• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan

Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi

di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam rangka menyelesaikan

Program studi DIII Keperawatan

Oleh

Wirna Wirani Pasaribu

112500057

PROGRAM STUDI DIII

KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatra Utara Medan.

2. Ibu Erniyati S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

3. Bapak Ismayadi S.Kep, Ns, M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS, selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberi masukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

6. Yang terhormat kepada kedua orang tua Bapak dan Ibu (Drs. Jalaluddin Pasaribu dan Zuraini) kakak dan adik (Mhd. Fahri, ST, Fitriyah Hidayani S.Kep, Safri Nazli, Rizka Ramadani, Aulia Riyadi) dan Abang Mhd. Amaruddin Nasution, dan seluruh keluarga yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(4)

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Juni 2014 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 2

BAB II KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN ... 3

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi ... 3

1. Pengkajian ... 12

2. Analisa Data ... 15

3. Rumusan Masalah ... 15

4. Perencanaan ... 16

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 17

1. Pengkajian ... 17

2. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan ... 31

3. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 31

4. Pelaksanaan Keperawatan ... 36

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebutuhan Dasar Manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan Dasar Manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih besar dari pada kebutuhan lainnya, oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lain. Hirarki kebutuhan dasar manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas. Tingkatan yang paling dasar atau yang pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti udara, air, dan makanan. Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan keamanan, yang melibatkan keamanan fisik dan psikologis. Tingkatan yang ketiga mencakup kebutuhan cinta dan rasa memiliki, termasuk persahabatan, hubungan sosial dan cinta seksual. tingkatan yang keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri, yang melibatkan percaya diri, merasa berguna, penerimaan, dan kepuasan diri. Tingkatan yang akhir adalah kebutuhan aktualisasi diri, pernyataan dari penerimaan yang penuh potensi yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengatasinya dengan cara realitas yang berhubungan dengan situasi hidup (Potter & Perry, 2005).

Manusia mempunyai kebutuhan dasar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan dasar manusia mempunyai banyak kategori atau jenis, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan, nutrisi, dan eliminasi. Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling utama dan harus terpenuhi. Bila kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi maka akan terjadi hipoksia dan dapat menyebabkan kematian (Asmadi, 2008).

(7)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ ataupun sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satu dampaknya adalah kematian. Berbagai upaya selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik (Mubarak, 2007).

Bronkitis termasuk kedalam penyakit PPOK (Penyakit paru obstruktif kronik). Berdasar data yang didapat dari badan kesehatan dunia ditunjukkan bahwa tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian didunia, sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO, 2002).

B. Tujuan

Tujuan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan kebutuhan dasar Oksigenasi.

C.Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada penyakit bronkitis.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi tambahan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi.

3. Bagi Pasien

Sebagai informasi tambahan tentang pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien yang memiliki masalah dibagian pernafasan.

4. Bagi Tenaga Kesehatan

(8)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

a. Defenisi dan Manfaat

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dari unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan sel hidup seluruh sel – sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keaadaan hematologi (Wartonoh, 2006 ).

Oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting,oksigen tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Tubuh tergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas beberapa organ atau sel (Hidayat, 2006).

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).

Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel dan menyelamatkan nyawa. Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan berbagai aktivitas untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh (Kozier dan Erb, 1998).

(9)

yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma melalui ventilasi paru–paru, difungsi, transportasi oksigen, dan perfusi ke jaringan. Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan homeostasis dengan mengatur penyediaan oksigen mengatur penggunaan nutrisi, melakukan eliminasi sisa metabolisme (karbondioksida) (Asmadi, 2008).

b. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.

1) Saluran pernapasan bagian atas

Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri dari :

1. Hidung. Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung)

yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara kerongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses Oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

2. Faring. Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari

dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang nasofaring (dibelakang hidung), dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laringofaring).

3. Laring (tenggorokan). Laring merupakan saluran pernapasan setelah

faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung digaris tengah.

4. Epiglotis. Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas

membantu menutup laring pada saat proses menelan.

2) Saluran Pernapasan Bagian Bawah

(10)

1. Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tengkorak, memiliki panjang

kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enambelas sampai duapuluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epiteliun bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2. Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari

trakea yang terdiri atas dua percabanga kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.

3. Bronkiolus. Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah

bronkus.

4. Paru. Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru

terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diagfragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdidi atas dua bagian, yaitu paru kanan dan kiri. pada bagian tengah organ ini terdapat ourgan jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memili jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida (Hidayat, 2006).

c. Jenis Pernapasan

Pernapasan terdiri dari dua jenis yaitu :

(11)

pernapasan interna adalah karbondioksida dan air. Karbondioksida merupakan produk akhir yang berbahaya dan harus dikeluarkan dari tubuh. Karbondioksida tersebut dialirkan kedalam darah dan menuju paru-paru untuk dikeluarkan melalui proses ekshalasi.

Glukosa + Oksigen → Energi (ATP) + Co2 + H2O

Sistem pernapasan manusia membawa oksigen kedalam tubuh lalu dibantu oleh sistem sirkulasi oksigen diangkut menuju sel tubuh dimana reaksi energi akan berlangsung.

2) Pernapasan Luar (Eksternal), yaitu absorbsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan dengan lingkungan luar, dengan urutan seperti berikut:

a. Pertukaran udara kedalam alveoli dengan aksi mekanik pernapasan, melalui proses ventilasi.

b. Pertukaran O2 dan CO2, udara alveolar-darah dalam pembuluh kapiler paru-paru melalui proses difusi.

c. Pengangkutan (transportasi) O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah dari paru-paru kejarinagn dan sebaliknya.

d. Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi dan masuk kedalam pernapasan internal

(Somantri, 2009).

d. Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan Oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.

1. Ventilasi

(12)

Selama ekspirasi, gas yang terdapat dalam alveolus prosesnya berjalan seperti inspirasi dengan alur terbalik (Somantri, 2008).

2. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 dikapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi kedalam alveoli, dan avinitas gas (Hidayat, 2006).

3. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian 02 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%) larut dalam plasma (5%) dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu curah jantung, kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah selara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb (Hidayat, 2006).

e. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalm tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1) Faktor Fisiologis

Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi pernapasannya.

(13)

beracum. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas peningkatan O2.

2. Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2 lingkungan. 3. Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi

darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.

4. Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persendian protein dan menyebabkan penurunan massa otot.

5. Kondisi lainnya. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis (Mubarak, 2007).

2) Status kesehatan

Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernapasan atas,bronkitis, penyakit paru (Mubarak, 2007).

3) Faktor perkembangan

Tahap perkembangan dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah tumbuh dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia (Hidayat, 2006).

(14)

bronkus, dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2 (Mubarak, 2007).

4) Faktor Perilaku

Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan berolahraga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

1. Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan. 2. Olah Raga. Latihan fisik dapat meningkatkan aktivitas metabolik, denyut

jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

3. Emosi. Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.

4. Gaya Hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskuler periver dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok bisa menyebabkan vasokontraksi pembuluh darah perifer dan koroner (Mubarak, 2007).

5. Lingkungan. Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi Hidayat, 2006).

f. Gangguan pada Fungsi Pernapasan

1). Perubahan pola napas

(15)

1. Takipnea: frekuensi pernapasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi demam, asidosis metabolik, nyeri, dan pada kasus hiperkapnia atau hipoksemia.

2. Bradipnea: frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya ini terlihat pada orang yang baru mengunakan obat-obat seperti morvin pada kasus alkalosis metabolik, atau peningkatan TIK.

3. Apnea: henti napas

4. Hiperventilasi: peningkatan jumlah udara yang memasuki paru. Kondisi ini terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik untuk pembuangan CO2. Biasanya hiperventilasi disebabkan oleh asidosis, infeksi dan kecemasan. Lebih lanjut kondisi ini bisa menyebabkan alkalosis pengeluaran CO2 yang berlebihan.

5. Hipoventilasi: penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru.kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan yang metebolik untuk penyaluran O2 dan pembuangan CO2 . biasanya ini disebabkan oleh penyakit otot pernapasan, obat-obatan, anestesia.

6. Orthopnea: ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau berdiri.

7. Dispnea: kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas (Mubarak, 2007). 2). Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau pengikatan O2 pada tingkat sel. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat kesadaran, penurunan konsentrasi, kelemahan, peningkatan tanda-tanda vital, disritmia, pucat, sianosis, clubbing, dan dispnea. Penyebabnya antara lain penuruna Hb dan kapasitas angkutO2 dalam darah, penurunan konsentrasi O2 inspirasi, ketidakmampuan sel mengikat O2, penurunan difusi O2 dari alveoli kedalam darah, dan penurunan perfusi jaringan (Mubarak, 2007).

3). Obstruksi jalan napas

(16)

(hidung, faring, laring) dapat disebabkan oleh benda asing seperti makanan, akumulasi sekret, atau oleh lidah yang menyumbat orofaring pada orang yang tidak sadar. Sedangkan obstruksi jalan napas bawah meliputi sumbatan total atau sebagian pada jalan napas bronkus dan paru (Mubarak, 2007).

g. Metode pemenuhan kebutuhan oksigen

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan beberapa metode, antara lain: 1) Inhalasi Oksigen (Pemberian oksigen)

Terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.

2) Sistem aliran rendah (low flow oxygen system)

Ditujukan kepada pasien yang memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanul, sungkup muka sederhana , sungkup muka dengan kantong ‘rebreating’ dan sungkup muka dengan kantong ‘nonreabreathing’

1. Nasal kanul/ Binasal kanula adalah alat sederhana yang dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24% - 44%.

2. Sungkup muka sederhana adalah oksigen yang dibrikan melalui alat ini adalah sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi 40 – 60%

3. Sangkup muka dengan kantong ‘rebreathing’ konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari sungkup muaksederhana yaitu 60 – 80% dengan aliran oksigen 8-12 liter/ menit. Indikasi penggunaan sungkup muka adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah.

(17)

1. Pengkajian Keperawatan

1) Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan) , seperti epistaksis (kondisi akibat luka, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi , gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal (kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinis, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50c, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah, faring berwarna merah dan adanya edema (Hidayat, 2006).

2). Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien (Hidayat, 2006).

3). Sakit Dada

(18)

h. Pemeriksaan Fisik

pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi klien yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi digunakan dengan pemeriksaan fisik ini.

1. Inspeksi. Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada, pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, deformitas dan jaringan parut pada dada.

2. Palpasi. Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan penggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangan nya. Normalnya fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan meningkat pada kondisi kosolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, titik impuls maksimum abnormalitas masa dan kelenjar sirkulasi perifer, denyut nadi, serta pengisian kapiler.

3. Perkusi. Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam paru,. Perkusi sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan non-dominan) pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu adanya udara pada dada atau paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.

(19)

bronkovasikular, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya (Hidayat, 2007).

i. Pemeriksaan Diagnostik

1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.

2. Tes struktur pernapasan : sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.

3. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis (Mubarak, 2007).

2. Analisa Data

Klien yang mengalami perubahan tingkat oksigenasi dapat memiliki diagnosa keperawatan yang awalnya dari kardiovaskular atau pulmoner. Setiap diagnosa keperawatan harus didasarkan pada batasan karakteristik dan melibatkan etiologi terkait. Label diaknostik divalidasi dengan menggunakan batasan karekteristik atau tanda dan gejala (Potter & Perry, 2005).

3. Rumusan Masalah

Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen antara lain:

1. Tidak efektifnya jalan napas

Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan secret, penyempitan jalan napas oleh spasme bronkus dan lain-lain.

2. Tidak efektifnya pola napas

Merupakan sutu kondisi dimana pola napas yaitu inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebabnya bisa karena kelemahan neuromuscular, adanya sumbatan di trakheo-bronkial, kecemasan, dan lain-lain.

3. Gangguan pertukaran gas

(20)

dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran di alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-lain.

4. Perubahan pola tidur

Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernapas (sesak napas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya (Potter & Perry, 2005).

4. Perencanaan

Klien yang mengalami oksigenasi membutuhkan rencana asuhan keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi aktual dan potensial klien. Sasaran individual berasal dari kebutuhan yang berpusat pada klien. Perawat mengidentifikasi hasil akhir khusus dari asuhan keperawatan yang diberikan. Rencana tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien berikut ini :

a. klien mempertahankan kepatenan jalan napas.

b. Klien mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru. c. Klien mempertahankan pola napas yang spontan dan optimal. d. Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas

e. Oksigenasi jaringan dipertahankan atau di tingkatkan.

(21)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN B.Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian BIODATA Identitas Pasien

Nama : Tn.M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 60 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Rakyat Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Masuk RS : 31 Mei 2014 No. Register : 00.92.75.83 Ruangan/Kamar : Neurologi 1 Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 03 Juni 2014 Diagnosa Medis : Bronchitis Kronis

I. Keluhan Utama

(22)

II. Riwayat Kesehatan Sekarang 1. Provocative/palliative

a. Apa penyebabnya

Pasien mengatakan nyeri dada dan sesaknya disebabkan oleh aktivitasnya yang terlalu banyak, dan akibat kebiasaannya merokok, pasien mengatakan ia merokok 2 bungkus perhari.

b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Hal yang mengurangi keluhan dan memperbaiki keadaan pasien adalah ketika pemberian oksigen sesuai dengan terapi, pengaturan posisi yang nyaman yaitu posisi semi fowler sehingga meningkatnya pengembangan dada dan sesak berkurang.

2. Quantity/quality

1) Bagaimana dirasakan

Pasien mengatakan sesak yang dirasakan semakin memberat ketika pasien dalam posisi supinasi (tidur) dan banyak bergerak. Karena sesak napas tersebut klien terlihat sangat lelah, wajah pasien pucat, dan pasien saat bernapas menggunakan otot bantu pernapasan.

2) Bagaimana dilihat

Terlihat sesak dan napas terasa berat pada saat bernapas, ketika nyeri meningkat terlihat wajah yang meringis.

3. Region

1) Dimana lokasinya

Nyeri dada dirasakan di bagian dada. 2) Apakah menyebar

Pasien mengatakan nyeri menyebar dari bagian dada sebelah kanan ke bagian dada sebelah kiri dan balakang.

4. Severity

(23)

5. Time

Nyeri dan sesak dirasakan selama 1 bulan yang lalu dan meningkat selama lima hari belakangan ini.

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit Yang Pernah Dialami

Tidak ada penyakit serius yang dialami pasien sebelumnya, hanya demam, sakit kepala, flu dan batuk.

B. Pengobatan/Tindakan Yang Dilakukan

Pasien mengatakan bahwa pasien berobat kepuskesmas didaerah tempat tinggal pasien.

C. Pernah Dirawat/Dioprasi

Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit manapun sebelumnya dan pasien juga mengatakan tidak pernah mendapat tindakan operasi.

D. Alergi

Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun jenis obat-obatan.

E. Imunisasi

Pasien mengatakan tidak pernah imunisasi.

IV. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang Tua

Orang tua Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius.

B. Saudara Kandung

Saudara kandung Pasien mengalami penyakit Diabetes Militus

C. Penyakit Keturunan Yang Ada

Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan.

D. Anggota Keluarga Yang Meninggal

(24)

E. Penyebab Meninggal

Saudara kandung pasien meninggal karena penyakit Diabetes yang di deritanya.

Genogram

Keterangan :

Laki-laki sudah meninggal Perempuan sudah meninggal : Laki-laki masih hidup :

Perempuan masih hidup : Pasien :

Tinggal serumah

V. Riwayat Keadaan Psikososial

A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya

Pasien mengatakan bahwa pasien merasa penyakitnya adalah akibat dari perbuatan pasien sendiri yaitu bahwa dulunya pasien adalah perokok aktif dengan riwayat 2 bungkus/hari, dan pasien juga mengatakan penyakitnya mengganggu aktivitasnya, sehingga ia tidak bisa bekerja terlalu lama untuk mencari nafkah kepada anak dan istrinya.

B. Konsep Diri

− Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya.

− Ideal diri : Pasien berharap bisa tetap menjadi suami serta ayah yang baik bagi istri dan anaknya.

(25)

− Peran diri : Pasien adalah kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga.

− Identitas : Pasien adalah seorang suami dan ayah dari 5 orang anaknya.

C. Keadaan Emosi

Pasien masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik.

D. Hubungan Sosial

− Orang yang berarti: orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup pasien adalah anak, istri, dan Keluarganya.

− Hubungan dengan keluarga: baik, keluarga tetap setia menemani, merawat, dan menjaga pasien ketika sedang berada di RS.

− Hubungan dengan orang lain: baik, pasien mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya.

− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien tidak bisa berkomunikasi terlalu lama dengan orang lain karena jika berkomunikasi lama napasnya akan semakin sesak.

E. Spiritual

− Nilai dan keyakinan : Pasien beragama Islam.

− Kegiatan ibadah : Pasien sering berdoa dan berzikir.

VI. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum

Pasien tampak lemas, sesak napas, kesulitan dalam bernapas, batuk, suara serak, terdengar adanya sekret dijalan napas, meringis ketika nyeri dada, dan sering menguap.

B. Tanda-Tanda Vital

− Suhu tubuh : 36.7oC

(26)

− Pernafasan : 32 x/menit − Skala Nyeri : 5

− TB : 160 cm

− BB : 58 kg

C. Pemeriksaan Head To Toe

Kepala dan Rambut

− Bentuk : Bulat, tidak ada benjolan atau

pembengkakan.

− Ubun-ubun : Simetris.

− Kulit kepala : Bersih, tidak ada iritasi. Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut ikal, agak kusam dan penyebarannya merata.

− Bau : Rambut tidak bau dan tidak

beraroma.

− Warna kulit : Berwarna kuning langsat.

Wajah

− Warna kulit : Kuning langsat.

− Struktur wajah : Simetris, dan tidak ada kelainan.

Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal

− Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.

− Pupil : isokor, reflex cahaya +/+

(27)

− Visus : < 6 meter, Pasien mengalami gangguan penglihatan jarak jauh. − Tekanan bola mata : tidak ada tekanan pada bola mata.

Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nasi : Anatomis, simetris. − Lubang hidung : Bersih, tidak ada polip. − Cuping hidung : Pernapasan cuping hidung (+)

Telinga

− Bentuk telinga : simetris kanan/kiri − Ukuran telinga : simetris kanan/kiri − Lubang telinga : Bersih dan tidak berbau.

− Ketajaman pendengaran : Pendengaran tidak ada kelainan.

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : Bibir lembab, tidak pecah-pecah, berwarna cokelat kehitaman, tidak ada tanda sianosis.

− Keadaan gusi dan gigi : Pasien mempunyai karang gigi. − Keadaan lidah : Lidah bersih, kekuatan otot lidah

baik, fungsi pengecapan baik dan tidak ada kelainan.

− Orofaring : ovula simetris

Leher

− Posisi trachea : Kedudukan trachea normal, tidak ada massa ataupun nyeri tekan. − Thyroid : tidak ada pembengkakan kelenjar

tyroid

(28)

− Vena jugularis : Teraba, kuat, teratur.

Pemeriksaan integument

− Kebersihan : kurang bersih.

− Kehangatan : hangat (normal).

− Warna : kuning langsat.

− Turgor : kembali > 2 detik

− Kelembaban : lembab.

− Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit.

Pemeriksaan payudara dan ketiak

− Ukuran dan bentuk: Tidak dilakukan pemeriksaan

− Warna payudara dan areola: Tidak dilakukan pemeriksaan − Kondisi payudara dan putting: Tidak dilakukan pemeriksaan − Produksi ASI: Tidak dilakukan pemeriksaan

− Aksila dan klavicula : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan thoraks/dada

− Inspeksi thoraks : bentuk thoraks simetris kiri dan kanan.

− Pernafasan: Nafas pasien dangkal dan cepat, frekuensi nafas 32 x/menit. − Tanda kesulitan bernafas: Terdapat pernafasan cuping hidung,

penggunaan otot bantu nafas, nafas pasien dangkal dan cepat, dan suara nafas ronkhi.

Pemeriksaan paru

− Auskultasi : terdengar suara bronchial pada kedua lapang paru, saat pasien diminta berbicara terdengar getaran di dua sisi yang sama. Terdapat suara tambahan ronchi pada kedua lapang paru.

(29)

terdapat pembesaran. Dari hasil pemeriksaan terahir dengan cara auskultasi yaitu mendengarkan bunyi jantung S1 dan S2 dalam keadaan normal.

Pemeriksaan abdomen

− Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan massa − Auskultasi : Tidak ada suara tambahan.

− Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau massa. − Perkusi (suara abdomen) : Tidak ada suara tambahan.

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

− Genitalia : simetris dan tidak terdapat tanda perdarahan − Anus dan perineum : tidak ada kelainan dan masalah pada anus.

Pemeriksaan musculoskeletal/ekskremitas

− Ekskremitas : ekskremitas hangat dan tidak sianosis

− Kekuatan Otot : pasien terlihat lemah dengan kekuatan otot 3

− Edema : tidak ada edema dan sianosis.

Pemeriksaan neurologi − Nervus Olfaktorius/N I:

Kemampuan menghidu pasien cukup baik − Nervus Optikus/N II :

Pasien tidak mampu membaca dengan jarak > 6 meter

− Nervus Okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI:

Pasien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal (diameter 3 mm)

− Nervus Trigeminus/N V:

Pasien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran dan rabaan.

(30)

− Nervus vestibulocochlearis/N VIII :

Pasien tidak mampu mendengar detik jam tangan hingga jarak 1 meter pada masing-masing telinga. Keseimbangan pasien saat berjalan dan berdiri terjaga.

− Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/ N X :

Pasien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut dan membedakan rasa manis dan asin.

− Nervus Accesorius/N XI :

Pasien mengangkat bahu dan menahan tekanan pada bahunya. − Nervus Hipoglasus/ N XII :

Pasien dapat menjulurkan lidahnya dan mengarahkan dari sisi kanan ke kiri dan sebaliknya.

Fungsi motorik : fungsi motorik normal, tidak ada kelainan.

Fungsi sensorik : fungsi sensorik normal, tidak ada kelainan.

Refleks : reflex pasien normal.

VII. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 1. Pola Makan Dan Minum

− Frekuensi makan/hari : makan 3 x sehari

− Nafsu/selera makan : nafsu dan selera makan menurun. − Nyeri ulu hati : tidak ada.

− Alergi : tidak ada alergi terhadap makanan − Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah.

− Waktu pemberian makan : pagi 08.00, siang 12.00, malam 19.00

− Jumlah dan jenis makan : jumlah dan porsi makan berkurang,. − Waktu pemberian cairan/minum : ketika haus pasien akan minum, dan

(31)

− Masalah makan dan minum : tidak ada masalah makan dan minum.

2. Perawatan Diri/Personal Higine

− Kebersihan tubuh : tubuh bersih, pasien mandi dan di lap dengan waslap setiap hari dengan bantuan keluarga pasien. − Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut bersih, sikat gigi 1x

sehari.

− Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan akan dipotong ketika panjang.

3. Pola Kegiatan/Aktivitas

Pasien susah tidur karena adanya sesak dan nyeri dada, serta keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, frekuensi tidur 3-4 jam pada malam hari, susah untuk memulai tidur kembali. pasien sering berdoa dan berzikir selama berada di rumah sakit.

VIII. Pola Eliminasi 1) BAB

− Pola BAB : normal.

− Karakter feses : kuning dan lembek. − Riwayat pendarahan : tidak ada pendarahan. − BAB terakhir : 05 Juni 2014.

− Diare : tidak mengalami diare.

− Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif.

2) BAK

− Pola BAK: normal.

− Karakter urine: kekuningan dan tidak keruh.

− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK. − Penggunaan diuretic: tidak ada penggunaan diuretic.

(32)

IX. Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik A. Laboraturium

Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal

(33)

Tabel 2.2. Analisa Data ANALISA DATA

No. Data Masalah keperawatan

1. DS:

− Pasien mengeluh sesak pada daerah dada dan diperparah saat tidur

DO:

− Gelisah − Skala nyeri 5

− RR 32 x/menit ireguler − HR 84 x/menit

− Perubahan frekuensi dan kedalaman nafas. − Kesulitan dalam bernapas

− Terdapat pernapasan cuping hidung − Terpasang O2 2 liter/ menit

Gangguan Pertukaran Gas (Oksigenasi)

2. DS :

− pasien mengatakan ada dahak di tenggorokannya dan susah untuk dikeluarkan.

DO :

− Adanya sekret kental di jalan napas. − RR: 32 x/ menit

− Sesak napas

− Pasien batuk terus menerus

(34)

3 DS:

− Pasien mengatakan sulit tidur

− Tidur hanya 3-4 jam pada malam hari − Sulit untuk memulai tidur kembali − Nyeri mengganggu tidurnya DO :

− Ansietas

− Sering menguap − Tidur terputus

− Ketidaknyamanan fisik (Nyeri) − Terus menerus terjaga

(35)

1. Etiologi / Penyebab

Bronkitis

Adanya peradangan dibronkus

Lapisan mukosa memproduksi sekret lebih banyak

Obstruksi jalan napas Gangguan perpindahan

Produksi sekret meningkat O2 dan CO2 di paru Penurunan ekspansi paru

Batuk

Napas berat dan sesak Pengembangaterbatas Bunyi napas ronkhi

Gangguan pertukaran gas Sesak napas

Bersihan jalan napas

Tidur terganggu

Frekuensi tidur menurun

Sulit memulai tidur kembali

(36)

2. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan A. Masalah Keperawatan

1. Oksigenasi (gangguan pertukaran gas) 2. Oksigenasi (bersihan jalan nafas) 3. Aman nyaman (gangguan pola tidur)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan pengembangan paru d/d gelisah, perubahan frekuensi dan kedalaman napas, terdapat pernapasan cuping hidung, terpasang O2 2 L/menit.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas d/d, sesak napas, adanya secret di jalan napas,batuk,sekret sulit dikeluarkan.

3. Gangguan pola tidur b/d nyeri dada dan sesak d/d ansietas, sering menguap, sulit tidur, frekuensi tidur 3-4 jam pada malam hari, sulit untuk memulai tidur kembali.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari /

Tanggal No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa, 03 juni 2014

1. Tujuan:

− Menunjukkan perbaikan ventilasi jaringan yang adekuat dan pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil:

− Bebas gejala distress pernafasan. − Tidak bingung dan gelisah. − Tanda vital normal.

Rencana Tindakan Rasional

1. Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu nafas, nafas

(37)

bibir, perubahan kulit/membran mukosa pucat atau sianosis.

2. Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien dengan posisi fowler, supinasi dan miring.

3. Kaji respon pasien terhadap aktifitas. Dorong periode istirahat/batasi aktifitas sesuai toleransi pasien.

4. Kaji tanda vital pasien berkala.

5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.

normal. Namun, peningkatan kerja nafas dan sianosis dapat menunjukkan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan energi dan/atau penurunan cadangan pernapsan pada lansia.

2. Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.

3. Peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan peningkatan dispnea dan perubahan tanda vital. Kesimbangan istirahat yang kuat dapat mencegah pengaruh pernafasan.

4. Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernapasan dan suhu tubuh untuk mengetahui dan mencegah komplikasi

(38)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa, 03 juni 2014

2. Tujuan:

− Mempertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan.

− Oksigenasi/ ventilasi adekuat memenuhi kebutuhan aktivitas pasien.

Kriteria hasil:

− Menunjukkan patensi jalan napas − Bunyi napas jelas

− Pernapasan tidak bising

Rencana Tindakan Rasional

1. Auskultasi bunyi napas dan adanya sekret.

2. Bantu dengan instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk yang lebih tinggi.

3. Gunakan oksigen

humidifikasi/nebulizer ultrasonic. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.

4. Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan (misalnya, pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala komplikasi).

1. Pernapasan bising, ronki, menunjukkan tertahannya sekret atau obstruksi jalan napas

2. Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal.

3. Memberikan hidrasi maksimal membantu

penghilangan/pengenceran sekret

untuk meningkatkan pengeluaran. Gangguan masukan

oral memerlukan tambahan melalui IV untuk mempertahankan hidrasi

(39)

5. Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi. 6. Informasikan kepada pasien sebelum

memulai prosedur, untuk menurunkan kecemasan dan peningkatan kontrol diri.

7. Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea, sesuai dengan kebutuhan (hiperoksigenasi dengan ambu bag sebelum dan setelah slang ET atau trakeostomi).

8. Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi. 9. Rundingkan dengan ahli terapi

pernapasan, sesuai dengan kebutuhan.

10.Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi, dan/atau peralatan pendukung.

11.Tampilkan/bantu dalam pemberian aerosol, nebulizer ultrasonik, dan perawatan paru lainnya sesuai dengan kebijakan dan protokol institusi.

5. Meningkatkan aktivitas secara bertahap.

6. Dapat menurunkan kecemasan pasien saat melakukan prosedur.

7. Pengisapan endotrakea atau nasotrakea dapat menstimulasi reflek batuk.

8. Hidari membantu menurunkan kekentalan sekret.

9. Untuk bekerja sama jika terjadi komplikasi pernapsan untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana. 10.Untuk mencegah terjadinya

komplikasi.

(40)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

kamis, 05 juni 2014

3. Tujuan:

− Gangguan pola tidur teratasi atau berkurang. Kriteria hasil:

− Melaporkan perbaikan dalam pola tidur

− Mengungkapkan peningkatan rasa aman dan nyaman

Rencana Tindakan Rasional

1) Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.

2) Berikan suasana tidur yang aman dan nyaman.

3) Anjurkan untuk mendengarkan musik yang lembut

4) Kurangi kebisingan dan lampu.

5) Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi.

6) Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur bila mungkin.

7) Ajarkan pasien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat mengganggu.

8) Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan menyediakan aktivitas yang meningkatkan kondisi

1) Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

2) Meningkatkan kenyamanan tidur dan ketenangan tidur.

3) Musik lembut meningkatkan rasa kantuk.

4) Memberikan situasi kondusif untuk tidur.

5) Pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat.

6) Dapat merasa takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur. Pagar tempat tidur memberi keamanan dan dapat digunakan untuk membantu mengubah posisi.

7) Agar tidak mengganggu tidur pasien.

(41)

terjaga, jika diperlukan.

9) Diskusikan dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur.

9) Agar tidak menimbulkan efek samping pengobatan.

4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Tabel 2.4 Pelaksanaan Keperawatan

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

Tanggal

No.

Dx Implementasi keperawatan

Evaluasi

− Memberikan terapi Oksigen = 2L/menit

− Memonitor vital sign, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk.

− Memberikan posisi yang nyaman yaitu posisi semi fowler

− Kolaborasi pemberian terapi pengobatan sesuai program - Injeksi ceftriaxone 1gr/12jam - Dexametasone 1amp/8jam - Nebule ventoline + flexotide

1amp/12jam

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas.

− Sesak, batuk dan ada dahak di tenggorokan. O :

− Bunyi napas ronkhi

− Terdengar adanya sekret saat batuk

Masalah belum teratasi. − Batuk efektif (-) − Sekret (+)

(42)

P :

Intervensi dilanjutkan − Pemberian oksigen

− Memonitor vital sign, penggunaan otot bantu pernapasan

− Dan terapi pengobatan. Rabu, 4

juni 2014

1. − Memberikan terapi oksigen

− Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memberikan terapi ventolin 1 ampul dan flexotide 1 ampul.

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas.

O:

− Sekret mulai bisa

dikeluarkan − Batuk efektif (+)

− Terapi ventolin 1

ampul+flexotide 1 ampul − Oksigen 2L

− Posisi semifowler − TD: 120/70mmHg − HR: 78x/i

− RR: 28x/i − T:36.6oC A:

Masalah teratasi sebagian − Sekret dapat dikeluarkan − Batuk dan napas efektif

(+) P:

Intervensi dilanjutkan

− Memberikan terapi

oksigen

2 − Memberikan tindakan

kenyamanan, misalnya sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal

− Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

− Memberikan terapi

ceftriaxone 1amp/12jam

(43)

− Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi.

Jumat, 6 juni 2014

1. − Memberikan terapi oksigen

− Memberikan posisi yang nyaman yaitu semi fowler

S:

− Sulit tidur jika bising dan nyeri datang

O:

− Terapi oksigen 2L − Skala nyeri 4

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Posisi semifowler

− Pagar tempat tidur terpasang

Masalah teratasi sebagian − Skala nyeri 4

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Injeksi ceftriaxone

1gr/12jam

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memberikan terapi ventolin 1 ampul dan flexotide 1 ampul.

3 − Menentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.

− Memberikan suasana tidur yang aman dan nyaman.

− Mengurangi kebisingan dan lampu.

− Membantu dalam mengubah posisi.

(44)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ ataupun sel. Oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting,oksigen tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Tubuh tergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas beberapa organ atau sel.

2. Karya tulis ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Tn.M yang dilaksanakan pada tanggal 02 − 06 Juni 2014 di RSUD Dr. Pirngadi Medan. 3. Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif, klien mengeluh

sesak pada daerah dada dan diperparah saat tidur, ada dahak di tenggorokannya dan susah untuk dikeluarkan dan Pasien juga mengeluh sulit tidur dan data objektif Adanya sekret kental di jalan napas, RR: 32 x/ menit, Sesak napas, nyeri, pasien juga Sering menguap, tidur terputus, dan ansietas. Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan dasar Oksigenasi sebagai masalah prioritas.

B. Saran

1. Untuk Pasien

Mengurangi dan menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya, hindari aktivitas yang terlalu berat. 2. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan kepada perawat untuk dapat melakukan tindakan keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

3. Untuk Peneliti

(45)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ ataupun sel. Oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting,oksigen tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Tubuh tergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas beberapa organ atau sel.

2. Karya tulis ini membahas kasus pada seorang klien yaitu Tn.M yang dilaksanakan pada tanggal 02 − 06 Juni 2014 di RSUD Dr. Pirngadi Medan. 3. Pada klien dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif, klien mengeluh

sesak pada daerah dada dan diperparah saat tidur, ada dahak di tenggorokannya dan susah untuk dikeluarkan dan Pasien juga mengeluh sulit tidur dan data objektif Adanya sekret kental di jalan napas, RR: 32 x/ menit, Sesak napas, nyeri, pasien juga Sering menguap, tidur terputus, dan ansietas. Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan dasar Oksigenasi sebagai masalah prioritas.

B. Saran

1. Untuk Pasien

Mengurangi dan menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya, hindari aktivitas yang terlalu berat. 2. Untuk Rumah Sakit

Diharapkan kepada perawat untuk dapat melakukan tindakan keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

3. Untuk Peneliti

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Doenges, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Herdman, T. (2012). Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta: ECG.

Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salamba Medika.

Mubarak, W. I. (2007). Buku ajar kebutuhan dasar manusia, Teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan (Volume 1), edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan (Volume 2), edisi 4. Jakarta: EGC.

Somantri, Irman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan (edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan (edisi 3). Jakatra: Salemba Medika

(47)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.

Dx

Hari/

Tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi

1. Selasa,

− memantau keadaan umum pasien

− Memantau terapi oksigen 2L/menit

− Mengobservasi adanya secret

− Pemberian posisi semifowler

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memberi diet pasien (makanan biasa)

− Mengukur tanda-tanda vital

− Memberi terapi cairan NaCl 0,9%

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas.

− Batuk ada dahak di tenggorokan − Sesak napas

O :

− Bunyi napas ronkhi − Terdengar adanya

sekret saat batuk − Batuk efektif (-)

Masalah belum teratasi. − Batuk efektif (-) − Sekret (+)

− Bunyi napas ronkhi P :

Intervensi dilanjutkan − Memberikan terapi

ventolin+flexotide − Memantau oksigen

Pasien

(48)

1, 2

Rabu, 4 Juni 2014

Pukul Implementasi Evaluasi

14.00

− Memantau keadaan umum pasien − Memantau terapi

oksigen 2L/menit

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Mengobservasi jumlah dan karakter sekret pasien

Memberikan injeksi

− Ventolin 1ampul/12jam − Flexotide 1

ampul/12jam, − Terapi ceftriaxone1

ampul/12jam

− Terapi dexametasone 1 ampul/8 jam

− Memberikan posisi yang nyaman pada pasien (semi fowler)

− Mengukur tanda-tanda vital

− Memberi diet pasien (makanan biasa)

− Mengganti terapi cairan pasien (NaCl 0.9%)

S :

− Pasien mengatakan sulit bernapas

O:

− Terapi ventolin 1 ampul+flexotide 1 ampul

− Terapi ceftriaxone1 ampul/12jam

− Terapi dexametasone 1 ampul/8 jam

− Posisi semifowler − NaCl 0.9% 20

Masalah teratasi sebagian − Sekret dapat

dikeluarkan

− Batuk dan napas efektif (+)

P:

Intervensi dilanjutkan − Memantau terapi

oksigen − Mengajarkan

(49)

1,2,3 Jumat, 6 Juni 2014

Pukul Implementasi Evaluasi

14.00

− Memantau keadaan umum pasien

− Memantau terapi oksigen dan mengukur skala nyeri

− Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

− Memberikan injeksi − Terapi ceftriaxone1

ampul/12jam

− Terapi dexametasone 1 ampul/8 jam

− Memberikan posisi yang nyaman pada pasien (semi fowler)

− Mengukur tanda-tanda vital

− Memberi diet pasien (makanan biasa)

− Menentukan kebiasaan tidur dan perubahan waktu tidur yang terjadi selama dirawat di RS

− Memberikan suasana tidur yang aman dan nyaman, gunakan pagar tempat tidur untuk memngurangi resiko cedera.

S:

− Sulit tidur jika bising dan nyeri datang O:

− Terapi oksigen 2L − Skala nyeri 4 − Teknik relaksasi

hiburan (+) − Posisi semifowler − Pagar tempat tidur

terpasang

Masalah teratasi sebagian − Skala nyeri 4

− Teknik relaksasi hiburan (+)

− Terapi ceftriaxone1 ampul/12jam

− Terapi dexametasone 1 ampul/8 jam

− P:

Gambar

Gambaran diri
Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
Tabel 2.2. Analisa Data
Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah adalah “Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi (Ketdakefektifan Pola Nafas)”.. Dalam kesempatan

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai

Keperawatan Pada Pasien Efusi Pleura dengan Prioritas Masalah Gangguan Pemenuhan. Kebutuhan Oksigenasi di

keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan

Perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung seperti disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya cardiac output seperti

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolism

Dan dalam implementasinya mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan