• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi : (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi : (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

(Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh : MARLINA

060922001

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

(Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

Skripsi ini berjudul Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakter komunikasi karyawan/ti PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi antar pribadi menurut pendekatan neuro-linguistic sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif kepada nasabah walaupun terhadap nasabah dengan pribadi yang tersulit sekalipun.

Teori-teori yang relevan dipakai dalam penelitian ini adalah teori komunikasi antar pribadi karena memang yang dilakukan oleh karyawan dan nasabahnya adalah termasuk jenis dari komunikasi antar pribadi, teori psikologi komunikasi dimana komunikasi antar pribadi tidak akan tercipta atau belum dapat dikatakan komunikasi antar pribadi jika belum terbentuk suatu ikatan emosi antara komunikator dan komunikan yang dalam hal ini berhubungan dengan psikologi komunikasi, teori kinesik dari Birdwhistell membahas tentang arti dari gerakan-gerakan tubuh pada manusia, teori paralinguistik dari Trager membahas tentang kualitas vokal dan teori neuro-linguistic dari Elfiky membahas tentang karakter komunikasi manusia untuk menciptakan komunikasi yang tidak hanya efektif tetapi juga komunikatif sehingga tercipta keselarasan dalam komunikasi antara karyawan dengan nasabah.

Metode penelitian yang dipakai ialah kualitatif-deskriptif. Penelitian dengan metode ini memberikan gambaran terhadap suatu gejala sosial yang diamati oleh peneliti, dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan dan karyawati PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan yang sedang melakukan komunikasi antar pribadi kepada nasabah. Penelitian kualitatif mampu menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku dari subjek penelitian (karyawan Bukopin) untuk dapat dilihat karakter komunikasinya.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayhNya yang telah memberi petunjuk, kekuatan, nikmat kesehatan dan juga kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama menulis skripsi ini penulis menyadari bahwa usaha dan kerja keras penulis tidak akan berjalan sukses tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, untuk tauladan, kesabaran dan doa yang diberikan kepada penulis serta limpahan kasih sayang dari kecil hingga penulis dewasa yang tiada pernah berhenti.

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA ; Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba ; Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Dewi K,Msi ; Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi.

4. Ibu Emilia Ramadhani S.Sos ; dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat, bimbingan dan masukan kepada penulis serta tidak pernah berhenti memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(4)

6. Bapak H.Aswad Irianto ; Pimpinan Cabang Bank Bukopin Cabang Syariah Medan. Terimakasih atas seluruh dukungan dan juga izinnya selama melakukan penelitian di Bank Bukopin Cabang Syariah Medan.

7. Ibu Purwati ; Manajer Pelayanan dan Operasi Cabang Syariah Medan. 8. Seluruh rekan-rekan kerja penulis yang telah penulis jadikan informan

kunci dalam penelitian ini. Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

9. Kak Icut, Maya yang telah banyak membantu penulis dan juga kemudahan-kemudahan kepada penulis.

10. Untuk seluruh keluarga besarku, kakak, abang yang tidak penulis sebutkan namanya satu-persatu.

11. Teman-teman penulis selama masa perkuliahan dulu.

12. Untuk orang-orang yang telah banyak memberi masukan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan diucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Amiiin Ya Rabbal Alamiiiiin.

Medan, November 2008

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Abstraksi ………...

Kata Pengantar ………...

Daftar Isi ………...

Daftar Tabel ………...

Daftar Lampiran ………...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1.2 Perumusan Masalah ……….. 1.3 Pembatasan Masalah ………. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1.5 Kerangka Teori ………..

BAB II LANDASAN TEORI

(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 3.1.1 Bank Bukopin Cabang Syariah Medan ………... 3.1.2 Sekilas Tentang Bukopin ……… 3.2 Metodologi Penelitian ……… 3.2.1 Metodee Penelitian ………. 3.2.2 Subjek Penelitian ……… 3.3 Unit Analisis ……….. 3.4 Waktu Penelitian ……… 3.5 Metode Pengumpulan Data ……… 3.6 Metode Analisa Data ……….

BAB IV ANALISA DATA

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ………

4.1.1 Tahap Persiapan ………..

4.1.2 Tahap Pengumpulan Data ………

4.2 Teknik Pengolahan Data ……….

4.3 Laporan Hasil Temuan ………

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….

(7)
(8)

ABSTRAKSI

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

(Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

Skripsi ini berjudul Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakter komunikasi karyawan/ti PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi antar pribadi menurut pendekatan neuro-linguistic sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif kepada nasabah walaupun terhadap nasabah dengan pribadi yang tersulit sekalipun.

Teori-teori yang relevan dipakai dalam penelitian ini adalah teori komunikasi antar pribadi karena memang yang dilakukan oleh karyawan dan nasabahnya adalah termasuk jenis dari komunikasi antar pribadi, teori psikologi komunikasi dimana komunikasi antar pribadi tidak akan tercipta atau belum dapat dikatakan komunikasi antar pribadi jika belum terbentuk suatu ikatan emosi antara komunikator dan komunikan yang dalam hal ini berhubungan dengan psikologi komunikasi, teori kinesik dari Birdwhistell membahas tentang arti dari gerakan-gerakan tubuh pada manusia, teori paralinguistik dari Trager membahas tentang kualitas vokal dan teori neuro-linguistic dari Elfiky membahas tentang karakter komunikasi manusia untuk menciptakan komunikasi yang tidak hanya efektif tetapi juga komunikatif sehingga tercipta keselarasan dalam komunikasi antara karyawan dengan nasabah.

Metode penelitian yang dipakai ialah kualitatif-deskriptif. Penelitian dengan metode ini memberikan gambaran terhadap suatu gejala sosial yang diamati oleh peneliti, dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan dan karyawati PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan yang sedang melakukan komunikasi antar pribadi kepada nasabah. Penelitian kualitatif mampu menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku dari subjek penelitian (karyawan Bukopin) untuk dapat dilihat karakter komunikasinya.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

PENDEKATAN NEURO-LINGUISTIC DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

1. Latar Belakang Masalah

(10)
(11)

lebih baik dengan diri mereka sendiri , mengurangi ketakutan tanpa alasan, mengontrol emosi negatif dan kecemasan. NLP mendasari terjalinnya hubungan keselarasan dengan siapa saja bahkan dengan pribadi-pribadi tersulit. Adapun secara ilmiah definisi Neuro-Linguistic adalah sebagai berikut :

Neuro mengacu ke sistem syaraf kita, corong penghubung lima indra kita. Lima panca indera kita ialah penglihatan (visual), pendengaran (auditori), pengecap (Gustatori), Pembau (Olfactori) dan Perasa (Kinestetik).

Linguistic yaitu kemampuan alami berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. Verbal mengacu pada pilihan-pilihan kata dan frase, mencerminkan dunia mentalitas kita. Nonverbal berkaitan dengan bahasa sunyi, seperti postur, gerak-gerik dan tingkah laku. Bahasa sunyi melahirkan gaya berfikir dan kepercayaan.

Neuro-Linguistic ialah ilmu yang memepelajari cara manusia berkomunikasi baik itu secara verbal maupun nonverbal yang direpresentasikan melalui tiga alat indera yaitu penglihatan (visual), pendengaran (auditori) dan kinestetik.

(12)

diwakilkan oleh ketiga pancainderanya. Yaitu penglihatan (visual), pedengaran (auditori) dan perasa (kinestetik). Tetapi bagi setiap orang terdapat salah satu sistem representasi yang lebih dominan dibandingkan dengan yang lainnya. Sehingga bisa kita kelompokkan bahwa karakter komunikasi manusia tersebut termasuk tipe visual, auditori ataupun kinestetik. Untuk lebih mengenal lebih jauh seperti apa karakter orang dengan ketiga tipe komunikasi tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Subjek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah, mengingat Bank Bukopin adalah salah satu badan usaha yang menekankan efektivitas komunikasi antar pribadi, bagaimana karyawan berinteraksi kepada nasabah. Penelitian ini bersifat mendalam dan kontinu. Beberapa karyawan akan diamati secara mendalam untuk mendapatkan karakter komunikasi dalam pendekatan neuro-linguistic. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak karyawan dalam berkomunikasi kepada nasabahnya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut :

(13)

3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadi spesifik , maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut :

1. Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menerangkan dan memberikan gambaran ilmiah dari pendekatan neuro-linguistic.

2. Meneliti tiga tipe komunikasi manusia (visual, auditori dan kinestetik) berdasarkan kebiasaan dan perilakunya baik verbal maupun nonverbal. 3. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2008.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui karakter/tipe komunikasi karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi antar pribadi menurut pendekatan neuro-linguistic, sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif kepada nasabah walaupun terhadap nasabah dengan pribadi yang tersulit sekalipun.

4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat dalam :

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi, penambahan dalam cabang ilmu komunikasi.

(14)

c. Secara praktis, penelitian ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bagi yang memerlukan pemahaman tentang karakter komunikasi manusia dapat menerapkannya pada bidang-bidang baik itu di bidang manajemen, kesehatan, pendidikan ataupun sales.

5. Kerangka Teori

Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kerlinger, 1973:9).

Menurut Hadari Nawawi (1991), kerangka teori memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot. Untuk selanjutnya kerangka teori ini akan berfungsi sebagai pendukung guna menganalisa variabel-variabel yang akan diteliti.

Teori-teori yang dianggap relevan adalah : 1. Komunikasi Antar Pribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi social dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan,frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi.

(15)

mereka saling berbagi informasi, gagasan dan sikap. Demikian pula menurut Merril dan Lowenstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat simbol bersama dalam pikiran peserta. Dan menurut Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol.

Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses social dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi (penulis,pribadi) adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui dengan pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak.

(16)

1.Spontan dan terjadi sambil lalu.

2.Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3.Terjadi secara kebetulan diantara para peserta yang belum diketahui identitasnya terlebih dahulu.

4.Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja 5.Kerap kali berbalas-balasan.

6.Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang ,serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya pengaruh.

7.Harus membuahkan hasil

8.Menggunakan berbagai lambang bermakna.

2. Psikologi Komunikasi

Telah banyak dibuat definisi komunikasi. Bila Kroeber dan Kluckhohn (1957) berhasil mengumpulkan 164 definisi kebudayaan, Dance (1970) menghimpun tidak kurang dari 98 definisi komunikasi. Definisi-definisi tersebut dilatarbelakangi berbagai perspektif : mekanistis, sosiologistis dan psikologistis. Hovland, Janis dan Kelly, semuanya psikolog mendefinisikan komunikasi sebagai “ the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”

(17)

“ a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sgaring of symbolin such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning

or responses similar to that intended by the source”. (Proses transaksional yang

meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama yang dimaksud oleh sumber.

Kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan enam pengertian komunikasi :

1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti system saraf atau penyimpanan gelombang-gelombang suara (The transmission of energy change from one place to another as in the nervous

system or transmission of sound waves).

2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme (The transmission or reception of signals or messages by organism).

3. Pesan yang disampaikan (The transmitted message).

4. Teori komunikasi. Proses yag dilakukan satu system untuk mempengaruhi system lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.)

(communication theory, the process whereby system influencesanother

system through regulation of transmitted signals).

5. K.Lewin : pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona lain sehingga perubahan alam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain (K. Lewin : The the influence of one personal region of on another whereby a change in one results in a corresponding

(18)

6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi (The message of a patient to his therapist in psycotheraphy, Wolman, 1973:69).

Daftar pengertian diatas menunjukkan rentangan makna komunikasi

sebagaimana digunakan dalam dunia psikologi. Dalam psikologi, komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, system atau organisme. Kata komunikasi sendiri digunkan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh atau secara khusus sebagai pasien dalam psikoterapi.

Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling pengaruh diantara berbagai system dalam diri organisme dan diantara organisme.

Psikologi menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi memerikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya : apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain?

(19)

George A.Miller membuat definisi psikologi : Psychology is the science that attempts to describe, predict and control mental and behavioral events.

(Miller,1974:4). Dengan demikian psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah apa yang disebut Fisher “ Internal mediation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi.

Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.

3. Teori Kinesik dari Birdwhistell

Ray Birdwhistell, sejak awalnya tidak pernah merasa ragu terhadap bidang kajiannya yaitu gerakan tubuh kalau dibandingkan dengan para teoritis maupun peneliti lainnya. Ia telah memimpin studi ini paling tidak selama 20 tahun. Ia sangat tertarik dalam studi bahasa. Ia menggunakan linguistik sebagai satu model untuk karya kinesiknya. Dalam kenyataannya acapkali kinesik lebih dikenal dengan sebutan bahasa tubuh.

Komunikasi merupakan suatu proses yag kompleks dan merupakan gejala yang berhubungan dengan menggunakan banyak saluran.

(20)

penyelidikan terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang amat komplek yang akhirnya menjadi jelas, bahwa ada perilaku tubuh yang fungsinya berhubungan jelas dengan berbagai bunyi ucapan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan maupun kerumitan kata-kata. Akibatnya dapat juga menerangkan betapa luas suatu struktur perilaku sebagaimana juga ditunjukkan dalam suatu kalimat.

Tujuh anggapan dasar atas teori kinesik yang dibangun Birdwhistell : 1. Seperti banyak kejadian alam lainnya, maka tidak ada gerakan tubuh atau

suatu pernyataan manusia tanpa membawa arti tertentu dalam konteks penampilan dirinya.

2. Seperti juga aspek-aspek perilaku manusia, maka sebenarnya penampilan tubuh, gerakannya dan pengungkapannya dalam wajah merupakan suatu pola yang merupakan subyek yang ditelaah secara sistematis.

3. Sebagaimana juga adanya kemungkinan bahwa pemahaman gerak tubuh itu sebagiannya dapat diterangkan secara biologis namun dengan cara lainpun sistimatik gerakan tubuh anggota suatu masyarakat tertentu juga bisa diterangkan sebagai suatu fungsi dari sistem sosial yang dimiliki suatu kelompok tertentu.

4. Aktivitas tubuh yang nyata seperti aktivitas gelombang suara yang didengar, secara sistematis mempengaruhi perilaku orang lain yang menjadi anggota suatu kelompok.

(21)

6. Suatu pengertian sebenarnya ditarik dari fungsi-fungsi perilaku seseorang dan apa yang dilaksanakannya, ini merupakan suatu penyelidikan juga. 7. Sebagian sistem biologis dan pengalaman hidup yang khusus dari setiap

orang akan memberikan kontribusinya pada sistem kinesik yang dimilikinya.

4. Teori Paralinguistik dari Trager

Pengelompokan yang termasuk kepada perilaku nonverbal adalah paralingustik atau disebut juga dengan isyarat-isyarat vokal dalam berkomunikasi. Paralinguistik ini merupakan batas antara interaksi verbal dan nonverbal. Suara yang kita buat dalam proses pengucapan berkaitan dengan bahasa ucapan tetapi tidak berkaitan langsung dengan bahasa. Jadi kita memberikan tekanan tertentu dalam tanda-tanda verbal suatu bahasa, tanpa tekanan kata-kata itu tidak mendapatkan suasana peneguhan tertentu. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat bentuk :

1. Kualitas suara ; termasuk tanda-tanda tinggi atau rendahnya suatu letupan suara, kualitas dari tekanan (keras,lembut,serius,santai) dan irama tertentu.

2. Ciri-ciri vokal ; termasuk bunyi suara waktu orang sedang tertawa, ,menangis, berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.

(22)

4. Pemisahan vokal ; termasuk faktor-faktor yang mengandung irama yang mempunyai kontribusi pada tahap pembicaraan misalnya menyebutkan “Uh! Atau Um!”, bertepuk tangan, maupun irama selaan lainnya waktu orang berkomunikasi. 5. Pendekatan Neuro-Linguistic

Sebagai manusia, kita berinteraksi dengan dunia kita melalui panca indera kita. Kelima indera kita mengacu pada sistem representasi, penamaan, mengatur, menyimpan dan menghubungkan kita dengan alat penyaring persepsi kita. Sistem ini terdiri dari lima subsistem : visual, auditori, olfaktori (penciuman), gustatori (pengecapan) dan kinestetik.

Meskipun kelima indera kita bekerja tanpa henti, salah satu indera bekerja lebih dominan daripada yang lain, berbeda pada tiap-tiap orang.

Tipe Visual

Tipe dengan dominasi sistem representasi visual, cenderung bernafas pendek-pendek lewat dada, berbicara cepat, seceepat mereka memvisualisasikan pengalaman mereka dan menggunakan gerakan tubuh. Mereka suka menyela pembicaraan orang lain; bergerak cepat, makan cepat, ,penuh energi dan berbicara dengan nada tinggi. Mereka juga tipe orang yang cepat mengambil keputusan dengan resiko tinggi. Berkomunikasi dengan tipe visual, kita harus memvisualisasikan keadaan, harus dibuat mereka melihat apa yang dikatakan.

Tipe Auditori

(23)

berbicara, mereka menggunakan variasi warna suara. Kemampuan mendengarnya luar biasa tanpa kegemaran menyela. Tipe Auditori banyak mendengar, berbicara dan membuat keputusan berdasarkan analisis teliti. Berkomunikasi dengan tipe auditori haruslah berbicara pelan dan teratur. Ubah-ubah warna suara dan jelaskan situasinya dengan detail, picu diskusi lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan.

Tipe Kinestetik

Tipe dengan dominasi sistem representasi kinestetik cenderung bernapas dalam dan tenang. Mereka lebih mengutamakan perasaan. Oleh karena itu, keputusan yang diambil banyak didasari oleh perasaan dan emosi. Berkomunikasi dengan tipe kinestetik harus bisa membuat mereka “merasakan” apa yang dikatakan.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Ruang Lingkup Komunikasi.

Dalam kehidupan sehari-hari semua orang selalu berbicara tentang komunikasi atau paling tidak menggunakan kata komunikasi. Namun demikian tidak banyak yang benar-benar mengerti makna kata-kata komunikasi yang selalu dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan. Secara sederhana Arifin (1988) mengemukakan bahwa dalam percakapan banyak orang selalu menggunakan kalimat-kalimat yang didalamnya mengandung kata komunikasi, dengan makna yang berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut ini :

1. Saya belajar tentang komunikasi ; komunikasi berarti disiplin ilmu

2. Tulisan anda kurang komunikatif ; komunikatif berarti dimengerti atau dipahami

3. Antara dosen dengan mahasiswa terdapat jurang komunikasi ; komunikasi berarti hubungan.

4. Hal itu telah saya komunikasi-kan dengan anaknya ; komunikasi berarti pesan

5. Ia mampu berkomunikasi, karena itu banyak temannya ; komunikasi berarti keterampilan, seni ataupun proses.

2.1.1. Pengertian komunikasi secara etimologis.

(25)

(sinonim). Padahal ada perbedaan yang mendasar dalam kedua kata komunikasi maupun publisistik.

Susanto (1977a) mengemukakan sebenarnya kata publisistik yang berasal dari perkataan latin populus (=penduduk) memiliki kata sifat publicus yang berarti kepada masyarakat luas.

Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan La Communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitakan. Kata communis berarti milik bersama , communis opinio mempunyai arti pendapat umum atau mayoritas.

Dengan demikian kata publisistik lebih menekankan pada sifat atau kegiatan dari seseorang atau kelompok, sedangkan komunikasi lebih menitikberatkan segi sosialnya yaitu usaha menjadi milik bersama, ataupun diketahui bersama.

Setelah mengetahui asal kata komunikasi dan perbedaannya dengan kata publisistik maka kita akan melihat definisi dari komunikasi antar pribadi, dimana komunikasi antar pribadi termasuk jenis dari kegiatan komunikasi. Adapun jenis-jenis dari komunikasi itu sendiri ialah komunikasi antar pribadi, komunikasi massa dan komunikasi kelompok/organisasi.

Menurut Effendy di dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Teori dan Praktek” (Effendy, 2005:6-9) ruang lingkup komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Personal

(26)

2. Komunikasi inter personal (antar pribadi), yaitu komunikasi antar manusia secara tatap muka dan umpan baliknya biasanya bersifat langsung.

b. Komunikasi Kelompok

1. Komunikasi kelompok kecil, seperti diskusi panel, simposium, seminar dan sejenisnya.

2. Komunikasi kelompok besar, biasanya bersifat akbar, kampanye atau tabligh akbar.

c. Komunikasi Massa, yaitu komunikasi yang menggunakan sarana media untuk meneruskan suatu pesan kepada para komunikan yang jauh lokasinya dan banyak jumlahnya atau keduanya, melalui media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya.

2. Sifat komunikasi a. Verbal

1. Lisan 2. Tulisan b. Non Verbal

1. Gerakan Tubuh (gesture) 2. Gambar (pictorial) 3. Teknik komunikasi

(27)

b. Hubungan masyarakat, yaitu keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara hubungan baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan khalayaknya.

c. Periklanan, yaitu kegiatan merancang pesan persuasif yang paling tepat dan efektif terhadap suatu produk barang dan jasa.

d. Propaganda, yaitu kegiatan mempengaruhi orang lain melalui cara bujukan.

e. Pameran f. Publisitas.

g. Perang urat saraf (psychological warfare) h. Penerangan

4. Metode komunikasi

a. Memberitahukan (informatif) b. Membujuk (persuasif)

c. Memaksa (koersif) d. Memerintah (instruktif)

e. Menciptakan niat baik antara organisasi dengan khalayak (hubungan manusiawi)

5. Fungsi komunikasi

a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate)

(28)

6. Tujuan komunikasi

a. Mengubah sikap (attitude change) b. Mengubah opini (opinion change)

c. Mengubah masyarakat (behavior change) 7. Model komunikasi

a. Komunikasi satu arah (one step flow communication) b. Komunikasi dua arah (two step flow communication) c. Komunikasi banyak arah (multi step flow communication) 8. Bidang komunikasi

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen (management communication) c. Komunikasi bisnis (business communication)

d. Komunikasi politik (political communication) e. Komunikasi budaya (cultural communication)

f. Komunikasi internasional (development communication) g. Komunikasi tradisi (traditional communication)

9. Sistem komunikasi

a. Sistem tanggung jawab social (social responsibility system) b. Sistem otoriter (authoritarian system)

(29)

2.2. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki keterlibatan emosi yang erat, komunikasi antar pribadi bersifat dinamis, atau selalu berubah-ubah. Komunikasi antar pribadi terjadi ketika dua orang saling mengirimkan pesan yang memiliki kekuatan bermakna dan mengandung nilai informatif. Pemahaman terhadap pesan dipengaruhi pula oleh faktor denotatip dan konotatip suatu pesan (Reardon, 1987).

Semua pesan terdiri atas sekumpulan lambang-lambang. Lambang-lambang itu merupakan kata-kata verbal gerakan anggota tubuh, berbagai bunyi dan bau yang disebut nonverbal. Lambang-lambang itu diucapkan, diperagakan sehingga bermanfaat kalau seseorang menggunakannya untuk melukiskan persetujuannya terhadap pikirannya, pendapatnya, perasaannya, sikapnya terhadap suatu objek, orang lain, kejadian yang ditujukannya.

Atas dasar tersebut maka suatu pesan harus dipersiapkan dalam arti jika hendak ditulis atau diucapkan harus benar-benar disusun dengan benar-benar memperhatikan beberapa faktor penting. Karena itu Effendy (1986b) mengemukakan bahwa kita sangat memerlukan suatu strategi dan perencanaan komunikasi untuk mengidentifikasi isi pesan. Didalamnya kita harus menentukan jenis pesan apa yang disampaikan. Bisa merupakan pesan yang mengandung informasi (informational message), pesan yang mengandung perintah (instructional message), pesan yang berusaha mendorong (motivational message).

(30)

komunikan ; 2. pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dengan komunikan, sehingga sama-sama mengerti ; 3. pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut ; 4. pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Dalam komunikasi antar pribadi, demikian Nimmo (1989) pesan merupakan unsur primer. Pembicaraan, percakapan merupakan bentuk komunikasi antar pribadi yang tidak bermedia. Hal itu harus mengandung unsur-unsur seperti : 1. lambang; 2. hal yang dilambangkan; (rujukan) dan 3. interpretasi yang menciptakan lambang bermakna.

Dalam kehidupan manusia ada begitu banyak pesan yang diwakilkan dalam lambang kata-kata, gerakan anggota badan, berbagai bunyi dan bau-bauan yang menjelaskan suatu rujukan yang harus diinterpretasikan. Misalnya gerakan mata/arah pandangan mata pada saat berbicara bisa menyatakan hal-hal seperti sedang berfikir, bingung atau ragu-ragu. Hanya dengan suatu pesan yang utuh, pesan yang mewakili sesuatu dalam perlambangan maka kebersamaan makna dapat diinterpretasikan secara lebih mengena dalam komunikasi antar pribadi.

(31)

yang saling tidak mengenal satu sama lain lebih kurang mutu komunikasinya daripada komunikasi antar pribadi pihak-pihak yang sudah mengenal sebelumnya.

Komunikasi antar pribadi orang-orang yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang liku-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya maupun menanggapi tingkah laku. Kesimpulannya jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi yang lebih bermutu maka harus didahului dengan keakraban.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), ,Effendy (1986a), Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat Komunikasi antar pribadi itu dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun nonverbal.

(32)

Goffman (1971), De Lozier (1976) dan Little John (1978) merinci perilaku verbal tersebut atas 1. bahasa jarak atau proksemik 2. bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik dan 3. perilaku yang terletak antara verbal dan nonverbal atau paralinguistik.

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived.

Spontan maksudnya ialah kata-kata atau gerakan yang terjadi tidak direncanakan terlebih dahulu, bersifat refleks, karena didasarakan oleh situasi, perasaan dan emosi, sesuai dengan ciri dari komunikasi antar pribadi itu sendiri.

Scripted , yaitu reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada

taraf yang terus menerus membangkitkan suatu kebiasaan untuk belajar, dan akhirnya perilaku ini dilakukan karena didorong oleh faktor kebiasaan. Misalnya jika bertemu dengan orang dari etnis batak kita selalu menyebutkan kata horas !. hal ini menjadi kebiasaan dan setiap bertemu orang dari etnis batak maka kita akan selalu menyebutkan kata horas.

Contrived, perilaku ini merupakan perilaku yang sebagian besar

didasarkan pada pertimbangan kognitif. Jadi seseorang berperilaku karena ia berpendapat, atau percaya bahwa apa yang dilakukan benar-benar rasional dan masuk akal. Perilaku contrived akan selalu memikirkan untung rugi dari sebuah keputusan yang diambil.

(33)

komunikasi antar pribadi sebenarnya tidak statis melainkan dinamis, demikian Miller dan Steinberg.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

Agar komunikasi antar pribadi dikatakan sukses maka para pesertanya harus berpartisipasi satu terhadap yang lain baik dengan pesan-pesan yang verbal maupun nonverbal.suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi antar pribadi fungsi dari komunikator dan komunikan saling bergantian.

5. komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ektrinsik

Dengan intrinsik dimaksudkan adalah suatu standar dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi.

Dengan ektrinsik dimaksudkan dengan adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi harus diperbaiki atau dihentikan. 6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan

Kedua pihak yang terlibat komunikasi harus melakukan tindakan tanda mereka memang melakukan komunikasi.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia

(34)

pesan yang baik sehingga mampu mengena keadaan, lapangan psikologis dan sosiologis komunikan.artinya memanfaatkan pengetahuan, pendapat, perasaan serta kebiasaan seseorang dari mana pesan itu perlu disesuikan agar dapat diterima.

Adapun ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi menurut Evert M.Rogers dalam Depari (1988) adalah :

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya tatap muka

3. Tingkat umpan balik yang terjadi cukup tinggi

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (selective exposure) yang tinggi 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat

6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.

Setelah mengetahui ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi maka kita juga harus mengetahui bagaimana susunan suatu pesan yang tepat agar dapat dijadikan sebagai lambang bersama yang dapat secara bersama dipahami. Maka Reardon (1987) mengemukakan bahwa untuk menyusun pesan perlu diperhatikan antara lain ketiga faktor, yaitu (1) tatabahasa (2) mengetahui dan mengenal orang lain (3) mengetahui situasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan tatabahasa

(35)

aturan-aturan yang digunakan dalam berbahasa sebagai alat beerkomunikasi, terutama komunikasi antar pribadi. Aturan-aturan itu mengatur bagaimana setiap orang berbahasa secara baik dan benar sehingga dapat terjalin komunikasi. Beberapa syarat sederhana yang harus diperhatikan dalam berbahasa antara lain memilih kata dan menyusun kalimat yang baik dan benar, menggunakan ejaan dengan tepat, memakai imbuhan yang beraturan. Apalagi dalam komunikasi antar pribadi yang biasanya dilangsungkan dengan tatap muka secara langsung sehingga aksi dan reaksi verbal maupun nonverbal terdengar dan terlihat secara langsung. Jika hal ini kurang diperhatikan maka komunikasi tidak akan berlangsung dengan sukses, pesan yang disampaikan tidak ada manfaatnya karena tidak dimengerti oleh lawan bicara.

2. Pengetahuan tentang orang lain

Pengetahuan tentang tatabahasa saja tidaklah cukup. Tatabahasa hanya merupakan salah satu syarat dan bukan satu-satunya. Pengetahuan berbahasa dan menggunakannya dapat disesuaikan dengan santun terhadap siapa komunikasi antar pribadi dilakukan. Jika kita hendak berdialog dengan seseorang sebagai contoh maka kita harus mengetahui kebiasaan-kebiasaan orang itu, apa yang kira-kira disenanginya. Artinya kita harus mempunyai gambaran awal atau pengetahuhan awal tentang orang yang kita ajak bicara. Mengenal orang lain begitu penting supaya kita mampu memberikan perbedaan dengan cara apa kebiasaan berkomunikasi itu harus dilakukan.

(36)
(37)

2.3. Psikologi komunikasi

Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan kepada organ-organ pengindraan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk pesan, suara , warna, segala hal yang mempengaruhi kita. Sapaan, hai apa kabar merupakan satuan stimuli yang terdiri dari berbagai stimuli; pemandangan, suara, penciuman dan sebgainya. Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita, dan kita akhirnya mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi. Kita mengetahui jika seseorang tersenyum, tepuk tangan dan meloncat-loncat , pasti ia dalam keadaan gembira.

Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi maka terjadilah proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif ( aspek berfikir dan merasa), proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dan mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi.

Komunikator dapat menganalisa karakter komunikasi komunikan sebagai sumber informasi. Bagaimana komunikan mengartikan pesan yang disampaikan. dapat diteliti kerangka rujukan yang dipakai dan dapat dilacak pola komunikasi interpersonal yang dilakukan. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan menganalisa keadaan internal, “suasana batiniah “ individu, akan diteliti bagaimana suasana perasaan, motif atau cara individu mendefinisikan situasi yang dihadapinya.

2.4.Teori Kinesik dari Ray Birdwhistell

(38)

saluranpun digunakan. Kegiatan komunikasi telah banyak menggunakan saluran sensoris manusia, yaitu aktifitas tubuh. Penyelidikan terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang ama kompleks dapat menjadi lebih jelas, bahwa perilaku tubuh yang fungsinya berhubungan nyata dengan berbagai ucapan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan maupun kerumitan kata-kata. Menurut penyelidikan Birdwisthell paling tidak ada 1000 gerakan tubuh yang dapat diamati selama periode komunikasi tertentu, ia memastikan bahwa semua gerakan itu mempunyai fungsi yang pasti dalam komunikasi.

Beberapa gerakan disebutnya dengan kines. Suatu gerakan atau kine sebenarnya merupakan abstraksi dari arah perilaku seseorang yang diwariskan oleh kelompoknya kepada orang lain dalam satu kelompok yang sama yang menggambarkan perilaku yang berbeda dengan kelompok lain.

Gerakan mata ataupun tangan merupakan contoh dari apa yang disebut kines itu. Dan kines akhirnya dapat dibedakan dari satu kelompok dengan

kelompok lain.

Tujuh anggapan dasar atas teori yang dibangunnya, yaitu :

1. Seperti banyak kejadian alam lainnya, maka tidak ada gerakan tubuh atau suatu pernyataan manusia tanpa membawa arti tertentu dalam konteks penampilan dirinya.

2. Seperti juga aspek-aspek lain dari perilaku manusia, maka sebenarnya penampilan tubuh, gerakannya dan pengungkapannya dalam wajah merupakan suatu pola yang merupakan subyek yang ditelaah secara sistematis.

(39)

sistimatik gerakan tubuh anggota suatu masyarakat tertentu juga bisa diterangkan sebagai suatu fungsi dari system sosial yang dimiliki suatu kelompok tertentu. 4. Aktifitas tubuh yang nyata seperti aktivitas gelombang suara yang didengar, secara sistematis mempengaruhi perilaku orang lain yang menjadi anggota suatu kelompoknya.

5. Demikian juga masih ada cara lain yang dipertunjukkan seorang sebagai perilaku maka hal itupun bisa diterangkan melalui suatu penyelidikan fungsi komunikasinya.

6. Suatu pengertian sebenarnya ditarik dari fungsi-fungsi perilaku seseorangdan apa yang dilaksanakannya.

7. Sebagian sistem biologis dan pengalaman hidup yang khusus dari setiap orang akan memberikan kontribusi pada sistem kinesik yang dimilikinya.

2.5. Teori Paralinguistik dari Trager

Pengelompokan yang termasuk kepada perilaku nonverbal adalah paralingustik atau disebut juga dengan isyarat-isyarat vokal dalam berkomunikasi. Paralinguistik ini merupakan batas antara interaksi verbal dan nonverbal. Suara yang kita buat dalam proses pengucapan berkaitan dengan bahasa ucapan tetapi tidak berkaitan langsung dengan bahasa. Jadi kita memberikan tekanan tertentu dalam tanda-tanda verbal suatu bahasa, tanpa tekanan kata-kata itu tidak mendapatkan suasana peneguhan tertentu. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat bentuk :

(40)

2. Ciri-ciri vokal ; termasuk bunyi suara waktu orang sedang tertawa, ,menangis, berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.

3. Pembatasan vokal ; misalnya ragam yang terlihat dalam setiap kata dan frase. Contohnya sebuah kata mungkin bisa diucapkan dengan nada suara yang halus, letupan kasar. Demikian pula suatu frase mungkin diucapkan secara perlahan-lahan atau juga menguat, makin cepat dan mengeras.

4. Pemisahan vokal ; termasuk faktor-faktor yang mengandung irama yang mempunyai kontribusi pada tahap pembicaraan misalnya menyebutkan “Uh! Atau Um!”, bertepuk tangan, maupun irama selaan lainnya waktu orang berkomunikasi

2.6.Pendekatan Neuro-Linguistic

Sebagai manusia, kita berinteraksi dengan dunia kita melalui panca indera kita. Kelima indera kita mengacu pada sistem representasi, penamaan, mengatur, menyimpan dan menghubungkan kita dengan alat penyaring persepsi kita. Sistem ini terdiri dari lima subsistem : visual, auditori, olfaktori (penciuman), gustatori (pengecapan) dan kinestetik (perasaan).

Meskipun kelima indera kita bekerja tanpa henti, salah satu indera bekerja lebih dominan daripada yang lain, berbeda pada tiap-tiap orang.

(41)

Tipe Visual

Tipe dengan dominasi sistem representasi visual, cenderung bernafas pendek-pendek lewat dada, berbicara cepat, secepat mereka memvisualisasikan pengalaman mereka dan menggunakan gerakan tubuh. Mereka suka menyela pembicaraan orang lain, bergerak cepat, makan cepat, penuh energi dan berbicara dengan nada tinggi. Mereka juga tipe orang yang cepat mengambil keputusan dengan resiko tinggi. Berkomunikasi dengan tipe visual, kita harus memvisualisasikan keadaan, harus dibuat mereka melihat apa yang dikatakan.

Tipe visual lebih peduli dengan apa yang mereka lihat. Jika bertanya pada tipe visual hal-hal yang sudah ada dalam ingatannya maka mata mereka akan bergerak keatas lalu kekiri. Jika pertanyaan pada hal-hal yang belum ada dalam ingatan mereka maka arah pandangan mata akan bergerak keatas lalu kebawah meangkes informasi.

Tipe Auditori

(42)

Tipe Auditori lebih peduli dengan apa yang mereka dengar. Jika kita menanyakan sesuatu yang tidak dapat mereka jawab secara langsung maka mata akan bergerak lurus kedepan lalu kekanan.

Tipe Kinestetik

Tipe dengan dominasi sistem representasi kinestetik cenderung bernapas dalam dan tenang. Mereka lebih mengutamakan perasaan. Oleh karena itu, keputusan yang diambil banyak didasari oleh perasaan dan emosi. Berkomunikasi dengan tipe kinestetik harus bisa membuat mereka “merasakan” apa yang dikatakan.

Tipe Kinestetik lebih peduli dengan apa yang mereka rasakan. Pada tipe kinestetik jika kita menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan perasaannya maka tipe kinestetik akan mencari jawabannya dengan gerakan mata kebawah lalu kekanan.

Tipe Kinestetik tidak memerlukan penjelasan panjang lebar dalam berbagai hal, mereka tidak memerlukan penjelasan panjang, karena mereka lebih suka untuk melihat masalah dari perasaan, maka hal-hal/kata-kata yang diperhatikan oleh tipe kinestetik cenderung kata-kata yang merujuk pada perasaan. Maka frase/pilihan kata yang tepat untuk membuat tipe kinestetik memahami/mengerti haruslah yang menyentuh perasaan, misalnya kata “prihatin”, “senang’.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. Bank Bukopin Cabang Syariah Medan

Letak geografis Bank Bukopin Cabang Syariah Medan berada di tengah kota Medan, berada di Jalan utama di Medan, yaitu Jl.S.Parman No.77 Medan.

Bank Bukopin Cabang Syariah Medan termasuk di dalam wilayah Kecamatan Medan Baru dengan luas +/-1200 m2 , dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah utara : berbatasan dengan bangunan kantor milik PT Anggur Indo Raya.

Sebelah selatan : berbatasan dengan bangunan milik PT Pertani (Persero) Sebelah timur : berbatasan dengan jalan utama kota Medan yaitu

Jl.S.Parman Medan

Sebelah barat : berbatasan dengan pinggir sungai Babura-Medan.

Bangunan kantor Bank Bukopin Cabang Syariah Medan memiliki desain minimalis, dengan hampir 90 % badan bangunan terbuat dari kaca, bangunan terdiri dai 3 lantai.

Lantai I terdiri dari :

 Banking Hall

 Counter Teller

 Counter CS

(44)

Lantai II terdiri dari :

 Launge Room

 Ruang Pimpinan

 Ruang Meeting

 Ruang Account Officer

 Ruang EDP

Lantai III terdiri dari :

 Ruang SDM

 Ruang Legal

 Ruang Internal Control

 Ruang ADM Pembiayaan

 Musholla

 Pantry

3.1.2. Sekilas tentang Bukopin

Pada tanggal 10 Juli 1970 lahir sebuah Bank Pemerintah dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia disingkat Bukopin. Bukopin merupakan Bank pemerintah yang bergerak dibidang Koperasi. Bukopin banyak menyalurkan kredit kepada koperasi-koperasi di Indonesia. Perkembangan koperasi di Indonesia tidak lepas dari andil Bukopin sebagai Bank Umum Koperasi di Indonesia. Bukopin banyak berkecimpung dalam kegiatan koperasi di Indonesia.

(45)

swastanisasi, banyak saham-saham pemerintah yang dilepas ke pihak swasta, meskipun sekarang tetap masih ada saham pemerintah disana. Hingga sekarang kondisi Bukopin telah makin membaik. Bukopin juga telah masuk kedalam salah satu 10 Bank terbaik di Indonesia.

Pada tahun 2007 lalu Bukopin semakin bertambah besar, ditandai dengan mulai diperdagangkannya saham-saham Bank Bukopin kepada masyarakat luas dengan merubah status menjadi Tbk. Pencatatan saham dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Kini Bukopin resmi menjadi salah satu bank yang telah Terbuka (disingkat Tbk.) , berubah nama menjadi PT Bank Bukopin Tbk,

Jumlah karyawan secara nasional mencapai 6000 karyawan yang tersebar di seluruh cabang-cabang Bank Bukopin di seluruh Indonesia. Bukopin termasuk bank yang berskala nasional.

(46)

Cabang Syariah Medan berdiri pada tanggal 05 April 2006, dengan jumlah karyawan 19 orang. Dalam perkembangannya hingga tahun 2008 sekarang ini jumlah karyawan Bank Bukopin Cabang Syariah Medan telah mencapai 23 orang. Terdiri dari 9 orang di bagian marketing, 7 orang bagian supporting dan 7 orang bagian operasional. Yang kesemuanya masih berstatus karyawan kontrak.

Adapun poduk-produk Bank Bukopin Cabang Syariah ialah Tabungan, Giro, Deposito dan fasilitas pembiayaan. Berikut nama-nama produk yang ada di Bank Bukopin Cabang Syariah :

1. Tabungan Siaga Wadiah

2. Tabungan Rencana Bukopin Syariah Pendidikan 3. Tabungan Rencana Bukopin Syariah Multiguna 4. Giro Wadiah

5. Deposito Mudharabah

6. Fasilitas Pembiayaan Murabahah 7. Fasilitas Pembiayaan Musyarakah 8. Dll.

Jumlah nasabah mencapai 2000 orang. Bank Bukopin termasuk salah satu Bank Swasta Nasional terbesar di Indonesia. Bank Bukopin khususnya Bukopin Cabang Syariah mengedepankan prinsip-prinsip perbankan yang berlandaskan syariah Islam. Bank syariah tidak memberikan bunga seperti yang ada di Bank konvensional, bunga bank haram dalam syariah Islam karena termasuk dalam Riba.

(47)

dijalankan. Kita harus benar-benar mengetahui identitas nasabah dan selalu berusaha untuk memberikan kepuasan terhadap nasabah (customer satisfaction) maka segenap jajaran frontliner diikutkan dalam training service quality.

Untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan nasabah dan bagaimana cara memuaskannya maka kita perlu menggali informasi sebanyak-banyaknya dari nasabah. Untuk itu sangatlah diperlukan kemampuan komunikasi yang baik sehingga nasabah merasa dimengerti dan dipahami apa yang menjadi kebutuhannya. Maka dari itu kita perlu mengetahui karakter komunikasi karyawan Bank Bukopin Cabang Syariah medan dan untuk selanjutnya kita juga perlu mengetahui karakter komunikasi para nasabah sehingga tercipta keselarasan dalam berkomunikasi dan akhirnya komunikasi yang komunikatif dapat tercapai sehingga nasabah Bank Bukopin Cabang Syariah merasa dimengerti dan dipahami kebutuhannya dan akhirnya menjadi loyal sebagai nasabah Bukopin pada umumnya, Bukopin Syariah pada khususnya.

3.2. Metodologi Penelitian 3.2.1. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian kualitatif. Riset kualitatif (qualitative research) ialah suatu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak menggunakan prosedur statistik (Strauss dan Corbin :1997).

(48)

Menurut Rahmat (1997:34-35), penelitian deskriptif ditujukan untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada.

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Membuat perbandingan dan evaluasi.

4. Menentukan yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

3.2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan. Subjek penelitian dipilih berdasarkan teknik snowball theory dengan mencari informan kunci. Diambil 3-5 orang karyawan/ti untuk

mewakili masalah yang menjadi tujuan penelitian.

Snowball Theory adalah teknik mencari informan kunci yang diawali oleh

satu orang, kemudian bergulir terus menjadi beberapa orang informan kunci sampai tujuan penelitian tercapai. Informan kunci diambil dari karyawan/ti yang melakukan interaksi kepada nasabah dan masing-masing karyawan/ti nantinya akan mewakili masing-masing salah satu karakter komunikasi dalam pendekatan neuro-linguistic dalam melakukan komunikasi antar pribadi. Apabila keseluruhan

(49)

3.3. Unit Analisis

Masalah penelitian memiliki tingkat analisis yang berbeda, mulai dari tingkat individu, kelompok, masyarakat sampai dengan tigkat institusi sosial. Ritzer mengatakan ada dua kontinum realitas sosial, yaitu kontinum mikroskopik-makroskopik dan kontinum subjektif-objektif. Dua realitas sosial inilah yang menjadi unit-unit analisis dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini unit analisis yang dipakai ialah dalam kontinum mikroskopik, dimana kontium subjektif-objektif berada diujung-ujungnya.

[image:49.595.108.549.357.749.2]

Dapat dijelaskan melalui tabel berikut :

Tabel 1. Unit Analisis Mikroskopik Individual :

Tiga tipe Karakter Komunikasi

Subjektif : Proses Mental Objektif: Tindakan

Tipe Visual 1. Berfikir

2. Kecepatan suara pada saat berbicara

3. Frase/pilihan kata

1. Arah pandangan mata

2. Cepat/Lambat intonasi

3. Kata kerja, keterangan dan sifat.

Tipe Auditori 1. Berfikir

2. Kecepatan suara pada saat berbicara

3. Frase/pilihan kata

1. Arah pandangan mata

(50)

intonasi

3. Kata kerja, keterangan dan sifat. Tipe Kinestetik 1. Berfikir

2. Kecepatan suara pada saat berbicara

3. Frase/pilihan kata

1. Arah pandangan mata

2. Cepat/Lambat

intonasi

3. Kata kerja, keterangan dan sifat.

3.4. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juli 2008. Penelitian dilakukan selama tiga bulan untuk mempertahankan konsistensi data hasil penelitian. Dikarenakan keterbatasan waktu peneliti maka penelitian hanya dilakukan selama tiga bulan. Tidak tertutup kemungkinan bagi siapa saja yang ingin melanjutkan penelitian ini guna perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

3.5. Metode Pengumpulan Data

(51)

Yaitu pengumpulan data dari literatur serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Misalnya buku-buku, majalah, surat kabar serta sumber lainnya yang relevan dan mendukung penelitian

2. Penelitian lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data di lapangan yang meliputi kegiatan observasi-partisipatif . Peneliti berpartisipasi langsung dalam kehidupan subjek yang menjadi sasaran penelitian. Pengumpulan data melalui:

 Kuesioner

Yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1991:117). Dalam hal ini peneliti memberikan kuesioner kepada karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan. Kuesioner berfungsi sebagai informasi awal dalam penentuan karakter komunikasi karyawan sesuai pendekatan neuro-linguistic dan juga dijadikan komparasi terhadap hasil observasi.

 Interview

Interview dapat dipandang sebagai pengumpul data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.

 Observasi

(52)

3.6. Metode Analisa Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, Metode analisa data yang dipakai yaitu analisa data induktif. Sebagai berikut :

1. Melakukan pengamatan terhadap fenomena sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada.

2. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh 3. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi

4. Menjelaskan hubungan-huubungan kategorisasi 5. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum

(53)

BAB IV ANALISA DATA

4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

4.1.1.Tahap Persiapan

a. Mempersiapkan quisioner dan daftar pertanyaan. b. Menentukan subjek penelitian

4.1.2.Tahap Pengumpulan Data

a. Peneliti membagikan quisioner selama satu minggu pada bulan Mei 2008.

b.Peneliti membagikan quisioner sebanyak 5 buah yang dibagikan kepada karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan

c. Peneliti memepersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan kunci.

d. Peneliti melakukan observasi terhadap informan kunci yang meliputi bahasa verbal dan nonverbal.

4.2. Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data-data, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data hasil temuan. Pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut :

(54)

b. Pencatatan hasil interview, yaitu data hasil interview yang dilakukan kepada informan kunci dicatat dan diklasifikasikan.

c. Pencatatan hasil observasi, dimana setelah dilakukan observasi maka data hasil temuan dicatat langsung untuk menghindari kelupaan peneliti akan hasil pengamatannya.

4.3. Laporan Hasil Temuan

[image:54.595.109.516.438.752.2]

Bentuk quisioner yang dipakai ialah quisioner yang sudah baku, artinya quisioner itu telah diuji oleh ahlinya sendiri dan sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Bentuk Quisioner baku akan disediakan di dalam daftar lampiran hasil penelitian. Tabel 2.berikut adalah data hasil quisioner yang disebarkan.

Tabel 2.Data Hasil Quisioner Penomoran Informan Kunci Jumlah Qusioner Skor/Nilai Penggolongan Karakter Komunikasi Keterangan Informan Kunci 1

10 Jawaban a=6

Jawaban b=3 Jawaban c=1

Visual Jawaban lebih

banyak a maka termasuk kedalam tipe visual Informan Kunci 2

10 Jawaban a=2

Jawaban b=6

Auditori Jawaban lebih

(55)

Jawaban c=2 maka termasuk

kedalam tipe auditori

Informan Kunci 3

10 Jawaban a=3

Jawaban b=2 Jawaban c=5

Kinestetik awaban lebih banyak c maka

termasuk

kedalam tipe kinestetik

(56)
[image:56.595.108.525.227.749.2]

mengelompokkan jawaban untuk tipe visual kedalam pilihan jawaban a, untuk tipe auditori kedalam pilihan jawaban b dan untuk tipe kinestetik kedalam pilihan jawaban c. Untuk dapat mengetahui isi dari quisioner ini dapat dilihat dari daftar lampiran.

Tabel 3. Daftar Pertanyaan

No. Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Apa hal paling penting dalam hidup anda ? a. Melihat orang yang kita sayangi bahagia b. Mendengar orang

yang kita sayangi bahagia

c. Mengetahui orang yang kita sayangi bahagia

2. Jenis bacaan yang paling anda gemari a. Biografi/pengalaman hidup

b. Novel Romantis c. Cerita nyata yang

mempunyai unsur sedih

3. Bagaimana anda ingin diperlakukan jika telah berbuat kesalahan ?

a. Cukup

(57)

b. Ditegur dengan penjelasan

c. Dinasehati

4 Bagaimana kriteria pasangan yang disukai a. Mempunyai tubuh yang proporsional

b. Suara yang

merdu/bagus c. Romantis

5. Peristiwa apa yang dapat menyentuh perasaan anda ?

a. Melihat kecelakaan dijalan

b. Mendengar teman curhat

c. Mengetahui

seseorang yang anda

kenal ditimpa musibah

6. Kalau anda sedang berada di ruang rapat, kemudian ada rekan anda yang memberikan penjelasan tatapi anda tidak menyetujuinya apa yang anda lakukan ?

a. Langsung memberikan interupsi

b. Mendengarkan saja sampai ia selesai bicara

(58)

jawaban yang tepat 7. Kegiatan yang paling digemari a. Fitness/body

building b. Mendengarkan

musik c. Membaca

Dari tabel 3 diatas penulis mendapatkan panduan dalam melakukan interview. Interview yang dilakukan tidak menggunakan bahasa-bahasa formal seperti yang tertera dalam tabel 3 pertanyaan diatas. Pertanyaan yang diajukan lebih santai dan diupayakan agar subjek penelitian tidak merasa bahwa dirinya sedang diteliti. Jawaban tersebut didapat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh subjek penelitian.

Kebanyakan memang tipe visual memberikan jawaban yang mengacu ke kemungkinan jawaban lebih banyak a dimana informan kunci satu (1) termasuk didalamnya , tipe auditori memberikan jawaban dengan kemungkinan jawaban lebih bayak b (informan kunci 2) sedangkan tipe kinestetik memberikan jawaban dengan kemungkinan jawaban lebih banyak c (informan kunci 3).

(59)
[image:59.595.104.522.660.750.2]

Lambang-lambang yang digunakan baik itu merupakan kata-kata verbal maupun non verbal seperti gerakan anggota tubuh dari peneliti dan informan kunci masing-masing dapat dipahami, sehingga peneliti dapat melukiskan persetujuan informan kunci akan pikiran, pendapat, perasaan maupun sikapnya. Dari sini maka pertanyaan yang diajukan juga digiring kedalam topik ataupun gejala yang sedang diamati. Dalam hal ini yaitu pendekatan neuro-linguistic dalam komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh subjek penelitian. Hasil-hasil dari penelitian yang berupa jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan dapat diklasifikasikan kedalam tiga karakter komunikasi manusia menurut pendekatan neuro-linguistic. Untuk tipe visual maka jawaban yang diberikan akan selalu menunjukkan pengaruh dari organ visual, misalnya senang dengan hal yang menarik untuk dilihat, hal-hal yang menyentuh perasaannya bersumber dari apa-apa yang dapa-apat dilihat atau jika suatu keadaan dapa-apat divisualisasikan dan hal-hal lainnya yang terhubung kedalam organ visual. Untuk tipe auditori maka jawaban yang diberikan akan lebih terhubung kedalam indera pendengaran sehingga orang dengan tipe auditori lebih senang mendengarkan sesuatu secara seksama dan suara-suara yang memiliki perubahan-perubahan alunan nada tinggi/rendah secara bergantian. Tetapi untuk orang dengan tipe komunikasi kinestetik akan lebih cenderung sensitif terhadap apa saja yang dapat menyentuh perasaannya.

Tabel 4. Data hasil Observasi

Tipe Proses Mental Tindakan Nonverbal

Visual (Informan 1) 1. Berfikir

2. Kecepatan Suara

(60)

3. Frase/pilihan kata kekanan,terkadang juga kedepan.

2. Intonasi cepat dengan nada tinggi.

3. Melihat,

memperhatikan, menunjukkan, memandang

Auditori (Informan 2) 1. Berfikir

2. Kecepatan Suara 3. Frase/pilihan kata

1. Gerakan mata kedepan lalu kekiri/ kekanan terkadang juga keatas.

2. Ada variasi

suara, tinggi dan rendah.

3. Dengar, bicara, menghimbau, menerangkan. Kinestetik (Informan 3) 1. Berfikir

2. Kecepatan Suara 3. Frase/pilihan kata

(61)

terkadang juga kedepan.

2. Nada suara

lambat.

3. Merasa, stress,

emosi, santai, malu, segan.

(62)

proses mental untuk frase/pilihan kata akan diikuti tindakan mental dengan pilihan kata yang selalu berhubungan dengan perasaan.

4.4. Pembahasan

Neuro-Linguistic belum terlalu banyak diketahui dan dipelajari oleh

masyarakat umumnya khususnya kalangan mahasiswa/i yang sedang mempelajari bidang ilmu komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam melakukan interaksi sosial akan selalu melakukan kegiatan yang disebut komunikasi. Pada perkembangan ilmu-ilmu dalam bidang komunikasi banyak dilakukan penelitian oleh pakar-pakar dalam bidang ilmu komunikasi sehingga banyak melahirkan teori-teori baru dan metode-metode baru. Neuro-linguistic termasuk teori yang masih jarang dilirik untuk dipelajari. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang-lambang yang diketahui bersama. Agar komunikasi efektif, artinya komunikan memberikan feedback terhadap pesan maka perlu pemahaman bersama terhadap lambang.

Tetapi pada perkembangannya tidaklah cukup hanya dengan tercipta komunikasi yang efektif, komunikasi itu juga harus komunikatif dimana komunikator dan komunikan sama-sama memahami dan mengerti apa pesan yang disampaikan sehingga tercipta suatu keselarasan dalam berkomunikasi.

(63)

Penelitian ini diharapkan dapat membantu seluruh karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dalam melakukan komunikasi yang baik kepada nasabahnya, dimana komunikasi yang baik itu haruslah komunikatif dan efektif. Hal ini dapat terjadi jika dalam berkomunikasi tercipta suatu keselarasan. Keselarasan dapat tercipta jika orang yang berkomunikasi mengetahui tipe komunikasi lawan bicaranya dan mengikuti cara-cara lawan bicaranya berkomunikasi. Makin sama dan menyerupai lawan bicara maka keselarasan makin cepat tercipta dan lawan bicara merasa makin dimengerti. Dalam hal ini yang menjadi lawan bicara adalah para nasabah dan pembicara dapat berarti para karyawan/ti karena bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada nasabah sehingga kita sebagai karyawan/ti harus mengetahui tipe komunikasi kita terlebih dahulu baru mengetahui tipe komunikasi nasabah sehingga dari sini kenyamanan berinteraksi kepada seluruh karyawan/ti Bank Bukopin Cabang Syariah Medan dapat tercapai dan akhirnya melahirkan nasabah yang loyal yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

(64)

ke atas, untuk tipe auditori akan menggerakkan mata ke depan lalu kekiri atau kekanan dan untuk tipe kinestetik akan menggerakkkan mata ke bawah lalu kekiri atau kekanan.

Untuk intonasi suara telah sesuai dengan teori dari pendekatan neuro-linguistic yaitu untuk orang visual intonasi lebih tinggi, untuk orang auditori intonasi suara lebih berirama dan untuk orang kinestetik intonasi lebih lambat.

Untuk pilihan kata juga lebih bervariasi meskipun memang untuk tipe visual lebih mudah memahami hal-hal dengan menggunakan kata-kata yang dapat memvisualisasikan keadaan. Untuk tipe auditori lebih mudah memahami hal-hal yang menggunakan kata-kata yang terhubung dengan pendengaran demikian juga dengan kinestetik lebih peka dengan kata-kata yang lebih menyentuh perasaan. Adapun impact dari pemahaman terhadap pendekatan neuro-linguistic ini kepada komunikasi adalah bahwa pendekatan neuro-linguistic mempelajari karekter manusia dalam berkomunikasi. Tentu saja komunikasi yang dilakukan yaitu dalam komunikasi antar pribadi. Karena dalam melakukan komunikasi antar pribadilah kita dapat mengetahui persetujuan komunikan akan pikirannya, pendapatnya, perasaannya, sikapnya terhadap suatu objek yang apabila kita sebagai komunikator mengetahuinya maka kita juga dapat mengontrol dan mengendalikan hal-hal tersebut diatas. Itulah kehebatan dari pendekatan neuro-linguistic apabila kita terapkan dalam komunikasi. Sehingga tidak ada lagi istilah miss-communication dalam berkomunikasi dan pada akhirnya keselarasan dalam

komunikasi antar pribadi dapat tercipta.

(65)

rekan saya sendiri yang mempunyai tipe komunikasi visual. Suatu hari…ketika dia sedang dipanggil untuk menghadap manajer karena telah melakukan kesalahan, kebetulan memang sang manajer merasa agak kesal hari itu karena kesalahan itu agak fatal terjadinya. Pada saat manajer sedang memberikan teguran kepada rekan saya nampaknya dia tidak begitu terima karena dia menganggap itu bukan kesalahan dia tetapi dari bagian lain, ketidakterimaannya itu disampaikan dengan nada yang memang untuk posisi orang yang sedang melakukan kesalahan agak tinggi, dengan sikap tubuh yang memang sengaja diperlihatkan tanda kekurangsenangannya. Hal ini ditangkap oleh sang manajer sehingga tiba-tiba sang manajer dengan melihat itu semua langsung marah dan mulai mengeluarkan kata-kata yang tidak enak dan keras yang berujung dengan pengusiran rekan saya dari ruangan. Pelajaran yang kita dapat dari sini ialah bahwa kita harus mengetahui tipe komunikasi kita terlebih dahulu, apapun kekurangan dari cara kita berkomunikasi dapat kita perbaiki dan diminimalisir terlebih lagi jangan sampai keluar disaat kondisi yang memang kurang tepat. Harus bisa segera diantisipasi, dan yang kedua kita juga harus mengetahui karakter komunikasi lawan bicara kita apakah dia merasa terganggu dengan intonasi suara kita, pilihan kata yang kita pakai dan terlebih lagi sikap tubuh kita. Itu semua harus dipelajari dan dipahami untuk selanjutnya dipraktekkan guna menggiring komunikasi kearah yang lebih baik dan jangan sampai membuat lawan bicara kita merasa tersinggung dengan nada suara dan juga sikap tubuh kita.

(66)
(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa karyawan dan karyawati Bank Bukopin Cabang Syariah Medan memiliki tiga tipe komunikasi dalam melakukan komunikasi antar pribadi kepada nasabah yaitu tipe visual, tipe auditori dan tipe kinestetik. Tipe visual mempunyai karakter komunikasi dengan gerakan mata keatas lalu kekiri/kekanan dan terkadang juga kededpan dalam mengakses informasi yang ada di pikiran, berbicara dengan nada suara tinggi dan frase/pilihan kata yang dipakai berhubungan dengan organ visual seperti melihat, memperhatikan dan berbagai pilihan kata lain yang selalu berhubungan dengan indera penglihatan (visual), tipe auditori mempunyai karakter komunikasi dengan gerakan mata kedepan lalu kekiri/kekanan terkadang juga keatas dalam mengakses informasi, berbicara dengan nada/irama suara tertentu dan juga dalam tempo cepat dan frase/pilihan kata yang dipakai berhubungan dengan indera pendengaran seperti mendengar, menghimbau dan lain sebagainya yang berhubungan dengan indera pendengaran, tipe kinestetik mempunyai karakter komunikasi dengan gerakan mata kebawah lalu ke kiri/kekanan terkadang juga kedepan dalam mengakses informasi, berbicara dengan nada suara lambat dan frase/pilihan kata yang dipakai berhubungan dengan perasaan seperti memahami, merasakan, mengerti, menyenangi dan sebagainya

(68)

menyesuaikan diri kepada nasabah pada saat melakukan komunikasi antar pribadi sehingga dapat tercipta suatu komunikasi yang komunikatif dan juga efektif kepada nasabah walaupun terhadap nasabah dengan pribadi yang tersulit.

5.2. Saran

1. Untuk menciptakan komunikasi antar pribadi yang efektif dan selaras antara karyawan/ti kepada nasabah maka disarankan perlu dilakukan training secara berkala kepada seluruh karyawan/ti Bank Bukopin Syariah Medan melalui lembaga pelatihan yang berstandar internasional.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Anwar.1988. Ilmu Komunikasi (Sebuah Pengantar Ringkas). Jakarta:

Rajawali Press.

Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Perspektif Mikro.

Gambar

Tabel 1. Unit Analisis
Tabel 2.Data Hasil Quisioner
Tabel 3. Daftar Pertanyaan
Tabel 4. Data hasil Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi agen terhadap calon nasabah serta untuk mengetahui bauran pemasaran jasa yang paling efektif dalam

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan komunikasi antar pribadi yang dilakukan pimpinan terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan.. Hasil rs

Untuk menjawab penelitian ini melalui proses komunikasi, interaksi yang terjadi, transaksi yang terjadi dan komunikasi antar pribadi yang digunakan antar pemain

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang di jabarkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara komunikasi antar pribadi

Dampak yang ditimbulkan dari Perkembangan Teknologi Informasi dalam Komunikasi Antar Pribadi Maraknya penggunaan Internet dan Smartphone untuk berkomunikasi secara

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Gaya Komunikasi, Teori Komunikasi Antar Budaya, Teori Identitas Sosial karya Henry Tajfel dan Teori Komunikasi

Adapun judul daripada skripsi ini adalah “ Peranan Komunikasi Sebagai Solusi Konflik (Studi Deskriptif Komunikasi Antar Pribadi sebagai Solusi Konflik pada Hubungan

Oleh karena itu, dapat diduga bahwa efektivitas komunikasi antar pribadi memiliki hubungan dengan motivasi kerja karyawan pada peru- sahaan, yang dapat diilustrasikan dalam Kerangka