BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus, dan hambatan saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai (Depkes, RI., 2007). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah. Separuh dari semua kasus asma berkembang sejak masa kanak-kanak, sedangkan sepertiganya pada masa dewasa sebelum umur 40 tahun. Namun demikian, asma dapat terjadi pada segala usia (Ikawati, 2006).
Global initiative for Asthma (GINA) menyatakan bahwa asma adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum di seluruh dunia dan asma adalah penyebab utama absen dari sekolah dan pekerjaan (GINA, 2014). Menurut Depkes, RI., (2007), dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian.
akibat asma adalah 1 dari tiap 250 kematian (GINA, 2004). Sedangkan dalam The Global Asthma report 2014 perkiraan saat ini 334 juta orang di dunia menderita asma (GAN, 2014).
Jumlah penderita asma di Indonesia pada tahun 2002 sebanyak 12,5 juta orang, penyakit asma juga masuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 mencatat 225.000 orang meninggal karena asma. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 secara keseluruhan prevalensi penderita asma di Indonesia sebesar 3,5 % (Depkes, RI., 2008) dan dari data Riset Kesehatan Dasar di tahun 2013 penderita asma meningkat menjadi 4,5% (Kemenkes, RI., 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi asma di Provinsi Sumatera Utara adalah 3% dengan kisaran prevalensi sebesar 3-6.4%. Kabupaten dengan prevalensi asma tertinggi adalah Kabupaten Mandailing Natal. Di kota Medan, prevalensi asma mencapai 3.6% (laki-laki 1.9% dan perempuan 1.7%) (Depkes, RI., 2009).
Perbandingan penderita asma berdasarkan jenis kelamin lebih kurang sama. Namun, pada anak-anak sebagian besar penderita asma adalah laki-laki dengan perbandingan anak laki-laki dengan anak perempuan adalah 3:2, sementara pada orang dewasa sebagian besar adalah perempuan (Sundaru, 2006). Berdasarkan penelitian di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 prevalensi tertinggi pasien asma rawat inap adalah perempuan (62,9%) (Melyana, 2014).
2007 terdapat 80 pasien dan pada tahun 2008 sebanyak 82 orang pasien asma bronkial rawat inap.
Data penderita asma rawat inap di bagian penyakit dalam Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Kota Medan tahun 2002 tersapat 86 pasien dan pada tahun 2003 terdapat 89 pasien (Sipayung, 2005). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didapat jumlah penderita asma yang di rawat inap periode Juli 2014 – Juni 2015 justru meningkat yaitu sebanyak 118 orang.
Penelitian penggunaan obat diperlukan untuk menggambarkan pola penggunaan obat, sinyal awal penggunaan obat rasional, intervensi untuk meningkatkan penggunaan obat, siklus pengawasan kualitas, dan peningkatan mutu berkelanjutan. Pola penggunaan obat dapat menggambarkan sejauh mana penggunaan obat pada saat tertentu dan di daerah tertentu (misalnya negara, wilayah, masyarakat, rumah sakit), penggambaran tersebut menjadi penting ketika mereka adalah bagian dari sistem evaluasi berkelanjutan (WHO, 2003).
Penyakit asma adalah penyakit yang sudah diketahui patogenesisnya dan sudah tersedia obatnya namun dilihat dari data-data di atas, prevalensi pasien asma khususnya yang dirawat inap di rumah sakit masih cenderung meningkat.
Berdasarkan uraian dan data di atas maka peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui penggunaan obat pada pasien asma rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi yang menjadi gambaran pola pengobatan pada pasien asma yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan obat asma pada pasien asma di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.
Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian Parameter Pengamatan
Pasien asma dengan karakteristik :
Jenis kelamin Usia
Lama perawatan
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
a. Bagaimana prevalensi pasien asma rawat inap periode Juli 2014 – Juni 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama perawatan?
b. Bagaimana pola penggunaan obat asma pada pasien asma rawat inap periode Juli 2014 – Juni 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan jenis obat, golongan obat, dan bentuk sediaan?
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah a. Prevalensi tertinggi pasien asma rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan adalah jenis kelamin perempuan, usia 19-60 tahun, lama rawat < 5 hari.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Prevalensi pasien asma rawat inap periode Juli 2014 – Juni 2015 di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama perawatan.
b. Pola penggunaan obat asma pada pasien asma rawat inap periode Juli 2014 – Juni 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan jenis obat, golongan obat, dan bentuk sediaan.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak, yaitu :
a. Menjadi bahan informasi dalam program monitoring, evaluasi penggunaan, perencanaan, dan pengadaan obat asma pada periode selanjutnya di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.
b. Menjadi bahan informasi bagi masyarakat mengenai penyakit asma khususnya mengenai terapi obat asma pada pasien asma rawat inap di rumah sakit.