• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA VIDEO PADA KOMPETENSI DASAR MEMELIHARA SISTEM REM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA VIDEO PADA KOMPETENSI DASAR MEMELIHARA SISTEM REM"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin

oleh

Akid Tyadhuha Edrus 5201411095

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)

iv

Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video, Hasil Belajar.

Pemilihan model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran dan memberikan implikasi pada keberlanjutan penerimaan materi dan kemampuan siswa. Salah satu model yang sesuai untuk mengajarkan materi memelihara sistem rem adalah model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video. Penggunaan model ini mengharapkan siswa dapat memecahkan masalah dan mengembangkan pendapat untuk menyelesaikan masalah. Jadi siswa diharapkan tidak hanya sekedar menghafal materi tetapi juga mampu berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan dan mampu menyelesaikan masalah.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran berbasis

masalah dengan berbantuan media video efektif meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran 2014/2015?”. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan media video dalam meningkatkan kompetensi dasar memelihara sistem rem kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran 2014/2015. Metode penelitian ini menggunakan desain

eksperimen dengan pola pre test – post test group design, yaitu adanya pre test

dan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan dengan jalan menggunakan satu kelas yang mengikuti mata pelajaran

pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan dengan pemberian

pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan

media videopada kelas eksperimendan kelas kontrol menggunakan pembelajaran

dengan model pembelajaran langsung media gambar. Pemberian perlakuan

menggunakan dilakukan setelah pre test dan sebelum post test. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada hasil thitung = 11,796 > ttabel

(5)

v

Hidup itu yakin, yakin semua yang diinginkan akan terjadi atas ijin-Nya.

Jangan melupakan suatu yang terpenting dalam kehidupan yaitu bersyukur.

“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus” (Q.S. Al-fatihah:7)

PERSEMBAHAN

 Untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Edrus

dan Ibu Retno Sulistiyo Ningsih yang

senantiasa memberikan doa ikhlas dan

menjadi tujuan yang memotivasi di setiap

pilihan.

 Untuk Afrilia Purwaningrum.

 Untuk teman-teman Pendidikan Teknik

Mesin Angkatan 2011.

 Untuk sahabat-sahabatku yang selalu

mengiringi setiap langkahku dengan

(6)

vi

Video Pada Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Rem” dapat terselesaikan.

Skripsi ini diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai

gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

menyempurnakan.

Disadari selama penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak

kendala, namun berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai

pihak, akhirnya segala kendala tersebut dapat diatasi.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang.

3. Dr. M. Khumaedi, M.Pd., Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri

(7)

vii

5. Drs. Sudirman., selaku kepala SMK Wisudha Karya Kudus dan Amin

Darsa, S.Pd., selaku guru pamong yang telah membantu terlaksananya

penelitian ini.

6. Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran

kepada penulis dan menyusun skripsi ini.

7. Seluruh dosen Jurusan Teknik Mesin, atas ilmu yang telah diberikan

selama menempuh studi.

8. Peserta didik kelas XI SMK Wisudha Karya Kudus atas kesediiaannya

menjadi objek penelitian ini.

9. Dan semua pihak tidak terkecuali yang telah membantu penyusunan

proposal skripsi.

Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta imbalan yang setimpal

atas jasa dan amal baik beliau-beliau tersebut di atas.

Semarang, 24 Agustus 2015

(8)

viii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah ... 2

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 5

1. Pengertian Belajar ... 5

(9)

ix

6. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 8

7. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9

8. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9

9. Pengertian Media Video ... 10

10.Keuntungan Media Video ... 11

11.Kelemahan Media Video ... 11

12.Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video ... 11

13. Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar ... 14

14.Memelihara Sistem Rem ... 15

a.Rem ... 15

b.Pemeliharaan Rem Cakram ... 16

c.Pemeliharaan Rem Tromol ... 23

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 31

D. Hipotesis ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 36

(10)

x

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 48

B. Analisis Data ... 51

C. Pembahasan ... 55

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(11)

xi

... 12

2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar . ... 15

3.1. Desain penelitian ... 33

3.2. Indikator dan Kisi-Kisi Soal... 39

4.1. Nilai Rata-Rata Kelas ... 51

4.2. Hasil Uji Normalitas Data Awal ... 51

4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Awal ... 52

4.4. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal ... 52

4.5. Hasil Uji Normalitas Data Akhir... 52

4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Akhir ... 53

4.7. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Akhir ... 53

4.8. Hasil Uji Gain ... 54

4.9. Hasil Uji Gain pada Rata-Rata Kelas ... 55

(12)

xii

2.2. Keausan Mekanis ... 17

2.3. Keausan Pad Rem Dengan Listrik ... 17

2.4. Alur Pada Pad ... 18

2.5. Ketebalan Piringan ... 18

2.6. Keolengan Piringan ... 18

2.7. Angkat Kaliper ... 19

2.8. Torak Bergerak Keluar ... 20

2.9. Pasang Kaliper ... 20

2.10. Komponen Rem Cakram ... 20

2.11. Lumasi Semua Bagian Yang Bergerak ... 21

2.12. Pasang Piston ... 21

2.13. Pasang Boot ... 21

2.14. Pasang Balok-Balok Rem ... 22

2.15. Pasang Busing ... 22

2.16. Pasang Kaliper ... 22

2.17. Pasang Kaliper Pada Kerangka ... 23

2.18. Pemberian Grease ... 24

2.19. Kampas Rem ... 24

2.20. Backing plate ... 25

(13)

xiii

2.25. Lepas Sepatu Rem ... 27

2.26. Lumasi Dudukan Sepatu Rem ... 27

2.27. Komponen Silinder Roda ... 28

2.28. Periksa Sepatu Rem ... 29

2.29. Pegas Sepatu Rem ... 29

2.30. Sesuaikan Sepatu Rem Dengan Pengukur Diameter Tromol ... 29

2.31. Kerangka Pikir Penelitian ... 32

3.1. Alur Rancangan Penelitian ... 34

4.1. Grafik Hasil Pre Test Kelas Kontrol ... 49

4.2. Grafik Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ... 49

4.3. Grafik Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 50

(14)

xiv

2. Data Nama Siswa Kelas Kontrol ... 66

3. Data Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 67

4. Soal Uji Coba Instrumen ... 69

5. Kunci Jawaban Uji Instrumen ... 75

6. Tabulasi Uji Instrumen ... 76

7. Perhitungan Analisis Butir Soal ... 79

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 85

9. Soal Pre Test-Post Test ... 101

10.Kunci Jawaban Pre Test-Post Test ... 106

11.Tabulasi Pre Test ... 107

12.Tabulasi Post Test ... 111

13.Analisis Data Awal ... 115

14.Analisis Data Akhir ... 120

15.Penetapan Dosen Pembimbing ... 128

16.Surat Tugas ... 129

17.Surat Ijin Penelitian ... 130

18.Surat Keterangan Penelitian ... 131

19.Video ... 132

(15)

1

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lanjutan pendidikan

menengah pertama yang mempunyai tujuan utama menyiapkan tenaga kerja yang

terampil, profesional, dan berdisiplin tinggi sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Untuk mewujudkan hal tersebut pendidik harus mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yang melibatkan

komunikasi dua arah antara peserta didik dengan guru tentang materi yang

diajarkan (Santoso, 2013: 54).

Salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan

SMK adalah mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan

ringan. Guru mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan

ringan di SMK Wisudha Karya Kudus dalam proses pembelajaran masih

menggunakan model pembelajaran langsung, sehingga model pembelajaran yang

digunakan kurang efektif. Penggunaan model yang kurang efektif seperti model

pembelajaran langsung membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran di dalam kelas. Dengan menggunakan model pembelajaran

langsung nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan

pemindah tenaga kendaraan ringan masih rendah. Berikut nilai ulangan dari kelas

XI TKR dengan jumlah 37 siswa, yang telah memenuhi kriteria ketuntasan

minimal sebanyak 22 siswa, sedangkan 15 siswa belum mencapai ketuntasan

(16)

dapat lebih bervariasi yaitu model pembelajaran berbasis masalah berbantuan

media video, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam

kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Gaya mengajar guru yang kurang bervariasi.

3. Rendahnya penggunaan media belajar.

4. Tindakan pendidik dalam penerapan model yang digunakan dalam proses

pembelajaran kurang efektif.

5. Hasil belajar siswa yang masih rendah pada ranah kognitif.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model

pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video. Media video yang

digunakan adalah media video yang dapat di unduh di situs youtube.

2. Materi kegiatan pembelajaran yang diteliti terbatas pada satu pokok bahasan,

yaitu memelihara sistem rem, karena sebelumnya telah di sepakati dengan guru

pengampu mata pelajaran.

(17)

efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya

Kudus tahun ajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

“Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah dengan

berbantuan media video dalam meningkatkan kompetensi dasar memelihara

sistem rem kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran

2014/2015”.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Sebagai bahan kajian atau informasi mengenai pembelajaran

menggunakan model pembelajaran bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Manfaat praktis

a) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran

berbasis masalah berbantuan media video untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b) Bagi sekolah

Menambah pengetahuan kepada tenaga pengajar mata pelajaran

(18)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah referensi

(19)

5

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian

manusia sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi antara individu dan

lingkungan (Karwati dan Priansa, 2014: 188). Slameto (2010: 2) mendefinisikan

belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan

menurut Sadiman, dkk (2014: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang

terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi

hingga ke liang lahat nanti.

Beberapa pendapat di atas dapat saling melengkapi tentang definisi

belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang

kompleks, dimana disana pasti terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan

atau melalui pengalaman yang menghasilkan perubahan maupun perbaikan.

2. Teori-Teori Belajar

Adapun teori-teori belajar adalah sebagi berikut:

a. Teori Gestalt

Belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu

(20)

Menurut Brunner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang

tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga

siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah (Slameto, 2010: 11).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu (Karwati dan Priansa, 2014: 216).

Sedangkan Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Anni, 2011: 85). Dari

uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang

dicapai peserta didik dari usahanya sehingga terjadi perubahan yang signifikan.

4. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Tan (dalam Rusman, 2012: 232) pembelajaran berbasis masalah

merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk

melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk

menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Menurut

Barrow (dalam Huda, 2013: 271) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis-Masalah

(Pembelajaran Berbasis Masalah/PBM) sebagai “pembelajaran yang diperoleh

melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut

(21)

permasalahan (Wena, 2011: 91). Sedangkan menurut Hmelo-Silver, (2004),

Serafino dan Ciccheli, (2005) (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 307)

pembelajaran berbasis masalah seperangkat model mengajar yang menggunakan

masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

materi, dan pengaturan diri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat didefinisikan bahwa

pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model pembelajaran yang

berpusat pada siswa dan menggunakan masalah sehari-hari di sekitar siswa untuk

mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan memecahkan masalah,

menganalisis materi dan kemampuan berkomunikasi. Secara garis besar PBM

terdiri dari kegiatan menyajikan suatu situasi masalah yang nyata dan bermakna

kepada siswa serta memfasilitasi mereka untuk melakukan penyelidikan dan

inkuiri.

5. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Rusman (2012: 232-233) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur;

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

(22)

dari sebuah permasalahan;

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari

sebuah proses belajar; dan

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

belajar.

6. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah

Adapun beberapa teori belajar yang melandasi pendekatan pembelajaran

berbasis masalah, yakni sebagai berikut:

a. Teori Belajar Bermakna dari David Ausebel

Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa (Rusman, 2012: 244).

b. Teori Belajar Vigostky

Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman yang baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Vigostky menyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain (Rusman, 2012: 244).

c. Teori Belajar Jerome S. Brunner

Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Menurut

Brunner juga menggunakan konsep Scaffolding dan interaksi sosial di kelas

maupun di luar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu

siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas

(23)

memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasaan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan siswa.

e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

kemampuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa

setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, ukan hanya sekadar belajar dari guru atau buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara

terus-menerus belajar sekalipun pada pendidikan formal telah berakhir.

8. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Di samping keunggulan pembelajaran berbasis masalah juga

mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2007: 221) kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Manakala siswa tidak memliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

(24)

berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno,

2009: 65). Sedangkan menurut Sadiman, dkk, (2014: 7) media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian siswa

sedemikian rupa sedemikan proses belajar terjadi.

Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh

keterampilan yang menyangkut gerak (Anderson, 1994: 103). Video juga, sebagai

media audio-visual yang menampilkan gerak (Sadiman, dkk, 2014: 74). Selain

pengertian tersebut Daryanto (2013: 86-87) mengemukakan bahwa video

merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses

pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok.

Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas

karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.

Media Video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio

dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekunsial (Daryanto, 2013:

88). Jadi dapat disimpulkan bahwa media video adalah sarana yang dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan ataupun informasi dengan gambar

bergerak dan suara yang dapat langsung sampai kehadapan siswa secara langsung

(25)

Menurut Daryanto (2013: 90) keuntungan menggunakan media video antara lain:

a. Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan

kebutuhan.

b. Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas

karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.

c. Video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.

11. Kelemahan Media Video

Menurut Daryanto (2013: 90) kelemahan media video antara lain: a. Fine details artinya media tayangnya tidak dapat menampilkan obyek

sampai yang sekecil-kecilnya dengan sempurna.

b. Size information artinya tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya.

c. Third dimention artinya gambar yang diproyeksikan oleh video umumnya berbentuk dua dimensi

d. Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang diliahatnya.

e. Setting artinya kalau kita tampilkan adegan dua orang yang sedang bercakap-cakap diantara kerumnan orang, akan sulit bagi penonton untuk menebak dimana kejadian tersebut berlangsung, bisa saja ditafsirkan di pasar, di stasiun, atau tempat keramaian lain.

f. Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada didalamnya.

g. Budget artinya biaya untuk membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

12. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah bantuan media video

(26)

(Daryanto didik sudah berada di tempat kegiatan

(27)

mengatasi masalah pembelajaran yang tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya Guru mendorong siswa untuk

(28)

mendapatkan artefak yang tepat.

menyiapkan artefak-artefak

yang tepat, seperti laporan rekaman video dan model-model dan membantu mereka

untuk menyampaikan ke

orang lain

9. Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

Guru membantu

13. Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar

Model pembelajaran langsung adalah gaya mengajar dimana guru terlibat

aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didiknya secara langsung

kepada seluruh kelas (Suprijono, 2013: 47). Media gambar merupakan bahasa

yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana (Sadiman, dkk,

(29)

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Estabishing Set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar

Fase 2: Demonstrating

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap dengan bantuan media gambar

Fase 3: Guided Practice

Membimbing pelatihan

Merencakan dan memberi pelatihan awal

Fase 4: Feed Back

Mengececek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5: Extended Practice

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Mempersiapkan kesempaatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari- hari

Sumber: Suprijono, 2013: 50

14. Memelihara sistem rem a. Rem

Rem merupakan bagian mobil yang penting sekali, pemeliharaan rem yang

baik adalalah sangat penting karena menyangkut faktor keselamatan

penumpangnya (Daryanto, 2005a: 279). Fungsi rem adalah mengurangi kecepatan

kendaraan atau menghentikan kendaraan (Daryanto, 2005b: 1). Pengereman bisa

(30)

silinder-kerusakan termasuk sitem rem. Rem merupakan komponen penting bagi

keselamatan pengendara, sehingga perawatan rem sebaiknya dilakukan secara

rutin.

Sebab-sebab utama dari kerusakan rem menurut Arismunandar dan Hirao (1998: 88) adalah sebagai berikut:

1. Kekurangan minyak rem.

2. Terdapat kebocoran pada pipa-pipa atau sambungan-sambungannya.

3. Terdapat kebocoran minyak rem dari sebelah dalam dari roda.

4. Kebocoran-kebocoran dari silinder utama.

5. Terdapat gelembung-gelembung udara di dalam saluran-saluran minyak

rem.

6. Jarak bebas antara bidang rem dan selubung rem terlalu besar.

b. Pemeliharaan Rem Cakram

Cakram rem dipasangkan pada poros roda yang dapat berputar diantara

kanvas rem. Jika terjadi pengereman maka tekanan hidrolis dari silinder master

akan menekan piston, dan piston mendorong kanvas rem untuk menekan cakram

sehingga terjadi gesekan dan pengereman (Boentarto, 1995: 44). Adapun

pemeriksaan sistem rem cakram secara visual adalah sebagai berikut :

1) Periksa ketinggian cairan rem dalam master silinder dan memeriksa sistem

hidrolik rem.

(31)

Gambar 2.2. Keausan Mekanis (Sugeng, 2013: 148)

Yang pertama adalah indikator keausan mekanis atau bunyi yang terdengar

menggunakan strip logam yang melekat pada pad rem dan diposisikan untuk

membuat kontak dengan cakram rem ketika pad mencapai tingkat ketebalan yang

ditentukan.

Gambar 2.3. Keausan Pad Rem Dengan Listrik (Sugeng, 2013: 148)

Tipe kedua adalah indikator keausan pad rem dengan listrik / elektronik,

dengan menggunakan konektor listrik yang tertanam dalam materi pad rem.

Ketika bearing mencapai titik yang telah ditentukan, konektor listrik di pad akan

kontak dengan permukaan cakram, yang akan menghubungkan rangkaian antara

konektor pad denga ground dan menyalakan lampu peringatan rem pada panel

(32)

Tipe ke tiga adalah dengan alur pada pad.

Adapun pemeriksaan sistem rem cakram dengan pengukuran adalah

sebagai berikut:

1) Periksa ketebalan cakram.

Gambar 2.5. Ketebalan Piringan (Sugeng, 2013: 149)

Gambar 2.6. Keolengan Piringan (Sugeng, 2013: 149)

2) Periksa alur cakram.

3) Prosedur untuk mengukur run-out cakram.

Jika cakram tidak bisa dilepas dari hub, kencangkan kembali mur roda ke

hub untuk menahan cakram di tempat. Dalam beberapa kasus, mungkin perlu

untuk menginstal spacer sebelum mengencangkan roda. Ikuti prosedur yang

direkomendasikan produsen. Putar cakram sambil melihat jarum dial indikator.

seting dial indicator pada angka nol pada titik terbaca terendah. Terus putar

(33)

4) Melepas, memeriksa dan memasang kaliper rem cakram.

Lepas dan periksa caliper. Selalu gunakan alat angkat yang tepat untuk

menaikkan kendaraan. Lepaskan roda, Tandai roda untuk pemasangan ulang di

lokasi aslinya. Periksa roda dari retak dan memakaian pola yang tidak biasa.

Simpan roda ditempat yang aman. Identifikasi apakah kaliper untuk tetap atau.

Sebuah caliper mengambang mempunyai satu sisi piston. Kaliper tetap biasanya

mengandung empat piston dua di setiap sisi.

Gambar 2.7. Angkat Kaliper (Sugeng, 2013: 150)

Angkat kaliper dan keluarkan balok-balok rem. Bersihkan semua

komponen rem. Gunakan hanya pelarut pembersih rem untuk membersihkan

komponen rem. Jangan gunakan pelarut mesin atau bensin. Membongkar caliper

dengan meniupkan udara bertekanan pada lubang selang pleksibel untuk

mengeluarkan piston. Slipkan kain antara piston dan caliper untuk melindungi

Piston. P a d a caliper tetap, setelah salah satu piston keluar, maka lepaskan

(34)

Gambar 2.8. Torak bergerak keluar (Sugeng, 2013: 151)

Tekan pedal, torak harus bergerak keluar. Jika torak macet, kaliper rem

harus dioverhaul. Untuk mengembalikan posisi torak, pakai alat penekan khusus.

Periksa komponen caliper. Setelah membersihkan semua bagian internal dengan

pelarut rem yang disarankan, memeriksa piston dari karat, retak, dan

lubang-lubang. Jika ada salah satu hal tersebut ditemukan, ganti piston. Periksa busing,

batang dan tabung pengantar

Gambar 2.9. Pasang Kaliper (Sugeng, 2013: 152)

Pasang kaliper pada kerangka, keraskan baut pengikatnya. Kaliper harus

dapat bergerak ke kanan dan ke kiri dengan baik. Jika gerakannya beratatau

macet, maka busing, batang dan tabung pengantar harus diperbaiki

(35)

Gambar 2.11. Lumasi Semua Bagian Yang Bergerak (Sugeng, 2013: 152)

Selama pemasangan, lumasi semua bagian yang bergerak dengan minyak

rem bersih atau pelumas lain yang sesuai. Lumasi seal piston, Perlahan- lahan

menekan kedalam dengan jari. Kemudian pasang piston

Gambar 2.12. Pasang Piston (Sugeng, 2013: 153)

Lumasi piston dengan vet silicon. Masukkan kedalam silinder kaliper,

menekan perlahan – lahan dengan jari. Lalu pasang boot

Gambar 2.13. Pasang Boot (Sugeng, 2013: 153)

Lumasi tutup karet dengan vet silicon. Pasang perlahan-lahan dengan jari.

(36)

Gambar 2.14. Pasang Balok-Balok Rem (Sugeng, 2013: 153)

Pasang balok–balok rem pada dudukannya dalam kerangka. Lalu pasang busing

Gambar 2.15. Pasang Busing (Sugeng, 2013: 153)

Pasang busing, batang dan tabung pengantar pada busing dalam kaliper.

Kemudian pasang kaliper

Gambar 2.16. Pasang Kaliper (Sugeng, 2013: 154)

Pasang kaliper pada kerangka dengan cara memasukkan busing kaliper pada

(37)

Gambar 2.17. Pasang Kaliper Pada Kerangka (Sugeng, 2013: 154)

Pasang kaliper pada kerangka dengan cara memasukkan busing kaliper

pada batang pengantar tetap. Pasang selang rem. Bleeding semua sistem hidrolis

dan kaliper, periksa ketinggian minyak rem dalam master silinder. Jika

memasang caliper roda belakang, sambungkan kabel rem parkir dan setel rem

parkir menurut petunjuk produsen. Pasang kembali roda / ban dan kencangkan

mur roda dengan torsi sesuai dengan spesifikasi.

c. Pemeliharaan Rem Tromol

Rem tromol hidrolik menggunakan minyak rem sebagai perantara untuk

meneruskan tekanan dari pedal rem ke kanvas rem dalam tromol (Boentarto,

1995: 34). Periksa sistem rem tromol secara visual. Lepaskan tromol sebelum

melakukan pemeriksaan visual. Periksa level minyak rem dalam master silinder

dan memeriksa sistem hidrolik rem. Gunakan alat angkat yang tepat untuk

menaikkan kendaraan. Lepaskan roda. Bersihkan semua komponen rem tromol.

Lepas tromol rem. Dalam beberapa sistem, tromol dapat dilepass dari hub roda.

Dalam sistem lain, diperlukan untuk melepas bearing roda sebelum mengeluarkan

(38)

Gambar 18. Pemberian Grease (Sugeng, 2013: 156)

Jika tromol rem beralur oleh paku keling sepatu rem sebagai akibat dari

pemakaian kanvas sepatu ren yang buruk, alur membuat tromol rem sulit

dilepas. Jika ini terjadi, setel mundur mundur sepatu rem. putar roda bintang

dengan sendok rem, untuk menjauhkan sepatu rem terhadap rem tromol. Periksa

komponen rem tromol. Hati-hati memeriksa komponen rem tromol dan mencatat

setiap indikasi kebocoran cairan dan mengidentifikasi sumber kebocoran. Periksa

ketebalan kampas rem.

Gambar 2.19. Kampas Rem (Sugeng, 2013: 157)

Kepala keling harus setidaknya 1/64 inchi di bawah permukaan lapisan.

Lapisan yang terikat pada sepatu harus setidaknya setebal sepatu itu sendiri.

Periksa kampas rem dari retak, paku keling longgar, hilang atau kawasan yang

rusak, atau masalah lainnya. Ganti sepatu yang tidak jelas memenuhi standar

(39)

Gambar 2.20. Backing plate

(Sugeng, 2013: 157)

Periksa backing plate dari retak dan distorsi, ganti jika retak atau distorsi

yang ditemukan. Pastikan backing plate dipasang dengan aman. Jika lokasi

kontak dengan sepatu ini beralur maka ganti backing plate. Periksa pegas

pengembali sepatu rem dari retak dan distorsi. Pastikan pegas terhubung pada

kedua ujungnya.

Gambar 2.21. Roda Bintang (Sugeng, 2013: 157)

Pastikan roda bintang roda tidak hilang setiap gigi dan pastikan bahwa tuas

pengatur diposisikan dengan baik untuk penyetelannya. Periksa rem tromol

(Perhatikan apakah tromol oval atau berlekuk juga perhatikan juga apakah tromol

retak atau bintik-bintik).

(40)

Gambar 2.22. Ukur Diameter Tromol (Sugeng, 2013: 158)

Mengukur diameter tromol. Diameter maksimal sering tertera pada tromol.

Jika tromol tidak konsentris, dapat dibubut sampai batas diameter maksimal

tromol. Periksa tromol dari alur. Perkirakan kedalaman setiap alur, Tentukan

apakah dengan membubut alur tromol akan menyebabkan tromol melebihi

diameter maksimalnya. Spesifikasi diameter maksimal tromol tertulis pada

bagian luar atau bagian dalam tromol. Selama pemeriksaan rem, penyetel dapat

dilepas dan dibersihkan tanpa membongkar seluruh komponen rem. Prosedur

umum untuk pembongkaran, pembersihan, dan pemasangan kembali dan

menyetel.

2) Melepas sepatu rem.

Gambar 2.23. Lepas Pegas (Sugeng, 2013: 159)

Lepas pegas pengembali menggunakan alat khusus pelepas pegas

(41)

Gambar 2.24. Lepas Pegas Penahan Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)

Lepas ring penahan pegas, penahan sepatu rem dengan memutar ring dan

menahan pin dari belakang backing palte. Lepas unit pemegang sepatu rem. Lepas

sepatu rem.

Gambar 2.25. Lepas Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)

Lepas sepatu rem dengan menark kedua seaptu rem menjauh dari backing

plate. Bersihkan backing plate dengan air dan sabun cuci, segera keringkan.

Pastikan untuk menghilangkan semua kotoran dan karat. Lumasi dudukan sepatu

rem.

Gambar 2.26. Lumasi Dudukan Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)

Pemeriksa daerah yang menjadi persinggungan dengan sepatu rem dari

(42)

Prosedur perawatan silinder roda. Lepas baut pengikat silinder roda dari backing

plate. Dorong keluar semua komponen dalam roda silinder - piston, pegas, seal

Gambar 2.27. Komponen Silinder Roda (Sugeng, 2013: 160)

Hati-hati membersihkan silinder roda dan dua piston dengan pelarut yang

direkomendasikan untuk sistem rem. Periksa silinder dan kedua piston dari

karat, lubang-lubang. Setelah menghoning silinder roda, cuci silinder dengan

larutan pembersih rem. Pastikan bahwa semua bagian dilumasi dengan minyak

rem bersih atau pembersi lain yang disetujui rem perakitan pelumas. Pasang seal

baru dan pegas baru. Dorong kedua seal ke dalam silinder, sehingga menekan

pegas. seal harus menghadap ke pegas. Pasang kedua piston dengan sisi datar

menghadap ke arah seal. Kemudian mendorong piston ke silinder sampai rata

dengan silinder. Pasang boot dan harus bisa memegang piston. Pasang baut

bleeding. Pastikan bahwa baut bleeding bersih. Pasang silinder roda pada

backing plate. Pasang pipa atau selang hidrolis sesuai dengan prosedur manual

(43)

Gambar 2.28. Periksa Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 161)

Periksa sepatu rem baru dan tentukan apakah ada perbedaan antara sepatu

rem baru dan yang lama, kebanyakan tipe rem servo menggunakan sepatu rem

yang berbeda pada setiap roda, lapisan rem satu sepatu lebih panjang dari yang

lain. Pasang sepatu rem terletak di masing-masing sisi silinder roda dengan

menghubungkan ke ujung penyetel sepatu rem dengan pegas. Pasang pegas

pemegang sepatu rem. Setel sepatu rem.

Gambar 2.29. Pegas Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 161)

Gambar 2.30. Sesuaikan Sepatu Rem Dengan Pengukur Diameter Tromol (Sugeng, 2013: 162)

Sesuaikan sepatu rem dengan pengukur diameter tromol. Kencangkan

kenop untuk mengunci pengukur dalam posisi yang tepat. mSesuaikan sepatu

(44)

membantu penelitian untuk melakukan penelitian serupa.

Penelitian pertama Budiharyanto, (2015). Meningkatkan Hasil Belajar

Praktik Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) Pada Standar Kompetensi AC di Kelas XI Kompetensi Keahlian

Tehnik Ototronik SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen Tahun

Pelajaran 2013/2014 menyimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar praktek siswa kelas XI OTO 3

SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen. Hal itu dapat dilihat dari

peningkatan rata-rata nilai hasil belajar pada pra siklus sebesar 72.5, pada siklus 1

sebesar 77.3 dan pada siklus 2 sebesar 81.7. Selain itu juga dilihat dari

peningkatan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus sebanyak 13 siswa (32.5%),

pada siklus 1 sebanyak 25 siswa (62.5%) dan pada siklus 2 sebanyak 40 siswa

(100%).

Penelitian kedua Hidayat dan Suwito, (2014). Penerapan Model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Kompetensi Dasar Menguji Baterai

Kelistrikan Otomotif Kelas XII di SMK PGRI 1 Lamongan menyimpulkan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan aktivitas guru dalam menyiapkan RPP adalah 81,36

% (sangat baik) dan aktivitas guru dalam menerapkan RPP adalah 81,46 %

(sangat baik). Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran adalah 80, 62 %

(45)

C. Kerangka Pikir Penelitian

Permasalahan yang ada di sekolah pada umumnya adalah model

pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang masih berpusat

pada guru. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru begitu saja.

Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah karena proses

belajar yang membosankan. Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan

media video memberi kesempatan kepada siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara

bersama. Selain itu, pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video

dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran chasis dan pemindah

daya. Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi

kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran

dan sering mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam

memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan dalam kelompoknya. Ketika siswa

melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya, maka dengan sendirinya akan

mendorong potensi siswa untuk melakukan kegiatan yang mengasah kemampuan

tentang materi yang diberikan kepada siswa ke tingkat berpikir yang lebih

tinggi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar

siswa yang meningkat. Untuk mempermudah keterangan dari pemikiran pada

(46)

Gambar 2.31. Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka berfikir di atas maka disusun suatu hipotesis

yaitu “ Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video efektif

untuk meningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memelihara sistem

rem. ”

Teknik pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video: 1. Penayangan video

2. Belajar dalam tim (mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut)

3. Evaluasi

Hasil belajar siswa

(47)

33

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif.

1. Desain Eksperimen

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain eksperimen dengan pola

pre test – post test group design, yaitu adanya pre test dan post test pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan dengan jalan

menggunakan satu kelas yang mengikuti mata pelajaran pemeliharaan sasis dan

pemindah tenaga kendaraan ringandengan pemberian pembelajaran menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model

pembelajaran langsung berbantuan media gambar. Pemberian perlakuan

menggunakan dilakukan setelah pre test dan sebelum post test.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Group Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen E1 X1 E2

Kontrol K1 X2 K2

Keterangan:

E1 : Simbol tes awal untuk kelompok eksperimen yang berupa tes

tertulis

K1 : Simbol tes awal untuk kelompok kontrol yang berupa tes tertulis

X1 : Perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran

(48)

tertulis

K2 : Simbol tes akhir kelompok kontrol yang berupa tes tertulis

Berdasarkan desain penelitian di atas tersusunlah alur rancangan dalam

penelitian ini. Alur rancangan penelitian dapat ditunjukkan dalam gambar sebagi

berikut :

Gambar 3.1. Alur Rancangan Penelitian

Kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Rem)

Eksperimen Kontrol

Pretest Pretest

Perlakuan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar

Perlakuan Menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Berbantuan Media Video

Posttest Posttest

Analisa

(49)

RPP yang dibuat berdasarkan silabus yang ada di sekolah tersebut.

Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu

2 x 45 menit per pertemuan.

b. Pembuatan soal

Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun.

c. Uji coba instrumen

Uji coba dilakukan untuk mengetahui taraf kesukaran, daya pembeda soal,

validitas dan reliabilitas soal. Soal akan diujicobakan pada kelas XI TKR 2 SMK

Wisudha Karya Kudus.

d. Tes sebelum perlakuan (pre test)

Pre test diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan. Pre test

dikenakan pada siswa sebagai subjek penelitian, yaitu pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

e. Pemberian perlakuan

Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah memberikan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan

media video pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga

kendaraan ringan. Perlakuan diberikan kepada siswa kelas XI TKR 1 sebagai

kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran tanpa model pembelajaran

berbasis masalah berbantuan media video siswa kelas XI TKR 3 pada kelas

(50)

siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalahberbantuan media video.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR di

SMK Wisudha Karya dengan jumlah 115 siswa pada tahun pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan

cara-cara tertentu (Sudjana, 2005:161). Sampel dalam peneletian ini adalah bagian

dari siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus. Sampel yang digunakan

adalah peserta didik kelas XI TKR 1 dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalahberbantuan

media video, sebagai kelas kontrol adalah kelas XI TKR 3 dengan jumlah 37

siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media

gambar. Teknik sampling yang dilakukan adalah sampel random, yaitu sampel

yang diambil dengan cara mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga

(51)

penelitian (Arikunto, 2013:161). Variabel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi suatu kejadian.

Variabel bebas yang dimaksud adalah penggunaan model pembelajaran berbasis

masalah berbantuan media video pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan

pemindah tenaga kendaraan ringan di kelompok eksperimen dan model

pembelajaran langsungberbantuan media gambardi kelompok kontrol.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel sebagai akibat dari variabel bebas.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran

pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan pada peserta didik

kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data

Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitaian ini adalah :

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis.

(Arikunto, 2013:201). Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa informasi

mengenai daftar nama peserta didik yang akan menjadi sampel dan mendapatkan

(52)

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

dietntukan (Arikunto, 2012:67). Alat tes yang digunakan diuji validitas dan

reliabilitasnya. Alat tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelas

kontrol sama. Hasil tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif yang akan

diolah untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah

(Arikunto, 2013: 203). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes

objektif berupa soal pilihan ganda dengan empat jawaban.

Dalam menyusun perangkat instrumen yang digunakan pada penelitian ini

ada beberapa langkah yang ditempuh, yaitu:

1. Materi yang diteskan dibatasi pada pembelajaran yang meliputi :

memelihara sistem rem.

2. Menyusun soal sebanyak 35 butir soal pilihan ganda dengan empat

pilihan jawaban. Penyusunan soal dengan mempertimbangkan indikator

(53)

2. Pemeliharaan sistem rem

3. Perbaikan sistem rem dan

komponennya

19,20,21,22,

23,24,25

19,20,21, 22,23,25

4. Overhaul sistem rem 26,27,28,29.30,

31,32,33,34,35

26,27,28,29.30, 31,32,33,34,

JUMLAH 35 30

Keterangan : angka yang dicetak tebal pada kolom sebelum uji coba merupakan

soal yang tidak valid.

E. Validitas dan Reabilitas

a. Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesalihan sesuat instrumen (Arikunto, 2013:211). Rumus untuk menghitung

validasi menggunakan korelasi point biserial. Rumus antara dua variabel, dalam

penelitian ini digunakan untuk mencari korelasi antara item dengan seluruh tes

atau validasi item. Adapun rumus korelasi point biserial yaitu :

(Arikunto,2012: 93)

Keterangan:

rpbis = Koefisien korelasi point biserial

(54)

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = 1-p

Setelah didapat nilai rpbis kemudian dengan nilai rtabel korelasi

product-moment. Apabila rpbis > rtabel korelasi product-moment maka soal dikatakan valid,

tetapi jika Apabila rpbis < rtabel korelasi product-moment maka soal dikatakan tidak

valid. Harga kritik dari r product-moment N= 38 0,320.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi point biserial, maka

diperoleh hasil dari 35 soal, yang tidak valid adalah nomor 2, 13, 16, 24, dan 35.

b. Reabilitas

Reliabilitas menunjuk pada sesuatu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat

tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu

(Arikunto, 2013: 221).

(Arikunto, 2012: 115)

Keterangan:

r11 = reabilitas tes secara keseluruhan

(55)

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Jika r11 hitung > rtabel product-moment maka perangkat soal tersebut realibel dan jika

sebaliknya yaitu r11 tabel < rtabel product-moment tidak reliabel.

Berdasarkan hasil uji reabilitas terhadap instrumen menggunakan rumus

tersebut diperoleh koefisien sebesar 0,871. Pada taraf kesalahan 5% dengan n=38

diperoleh harga rtabel sebesar 0,320. Karena koefisien reabilitas tersebut lebih

besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel dan

dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

c. Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan

menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus :

(Arikunto,2012:223)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti indeks kesukaran sering diklasifikasikan

(56)

Setelah dilakukan analisis tingkat kesukaran pada soal uji coba dalam penelitian

ini diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Yang termasuk kriteria mudah yaitu nomor 1, 7, 9, 10, 15, 17, 19, 22, 25,

27, 32, dan 35.

2. Yang termasuk kriteria sedang yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 13, 14, 16,

20, 21, 24, 26, 28, 30, 31, dan 33.

3. Yang termasuk kriteria sukar yaitu nomor 11, 18, 23, 29, dan 34.

d. Daya Pembeda

Daya Pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah) (`Arikunto,2012: 226).

Rumus untuk menemukan indeks diskriminasi adalah

(Arikunto, 2012: 228)

Keterangan :

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelmpok bawah

(57)

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat P

sebagai indeks kesukaran)

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Daya beda kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)

D : 0,21 - 0,40 : cukup (satisfactory)

D : 0,41 - 0,70 : baik (good)

D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2012: 232)

Untuk daya pembeda, soal yang tergolong baik sekali tidak ada. Soal yang

tergolong baik ada 4 yaitu nomor 4, 5, 6, 17. Soal yang tergolong cukup ada 27

soal yaitu 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27,

28.29, 30, 31, 32, 33, dan 34. Soal yang tergolong jelek ada 4 nomor yaitu nomor

13, 16, 24, dan 35.

F. Teknis Analisis Data

1. Analisis Data Awal a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data

yang akan dianalisis sehingga dapat diketahui hasilnya dengan menggunakan

rumas uji Chi Kuadrat (

2

(58)

Keterangan:

2

= Chi kuadrat

Oi = Frekuensi yang diperoleh dari sampel

Ei = Frekuensi yang diharapkan dari sampel

k =Banyaknya kelas interval

Dengan kriteria pengujian H0 diterima jika < , =0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut

mempunyai varians yang sama. Jika sama maka dikatakan homogen. Untuk

menguji kesamaan varians tersebut digunakan rumus berikut :

(Sudjana 2005: 250)

Peluang untuk distribusi adalah ½ α (α adalah taraf signifikasi, dalam hal ini 5%)

dan derajat kebebasan untuk pembilang −1 dan derajat kebebasan untuk

penyebut −1, kriteria :

a. Jika Fhitung > F 0,5 α −1 ( −1), maka varians kedua kelas sampel tersebut

berbeda

b. Jika Fhitung < F 0,5 α −1 ( −1), maka varians kedua kelas sampel tersebut

(59)

kontrol digunakan uji t.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : μ2= μ1

H1 : μ2≠ μ1

Keterangan :

μ1 = Rata- rata data kelas eksperimen

μ2 = Rata- rata data kelas kontrol

Berdasarkan varians yang sama, rumus t - test yang digunakan :

̅̅̅ ̅̅̅ √

(Sudjana, 2005: 239)

(Sudjana, 2005: 239)

Keterangan:

̅̅̅: rata-rata nilai kelas eksperimen

̅̅̅: rata-rata nilai kelas kontrol

: varians nilai kelas eksperimen

: varians nilai kelas kontrol

(60)

harga t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak.

2. Analisis Data Akhir (Post Test) a. Uji Normalitas

Rumus untuk menghitung uji normalitas pada tahap akhir sama dengan

rumus uji normalitas pada tahap awal.

b. Uji Homogenitas

Rumus untuk menghitung uji homogenitas pada tahap akhir sama dengan

rumus uji homogenitas pada tahap awal.

c. Uji Kesamaan Rata-Rata

Rumus untuk menghitung uji kesamaan rata-rata pada tahap akhir sama

dengan rumus uji kesamaan rata-rata pada tahap awal.

d. Uji Gain

Setelah diketahui hasil pre test dan post test antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen, maka tahap selanjutnya adalah mencari/ menghitung

peningkatan hasil sebelum dan sesudah penelitian pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Rumus yang digunakan adalah:

(61)

0,30 < g < 0,70 sedang

0,70 < g < 1,00 tinggi

(62)

48

Hasil penelitian ini berupa data penilaian siswa setelah menggunakan

instrumen tes tertulis kompetensi memelihara sistem rem. Instrumen tertulis ini

disusun sesuai materi pembelajaran dan indikator pada silabus dan diuji terlebih

dahulu untuk mengetahui validitas dan realibilitas setiap indikator poin penilaian.

Berdasarkan hasil uji validitas dan realibilitas yang telah dibahas sebelumnya,

maka dapat disimpulkan instrumen tersebut valid dan reliabel serta dapat

digunakan dalam penelitian.

Sampel dalam peneletian ini adalah bagian dari siswa kelas XI TKR di

SMK Wisudha Karya Kudus. Sampel yang digunakan adalah peserta didik kelas

XI TKR 1 dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen yang menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video, sebagai kelas

kontroladalah kelas XI TKR 3 dengan jumlah 37 siswa yang menggunakan model

pembelajaran langsung berbantuan media gambar

Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan video akan digunakan

untuk model pembelajaran pada kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelompok

kontrol mengggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar

akan dilaksanakan sebagai perlakuan yang sebelumnya dilakukan pre-test

terhadap kedua kelompok. Berikut adalah gambar grafik hasil nilai pre test pada

(63)

Gambar 4.1. Grafik Hasil Pre Test Kelas Kontrol

Gambar 4.2. Grafik Hasil Pre Test Kelas Eksperimen

Setelah diperoleh hasil pre-test kemudian dilanjutkan dengan perlakuan

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan video

untuk kelompok eksperimen dan menggunakan model pembelajaran langsung

berbantuan media video. Setelah model pembelajaran berbasis masalah

berbantuan video diterapkan pada kelompok eksperimen dan model

pembelajaran langsung berbantuan media video sebelumnya diterapkan pada

kelompok kontrol didapatkan hasil belajar melalui post-test. berupa nilai post test

0 2 4 6 8

50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00

Fre

60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00

Fre

k

uens

i

(64)

Gambar 4.3. Grafik Hasil Post Test Kelas Kontrol

Gambar 4.4. Grafik Hasil Post Test Kelas Eksperimen

Dari Hasil pre test dan post test terlihat adanya peningkatan pada kelas

kontrol dan eksperimen. Untuk lebih jelasnya hasil peningkatan nilai tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut : 0

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Fre

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Fre

k

uens

i

(65)

Dari tabel di atas nilai rata-rata pre test pada kelas eksperimen 56,08 dan

pada kelas kontrol 56,13. Sedangkan nilai post test pada kelas eksperimen 83,58

dan pada kelas kontrol 66,31. Dari data tersebut nilai pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol nilai rata-rata kelas meningkat, tetapi peningkatannya berbeda.

B. Analisis Data 1. Analisis Data Awal a. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data Awal

No Kelas 2

hitung 2tabel Kriteria

1. Eksperimen 6,8633

7,81 Normal

2. Kontrol 3,2321 Normal

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji normalitas data

kelompok eksperimen diperoleh nilai 2hitung = 6,8633. Dengan taraf nyata = 5% dan dk

= 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan demikian 2hitung < 2tabel (6,8633<7,81), ini berarti

nilai hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh nilai

2

hitung = 3,2321. Dengan taraf nyata = 5% dan dk = 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan

demikian 2hitung < 2tabel (6,8633<7,81), ini berarti nilai hasil belajar kelompok eksperimen

(66)

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan untuk kelompok

eksperimen varians = 51,79 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians =

87,97. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,6987. Dari tabel distribusi F

dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang =36 serta dk penyebut = 39, diperoleh F

tabel = 1,72. Dengan demikian Fhitung < Ftabel,maka H0 diterima yang berarti kedua

kelompok tidak berbeda secara signifikan atau homogen.

c. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata

Tabel 4.4. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal

No Kelas thitung ttabel Kriteria

1. Eksperimen

-0,226 1,67 Tidak Berbeda

Signifikan

2. Kontrol

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji kesamaan

rata-rata dengan uji pihak diperoleh thitung = -0,226, sedangkan ttabel = 1,67, karena

thitung berada pada daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

kesamaan hasil pre test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Analisis Data Akhir a. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.5. Uji Normalitas Data Akhir

No Kelas 2

hitung 2tabel Kriteria

1. Eksperimen 4,1043

7,81 Normal

(67)

hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh nilai

2

hitung = 6,5628. Dengan taraf nyata = 5% dan dk = 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan

demikian 2hitung < 2tabel (6,5628<7,81), ini berarti nilai hasil belajar kelompok eksperimen

berdistribusi normal.

b. Hasil Uji Homogenitas

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Akhir

No Kelas Fhitung F tabel Kriteria

1. Eksperimen

1,4134 1,72 Normal

2. Kontrol Normal

Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan untuk kelompok

eksperimen varians = 34,41 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians =

48,63. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,4134. Dari tabel distribusi F

dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang =36 serta dk penyebut = 39, diperoleh F

tabel = 1,72. Dengan demikian Fhitung < Ftabel,maka H0 diterima yang berarti kedua

kelompok tidak berbeda secara signifikan atau homogen.

c. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata

Tabel 4.7. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Akhir

No Kelas thitung ttabel Kriteria

1. Eksperimen

11,796 1,67 Berbeda

Signifikan

(68)

post test kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.

d. Uji Gain

Setelah diketahui hasil pre test antara kelas kontrol dan eksperimen, maka

tahap selanjutnya adalah meghitung presentase hasil belajar peningkatan sebelum

dan sesudah penelitian pada kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 4.8. Hasil Uji Gain

Gain Kriteria Eksprimen `Kontrol

n % n %

-1,00 < g < 0,00 terjadi penurunan 0 0 2 5,4

g = 0,00 tidak terjadi peningkatan 0 0 3 8,1

0,00 < g < 0,30 Rendah 1 2,5 19 51,4

0,30 < g < 0,70 Sedang 25 62,5 13 35,1

0,70 < g < 1,00 Tinggi 14 35 0 0

Jumlah 40 100 37 100

Hasil perhitungan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen

diperoleh angka sebesar 2,5% untuk krieteria rendah, 62,5% untuk kriteria sedang

dan 35% untuk kriteria tinggi. Sedangkan hasil peningkatan hasil belajar pada

kelas kontrol diperoleh angka sebesar 3,4% untuk kriteria terjadi penurunan,

8,1% untuk kriteria tidak terjadi peningkatan, 51,4% untuk kriteria rendah dan

35,1% untuk kriteria sedang. Angka tersebut merupakan peningkatan presentase

peningkatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah

(69)

Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar pada tiap

kelas, maka dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen

dan kontrol. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata peningkatan hasil belajar

sebesar 0,62 dengan kriteria peningkatan sedang, sedangkan pada kelas kontrol

rata-rata hasil peningkatan hasil belajar sebesar 0,20 dengan kriteria peningkatan

rendah.

C. Pembahasan

Permasalahan yang ada di sekolah pada umumnya adalah model

pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang masih berpusat

pada guru. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru begitu saja. Hal

ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah karena proses belajar

yang membosankan. Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media

video memberi kesempatan kepada siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama.

Selain itu, pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video dapat

membantu siswa dalam memahami mata pelajaran chasis dan pemindah daya.

Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi kesempatan

kepada siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering

mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam

Gambar

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video
Gambar 2.1. Ketinggian fluida (Sugeng, 2013: 146 )
Gambar 2.12. Pasang Piston
Gambar 2.14. Pasang Balok-Balok Rem
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam Putusan MK Nomor 46/PUU-XII/2014, MK mengabulkan seluruh permohonan pemohon untuk seluruhnya dan menyatakan bahwa Penjelasan Pasal 124 UU tentang PDRD yang

Karya Ilmiah sangat berguna untuk Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengaturan asuransi takaful di Indonesia berpedoman pada ketentuan Hukum Islam berlandaskan prinsip saling bekerjasama, saling

Klarifikasi dihadiri oleh Direktur/Kuasa Direktur dengan membawa seluruh dokumen asli penawaran dan dokumen asli sesuai formulir isian kualifikasi.. Membawa 1

The research results showed that (1) the evaluation implementation procedure was systematic; (2) all the research instruments possessed a good measure of validity and reliability;

Sambungan baut dilakukan dengan cara suatu pasak melintang (baut) dipasang pada suatu lubang, yang dengan menembus masuk pada bagian konstruksi yang

Hasil rata-rata tingkat nyeri menstruasi sebelum senam dysmenorhea sebesar 4,17 atau 50,0 % hal ini menunjukkan tingkat nyeri menstruasi yang dirasakan pada