BAB 2
PEMBAHASAN PIODERMA 2.1 Pengertian
Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus. Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa, ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi profunda adalah selulitis, erisipelas, flegmon, abses multiple kelenjar keringat, hidradenitis.
2.2 Etiologi
Penyebab yang utama dari pioderma adalah Staphylococcus B hemolyticus, Streptococcus aureus.
2.3 Faktor Predisposisi 1) Higiene yang kurang
2) Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit-penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus
3) Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit.
2.4 Patofisiologis
Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis yang tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan yang berat dapat disertai demam, malaise, mual dan muntah. Setelah dua sampai empat hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses yang dapat diketahui dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata bisul (core).
Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi selulitis. Pada pasien Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan hygiene yang jelek.
2.5 Klasifikasi
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya biasanya satu macam mikroorganisme.
2) Pioderma Sekunder
Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit. Gambaran klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organisme pada pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat pula disertai demam.
2.6 Bentuk Pioderma 1) Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat tiga jenis dari impetigo, yaitu:
a) Impetigo krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox), disebabkan biasanya oleh Streptococcus B hemolyticus. Gejala umum tidak menyertai. Predileksi di wajah, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. UKK berupa eritem dan vesikel yang cepat memecah sehingga akan terlihat krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi dibawahnya, sering menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi, glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu. Diagnosis bandingnya adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan krusta dan diberi antibiotic. Jika banyak berikan antibiotic sistemik.
bula hipopion. Kadang saat datang berobat bula sudah pecah dan yang tampak hanyalah koleret dan dasarnya masih eritematosa. Diagnosis banding dari impetigo ini adalah dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret). Pengobatannya pecahkan bula, lalu berikan antibiotic salep atau cairan antiseptic. Jika bula/vesikel banyak maka berikan pula antibiotic sistemik.
c) Impetigo neonatorum, varian impetigo bulosa yang terjadi pada neonatus. Kelainan sama dengan impetigo bulosa hanya saja bisa terjadi pada seluruh tubuh dan disertai demam. Diagnosis bandingnya adalah sifilis congenital. Pengobatannya adalah antibiotic sistemik, untuk topical dapat diberikan bedak salisil 2%
2) Folikulitis
Radang pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Terbagi menjadi dua jenis:
a) Folikulitis Superfisial (terbatas didalam epidermis). Nama lainnya adalah impetigo Bockhart, tempat predileksi adalah tungkai bawah. UKK berupa papul atau pustule yang eritematosa, di tengahnya terdapat rambut. Biasanya multiple. b) Folikulitis Profunda (sampai ke subkutan). Gambaran klinis sama, selain itu juga
teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis barbae, bersifat bilateral. Diagnosis banding penyakit ini adalah tinea barbae. Pengobatan dipakai antibiotic sistemik/topical dan cari faktor predisposisinya.
3) Furunkel/Karbunkel
aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan UKK berupa nodus eritem berbentuk kerucut dengan pustule ditengahnya. Kemudian melunak menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong. Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan antibiotic topical, jika banyak perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi furunkulosis atau karbunkel berulang-ulang cari faktor predisposisi, misalnya diabetes mellitus.
4) Ektima
Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan infeksi Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus. Gejala yang tampak adalah krusta tebal berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal. Diagnosis bandingnya adalah impetigo krustosa, perbedaannya, impetigo krustosa sering terjadi pada anak dan berlokasi di muka dan dasarnya adalah erosi, ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi tungkai bawah dan dasarnya adalah ulkus.
Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat dan disalep antibiotic. Jika banyak, gabungkan dengan antibiotic sistemik.
5) Pionika
infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan lempeng kuku, dapat terbentuk abses subungual.
Pengobatan kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika terjadi abses subungual, kuku diekstraksi.
6) Erisipelas
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis, didahului dengan trauma, tempat predileksinya tungkai bawah. UKK yang utama adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula. Terdapat leukosistosis.
Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi elephantiasis. Diagnosis bandingnya adalah selulitis, namun pada penyakit ini infiltratnya di subkutan. Pengobatan terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), pengobatan sistemik dengan antibiotic, topical diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic. Jika terjadi edem diberikan diuretic.
7) Selulitis
8) Flegmon
Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja ditambah dengan insisi.
9) Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus diatasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram negative sehingga perlu dilakukan kultur.
10) Abses Multipel Kelenjar Keringat
Infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, pada kelenjar keringat berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak dengan faktor predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak keringat, sehingga sering bersama denga miliaria. UKK berupa nodus eritema, multiple, tidak nyeri, berbentuk kubah dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.
Diagnosis bandingnya adalah furunkulosis, namuan furunkulosis terasa nyeri dan bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah. Pengobatan yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan faktor predisposisi.
11) Hidradenitis
yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di ketiak, juga di perineum. Terdapat leukositosis.
Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma, perbedaannya pada hidradenitis didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi. Pengobatan yang digunakan adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses, diinsisi. Jika belum melunak diberi kompres terbuka, pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.
12) S4 (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome)
S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit Ritter. S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri yang khas ialah terdapatnya epidermolisis. Penyakit ini terutama terdapat pada anak dibawah 5 tahun, pria lebih banyak dari wanita. Etiologinya ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan/atau faga 71.
2.7 Tanda dan Gejala 1) Demam / Panas
2) Adanya Nodul
3) Mual, Muntah
5) Nyeri
6) Gatal-gatal
7) Radang
8) Papul dan Prustul
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.
2.9 Penatalaksanaan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma, factor hygiene perorangan dan lingkungan harus diperhatikan
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.
2) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
5) Topikal
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian
a) Data subyektif:
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b) Data obyektif:
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis, menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya
2) Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b)Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit) c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma d)Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus f) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya
3) Intervensi Keperawatan
a) Dx 1: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah diberikan asuhan keperawatan … x 24 jam, diharapkan suhu tubuh menurun dengan kriteria hasil :
Berikan kompres hangat Membantu mengurangi demam
Anjurkan pasien untuk banyak minum
Membantu mengurangi demam
Berikan antipiretik Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
b)Dx 2: Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan ... x 24 jam, diharapkan nyeri px dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, tertawa, music, dan
Tingkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)dan aktivitas hiburan(missal : music, televisi)
Meningkatkan relaksasi
dan membantu
memfokuskan kembali perhatian.
Evaluasi penghilang nyeri/ control
Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari
Kembangkan rencana manajemen nyeri bersama klien dan tim medis.
Rencana terorganisasi mengembangkan
kesempatan untuk control nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
dengan kondisi dan usia pasien
dialami dan memfokuskan kembali perhatian
Berikan analgesic sesuai indikasi, missal morfin, Ganti dari analgesic kerja pendek menjadi kerja panjang bila ada indikasi.
Nyeri adalah kompikasi tersering dari kanker, meskipun respon individu berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan
diperlukan
c) Dx 3: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
kerusakan integritas kulit dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
Px menyatakan ketidaknyamanannya hilang
Px menunjukkan perilaku/tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
Px dapat mencapai penyembuhan luka dan kondisi sekitar luka
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi
Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali
Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
Pioderma memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau lotion untuk mencegah agar kulit tidak menjadi kasar, retak dan bersisik
pemberian obat topical mengontrol infeksi
d)Dx 4: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam kebutuhan tidur klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
Klien tidur 6-8 jam dalam sehari
Kaji tingkat tidur pasien Untuk mengetahui kualitas tidur pasien
Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menguntungkan untuk tidur jika dilakukan pada sore hari
Anjurkan melakukan hal-hal ritual rutin menjelang tidur
Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan Kolaborasi pemberian
obat antihistamin
Memberikan obat diharapkan pasien dapat tidur
e) Dx 5: Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam gangguan citra diri teratasi dengan kriteria hasil :
Px dapat
mengembangkan
peningkatan kemauan untuk menerima
Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan dengan cara pengalaman didengarkan dan dipahami
Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan
keadaan diri
Px dapat mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan positif dari diri sendiri
Px dapat mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
Px tampak tidak begitu memprihatinkan
kondisi
Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan tekhnik untuk meningkatkan penampilan bersosialisasi dengan orang lain dan Bantu
pasien kearah
penerimaan diri
Membantu dalam
meningkatkan sosialisasi dan penerimaan diri perawatan atau pemilihan intervensi menyesuaikan dengan perasaan tersebut
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian
Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan
Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang
Bersama klien mencari alternative koping yang
positif rasa percaya diri klien
f) Dx 6: Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL
6 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi berkurang dan tidak ada infeksi dengan kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolesia
Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi
Pemberian intruksi yang jelas diperkuat dengan instruksi tertulis
Nasehati pasien untuk menghentikan pemakaian setiap obat kulit yang memperburuk masalah
Reaksi alergi dapat terjadi akibat setiap unsur yang ada dalam obat tersebut
Berikan terapi antibiotic sesuai instruksi dokter
Membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme penyebab infeksi
Gunakan obat-obat
topical yang
mengandung
koortikosteroid sesuai indikasi