• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS DI RSP BATU KOTA BATU (Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS DI RSP BATU KOTA BATU (Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

APRILIA SUDI RIZKIYANI

PROFIL PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS

DI RSP BATU KOTA BATU

(Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

Lembar Pengesahan

PROFIL PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS

DI RSP BATU KOTA BATU

(Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2015

Oleh:

APRILIA SUDI RIZKIYANI 201110410311235

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Liza Pristianty, M.M.,M.Sc.,Apt Ika Ratna H., S.Farm.,M.Sc.,Apt

(3)

Lembar Pengujian

PROFIL PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS DI RSP KOTA BATU (Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)

SKRIPSI

Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji Pada Tanggal 15 Agustus 2015

Oleh :

Aprilia Sudi Rizkiyani NIM : 201110410311235

Disetujui Oleh :

Penguji I Penguji II

Dra. Liza Pristianti, M.Si.,M.M.,Apt Ika Ratna Hidayati, S.Farm.,Apt NIP. 19621115 1988102 002 NIP. 11209070480

Penguji III Penguji IV

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat segera

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Peresepan Obat Tuberkulosis Di RSP Batu Kota Batu (Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)”.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada penulis untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Direktur RSP Batu Kota Batu yaitu Dr. Tries Anggraini, M.Kes dan Kepala

Apotek Instalasi Farmasi RSP Batu Kota Batu yaitu Drs. Kaisri Winaryati, Apt

serta Ibu

4. Ibu Arina Swastika Maulita, S.Farm.,Apt. selaku Dosen Wali penulis, dengan

kesabaran beliau dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan solusi

dalam setiap permasalahan yang penulis lalui sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,Apt.,M.Sc., selaku ketua program studi Farmasi di Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Ibu Dra. Liza Pristianty, M.Si.,M.M.,Apt., selaku Dosen Pembimbing I dan ibu

Ika Ratna Hidayati, S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Dosen Pembimbing II penulis

atas bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

7. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si.,Apt.,SpFRS., selaku Dosen Penguji I dan Dra.

Lilik Yusetyani, Apt.,SpFRS., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

(5)

8. Ibu Sendy Selaku Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang

telah bersusah payah dalam membantu jalannya ujian skripsi penulis, sehingga

penulis dapat melaksanakan ujian dengan baik.

9. Staff tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatn Universitas

Muhammadiyah Malang.

10. Ibu Kaisri dan ibu Yeti selaku pembimbing penulis selama pengambilan data

di RSP Batu Kota Batu yang senantiasa membantu dan mempermudah penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

11. Papa Sudiyono dan Mama Indayani yang tiada hentinya memberi semangat, motivasi dan arahan serta saran dalam segala hal juga senantiasa mendo’akan sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Kelurga tercinta Bunda Indahrini, Ayah Joe Hari, Alyn, Yoe Edi, Tante Nanik,

Sigit, Cintya, Budhe Tun, Pakdhe Asan, Wak Tun, Wak Parto, Mbah Arba,

Mbah Jumari, Almh. Mak Mutriah dan Alm. Kung Liang yang selalu

mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk Om Wiyono

yang memberikan motivasi penulis untuk menggapai cita–citanya.

13. Sahabat Cupong (Cucok Rempong) Adek, Riman, Jeki, Oo, Nopek, Mas

Andry, Thembel (Kharis) sahabat SMA Dadu (Diana Puspita, Siti Marwiyah,

Ika, Ridha, Fariz, Fachrudin, Arobin, Firman, Anas, Linda, Veny, Yuli, Manda,

Anik dan lain – lain), sahabat SMP (Ana, Annisa, Yudith, Puti dan lain–lain)

dan keluarga besar Kos Bendungan Sutami Gang 1 A No.64 B yang selalu

mendukung dan memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

14. Rekan – rekan komunitas atas segala bantuan dan dukungannya, serta semua

(6)

RINGKASAN

PROFIL PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS DI RSP KOTA BATU (Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksius, terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk ginjal, tulang serta bagian tubuh lainnya yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan TBC adalah pasien TBC BTA

positif, daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut (Kemenkes RI, 2009).

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) (Kemenkes RI, 2011). Terapi pengobatan pada pasien tuberkulosis meliputi OAT lini-1 dan OAT lini-2. OAT lini-1 dibagi menjadi beberapa yaitu Kategori-1 untuk penderita TBC baru, kategori-2 untuk penderita TBC kambuh, gagal serta putus berobat, OAT sisipan dan OAT anak yang masing-masing dibagi menjadi tahap intensif dan tahap lanjutan.

Penelitian ini bertujuan khusu untuk mengetahui profil peresepan obat tuberkulosis pada pasien rawat jalan di RSP Batu Kota Batu yang meliputi aspek prosentase resep obat tuberkulosis, golongan obat tuberkulosis yang digunakan, dosis pemakaian obat tuberkulosis, kategori obat tuberkulosis, tahap pengobatan pada tuberkulosis dan peresepan OAT dengan OAD dan antiretroviral. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan metode cross sectional yaitu penlitian yang dilakukan dalam 1 waktu. Penelitian ini dilakukan dengan melihat resep yang ada di instalasi farmasi RSP Batu Kota Batu selama periode Oktober-Desember 2014. Data yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 80 resep obat tuberkulosis pada pasien rawat jalan di RSP Batu Kota Batu dengan prosentase 2% dari jumlah resep pada pasien rawat jalan sebesar 4510, dimana penulis resep untuk pasien tuberkulosis dari dokter spesialis seluruhnya (100% dari 80 resep).

(7)
(8)

ABSTRAK

PROFIL PERESEPAN OBAT TUBERKULOSIS DI RSP KOTA BATU (Studi pada Pasien Rawat Jalan Di RSP Batu)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksius, terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk ginjal, tulang serta bagian tubuh lainnya yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri lain hanya perlu beberapa menit hingga 20

menit untuk mitosis, sedangkan basil TBC memerlukan waktu 12–24 jam, hal ini yang memungkinkan pemberian obat secara intermiten.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan memberikan gambaran tentang profil peresepan obat tuberkulosis pada pasien rawat jalan di RSP Batu Kota Batu.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh resep obat tuberkulosis yang masuk di instalasi farmasi RSP Batu Kota Batu untuk pasien rawat jalan pada periode Oktober-Desember 2014.

Dari hasil penelitian diperoleh prosentase resep obat tuberkulosis sebanyak 80 resep dengan prosentase sebesar 2% dari 4510 resep rawat jalan yang masuk di instalasi farmasi RSP Batu Kota Batu, sedangkan penggunaan obat tuberkulosis yang banyak digunakan yaitu OAT Lini-1 sebanyak 80 resep (100%), penggunaan OAT-KDT kategori-1 sebanyak 61 resep (76%) semua pada tahap intensif dan OAT kombipak kategori-1 sebanyak 15 resep (19%) terdiri dari 5 resep (6%) tahap intensif serta 10 resep (13%) tahap lanjutan dan OAT anak kombipak sebanyak 4 resep (5%) semuanya berada pada tahap intensif. Prosentase obat tuberkulosis dengan penyakit penyerta pada penggunaan OAT dengan OAD (Obat Anti Diabetes) (62%) dan penggunaan OAT dengan antiretroviral (38%). Prosentase penggunaan OAT generik sebanyak 76 resep (95%) dan sisanya non-generik (Rimstar 4FDC) berjumlah 4 resep (5%).

(9)

ABSTRACT

PRESCRIBING PROFILES of TUBERCULOSIS MEDICINES IN RSP BATU - BATU

(Study Performed on Outpatient In RSP Batu)

Tuberculosis (TBC) is an infectious diseases, especially attacks parenchyma of the lung. Tuberculosis also be passed assigned to other bodies, including kidney, bones and other parts of body that caused by Mycobacterium

tuberculosis. Other bacteria only need a few minutes to 20 minutes for mitosis,

while tubercle bacilli need 12-24 hours, this is causing intermittent administration of drugs.

The purpose of this research to examine and provide a prescribing profile overviews of tuberculosis medicines at outpatient in RSP Batu–Batu.

The method of this research used is descriptive method. Study population are prescription of tuberculosis who entered in the pharmacy installation in RSP Batu for outpatient during period October to December 2014.

The resultof the study obtained total of tuberculosis prescription is 80 recipes with the percentage usage is 2% of 4510 prescriptions who entered in the pharmacy installation in RSP Batu for outpatient, while group of tuberculosis medicines oftenly used anti-tuberculosis drugs first line as much as 80 recipes (100%), usage on FDC (Fix Dose Combination) anti-tuberculosis drugs at the first categories is 61 recipes (76%) all of intensive phase and Combination Package anti-tuberculosis drugs are 15 recipes (19%) consist of 5 recipes (6%) on intensive phase along 10 recipes (13%) on advanced phase and child combination package anti-tuberculosis drugs is 4 recipes (5%) all of it is in intensive phase. Percentage of tuberculosis drugs with others disease complication at usage between tuberculosis drugs with diabetic drugs (62%) and usage between tuberculosis drugs with antiretroviral (38%). Percentage usage of generic anti-tuberculosis drugs 76 recipes (95%) and non-generic (Rimstar 4FDC) is 4 recipes (5%).

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Penulis ... 5

1.4.2 Bagi Rumah Sakit ... 5

1.4.3 Bagi Tenaga Medis ... 5

1.4.4 Bagi Peneliti Lain ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tuberkulosis (TBC) ... 6

2.1.1 Definisi ... 6

2.1.2 Etiologi Tuberkulosis (TBC) ... 7

2.1.3 Patofisiologi Tuberkulosis (TBC) ... 7

(11)

2.1.4.1 Faktor Sosial Ekonomi ... 8

2.1.4.2 Status Gizi ... 8

2.1.4.3 Umur ... 9

2.1.4.4 Jenis Kelamin ... 9

2.1.4.5 Jenis Pekerjaan ... 9

2.1.4.6 Lingkungan ... 9

2.1.5 Penularan Tuberkulosis (TBC) ... 10

2.1.5.1 Cara Penularan ... 10

2.1.5.2 Resiko Penularan ... 11

2.1.6 Gejala Tuberkulosis (TBC) ... 11

2.1.7 Diagnosa Tuberkulosis (TBC) ... 12

2.1.8 Klasifikasi Tuberkulosis (TBC) ... 12

2.1.8.1 Berdasarkan Infeksi Tuberkulosis pada Manusia ... 12

2.1.8.2 Berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena ... 13

2.1.8.3 Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis 13 2.1.8.4 Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit ... 13

2.1.8.5 Berdasarkan Aspek Kesehatan Masyarakat ... 14

2.1.9 Klasifikasi Kasus Tuberkulosis (TBC) ... 15

2.1.9.1 Kasus Kronik ... 15

2.1.9.2 Kasus Gagal Pengobatan ... 15

2.1.9.3 Kasus Kambuh (Relaps) ... 15

2.1.9.4 Kasus Gagal (Failure) ... 15

2.1.9.5 Kasus Pindahan (Transfer In) ... 15

2.1.9.6 Kasus Lain ... 16

2.2.0 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan ... 16

2.2.0.1 Faktor Sarana ... 16

2.2.0.2 Faktor Penderita ... 16

2.2.0.3 Faktor Keluarga dan Masyarakat ... 16

2.2.1 Pengelolaan Penderita Tuberkulosis (TBC) ... 17

2.2.1.1 Terapi Non Farmakologi ... 17

2.2.1.2 Terapi Farmakologi ... 17

(12)

2) Paduan OAT ... 22

a) Kategori 1 ... 23

b) Kategori 2 ... 24

c) OAT Sisipan ... 25

d) Pengobatan TBC pada Anak ... 25

3) Efek Samping OAT ... 26

4) Pengobatan Tuberkulosis dengan MDR ... 27

5) Pengobatan TBC dengan Terapi Lain ... 29

a) Pengobatan TBC dengan Antiretroviral ... 29

b) Pengobatan TBC dengan OAD ... 32

6) Interaksi OAT dengan Obat Lain ... 33

2.2 Resep Obat ... 37

2.2.1 Definisi Resep ... 37

2.2.2 Jenis Resep ... 38

2.2.2.1 Resep Standar ... 38

2.2.2.2 Resep Magistrales ... 38

2.2.3 Persyaratan Resep ... 38

2.3 Rekam Medis ... 39

2.3.1 Definisi ... 39

2.3.2 Kegunaan Rekam Medis ... 39

2.3.2.1 Aspek Administrasi ... 39

2.3.2.2 Aspek Medis ... 39

2.3.2.3 Aspek Hukum ... 39

2.3.2.4 Aspek Keuangan ... 40

2.3.2.5 Aspek Penelitian ... 40

2.3.2.6 Aspek Pendidikan ... 40

2.2.2.7 Aspek Dokumentasi ... 40

2.3.3 Isi Rekam Medis ... 40

2.4 Rumah Sakit ... 41

2.4.1 Definisi Rumah Sakit ... 41

2.4.2 Klasifikasi Rumah Sakit ... 41

(13)

2.4.2.2 Rumah Sakit Kelas B ... 41

2.4.2.3 Rumah Sakit Kelas C ... 41

2.4.2.4 Rumah Sakit Kelas D ... 41

2.4.3 Profil Rumah Sakit ... 42

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 43

3.1 Kerangka Konseptual ... 43

3.2 Kerangka Operasional ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN ... 45

4.1 Rancangan Penelitian ... 45

4.2 Populasi ... 45

4.3 Sampel ... 45

4.3.1 Teknik Sampling ... 46

4.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 46

4.5.1 Kriteria Inklusi ... 46

4.5.2 Kriteria Eksklusi ... 46

4.6 Instrumen Penelitian ... 46

4.7 Variabel Penelitian ... 46

4.8 Definisi Operasional ... 47

4.9 Tahap Penelitian ... 49

4.9.1 Tahap Pengumpulan Sampel ... 49

4.9.2 Pengumpulan Sampel ... 50

4.9.3 Cara Perhitungan Data ... 50

BAB V HASIL PENELITIAN ... 58

5.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 58

5.2 Data Demografi Pasien ... 58

5.2.1 Distribusi Berdasarkan Usia ... 59

5.2.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

5.3 Distribusi Berdasarkan Dokter yang Menulis resep ... 60

5.4 Pola Terapi Pada Pasien ... 61

(14)

5.4.1.1 Pola Peresepan Dan Penggunaan Dosis OAT-KDT

Kategori-1 Tahap Intensif dan Tahap Lanjutan ... 63

5.4.1.2 Pola Peresepan Dan Penggunaan Dosis OAT Kombipak Kategori-1 Tahap Intensif dan Tahap Lanjutan ... 65

5.4.1.3 Pola Peresepan Dan Penggunaan Dosis OAT Anak Kombipak Tahap Intensif dan Tahap Lanjutan ... 67

5.4.1.4 Pola Peresepan pada Penggunaan OAT Kategori-1 Dengan Kombinasi Obat lain ... 68

5.4.1.6 Pola Peresepan pada Penggunaan OAT Generik dan Non-Generik Lini-1 ... 69

BAB VI PEMBAHASAN ... 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

7.1 Kesimpulan ... 82

7.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Kategori, Penderita dan Paduan OAT ... 14

II.2 Pengelompokan OAT Berdasarkan Golongan Obatnya ... 18

II.3 Jenis, Dosis dan Sifat OAT Lini Pertama ... 19

II.4 Jenis, Dosis dan Sifat OAT Suntik ... 21

II.5 Nama, Dosis dan Sifat OAT Golongan Flouroquinolon ... 21

II.6 Nama, Dosis dan Sifat OAT Bakteriostatik ... 22

II.7 Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 1 ... 23

II.8 Dosis untuk Panduan OAT Kombipak Kategori 1 ... 23

II.9 Dosis untuk Panduan OAT KDT Kategori 2 ... 24

II.10 Dosis untuk Panduan OAT Kombipak Kategori 2 ... 24

II.11 Dosis untuk Panduan OAT KDT Sisipan ... 25

II.12 Dosis untuk paduan OAT Kombipak Sisipan ... 25

II.13 Jenis dan Dosis Obat TBC Anak, berdasarkan Rekomendasi IDAI ... 26

II.14 Efek Samping dan Penatalaksanaan OAT ... 27

II.15 Terapi Tuberkulosis pada Penderita yang mendapat ART ... 30

II.16 Keadaan dan Usulan Pengobatan bagi Penderita HIV-TB ... 32

II.17 Penggunaan OAT untuk Penderita DM ... 33

II.18 Interaksi Obat Anti Tuberkulosis ... 33

IV.1 Variabel Penelitian ... 47

V.1 Jumlah lembar resep rawat jalan, rawat inap, dan lembar resep Obat Tuberkulosis Periode Oktober – Desember 2014 ... 58

V.2 Distribusi Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis Berdasarkan Usia di RSP Batu Kota Batu Periode Oktober-Desember 2014 ... 59

V.3 Distribusi Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis Berdasarkan Jenis Kelamin di RSP Batu Kota Batu Periode Oktober-Desember 2014 ... 60

V.4 Distribusi Pasien Rawat Jalan Tuberkulosis Berdasarkan Dokter Menulis Resep di RSP Batu Kota Batu Periode Okt-Des 2014 ... 61

(16)

V.6 Pola Peresepan Dan Penggunaan Dosis pada OAT-KDT Kategori-1

Tahap Intensif dan Tahap Lanjutan ... 64

V.7 Pola Peresepan pada OAT Kombipak Kategori-1 Tahap Intensif dan

Lanjutan ... 66

V.8 Pola Peresepan pada Penggunaan OAT Anak Kombipak Tahap Intensif

dan Lanjutan ... 67

V.9 Pola Peresepan pada Penggunaan OAT Kategori-1 Dengan Kombinasi

Obat Lain ... 68

V.10 Pola Peresepan pada Penggunaan OAT Generik dan Non-Generik Lini1 .. 71

VI.1 Paduan OAT-KDT Kategori-1 ... 74

VI.2 Paduan OAT Kombipak Kategori-1 ... 75

VI.3 Jenis dan Dosis Obat TBC Anak, berdasarkan Rekomendasi IDAI ... 76

VI.4 Paduan Lini Pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa yang

(17)
[image:17.595.117.524.148.662.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Individu yang Terinfeksi Mycobacterium tuberculosis ... 6 2.2 Patofisiologi TBC ... 8

2.2 Gambar Grafik Prosentase Prosentase Penderita Tidak Diobati setelah 5

Tahun Sakit ... 10

5.1 Diagram Distribusi Usia Pasien Tuberkulosis ... 59

5.2 Diagram Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis ... 60

5.3 Diagram Distribusi Berdasarkan Dokter yang Menulis Resep untuk Pasien

Tuberkulosis ... 61

5.4 Diagram Pola Peresepan pada Penggunaan OAT Lini-1 ... 63

5.5 Diagram Pola Peresepan pada OAT-KDT Kategori-1 Tahap Intensif dan

Tahap Lanjutan ... 64

5.6 Diagram Pola Penggunaan Dosis pada OAT-KDT Kategori-1 Tahap

Intensif ... 65

5.7 Diagram Pola Peresepan OAT Kombipak Kategori-1 Tahap Intensif dan

Lanjutan ... 66

5.8 Diagram Pola Penggunaan Dosis OAT Kombipak Kategori-1 Tahap

Intensif dan Lanjutan ... 66

5.9 Diagram Pola Peresepan OAT Anak Kombipak Tahap Intensif dan

Lanjutan ... 67

5.10 Diagram Pola Penggunaan Dosis OAT Anak Kombipak Tahap Intensif ... 68

5.11 Diagram Pola Peresepan pada Penggunaan OAT Kategori-1 Dengan

Kombinasi Obat Lain ... 69

5.12 Diagram Pola Peresepan Pada Penggunaan OAT Generik dan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 95

2. Surat Pernyataan ... 96

3. Surat Penelitian di RSP Batu terkait rekam medis ... 97

4. Surat Penelitian di RSP Batu untuk Instalasi Farmasi ... 98

5. Daftar Pengumpulan Data Harian Lini-1 ... 101

(19)

DAFTAR SINGKATAN

ABC : Abacavir

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

ART : Anti Retroviral Therapy

ARTI : Annual Risk of Tuberkulosis Infection

ARV : Antiretroviral

AZT : Zidovudine

BTA : Basil Tahan Asam

ddI : Didanosine

DM : Diabetes Melitus

DOT : Directly Observed Treatment

d4T : Stavudine

E : Etambutol

EFZ : Efavirens

FDC : Fix Dose Combination

H : Isoniazid

HIV : Human Immunodeficiency Virus

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

IDV : Indinavir

INH : Isoniazid

IO : Infeksi Oportunistik

IUATLD : International Union Against Tuberkulosis and Lung Diseases

KDT : Kombinasi Dosis Tetap

Kombipak : Kombinasi Paket

(20)

NNRTI : Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors

NRTI : Nucleoside reverse transcriptase inhibitors

NVP : Nevirapine

OAD : Oral AntiDiabetes

OAT : Obat Anti Tuberkulosis

OAT-FDC : Obat Anti Tuberkulosis-Fix Dose Combination OAT-KDT : Obat Anti Tuberkulosis-Kombinasi Dosis Tetap

ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS

PAS : Para-Amino-Salycilacid

PI : Protease Inhibitors

PMO : Pengawas Menelan Obat

R : Rifampisin

R/ : Recipe

SIP : Surat Ijin Praktek

SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga

STAGTB : Strategyand Technical Advisory Group for TB

TBC : Tuberculosis TFV : Tenofovir

VIP : Very Important Person

WHO : World Health Organization

Z : Pirazinamid

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, D.T. dan Sukohar, A., 2014. Rational Drug Prescription Writing.JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014.

Anggraeni, D., 2014. Hubungan Antara Golongan Darah Dengan Penyakit

Tuberculosis (TB) Paru Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)

Purwokerto. Skripsi.Purwokerto : Universitas Jendral Soedirman.

Anonim, 2015. Profil RSP Batu Kota Batu. http://rumah-sakit.findthebest.co.id//I/2019/RS-Paru-Batu. Diakses tanggal 14 Januari 2015.

Anonim, 2015. Individu yang terpajan Mycobacterium tuberculosis.

http://www.google.co.id/search?q=etiologi+tbc&biw. Diakses tanggal 27 April 2015.

Anonim, 2015. Patofisiologi TBC. http://www.google.co.id/mediacastore.com. Diakses tanggal 27 April 2015.

Apha (American Pharmacists Association), 2008. Drug Information Handbook

17thEdition. Lexi-Comp’s Drug Reference Handbooks.

Astuti, S., 2013. Hubungan Tingkat pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

BNF.org, 2011. British National Formulary 61.

Budiarto, E., 2004. Metode Penelitian Kedokteran. Jakarta: ECG.

Cahyadi, A. dan Venty, 2011. Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Melitus. J Indon Med Assoc, Vol. 61 No.4 : 173.

Chandra, B., 2008. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: ECG, hal 20-75.

(22)

Depkes RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Ditjen PPL, 2009. Buku Saku Kader Program Penanggulangan TB. Depkes RI.

Effendi, M., 2012. Hubungan Kontak dengan Penderita Dewasa Dan Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Balita Di Poli Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2012. Skripsi. Bengkulu : STIKES Dehasen.

Entjang, I., 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Gondodiputro, S., 2007. Rekam Medis Dan Sistem Informasi Kesehatan Di Pelayanan Kesehatan Primer (PUSKESMAS). Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, hal 3.

Herlina, L., 2013. Tuberkulosis dan faktor risiko kejadian Multidrug ResistantTuberculosis (MDR TB/Resistensi Ganda).

Hiswani, 2009. Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan masyarakat. (Http://librarv.usu.ac.id/download/fkm-hiswani6.pdf 2009).

Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. In : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes, 2009. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Nomor 364/MENKES/SK/V/2009.

Kemenkes, 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Kemenkes RI : Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kemenkes, 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Kemenkes, 2012. Petunjuk Teknis Tata Laksana Ko-Infeksi TB-HIV.

(23)

Kemenkes, 2013. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak.

Kemenkes, 2014. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Menkes RI.

Latifah, E., 2008. Gambaran Pelaksanaan Program Penangglangan Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Poris Plawad. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia Esa Unggul.

Lestari, E., Tania, K.D., Rahmi, L., 2011. Sistem Informasi Rekam Medik Pada Rumah Sakit Bersalin Graha Rap Tanjung Balai Karimun. Jurnal Sistem Informasi (JSI), Vol.3 No.2 p. 388-397.

Lyanda, A., 2008. Rapid TB Test. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS. Persahabatan – Jakarta. Jurnal Tuberkolosis Indonesia Vol. 8, No. 1 : 12.

Manalu, H.S.P., 2010. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.9 No.4, Desember 2010 : 1340-1346.

Megawati, D., 2013. Prevalensi Manifestasi Oral Tuberculosis Di Balai Pengobatan Penyakit Paru Makassar. Skripsi. Makasar : FKG Universitas Hassanudin.

Meiyanti, 2007. Penatalaksanaan Tuberkulosis pada Kehamilan. Universa Medicina Vol.26 No.3 Juli-September 2007.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Rekam Medis. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/MENKES/PER/III/2008. Jakarta.

Mulyadi, 2006. Penatalaksanaan Tuberkulosis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala

Vol. 6 No.3 : 157 – 160.

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka cipta, hal 181-193.

(24)

Oswari, E., 2006. Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Permitasari, D.A., 2012. Faktor Risiko Terjadinya Koinfeksi Tuberkulosis pada Pasien HIV/AIDS DI RSUP Dr. Kariadi Semarang. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. FK : Universitas Diponegoro.

Piliarta, I.N.G. dkk, 2009. Kajian Kelengkapan Resep Pediatri Rawat Jalan yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit Swasta di Kabupaten Gianyar.

Priyandani, Y. dkk, 2014. Profil Problem Terapi Obat Pada Pasien Tuberkulosis Di Beberapa Puskesmas Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas Vol.1, No.2 : 30 – 35.

Pujiati, S., 2009. Ketidaktepatan Waktu Pengobatan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat : Universitas Indonesia.

Ratnasari, N.Y., 2012. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Penderita Tuberkolosis Paru (TB Paru) Di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran. . Jurnal Tuberkolosis Indonesia. Vol. 8, No. 1 : 7.

Rian, S., 2010. Pengaruh Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis Terhadap Kejadian Default Di Rumah Sakit Pondok Kopi Jak arta Timur Januari 2008 – Mei 2010. Tesis. Jakarta : FKM Universitas Indonesia.

Rusdi, N.K., 2011. Gambaran Efek Samping Kombinasi Obat dan Kesesuaian Dosis pada Pasien Multiple Drug Resistance Tuberculosis (TB MDR) Di Rumah Sakit Persahabatan Tahun 2010. Farmasains Vol.1 No.4, Oktober 2011 : 198-202.

Sangadah, U., 2012. Analisis Faktor Penyebab Terputusnya Pengobatan Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen.

Skripsi. Depok : FKM Universitas Indonesia.

Saptawati, L., Mardiastuti, K., Anis, Rumende, C.M., 2012. Evaluasi Metode FastPlaqueTBTM untuk Mendeteksi Mycrobacterium tubercolosis pada Sputum Di Beberapa Unit Pelayanan Kesehatan Di Jakarta – Indonesia.

(25)

Sari, I.D. dkk. 2014. Studi Monitoring Efek Samping Obat Antituberkulosis FDC Kategori I Di Provinsi Banten dan Di Provinsi Jawa Barat. Media Litbangkes Vol. 24 No. 1, Mar 2014 : 28-35.

Setiawan, B., 2011. Efikasi Suplemen Mikronutrien sebagai Terapi Adjuvan pada Penderita Tuberkulosis Aktif.

Siahaan, S., 2013. Analisis Ketersediaan dan Pola Peresepan Obat Di Rumah Sakit Pemerintah Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 16 No. 4 Oktober 2013: 373–379

Soepandi, P.Z., 2010. Diagnosis dan Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya TB-MDR. Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol.7 No.4 : 20-23.

Spiritia, 2006. Seri Buku Kecil : HIV & TB. Yayasan Spiritia.

Sukandar, E.Y. dkk, 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI Penerbitan.

Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Tjay, H.T. dan Rahardja, K., 2007. Obat – Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek – Efek Sampingnya, Edisi ke 6, Jakarta : Elex Media Komputindo, hal 154 – 169.

(26)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang telah lama

dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia

(Leli dkk, 2012). Penyakit TBC ditularkan dari orang ke orang, penyebab

utamanya melalui saluran pernapasan dengan menghisap atau menelan tetes-tetes

ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung basil oleh penderita TBC terbuka. Kontak antara tetes-tetes ludah/dahak tersebut dan luka di kulit juga

dapat menjadi penyebab penyakit tersebut. Basil TBC dapat hidup beberapa jam

dalam udara panas lembab, dalam nanah juga mampu bertahan beberapa hari.

Pembatasan penyebaran kuman TBC memerlukan screening dari semua anggota keluarga dekat yang erat hubungannya dengan penderita sehingga dapat terdeteksi

pada waktu dini (Tjay dan Rahardja, 2007).

Prevalensi TBC di Indonesia dan negara-negara sedang berkembang

lainnya cukup tinggi. Pada tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah

>600.000 dan sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia

produktif (15-55 tahun). Angka kematian karena infeksi TBC berjumlah sekitar

300 orang perhari dan terjadi >100.000 kematian per tahun (Saptawati dkk, 2012).

World Health Organization menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah kasus

tuberkulosis di Indonesia berada di posisi keempat setelah India, Afrika Selatan,

dan Cina (Priyandani dkk, 2014). TBC merupakan penyebab kematian ke-3

setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran pernapasan pada semua kelompok

usia dan penyebab pertama dari golongan penyakit infeksi (Lyanda, 2012).

WHO menyatakan bahwa TBC telah menjadi ancaman global.

Diperkirakan 1,9 milyar manusia atau sepertiga penduduk dunia terinfeksi

penyakit TBC. Setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TBC dengan

kematian sebesar 3 juta orang. Di negara berkembang kematian mencakup 25%

dari semua kasus yang ada, sebenarnya dapat dicegah sehubungan dengan telah

(27)

2

Bakteri TBC hidup di dalam sel tubuh dan di luar sel tubuh, maka perlu

pengobatan yang selektif. Pengobatan TBC membutuhkan waktu kira-kira dua

minggu, TBC dapat atasi dan penderita akan merasa sehat kembali. Tetapi, jika

penderita kurang hati-hati keadaan tersebut bahkan akan menjebak dan membuat

penderita gagal dalam pengobatan. Pengobatan yang berhasil dalam kurun waktu

dua minggu tersebut hanya untuk bakteri yang berada di luar sel. Penanggulangan

bakteri yang berada di dalam sel tubuh memerlukan waktu paling sedikit enam

bulan. Penderita dan keluarga, harus tekun menjalani pengobatan selama enam

bulan. Penderita tidak boleh merasa cepat puas dengan hasil pengobatan yang

menggembirakan lalu menghentikan pengobatan (Nurhasan, 2004).

Penghentian pengobatan yang tidak sesuai dengan jadwal yang seharusnya

akan menimbulkan bahaya resistensi. Secara mikrobiologi resistensi disebabkan

oleh mutasi genetik dan hal ini membuat obat tidak efektif melawan basil mutan

yang telah mengalami mutasi. Diantara satu dalam 106-108 basil tuberkel adalah

mutan spontan yang resisten terhadap OAT lini pertama, populasi galur

Mycobacterium tuberculosis resisten mutan dalam jumlah kecil dengan mudah

dapat diobati, namun terapi yang tidak adekuat menyebabkan proliferasi dan

meningkatkan populasi galur Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap OAT (Herlina, 2013). Resistensi yang terjadi pada pengobatan, mengakibatkan

kuman akan semakin sulit diberantas. Penderita yang berobat sesuai dengan

jadwal dapat mengurangi resiko terjadinya resistensi (Nurhasan, 2004).

Obat anti tuberkulosis yaitu Rifampicin, Isoniazid/INH, Streptomycin,

Pyrazinamide dan Ethambutol termasuk dalam lini pertama. Obat tersebut bekerja

secara bakterisidal terhadap basil yang sedang berkembang biak secara aktif,

tetapi hanya Rifampicin, Isoniazid/INH dan Pirazinamide yang berefek sterilisasi

lesi TBC, yaitu membunuh basil yang persisters (sedang tak berkembang biak). Streptomycin bekerja secara ekstraseluler, Rifampicin, Isoniazid/INH, dan

Ethambutol bekerja baik di dalam maupun di luar sel, sedangkan Pyrazinamide

bekerja secara intraseluler (Sukandar dkk, 2008).

Pengobatan yang dilakukan pada 8 minggu pertama, obat diberikan setiap

hari, kemudian diberikan secara intermiten yaitu sebanyak 2-3 kali dalam

(28)

3

harian. Secara universal telah dipakai dosis sebagai berikut, yaitu cara pemberian

terbaik adalah pagi hari, 1 jam sebelum makan agar tercapai absorbsi dalam usus

semaksimal mungkin. Kecuali Streptomycin yang harus diberikan dengan

suntikan (Danusantoso, 2000).

Panduan OAT yang standar yang direkomendasikan oleh WHO dan

IUATLD (International Union Against Tuberkulosis and Lung Diseases) yaitu (Rian, 2010) : Kategori I (2HRZE/4H3R3) kasus baru dengan dahak positif dan

penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis,tuberkulosis milier dan

sebagainya. Dan kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) diberikan kepada

penderita kambuh, penderita gagal terapi atau penderita dengan pengobatan

setelah lalai minum obat (Rian, 2010)..

Kombinasi Isoniazid-Rifampin yang diberikan selama 9 bulan akan

menyembuhkan 95-98% kasus-kasus tuberkulosis yang disebabkan oleh

strain-strain yang peka (rentan). Tambahan Pyrazinamide pada kombinasi

Isoniazid-Rifampicin untuk 2 bulan pertama akan mempersingkat lama terapi sampai

menjadi 11 bulan tanpa kehilangan efikasinya. Jenis obat tambahan lainnya yaitu,

kanamisin, kuinolon, obat lain yang masih dalam penelitian (makrolid,

amoksisilin + asam klavulanat) dan derivat rifampisin dan INH (Katzung, 2004).

Kombinasi obat TBC dengan OAD (Obat Anti Diabetes) cukup banyak

diresepkan, karena DM dapat menekan respon imun penderita yang selanjutnya

akan mempermudah terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan kemudian berkembang menjadi penyakit tuberkulosis. Kedua kondisi penyakit

tersebut seringkali ditemukan secara bersamaan yaitu sekitar 42,1%, terutama

pada orang dengan risiko tinggi menderita TBC (Wulandari dan Sugiri, 2013).

Peresepan OAT dengan ARV juga sering dikombinasikan, Infeksi HIV

merupakan faktor risiko terpenting berkembangnya infeksi Mycobacterium

tuberculosis menjadi penyakit TBC. Risiko untuk terkena penyakit TBC pada

penderita HIV positif meningkat 50% dibanding mereka yang tidak terinfeksi

HIV. Sampai saat ini sepertiga dari kasus HIV positif di dunia mempunyai

koinfeksi dengan TBC (Permitasari, 2012).

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang peresepan

(29)

4

yang panjang dan penderita harus mengkonsumsi obat secara rutin. Dalam

penelitian ini akan dijelaskan tentang peresepan yang digunakan dalam

pengobatan TBC dengan berbagai obat yang digunakan selama terapi, juga

peresepan OAT dengan OAD serta OAT dengan ARV. Apabila penderita tidak

secara teratur mengkonsumsi obat, maka akan terjadi beberapa masalah dalam

pengobatan seperti kambuhnya penyakit TBC bahkan kegagalan dalam

pengobatan serta resisten obat. Oleh karena itu diperlukan monitoring dan

pemantauan terhadap penggunaan obat secara rasional sesuai dengan petunjuk

dokter yang mencakup ketepatan dosis, ketepatan obat, ketepatan lama

pengobatan, kesesuaian indikasi dengan keluhan serta waspada terhadap efek

samping obat dan kombinasi obat TBC dengan OAD (Obat Anti Diabetes) serta

kombinasi obat TBC dengan ARV (Antiretroviral).

Ditinjau dari latar belakang yang ada, maka dilakukan penelitian tentang

peresepan obat yaitu Profil Peresepan Obat Tuberkulosis di RSP Batu Kota Batu.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Ditinjau dari aspek

pengumpulan, data penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pengumpulan

data dilakukan secara retrospektif. Populasi penelitian adalah pasien TBC segala

umur dan yang tercatat dalam rekam medis di RSP Batu Kota Batu. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret 2015 yang berlokasi di RSP Batu Kota Batu. RSP

Batu Kota Batu adalah rumah sakit daerah milik pemerintah yang memberikan

pelayanan kesehatan dengan dokter dan dokter spesialis yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana profil peresepan obat tuberkulosis di RSP Batu Kota Batu

periode Oktober – Desember 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan

(30)

5

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

Penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui profil peresepan obat

tuberkulosis di RSP Batu Kota Batu yang meliputi aspek :

1. Jumlah resep obat tuberkulosis.

2. Golongan obat tuberkulosis.

3. Dosis pemakaian obat tuberkulosis.

4. Kategori obat tuberkulosis.

5. Tahap pengobatan tuberkulosis.

6. OAD dan Antiretroviral yang ada dalam peresepan tuberkulosis.

1.4 Manfaat Penelitiaan 1.4.1 Bagi Penulis

1. Sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan, dalam hal ini

yaitu pola peresepan dalam rumah sakit.

2. Menambah wawasan dan pengalaman tentang dunia kerja yang akan penulis

hadapi di masa depan.

3. Sebagai persyaratan dalam mencapai gelar sarjana sekaligus telah menyelesaikan pendidikan di “Universitas Muhammadiyah Malang”.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

1. Laporan hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi terkait profil

peresepan obat tuberkulosis bagi rumah sakit.

2. Menciptakan peluang kerja sama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat antara tenaga medis di rumah sakit.

1.4.3 Bagi Tenaga Medis

1. Memberikan informasi bagi tenaga kesehatan tentang peresepan obat anti

tuberkulosis sehubungan dengan hasil penelitian ini.

2. Menambah wawasan lebih jauh tentang penyakit yang ada dalam

masyarakat khususnya penderita TBC (tuberkulosis).

1.4.4 Bagi Peneliti Lain

Gambar

Tabel Halaman
Gambar    Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) melalui media kartu domino

Tujuan dari prosesi ini adalah untuk memperkenalkan pasangan mempelai tersebut ke masyarakat, terutama pada kalangan kerabat maupun masyarakat dimana mempelai perempuan tinggal,

antara satu tamadun dengan tamadun yang lain. Negara barat menganggap mereka adalah kuasa besar dan sentiasa campurtangan dalam urusan negara lain atas nama

Tombol hitung bahan baku digunakan untuk menampilkan kebutuhan baku tiga periode ke depan sesuai dengan produk jadi yang dipilih sebelumnya, dapat dilihat pada

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing

The offspring of the low-licking/grooming arched-back nursing mothers show increased CRF receptor levels in the locus coeruleus and decreased central benzodiazepine receptor levels

In this prospective longitudinal study, we have utilized quantitative in vivo proton MRS to test the hypothesis that similar to the preclinical findings in the rodent brain and in

BPKH Tembusan MEN - HUT & penyam- paian peta arahan indikatif Provinsi peta arahan indikatif per Provinsi peta arahan indikatif per Provinsi peta arahan indikatif per