KARAKTERISTIK PENDERITA HEMOROID BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2008 - 2009
Oleh :
HASNIL MUBARAK 070100366
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA HEMOROID BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2008 - 2009
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
KARAKTERISTIK PENDERITA HEMOROID BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2008 – 2009
Nama : Hasnil Mubarak NIM : 070100366
Pembimbing
(dr. Liberti Sirait, Sp. B-KBD NIP : 14190455
)
Penguji I
(dr. Dudy Aldiansyah, Sp. OG NIP : 19771214 200812 1 001
)
Penguji II
(Dr. Aliandri, Sp. THT NIP. 19660309 200012 1 007
)
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP : 19540220 198011 1 001
ABSTRAK
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid umumnya sebanding terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Sekitar setengah orang yang berumur 50 tahun pernah mengalami hemoroid. Perbandingan penyakit hemoroid antara laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan jarak yang signifikan sehingga angka kejadian hemoroid tidak terlalu jauh perbandingannya.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk melihat karakteristik penderita hemoroid berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun 2008-2009. Sampel adalah seluruh pasien yang menderita hemoroid di RSUP. H. Adam Malik Meda Tahun 2008 – April 2009 yang tercatat pada berkas rekam medis.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 83 pasien hemoroid, sampel terbanyak terdapat pada usia diatas 45 tahun, sebanyak 36 orang (43,4%), diikuti oleh kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 19 (22.9%) orang, kemudian 25-34 tahun sebanyak 10 orang (12.0%), 15-24 tahun sebanyak 14 orang (16.9%), dan 5-14 tahun sebanyak 3 orang (3.6%), sedangkan persentase terkecil berada pada interval usia 1-4 tahun hanya 1 orang (1,2%). Pada hasil yang lain menunjukkan bahwa dari 83 pasien hemoroid, terdapat sebanyak 47 orang laki-laki (56.6%) dan 36 orang perempuan (43.4%). Kemudian hasil berikutnya menunjukkan bahwa dari 83 pasien hemoroid, sampel terbanyak dengan keluhan utama BAB berdarah, sebanyak 42 orang (50.6%), diikuti oleh benjolan perianal, sebanyak 21 orang (25.3%), nyeri BAB, sebanyak 14 orang (16.9%), dan prolapsus hemoroidalis sebanyak 6 orang (7.2%).
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kejadian hemoroid pada usia diatas 45 tahun termasuk besar, namun kejadian hemoroid pada laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kejadian yang hampir sama. Diharapkan bagi tenaga kesehatan, serta instansi-instansi terkait dapat memberikan konseling kesehatan saluran pencernaan, khususnya untuk penyakit seperti hemoroid sebagai upaya peningkatan kesehatan, untuk mencegah kejadian hemoroid.
ABSTRACT
Hemorrhoids are blood vessel dilation and inflammation of veins in the anal region from hemoroidalis plexus. Hemorrhoids usually are camparable occur in men and women. About half of people aged 50 years have had hemorrhoids. Comparison of hemorrhoids disease between men and women did not show a significant distance so that the incidence of hemorrhoids is not too much comparison.
This study is a descriptive survey with a retrospective approach to look at the characteristics of patients with hemorrhoids by age and sex in the year 2008-2009. Data collection is to use all the medical records of patients with hemorrhoids during the year 2008-2009 obtained at the medical records Dr. H. Adam Malik Medan as much as 83 samples.
The method used in this research is descriptive method that is retrospective to look at the characteristic of patients with hemorrhoids by age and sex in the year 2008-2009. The sample is all patients who develop hemorrohoid at the RSUP. Haji Adam Malik Medan period 2008 - 2009 which was recorded in the medical record file.
The results showed that of 83 patients with hemorrhoids, most samples contained at age over 45 years, with 36 persons (43.4%), followed by the 35-44 years with 19 persons (22.9%), 25-34 years 10 persons (12.0%), 15-24 years with 14 persons (16.9%), and 5-14 years with 3 persons (3.6%), and the lowest percentage is at intervals of 1-4 years of age only 1 person (1.2 %). In other results showed that of 83 patients with hemorrhoids, there are as many as 47 men (56.6%) and 36 women (43.4%). Then the next result shows that of 83 patients with hemorrhoids, most samples with a main problem of defecate with bloody, with total 42 persons (50.6%), followed by perianal lump, 21 persons (25.3%), painful of defecate, 14 persons(16.9%), and prolapse hemoroidalis 6 persons (7.2%).
Based on the results of the study the incidence of hemorrhoids at age over 45 years, including a large, but the incidence of hemorrhoids in men and women have similar incidence rates. Desirable for health workers, as well as related government agencies to provide counseling for gastrointestinal health, especially for diseases such as hemorrhoids as an effort to improve health, to prevent the occurrence of hemorrhoids.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Karakteristik Penderita Hemoroid Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di
RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008-2009”.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
dalam memperkaya materi Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak, dalam kehormatan ini ucapan terima
kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada :
1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Liberti Sirait, Sp.B – KBD selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang
selalu memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. dr. Alliandri, Sp. THT dan dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG selaku dosen penguji
laporan karya tulis ilmiah penulis yang telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan karya tulis ilmiah penulis.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
Mutammamin Ula, Mawaddah Tusiha, dan Haikal Maulana, terima kasih atas
dukungan dan perhatian yang diberikan.
6. Terima kasih khusus kepada Atira Annisa Lubis yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan,
Mirhansyah Perdana, Catur Prianwari, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Serta terima kasih juga kepada teman-teman satu
bimbingan, Ivan C. Pasaribu, Ismafitria Idris, dan Dedi Irwansyah atas kerjasama
nya.
Akhirnya penulis mengucapkan permohonan maaf yang setulus-tulus nya
kepada semua pihak atas segala kesalahan dan kekhilafan. Semoga Allah SWT
membalas budi baik semua pihak. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat
berguna bagi kita semua.
Medan, November 2010
Penulis
Hasnil Mubarak
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 2
1.3.Tujuan Penelitian ... 2
1.4.Manfaat Penelitian ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. Anatomi Kanalis Anus ... 3
2.2. Fisiologi Rektum dan Anus ... 5
2.3. Definisi Hemoroid ... 6
2.4. Faktor Resiko ... 6
2.9. Diagnosa Banding ... 10
2.10. Penatalaksanaan Hemoroid ... 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 13
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 13
3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 13
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 14
4.1. Rancangan Penelitian ... 14
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 14
4.4. Metode Pengambilan Data ... 14
4.5. Metode Analisis Data ... 15
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 16
5.1. Hasil Penelitian ... 16
5.2.Pembahasan ... 18
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 21
6.1. Kesimpulan ... 21
6.2.Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 23
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Penderita Hemoroid ... 17
5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Hemoroid ... 17
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Rancangan Lembar Penelitian
Survey Awal
Surat Izin Penelitian
Ethical Clearence
ABSTRAK
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid umumnya sebanding terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Sekitar setengah orang yang berumur 50 tahun pernah mengalami hemoroid. Perbandingan penyakit hemoroid antara laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan jarak yang signifikan sehingga angka kejadian hemoroid tidak terlalu jauh perbandingannya.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk melihat karakteristik penderita hemoroid berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun 2008-2009. Sampel adalah seluruh pasien yang menderita hemoroid di RSUP. H. Adam Malik Meda Tahun 2008 – April 2009 yang tercatat pada berkas rekam medis.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 83 pasien hemoroid, sampel terbanyak terdapat pada usia diatas 45 tahun, sebanyak 36 orang (43,4%), diikuti oleh kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 19 (22.9%) orang, kemudian 25-34 tahun sebanyak 10 orang (12.0%), 15-24 tahun sebanyak 14 orang (16.9%), dan 5-14 tahun sebanyak 3 orang (3.6%), sedangkan persentase terkecil berada pada interval usia 1-4 tahun hanya 1 orang (1,2%). Pada hasil yang lain menunjukkan bahwa dari 83 pasien hemoroid, terdapat sebanyak 47 orang laki-laki (56.6%) dan 36 orang perempuan (43.4%). Kemudian hasil berikutnya menunjukkan bahwa dari 83 pasien hemoroid, sampel terbanyak dengan keluhan utama BAB berdarah, sebanyak 42 orang (50.6%), diikuti oleh benjolan perianal, sebanyak 21 orang (25.3%), nyeri BAB, sebanyak 14 orang (16.9%), dan prolapsus hemoroidalis sebanyak 6 orang (7.2%).
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kejadian hemoroid pada usia diatas 45 tahun termasuk besar, namun kejadian hemoroid pada laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kejadian yang hampir sama. Diharapkan bagi tenaga kesehatan, serta instansi-instansi terkait dapat memberikan konseling kesehatan saluran pencernaan, khususnya untuk penyakit seperti hemoroid sebagai upaya peningkatan kesehatan, untuk mencegah kejadian hemoroid.
ABSTRACT
Hemorrhoids are blood vessel dilation and inflammation of veins in the anal region from hemoroidalis plexus. Hemorrhoids usually are camparable occur in men and women. About half of people aged 50 years have had hemorrhoids. Comparison of hemorrhoids disease between men and women did not show a significant distance so that the incidence of hemorrhoids is not too much comparison.
This study is a descriptive survey with a retrospective approach to look at the characteristics of patients with hemorrhoids by age and sex in the year 2008-2009. Data collection is to use all the medical records of patients with hemorrhoids during the year 2008-2009 obtained at the medical records Dr. H. Adam Malik Medan as much as 83 samples.
The method used in this research is descriptive method that is retrospective to look at the characteristic of patients with hemorrhoids by age and sex in the year 2008-2009. The sample is all patients who develop hemorrohoid at the RSUP. Haji Adam Malik Medan period 2008 - 2009 which was recorded in the medical record file.
The results showed that of 83 patients with hemorrhoids, most samples contained at age over 45 years, with 36 persons (43.4%), followed by the 35-44 years with 19 persons (22.9%), 25-34 years 10 persons (12.0%), 15-24 years with 14 persons (16.9%), and 5-14 years with 3 persons (3.6%), and the lowest percentage is at intervals of 1-4 years of age only 1 person (1.2 %). In other results showed that of 83 patients with hemorrhoids, there are as many as 47 men (56.6%) and 36 women (43.4%). Then the next result shows that of 83 patients with hemorrhoids, most samples with a main problem of defecate with bloody, with total 42 persons (50.6%), followed by perianal lump, 21 persons (25.3%), painful of defecate, 14 persons(16.9%), and prolapse hemoroidalis 6 persons (7.2%).
Based on the results of the study the incidence of hemorrhoids at age over 45 years, including a large, but the incidence of hemorrhoids in men and women have similar incidence rates. Desirable for health workers, as well as related government agencies to provide counseling for gastrointestinal health, especially for diseases such as hemorrhoids as an effort to improve health, to prevent the occurrence of hemorrhoids.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.5. Latar Belakang
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Di bawah atau di luar linea dentate
pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna.
Sedangkan di atas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah
mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna (Simadibrata, 2006).
Pasien dengan penyakit dan kondisi berikut memiliki peningkatan resiko
keluhan hemoroid, yaitu: penyakit radang usus (para dokter harus waspada potensi
terjadinya hemoroid terhadap penyakit peradangan usus), kolitis ulseratif, dan
penyakit Crohn dapat mengakibatkan hemoroid, serta kehamilan juga dikaitkan
dengan masalah anorektal (Thornton, 2010).
Sekitar setengah dari orang-orang yang berumur 50 tahun pernah mengalami
hemoroid. Perbandingan penyakit hemoroid antara laki-laki dan perempuan tidak
menunjukkan jarak yang signifikan sehingga angka kejadian hemoroid tidak terlalu
jauh perbandingannya (Pearl, 2004).
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan
pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 sampai
Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 (26,09%)
kasus hemoroid. Keluhan penyakit ini antara lain: buang air besar sakit dan sulit,
dubur terasa panas, adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur dan lain-lain
(Simadibrata, 2006).
Hemoroid merupakan salah satu keluhan kolorektal yang paling umum
didengar oleh dokter. Setiap tahun sekitar 10,5 juta Amerika mengalami gejala
hemoroid dan seperempat pasien harus berkonsultasi. Angka kejadian hemoroid
Hemoroid memiliki faktor resiko antara lain kurangnya mobilisasi, konstipasi,
cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum, kurang memakan makanan
berserat (sayur dan buah), faktor genetika, kehamilan, penyakit yang meningkatkan
tekanan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati (Simadibrata,
2006).
1.6. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah karakteristik penderita
hemoroid di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2008-2009?”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui karakteristik penderita hemoroid berdasarkan umur dan jenis
kelamin di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2008-2009.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui jumlah pasien hemoroid berdasarkan umur di RSUP. H. Adam
Malik Medan tahun 2008-2009.
2. Mengetahui jumlah pasien hemoroid berdasarkan jenis kelamin di RSUP. H.
Adam Malik Medan tahun 2008-2009.
3. Mengetahui keluhan utama pasien hemoroid di RSUP. H. Adam Malik Medan
tahun 2008-2009.
1.4. Manfaat Penelitian
2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa
lainnya untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan penulis.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan tenaga kesehatan, penelitian ini
bermanfaat sebagai bahan evaluasi program, dan upaya peningkatan
pelayanan kesehatan.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat dalam menyediakan berbagai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Kanalis Anal
Kanalis anal memiliki panjang sekitar 4 cm, yang dikelilingi dengan
mekanisme sfingter anus. Setengah bagian atas dari kanalis anal dilapisi oleh mukosa
glandular rektal. Mukosa bagian teratas dari kanalis anal berkembang sampai 6-10
lipatan longitudinal, yang disebut columns of Morgagni, yang masing masing
memiliki cabang terminal dari arteri rektal superior dan vena. Lipatan-lipatan ini
paling menonjol di bagian lateral kiri, posterior kanan dan kuadran anterior kanan,
dimana vena membentuk pleksus vena yang menonjol. Mukosa glandular relatif tidak
sensitif, berbeda dengan kulit kanalis, kulit terbawahnya lebih sensitif (Churchill,
1990).
Mekanisme spinter anal memiliki tiga unsur pembentuk, spinter internal,
spinter eksternal dan puborektalis. Spinter internal merupakan kontinuasi yang
semakin menebal dari muskular dinding ginjal. Spinter eksternal dan puborektalis
sling (yang merupakan bagian dari levator ani) muncul dari dasar pelvis (Churchill,
1990).
Vaskularisasi rektum dan kanalis anal sebagian besar diperoleh melalui arteri
hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior merupakan
kelanjutan akhir arteri mesentrika inferior. Arteri hemoroidalis media merupakan
cabang ke anterior dari arteri hipogastrika. Arteri hemoroidalis inferior dicabangkan
oleh arteri pubenda interna yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna, ketika
dan pleksus hemoroidalis inferior (eksterna) yang terletak di bawah anorectal
junction dan di luar lapisan otot. Perhatikan Gambar 1 (Sobiston, 1997).
Gambar 2.1. Vaskularisasi Vena-Vena Kanalis Anal
Persarafan rektum terdiri atas sistem saraf simpatik dan parsimpatik. Serabut
saraf simpatik berasal dari pleksus mesentrikus inferior dan dari sistem parasakral
yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat.
Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan
keempat.
2.2. Fisiologi Rektum dan Anus
Fungsi utama dari rektum dan kanalis anal ialah untuk mengeluarkan massa
cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses
pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan. Selain itu sel-sel Goblet mukosa
mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai pelicin untuk keluarnya massa feses.
Pada hampir setiap waktu rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian
diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada
rectosimoid junction, kira-kira 20 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam dari
tempat ini juga memberi tambahan penghalang masuknya feses ke rektum. Akan
tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rektum, secara normal hasrat
defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh refleks kontraksi dari rektum dan
relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus-menerus dan sedikit demi
sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani interna dan eksterna
(Sobiston, 1994).
2.3. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa
pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus). Secara
keseluruhan berdasarkan statistic, jumlah tindakan hemoroidektomi menurun.
Puncaknya terjadi tahun 1974 dimana hemoroidektomi dilakukan sebanyak 117 per
100.000 orang. Angka itu menurun 13 tahun kemudian (1987) menjadi 37 per
100.000 orang (Felix, 2006).
Hemoroid merupakan dilatasi varises pleksus vena submukosa anus dan
2.4. Faktor Resiko
Hemoroid memiliki faktor resiko yang cukup banyak antara lain kurangnya
mobilisasi, konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum, kurang
memakan makanan berserat (sayur dan buah), faktor genetika, kehamilan, penyakit
yang meningkatkan tekanan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis
hati (Simadibrata, 2006).
Konstipasi merupakan etiologi hemoroid yang paling sering. Konstipasi
terjadi apabila feses menjadi terlalu kering, yang timbul karena defekasi yang
tertunda terlalu lama. Jika isi kolon tertahan dalam waktu lebih lama dari normal,
jumlah H2O yang diserap akan melebihi normal, sehingga feses menjadi kering dan
keras (Sherwood, 2001).
Kejadian hemoroid umumnya sebanding pada laki-laki maupun perempuan.
Sekitar setengah orang yang berumur 50 tahun pernah mengalami hemoroid.
Hemoroid juga terjadi pada wanita hamil. Pada wanita hamil, janin pada uterus, serta
perubahan hormonal, menyebabkan pembuluh darah hemoroidalis meregang. Semua
vena dapat diperparah saat terjadinya tekanan selama persalinan. Hemoroid pada
wanita hamil hanya merupakan komplikasi yang bersifat sementara (Pearl, 2004).
2.5. Gejala Klinis
Hemoroid merupakan salah satu keluhan kolorektal yang paling umum
didengar oleh dokter. Setiap tahun sekitar 10,5 juta Amerika mengalami gejala
hemoroid; seperempat pasien harus berkonsultasi. Gejala yang paling umum dari
hemoroid yaitu darah merah yang cerah menutupi toilet duduk dan muncul di atas
kertas toilet. Gejala lain termasuk iritasi kulit di sekitar anus, rasa sakit, bengkak, atau
benjolan keras di sekitar anus, dan didapati lendir pada sekitar anus. Terlalu banyak
menggosok atau membersihkan sekitar anus dapat memperburuk gejala dan bahkan
menyebabkan iritasi yang semakin parah, berdarah, dan gatal-gatal yang disebut
Hemorhoid sering menimbulkan gejala-gejala secara tidak beraturan.
Menurut Churchill (1990) gejala-gejala hemoroid adalah :
1. Iritasi dan benjolan perianal, serta gatal-gatal ( pruritus ani),
2. Rasa tidak nyaman di daerah anus dan nyeri yang semakin diperberat oleh
buang air besar (BAB),
3. Prolapse hemorrhoidalis,
4. Pendarahan rektal.
2.6. Klasifikasi dan Derajat Hemoroid
Berdasarkan letaknya, hemoroid dibagi menjadi 3 yaitu hemoroid eksterna,
interna, dan campuran. Dikatakan eksterna karena benjolan terletak dibawah linea
pectinea. Hemoroid eksterna mempunyai 3 bentuk yaitu bentuk hemoroid biasa yang
letaknya distal linea pectinea, bentuk trombosis, dan bentuk skin tags. Biasanya
benjolan pada hemoroid eksterna akan keluar dari anus bila mengedan, tapi dapat
dimasukkan kembali dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya
trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi atau abses perianal (Felix,
2006).
Berlawanan dengan hemoroid eksterna, benjolan pada hemoroid interna
terletak diatas linea pectinea. Hemoroid interna merupakan benjolan dari vena
hemoroidalis internus yang dilapisi epitel dari mukosa anus. Pada posisi litotomi,
benjolan paling sering terdapat pada jam 3, 7, dan 11. Ketiga letak itu dikenal dengan
three primary haemorrhoidal areas (Felix, 2006).
Hemoroid interna dapat prolaps saat mengedan dan kemudian terperangkap
1. Derajat 1 : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar
kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam
anus dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami trombosis dan infark.
Untuk melihat resiko perdarahan hemoroid, dapat dideteksi oleh adanya
stigma perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di
atas hemoroid (Simadibrata, 2006).
2.7. Patofisiologi Hemoroid
Hemoroid dikatakan sebagai penyakit keturunan. Namun sampai saat ini
belum terbukti kebenarannya. Akhir-akhir ini, keterlibatan bantalan anus (anal
cushion) makin dipahami sebagai dasar terjadinya penyakit ini. Bantalan anus
merupakan jaringan lunak yang kaya akan pembuluh darah. Agar stabil,
kedudukannya disokong oleh ligamentum Treitz dan lapisan muskularis submukosa.
Bendungan dan hipertrofi pada bantalan anus menjadi mekanisme dasar terjadinya
hemoroid. Pertama, kegagalan pengosongan vena bantalan anus secara cepat saat
defekasi. Kedua, bantalan anus terlalu mobile, dan ketiga, bantalan anus terperangkap
oleh sfingter anus yang ketat. Akibatnya, vena intramuskular kanalis anus akan
terjepit (obstruksi). Proses pembendungan diatas diperparah lagi apabila seseorang
mengedan atau adanya feses yang keras melalui dinding rektum (Felix, 2006).
Selain itu, gangguan rotasi bantalan anus juga menjadi dasar terjadinya
keluhan hemoroid. Dalam keadaan normal, bantalan anus menempel secara longgar
pada lapisan otot sirkuler. Ketika defekasi, sfingter interna akan relaksasi. Kemudian,
endokrin, usia, konstipasi dan mengedan yang lama menyebabkan gangguan eversi
pada bantalan tersebut. Mitos di masyarakat yang mengatakan, hemoroid mudah
terjadi pada ibu hamil ternyata benar. Tak pelak, kehamilan menjadi faktor pencetus
hemoroid. Mengapa demikian? Pertama, hormon kehamilan mengurangi fungsi
penyokong dari otot dan ligamentum di sekitar bantalan. Kedua, terjadi peningkatan
vaskuler di daerah pelvis. Ketiga, seringnya terjadi konstipasi pada masa kehamilan.
Dan terakhir adalah kerusakan kanalis anus saat melahirkan pervaginam (Felix,
2006).
2.8. Diagnosa
Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari
hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat 1 sampai dengan derajat 4), dan
pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid disebabkan adanya tumor
didalam abdomen atau usus proksimal, agar lebih teliti selain memastikan diagnosis
hemoroid, dipastikan juga apakah di usus halus atau di kolon ada kelainan misal,
tumor atau colitis. Untuk memastikan kelainan di usus halus diperlukan pemeriksaan
rontgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan untuk memastikan kelainan di kolon
diperlukan pemeriksaan rontgen Barium enema atau kolonoskopi total (Simadibrata,
2006).
2.9. Diagnosa Banding
Banyak masalah anorektal, antara lain, fistula, abses, atau iritasi dan
gatal-gatal, yang memiliki gejala mirip dengan hemoroid dan harus dipahami sebelum
2.10. Penatalaksanaan Hemoroid
Menangani hemoroid tak perlu terus melakukan tindakan invasif. Dengan obat
juga dapat dilakukan. Namun, pemilihan jenis terapi (obat atau invasif) sangat
bergantung dari keluhan penderita serta derajat hemoroidnya. Tidak ada indikasi
mutlak dalam terapi invasif dan diusahakan menjadi pilihan terakhir. Salah satu obat
hemoroid adalah diosmin dan hesperidin yang dimikronisasi. Layaknya
noreadrenalin, obat ini mengakibatkan kontraksi vena, menurunkan ekstravasasi dari
kapiler dan menghambat reaksi inflamasi terhadap prostaglandin (PGE2, PGF2).
Kehadiran obat ini tentu memberi angin segar bagi penderita hemoroid yang takut
atau enggan dioperasi. Sebuah studi acak bahkan membuktikan obat ini sama efektif
dengan rubber band ligation. Malah dengan efek samping lebih kecil. Bila obat sudah
tak adekuat atau terjadi perdarahan dan prolaps, tindakan invasif menjadi pilihan
terakhir. Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan
pada derajat I dan II. Dan selebihnya adalah eksisi (Felix, 2006).
Fiksasi terdiri dari:.
1. Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan
merangsang pembentukan jaringan parut sehingga menghambat aliran darah ke
vena-vena hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai
adalah 5% phenol in almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah
dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik.
2. Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya
jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat
1-3.
3. Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi.
yang sehat, maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat.
Metode ini diperuntukkan pada derajat 1-2.
4. Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.
5. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokasi
arteri hemoroidalis yang hendak dijahit.
6. Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang akurat dalam menentukan area freezing.
Sedangkan eksisi dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu St. Marks
Milligan – Morgan Technique, Submucosal Haemorrhoidectomy (Parks method), dan
yang terbaru adalah Circular Stapler Anopexy (teknik Longo). Teknik Circular
Stapler Anopexy atau dikenal dengan Procedure for Prolapse and Haemorrhoids
(PPH) baru dikembangkan sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong
jaringan hemoroid yang merosot ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir dinding
anus. Kemudian sebuah gelang dari bahan titanium diselipkan di jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid
tersebut. PPH memiliki beberapa keuntungan dibandingkan operasi konvensional
diantaranya, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan
cepat karena hanya menghabiskan 12-45 menit, dan pasien dapat pulih lebih cepat
pasca operasi. Namun risiko perdarahan, trombosis, serta penyempitan saluran anus
masih dapat terjadi. Kontraindikasi PPH adalah fistula anus, bengkak, gangren,
penyempitan anus, prolaps jaringan hemoroid yang tebal, serta pada pasien dengan
banyak sayur dan buah akan membuat feses lembek sehingga tidak perlu mengedan
saat buang air besar (Felix, 2006).
Menurut Haryoga (2009), ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah berulangnya kekambuhan keluhan hemoroid, di antaranya :
1. Hindari mengedan terlalu kuat saat buang air besar.
2. Cegah konstipasi dengan banyak mengonsumsi makanan kaya serat (sayur
dan buah serta kacang-kacangan) serta banyak minum air putih minimal
delapan gelas sehari untuk melancarkan defekasi.
3. Jangan menunda-nunda jika ingin buang air besar sebelum feses menjadi
keras.
4. Tidur cukup.
5. Jangan duduk terlalu lama.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah :
Keterangan : - huruf tebal pada karakteristik adalah variable yang di teliti.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
1. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis pada satu segmen atau lebih
vena hemoroidalis di daerah anorektal. Karakteristik :
o Umur
o Jenis Kelamin o Keluhan Utama
o Ras
o Pendidkan
o Status Ekonomi
o Pekerjaan
3. Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan seseorang yaitu
berupa tahun, bulan dan hari.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan
pendekatan retrospektif untuk melihat karakteristik penderita hemoroid berdasarkan
umur dan jenis kelamin pada tahun 2008-2009.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di bagian rekam medik RSUP. H. Adam
Malik Medan dan akan dilakukan selama pada bulan Agustus - September 2010.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah seluruh pasien hemoroid. Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari rekam medis. Adapun besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi
(total sampling). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non randomized
accidental sampling yaitu mengambil sampel yang kebetulan ada atau tersedia di
tempat penelitian yang didapat melalui rekam medis pasien. (Saryono, 2008)
4.4. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis
pasien penderita hemoroid selama tahun 2008-2009 yang didapat di bagian rekam
4.5. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan SPSS (Statistical
Product and Service Solution) dan kemudian akan dianalisa secara deskriptif
dengan menggunakan tabel distribusi dan melakukan pembahasan sesuai dengan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 sampai dengan 25 Agustus 2010
di bagian rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan. Ditemukan 83 buah rekam
medik pasien hemoroid pada tahun 2008 - 2009. Berdasarkan hasil pengumpulan dan
analisa rekam medis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di
bawah ini.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga
Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. RSUP
H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes
No.335/Menkes/SK/VIII/1990. RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan
wilayah pembangunan A yaitu Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau, serta
sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat
pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP
H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
Dalam penelitian ini karakteristik sampel yang diamati meliput i usia, jenis
orang (12.0%), 15-24 tahun sebanyak 14 orang (16.9%), dan 5-14 tahun sebanyak 3
orang (3.6%), sedangkan persentase terkecil berada pada interval usia 1 - 4 tahun
hanya 1 orang (1,2%).
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Penderita Hemoroid
Umur sampel Frekuensi Persen
>45 36 43.4
Dari Tabel 5.2. bahwa dari 83 pasien hemoroid, terdapat sebanyak 47 orang
laki-laki (56.6%) dan 36 orang perempuan (43.4%).
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Hemoroid
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Laki-laki 47 56.6
Perempuan 36 43.4
Total 83 100.0
Dari Tabel 5.3. diketahui bahwa dari 83 pasien hemoroid, sampel terbanyak
dengan keluhan utama BAB berdarah, sebanyak 42 orang (50.6%), diikuti oleh
benjolan perianal, sebanyak 21 orang (25.3%), nyeri BAB, sebanyak 14 orang
Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama Penderita Hemoroid
Keluhan Utama Frekuensi Persen
BAB Berdarah 42 50.6
Benjolan Perianal 21 25.3
Nyeri BAB 14 16.9
Prolapsus Hemoroidalis 6 7.2
Total 83 100.0
5.2. Pembahasan 5.2.1. Hemoroid
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa
pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus). Menurut
teori Pearl (2004) sekitar setengah orang-orang yang berumur 50 tahun pernah
mengalami hemoroid. Dan menurut Parker (2004) angka kejadian hemoroid tinggi
pada usia diatas 50 tahun.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 83 pasien hemoroid, sampel
terbanyak terdapat pada usia diatas 45 tahun, sebanyak 36 orang (43,4%), diikuti oleh
kelompok umur 35-44 tahun sebanyak 19 orang (22.9%), kemudian 25-34 tahun
sebanyak 10 orang (12.0%), 15-24 tahun sebanyak 14 orang (16.9%), dan 5-14 tahun
sebanyak 3 orang (3.6%), sedangkan persentase terkecil berada pada interval usia 1 -
4 tahun hanya 1 orang (1,2%).
pada anak, walaupun sangat kecil, hal ini menunjukkan hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa usia 1 - 4 tahun jarang mengalami hemoroid.
Dari penelitian Pearl (2004) menyebutkan bahwa kejadian hemoroid
umumnya sebanding terjadi pada laki-laki maupun perempuan, sehingga
perbandingan penyakit hemoroid antara laki-laki dan perempuan tidak didapatkan
perbedaan yang signifikan. Menurut Fikih (2010) 35% penderita hemoroid sering
terjadi pada pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Pada penelitian ini, diperoleh bahwa dari 83 pasien hemoroid, terdapat
sebanyak 47 orang laki-laki (56.6%) dan 36 orang perempuan (43.4%). Penelitian ini
menunjukkan bahwa pasien laki-laki memiliki persentase 56.6% kejadian hemoroid
sedikit lebih tinggi dari wanita yang memiliki persentase 43.4%. Dalam hal ini, sesuai
dengan teori yang diungkapkan, karakteristik hemoroid berdasarkan jenis kelamin
mempunyai angka kejadian yang tidak terlalu jauh perbandingannya.
Menurut Simadibrata (2006) karakteristik hemoroid menurut jenis kelamin
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya kebiasaan individu, termasuk
faktor resiko seseorang untuk terjadinya hemoroid, yaitu kurangnya mobilisasi
(olahraga), konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum, kurang
memakan makanan berserat (sayur dan buah), faktor genetika, kehamilan, penyakit
yang meningkatkan tekanan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis
hati.
Penyakit-penyakit lain pada laki-laki atau wanita juga merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hemoroid, misalnya kehamilan pada
wanita yang dapat menyebabkan resiko terjadinya hemoroid. Namun, hemoroid pada
wanita hamil hanya merupakan komplikasi yang bersifat sementara (Pearl, 2004).
Sesuai dengan teori menurut Churchill (1990) yang menjelaskan bahwa
gejala-gejala hemoroid terbagi atas: 1) Iritasi dan benjolan perianal, serta gatal-gatal (
diperberat oleh buang air besar (BAB), 3) Pendarahan rektal, dan 4) Prolapse
hemorrhoidalis.
Pada penelitian ini (Tabel 5.3) diketahui bahwa dari 83 pasien hemoroid,
sampel terbanyak dengan keluhan utama BAB berdarah, sebanyak 42 orang (50.6%),
diikuti oleh benjolan perianal, sebanyak 21 orang (40.3%), kemudian nyeri BAB,
sebanyak 14 orang (16.9%) dan prolapsus hemoroidalis, sebanyak 6 orang (7.2%).
Karakteristik gejala klinis pada penderita hemoroid menunjukkan bahwa BAB
berdarah merupakan keluhan utama terbanyak pada pasien hemoroid di RSUP. H.
Adam Malik Medan Tahun 2008-2009.
Hal ini menunjukkan bahwa penderita hemoroid memasuki stadium klinis
yang mempunyai derajat keparahannya sesuai dengan teori Fikih (2010) yang
mengatakan bahwa, derajat I yaitu terdapat perdarahan merah segar pada rektum
pasca defekasi, dan tidak prolaps. derajat II, yaitu terdapat perdarahan/tanpa
perdarahan sesudah defekasi dan terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri
(reposisi spontan), derajat III yaitu terdapat perdarahan sesudah defekasi maupun
saat tidak defekasi dan terjadi prolapsus hemoroidalis yang tidak dapat masuk sendiri
jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual), dan derajat IV yaitu terdapat
perdarahan sesudah defekasi maupun saat tidak defekasi dan terjadi prolapsus
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian
ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Dalam penelitian ini didapati umur terbanyak yang menderita hemoroid adalah
diatas 45 tahun, sebanyak 36 orang (43,4%), sedangkan interval usia 1-4 tahun
adalah usia dengan kejadian hemoroid rendah, hanya 1 orang (1,2%). Dalam
penelitian ini, karakteristik penderita hemoroid berdasarkan umur, didapatkan
bahwa pada usia diatas 45 tahun merupakan usia yang rentan mengalami
hemoroid, sedangkan usia 1 - 4 tahun jarang mengalami hemoroid.
2. Jenis kelamin yang lebih tinggi mengalami hemoroid adalah laki-laki, sebanyak
47 orang (56.6%), sedangkan perempuan 36 orang (43.4%).
3. Karakteristik gejala klinis pada penderita hemoroid menunjukkan bahwa BAB
berdarah merupakan keluhan utama terbanyak pada pasien hemoroid di RSUP. H.
Adam Malik Medan Tahun 2008-2009, sebanyak 42 orang (50.6%).
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran
tersebut, yaitu:
1. Diharapkan bagi tenaga kesehatan, serta instansi-instansi terkait dapat
memberikan konseling kesehatan saluran pencernaan, khususnya untuk penyakit
2. Jumlah sampel yang sedikit mempengaruhi hasil ketepatan penelitian, sehingga
untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya jumlah sampel diperbanyak dengan cara
memperlebar interval tahun penelitian.
3. Diharapkan bagi orang-orang yang beresiko untuk mengalami hemoroid
sebaiknya memperbaiki faktor resiko yang dimilikinya dan gaya hidup yang
kurang sehat agar terhindar dari hemoroid.
4. Diharapkan kepada para penderita hemoroid untuk memperbaiki gaya hidup yang
DAFTAR PUSTAKA
Burkitt, H.G., Clive R.G., Gatt, D., 1990. Essential Surgery Problem, Diagnosis, and
Management, New York: 355-362.
Felix, 2006. Duduk, Salah, Berdiri, Juga Salah.. Farmacia Majalah Kedokteran dan
Farmasi, Jakarta. Available from:
[Accessed 7 March 2010).
Fikih, 2010. Referat Hemoroid. Available from :
[Accessed 02 November 2010].
Haryoga, I., 2009. Mengenal dan Mencegah Hemoroid, Denpasar. Available from:
http://imadeharyoga.wordpress.com/2009/06/17/60/. [ Accesed 10 March
2010].
Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7 Volume 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Parker, G.S., 2004. A New Treatment Option for Grades III and IV Hemorrhoids.
Jersey Shore University Medical Center, USA. Available from:
[Accessed 14
Pearl, K.R., 2004. Hemorrhoids National Digestive Diseases Information
Clearinghouse. USA. Available from:
Robby, 2006. Referat Hemmorhoid. Fakultas Kedokteran Muhammadiyah. Available
From :
14 Agusutus 2010].
Sabiston, 1994. Buku Ajar Bedah. Bagian II. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakata.
Sabiston, 1997. Atlas Bedah Umum. Binarupa Aksara, Jakarta.
Saryono, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Buku Kesehatan,
Yogyakarta.
Sherwood, L., 2001. Fisiolgi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M,. dan Setiati, S., 2006. Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 92.
Sukandarrumidi, 2002. Metodologi Penelitian. Fakultas Teknik Universitas Gajah
Rancangan Lembar Penelitian
“Karakteristik Penderita Hemoroid Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008-2009”
Identitas Pasien
Nama Pasien :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku :
Keluhan Utama :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hasnil Mubarak
Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 15 April 1989
Agama : Islam
Alamat : Villa Malina Jl. Permata Indah No. 16, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Swasta IKAL Medan (1995 - 2001)
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Medan (2001 - 2004)
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Medan ( 2004 - 2007)
Riwayat Pelatihan : -
Riwayat Organisasi :
1. Anggota SCORA FK USU Tahun 2009 - 2010.