Permasalahan Yurisdiksi
Mengingat sifat tindak pidana
mayantara sebagai salah satu tindak
pidana transnasional, dimana salah satu
ciri dari tindak pidana transnasional
Permasalahan Yurisdiksi
Di dalam tindak pidana yang tidak bersifat
lintas batas negara dikenal tiga macam
yurisdiksi:
1.
Yurisdiksi legislatif (
jurisdiction to
prescribe
);
2.
Yurisdiksi yudikatif
(jurisdiction to
adjudicate
);
3.
Yurisdiksi eksekutif
(jurisdiction to
Permasalahan Yurisdiksi
Di dalam tindak pidana mayantara terdapat
dua permasalahan terkait yurisdiksi. Yaitu
permasalahan tentang:
1.
Yurisdiksi yudikatif
(jurisdiction to
adjudicate
), siapakah yang berwenang
untuk mengadili;
2.
Yurisdiksi eksekutif
(jurisdiction to
Permasalahan Yurisdiksi
Berbicara tentang permasalahan yurisdiksi
tersebut, Indonesia memberlakukan prinsip
universalitas, tidak hanya prinsip
teritorialitas maupun prinsip personalitas.
Pasal 2 UU ITE
Pasal 2 UU ITE menyebutkan, Undang-undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah
hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/ atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan
Pasal 2 UU ITE
Pasal 2 tersebut menjelaskan, bahwa yurisdiksi dalam tindak pidana mayantara tidak semata-mata untuk perbuatan yang dilakukan di
Indonesia dan/ atau dilakukan oleh WNI
(teritorialitas dan personalitas), namun juga
berlaku untuk perbuatan yang dilakukan di luar wilayah hukum Indonesia, baik oleh WNI
Permasalahan Yurisdiksi
Ketentuan dalam Pasal 2 UU ITE tersebut
menjadi masalah, ketika perbuatan tersebut
dilakuan di wilayah hukum negara lain yang juga mengatur hal tersebut sebagai tindak pidana,
dengan demikian masing-masing negara
berwenang untuk mengadili, maka diperlukan perangkat yang bersifat universal untuk
Permasalahan Yurisdiksi
Ketentuan dalam Pasal 2 UU ITE tersebut
menjadi masalah, ketika perbuatan tersebut
dilakuan di wilayah hukum negara lain yang juga mengatur hal tersebut sebagai tindak pidana,
dengan demikian masing-masing negara
berwenang untuk mengadili, maka diperlukan perangkat yang bersifat universal untuk
Permasalahan Yurisdiksi dalam Konvensi
Tindak Pidana Mayantara
Draft Konvensi Tindak Pidana Mayantara
(Convention Cyber Crime) Dewan Eropa justru lebih cenderung untuk memberlakukan prinsip
teritorialitas.
Dan apabila terdapat dua negara yang berwenang untuk mengadili maka diperlukan konsultasi antar kedua negara.
Ketentuan ini jelas tidak membawa hasil
Kerjasama Internasional dalam
menyelesaikan tindak pidana mayantara
Berdasarkan uraian di atas, masih terdapat
permasalahan terkait yurisdiksi dalam konteks internasional, permasalahan tersebut antara lain:
1. Sifat transnasional tindak pidana mayantara;
2. Ketidaksinkronan sistem hukum acara di beberapa
negara;
3. Mekanisme penegakan hukum dan kerjasama
internasional yang kurang optimal;
4. Kerjasama internasional kurang optimal karena
Omnium Rerum Principia Parva Sunt