• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI INDONESIA

T E S I S

Oleh

RINI DWIYANI HADIWIDJAJA

057019025 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

(2)

MANUFAKTUR DI INDONESIA Nama : Rini Dwiyani Hadiwidjaja

Nomor Pokok : 057019025 Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Ketua

Drs. Syahyunan, M.Si Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Dr.Hj. Rismayani, SE, MS. Prof.Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.

Tanggal Lulus : 15 Agustus 2007

(3)

Tanggal : 15 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1 Drs. Syahyunan, M.Si

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2007 Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, dibawah bimbingan Ade Fatma Lubis (Ketua) dan Syahyunan (Anggota).

Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestic Bruto (PDB), namun pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah. Kemunduran industri selama tahun 2005 disebabkan oleh 3 (tiga) hambatan terbesar yaitu ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi. Kondisi ini tercermin juga dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dari tahun 2001 hingga 2005 menurun sehingga berdampak pada pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya, bahkan tidak sama sekali membayarkan dividen selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor-faktor Cash Ratio,

Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan

Tax Rate terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan faktor apa yang paling dominan.

Teori yang mendukung penelitian ini adalah analisis rasio keuangan dan teori kebijakan dividen yang berkenaan dengan rasio pembayaran dividen Data yang digunakan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan dari 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001 hingga 2005. Pendekatan penelitian ini adalah

desktriptif kuantitatif dengan metode explanatory research. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS ver 12.0.

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji pengaruh secara serempak (Uji F) dan uji pengaruh secara parsial (Uji t) pada tingkat kepercayaan (confident interval) 95% atau = 5%. Uji F menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan secara serempak terhadap Dividend Payout Ratio. Pada Determinasi (R2) menunjukkan variabel bebas yang diteliti mampu menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 43,3% dan sisanya sebesar 56,7% dijelaskan oleh variabel lain yang belum diteliti. Namun uji secara parsial (Uji t) hanya ROI dan Tax Rate yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Adapun faktor yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio adalah ROI dilihat dari nilai koefisien regresi ROI sebesar 0,050.

(6)

ABSTRACT

Rini Dwiyani Hadiwidjaja, 2007, Analysis of Factors That Influence Dividend Payout Ratio on Manufacture Company in Indonesian. Under Guidance of Ade Fatma Lubis (Supervised) and Syahyunan (Member).

Manufacture industries confer the biggest contribution to Gross Domestic Product, yet growth is relatively low. Manufacture industries decline in 2005 was caused by 3 big obstructions, its instability in macroeconomics, uncertainty policy and corruptions. This conditions shows in amount of manufactures companies have declined from 2001 until 2005, which affected to profit and liabilities of manufactures companies. This condition caused the payment of dividend manufactures companies decline year to year and some companies didn’t paid the dividend for 3 (three) years respectively.

The problems of this research are how is the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia.

The objective of this research is to finding out and analyzes the influence of Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) and Tax Rate to dividend payout ratio at manufactured industry in Indonesia and which factor will be the most dominant to dividend payout ratio.

The theories to be used are financial ratio and decisions of dividend payment theory. The data used in this research is from the yearly financial report of the thirty one manufactured industries listed at the Jakarta Stock Exchange (JSX) at 2001 to 2005. The types of research are descriptive and quantitative with the explanatory research method. The analysis of method used in this research is the multiple linear regressions method.

The hypothesize test used the statistical of F-test and the statistical of t-test with confident interval 95% and level of significant 5%. The statistical of F-test shows that all independent variables simultaneously influence Dividend Payout Ratio at the determinant coefficient (R2) 43,3% its shows that research independent variables able to explain 43,3% to Dividend Payout Ratio while the remaining of 56,7% explained by independent variables that were un-research. The statistical of t-test shows that only ROI and Tax Rate partially influence Dividend Payout Ratio. Return on Investment is the most variable that influence Dividend Payout Ratio with regression coefficient 0,050.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Rini Dwiyani Hadiwidjaja, lahir di Bandung pada tanggal 30 Januari 1977. Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj. Yayah Siti Mariah, M.Pd yang beralamat di Jl. Asrama, Komp. Bumi Asri Blok C No. 106 Cinta Damai, Medan. Status Menikah, suami bernama H. Edy Swasono, SE. dan dikarunia satu anak yang bernama Muhammad Luthfan Kautsar. Saat ini bekerja di Universitas Terbuka (UT) sebagai Staf Akademik yang beralamat di Pondok Cabe Raya, Pamulang, Banten.

Mulai menuntut ilmu pada tahun 1984 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 03 Jakarta Barat, lulus tahun 1989. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 206 Jakarta Barat pada tahun 1989, dan lulus tahun 1992.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan atas Nabi Muhammad SAW, sahabat dan semua umatnya yang bertaqwa. Berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam proses belajar untuk mendapatkan gelar Magister Sains dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Walaupun terdapat suka duka dan rintangan yang penulis hadapi dalam proses penulisan tesis ini, namun berkat bimbingan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasinya dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nissa B.,M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Drs. Syahyunan M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan sehingga tesis ini dapat selesai.

3. Ibu Dr. Hj. Rismayani, SE,MS, Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA dan Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan, saran dan kritikan membangun dalam menyempurnakan penulisan ini.

(9)

5. Rekan-rekan seangkatan 2005/2006 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Ka Imas, Risne, Rudi, Nurul, Guna, Pa Nasir dan Izul yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan studi dan tesis ini.

6. Orangtua tercinta Drs. H. Iding Hadiwidjaja dan Dra. Hj. Yayah Siti Mariah, M.Pd, dan mertua tercinta H. Soentoro, MS dan Hj. Roro Suharsih serta keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a yang tulus kepada penulis. Teristimewa kepada suami tercinta H. Edy Swasono, SE yang selalu memberikan do’a dan dukungan, semangat dan pengorbanan yang tulus serta pada anak kami tersayang, Muhammad Luthfan Kautsar yang menjadi semangat bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan program master ini

Segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini dicatat sebagai amal kebajikan dan semoga diberi imbalan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat menjadi sebuah masukan yang berharga bagi kita semua dalam memperkaya pengetahuan kita.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ……….. i

LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN ………... ii

LEMBAR PERNYATAAN ………. iii

ABSTRAK ………... iv

ABSTRACT ………. v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………. viii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GRAFIK ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian ……… 5

1.5 Kerangka Pemikiran ………. 5

1.6 Hipotesis ………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ….……… 9

2.2 Rasio Keuangan ……… 11

(11)

2.2.2 Keterbatasan Rasio Keuangan ………. 14

2.3 Dividen ……… 16

2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-bentuk Dividen ………. 16

2.4 Kebijakan Dividen 19 2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen ………. 19

2.4.2 Teori Kebijakan Dividen .……… 20

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen .. 21

2.5 Alternatif Pembayaran Dividen ………... 27

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio …… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………...………... 37

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ……… 40

3.6.1 Identifikasi Variabel …………...………... 40

3.6.2 Definisi Operasional Variabel .……… 43

3.7 Metode Analisis Data ………... 44

3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda ……….... 44

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel ……….. 51

4.2 Pengujian Asumsi Klasik ………. 52

4.2.1 Uji Normalitas ……….. 53

4.2.2 Uji Multikolinearitas ……… 55

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ……… 56

4.2.4 Uji Autokorelasi ……..………. 57

4.3 Analisis Model Regresi Linear Berganda …….………... 58

4.4 Pengujian Hipotesis ……… 59

4.4.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F) ……….. 59

4.4.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ………... 62

4.4.3 Pengaruh Paling Dominan ………... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………...………... 67

5.2 Saran ………..………. 68

DAFTAR PUSTAKA ………... 69

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ……... 39

3.2 Definisi Operasional Variabel ………... 43

3.3 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..……... 47

4.1 Deskripsi Variabel ………. 52

4.2 Hasil Uji Normalitas melalui Kolmogorov- Smirnov (K-S) ..… 55

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ……… 56

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ………...……... 56

4.5 Hasil Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) ………... 59

4.6 Hasil Uji Determinasi ……… 60

(15)

DAFTAR GRAFIK

No. Judul Halaman

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Populasi Penelitian ……... 69 2 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

Berdasarkan Kreiteria 1 dan 2 ……….. 71 3 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri manufaktur. Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sampai dengan tahun 2005 sebanyak 140 perusahaan dari 323 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan.

Pertumbuhan industri manufaktur dan nonmigas masih relatif rendah dan masih dapat diraih di masa datang. Kondisi tahun 2000 misalnya, Indonesia masih dapat memelihara pertumbuhan industri nonmigas sebesar 7,02 persen per tahun. Akan tetapi, di tahun 2001, rasio pertumbuhan tersebut menurun sebesar 3,07 persen dan tinggal menjadi 3,95. Angka pertumbuhan ini terus menurun dan tahun 2002 menjadi 3,68 persen. Selainitu ditunjukkan dari kinerja pertumbuhan perekonomian Indonesia yang konsisten menurun dari 6,01 persen (2000) menjadi hanya 1,6 persen (2001), 3,8 persen (2002), lalu 4,4 persen (2003) dan 6,7 persen (2004) (Kompas, 2 Mei 2005).

(18)

1

bahkan turun hampir 60 persen karena banyak pabrik-pabrik tutup atau direlokasi ke luar negeri, terutama didorong masalah perburuhan dan meningkatnya Upah Minimum Regional (Kompas, 16 Agustus 2005).

Berdasarkan pengamatan iklim usaha terhadap 500 perusahaan manufaktur yang dipilih secara acak di lima aglomerasi industri di Indonesia. Secara umum, responden mengatakan bahwa antara tahun 2003 dan 2005 iklim usaha cenderung membaik, namun ada tiga hambatan terbesar yang dihadapi perusahaan manufaktur selama tahun 2005 yaitu ketidakstabilan makroekonomi, ketidakpastian kebijakan dan korupsi.

Ketidakstabilan makroekonomi pada tahun 2005 diawali dengan naiknya harga minyak dunia dan suku bunga internasional yang berpengaruh terhadap laju inflasi. Ketidakpastian kebijakan yang dimaksud yaitu dalam hal peraturan perpajakan, perizinan dan pengurusan impor yang merupakan faktor penting bagi daya saing suatu unit usaha. Menurunnya peranan impor barang modal terhadap total impor dan naiknya peranan impor barang konsumsi menggambarkan industri manufaktur pada tahun 2005 melemah (Wartaekonomi, 24 Januari 2005).

Kondisi ini tercermin juga pada pertumbuhan industri manufaktur dari sisi mikro yaitu sisi internal perusahaan, dilihat dari jumlah perusahaan (emiten) manufaktur yang terdaftar di BEJ dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 menurun. Hal ini juga berdampak pada pembagian atau pembayaran dividen, menurunnya laba dan meningkatnya jumlah hutang yang harus dibayarkan membuat banyak perusahaan menjadi tidak lancar dalam membagikan dividen pada para pemegang sahamnya. Hal ini tampak dari nilai

(19)

banyak perusahaan yang tidak selalu mencantumkan jumlah DPS dan DPR sama sekali (tidak membayarkan dividen) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Misalnya pada sektor Industri dasar dan kimia (basic industry and chemical), sub sektor industri semen PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk hanya membayarkan dividen sebelum tahun 2000 saja, yaitu dari tahun 1991 hingga 1999 secara berturut-turut sedangkan dari tahun 2001 hingga tahun 2005 tidak membagikan dividen. Sektor aneka industri (miscellaneous industry), sub sektor textile and garment

pembayaran dividen hanya dilakukan dari tahun 1994 hingga tahun 1999 saja, sedangkan untuk tahun 2000 hingga 2005 tidak membayarkan dividen.

Hal ini juga ditunjukkan oleh kinerja keuangan perusahaan manufaktur melalui rata-rata rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan manufaktur di BEJ selama periode tahun 2001 hingga 2005, rasio likuiditas yaitu cash ratio rata – rata 0,65 kali, artinya rata – rata perusahaan tidak mampu melunasi seluruh hutang lancarnya dari kas yang tersedia karena setiap satu kali melakukan hutang lancar, perusahaan hanya mampu melunasinya dari kas 0,65 kali. Rasio solvabilitas dilihat dari debt to equity rata – ratanya

0,74 kali. Tingkat profitabilitas (ROI) rata-rata sebesar 11,85 %. Angka ini menunjukkan bahwa keefektifan penggunaan aktiva dalan memperoleh laba bersih perusahaan selama periode itu pada umumnya cukup baik.

(20)

Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividend atau capital gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lain dari laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan (retained earning) yang akan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan investasi kembali (reinvestment). Hal ini merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan besarnya Dividend Payout Ratio.

Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya. Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Namun apabila dikaitkan dengan pergerakan harga saham ditunjukkan bahwa pembayaran dividen yang semakin besar cenderung akan meningkatkan harga saham.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM),

Return on Investment (ROI) dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), dan Tax Rate mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam bidang manajemen keuangan dan memberikan kajian empiris tentang dampak informasi keuangan khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dividend payout ratio. Penelitian ini juga sebagai bahan referensi bagi peneliti / mahasiswa lain yang ingin mengembangkan penelelitian selanjutnya.

2. Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan dividen.

3. Perusahaan (emiten), hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajer dalam menetapkan kebijakan dividen sehubungan dengan penentuan sumber pendanaan (internal/eksternal) jika akan melakukan reinvestment.

1.5 Kerangka Pemikiran

Dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan.

(22)

selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang sahamnya.

Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan adalah informasi keuangan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berisi informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang tampak dari aspek likuiditas, leverage/solvabilitas dan rentabilitas/profitabilitas perusahaan yang berbentuk rasio-rasio keuangan.

Kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen, oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan, dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Teknik analisis rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan (Helfert, 1997).

Rasio keuangan merupakan tolak ukur untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Rasio-rasio keuangan tersebut dikelompokan ke dalam 5 (lima) kelompok dasar, yaitu likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian (Sawir, 2005).

(23)

rasio yang perlu diperhatikan baik oleh pemegang saham maupun oleh perusahaan yaitu

Dividend Payout Ratio (DPR).

Sedangkan menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya DPR dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi utang, tingkat ekspansi yang direncanakan (laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva), faktor pengawasan dan ketentuan-ketentuan dari pemerintah, yaitu ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

Penetapan DPR harus dapat dirasakan manfaatnya bagi kepentingan perusahaan maupun pemegang saham. Bagi pihak perusahaan, informasi yang terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk mendukung operasionalisasi dan perkembangan perusahaan. Bagi pihak pemegang saham atau investor, informasi yang terkandung di dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan keuntungan investasi.

Menurut Helfert (1997) ukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio dari sudut pandang pemberi pinjaman adalah yang pertama likuiditas perusahaan yang dapat dinilai melalui rasio lancar (Current Ratio) dan rasio kas (Cash Ratio) dan yang kedua leverage

(24)

(DPR), 3) Indikator Pasar, yang terdiri dari rasio harga, perbaikan arus kas, Nilai pasar thd nilai buku (MBR).

Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang diduga dapat mempengaruhi DPR yaitu Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX).

Dari uraian diatas maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah faktor Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI) dan Tax Rate (TAX) memiliki pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.

Cash Ratio

Debt to Equity Ratio (DER)

Net Profit Margin (NPM)

Return on Investment (ROI)

Dividend Payout Ratio

(DPR)

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution (2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode

purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun). Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namundengan variabel bebas yang berbeda, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan

(26)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER, NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.

Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001 hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7 (tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.

(27)

Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan

Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI) dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.

2.2 Rasio Keuangan

2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.

Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain.

(28)

Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1) waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions:

1. How liquid is the firm?

2. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 3. How is the firm financing its assets?

4. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain : 1. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.

(29)

3. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

4. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan menjadi 5 (lima) , yaitu :

1. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio Laba atas Modal (Return on Equity).

2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

(30)

ini adalah sebagai berikut :1) Rasio Lancar (Current Ratio), 2) Rasio Cair (Quick Ratio/Acid Test Ratio) dan 3) Rasio kas (Cash Ratio).

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan persediaan dan piutangnya, rasio ini dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), 2) Rasio Hari Persediaan (Inventory Period), 3) Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over), dan 4) Rasio Periode Pengumpulan Piutang (Average Collection Period).

4. Rasio Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya

Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan dana dan biaya. Biasanya biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil penjualan. Rasio ini dibagi menjadi 5, yaitu : 1) Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan, 2) Rasio Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan, 3) Rasio Beban Penjualan atas Penjualan dan 4) Rasio Beban Administrasi dan 5) Rasio Beban Keuangan.

5. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain : 1) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta/ Aktiva (Debt To Asset Ratio), 2) Rasio KewajibanJangka Panjang atas Modal (Debt To Equityt Ratio) dan 3) Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi.

2.2.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

(31)

a. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang.

b. Rasio disusun dari kata akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipilasi.

c. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) Analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan-keterbatasan atau kelemahan-kelemahan, antara lain :

a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas angka-angka yang digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan (selain dari buku-buku pembantu).

b. Biasanya, analisis rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan umumnya berasal dari data masa lalu (data historis). Data historis ini mungkin bukan merupakan hasil atau kesimpulan yang akurat dari kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

c. Apabila jumlah jumlah penyusutan dan amortisasi relatif cukup besar (signifikan), angka rasio laba dapat menyesatkan

(32)

dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya manusianya.

e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu yang sedang diperbandingkan. Kesulitan tersebut terjadi karena :

• Terdapat perbedaan mendasar dalam pelaksanaan prinsip dan prosedur akuntansi

yang digunakan.

• Prinsip, prosedur, dan asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan sering berubah sehingga sulit untuk membuat penilaian yang akurat terhadap maju mundurnya perusahaan.

2.3 Dividen

2.3.1 Pengertian Dividen dan Bentuk-Bentuk Dividen

Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital gains dan dividen. Capital gains adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dasar dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan

(33)

memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Sedangkan Kieso dan Weygandt (1995) menyatakan bahwa pembagian dividen umumnya didasarkan pada akumulasi laba yaitu ditahan atau pada pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan (dividen likuidasi) harus dijelaskan secukupnya pada lampiran pesan kepada pemegang saham sehingga tidak terjadi kesalahpahaman tentang sumbernya.

Kieso dan Weygandt (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya dapat berbentuk:

1. Cash dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk tunai.

2. Stock dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. 3. Script dividend (promisory notes) yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau

pembayaran dividen pada masa yang akan datang.

4. Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaan seperti barang dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi.

Brealey and Myers (2004) most company pay a regular cash dividend each quarter, but occasionally this regular dividend is supplemented by one-off extra or special dividend. Dividends are not always in the form of cash. Frequently companies also declare stock dividens.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa pada umumnya perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk kas secara regular, tetapi terkadang diberikan dividen tambahan atau spesial dividen kepada pemegang saham. Dividen tidak selalu dalam bentuk kas tetapi bisa juga dalam bentuk saham (stock dividens).

(34)

1. Cash Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Bentuk ini sangat sering digunakan karena tingkat likuidasinya cukup tinggi sehingga cenderung disukai oleh para pemegang saham.

2. Stock Dividend yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk lembar saham. Bentuk ini pun sering digunakan, terutama jika perusahaan kesulitan meneydiakan dividen dalam bentuk tunai.

3. Extra Dividend yaitu dividen tambahan yang diberikan kepada pemegang saham jika perusahaan mendapatkan keuntungan besar. Namun bentuk dividen ini hanya bersifat sementara.

4. Noncash Dividend plans seperti pemberian sample product dan dividend reinvestment plans (DRIP’S). Jika tidak dapat memberikan dividen dalam bentuk tunai maupun lembar saham, perusahaan dapat memberikan contoh produk yang akan dipasarkan lembar saham di bawah pasar.

2.4 Kebijakan Dividen

2.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen

(35)

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan yang bekaitan dengan penentuan apakah keuntungan / laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang (Suhartono, 2004). Laba yang simpan kembali atau laba ditahan merupakan salah satu sumber dana terpenting dalam membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen membentuk arus uang yang semakin mengalir ke tangan pemegang saham.

Ketika suatu perusahaan memutuskan berapa jumlah uang kas yang harus dibagikan kepada para pemegang saham, maka tujuan perusahaan harus diutamakan yaitu memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Sedangkan, jumlah dividen yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan.

Jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana (kepentingan akan laba yang ditahan terabaikan) untuk melakukan reinvestment. Sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan tetap dipertahankan maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan tidak dapat mengumumkan kenaikan dividen.

Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001).

(36)

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori “bird-in-the-hand” dan teori preferensi pajak.

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (DividendIrrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

2. Teori “Bird-In-The-Hand”

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Madigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “Bird-In-The-Hand” karena menurut padangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

(37)

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu (1) Keuntungan modal dikenakan dengan pajak dengan tarif maksimum 28%, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6%. Oleh karena itu, investor yang kaya (memiliki saham besar dan menerima sebagian besar dividen) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual dan (3) Terhindar dari pajak keuntungan modal apabila saham yang dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) “three basic views about dividend; (1) dividend policy is irrelevant (2) High dividends increase stock value, this view says dividends are more certain than capital gains, has been called the ‘bird-in-the-hand’ theory. The belief that dividend income has a higher value to the investor than does capital gains income, because dividend are more certain than capital gains. (3) Low dividends increase stock value.

(38)

membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.

2.4.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dalam memutuskan apakah keuntungan/laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan dan selanjutnya untuk diinvestasikan kembali dimasa yang akan datang, maka kebijakan dividen ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sinuraya (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah 1) peraturan hukum, 2) posisi likuiditas, 3) perlunya membayar kembali pinjaman (need to repay debt), 4) keterbatasan karena kontrak pinjaman (restriction in debt contract), 5) tingkat perluasan harta (rate of asset expansion), 6) tingkat keuntungan, 7) stabilitas keuntungan, 8) pintu pasaran modal (acces to the capital market), dan 9) Laba yang diperoleh berusaha untuk dibayarkan pada pemegang saham.

Menurut Weston dan Copeland (1993) kebijakan dividen dipengaruhi oleh undang-undang, posisi likuiditas, kebutuhan pelunasan utang, tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba, stabilitas laba, akses ke pasar modal dan kendali perusahaan.

1. Undang-undang.

Ada undang-undang dan peraturan hukum yang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada pada laba ditahan (retained earning) pada neraca. Dividen tidak boleh diambil dari modal.

2. Posisi likuiditas.

(39)

posisi likuiditasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana tersebut digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini mungkin saja perusahaan tidak membayarkan dividennya.

3. Kebutuhan pelunasan utang.

Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan pada dua pilihan yaitu pertama perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan.

4. Tingkat ekspansi aktiva.

Semakin cepat suatu peruashaan berkembang maka semakin besar pula kebutuhan untuk membiayai ekspansi perusahaannya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya sehingga ada kesempatan besar untuk melakukan investasi. Namun jika lebih mementingkan pembagian laba yang dibayarkan sebagai dividen, maka hanya sebagian saja laba yang tersisa untuk investasi. Jadi semakin tinggi tingkat ekspansi suatu perusahaan maka semakin besar kebutuhannya akan laba yang ditahan sehingga semakin kecil dividen yang dapat dibayarkan.

5. Tingkat laba.

(40)

menggunakan dana itu pada perusahaan lain) atau menggunakannya pada perusahaan tersebut.

6. Stabilitas laba.

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa besarnya laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun – tahun yang akan datang dapat tercapai sesuai harapan sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Pada perusahaan yang kondisi labanya belum stabil cenderung membayarkan dividen dalam jumlah yang relatif lebih rendah dari pada perusahaan yang labanya stabil.

7. Akses ke pasar modal.

Suatu perusahaan yang besar, telah berjalan baik dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Namun pada perusahaan kecil atau baru, kemampuan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai kegiatan operasionalisasi usahanya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.

8. Kendali perusahaan.

(41)

kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pada saat yang sama, mengambil hutang akan memperbesar risiko naik turunnya laba yang dihadapi pemilik perusahaan saat ini. Perusahaan perlu melakukan kendali dalam melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja karena jika berlebihan akan memperkecil pembayaran dividen.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998), dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor – faktor berikut ini:

1. Operating Cash Flow

Jika dana yang diperoleh dari operasi perusahaan dapat dipergunakan dengan menguntungkan maka dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar. Jadi tidak benar bahwa perusahaan harus membagikan dividen sebesar – besarnya.

2. Tingkat laba

Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian, memudahkan peruashaan untuk meningkatkan dan tidak perlu segera menurunkan dividen jika laba menurun.

3. Kesempatan investasi

Jika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik peruahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti oleh penurunan harga saham tapi jika pasar modal efisien maka harga saham akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (investasi yang menguntungkan).

(42)

Untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham sedangkan pembayaran dividen berarti menerima uang kas. Namun jika investoral menjual saham, mereka terkena biaya transaksi (biaya transaksi di BEJ sekitar 0,4%). Dengan demikian, jika tidak ada faktor pajak maka menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains sehingga investor cenderung memilih saham yang membagikan dividen secara teratur.

5. Pajak penghasilan

Karena investor juga membayar pajak penghasilan maka investor yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 35%) mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih menikmati capital gains. Jika sebagian besar pemegang saham merupakan investor yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen akan cenderung tidak terlalu besar.

2.5 Alternatif Pembayaran Dividen

Keputusan perusahaan dalam mengalokasikan dana bagi pembayaran dividen kebutuhan investai harus disesuaikan bagi kepentingan perusahaan artinya suatu perusahaan mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.

(43)

extra), a dividend payment policy where the firm pays a small regular dividend plus an extra dividend only if the firm has experienced a good year.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999), ada 3 (tiga) alternatifnya pembayaran dividen, yaitu:

1. Rasio pembayaran dividen yang konstan (Constant dividend payout ratio).

Dengan dividend payout yang konstan maka perusahaan menetapkan rasio yang tetap terhadap keuntungan. Berapapun keuntungan yang diperoleh maka jumlah dividen yang dibayarkan setiap tahunnya akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Hal ini tidak akan menjadi masalah sepanjang keuntungan yang diperoleh setiap periodenya selalu meningkat. Tetapi jika keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari pada sebelumnya maka dividen yang akan dibayarkan pun menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan alternatif ini akan mengalami pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai dengan naik turunnya keuntungan yang diperoleh. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan nilai saham perusahaan (Sartono, 2000).

2. Jumlah pembayaran dividen yang stabil (Stable dollar dividend per share).

(44)

cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi (Sartono, 2000).

3. Jumlah pembayaran dividen tetap yang kecil ditambah dividen ekstra. (Reguler dividend plus a year – end extra).

Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan keuntungan yang diperoleh biasanya perusahaan menerapkan alternatif ini yaitu membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya dalam jumlah kecil namun jika ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Akan tetapi hal ini menyebabkan investor tidak dapat mengestimasi perolehan dividen dan menjadi ragu – ragu untuk menanamkan dananya. Namun menururt Sartono (2000) kebijakan ini merupakan kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan tersebut diatas dan yang lebih flesibel.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham dan

internal financial perusahaan semakin kuat (Gitosudarmo, 1992)

(45)

kepada pemilik dalam bentuk tunai; dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999) menyatakan “Dividend payout ratio indicates the amount of dividends relative to the company’s net or earning per share

Menurut Gitosudarmo (2002) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini :

1. Faktor Likuiditas, semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio

dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio

2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang, semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi, hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio dan sebaliknya.

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan, semakin tinggi ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva.

4. Faktor pengawasan, semakin terbukanya perusahaan akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

5. Ketentuan-ketentuan dari pemerintah, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

(46)

Menurut Sinuraya (1999) menyatakan bahwa dalam menentukan pembagian dividen, faktor yang harus dipertimbangkan ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen disebabkan proyek perusahaan memburuk atau menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan dan pembayaran yang stabil atas dividend payout ratio. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Faktor Likuiditas

2. Biaya pengeluaran saham baru (emisi saham), karena penerbitan saham baru selalu mengakibatkan pengeluaran biaya, sekalipun secara kritis pembayaran dividen bisa diganti dengan penerbitan saham baru. Emisi saham mengakibatkan biaya modal baru akan lebih tinggi daripada biaya modal laba ditahan. Umumnya dividend payout ratio

(DPR) berkorelasi negatif dengan kebutuhan dana investasi.

3. Pengendalian, kalau perusahaan emisi saham, maka pemilik saham lama akan mempunyai proporsi perusahaan yang berkurang sehingga pengendalian terhadap perusahaan akan berkurang.

4. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan, apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang relatif stabil.

5. Biaya transaksi dan kebutuhan permodal, secara teoritis kenaikan harga saham akan sama dengan jumlah dividen yang dibagikan, meskipun demikian hal ini bisa menyulitkan pemilik saham kalau tiba-tiba perusahaan memperkecil pembayaran dividennya, kalau hal ini dihubungkan dengan pola kebutuhan dana dari modal tersendiri.

Alasan pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio

(47)

1. Cash Ratio

Menurut Riyanto (1997), para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan rasio likuiditas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. Salah satu rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas adalah cash ratio. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas yang tersedia dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat waktu dibandingkan current ratio maupun quick ratio.

Hal ini disebabkan karena current ratio mengandung akun piutang dagang dan persediaan sedangkan quick ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun tersebut relatif lama untuk berubah menjadi kas.

Menurut Sawir (2005), rumus dalam perhitungan cash ratio, yaitu:

Cash + Marketable Securities Cash Ratio =

Current Liabilities

Holder, Langrehr, dan Hexter (1998) dalam Suhartono (2004) menyatakan bahwa apabila masih ada peluang investasi yang bias diambil, perusahaan akan lebih baik menggunakan dana dari aliran kas intern untuk membiayai investasi dan cenderung membayar dividen yang rendah.

Sedangkan dividen merupakan cash outflow maka dengan digunakannya seluruh kas yang tersedia untuk membayar hutang lancar perusahaan, maka dapat mengakibatkan penghasilan pemegang saham (dividen) menurun atau bahkan tidak dapat dividen sama sekali. Ada hubungan negatif antara cash ratio dengan pembayaran dividen.

(48)

Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas /

leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan.

Aturan struktur finansiil konservatif memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal sendiri. Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal sendiri yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan finansiil tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Koefisien hutang yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1.

Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri), maka perusahaan wajib memberikan balas jasa pada mereka dalam mereka dalam bentuk dividen. Jadi, semakin besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan.

Para kreditur umumnya senang bila rasio ini rendah. Semakin rendah rasio tersebut berarti semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang yang diinvestasikan ke perusahaan tersebut.

Menurut Sawir (2005), rumus untuk menghitung debt to equity ratio yaitu: Total Utang

Debt to Equity Ratio =

(49)

Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Jika dihubungkan dengan pembayaran dividen maka akan berlaku hubungan yang berlawanan (negatif), artinya semakin tinggi rasio ini maka akan semakin kecil pembayaran dividen dan sebaliknya.

Penelitian Harahap (2004) di Bursa Efek Jakarta periode tahun 1999 hingga 2001 terhadap 28 perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mampu menjelaskan DPR pada perusahaan manufaktur adalah Debt to Equity Ratio (DER).

3. Net Present Margin (NPM)

Menurut Riyanto (1997) tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Menurut Sawir (2005) NPM adalah rasio yang membandingkan net income dengan penjualan bersih operasi (sales), dapat digambarkan dalam formula sebagai berikut :

Net Income Net Profit Margin =

Sales

(50)

Semakin tinggi nilai NPM mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan menghasilkan laba sehingga semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan oleh perusahaan. Ada hubungan positif rasio profitabilitas ini dengan pembayaran dividen.

4. Return on Investment (ROI)

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998) rasio return on investment (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan atau mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan atas penggunaan investasi asset – assetnya.

ROI atau ROA merupakan rasio dalam bentuk yang paling mudah dianalisis profitablitasnya yang menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca (Helfert, 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut :

Net Income Return on Investment =

Total Asset

Menurut kuswadi (2006) ROI sama dengan ROA (Return on Asset), karena total investasi (I) tidak lain adalah total utang ditambah modal, yang besarnya tercermin dalam nilai total harta (Assets). Rasio ini dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas sehingga jika dihubungkan dengan pembayaran dividen ada hubungan positif antara ROI dan pembayaran dividen. Semakin tinggi nilai ROI berarti semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan.

(51)

Perubahan peraturan perpajakan dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan dividen dan pembayaran dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan tarif yang tinggi mendorong perusahaan untuk menghindarinya.

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, khususnya pasal 17 ayat (1) yang mengatur tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%

diatas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%

diatas Rp.100.000.000,00 30%

Sumber : Undang-undang Pajak Tahun 2000

Seluruh perusahaan manufaktur yang menjadi sampel memiliki penghasilan sebelum pajaknya lebih dari Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah), maka berdasarkan ketentuan tersebut cara menghitung rasio tax rate adalah :

Tax Rate = (EBT–Rp100.000.000) x 30%)+Rp.12.500.000

EBT

Keterangan :

Rp. 12.500.000 diperoleh dari :

10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000 15% x Rp.50.000.000 = Rp. 7.500.000

Rp.12.500.000

(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Nasution (2004), Nasrul (2004), Hariani (2005) dan Fitriyani (2002). Penelitian terhadap dividen payout ratio yang dilakukan oleh Nasution (2004) berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability). Jumlah sampel 37 perusahaan yang ditentukan oleh metode

purposive sampling dengan batasan waktu dari tahun 1999 hingga tahun 2001 (3 tahun). Metode analisis data dengan regresi linier berganda, cross section dan time series.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel rasio Debt to Equity Ratio (DER) saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) namundengan variabel bebas yang berbeda, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan

(53)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi yang relatif kecil yaitu sebesar 28 perusahaan manufaktur. Metode regresi linear berganda yang digunakan sebagai analisis data pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara CR, DER, NPM dan ROI terhadap DPR. Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial.

Variabel-variabel yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik di Indonesia juga diteliti oleh Hariani (2005) dengan batas waktu penelitian dari tahun 2001 hingga tahun 2003 yaitu selama 3 tahun. Sampel yang digunakan 37 perusahaan dan ada 7 (tujuh) variabel bebas (independent variable) antara lain posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned. Analisis data yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa posisi kas (cash position), potensi pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan (firm size), rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio), profitabilitas (profitability), tax rate dan time interest earned tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. Hanya variabel rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) dan profitabilitas (profitability) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial.

(54)

Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), firm size (FS) dan

Dividend Payout Ratio tahun sebelumnya (DPR t-1) sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan pengujian asumsi klasik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembagian dividen tahun ini Dividend Payout Ratio tahun ini (DPRt) dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang tampak dari Return on Investment (ROI) dan Dividend Payout Ratio (DPRt-1) tahun sebelumnya.

2.8 Rasio Keuangan

2.8.1 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan

Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan keuangan atau kinerja suatu perusahaan dan masalah-masalah yang sedang dihadapinya adalah dengan melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.

Harahap (2004) menyatakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, sehingga kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain.

(55)

Pernyataan ini menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah keadaan factual perusahaan dengan mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan keuangan dan kelemahan-kelemahan keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan akan memberi cara bagi analisis untuk membuat perbandingan yang berarti dari data keuangan perusahaan melalui : 1) waktu yang berbeda, artinya membandingkan rasio-rasio perusahaan yang sama dari laporan keuangan terdahulu, 2) perusahaan lain yang berbeda, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama.

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999) we use financial ratios to answer questions about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance. Specifically, we can address for important questions:

5. How liquid is the firm?

6. Is management generating adequate operating profits on the firm’s assets? 7. How is the firm financing its assets?

8. Are the owners (stokeholders) receiving an adequate return on their investment?

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan, antara lain : 5. Bagaimana likuidasi perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segenap utang atau kewajibannya.

(56)

7. Bagaimana manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

8. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya? Tingkat hasil yang diperoleh investaor merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan.

Sedangkan menurut Kuswadi (2006) biasanya analisis rasio keuangan dibedakan menjadi 5 (lima) , yaitu :

6. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif disini artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutalk tetapi diperbandingkan dengan unsure-unsur atau tolak ukur lainnya. Tolak ukur yang dipakai biasanya Pendapatan, Dana dan Modal. Beberapa jenis rasio profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Rasio Laba atas Penjualan (Net Profit Margin), 2) Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan 3) Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross Profit Margin), 4) Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment), 5) Rasio Laba atas Modal (Return on Equity).

7. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan PENGA DA A N PERA LATA N PRA KTEK DA N PERA GA SISWA SD pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Bima Tahun

Tingkat penghasilan warga di Perumahan BMP adalah tinggi sebanyak 52% dengan memilih air minum galon bermerek sebanyak 24% dikarenakan faktor kualitas air minum yang

Oleh karena itu dengan perencanaan, pelaksanaan, program posyandu yang baik diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan lansia di wilayah kerja Puskesmas Brangsong

min — about three quarters of the period of meiosis I in triploid eggs yielded only heptaploid cells among the embryos. Tetraploid induction was most consistent when treatments

[r]

oral dosing, FLU concentrations in plasma were highest 3.1 m g r ml at 14 h after dosing; absorption and elimination half-lives were 4.9 and 22 h, respectively. The oral

complex SWC nutrient medium. In contrast, plasma from prawns previously injected with both live, non pathogenic Vibrio har Õ eyi strain DPEX and formalin-killed cells of V. coli

[r]