• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Lapangan 001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Lapangan 001"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan yaitu pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus didukung oleh sumber daya kesehatan yang baik, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan, dan penelitian serta pengembangan kesehatan.

Dalam mewujudkan pembangunan dibidang kesehatan diperlukan tenaga kesehatan yang terampil selain itu harus didukung pula oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka dilakukan pula berbagai pendidikan dan pelatihan untuk tenaga kesehatan.

Peningkatan sarana kesehatan termasuk dengan makin banyaknya Apotek, yaitu suatu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat disetiap tempat juga merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kesehatan.

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan tempat praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.

(2)

farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Sasaran pembangunan kesehatan diantaranya adalah berupaya untuk berperilaku hidup sehat dengan meningkatkan jumlah wilayah / kawasan sehat, sejumlah tempat-tempat umum sehat, jumlah rumah / bangunan sehat dan lain-lain, meningkatkan jumlah sarana kesehatan yang bermutu, jumlah penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan dan jumlah penggunaan obat secara nasional.

Apotek sendiri sebagai suatu sarana kesehatan yang menunjang pelaksanaan suatu kesehatan dan Apotek juga sebagai salah satu tempat pengabdian profesi seorang Apoteker dan Asisten Apoteker merupakan alur terpenting dalam pelayanan sediaan farmasi dari apotek tersebut ke tangan konsumen. Melalui Praktek Belajar Lapangan (PRABELA) di Apotek maka seorang calon Asisten Apoteker akan dapat di nilai sejauh mana tanggung jawabnya dalam pengadaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi. Kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PRABELA) di Apotek Kimia Farma 179 Martapura merupakan kegiatan pelatihan bagi siswa/siswi dalam upaya memberikan pengalaman dan keterampilan dalam kegiatan yang ada di Apotek sebagai calon Asisten Apoteker yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja yang siap bekerja. Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan (PRABELA) sebagai kegiatan penjabaran disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan kefarmasian, khususnya penerapannya dalam Apotek, dalam hal ini di Apotek Kimia Farma 179 Martapura.

(3)

Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PRABELA) yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura adalah :

1.Tujuan Umum

Tujuan Umum Praktek Belajar Lapangan (PRABELA) di Apotek Kimia Farma 179 Martapura adalah untuk memahami ruang lingkup kerja di Apotek sehingga dapat memberikan gambaran mengenai fungsi dan tugas seorang Apoteker sehingga memberikan bekal pengalaman dan pengetahuan kepada calon Asisten Apoteker mengenai kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pencatatan, pemusnahan, serta segala kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab atau sesuai kompetensi Keahlian Farmasi.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran kepada siswa/siswi tentang perencanaan pembelian obat

di Apotek Kimia Farma 179 Martapura

b. Memberikan gambaran kepada siswa/siswi tentang pengadaan obat

di Apotek Kimia Farma 179 Martapura

c. Memberikan gambaran kepada siswa/siswi tentang penyimpanan dan distribusi

obat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura

d. Memberikan gambaran kepada siswa/siswi tentang pencatatan dan pelaporan

obat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura

e. Memberikan gambaran kepada siswa/siswi tentang pelayanan komunikasi,

informasi dan edukasi kepada pasien.

(4)

1. Siswa/siswi dapat mengetahui kegiatan-kegiatan pokok farmasi seperti pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat

2. Siswa/siswi mampu mengidentifikasikan perencanaan jenis obat yang akan dibeli oleh Apotek Kimia Farma 179 Martapura

3. Siswa/siswi mendapatkan gambaran tentang pengadaan mulai dari pemesanan sampai barang datang

4. Siswa/siswi mampu melakukan penyimpanan obat berdasarkan FIFO (First In First Out) di Apotek Kimia Farma 179 Martapura

5. Siswa/siswi mampu melakukan distribusi obat bebas kepada pasien 6. Siswa/siswi mampu membaca resep

7. Siswa/siswi mampu menyiapkan obat sesuai permintaan resep 8. Siswa/siswi mampu meracik obat sesuai dengan resep

9. Siswa/siswi mampu membuat etiket 10. Siswa/siswi mampu membuat copy resep

11. Siswa/siswi mampu melakukan validasi (kecocokan/kesesuaian) resep dengan obat, dan identitas pasien. Kimia Farma 179 Martapura selama empat puluh lima (45) hari dimulai dari tanggal 09 April sampai dengan 23 Mei 2015, dengan pembagian shift sebagai berikut :

 Shift pagi : pukul 08.00 s/d 15.00 WITA

 Shift sore : pukul 14.00 s/d 21.00 WITA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek

(5)

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

2. Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker

b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional dan kosmetika

d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

(6)

Apotek merupakan salah satu pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam :

a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Apotek

c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek

d. Undang-undang Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan e. Perautran Pemerintah No. 21 tahun 1990 tentang Masa Bakti

Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/MenKes/Per/II/1995

f. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek

4. Persyaratan Apotek

Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan masyrakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. (SK Menkes RI No. 278/Menkes/SK/V/1981)

a. Lokasi

Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha, sehingga lokasi apotek sebaiknya berada di daerah yang : 1) Ramai

2) Terjamin keamanannya

3) Dekat dengan rumah sakit / klinik

4) Sekitar apotek ada beberapa dokter praktek 5) Mudah dijangkau

(7)

b. Bangunan

Bangunan apotek harus mempunyai luas secukupnya dan memenuhi persyaratan Teknis, sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.

Luas bangunan apotek sekurang-kurangnya 50 M2 terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang penyimpanan obat, dan tempat pencucian alat.

Bangunan apotek harus mempunyai persyaratan Teknis sebagai berikut :

1) Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah harus rata, tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan

2) Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan permukaan sebelah dalam berwarna terang

3) Atap tidak boleh lembab, terbuat dari genteng, atau bahan lain yang memadai

4) Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain yang memadai

5) Setiap apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek, yang terbuat dari papan, seng atau bahan lain yang memadai, sekurang-kurangnya berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi huruf 5 cm dan tebal 5 mm.

c. Perlengkapan apotek

Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut :

1) Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat / sediaan farmasi 2) Perlengkapan dan alat penyimpanan khusus narkotika dengan

ukuran 40 x 80 x 100 cm dan terbuat dari kayu

(8)

Indonesia edisi terbaru serta buku lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal.

d. Perbekalan kesehatan di Bidang Farmasi

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya. Perbekalan kesehatan dikelola dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan, kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan penyediaan perbekalan kesehatan. Pemerintah ikut serta dalam membantu penyediaan perbekalan kesehatan yang menurut pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan.

e. Tenaga Kesehatan

Disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA), di apotek sekurang-kurangnya harus mempunyai seorang tenaga kefarmasian. Bagi apotek yang Apoteker Pengelola Apoteknya pegawai instalasi pemerintah lainnya harus ada apoteker pendamping atau tenaga Teknis kefarmasian.

5. Asisten Apoteker

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002, Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian di wilayah Indonesia, seorang Asisten Apoteker harus :

a. Memiliki Surat Tanda Registrasi yang dikeluarkan oleh Menteri

(9)

2) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek;

3) Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Apoteker (STRTTA), atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan 4) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

etika kefarmasian. contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 4 terlampir

2) Surat permohonan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) harus melampirkan :

a) Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atau Tenaga Farmasi /Asisten Apoteker;

b) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek;

c) Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian;

d) Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Apoteker (STRTTA), atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan e) Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua)

lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(10)

permohonan diterima dan dinyatakan lengkap menggunakan contoh sebagimana tercantum dalam formulir 5 terlampir.

b. Memiliki Surat Izin Kerja di fasilitas kefarmasian, yang dikeluarkan oleh Pejabat Kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.

Syarat untuk memperoleh Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) menurut PERMENKES No. 889/Menkes/Per/2011 pasal 22, yaitu :

1) Tenaga Teknis Kefarmasian mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 9 terlampir.

2) Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) harus melampirkan :

a) Fotokopi Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK);

b) Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian;

c) Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan

d) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar

3) Dalam mengajukan permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) harus dinyatakan secara tegas permintaan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua atau ketiga.

(11)

Hak yang dimiliki oleh Asisten Apoteker menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 adalah sebagai berikut :

a. Mendapatkan gaji dan tunjangan selama bekerja

b. Mendapatkan keuntungan yang diperoleh Apotek berdasarkan atas kesepakatan dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA)

c. Mendapatkan tunjangan kesehatan d. Mendapatkan libur dan cuti tahunan

e. Mendapatkan jaminan keselamatan pada waktu bekerja f. Memilih Apotek dan pindah ke Apotek lain sesuai dengan

keinginan

Sedangkan kewajiban Asisten Apoteker menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut:

a. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter

b. Memberikan informasi :

1) Yang berkaitan dengan penggunaan/ pemakaian obat yang diserahkan kepada pasien

2) Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat

Informasi yang diberikan kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan/ minuman/ aktifitas yang hendaknya dihindari selama terapi dan informasi lain yang diperlukan.

c. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasian identitas serta data kesehatan pribadi pasien

(12)

1) Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat dan bahan obat

2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya

3) Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi

e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) yang dikeluarkan pejabat yang berwenang

6. Struktur Organisasi Apotek

Struktur organisasi di apotek bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan adanya struktur organisasi sebuah apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen setiap orang.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka secara umum apotek mempunyai struktur oganisasi sebagai berikut :

(contoh hal.12)

Fungsi dan Pembagian Tugas

(13)

a. Apoteker

1) Tugas dan Kewajiban Apoteker : a) Memimpin seluruh kegiatan apotek

(4) Admiistrasi barang dagangan dan inventaris (5) Administrasi personalia

(6) Administrasi bidang umum

c) Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan d) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat

memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja, yaitu dengan cara meningkatkan omzet, mengadakan pembelian sehat (menandatangani SP) dan penekanan sejauh mungkin terhadap biaya exploitasi/ tak langsung lainnya. e) Melakukan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan apotek 2) Tanggung jawab :

a) Di bidang keuangan : Penggunaan secara efisien, Pengamanan dan kelancaran

b) Di bidang persediaan barang : Pengadaan yang sehat, ketertiban penyimpanan dan pengamanan

c) Di bidang inventaris : Penggunaan yang seefisien mungkin, pemeliharaan serta pengamanannya

d) Di biang personalia : Ketentraman kerja, efisiensi dan strategi e) Di bidang umum : Kelancaran, penyimpanan dan pengamanan

dokumen-dokumen b. Asisten Apoteker (AA)

1) Tugas dan Kewajiban

a) Dalam pelayanan obat bebas dan resep mulai dari menerima pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan

(14)

c) Mengerjakan pembuatan persediaan obat “AanMaak” seperti

e) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal dan dibundel kemudian disimpan

f) Memelihara kebersihan ruang peracikan dan lemari obat

g) Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya kartu stok dengan rapi

h) Bila gudang terpisah dari ruang peracikan, memelihara kebersihan gudang, rak obat, serta penyusunan obat dan kartu stok yang rapi serta mengontrolnya. (Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai penjual obat bebas, sebagai juru resep dan lain-lain)

2) Tanggung jawab :

Bertanggung jawab kepada asisten kepala sesuai dengan tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan.

3) Wewenang

Berwenang untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan petunjuk-petunjuk / instruksi dari asisten kepala atau Pimpinan Apotek dan semua peraturan perundang-undangan c. Tata usaha (Keuangan)

1) Tugas dan Kewajiban Tata Usaha :

a) Mengkoordinir dan mengawasi dinas kerja bawahannya, agar semuanya berjalan lancar

b) Membuat laporan harian, meliputi :

(1) Pencatatan penjualan kredit (kartu piutang)

(2) Pencatatan pembelian (kartu hutang) dicocokkan dengan BPB (Buku Penerimaan Barang dari gudang)

(15)

(4) Dinas luar : mengurusi pajak-pajak dan izin asuransi (5) Membuat laporan bulanan : realisasi data untuk pimpinan

apotek dan membuat daftar gaji / upah / pajak

(6) Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca dan perhitungan rugi-laba)

(7) Surat-menyurat

2) Tanggung jawab dan Wewenang

a) Bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) b) Berwenang untuk melaksanakan kegiatan administrasi

pembukuan sesuai dengan petunjuk-petunjuk / instruksi dari Apoteler Pengelola Apotek (APA) dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku

d. Pemegang kas (kasir) 1) Tugas dan Kewajiban

a) Mencatat penerimaan uang setelah dihitungnya terlebih dulu, begitu pula dengan pengeluaran uang, yang harus dilengkapi dengan pendukung berupa kwitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain, yang sudah di paraf oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau pejabat yang ditunjuk

b) Menyetorkan dan mengambilkan uang,baik dari kasir besar atau bank

2) Tanggung jawab

Bertanggung jawab atas kebenaran jumlah uang yang dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA)

3) Wewenang

Berwenang untk melaksanakan kegiatan arus uang sesuai dengan petunjuk-petunjuk instruksi dari Apoteker Pengelola Apotek (APA)

7. Sarana dan Prasarana Apotek

(16)

Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan, diantaranya :

a. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling

b. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya

c. Apotek harus bebas dari hewan pengerat dan memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin

Apotek harus memiliki :

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien

b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi

c. Ruang tertutup bagi pasien yang konseling dilengkapi meja dan kursi serta lemari untuk penyimpanan catatan swamedikasi pasien

d. Ruang peracikan e. Tempat pencucian alat

f. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang lain tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan

B. Pengelolaan Obat di Apotek 1. Perencanaan

(17)

Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa (ED)

Sesuai KepMenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan :

a. Pola penyakit

Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. b. Tingkat perekonomian masyarakat

Tingkat ekonomi masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. Jika masyarakat sekitar memiliki tingkat perekonomian menengah ke bawah, maka apotek perlu menyediakan obat-obatan yang harganya terjangkau seperti obat generik berlogo. Demikian pula sebaliknya, jika masyarakat sekitar memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas yang cenderung memilih membeli obat-obat paten, maka apotek juga harus menyediakan obat-obat paten yang sering diresepkan.

c. Budaya masyarakat

Pandangan Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obatan yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.

(18)

a) Metode epidemiologi :

perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar

b) Metode konsumsi :

Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data pengeluaran barang periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam fast moving ( cepat beredar) maupun yang slow moving (lambat beredar)

c) Metode kombinasi :

Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola sebelumnya.

d) Metode just in time :

Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di apotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini untuk obat-obat yang jarang dipakai atau diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek.

2. Pengadaan

Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.

Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang meliputi proses pemesanan, pembelian dan penerimaan barang.

(19)

Gambar.2 Alur proses pemesanan barang

Ada empat macam pengadaan yang biasa dilakukan di apotek, yaitu pengadaan dalam jumlah terbatas, pengadaan secara berencana, pengadaan secara spekulatif dan pengadaan secara konsinyasi.

a. Pengadaan dalam jumlah terbatas

Pengadaan dalam jumlah yang terbatas dimaksudkan yaitu pembelian dilakukan apabila persediaan barang dalam hal ini adalah obatan sudah menipis. Barang-barang yang dibeli hanyalah obat-obatan yang dibutukan saja, dalam waktu satu sampai dua minggu. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi stok obat dalam jumlah besar dan pertimbangan masalah biaya yang minimal. Namun perlu adanya pertimbangan pengadaan obat dalam jumlah terbatas ini dilakukan apabila PBF tersebut ada di dalam kota dan selalu siap mengirimkan obat dalam waktu cepat.

b. Pengadaan secara berencana

Pengadaan secara berencana adalah perencanaan pembelian obat berdasarkan penjualan permiggu atau perbulan. Sistem ini dilakukan pendataan obat-obat mana yang laku banyak dan tergantung pula pada kondisi cuaca, misalnya saat pergantian musim banyak orang yang menderita penyakit batuk dan pilek. Hasil pendataan

Petugas pembelian menulis barang yang akan dipesan di surat pesanan

(20)

tersebut diharapkan dapat memaksimalkan prioritas pengadaan obat. Cara ini biasa dilakukan apabila supplier atau PBF berada diluar kota. c. Pengadaan secara spekulatif

Cara ini dilakukan apabila akan ada kenaikan harga atau bonus yang ditawakan jika mengingat kebutuhan, namun resiko ini terkadang tidak sesuai dengan rencana, karena obat dapat rusak, apabila stok obat di gudang melampaui kebutuhan. Di sisi lain obat-obat yang mempunyai ED dalam waktu dekat akan menyebabkan kerugian yang besar, namun apabila spekulasinya benar dapat mendatangkan keuntungan yang besar.

d. Pengadaan secara konsinyasi

Pemilik barang menitipkan barang kepada apotek. Apotek hanya membayar barang yang terjual, sedangkan sisanya dapat diperpanjang masa konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya dilakukan pada produk baru. Pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.

3. Penerimaan

Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung, tender atau sumbangan. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah dan waktu kadaluarsa.

(21)

Gambar.3 Alur penerimaan mulai dari barang datang

4. Penyimpanan

Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima di tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

Tujuan dilakukan penyimpanan barang : a. Memelihara mutu obat

b. Menghindari penggunaan obat (barang) yang tidak Bertanggung jawab

c. Menjaga kelangsungan persediaan d. Memudahkan pencarian dan pengawasan

Obat dan bahan obat harus disimpan dalam wadah yang cocok dan harus memenuhi ketentuan pembungkusan dan penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Obat yang disimpan harus terhindar dari cemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, kelembaban, panas dan cahaya. Obat dan sediaan farmasi yang dibeli tidak langsung dijual, tetapi ada yang disimpan digudang sebagai persediaan.

Penyimpanan obat digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku, seperti bahan padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau bahan yang

Petugas penerimaan melakukan pengecekkan (ED, keadaan fisik obat, sesuai dengan permintaan jenis dan jumlah obat)

(22)

setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan zat-zat yang bersifat higroskopis, demikian pula halnya terhadap barang-barang yang mudah terbakar. Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari es. Penyimpanan obat-obat narkotika disimpan dalam lemari khusus sesuai dengan PerMenkes No. 28 tahun 1978 untuk menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat-obat narkotika. Penyusunan obat dilakukan dengan cara alphabetis untuk mempermudah pengambilan obat saat diperlukan.

pengeluaran barang di apotek menggunakan sistem FIFO (First In First Out), demikian pula halnya obat-obatan yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan yang memungkinkan diambil terlebih dahulu (First Expired First Out) atau FEFO (KepMenkes No. 1027 tahun 2004),

fungsi control inventory adalah mengetahui kekurangan bahan, mengecek kerusakan barang atau bahan, mengontrol jatuh tempo kliennya. Sedangkan tugas dari control inventory adalah defecta regular dengan kolom sebagai berikut : no, item, nama barang dan satuan, jumlah satuan,

supplier. Dari sistem pengontrolan ada tiga tipe pengontrolan diantaranya: a. Ketat

Tipe ini dilakukan untuk barang yang harganya mahal dan sangat banyak dibutuhkan. Hal tersebut bertujuan agar menghindari pasien tidak mendapat obat yang sangat dibutuhkan. Begitu pula terhadap obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa singkat harus dipantau secara ketat untuk menghindari terjadinya kerugian pada apotek.

b. Normal

(23)

Tipe ini dilakukan untuk barang yang harganya murah dan banyak dibutuhkan. Pengecekkannya harus secara periodik untuk menghindari kekosongan persediaan obat dan disesuaikan dengan kondisi nyata.

Macam-macam cara penyimpanan obat :

a. Berdasarkan Jenis dan Penggolongan

Penyimpanan obat berdasarkan jenis dan penggolongannya, misalnya obat generik (obat dengan nama umum yang dipakai disemua Negara tanpa melanggar hak paten yang berlaku untuk obat tersebut), obat paten (obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang merupakan milik produsen obat yang bersangkutan), golongan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek, obat psikotropika, obat narkotika, obat herbal terstandar, jamu dan fitofarmaka.

Penggolongan obat tersebut terdiri dari : 1) Obat bebas (Perda Nomor 12 Tahun 1994)

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : minyak kayu putih, obat batuk hitam, obat batuk putih, tablet parasetamol, tablet vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin E, dan lain-lain.

(24)

Gambar.4 Lambang obat bebas 2) Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas adalah obat yang masuk dalam daftar W singkatan dari “Waarschuwing” artinya peringatan. Maksudnya obat yang pada penjualannya disertai dengan tanda peringatan.

Syarat-syarat penyerahan obat bebas terbatas adalah sebagai berikut :

a) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus asli dari pabrik atau pembuatnya

b) Pada penyerahan oleh pembuat atau penjual harus

mencantumkan tanda peringatan. Tanda tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat tulisan

berwarna putih yang terdiri dari P No.1 sampai P No.6 . Tanda peringatan seperti contoh dibawah ini :

(25)

P No.1 : Awas! Obat Keras

Bacalah aturan memakainya Contoh :

(1) Anti Histamin

Sediaan anti histamin yang dipergunakan untuk obat tetes hidung/semprot hidung.

(2) Chloroquinum

Sediaan chloroquinum atau garamnya yang dihitung sebagai basa tidak lebih dari 160 mg setiap takaran dalam kemasan tidak melebihi 4 tablet tiap wadah atau 60 ml tiap botol.

(3) Sulfaguanidum, phtalylsulfathiazolum dan succinylsulfa Tablet yang mengandung tidak lebih dari 600 mg zat berkhasiat setiap tabletnya dan tidak lebih dari 20 tablet setiap bungkus atau wadah.

P No.2 : Awas! Obat Keras

Hanya untuk kumur jangan ditelan Contoh :

(1) Kalii Chloras dalam larutan

(2) Zincum, obat kumur yang mengandung persenyawan zincum

P No.3 : Awas! Obat Keras

(26)

Rokok dan serbuk untuk penyakit bengek untuk dibakar yang mengandung scopolaminum.

P No.5 : Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan

Contoh :

(1) Ammonia 10% kebawah

(2) Sulfanilamidum steril dalam bungkusan tidak lebih dari 5 mg bungkusnya

P No.6 : Awas! Obat Keras

Obat wasir, jangan ditelan Contoh :

Suppositoria untuk wasir

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar.6 Lambang obat bebas terbatas 3) obat keras daftar G

(27)

dalam golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan atau memasukkan obat-obat keras ditetapkan sebagai berikut :

a) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh sipembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

b) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang untuk dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli atau jaringan.

c) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.

d) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut :

Gambar.7 lambang obat keras

(28)

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter.

Peraturan tentang Obat Wajib Apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993, dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a) Pertimbangan yang utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.

b) Pertimbangan yang kedua untuk peningkatan peran apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat.

c) Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.

Kewajiban :

Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap apoteker terdapat kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

a) Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan. b) Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan

c) Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

(29)

a) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No.1

Contoh :

(1) Obat kontrasepsi : Linestrenol (satu siklus)

(2) Obat saluran cerna : Antasid dan Sedativ/Spasmodik (20 tablet)

(3) Obat mulut dan tenggorokan : Salbutamol (20 tablet) b) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993

tenatng Daftar Obat Wajib Apotek No.2 Contoh :

(1) Bacitracin cream (1 tube) (2) Clindamicin cream (1 tube) (3) Flumetason cream (1 tube)

c) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3 mempengaruhi keadaan psikis seseorang. Untuk mengelolanya memerlukan cara khusus. Penandaan untuk narkotika adalah sebagai berikut :

(30)

Gambar.9 lambang obat psikotropik

Pengertian Narkotika menurut undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dapat dibedakan kedalam golongan I, II dan III. Menurut UU RI No.22 tahun 1997, narkotika dibagi 3 golongan yaitu : a) Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh : ganja, papaver somniverum, cocain ( erythroxylon coca), opium mentah, opium masak, heroin, etorfin dan lain-lain.

b) Narkotika golongan II

Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh : fentanil, morfin, petidin, tebaina, ekgonina dan lain-lain.

c) Narkotika golongan III

Narkotika yang digunakan dalam terapi atau pengobatan dan untuk pengembangan pengetahuan serta memilik potensi ringan menimbulkan ketergantungan. Contoh : etil morfin, codein, propiran, nikokodina, polkodina, norkodeina dan lain-lain.

(31)

sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :

a) Golongan I

Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : lisergida dan psilosibina. b) Golongan II

Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamina dan metakualon c) Golongan III

Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amobarbital dan Phenobarbital

d) Golongan IV

Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : diazepam dan klordiazepoksida

6) Jamu (Empirical Based Herbal Medicine)

(32)

cukup banyak, sekitar 5-10 macam bahkan lebih. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk pengobatan suatu penyakit. Beberapa contoh diantaranya yaitu Jamu Beras Kencur, Jamu Kunyit Asem (PT Sido Muncul) dan Jamu habis Bersalin Nyonya Meneer.

Gambar.10 logo jamu

Filosofi logo :

a) Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman

b) Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia ( keanekaragaman hayati)

c) Stilisasi jari-jari daun (tiga pasang) melambangkan serangkaian proses yang sederhana yang merupakan visualisasi proses pembuatan jamu

7) Obat Herbal Terstandar/OHT (Scientific Based Herbal Medicine) Adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.

(33)

a) Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman

b) Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia ( keanekaragaman hayati)

c) Stilisasi jari-jari daun ( tiga pasang) melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak tumbuhan obat (uji laboraturium, uji toksisitas, dan uji praklinis)

Obat herbal terstandar dibuat dari ekstrak atau penyarian bahan alami yang dapat berupa tanaman obat, hewan maupun mineral. Jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian praklinis seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higinies, serta uji toksisitas akut dan kronis. Obat-obatan herbal ini sudah distandarisasi sesuai dengan peraturan pembuatan obat-obatan. Pembuatannya disesuaikan dengan pembuatan obat secara modern sehingga lebih higinies. Obat-obatan herbal ini sudah banyak beredar dan dikenal masyarakat. Beberapa contoh OHT diantaranya Diapet (PT Soho Industri Farmasi), Fitolac (PT Kimia Farma) dan Kiranti sehat (PT Ultra Prima Abadi).

8) Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)

Fitofarmaka berasal dari bahasa yunani : phyto yang berarti tanaman dan pharmakon yang berarti obat.

Adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik, uji tekhnologi farmasi dan uji klinik.

(34)

Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alami yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah distandarisasi serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia. Produk-produk fitofarmaka memiliki ciri berupa gambar berbentuk seperti ranting dalam lingkaran berwarna hijau. Beberapa contoh fitofarmaka diantaranya yaitu : Stimuno (PT Dexa Medika) dan Tensigard (PT Phapros). sumber daya alam indonesia ( keanekaragaman hayati)

c) Stilisasi jari-jari daun ( yang kemudian membentuk bintang) melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan fitofamaka (uji laboraturium, uji toksisitas, ujipraklinis, uji klinis)

b. Berdasarkan Bentuk Sediaan

Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan, misalnya sirup, drop, tablet, kapsul, krim, salep, tetes mata, tetes telinga suppositoria, injeksi dan lain-lain.

c. Berdasarkan Efek Farmakologi

Penyimpanan obat berdasarkan efek farmakologi yaitu obat disimpan berdasarkan khasiat obat terhadap suatu penyakit. Misalnya untuk penyakit asma, maka obat disusun khusus untuk penyakit asma.

(35)

Penyimpanan obat berdasarkan abjad, yaitu obat disusun atau disimpan berdasarkan nama obat (A-Z).

e. Berdasarkan Efek Kerja Obat

1) Efek sistemis, yaitu efek obat yang bekerja diseluruh tubuh Contoh :

a) Oral, yaitu pemberian melalui mulut

b) Oromukosal, yaitu pemberian melalui mukosa dirongga mulut, ada dua macam cara yaitu :

(1) Sublingual, yaitu obat ditaruh dibawah lidah (2) Bucal, yaitu obat diletakkan diantara pipi dan gusi c) Injeksi, yaitu pemberian obat secara parenteral atau

menembus kulit/selaput lendir

d) Implantasi, yaitu pemberian obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.

e) Rektal, yaitu pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemis lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak asam lambung.

f) Transdermal, yaitu cara pemakaian obat melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan masuk ke dalam sistem peredaran darah langsung ke jantung.

2) Efek Lokal, yaitu efek obat yang bekerja setempat Contoh :

(36)

atau salep, obat reabsorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.

d) Intra vaginal, yaitu obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa obat anti fungi dan pencegahan kehamilan.

e) Intra nasal, yaitu obat diberikan melalaui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak, misalnya otrivin

f. Berdasarkan FIFO dan FEFO

1) FIFO (First In First Out), yaitu penyimpanan obat berdasarkan tanggal masuk obat atau obat yang datang pertama diletakkan didepan agar barang tersebut keluar lebih awal

2) FEFO ( First Expired First Out), yaitu penyimpanan obat berdasarkan tanggal kadaluarsa yang paling cepat. Obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa paling cepat, diletakkan paling depan agar obat tersebut dikeluarkan lebih awal

g. Berdasarkan Masa Perputaran Barang

1) Slow Moving, yaitu obat yang lambat beredar atau jarang diresepkan oleh dokter

2) Fast Moving, yaitu obat yang cepat beredar atau sering digunakan dan diresepkan oleh dokter

h. Berdasarkan sifat kimia dan sifat fisika

Obat-obat yang mudah rusak dan meleleh pada suhu kamar, obat yang mudah menguap, obat yang mudah terbakar, penyimpanan untuk obat yang tidak kena cahaya dan obat yang mudah meledak

i. Berdasarkan LASA

Penyimpanan obat berdasarkan LASA atau Look A Like Sound A Like adalah penyimpanan yang mempunyai nama obat yang mirip. Contoh dari obat yang terlihat dan terdengar sama adalah obat Oxcal dan Oscal.

(37)

Penyimpanan obat berdasarkan volume atau ukuran, yaitu obat yang mempunyai ukuran lebih besar diletakkan dibawah, sedangkan obat yang mempunyai ukuran lebih kecil diletakkan diatas.

5. Distribusi

Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, dsitribusi merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di apotek untuk pelayanan individu serta untuk menunjang pelayanan medis.

Tujuan distribusi adalah untuk menjamin ketersediaan obat, memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memperpendek waktu tunggu, pengendalian persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan waktu tunggu serta memudahkan pencarian dan pengawasan.

Petugas pembelian melakukan pemesanan barang atau obat

Pihak PBF akan mengirimkan barang sesuai dengan Surat Pesanan (SP) disertai dengan faktur pengiriman barang

Pada saat barang diterima, tenaga Teknis kefarmasian akan melakukan pengecekkan untuk disesuaikan anatara faktur, Surat Pesanan, dan barang, baik dari jumlah, jenis barang, dan tanggal kadaluarsanya.

(38)

Gambar.13 Alur Distribusi dari pabrik ke apotek

Alur distribusi dari apotek ke pasien :

Gambar.14 Alur pelayanan obat tanpa resep dokter

38

Pasien datang ke apotek

AA akan melayani pasien untuk pembelian obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek dan alat kesehatan

Pasien membayar sesuai harga obat

AA menerima resep dari pasien

AA memeriksa kelengkapan resep

AA menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien

Setelah pasien membayar harga obat yang disetujui, kemudian resep diberi nomor

Menyerahkan resep kepada petugas peracikan untuk menyiapkan barang atau obat yang diminta dalam resep

(39)

Gambar.15 alur pelayanan obat atas resep dokter

Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka AA membuatkan salinan resep sebagai hak pasien.

6. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk. Pencatatan memudahkan untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok.

Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan perbekalan farmasi bersangkutan, pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari, setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi ( penerimaan, pengeluaran, hilang, atau rusak/kadaluarsa) langsung dicatat dalam kartu stok, penerimaan dan pengeluaran barang dijumlahkan pada setiap akhir bulan.

Pencatatan administrasi tergantung pada masing-masing tiap apotek, diantaranya :

a. Buku Defecta

Buku ini digunakan untuk mencatat barang atau obat yang harus dipesan untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan barang atau obat. Fungsi buku ini untuk mengecek barang dan stok barang serta menghindari kelupaan pemesanan kembali barang.

b. Buku Pembelian/ Penerimaan Barang

(40)

c. Buku Register Narkotika

Buku ini untuk mencatat penambahan persediaan narkotika dan pembelian, juga mencatat pengurangan narkotika baik untuk resep maupun keperluan yang lain. Buku ini memuat kolom-kolom yang berisi bulan, tahun, penerimaan dan persediaan awal bulan, pengeluaran dan persediaan awal bulan. Laporan penggunaan narkotika dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan dan instansi lain sesuai dengan aturan yang berlaku di daerah apotek didirikan.

d. Buku Catatan Psikotropika

Buku ini mencatat penambahan psikotropika dari pembelian dan pengurangan psikotropika karena penggunaan untuk resep. Setiap bulan penggunaan psikotropika dilaporkan ke Dinas Kesehatan atau instansi yang terkait sesuai dengan aturan dimana apotek didirikan. e. Buku Catatan OWA

Buku ini untuk mencatat penjualan OWA ( Obat Wajib Apotek) f. Buku Penjualan Obat dengan Resep

Buku ini untuk mencatat resep-resep yang dilayani setiap hari. Dalam buku ini dicatat tanggal, nomor resep, nama pasien, jumlah R/, harga resep, jumlah R/ generik, harga resep generik. Dari buku ini bisa dibuat laporan statistik resep dan pengunaan obat generik berlogo. Laporan statistik resep dan obat generik berlogo dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan instansi lain sesuai aturan yang berlaku di daerah apotek didirikan.

g. Buku Hutang

Buku ini mencatat nama-nama PBF rekanan, dilengkapi catatan tanggal dan nomor faktur, jumlah hutang apotek pada masing-masing PBF.

h. Buku Inkaso Harian

(41)

Dalam buku ini dicatat semua pendapatan dan pengeluaran apotek. Pencatatan dilakukan setiap hari sehingga dari buku ini bisa diketahui berapa saldo uang kas yang ada di apotek. Buku ini bisa dibantu dengan beberapa buku lain, misalnya buku kas kecil, buku pengeluaran dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing apotek.

j. Buku Bank

Buku ini untuk mencatat kekayaan apotek yang ada di bank. k. Buku Catatan Tenaga Kerja

Buku ini mencatat tenaga kerja yang ada di apotek. Setiap tiga bulan data tenaga kesehatan yang bekerja di apotek dilaporkan ke Dinkes Kabupaten.

l. Neraca Akhir Tahun

Neraca ini dibuat untuk mengetahui posisi apotek pada akhir periode tutup buku. Neraca ini berisi kas, piutang, inventaris, hutang dagang, modal dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan apotek.

Pelaporan obat meliputi penggunaan obat mengandung prekursor, psikotropika dan narkotika. Pelaporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan sesuai dengan pasal 18 ayat 2 UU No. 9 tahun 1976. Laporan penggunaan narkotika terdiri dari surat pengantar, laporan penggunaan sediaan narkotika ada 4 rangkap diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota tembusan Dinas Kesehatan Provinsi, Balai POM, PBF Kimia Farma dan arsip apotek. Sedangkan untuk pelaporan psikotropika ada 3 rangkap diberikan kepada Dinas Kesehatan kab/kota, Balai POM, dan untuk arsip apotek.

Pada pemusnahan resep yang telah disimpan selama 3 tahun kemudian dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangka 4 dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek, seorang petugas apotek yang ikut memusnahkan dan 2 orang saksi ( Dinkes/BPOM).

(42)

b. Tanggal terawal dan terakhir resep

c. Berat resep yang dimusnahkan dengan kilogram d. Nama pemegang izin khusus (APA)

e. Nama saksi ( 1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi yang bersangkutan)

f. Cara pemusnahan

g. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi

Pada pemusnahan obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh BPOM sesuai pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993. Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara tertulis kepada Dinkes Kota dengan mencantumkan :

a. Nama dan alamat apotek

b. Nama Apoteker Pengelola Apotek

c. Perincian obat dan perbekalan farmasi yang ingin di musnahkan d. Tanggal dan tempat pemusnahan

e. Cara pemusnahan

BAB III

(43)

1. Sejarah Apotek Kimia Farma

Sejarah panjang PT. Kimia Farma Apotek terbentang sejak 1817 yang kala itu dibawah penguasaan belanda. Nasionalisasi terjadi pada 1958 dan akhirnya menjadi PT. Kimia Farma (Persero) pada 1971, PT. Kimia Farma Apotek termasuk salah satu SBU sampai 2002.

Sejak 4 Januari 2003 PT. Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sesuai anggaran dasarnya maksud dan tujuan perusahaan adalah melakukan usaha dalam bidang pengelolaan apotek, klinik, laboraturium klinik, optik dan jasa kesehatan lainnya.

Sebagai perusahaan jaringan kesehatan, saat ini PT. Kimia Farma Apotek memiliki outlet yaitu apotek, klinik, laboratorium klinik, dan optik dengan jumlah lebih dari lima ratus outlet yang didukung oleh tenaga professional bidang kesehatan yaitu ratusan apoteker, lebih dari sribu dokter, dan puluhan tenaga kesehatan diagnostik dan optik.

Apotek Kimia Farma merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang kefarmasian. Apotek Kimia Farma 179 berada di jl. Ahmad Yani Km 39,5 No. 47 Martapura dengan Apoteker Penanggung jawab Apotek adalah Galih Kurnianto, S.Farm, Apt.

(44)

Untuk meningkatkan pelayanan, Apotek Kimia Farma 179 Martapura juga melakukan kerjasama dengan beberapa tenaga medis lainnya :

a. Dr. Miftahul A.,Sp.PK

b. Dr. Dyah Roselina,Sp.A

c. Dr. Deddy hermawan, Sp.S

2. Visi, Misi dan Motto Apotek Kimia Farma a. Visi Apotek Kimia Farma 179 Martapura

“Menjadi Perusahaan Jaringan Layanan Kesehatan yang Terkemuka dan Mampu Memberikan Solusi Kesehatan Masyarakat di Indonesia.” b. Misi Apotek Kimia Farma 179 Martapura

Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui :

1. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. 2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal. 3. Mengembangkan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan

lainnya (Fee Based Income).

c. Motto Apotek Kimia Farma 179 Martapura

Apotek Kimia Farma memiliki motto I CARE, yaitu :

1. Innovative, yang berarti memilki budaya berpikir out of the box dan membangun produk unggulan dengan tepat waktu, tepat sasaran dan dapat di andalkan.

5. Eco-friendly, mampu menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan.

3. Tujuan Apotek Kimia Farma 179 Martapura

(45)

resep kepada masyarakat, memberikan informasi tentang obat dan pengobatan yang benar.

4. SDM

Struktur organisasi di apotek bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan yang diberikan, serta untuk mecegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan adanya suatu struktur organisasi sebuah apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen setiap orang.

Gambar.16 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Martapura

Tenaga kerja di apotek pada dasarnya terdiri dari :

a. Tenaga farmasi, yaitu apoteker dan asisten apoteker yang bertugas melakukan pekerjaan-pekerjaan kefarmasian

b. Tenaga non-farmasi, yaitu tenaga kerja yang membantu pelaksanaan pengelolaan apotek, misalnya administrasi, umum dan kasir.

Setiap tenaga kerja mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan pembagian tugasnya. Masing-masing bagian tidak dapat bekerja secara sendiri-sendiri namun memerlukan kerja sama antara satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini apoteker berperan penting dalam menyusun sistem kerja dan mengorganisir setiap tenaga kerja agar dapat memberikan hasil yang optimal.

(46)

Sarana pendukung yang berada di Apotek Kimia Farma 179 Martapura adalah sebagai berikut :

a. Sarana pelayanan

Sarana pelayanan yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura antara lain adanya nomor urut pada setiap resep untuk menghindari kesalahan pada penyerahan obat. Selain itu, pada setiap resep terdapat kertas harga, sebagai bukti harga obat pada setiap resep. Selain nomor urut resep dan kertas harga, Apotek Kimia Farma 179 juga menyediakan keranjang resep agar obat tidak tertukar.

Apotek Kimia Farma 179 juga memiliki tempat duduk yang nyaman bagi pasien yang menunggu resep yang sedang dikerjakan. Selain itu, apotek ini juga mempunyai sarana parkir yang luas sehingga pasien merasa aman untuk meninggalkan kendaraan yang dibawanya.

b. Sarana Racik

Sarana racik yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura misalnya mortir, steamper, blender, sudip, wadah pembagi, bungkus puyer, mesin perekat bungkus puyer, batang pengaduk, gelas ukur, cangkang kapsul, sarana pembersih alat racik dan tempat pencucian alat/westafel.

c. Sarana Penyimpanan

Sarana Penyimpanan yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura yaitu untuk obat yang diserahkan melalui resep dokter disimpan di lemari yang letaknya tidak terlihat oleh pasien yang disimpan berdasarkan sediaan, abjad dan efek farmakologinya. Sedangkan untuk penyimpanan obat bebas dan alat kesehatan di lemari yang letaknya terlihat oleh pasien.

(47)

suppositoria dan memilki lemari khusus untuk penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika, yaitu lemari yang terbuat dari kayu yang terdiri dari dua rangkap pintu dan memilki dua kunci yang berlainan.

d. Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura berupa telepon guna memudahkan pasien untuk mencari informasi tentang praktek dokter dan juga sebagai sarana untuk pemesanan obat kepada distributor. Selain itu, apotek juga memiliki jaringan internet yang terhubung dikomputer apotek dan Hotspot / Wifi yang dapat diakses oleh para karyawan apotek.

e. Sarana Pengobatan

Sarana pengobatan yang terdapat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura adalah Praktek Dokter Umum, Praktek Dokter Spesialis anak, dan Praktek Dokter Spesialis syaraf. Untuk pendaftaran praktek dokter, yaitu dengan cara datang langsung ke Apotek Kimia Farma 179 Martapura dan mendaftarkan ke asisten dokter.

f. Sarana Pendukung lainnya

Sarana pendukung lainnya seperti musholla, AC, toilet dan televise yang disediakan bagi pasien atau karyawan di apotek ini agar merasa nyaman.

B. Pengelolaan Obat Di Apotek

(48)

Agar terciptanya tujuan diatas, maka tenaga kefarmasian harus melakukan kegiatan, diantara kegiatan yang penting adalah proses perencanaan serta pengadaan dan proses penyimpanan serta pengamanan persediaan. Dalam perencanaan serta pengadaan apotek Kimia Farma 179 menggunakan prinsip pareto atau berdasarkan tingkat penjualan. Barang (obat) yang laku (fast moving) akan dipesan dalam jumlah besar, sedangkan obat yang kurang laku (slow moving) hanya dipesan seperlunya saja.

Kegiatan penyimpanan dan pengamanan persediaan meliputi merancang fisik dan peralatan yang diperlukan sesuai dengan undang-undang dan peraturan dan peraturan yang berlaku untuk menjamin stabilitas obat, merancang dan melaksanakan prosedur tetap pengamanan persediaan dan menyimpan obat yang sesuai dengan dokumen penyerta serta sesuai dengan sistem penyimpanan yang dipilih.

1. Perencanaan

Apotek Kimia Farma 179 melakukan perencanaan dengan menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi, yaitu dilihat dari data obat-obat yang banyak digunakan pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari banyaknya resep dokter yang masuk setiap harinya dan berdasarkan pola penyakit. Sebelumnya telah dilakukan pengumpulan data obat-obat yang habis atau jumlah persediaannya menipis. Data obat-obat tersebut biasanya ditulis dalam buku defecta.

Selain itu, perencanaan obat di Apotek Kimia Farma 179 juga dilakukan berdasarkan data dari pareto penjualan, KLB (Kejadian Luar Biasa), iklan dan promo.

2. Pengadaan

(49)

Gambar.17 alur pemesanan obat Apotek Kimia Farma Obat yang akan dipesan dimasukan kedalam BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek)

BPBA dikirim ke bagian Pengadaan melalui sistem online

Bagian pengadaan membuat SP (surat pesanan) sesuai BPBA

SP diperiksa BM dan ditandatangani

SP dikirim ke PBF

(50)

Untuk produk atau obat yang diperlukan dalam jumlah kecil, maka pengadaan dilakukan dengan cara BPBA atau Bon Obat ke Apotek Kimia Farma lainnya.

3. Penerimaan

Obat yang diantar ke Apotek Kimia Farma di Banjarbaru bersama dengan faktur akan diterima oleh asisten apoteker atau petugas yang berjaga. Petugas yang menerima harus mencocokkan barang dengan DO/faktur dan SP pada lembar ke-2. Pemeriksaan mencakup nama obat, jumlah, kemasan, masa expired date, harga satuan, diskon, perhitungannya benar semua. Apabila telah sesuai dengan BPBA dan faktur, maka petugas apotek akan menandatangani faktur dan memberikan cap/stempel apotek. Selanjutnya dilakukan pencatatan pada buku penerimaan faktur. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan seperti kemasan rusak, jumlah obat yang tidak sesuai, kesalahan pengiriman, sehingga jika hal demikian terjadi dapat segera dilakukan klarifikasi.

4. Penyimpanan

Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan oleh tenaga kefarmasian dan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1) Obat-obatan yang disimpan khusus misalnya seperti sediaan suppositoria, injeksi, vaksin dan sebagainya harus disimpan dikulkas.

2) Obat-obat yang pareto A ditempatkan dalam rak tersendiri

3) Obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang terkunci

4) Obat generik disimpan pada rak tersendiri

(51)

6) Pada rak obat tersusun berdasarkan bentuk sediaan dan abjad. Misalnya: salep, injeksi, sirup, drop, tetes mata/telinga dan aerosol. 7) Obat-obatan lainnya disimpan berdasarkan abjad, tingkat penjualan

dan ada juga yang berdasarkan efek farmakologinya misalnya : golongan Antibiotika, Saluran pencernaan, Hipertensi, Kolestrol, Jantung, Diabetes, produk KF dan vitamin.

8) Pada swalayan farmasi obat-obatan tersusun berdasarkan bentuk sediaan, abjad dan efek farmakologinya.

5. Distribusi

a. Pendistribusian obat tanpa resep dokter dan Alkes

Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter meliputi golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan golongan obat wajib apotek.

Gambar.18 Alur distribusi obat tanpa resep dokter dan alkes b. Pendistribusian obat melalui resep dokter

Pembeli datang ke apotek dan menyebutkan obat / alkes yang akan dibelinya

Asisten apoteker menyiapkan obat / alkes

Asisten apoteker memberitahu harga obat / alkes

Pembeli membayar sesuai harga obat / alkes

(52)

Untuk obat yang diserahkan melalui resep dokter meliputi obat keras, obat psikotropika dan obat narkotika.

Gambar.19 Alur distribusi obat melalui resep dokter

Untuk obat yang kurang atau diambil sebagian maka AA membuatkan salinan resep sebagai hak pasien

6. Pelayanan

AA menerima resep dari pasien

AA melihat kelengkapan resep

AA menghitung dan mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien

Pasien membayar harga obat yang disetujui

Menyiapkan obat sesuai dengan yang diresep

Setelah obat disiapkan dan diberi etiket, AA memeriksa kembali kesesuaian obat dengan resep

(53)

a. Pengelolaan Resep

Pelayanan pada Apotek Kimia Farma 179 Martapura terdiri dari 3, yaitu :

a) Pelayanan I

Yaitu pelayanan obat-obatan yang dapat dibeli tanpa resep dokter, yang sering disebut UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). b) Pelayanan II

Yaitu pelayanan obat-obatan dengan menggunakan resep dokter dan dibayar tunai oleh pasien.

c) Pelayanan III

Yaitu resep kredit pelayanan obat-obatan untuk perusahaan yang telah memiliki ikatan kerjasama dengan Apotek Kimia Farma.

Apotek Kimia Farma 179 Martapura tidak hanya melayani resep yang dibayar dengan tunai atau cash, tetapi juga melayani resep yang dibayar dengan kredit. Perusahaan yang dilayani secara kredit adalah perusahaan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan BM Banjarbaru dan berlaku untuk semua Apotek Kimia Farma. Pasien membawa resep sendiri yang sudah terdapat catatan yang menyatakan bahwa resep tersebut dibeli secara kredit atau dengan membawa surat keterangan dari perusahaan atau menunjukkan identitas diri yang menyatakan bahwa pasien tersebut adalah karyawan perusahaan yang bersangkutan.

(54)

pemusnahan yang telah disetujui oleh BPOM dan Dinas Kesehatan. Pemusnahan resep dilakukan oleh APA didampingi oleh 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dan 1 orang saksi dari BPOM atau dari pihak Dinas Kesehatan.

b. Pengelolaan Obat Wajib Apotek

Pelayanan obat wajib apotek di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker maupun asisten apoteker, karena asisten apoteker sudah mengetahui dosis, aturan pakai, kontra indikasi dan efek samping obat wajib apotek.

c. Pengelolaan obat keras, narkotika dan psikotropika

Pelayanan obat keras di Apotek Kimia Farma 179 Matapura hanya dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker kepada pasien yang datang ke apotek, baik melalui resep dokter, maupun tanpa resep dokter.

Pelayanan obat narkotika di Apotek Kimia Farma 179 Martapura hanya melayani pasien yang membawa resep dokter. Hal ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan obat narkotika dan untuk memudahkan dalam pelaporan narkotika yang dilakukan setiap bulan.

Pelayanan obat psikotropika di Apotek Kimia Farma 179 Martapura sama dengan pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu hanya melayani pasien yang membawa resep dokter. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan untuk memudahkan dalam pelaporan psikotropika yang dilakukan setiap bulan.

d. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan lainnya

(55)

tersebut. Di Apotek Kimia Farma 179 Martapura ada banyak obat bebas yang diletakkan di gondola depan yang terlihat langsung oleh pasien.

Pelayanan obat bebas terbatas di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Obat bebas terbatas dapat dilayani tanpa resep dokter, asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Obat tersebut hanya dapat dijual dalam bungkus asli dari pabrik atau pembuatnya

2) Pada penyerahan oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan.

Pelayanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya di apotek Kimia Farma 179 Martapura dapat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker.

Alat kesehatan (Alkes) dibagi dalam beberapa kelas khusus, yaitu :

1) Kelas I

Alkes kelas I adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya tidak menyebabkan akibat yang berarti. Penilaian untuk alkes ini dititikberatkan hanya pada mutu dan produk. Contoh: sikat gigi, masker, perban dan lain-lain

.

2) Kelas IIa

Alkes kelas IIa adalah alkes yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alkes ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis. Contoh : kursi roda dan tongkat

3) Kelas IIb

Gambar

Gambar.5 peringatan pada obat bebas terbatas
Gambar.17 alur pemesanan obat Apotek Kimia Farma

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan yang diberikan Apotek Kimia Farma 85 Pematang siantar sama halnya seperti pelayanan apotek secara umum yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan

Pada apotek Kimia Farma 27 pengendalian persediaan dilakukan dengan. cara membuat buku kebutuhan/defekta, buku ini adalah daftar barang

Pelayanan penjualan bebas di apotek Mitha Farma dengan cara

Sistem komputerisasi yang dimiliki Apotek Kimia Farma seharusnya dapat memberikan pelayanan yang cepat, untuk mempercepat pelayanan diperlukan data yang akurat antara

Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 292 Jalan Tgk..

Pada pembuatan tetes mata sangestam di PT.Sanbe Farma telah memenuhi  persyratan yaitu Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan Sterilitas akhir dari collyrium dan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/X/1993, obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan pada pasien tanpa resep dokter dengan

i) Apotek Kimia Farma 381 Bandung adalah apotek pelayanan yang bekerja dibawah Business Manager (BM) yang telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sangat