SKRIPSI
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
oleh
Akid Tyadhuha Edrus 5201411095
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
iv
Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video, Hasil Belajar.
Pemilihan model pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran dan memberikan implikasi pada keberlanjutan penerimaan materi dan kemampuan siswa. Salah satu model yang sesuai untuk mengajarkan materi memelihara sistem rem adalah model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video. Penggunaan model ini mengharapkan siswa dapat memecahkan masalah dan mengembangkan pendapat untuk menyelesaikan masalah. Jadi siswa diharapkan tidak hanya sekedar menghafal materi tetapi juga mampu berpikir untuk memecahkan suatu permasalahan dan mampu menyelesaikan masalah.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran berbasis
masalah dengan berbantuan media video efektif meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran 2014/2015?”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan media video dalam meningkatkan kompetensi dasar memelihara sistem rem kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran 2014/2015. Metode penelitian ini menggunakan desain
eksperimen dengan pola pre test – post test group design, yaitu adanya pre test
dan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan dengan jalan menggunakan satu kelas yang mengikuti mata pelajaran
pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan dengan pemberian
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
media videopada kelas eksperimendan kelas kontrol menggunakan pembelajaran
dengan model pembelajaran langsung media gambar. Pemberian perlakuan
menggunakan dilakukan setelah pre test dan sebelum post test. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada hasil thitung = 11,796 > ttabel
v
Hidup itu yakin, yakin semua yang diinginkan akan terjadi atas ijin-Nya.
Jangan melupakan suatu yang terpenting dalam kehidupan yaitu bersyukur.
“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus” (Q.S. Al-fatihah:7)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Edrus
dan Ibu Retno Sulistiyo Ningsih yang
senantiasa memberikan doa ikhlas dan
menjadi tujuan yang memotivasi di setiap
pilihan.
Untuk Afrilia Purwaningrum.
Untuk teman-teman Pendidikan Teknik
Mesin Angkatan 2011.
Untuk sahabat-sahabatku yang selalu
mengiringi setiap langkahku dengan
vi
Video Pada Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Rem” dapat terselesaikan.
Skripsi ini diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
menyempurnakan.
Disadari selama penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak
kendala, namun berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai
pihak, akhirnya segala kendala tersebut dapat diatasi.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd., Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
3. Dr. M. Khumaedi, M.Pd., Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri
vii
5. Drs. Sudirman., selaku kepala SMK Wisudha Karya Kudus dan Amin
Darsa, S.Pd., selaku guru pamong yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini.
6. Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran
kepada penulis dan menyusun skripsi ini.
7. Seluruh dosen Jurusan Teknik Mesin, atas ilmu yang telah diberikan
selama menempuh studi.
8. Peserta didik kelas XI SMK Wisudha Karya Kudus atas kesediiaannya
menjadi objek penelitian ini.
9. Dan semua pihak tidak terkecuali yang telah membantu penyusunan
proposal skripsi.
Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta imbalan yang setimpal
atas jasa dan amal baik beliau-beliau tersebut di atas.
Semarang, 24 Agustus 2015
viii
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 2
C. Pembatasan Masalah ... 2
D. Rumusan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 3
F. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 5
1. Pengertian Belajar ... 5
ix
6. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 8
7. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9
8. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9
9. Pengertian Media Video ... 10
10.Keuntungan Media Video ... 11
11.Kelemahan Media Video ... 11
12.Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video ... 11
13. Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar ... 14
14.Memelihara Sistem Rem ... 15
a.Rem ... 15
b.Pemeliharaan Rem Cakram ... 16
c.Pemeliharaan Rem Tromol ... 23
B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30
C. Kerangka Pikir Penelitian ... 31
D. Hipotesis ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel ... 36
x
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 48
B. Analisis Data ... 51
C. Pembahasan ... 55
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
xi
... 12
2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar . ... 15
3.1. Desain penelitian ... 33
3.2. Indikator dan Kisi-Kisi Soal... 39
4.1. Nilai Rata-Rata Kelas ... 51
4.2. Hasil Uji Normalitas Data Awal ... 51
4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Awal ... 52
4.4. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal ... 52
4.5. Hasil Uji Normalitas Data Akhir... 52
4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Akhir ... 53
4.7. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Akhir ... 53
4.8. Hasil Uji Gain ... 54
4.9. Hasil Uji Gain pada Rata-Rata Kelas ... 55
xii
2.2. Keausan Mekanis ... 17
2.3. Keausan Pad Rem Dengan Listrik ... 17
2.4. Alur Pada Pad ... 18
2.5. Ketebalan Piringan ... 18
2.6. Keolengan Piringan ... 18
2.7. Angkat Kaliper ... 19
2.8. Torak Bergerak Keluar ... 20
2.9. Pasang Kaliper ... 20
2.10. Komponen Rem Cakram ... 20
2.11. Lumasi Semua Bagian Yang Bergerak ... 21
2.12. Pasang Piston ... 21
2.13. Pasang Boot ... 21
2.14. Pasang Balok-Balok Rem ... 22
2.15. Pasang Busing ... 22
2.16. Pasang Kaliper ... 22
2.17. Pasang Kaliper Pada Kerangka ... 23
2.18. Pemberian Grease ... 24
2.19. Kampas Rem ... 24
2.20. Backing plate ... 25
xiii
2.25. Lepas Sepatu Rem ... 27
2.26. Lumasi Dudukan Sepatu Rem ... 27
2.27. Komponen Silinder Roda ... 28
2.28. Periksa Sepatu Rem ... 29
2.29. Pegas Sepatu Rem ... 29
2.30. Sesuaikan Sepatu Rem Dengan Pengukur Diameter Tromol ... 29
2.31. Kerangka Pikir Penelitian ... 32
3.1. Alur Rancangan Penelitian ... 34
4.1. Grafik Hasil Pre Test Kelas Kontrol ... 49
4.2. Grafik Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ... 49
4.3. Grafik Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 50
xiv
2. Data Nama Siswa Kelas Kontrol ... 66
3. Data Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 67
4. Soal Uji Coba Instrumen ... 69
5. Kunci Jawaban Uji Instrumen ... 75
6. Tabulasi Uji Instrumen ... 76
7. Perhitungan Analisis Butir Soal ... 79
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 85
9. Soal Pre Test-Post Test ... 101
10.Kunci Jawaban Pre Test-Post Test ... 106
11.Tabulasi Pre Test ... 107
12.Tabulasi Post Test ... 111
13.Analisis Data Awal ... 115
14.Analisis Data Akhir ... 120
15.Penetapan Dosen Pembimbing ... 128
16.Surat Tugas ... 129
17.Surat Ijin Penelitian ... 130
18.Surat Keterangan Penelitian ... 131
19.Video ... 132
1
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lanjutan pendidikan
menengah pertama yang mempunyai tujuan utama menyiapkan tenaga kerja yang
terampil, profesional, dan berdisiplin tinggi sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Untuk mewujudkan hal tersebut pendidik harus mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar yang melibatkan
komunikasi dua arah antara peserta didik dengan guru tentang materi yang
diajarkan (Santoso, 2013: 54).
Salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan
SMK adalah mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan
ringan. Guru mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan
ringan di SMK Wisudha Karya Kudus dalam proses pembelajaran masih
menggunakan model pembelajaran langsung, sehingga model pembelajaran yang
digunakan kurang efektif. Penggunaan model yang kurang efektif seperti model
pembelajaran langsung membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran di dalam kelas. Dengan menggunakan model pembelajaran
langsung nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan
pemindah tenaga kendaraan ringan masih rendah. Berikut nilai ulangan dari kelas
XI TKR dengan jumlah 37 siswa, yang telah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal sebanyak 22 siswa, sedangkan 15 siswa belum mencapai ketuntasan
dapat lebih bervariasi yaitu model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
media video, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam
kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Gaya mengajar guru yang kurang bervariasi.
3. Rendahnya penggunaan media belajar.
4. Tindakan pendidik dalam penerapan model yang digunakan dalam proses
pembelajaran kurang efektif.
5. Hasil belajar siswa yang masih rendah pada ranah kognitif.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi :
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model
pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video. Media video yang
digunakan adalah media video yang dapat di unduh di situs youtube.
2. Materi kegiatan pembelajaran yang diteliti terbatas pada satu pokok bahasan,
yaitu memelihara sistem rem, karena sebelumnya telah di sepakati dengan guru
pengampu mata pelajaran.
efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya
Kudus tahun ajaran 2014/2015?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
“Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah dengan
berbantuan media video dalam meningkatkan kompetensi dasar memelihara
sistem rem kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus tahun ajaran
2014/2015”.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan kajian atau informasi mengenai pembelajaran
menggunakan model pembelajaran bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2. Manfaat praktis
a) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
dalam bidang penelitian dan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
berbasis masalah berbantuan media video untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Bagi sekolah
Menambah pengetahuan kepada tenaga pengajar mata pelajaran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan menambah referensi
5
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian
manusia sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi antara individu dan
lingkungan (Karwati dan Priansa, 2014: 188). Slameto (2010: 2) mendefinisikan
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Sadiman, dkk (2014: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi
hingga ke liang lahat nanti.
Beberapa pendapat di atas dapat saling melengkapi tentang definisi
belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang
kompleks, dimana disana pasti terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan
atau melalui pengalaman yang menghasilkan perubahan maupun perbaikan.
2. Teori-Teori Belajar
Adapun teori-teori belajar adalah sebagi berikut:
a. Teori Gestalt
Belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu
Menurut Brunner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang
tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga
siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah (Slameto, 2010: 11).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu (Karwati dan Priansa, 2014: 216).
Sedangkan Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Anni, 2011: 85). Dari
uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang
dicapai peserta didik dari usahanya sehingga terjadi perubahan yang signifikan.
4. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Tan (dalam Rusman, 2012: 232) pembelajaran berbasis masalah
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Menurut
Barrow (dalam Huda, 2013: 271) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis-Masalah
(Pembelajaran Berbasis Masalah/PBM) sebagai “pembelajaran yang diperoleh
melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut
permasalahan (Wena, 2011: 91). Sedangkan menurut Hmelo-Silver, (2004),
Serafino dan Ciccheli, (2005) (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: 307)
pembelajaran berbasis masalah seperangkat model mengajar yang menggunakan
masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
materi, dan pengaturan diri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat didefinisikan bahwa
pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan menggunakan masalah sehari-hari di sekitar siswa untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan memecahkan masalah,
menganalisis materi dan kemampuan berkomunikasi. Secara garis besar PBM
terdiri dari kegiatan menyajikan suatu situasi masalah yang nyata dan bermakna
kepada siswa serta memfasilitasi mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri.
5. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Rusman (2012: 232-233) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia
nyata yang tidak terstruktur;
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
dari sebuah permasalahan;
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar; dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
6. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah
Adapun beberapa teori belajar yang melandasi pendekatan pembelajaran
berbasis masalah, yakni sebagai berikut:
a. Teori Belajar Bermakna dari David Ausebel
Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa (Rusman, 2012: 244).
b. Teori Belajar Vigostky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman yang baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Vigostky menyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain (Rusman, 2012: 244).
c. Teori Belajar Jerome S. Brunner
Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Menurut
Brunner juga menggunakan konsep Scaffolding dan interaksi sosial di kelas
maupun di luar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu
siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas
memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasaan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan siswa.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, ukan hanya sekadar belajar dari guru atau buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus-menerus belajar sekalipun pada pendidikan formal telah berakhir.
8. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
Di samping keunggulan pembelajaran berbasis masalah juga
mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2007: 221) kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Manakala siswa tidak memliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno,
2009: 65). Sedangkan menurut Sadiman, dkk, (2014: 7) media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian siswa
sedemikian rupa sedemikan proses belajar terjadi.
Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh
keterampilan yang menyangkut gerak (Anderson, 1994: 103). Video juga, sebagai
media audio-visual yang menampilkan gerak (Sadiman, dkk, 2014: 74). Selain
pengertian tersebut Daryanto (2013: 86-87) mengemukakan bahwa video
merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses
pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok.
Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas
karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.
Media Video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio
dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekunsial (Daryanto, 2013:
88). Jadi dapat disimpulkan bahwa media video adalah sarana yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan ataupun informasi dengan gambar
bergerak dan suara yang dapat langsung sampai kehadapan siswa secara langsung
Menurut Daryanto (2013: 90) keuntungan menggunakan media video antara lain:
a. Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
b. Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas
karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.
c. Video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.
11. Kelemahan Media Video
Menurut Daryanto (2013: 90) kelemahan media video antara lain: a. Fine details artinya media tayangnya tidak dapat menampilkan obyek
sampai yang sekecil-kecilnya dengan sempurna.
b. Size information artinya tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya.
c. Third dimention artinya gambar yang diproyeksikan oleh video umumnya berbentuk dua dimensi
d. Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang diliahatnya.
e. Setting artinya kalau kita tampilkan adegan dua orang yang sedang bercakap-cakap diantara kerumnan orang, akan sulit bagi penonton untuk menebak dimana kejadian tersebut berlangsung, bisa saja ditafsirkan di pasar, di stasiun, atau tempat keramaian lain.
f. Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada didalamnya.
g. Budget artinya biaya untuk membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
12. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Video
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah bantuan media video
(Daryanto didik sudah berada di tempat kegiatan
mengatasi masalah pembelajaran yang tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya Guru mendorong siswa untuk
mendapatkan artefak yang tepat.
menyiapkan artefak-artefak
yang tepat, seperti laporan rekaman video dan model-model dan membantu mereka
untuk menyampaikan ke
orang lain
9. Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
Guru membantu
13. Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar
Model pembelajaran langsung adalah gaya mengajar dimana guru terlibat
aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didiknya secara langsung
kepada seluruh kelas (Suprijono, 2013: 47). Media gambar merupakan bahasa
yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana (Sadiman, dkk,
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Estabishing Set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
Fase 2: Demonstrating
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap dengan bantuan media gambar
Fase 3: Guided Practice
Membimbing pelatihan
Merencakan dan memberi pelatihan awal
Fase 4: Feed Back
Mengececek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
Fase 5: Extended Practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Mempersiapkan kesempaatan
melakukan pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari- hari
Sumber: Suprijono, 2013: 50
14. Memelihara sistem rem a. Rem
Rem merupakan bagian mobil yang penting sekali, pemeliharaan rem yang
baik adalalah sangat penting karena menyangkut faktor keselamatan
penumpangnya (Daryanto, 2005a: 279). Fungsi rem adalah mengurangi kecepatan
kendaraan atau menghentikan kendaraan (Daryanto, 2005b: 1). Pengereman bisa
silinder-kerusakan termasuk sitem rem. Rem merupakan komponen penting bagi
keselamatan pengendara, sehingga perawatan rem sebaiknya dilakukan secara
rutin.
Sebab-sebab utama dari kerusakan rem menurut Arismunandar dan Hirao (1998: 88) adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan minyak rem.
2. Terdapat kebocoran pada pipa-pipa atau sambungan-sambungannya.
3. Terdapat kebocoran minyak rem dari sebelah dalam dari roda.
4. Kebocoran-kebocoran dari silinder utama.
5. Terdapat gelembung-gelembung udara di dalam saluran-saluran minyak
rem.
6. Jarak bebas antara bidang rem dan selubung rem terlalu besar.
b. Pemeliharaan Rem Cakram
Cakram rem dipasangkan pada poros roda yang dapat berputar diantara
kanvas rem. Jika terjadi pengereman maka tekanan hidrolis dari silinder master
akan menekan piston, dan piston mendorong kanvas rem untuk menekan cakram
sehingga terjadi gesekan dan pengereman (Boentarto, 1995: 44). Adapun
pemeriksaan sistem rem cakram secara visual adalah sebagai berikut :
1) Periksa ketinggian cairan rem dalam master silinder dan memeriksa sistem
hidrolik rem.
Gambar 2.2. Keausan Mekanis (Sugeng, 2013: 148)
Yang pertama adalah indikator keausan mekanis atau bunyi yang terdengar
menggunakan strip logam yang melekat pada pad rem dan diposisikan untuk
membuat kontak dengan cakram rem ketika pad mencapai tingkat ketebalan yang
ditentukan.
Gambar 2.3. Keausan Pad Rem Dengan Listrik (Sugeng, 2013: 148)
Tipe kedua adalah indikator keausan pad rem dengan listrik / elektronik,
dengan menggunakan konektor listrik yang tertanam dalam materi pad rem.
Ketika bearing mencapai titik yang telah ditentukan, konektor listrik di pad akan
kontak dengan permukaan cakram, yang akan menghubungkan rangkaian antara
konektor pad denga ground dan menyalakan lampu peringatan rem pada panel
Tipe ke tiga adalah dengan alur pada pad.
Adapun pemeriksaan sistem rem cakram dengan pengukuran adalah
sebagai berikut:
1) Periksa ketebalan cakram.
Gambar 2.5. Ketebalan Piringan (Sugeng, 2013: 149)
Gambar 2.6. Keolengan Piringan (Sugeng, 2013: 149)
2) Periksa alur cakram.
3) Prosedur untuk mengukur run-out cakram.
Jika cakram tidak bisa dilepas dari hub, kencangkan kembali mur roda ke
hub untuk menahan cakram di tempat. Dalam beberapa kasus, mungkin perlu
untuk menginstal spacer sebelum mengencangkan roda. Ikuti prosedur yang
direkomendasikan produsen. Putar cakram sambil melihat jarum dial indikator.
seting dial indicator pada angka nol pada titik terbaca terendah. Terus putar
4) Melepas, memeriksa dan memasang kaliper rem cakram.
Lepas dan periksa caliper. Selalu gunakan alat angkat yang tepat untuk
menaikkan kendaraan. Lepaskan roda, Tandai roda untuk pemasangan ulang di
lokasi aslinya. Periksa roda dari retak dan memakaian pola yang tidak biasa.
Simpan roda ditempat yang aman. Identifikasi apakah kaliper untuk tetap atau.
Sebuah caliper mengambang mempunyai satu sisi piston. Kaliper tetap biasanya
mengandung empat piston dua di setiap sisi.
Gambar 2.7. Angkat Kaliper (Sugeng, 2013: 150)
Angkat kaliper dan keluarkan balok-balok rem. Bersihkan semua
komponen rem. Gunakan hanya pelarut pembersih rem untuk membersihkan
komponen rem. Jangan gunakan pelarut mesin atau bensin. Membongkar caliper
dengan meniupkan udara bertekanan pada lubang selang pleksibel untuk
mengeluarkan piston. Slipkan kain antara piston dan caliper untuk melindungi
Piston. P a d a caliper tetap, setelah salah satu piston keluar, maka lepaskan
Gambar 2.8. Torak bergerak keluar (Sugeng, 2013: 151)
Tekan pedal, torak harus bergerak keluar. Jika torak macet, kaliper rem
harus dioverhaul. Untuk mengembalikan posisi torak, pakai alat penekan khusus.
Periksa komponen caliper. Setelah membersihkan semua bagian internal dengan
pelarut rem yang disarankan, memeriksa piston dari karat, retak, dan
lubang-lubang. Jika ada salah satu hal tersebut ditemukan, ganti piston. Periksa busing,
batang dan tabung pengantar
Gambar 2.9. Pasang Kaliper (Sugeng, 2013: 152)
Pasang kaliper pada kerangka, keraskan baut pengikatnya. Kaliper harus
dapat bergerak ke kanan dan ke kiri dengan baik. Jika gerakannya beratatau
macet, maka busing, batang dan tabung pengantar harus diperbaiki
Gambar 2.11. Lumasi Semua Bagian Yang Bergerak (Sugeng, 2013: 152)
Selama pemasangan, lumasi semua bagian yang bergerak dengan minyak
rem bersih atau pelumas lain yang sesuai. Lumasi seal piston, Perlahan- lahan
menekan kedalam dengan jari. Kemudian pasang piston
Gambar 2.12. Pasang Piston (Sugeng, 2013: 153)
Lumasi piston dengan vet silicon. Masukkan kedalam silinder kaliper,
menekan perlahan – lahan dengan jari. Lalu pasang boot
Gambar 2.13. Pasang Boot (Sugeng, 2013: 153)
Lumasi tutup karet dengan vet silicon. Pasang perlahan-lahan dengan jari.
Gambar 2.14. Pasang Balok-Balok Rem (Sugeng, 2013: 153)
Pasang balok–balok rem pada dudukannya dalam kerangka. Lalu pasang busing
Gambar 2.15. Pasang Busing (Sugeng, 2013: 153)
Pasang busing, batang dan tabung pengantar pada busing dalam kaliper.
Kemudian pasang kaliper
Gambar 2.16. Pasang Kaliper (Sugeng, 2013: 154)
Pasang kaliper pada kerangka dengan cara memasukkan busing kaliper pada
Gambar 2.17. Pasang Kaliper Pada Kerangka (Sugeng, 2013: 154)
Pasang kaliper pada kerangka dengan cara memasukkan busing kaliper
pada batang pengantar tetap. Pasang selang rem. Bleeding semua sistem hidrolis
dan kaliper, periksa ketinggian minyak rem dalam master silinder. Jika
memasang caliper roda belakang, sambungkan kabel rem parkir dan setel rem
parkir menurut petunjuk produsen. Pasang kembali roda / ban dan kencangkan
mur roda dengan torsi sesuai dengan spesifikasi.
c. Pemeliharaan Rem Tromol
Rem tromol hidrolik menggunakan minyak rem sebagai perantara untuk
meneruskan tekanan dari pedal rem ke kanvas rem dalam tromol (Boentarto,
1995: 34). Periksa sistem rem tromol secara visual. Lepaskan tromol sebelum
melakukan pemeriksaan visual. Periksa level minyak rem dalam master silinder
dan memeriksa sistem hidrolik rem. Gunakan alat angkat yang tepat untuk
menaikkan kendaraan. Lepaskan roda. Bersihkan semua komponen rem tromol.
Lepas tromol rem. Dalam beberapa sistem, tromol dapat dilepass dari hub roda.
Dalam sistem lain, diperlukan untuk melepas bearing roda sebelum mengeluarkan
Gambar 18. Pemberian Grease (Sugeng, 2013: 156)
Jika tromol rem beralur oleh paku keling sepatu rem sebagai akibat dari
pemakaian kanvas sepatu ren yang buruk, alur membuat tromol rem sulit
dilepas. Jika ini terjadi, setel mundur mundur sepatu rem. putar roda bintang
dengan sendok rem, untuk menjauhkan sepatu rem terhadap rem tromol. Periksa
komponen rem tromol. Hati-hati memeriksa komponen rem tromol dan mencatat
setiap indikasi kebocoran cairan dan mengidentifikasi sumber kebocoran. Periksa
ketebalan kampas rem.
Gambar 2.19. Kampas Rem (Sugeng, 2013: 157)
Kepala keling harus setidaknya 1/64 inchi di bawah permukaan lapisan.
Lapisan yang terikat pada sepatu harus setidaknya setebal sepatu itu sendiri.
Periksa kampas rem dari retak, paku keling longgar, hilang atau kawasan yang
rusak, atau masalah lainnya. Ganti sepatu yang tidak jelas memenuhi standar
Gambar 2.20. Backing plate
(Sugeng, 2013: 157)
Periksa backing plate dari retak dan distorsi, ganti jika retak atau distorsi
yang ditemukan. Pastikan backing plate dipasang dengan aman. Jika lokasi
kontak dengan sepatu ini beralur maka ganti backing plate. Periksa pegas
pengembali sepatu rem dari retak dan distorsi. Pastikan pegas terhubung pada
kedua ujungnya.
Gambar 2.21. Roda Bintang (Sugeng, 2013: 157)
Pastikan roda bintang roda tidak hilang setiap gigi dan pastikan bahwa tuas
pengatur diposisikan dengan baik untuk penyetelannya. Periksa rem tromol
(Perhatikan apakah tromol oval atau berlekuk juga perhatikan juga apakah tromol
retak atau bintik-bintik).
Gambar 2.22. Ukur Diameter Tromol (Sugeng, 2013: 158)
Mengukur diameter tromol. Diameter maksimal sering tertera pada tromol.
Jika tromol tidak konsentris, dapat dibubut sampai batas diameter maksimal
tromol. Periksa tromol dari alur. Perkirakan kedalaman setiap alur, Tentukan
apakah dengan membubut alur tromol akan menyebabkan tromol melebihi
diameter maksimalnya. Spesifikasi diameter maksimal tromol tertulis pada
bagian luar atau bagian dalam tromol. Selama pemeriksaan rem, penyetel dapat
dilepas dan dibersihkan tanpa membongkar seluruh komponen rem. Prosedur
umum untuk pembongkaran, pembersihan, dan pemasangan kembali dan
menyetel.
2) Melepas sepatu rem.
Gambar 2.23. Lepas Pegas (Sugeng, 2013: 159)
Lepas pegas pengembali menggunakan alat khusus pelepas pegas
Gambar 2.24. Lepas Pegas Penahan Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)
Lepas ring penahan pegas, penahan sepatu rem dengan memutar ring dan
menahan pin dari belakang backing palte. Lepas unit pemegang sepatu rem. Lepas
sepatu rem.
Gambar 2.25. Lepas Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)
Lepas sepatu rem dengan menark kedua seaptu rem menjauh dari backing
plate. Bersihkan backing plate dengan air dan sabun cuci, segera keringkan.
Pastikan untuk menghilangkan semua kotoran dan karat. Lumasi dudukan sepatu
rem.
Gambar 2.26. Lumasi Dudukan Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 159)
Pemeriksa daerah yang menjadi persinggungan dengan sepatu rem dari
Prosedur perawatan silinder roda. Lepas baut pengikat silinder roda dari backing
plate. Dorong keluar semua komponen dalam roda silinder - piston, pegas, seal
Gambar 2.27. Komponen Silinder Roda (Sugeng, 2013: 160)
Hati-hati membersihkan silinder roda dan dua piston dengan pelarut yang
direkomendasikan untuk sistem rem. Periksa silinder dan kedua piston dari
karat, lubang-lubang. Setelah menghoning silinder roda, cuci silinder dengan
larutan pembersih rem. Pastikan bahwa semua bagian dilumasi dengan minyak
rem bersih atau pembersi lain yang disetujui rem perakitan pelumas. Pasang seal
baru dan pegas baru. Dorong kedua seal ke dalam silinder, sehingga menekan
pegas. seal harus menghadap ke pegas. Pasang kedua piston dengan sisi datar
menghadap ke arah seal. Kemudian mendorong piston ke silinder sampai rata
dengan silinder. Pasang boot dan harus bisa memegang piston. Pasang baut
bleeding. Pastikan bahwa baut bleeding bersih. Pasang silinder roda pada
backing plate. Pasang pipa atau selang hidrolis sesuai dengan prosedur manual
Gambar 2.28. Periksa Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 161)
Periksa sepatu rem baru dan tentukan apakah ada perbedaan antara sepatu
rem baru dan yang lama, kebanyakan tipe rem servo menggunakan sepatu rem
yang berbeda pada setiap roda, lapisan rem satu sepatu lebih panjang dari yang
lain. Pasang sepatu rem terletak di masing-masing sisi silinder roda dengan
menghubungkan ke ujung penyetel sepatu rem dengan pegas. Pasang pegas
pemegang sepatu rem. Setel sepatu rem.
Gambar 2.29. Pegas Sepatu Rem (Sugeng, 2013: 161)
Gambar 2.30. Sesuaikan Sepatu Rem Dengan Pengukur Diameter Tromol (Sugeng, 2013: 162)
Sesuaikan sepatu rem dengan pengukur diameter tromol. Kencangkan
kenop untuk mengunci pengukur dalam posisi yang tepat. mSesuaikan sepatu
membantu penelitian untuk melakukan penelitian serupa.
Penelitian pertama Budiharyanto, (2015). Meningkatkan Hasil Belajar
Praktik Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) Pada Standar Kompetensi AC di Kelas XI Kompetensi Keahlian
Tehnik Ototronik SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen Tahun
Pelajaran 2013/2014 menyimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar praktek siswa kelas XI OTO 3
SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen. Hal itu dapat dilihat dari
peningkatan rata-rata nilai hasil belajar pada pra siklus sebesar 72.5, pada siklus 1
sebesar 77.3 dan pada siklus 2 sebesar 81.7. Selain itu juga dilihat dari
peningkatan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus sebanyak 13 siswa (32.5%),
pada siklus 1 sebanyak 25 siswa (62.5%) dan pada siklus 2 sebanyak 40 siswa
(100%).
Penelitian kedua Hidayat dan Suwito, (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Kompetensi Dasar Menguji Baterai
Kelistrikan Otomotif Kelas XII di SMK PGRI 1 Lamongan menyimpulkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas guru dalam menyiapkan RPP adalah 81,36
% (sangat baik) dan aktivitas guru dalam menerapkan RPP adalah 81,46 %
(sangat baik). Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran adalah 80, 62 %
C. Kerangka Pikir Penelitian
Permasalahan yang ada di sekolah pada umumnya adalah model
pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang masih berpusat
pada guru. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru begitu saja.
Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah karena proses
belajar yang membosankan. Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
media video memberi kesempatan kepada siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara
bersama. Selain itu, pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video
dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran chasis dan pemindah
daya. Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran
dan sering mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan dalam kelompoknya. Ketika siswa
melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya, maka dengan sendirinya akan
mendorong potensi siswa untuk melakukan kegiatan yang mengasah kemampuan
tentang materi yang diberikan kepada siswa ke tingkat berpikir yang lebih
tinggi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar
siswa yang meningkat. Untuk mempermudah keterangan dari pemikiran pada
Gambar 2.31. Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka berfikir di atas maka disusun suatu hipotesis
yaitu “ Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video efektif
untuk meningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memelihara sistem
rem. ”
Teknik pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video: 1. Penayangan video
2. Belajar dalam tim (mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut)
3. Evaluasi
Hasil belajar siswa
33
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif.
1. Desain Eksperimen
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain eksperimen dengan pola
pre test – post test group design, yaitu adanya pre test dan post test pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian dilakukan dengan jalan
menggunakan satu kelas yang mengikuti mata pelajaran pemeliharaan sasis dan
pemindah tenaga kendaraan ringandengan pemberian pembelajaran menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan model
pembelajaran langsung berbantuan media gambar. Pemberian perlakuan
menggunakan dilakukan setelah pre test dan sebelum post test.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Group Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen E1 X1 E2
Kontrol K1 X2 K2
Keterangan:
E1 : Simbol tes awal untuk kelompok eksperimen yang berupa tes
tertulis
K1 : Simbol tes awal untuk kelompok kontrol yang berupa tes tertulis
X1 : Perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran
tertulis
K2 : Simbol tes akhir kelompok kontrol yang berupa tes tertulis
Berdasarkan desain penelitian di atas tersusunlah alur rancangan dalam
penelitian ini. Alur rancangan penelitian dapat ditunjukkan dalam gambar sebagi
berikut :
Gambar 3.1. Alur Rancangan Penelitian
Kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (Kompetensi Dasar Memelihara Sistem Rem)
Eksperimen Kontrol
Pretest Pretest
Perlakuan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Gambar
Perlakuan Menggunakan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Berbantuan Media Video
Posttest Posttest
Analisa
RPP yang dibuat berdasarkan silabus yang ada di sekolah tersebut.
Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu
2 x 45 menit per pertemuan.
b. Pembuatan soal
Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun.
c. Uji coba instrumen
Uji coba dilakukan untuk mengetahui taraf kesukaran, daya pembeda soal,
validitas dan reliabilitas soal. Soal akan diujicobakan pada kelas XI TKR 2 SMK
Wisudha Karya Kudus.
d. Tes sebelum perlakuan (pre test)
Pre test diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan. Pre test
dikenakan pada siswa sebagai subjek penelitian, yaitu pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
e. Pemberian perlakuan
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah memberikan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
media video pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga
kendaraan ringan. Perlakuan diberikan kepada siswa kelas XI TKR 1 sebagai
kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran tanpa model pembelajaran
berbasis masalah berbantuan media video siswa kelas XI TKR 3 pada kelas
siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalahberbantuan media video.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR di
SMK Wisudha Karya dengan jumlah 115 siswa pada tahun pelajaran 2014/2015.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan
cara-cara tertentu (Sudjana, 2005:161). Sampel dalam peneletian ini adalah bagian
dari siswa kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya Kudus. Sampel yang digunakan
adalah peserta didik kelas XI TKR 1 dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalahberbantuan
media video, sebagai kelas kontrol adalah kelas XI TKR 3 dengan jumlah 37
siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media
gambar. Teknik sampling yang dilakukan adalah sampel random, yaitu sampel
yang diambil dengan cara mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga
penelitian (Arikunto, 2013:161). Variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi suatu kejadian.
Variabel bebas yang dimaksud adalah penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah berbantuan media video pada mata pelajaran pemeliharaan sasis dan
pemindah tenaga kendaraan ringan di kelompok eksperimen dan model
pembelajaran langsungberbantuan media gambardi kelompok kontrol.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel sebagai akibat dari variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran
pemeliharaan sasis dan pemindah tenaga kendaraan ringan pada peserta didik
kelas XI TKR di SMK Wisudha Karya.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data
Teknik atau metode yang digunakan dalam penelitaian ini adalah :
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis.
(Arikunto, 2013:201). Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa informasi
mengenai daftar nama peserta didik yang akan menjadi sampel dan mendapatkan
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
dietntukan (Arikunto, 2012:67). Alat tes yang digunakan diuji validitas dan
reliabilitasnya. Alat tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelas
kontrol sama. Hasil tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif yang akan
diolah untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah
(Arikunto, 2013: 203). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes
objektif berupa soal pilihan ganda dengan empat jawaban.
Dalam menyusun perangkat instrumen yang digunakan pada penelitian ini
ada beberapa langkah yang ditempuh, yaitu:
1. Materi yang diteskan dibatasi pada pembelajaran yang meliputi :
memelihara sistem rem.
2. Menyusun soal sebanyak 35 butir soal pilihan ganda dengan empat
pilihan jawaban. Penyusunan soal dengan mempertimbangkan indikator
2. Pemeliharaan sistem rem
3. Perbaikan sistem rem dan
komponennya
19,20,21,22,
23,24,25
19,20,21, 22,23,25
4. Overhaul sistem rem 26,27,28,29.30,
31,32,33,34,35
26,27,28,29.30, 31,32,33,34,
JUMLAH 35 30
Keterangan : angka yang dicetak tebal pada kolom sebelum uji coba merupakan
soal yang tidak valid.
E. Validitas dan Reabilitas
a. Validitas Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesalihan sesuat instrumen (Arikunto, 2013:211). Rumus untuk menghitung
validasi menggunakan korelasi point biserial. Rumus antara dua variabel, dalam
penelitian ini digunakan untuk mencari korelasi antara item dengan seluruh tes
atau validasi item. Adapun rumus korelasi point biserial yaitu :
√
(Arikunto,2012: 93)
Keterangan:
rpbis = Koefisien korelasi point biserial
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
q = 1-p
Setelah didapat nilai rpbis kemudian dengan nilai rtabel korelasi
product-moment. Apabila rpbis > rtabel korelasi product-moment maka soal dikatakan valid,
tetapi jika Apabila rpbis < rtabel korelasi product-moment maka soal dikatakan tidak
valid. Harga kritik dari r product-moment N= 38 0,320.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi point biserial, maka
diperoleh hasil dari 35 soal, yang tidak valid adalah nomor 2, 13, 16, 24, dan 35.
b. Reabilitas
Reliabilitas menunjuk pada sesuatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu
(Arikunto, 2013: 221).
∑
(Arikunto, 2012: 115)
Keterangan:
r11 = reabilitas tes secara keseluruhan
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Jika r11 hitung > rtabel product-moment maka perangkat soal tersebut realibel dan jika
sebaliknya yaitu r11 tabel < rtabel product-moment tidak reliabel.
Berdasarkan hasil uji reabilitas terhadap instrumen menggunakan rumus
tersebut diperoleh koefisien sebesar 0,871. Pada taraf kesalahan 5% dengan n=38
diperoleh harga rtabel sebesar 0,320. Karena koefisien reabilitas tersebut lebih
besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel dan
dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.
c. Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan
menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus :
(Arikunto,2012:223)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti indeks kesukaran sering diklasifikasikan
Setelah dilakukan analisis tingkat kesukaran pada soal uji coba dalam penelitian
ini diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Yang termasuk kriteria mudah yaitu nomor 1, 7, 9, 10, 15, 17, 19, 22, 25,
27, 32, dan 35.
2. Yang termasuk kriteria sedang yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 13, 14, 16,
20, 21, 24, 26, 28, 30, 31, dan 33.
3. Yang termasuk kriteria sukar yaitu nomor 11, 18, 23, 29, dan 34.
d. Daya Pembeda
Daya Pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (`Arikunto,2012: 226).
Rumus untuk menemukan indeks diskriminasi adalah
(Arikunto, 2012: 228)
Keterangan :
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelmpok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat P
sebagai indeks kesukaran)
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Daya beda kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)
D : 0,21 - 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,41 - 0,70 : baik (good)
D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)
(Arikunto, 2012: 232)
Untuk daya pembeda, soal yang tergolong baik sekali tidak ada. Soal yang
tergolong baik ada 4 yaitu nomor 4, 5, 6, 17. Soal yang tergolong cukup ada 27
soal yaitu 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27,
28.29, 30, 31, 32, 33, dan 34. Soal yang tergolong jelek ada 4 nomor yaitu nomor
13, 16, 24, dan 35.
F. Teknis Analisis Data
1. Analisis Data Awal a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data
yang akan dianalisis sehingga dapat diketahui hasilnya dengan menggunakan
rumas uji Chi Kuadrat (
2
Keterangan:
2
= Chi kuadrat
Oi = Frekuensi yang diperoleh dari sampel
Ei = Frekuensi yang diharapkan dari sampel
k =Banyaknya kelas interval
Dengan kriteria pengujian H0 diterima jika < , =0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut
mempunyai varians yang sama. Jika sama maka dikatakan homogen. Untuk
menguji kesamaan varians tersebut digunakan rumus berikut :
(Sudjana 2005: 250)
Peluang untuk distribusi adalah ½ α (α adalah taraf signifikasi, dalam hal ini 5%)
dan derajat kebebasan untuk pembilang −1 dan derajat kebebasan untuk
penyebut −1, kriteria :
a. Jika Fhitung > F 0,5 α −1 ( −1), maka varians kedua kelas sampel tersebut
berbeda
b. Jika Fhitung < F 0,5 α −1 ( −1), maka varians kedua kelas sampel tersebut
kontrol digunakan uji t.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : μ2= μ1
H1 : μ2≠ μ1
Keterangan :
μ1 = Rata- rata data kelas eksperimen
μ2 = Rata- rata data kelas kontrol
Berdasarkan varians yang sama, rumus t - test yang digunakan :
̅̅̅ ̅̅̅ √
(Sudjana, 2005: 239)
(Sudjana, 2005: 239)
Keterangan:
̅̅̅: rata-rata nilai kelas eksperimen
̅̅̅: rata-rata nilai kelas kontrol
: varians nilai kelas eksperimen
: varians nilai kelas kontrol
harga t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak.
2. Analisis Data Akhir (Post Test) a. Uji Normalitas
Rumus untuk menghitung uji normalitas pada tahap akhir sama dengan
rumus uji normalitas pada tahap awal.
b. Uji Homogenitas
Rumus untuk menghitung uji homogenitas pada tahap akhir sama dengan
rumus uji homogenitas pada tahap awal.
c. Uji Kesamaan Rata-Rata
Rumus untuk menghitung uji kesamaan rata-rata pada tahap akhir sama
dengan rumus uji kesamaan rata-rata pada tahap awal.
d. Uji Gain
Setelah diketahui hasil pre test dan post test antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen, maka tahap selanjutnya adalah mencari/ menghitung
peningkatan hasil sebelum dan sesudah penelitian pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Rumus yang digunakan adalah:
0,30 < g < 0,70 sedang
0,70 < g < 1,00 tinggi
48
Hasil penelitian ini berupa data penilaian siswa setelah menggunakan
instrumen tes tertulis kompetensi memelihara sistem rem. Instrumen tertulis ini
disusun sesuai materi pembelajaran dan indikator pada silabus dan diuji terlebih
dahulu untuk mengetahui validitas dan realibilitas setiap indikator poin penilaian.
Berdasarkan hasil uji validitas dan realibilitas yang telah dibahas sebelumnya,
maka dapat disimpulkan instrumen tersebut valid dan reliabel serta dapat
digunakan dalam penelitian.
Sampel dalam peneletian ini adalah bagian dari siswa kelas XI TKR di
SMK Wisudha Karya Kudus. Sampel yang digunakan adalah peserta didik kelas
XI TKR 1 dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video, sebagai kelas
kontroladalah kelas XI TKR 3 dengan jumlah 37 siswa yang menggunakan model
pembelajaran langsung berbantuan media gambar
Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan video akan digunakan
untuk model pembelajaran pada kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelompok
kontrol mengggunakan model pembelajaran langsung berbantuan media gambar
akan dilaksanakan sebagai perlakuan yang sebelumnya dilakukan pre-test
terhadap kedua kelompok. Berikut adalah gambar grafik hasil nilai pre test pada
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pre Test Kelas Kontrol
Gambar 4.2. Grafik Hasil Pre Test Kelas Eksperimen
Setelah diperoleh hasil pre-test kemudian dilanjutkan dengan perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan video
untuk kelompok eksperimen dan menggunakan model pembelajaran langsung
berbantuan media video. Setelah model pembelajaran berbasis masalah
berbantuan video diterapkan pada kelompok eksperimen dan model
pembelajaran langsung berbantuan media video sebelumnya diterapkan pada
kelompok kontrol didapatkan hasil belajar melalui post-test. berupa nilai post test
0 2 4 6 8
50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00
Fre
60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00
Fre
k
uens
i
Gambar 4.3. Grafik Hasil Post Test Kelas Kontrol
Gambar 4.4. Grafik Hasil Post Test Kelas Eksperimen
Dari Hasil pre test dan post test terlihat adanya peningkatan pada kelas
kontrol dan eksperimen. Untuk lebih jelasnya hasil peningkatan nilai tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut : 0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
Fre
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
Fre
k
uens
i
Dari tabel di atas nilai rata-rata pre test pada kelas eksperimen 56,08 dan
pada kelas kontrol 56,13. Sedangkan nilai post test pada kelas eksperimen 83,58
dan pada kelas kontrol 66,31. Dari data tersebut nilai pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol nilai rata-rata kelas meningkat, tetapi peningkatannya berbeda.
B. Analisis Data 1. Analisis Data Awal a. Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data Awal
No Kelas 2
hitung 2tabel Kriteria
1. Eksperimen 6,8633
7,81 Normal
2. Kontrol 3,2321 Normal
Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji normalitas data
kelompok eksperimen diperoleh nilai 2hitung = 6,8633. Dengan taraf nyata = 5% dan dk
= 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan demikian 2hitung < 2tabel (6,8633<7,81), ini berarti
nilai hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh nilai
2
hitung = 3,2321. Dengan taraf nyata = 5% dan dk = 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan
demikian 2hitung < 2tabel (6,8633<7,81), ini berarti nilai hasil belajar kelompok eksperimen
Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan untuk kelompok
eksperimen varians = 51,79 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians =
87,97. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,6987. Dari tabel distribusi F
dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang =36 serta dk penyebut = 39, diperoleh F
tabel = 1,72. Dengan demikian Fhitung < Ftabel,maka H0 diterima yang berarti kedua
kelompok tidak berbeda secara signifikan atau homogen.
c. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata
Tabel 4.4. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Awal
No Kelas thitung ttabel Kriteria
1. Eksperimen
-0,226 1,67 Tidak Berbeda
Signifikan
2. Kontrol
Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan uji kesamaan
rata-rata dengan uji pihak diperoleh thitung = -0,226, sedangkan ttabel = 1,67, karena
thitung berada pada daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
kesamaan hasil pre test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
2. Analisis Data Akhir a. Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.5. Uji Normalitas Data Akhir
No Kelas 2
hitung 2tabel Kriteria
1. Eksperimen 4,1043
7,81 Normal
hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas data kelompok kontrol diperoleh nilai
2
hitung = 6,5628. Dengan taraf nyata = 5% dan dk = 3. diperoleh 2tabel = 7,81. Dengan
demikian 2hitung < 2tabel (6,5628<7,81), ini berarti nilai hasil belajar kelompok eksperimen
berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Homogenitas
Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Akhir
No Kelas Fhitung F tabel Kriteria
1. Eksperimen
1,4134 1,72 Normal
2. Kontrol Normal
Dari tabel di atas, maka didapatkan hasil perhitungan untuk kelompok
eksperimen varians = 34,41 dan untuk kelompok kontrol diperoleh varians =
48,63. Dari perbandingannya diperoleh Fhitung = 1,4134. Dari tabel distribusi F
dengan taraf nyata 5% dan dk pembilang =36 serta dk penyebut = 39, diperoleh F
tabel = 1,72. Dengan demikian Fhitung < Ftabel,maka H0 diterima yang berarti kedua
kelompok tidak berbeda secara signifikan atau homogen.
c. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata
Tabel 4.7. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Data Akhir
No Kelas thitung ttabel Kriteria
1. Eksperimen
11,796 1,67 Berbeda
Signifikan
post test kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.
d. Uji Gain
Setelah diketahui hasil pre test antara kelas kontrol dan eksperimen, maka
tahap selanjutnya adalah meghitung presentase hasil belajar peningkatan sebelum
dan sesudah penelitian pada kelas kontrol dan eksperimen.
Tabel 4.8. Hasil Uji Gain
Gain Kriteria Eksprimen `Kontrol
n % n %
-1,00 < g < 0,00 terjadi penurunan 0 0 2 5,4
g = 0,00 tidak terjadi peningkatan 0 0 3 8,1
0,00 < g < 0,30 Rendah 1 2,5 19 51,4
0,30 < g < 0,70 Sedang 25 62,5 13 35,1
0,70 < g < 1,00 Tinggi 14 35 0 0
Jumlah 40 100 37 100
Hasil perhitungan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen
diperoleh angka sebesar 2,5% untuk krieteria rendah, 62,5% untuk kriteria sedang
dan 35% untuk kriteria tinggi. Sedangkan hasil peningkatan hasil belajar pada
kelas kontrol diperoleh angka sebesar 3,4% untuk kriteria terjadi penurunan,
8,1% untuk kriteria tidak terjadi peningkatan, 51,4% untuk kriteria rendah dan
35,1% untuk kriteria sedang. Angka tersebut merupakan peningkatan presentase
peningkatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar pada tiap
kelas, maka dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen
dan kontrol. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata peningkatan hasil belajar
sebesar 0,62 dengan kriteria peningkatan sedang, sedangkan pada kelas kontrol
rata-rata hasil peningkatan hasil belajar sebesar 0,20 dengan kriteria peningkatan
rendah.
C. Pembahasan
Permasalahan yang ada di sekolah pada umumnya adalah model
pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang masih berpusat
pada guru. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan guru begitu saja. Hal
ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah karena proses belajar
yang membosankan. Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media
video memberi kesempatan kepada siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah secara bersama.
Selain itu, pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video dapat
membantu siswa dalam memahami mata pelajaran chasis dan pemindah daya.
Pembelajaran berbasis masalah berbantuan media video memberi kesempatan
kepada siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam