industri serta peningkatan
ketrampilan SDM.
m. Pemberdayaan UPT Dinas Kehutanan beserta sarana dan
prasarananya dalam pelaksanaan tugas secara efektif dan
efisien.
n. Kerjasama antar provinsi dan koordinasi Mitra Praja utama
dalam penyediaan bahan baku dan pengelolaan hutan lestari.
o. Penyusunan Perda bidang kehutanan dalam rangka percepatan
rehabilitasi hutan dan lahan serta kawasan lindung di Jawa
Timur.
p. Koordinasi perencanaan pembangunan, Monitoring, evaluasi
dan pelaporan kegiatan pembangunan kehutanan serta
pelaksanaan Perda No.6 tahun 2005.
q. Penyajian data dan informasi kehutanan.
r. Peningkatan kinerja pengelolaan hutan produksi lestari.
t. Peningkatan efisiensi produksi hasil hutan.
C.
ARAH KEBIJAKAN
Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi minimal
sebesar 6,1% tahun 2007, NTP sebesar 106,33 dan NTN 107,
pemenuhan kebutuhan pangan dengan skor PPH sebesar 78,2 untuk
mewujudkan sasaran kualitatif sektor, maka kebijakan pembangunan
pertanian diarahkan pada:
1. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan melalui
peningkatan
ketersediaan
pangan
dan
mewujudkan
penganekaragaman pangan untuk menurunkan ketergantungan
pada beras dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola
konsumsi masyarakat.
masyarakat di wilayah pesisir; (3) perbaikan dan peningkatan
pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, terutama di wilayah
ZEE; (4) peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan ; (5) peningkatan
kualitas pengolahan dan nilai tambah produk perikanan melalui
pengembangan teknologi pasca tangkap/panen; (6) peningkatan
kemampuan SDM, penyuluh, dan pendamping perikanan; dan (7)
peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan
perikanan khususnya di kawasan selatan Jawa Timur, termasuk
perkuatan armada tangkap dan pasar ikan higienis.
3. Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta
pelaku pertanian dan perikanan melalui (a) Revitalisasi penyuluhan
dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan
pembudidaya ikan, (b) Menghidupkan dan memperkuat lembaga
pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan akses petani dan
nelayan terhadap
sumberdaya produktif,
(c)
Peningkatan
kemampuan / kualitas SDM pertanian / perikanan.
4. Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan diarahkan untuk :
a. Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan
hutan tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan.
b. Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu;
c. Peningkatan partisipasi kepada masyarakat luas dalam
pengembangan hutan tanaman;
d. Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan.
e. Pengawasan
peredaran
hasil
hutan
untuk
menjamin
kelangsungan sistem distribusi legal.
f. Akselerasi rehabilitasi hutan dan lahan didalam dan diluar
kawasan hutan.
D.
MATRIK PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN DAN RENCANA