DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anoraga, Pandji dan H. Djoko Sudantoko, Koperasi Kewirausahaan dan
Usaha Kecil. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan
Terbatas. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2000.
Budiyono, Tri. Hukum Perusahaan. Salatiga: Griya Media, 2011.
Chaniago, Arifin. et. al. Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Bandung:
Angkasa, Cetakan ke-2, 1973.
Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi
Indonesia, Pengetahuan Perkoperasian. Jakarta: Departemen
Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia,
1977.
Fuady, Munir. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. Bandung:
CV.Utomo, 2005.
Hasyim, Farida Hukum Dagang. Jakarta : Sinar Grafika, 2009.
Harris, Freddy dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban
Pemberitahuan oleh Direksi.Bogor : Ghalia Indonesia, 2010.
Hadhikusuma, R.T. Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Harahap, M. Yahya Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika,
H. Masngudi, Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di
Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian Pengembangan Koperasi
Departemen Koperasi. 2010.
Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum.Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004.
Karta, Sapoetra G. et, al, Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila,
dan Undang-undang Dasar 1945. Jakarta: Bina Aksara, 1989.
Mertokusumo, Soedikno. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta
: Liberty, 1988.
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era
Global. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005.
Munker, Hans H. Hukum Koperasi. Bandung: Alumni, 1987.
Ninik Widiyanti YW. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia.
Jakarta : Bina Aksara, 1989.
Nurdin, Bahri. Partisipasi Anggota dan Pemantapan Skala Usaha Sebagai
Alat Penunjang Pelaksanaan Koperasi Mandiri, dalam “Ekonomi Indonesia Masalah dan Prospek 1989/1990”, (Jakarta: UII Press,
1989), hlm. 379.
Muliya, Liya Sukma dan Neni Sri Imaniyati. Perusahaan Modal Ventura
Dalam Perspektif Hukum Bisnis dan Hukum Islam. Bandung:
Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung, 2010.
Pachta, Andjar W. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Kencana, 2007.
Pramono, Nindyo. Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya dan Koperasi
Indonesia didalam Perkembangan. Yogyakarta: TPK Gunung
Mulia, 1986.
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas.
Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2:
Bentuk-bentuk Perusahaan, Cet. 10. Jakarta : Intan Sejati Klaten,
2005.
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas
(Bandung: PT. Alumni, 2004.
Sembiring, Sentosa Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas.
Bandung : Nuansa Aulia, 2006.
Shujiro, Urata. Policy Recommendation for SME Promotion in the Republik
of Indonesia. Jakarta: JICA Report, 2000.
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rajawali Pers,
2001.
Hartono , Sri Redjeki. Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung:
Mandar Maju, 2000.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia-Press, 1986.
Tambunan, Tulus. Prospek Perkembangan Koperasi Di Indonesia Kedepan:
Masih Relevankah Koperasi dalam Era Modernisasi Ekonomi?.
Jakarta: Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti, 2008.
U. Purwanto. Petunjuk Praktis Cara Mendirikan Dan Mengelola Koperasi
Di Indonesia. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 1985, cet 1.
Y. Harsoyo dkk. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Tangerang:
B. Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25
tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 116.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 1006.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan.
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal
Ventura.
C. Jurnal
Dipta, I Wayan. “Memperkuat UKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015,” Infokop Volume 21, Oktober 2012.
Hamid, Edy Suandi. “Pengembangan UMKM untuk Meningkatkan Perekonomian Daerah,”. Purworejo: disampaikan pada Simposium Nasional: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif, 2010.
Kartasasmita, Ginandjar. “Membangun Ekonomi Rakyat untuk Mewujudkan Indonesia Baru yang Kita Cita-citakan,” Bandung:
pidato Disampaikan di depan Gerakan Mahasiswa Pasundan Bandung, 27 September 2001.
Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. Tahun 2012).
Republik Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, “Daya Saing Koperasi dan UKM”, Warta KUMKM, Edisi II, 2013.
Republik Indonesia , Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “Kebijaksanan dan Program Kementrian Koperasi dan UKM yang Mendukung Program Kewirausahaan Masyarakat,” Bandung: disampaikan pada Seminar Nasional di Bandung, 2010.
Sartika, Tiktik Pratomo, “Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi,” Working Paper Series No. 9, Juni 2004.
Sulaiman, M. Faruq. “Perbandingan Kedudukan Tanggung Jawab Hukum Pengurus Pada Koperasi dan Perseroan Terbatas (Studi Kasus: Koperasi Komunika dan PT Bakrie Telecom Tbk),” Skripsi,
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Subagiyo, Dwi Tatak. “Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Akibat Perbuatan Melawan Hukum Direksi Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas”, Jurnal Perspektif, Volume XX, No. 1,
Januari 2015.
Tulus , Tambunan. Pasar Bebas ASEAN: “Peluang, Tantangan dan Ancaman bagi UMKM Indonesia,” Infokop, Volume 21, Oktober
2012.
D. Website
https://hamdanzoelva.wordpress.com/2008/03/11/paradigma-baru-politik-pasca-perubahan-uud-1945/ , (diakses pada tanggal 14 Agustus
2016 pada pukul 20.35 WIB).
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-koperasi/
“Negara Berkembang”, https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_berkembang.
“Negara Maju”, https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_maju).
Tobing, Letezia. “Ulasan Koperasi Sebagai Pemegang Saham PT”, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt560d81ef5532b/koper asi-sebagai-pemegang-saham-perseroan-terbatas (diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 12.38).
Agus Sahbani, “UU Perkoperasisan Dibatalkan karena Berjiwa Korporasi.” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5385bfa83b01f/uuperk operasiandibatalkankarenaberjiwa-korporasi (diakses pada tanggal 31 Agustus 2015 pada pukul 17.00 WIB).
PT. Bahana Ventura, “Profil BAV”,
http://www.bahanaventura.com/profil/profil-bav (diakses pada 6
Oktober 2016 pada pukul 20.00 WIB).
Republik Indonesia, Bappenas, “Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah”, bappenas.go.id/files/.../bab-20__20090202204616__1756__21.pd... (diakses pada 6 Juni pada pukul 20.18 WIB).
Neti Budiwati, “Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi”,
file.upi.edu/Direktori/...KOPERASI/.../Manaj_Keuang_Kop.pdf (Diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pada pukul 20.00).
Raharjo Ignasius Sumarsono, Informasi Elektronik Pada Electronic -
Commerce Dalam Hukum Pembuktian Perdata, http : // www.
Lib.unair.ac.id , (yang diakses pada tanggal 13 Agustus 2016 pada pukul 15.01 WIB).
Wirawan, Mendirikan Perseroan Terbatas, http : // www.google.com,
(yang diakses pada tanggal 13 Agustus 2016 pada pukul 15.19
BAB III
ASPEK HUKUM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA
3.1 Pendirian Perseroan Terbatas Untuk Menjalankan Usaha
Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perubahan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan
Terbatas, prosedur pendirian PT juga tidak banyak berubah dengan
prosedur pendirian PT yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Prosedur pendirian PT di dalam
UU No. 40 Tahun 2007 diatur di dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 14
(delapan pasal).
Menurut Pasal 7 ayat ( 1 ) UU No. 40 Tahun 2007, dikatakan
bahwa “Perseroan didirikan minimal oleh 2 ( dua ) orang atau lebih
dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia“.118
Pada saat
Perseroan didirkan, setiap pendiri Perseroan wajib mengambil saham.119
Apabila Perseroan memperoleh status badan hukum pemegang sahamnya
menjadi kurang dari 2 (dua), dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang
bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain
atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.120
118 Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007, Op. Cit, Pasal 7 ayat ( 1 ).
119
Ibid, Pasal 7 ayat (2).
Setelah jangka waktu 6 (enam) bulan dilampaui, pemegang saham
tetap kurang dari 2 (dua) orang, maka keadaan ini akan berpengaruh pada
pertanggung jawaban, yakni pemegang saham bertanggung jawab secara
pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas
permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat
membubarkan Perseroan tersebut.121 Akan tetapi, ketentuan pemegang
saham minimal 2 (dua) orang atau lebih tidak berlaku bagi :122
1. Perseroan yang sahamnya dimiliki oleh Negara.
2. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana
diatur dalam Undang – Undang tentang Pasar Modal.
Akta pendirian PT memuat anggaran dasar dan keterangan “lain“
berkaitan dengan pendirian Perseroan. Bila para pendiri tidak memiliki
waktu luang dalam pembuatan akta pendirian, para pendiri dapat diwakili
oleh orang lain berdasarkan surat kuasa. Adapun keterangan “ lain “
memuat sekurang – kurangnya :123
1. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan
dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri
mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan.
2. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan
anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;
121 Ibid, Pasal 7 ayat (6). 122
Ibid, Pasal 7 ayat (7).
3. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian
jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan
disetor.
Agar Perseroan diakui secara resmi sebagai badan hukum, akta
pendirian dalam bentuk akta notaris tersebut harus diajukan oleh para
pendiri secara bersama – sama melalui sebuah permohonan untuk
memperoleh Keputusan Menteri (Menteri Hukum dan HAM)
mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. Pengajuan permohonan
pengesahan dilakukan dengan melampirkan akta pendirian yang di
dalamnya terdapat anggaran dasar dari perusahan. Anggaran dasar
memuat sekurang – kurangnya :124
1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan.
2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan.
3. Jangka waktu berdirinya Perseroan.
4. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor.
5. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk
tiap klasifikasi, hak – hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham.
6. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris.
7. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS.
8. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi
dan Dewan Komisaris.
Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden Anggaran
dasar tidak boleh memuat :125
1. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham, dan
2. Ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pribadi atau pihak
lain.
Pengajuan permohonan itu dilakukan melalui jasa teknologi
informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada
Menteri dengan mengisi format isian (Akta Notaris Model I) yang
memuat sekurang – kurangnya:126
1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan.
2. Jangka waktu berdirinya Perseroan.
3. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan.
4. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor.
5. Alamat lengkap Perseroan
Permohonan pengesahan Perseroan tidak boleh memakai nama
yang :127
1. Telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya
dengan nama Perseroan lain.
2. Bertentangan dengan ketertiban umum dan / atau kesusilaan.
3. Sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah,
atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang
bersangkutan.
125 Ibid, Pasal 15 ayat (3). 126
Ibid, Pasal 9 ayat (1).
4. Tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau
menunjukkan maksud dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri.
5. Terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf
yang tidak membentuk kata; atau
6. Mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan
perdata.
Pengajuan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan
dilakukan oleh Notaris sebagai kuasa dari pendiri. Notaris mengajukan
permohonan kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.128Permohonan
diajukan oleh Notaris melalui Sisminbakum129 dengan cara mengisi
Format Isian Akta Notaris (FIAN) model I setelah pemakaian nama
disetujui Menteri atau Pejabat yang ditunjuk dan dilengkapi keterangan
mengenai dokumen pendukung.130 Di dalam Pasal 4 Peraturan Menteri
Kehakiman & HAM No. M – 01 – HT. 01 – 10 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan
Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan
Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan dikatakan bahwa Menteri
128
Lihat peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor: M-01-HT.01-10 tahun 2007 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan, Pasal 2
129 Sisminbakum atau Sistem Administrasi Badan Hukum adalah jenis pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat dalam proses pengesahan badan hukum Perseroan dan proses pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar, penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan perubahan data Perseroan serta pemberian informasi lainnya secara elektronik, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.
130 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor:
atau Pejabat yang ditunjuk dapat menyatakan tidak berkeberatan atau
menolak permohonan yang diajukan dan dilakukan langsung melalui
Sisminbakum.
Jika FIAN dan keterangan mengenai dokumen pendukung telah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan, Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk langsung menyatakan tidak berkeberatan atas
permohonan yang bersangkutan. Dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan,
Notaris yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat
permohonan yang dilampiri dokumen pendukung dan dibuktikan dengan
tanda terima. Dokumen pendukung yang dimaksud adalah :131
1. Salinan akta pendirian Perusahaan dan salinan akta perubahan pendirian
Perseroan, jika ada;
a. Salinan akta peleburan dalam hal pendirian perseroan dilakukan
dalam rangka peleburan;
b. Bukti pembayaran biaya untuk:
1) Persetujuan pemakaian nama;
2) Pengesahan badan hukum Perseroan; dan
3) Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia
c. Bukti setor modal Perseroan berupa:
1) Slip setoran atau keterangan bank atas nama Perseroan atau
131
rekening bersama atas nama para pendiri atau pernyataan
telah menyetor modal Perseroan yang ditandatangani oleh
semua anggota Direksi bersama- sama semua pendiri serta
semua anggota Dewan Komisaris Perseroan, jika setoran
modal dalam bentuk uang;
2) Keterangan penilaian dari ahli yang tidak terafiliasi atau bukti
pembelian barang jika setoran modal dalam bentuk lain selain
uang yang disertai pengumuman dalam surat kabar jika
setoran dalam bentuk benda tidak bergerak;
3) Peraturan Pemerintah dan/atau surat keputusan Menteri
Keuangan bagi Perseroan Persero; atau
4) Neraca dari Perseroan atau neraca dari badan usaha bukan
badan hukum yang dimasukkan sebagai setoran modal.
d. Surat keterangan alamat lengkap Perseroan dari Pengelola
Gedung atau surat pernyataan tentang alamat lengkap Perseroan
yang ditandatangani oleh semua anggota Direksi bersama-sama
semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan;
dan
e. Dokumen pendukung lain dari instansi terkait sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Jika semua persyaratan telah dipenuhi secara lengkap, paling
lambat 7 (tujuh) hari, Menteri atau Pejabat yang ditunjuk menerbitkan
hukum Perseroan ditandatangani secara elektronik. Bentuk tanda tangan
ternyata mempunyai variasi yang cukup banyak, tidak baku harus berupa
tanda tangan dengan tinta, sehingga tanda tangan elektronik (termasuk di
dalamnya tanda tangan digital) sah sebagai tanda tangan sepanjang proses
cryptography dilaksanakan dengan benar.132
Di dalam UU No. 1 Tahun 1995 tentang PT yang melakukan
pendaftaran setelah diperoleh pengesahan dibebankan kepada Direksi
Perseroan maka di dalam UU No. 40 Tahun 2007 yang menyelenggarakan
daftar perseroan setelah diperoleh pengesahan adalah Menteri yang
memberikan pengesahan badan hukum dan memasukkan data perseroan
secara langsung.133
Daftar perseroan memuat data tentang Perseroan yang meliputi :134
1. Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha,
jangka waktu pendirian, dan permodalan.
2. Alamat lengkap Perseroan.
3. Nomor dan tanggal akta pendirian dan Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum Perseroan.
4. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri.
5. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal
penerimaan pemberitahuan oleh Menteri.
132
Raharjo Ignasius Sumarsono, Informasi Elektronik Pada Electronic -
Commerce Dalam Hukum Pembuktian Perdata, http : // www. Lib.unair.ac.id , (yang
diakses pada tanggal 13 Agustus 2016 pada pukul 15.01 WIB), hlm. 1.
133 Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007, Op. Cit, Pasal 29 ayat (1).
6. Nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan
akta perubahan anggaran dasar.
7. Nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris Perseroan.
8. Nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan
pengadilan tentang pembubaran Perseroan yang telah diberitahukan
kepada Menteri.
9. Berakhirnya status badan hukum Perseroan.
10.Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi
Perseroan yang wajib diaudit.
Data Perseroan dimasukkan dalam daftar perseroan pada tanggal
yang bersamaan dengan tanggal :135
1. Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan,
persetujuan atas perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan
2. Penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar yang tidak
memerlukan persetujuan, atau
3. Penerimaan pemberitahuan perubahan data Perseroan yang bukan
merupakan perubahan anggaran dasar.
4. Daftar Perseroan yang diselenggarakan oleh Menteri ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang–undangan di bidang pasar modal dan
terbuka untuk umum.
Pengumuman pendirian PT136 ini juga dilakukan oleh Menteri
yang mengesahkan PT di dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia:137
1. Akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri.
2. Akta perubahan anggaran dasar Perseroan berserta Keputusan Menteri.
3. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya
oleh Menteri.
3.2 Dinamika Pengaturan Perseroan Terbatas di Indonesia
Dalam sejarah perkembangan pengaturan perseroan terbatas berada
pada titik stagnan sejak KUHD diberlakukan di Indonesia (Hindia Belanda
pada saat itu) pada tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi/
concordantiebeginsel.138 Perubahan pertama terhadap pengaturan mengenai perseroan terbatas baru ada pada tahun 1995 dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dan 12
(dua belas) tahun kemudian Pemerintah melakukan perubahan kedua
dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
136
Pengumuman ini dilakukan dalam waktu paling lambat 14 ( empat belas ) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri atau sejak diterimanya pemberitahuan. Tujuan dari pendaftaran dan pengumuman ini adalah untuk memenuhi asas publisitas, yang bertujuan agar masyarakat luas mengetahui seluruh informasi yang berkaitan dengan perseroan tersebut. (Lihat Wirawan, Mendirikan Perseroan Terbatas, http : // www.google.com, (yang diakses pada tanggal 13 Agustus 2016 pada pukul 15.19 WIB), hlm. 1
137
Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Op. Cit, Pasal 30 ayat (1).
Terbatas menggantikan undang-undang sebelumnya. Dua kali perubahan
secara kelembagaan peraturan mengenai perseroan terbatas mampu
menggambarkan karakter yang bertolak belakang ketika dihadapkan dengan
aktivitas ekonomi yang cenderung cair dan dinamis.139
Menurut H.M.N. Purwosutjipto dengan memperhatikan ketentuan
Pasal 1 KUHD sebagai berikut: Pengaturan Perseroan dalam KUHD
merupakan lex specialis atas bentuk-bentuk perusahaan Persekutuan
(maatschap, partnership) maupun perkumpulan yang diatur dalam KUH
Perdata maupun yang diatur dalam peraturan perundangan yang lain.140
Dalam KUHD, dikenal ada 2 (dua) golongan atau kelompok bentuk
perusahaan atau bentuk badan usaha, yaitu Persekutuan Dengan Firma atau
Vennootschap Onder Firma disingkat FA, Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap, disingkat CV dan Perseroan Terbatas atau Naamloze Vennootschap, disingkat NV.141 Bentuk-bentuk perusahaan atau badan usaha yang di kena dalam KUHD ini semuanya menganut faham atau
prinsip atau doktrin perjanjian atau overeenkomst dalam sistem hokum
Eropa Kontinental, termasuk Belanda sebagaimana di atur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, disingkat KUHPerdata yang merupakan
terjemahan tidak resmi dari Burgelijk Wetboek Nederland Indie waktu itu,
disingkat BW. Induk dari bentuk perusahaan yang didirikan dengan
139 Ibid.
140
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 22.
141 Nindyo Pramono,” Perbandingan Perseroan Terbatas Di Beberapa Negara”,
bekerjasama dengan orang lain seperti yang dikenal dalam KUHD adalah
bentuk Persekutuan Perdata atau Maatschap atau Partnership sebagaimana
diatur di dalam Pasal 1618 sampai dengan 1652 KUHPerdata.142
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
merupakan undang-undang yang secara fundamental melakukan
penggantian terhadap ketentuan Pasal 36-56 KUHD. Dikatakan fundamental
karena Pasal 36-56 telah diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1848
berdasarkan asas konkordansi.143 Adapun alasan penggantian menurut
konsiderans Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas dengan penjelasan antara lain:144
1. Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi Peraturan
Perseroan Terbatas dalam KUHD, tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat.
2. Menciptakan kesatuan hukum dalam Perseroan yang berbentuk badan
hukum (rechtpersoon, legal person, legal entity).
Pasal 128 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas menegaskan, Buku Kesatu, titel ketiga, bagian ketiga
yang terdiri atas pasal 36 s.d. pasal 56 KUHD yang mengatur Perseroan
Terbatas berikut segala perubahannya, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1971 dinyatakan tidak berlaku.145
142 Ibid, hlm. 2.
143 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, (Salatiga: Griya Media, 2011), hlm. 19. 144
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm. 24.
Secara hukum ketentuan bagi perseroan terbatas, diatur pada pasal 4
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, yang berbunyi: Terhadap
perseroan berlaku undang-undang ini, anggaran dasar perseroan, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 146
3.3 Pemegang Saham Perseroan Terbatas
Pemegang saham merupakan salah satu stakeholeders dalam suatu
perseroan terbatas di samping stakeholders yang lain, seperti pekerja,
kreditur, investor, konsumen ataupun masyarakat secara keseluruhan.
Bahkan lebih dari itu, para pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas
juga merupakan pihak yang membawa dana ke dalam perusahaan, sehingga
dia di samping disebut stakeholders, disebut juga sebagai bagholders bagi
perusahaan.147
Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(selanjutnya disingkat RUPS) adalah alat perlengkapan perseroan, yang
merupakan kekuasaan yang tertinggi 148 dalam perseroan, yang
melaksanakan pimpinan tertinggi atas perusahaan.149 Pasal 1 butir 4
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menjelaskan bahwa “Rapat Umum
Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS) adalah organ perseroan yang
146
Ibid, hlm. 83.
147 Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, (Bandung:
CV.Utomo, 2005), hlm. 1.
148 Kekuasaan tertinggi merupakan istilah yang digunakan pada Undang-Undang
No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13).
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/ atau
Anggaran Dasar”.150 Namun wewenang yang diberikan Undang-Undang
kepada RUPS tidak berarti RUPS dapat melakukan tugas dan wewenang
yang diberikan Undang-Undang kepada Direksi dan Komisaris.
Kepada pemegang saham diberikan bukti pemilikan saham untuk
saham yang dimilikinya. Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk
menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran
dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi dan menjalankan hak lainnya
berdasarkan undang-undang.151
Bagian dari modal atau saham dapat diketahui siapa pemiliknya dan
berapa jumlahnya melalui daftar buku pemegang saham.152 Pada Pasal 50
ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ditegaskan bahwa sebagai
tanda bukti kepemilikan, maka nama pemegang saham dicatat dalam buku
Daftar Pemegang Saham. Perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya sesuai
dengan maksud dan tujuan pendirian perusahaan dengan terkumpulnya
modal tersebut. Jika perusahaan mendapatkan keuntungan, maka pemilik
modal (pemegang saham) berhak menikmati keuntungan yang lebih dikenal
dengan dividen. Besarnya dividen akan ditentukan dalam RUPS.153
150
Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Op. Cit, Pasal 1 angka 4
151 Nindyo Pramono, Op. Cit, hlm. 52.
152 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas (Bandung
: Nuansa Aulia, 2006), hlm. 53.
Sebagai pemilik dari saham yang telah menyertakan modal dalam
PT, maka Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 telah mengatur hak-hak
yang melekat oleh sebab kepemilikan saham tersebut. Pasal 52 ayat (1)
menyatakan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk :
1.Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS.
2.Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi.
3.Menjalankan hak lainnya berdasarkan UU PT ini.
Hak-hak yang individual pemegang saham dapat ditemukan
pengaturannya dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu:
1. Pasal 43 ayat (1), yaitu hak untuk ditawarkan terlebih dahulu jumlah
saham yang seimbang dengan pemilikan sahamnya untuk kualifikasi
saham yang sama, manakala PT bermaksud mengeluarkan saham baru
dengan kelas saham yang sama.
2. Pasal 43 ayat (2), yang menyatakan dalam hal saham yang akan
dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang
klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, pemegang saham yang ada
berhak mengambil bagian terlebih dahulu adalah seluruh pemegang
saham seseuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.
3. Pasal 51 jo. 48 ayat (1) tentang hak untuk memperoleh setiap lembar
saham yang dikeluarkan oleh PT.
4. Hak untuk menjual dan atau mengalihkan dalam bentuk apapun saham
yang dimiliki olehnya sebagaimana diatur dalam Pasal 56 UU PT.
saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang
sama, apabila ada pemegang saham yang bermaksud untuk menjual
sahamnya.
6. Pasal 60 ayat (2), yang menyatakan bahwa saham dapat diagunkan
dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam
anggaran dasar.
7. Pasal 61 ayat (1) yang secara tegas memberikan hak kepada setiap
pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan ke
pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang
dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan
RUPS, direksi dan/atau dewan komisaris.
8. Pasal 62 ayat (1), yaitu hak untuk meminta kepada perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan
tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham
atau perseroan, berupa perubahan anggaran dasar, pengalihan atau
penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50%
(lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan atau penggabungan,
peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.
9. Pasal 71 terkait dengan pembagian dividen dan Pasal 72 terkait dengan
dividen interim/sementar.
10.Pasal 79 ayat (2) terkait dengan hak 1 (satu) orang atau lebih pemegang
saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih
menetukan suatu jumlah yang lebih kecil untuk meminta
penyelenggaraan RUPS.
11. Pasal 80 ayat (1), terkait dengan keadaan dimana direksi atau dewan
komisaris atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS
dalam jangka waktu yang ditentukan, pemegang saham yang meminta
penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua
pengadilan negeri yang daerah hukumya meliputi tempat kedudukan
perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon
melakukan sendiri pemanggilan RUPS.
12. Pasal 82 ayat (4), mengenai hak untuk meminta salinan bahan RUPS
dari perseroan.
13. Pasal 85 ayat (1), pemegang saham berhak menghadiri RUPS dan
mengggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang
dimilikinya.
1. Pasal 138 ayat (1) memberikan hak kepada 1 (satu) pemegang saham
atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara untuk memohon
pemeriksaan PT.
15.Pasal 144 ayat (1) memberikan hak kepada 1 (satu) pemegang saham
atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, berhak mengajukan usul
Selain memiliki hak oleh karena kepemilikan saham, pemegang
saham juga memiliki kewajiban. Kewajiban pemegang saham yang paling
utama adalah menyetor bagian saham yang harus dibayar dan selama belum
dibayar penuh, ia tidak dibolehkan pindah ke tangan lain tanpa persetujuan
PT. Kewajiban umum pemegang PT adalah mengurus harta kekayaan
perseorangan, mengemudi usahausaha perseroan dan mewakili PT di dalam
dan di luar hukum.154
Sebagai pemegang saham, maka ada tanggung jawab terbatas yang
melekat pada saham yang dimiliki pemegang saham. Salah satu prinsip dari
PT adalah terbatasnya tanggung jawab para pemegang saham sebatas
besarnya saham yang dimilikinya dan prinsip ini yang dapat membedakan
PT dari bentuk-bentuk usaha yang lainnya, hal ini sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) UU PT yaitu pemegang saham perseroan tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama
perseroan dan tidak bertangggung jawab atas kerugian perseroan melebihi
saham yang dimiliki. Ini mempertegas ciri perseroan bahwa pemegang
saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang
dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
BAB IV
KOPERASI SEBAGAI PEMEGANG SAHAM PERSEROAN
TERBATAS
4.1 Perseroan Terbatas
Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum, yaitu subjek
hukum pribadi (orang perorangan) dan subjek hukum berupa badan hukum.
Terhadap masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum
yang berbeda satu dengan yang lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu
terhadap keduanya dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum.155
Salah satu ciri khas yang membedakan subjek hukum pribadi dengan
subjek hukum berupa badan hukum adalah saat lahirnya subjek hukum
tersebut, yang pada akhirnya akan menentukan saat lahirnya hak-hak dan
kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut. Pada subjek hukum
pribadi, status subjek hukum dianggap telah ada bahkan pada saat pribadi
orang perseorangan tersebut berada dalam kandungan (Pasal 1 ayat (2))
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Keberadaan status badan hukum
baru diperoleh setelah adanya pengesahan dari pejabat yang berwenang,
yang memberikan hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan sendiri bagi
badan hukum tersebut, terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan
para pendiri, pemegang saham, maupun para pengurusnya.156
155
Ibid., hlm. 8.
Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak kita jumpai
perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan usaha. Perusahaan-perusahaan-perusahaan
tersebut berbentuk Perusahaan Komoditer, Koperasi, Perseroan Terbatas,
dan lain sebagainya. Dari beberapa bentuk perusahaan tersebut, yang paling
banyak digunakan adalah perusahaan berjenis Perseroan Terbatas. Adapun
istilah Perseroan Terbatas di negara lain antara lain yaitu di Inggris dengan
sebutan Company Limited by Shares, di Jerman, Austria, dan Swiss
perseroan terbatas disebut dengan Aktiengesellschaft dan di Perancis disebut
dengan Societe Anonyme.157
Perseroan Terbatas saat ini diatur dalam Undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan terbatas (selanjutnya disebut dengan UU PT)
dengan 16 bab dan 161 pasal. Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 butir 1
UU PT yaitu: Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan,
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan
pengertian perseroan terbatas tersebut, dapat disimpulkan prinsip umum
sebuah perseroan yaitu:158
1. Merupakan persekutuan modal perseroan sebagai badan hukum memiliki
modal dasar yang disebut juga authorized capital, yakni jumlah modal
157Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung:
PT. Alumni, 2004), hlm. 47.
yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akta Pendirian atau Anggaran
Dasar Perseroan (selanjutnya disebut dengan AD Perseroan).
2. Didirikan berdasarkan perjanjian perseroan sebagai badan hukum,
didirikan berdasarkan perjanjian.
3. Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UU PT, suatu
perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha.
4. Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan
pemerintah. Lahirnya perseroan sebagai badan hukum (rechtsper soon,
legal entity), karena diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada UU PT ditegaskan bahwa perseroan merupakan badan hukum
yang hidup karena undang-undang menghendaki. Sejalan dengan hal
tersebut, Yahya Harahap menyebutkan bahwa PT sebagai badan hukum
adalah makhluk hukum (a creature of law). Hal ini berbeda dengan KUHD
yang tidak tegas menyebutkan suatu perseroan merupakan badan hukum.159
Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan
hukum seperti yang ditentukan dalam UU PT. Unsur-unsur tersebut adalah
:160
1. Organisasi yang teratur
Organisasi yang teratur ini dapat diketahui dari adanya organ perusahaan
yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi, dan
komisaris (Pasal 1 angka (2) UU PT). Keteraturan organisasi perseroan
159 Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 14.
dapat diketahui melalui ketentuan UU PT, anggaran dasar perseroan,
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, keputusan dewan komisaris,
keputusan direksi dan peraturan-peraturan perusahaan lainnya yang
dikeluarkan dari waktu ke waktu.
2. Harta kekayaan sendiri
Memiliki harta kekayaan tersendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri
dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan,
termasuk perjanjian yang dibuat.
3. Melakukan hubungan hukum sendiri
Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum
dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut direksi dan
komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan. Direksi berada dalam pengawasan dewan
komisaris di dalam melaksanakan kegiatannya, yang dalam hal-hal tertentu
“membantu” direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.
4.Mempunyai tujuan sendiri
Tujuan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar perseroan. Tujuan
utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan/laba karena perseroan
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan Terbatas
dapat diklasifikasikan menjadi empat (4), yaitu:161
1. Perseroan Tertutup
Ciri-ciri Perseroan Tertutup adalah:
a. Pemegang sahamnya terbatas dan tertutup, hanya terbatas pada
orang-orang di antara mereka yang masih ada ikatan keluarga,
dan tertutup bagi orang lain.
b. Saham perseroan yang ditetapkan dalam AD Perseroan, hanya
sedikit jumlahnya, dan dalam AD Perseroan, sudah ditentukan
dengan tegas siapa yang boleh menjadi pemegang sahamnya.
c. Sahamnya juga atas nama orang-orang tertentu secara terbatas
Perseroan Terbatas. Pada dasarnya tidak berbeda dengan
perseroan perorangan.
2. Perseroan Publik
Pasal 1 angka 8 UUPT berbunyi Perseroan publik adalah perseroan
yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal
disetor sesuai dengan ketentuan peraturan.
3. Perseroan Terbuka
Perseroan terbatas merupakan subyek hukum sebagai badan hukum
yang memiliki hak dan kewajiban. Apabila dikaitkan dengan
unsur-unsur badan hukum, unsur-unsur-unsur-unsur yang menandai Perseroan Terbatas
sebagai badan hukum adalah mempunyai kekayaan yang terpisah (Pasal
161
31 ayat (1) UU PT), mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 98 UU PT),
mempunyai tujuan tertentu (Pasal 15 ayat (1) huruf b UU PT), dan
mempunyai organisasi teratur (Pasal 1 angka 2 UU PT). Perseroan
terbuka adalah perseroan yang melakukan penawaran umum saham,
sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang-undangan di bidang
pasar modal. Berbadan hukum ini disebut “perseroan”, karena modal
dari persekutuan ini terdiri dari sero-sero atau saham-saham.
4. Perseroan Group
Ciri-cirinya Perseroan Group adalah:
a. Terdiri atas sejumlah bahkan beratus perseroan sebagai
perseroan anak.
b. Terdiri atas sejumlah beratus perseroan sebagai perseroan
Holding.
4.2 Praktek Penyertaan Modal Koperasi dalam Perseroan Terbatas
Melaksanakan kerja sama antara perusahaan modal ventura
(Koperasi) dengan perusahaan kecil, kedua belah pihak sepakat untuk
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian, perjanjian kerja sama antara
perusahaan kecil dengan perusahaan modal ventura (Koperasi) dibuat atas
dasar negoisasi sebelumnya dalam tahap konfirmasi sehingga dalam
praktiknya tidak pernah terjadi tuntutan atau ketidakpuasan atas isi
perjanjian kerja sama tersebut.
Dalam perjanjian penyertaan dana ini telah ditetapkan prinsip
1. Hubungan hukum antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan
kecil.
2. Lapangan hukum harta kekayaan memberikan modal kepada perusahaan
kecil.
3. Menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Untuk melaksanakan penyertaan dan dari perusahaan modal ventura
kepada perusahaan kecil ada beberapa macam perjanjian yang dibuat antara
perusahaan modal ventura dengan perusahaan kecil tergantung dari cara
pembiayaan yang dimohon, antara lain:162
1.Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil.
2. Perjanjian Kerja Sama Pembiayaan,
3. Perjanjian Pengeluaran dan Pengambilan Obligasi Konversi.
Pada prinsipnya proses pendanaan lewat modal ventura dapat dikatagorikan
kedalam 4 (empat) tahap, sebagai berikut:163
a. Tahap investasi oleh perusahaan modal ventura.
b. Tahap transaksi modal antara perusahaan modal ventura dengan
perusahaan pasangan usahanya.
c. Tahap pertumbuhan perusahaan pasangan usaha.
d. Tahap divestasi.
162 Republik Indonesia (Lembaga Pembiayaan), Peraturan Presiden Nomor 9
Tahun 2009, Pasal 4.
163 Liya Sukma Muliya & Neni Sri Imaniyati, Perusahaan Modal Ventura Dalam Perspektif Hukum Bisnis dan Hukum Islam, (Bandung: Fakultas Hukum Universitas Islam
Secara lebih rinci dapat disebutkan bahwa proses bantuan dana
penyertaan saham kedalamsuatu perusahaan pasangan usaha, pada
prinsipnya adalah sebagai berikut:164
1. Seleksi Awal
Seleksi awal adalah merupakan proses pendahuluan dari proses
pencairan dana, yaitu untuk mengetahui layak tidaknya calon perusahaan
pasangan usaha memperoleh bantuan dana berdasarkan proposal yang
diajukan. Dalam hal ini yang perlu diseleksi adalah bentuk badan hukum,
bidang usaha, kepemilikan, pengalaman usaha, kegiatan yang sedang dan
akan dilakukan dan lain-lain yang dianggap perlu.
2. Proses Perpajakan
Proses ini merupakan kegiatan evaluasi pendahuluan, yang meliputi
kegiatan seleksi administrasi serta wawancara dengan calon pasangan
usaha mengenai masalah-masalah yang sedang dihadapi, kebutuhan dana
yang pasti, prospek usaha, serta hal-hal lain yang perlu diketahui oleh
perusahaan modal ventura.
3. Proses Evaluasi
Proses ini merupakan proses penilaian lebih lanjut dan rinci untuk
memastikan apakah pendanaan lewat modal ventura pantas diberikan atau
tidak, dan apakah prospek usahanya baik atau tidak, serta apakah akan
diperoleh Capital Gain atau tidak. Yang perlu dievaluasi antara lain, aspek
hukum, aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen dan keuangan.
4. Proses Konfirmasi
Dalam proses ini sudah ada keputusan pendahuluan tentang apakah
proposal yang diajukan oleh calon perusahaan pasangan usaha dapat
disetujui atau tidak. Perusahaan modal ventura akan mengirmkan surat dari
perusahaan modal ventura tersebut akan berisikan persetujuan prinsip
persyaratan bantuan dana dan atau penyertaan saham kedalam perusahaan
pasangan usaha.
5. Proses Kerja Sama
Apabila proposal dari perusahaan pasangan usaha telah disetujui,
maka selanjutnya dibuat perjanjian antara perusahaan modal ventura dengan
perusahaan pasangan usaha. Perusahaan pasangan usaha yang telah
mendapat persetujuan dapat mengambil salah satu dari perjanjian-perjanjian
di atas tergantung dari kebutuhan dan kesanggupan untuk memenuhi
persyaratan yang dituangkan dalam perjanjian tersebut. Pendirian Perseroan
Terbatas merupakan dasar pengesahan kerja sama antara perusahaan modal
ventura dengan perusahaan pasangan usaha secara hukum, sedangkan
kegiatan pendirian Perseroan Terbatas dilakukan dengan menyelenggarakan
pembentukan/perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, Rapat Para
Pendiri, Rapat Umum Pemegang Saham untuk pengesahan rencana kerja
dan penetapan organisasi.
6. Proses Komersial
Dalam proses ini, perusahaan pasangan usaha yang telah diberi
sudah dapat melakukan kegiatan komersialnya. Dalam rangka
melaksanakan kegiatan komersialnya, perusahaan pasangan usaha selalu
dimonitor dan diberi bimbingan oleh perusahaan modal ventura, mengingat
perusahaan modal ventura sangat berkepentingan agara perusahaan
pasangan usahanya dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Dalam
proses komersial dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
7. Proses Divestasi
Pengertian divestasi adalah penjualan aktiva suatu perusahaan, suatu
bagian perusahaan atau perusahaan lain milik pemegang saham. Bagian
perusahaan ini bisa merupakan divisi atau anak perusahaan lain. Penjualan
dilakukan kepada karyawan, manajemen atau pihak ketiga. Divestasi juga
mencakup penjualan aktiva perusahaan yang menghasilkan dana untuk
dimanfaatkan perusahaan.134 Divestasi tidak selalu sama dengan penjualan
saham, penjualan saham bisa merupakan perjanjian saham baru yang berupa
setoran modal atau penjualan saham yang telah dimiliki oleh pemegang
saham. Penjualan saham dalam pengertian divestasi, hasilnya akan diterima
pemegang saham yang bersangkutan dan tidak masuk ke dalam kas
perusahaan. Pemegang saham yang menjual sahamnya bisa memanfaatkan
hasil penjualan sahamnya untuk usaha lain. Pengertian divestasi inilah
4.2.1 Koperasi sebagai Pemegang Saham Minoritas Perusahaan Swasta dan
BUMN Persero
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Perseroan Terbatas
tidak memberikan pengaturan secara tegas tentang pemegang saham
minoritas, namun dalam beberapa pasal tersurat pengaturan mengenai
perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas PT terbuka lebih
ditekankan dalam UUPT, dimana dalam undang-undang ini posisi tawar
pemegang saham minoritas dalam pengambilan kebijakan suatu perusahaan
lebih terperinci dengan hak-hak yang diatur dalam UUPT yaitu antara lain:
1. Pada Pasal 61 ayat (1), menegaskan bahwa pemegang saham berhak
mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke Pengadilan Negeri apabila
dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa
alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan
Komisaris.
2. Pasal 62 menegaskan bahwa pemegang saham berhak meminta kepada
Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang
bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan
pemegang saham atau Perseroan, berupa: Perubahan Anggaran Dasar,
Pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai
lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
3. Pasal 79 ayat (2) menegaskan Pemegang Saham Perseroan meminta
sekedar mengusulkan tanpa adanya kewenangan untuk memutuskan
diadakannya RUPS.
4. Pasal 97 ayat (6) menegaskan bahwa mewakili Perseroan untuk
mengajukan gugatan terhadap anggota direksi yang karena kesalahan
atau kelalaiannya menimbulkan kerugian terhadap Perseroan.
5. Pasal 114 ayat (6) menegaskan bahwa mewakili Perseroan untuk
mengajukan gugatan terhadap anggota dewan komisaris yang karena
kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian terhadap Perseroan.
6. Pasal 138 ayat (3) menegaskan bahwa dengan meminta diadakannya
pemeriksaan terhadap Perseroan, dalam hal terdapat dugaan bahwa
Perseroan, anggota Direksi atau Komisaris Perseroan melakukan
perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang
saham atau pihak ketiga.
7. Pasal 144 ayat (1), mengajukan permohonan pembubaran Perseroan.
Hak-hak pemegang saham minoritas di atas merupakan terobosan yang
baru dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia dengan lahirnya
UUPT, akan tetapi dari hak-hak di atas belum merupakan cerminan
perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas yang sempurna
karena aturan mengenai perlindungan hukum pemegang saham minoritas
sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance masih sulit untuk
diterapkan di Indonesia.165
165 Dwi Tatak Subagiyo, “Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas
Kepentingan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang
saham minoritas dalam suatu PT seringkali bertentangan satu sama lain.
Minority shareholders atau pemegang saham minoritas tidak jarang
hanya dijadikan sebagai pelengkap dalam sebuah perusahaan. Dalam
mekanisme pengambilan keputusan di perusahaan dapat dipastikan
pemegang saham minoritas ini akan selalu kalah dibanding pemegang
saham mayoritas, sebab pola pengambilan keputusan didasarkan atas
besarnya prosentase saham yang dimiliki. Keadaan demikian akan
semakin parah, jika ternyata pemegang saham mayoritas menggunakan
peluang ini untuk mengendalikan perusahaan berdasarkan
kepentingannya saja dan tidak mengindahkan kepentingan pemegang
saham minoritas.166
Terdapat BUMN yang menyertakan modalnya melalui mekanisme
modal ventura. PT. Bahana Artha Ventura (BAV) didirikan pada tahun
1993 dan merupakan anak Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Bahana
Pembinaan Usaha Indonesia (PT BPUI) sebagai perusahaan Badan
Usaha Milik Negera (BUMN) yang didirikan pada 17 April 1973, dimana
100% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui
Departemen Keuangan.167 Sejak awal pendiriannya BAHANA telah
menjalankan misi dalam mengembangkan sektor riil melalui pembiayaan
kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan skema
166 Ibid.
167 PT. Bahana Ventura, “Profil BAV”,
pembiayaan Venture Capital serta pendampingan manajemen melalui
praktek bisnis yang sehat dan Good Corporate Governance. Dalam
struktur kepemilikan saham di BAV terdiri atas PT BPUI sebesar 99.20%
dan Koperasi Karyawan PT BPUI sebesar 0.80%. Sejak pendiriannya,
BAV dan affiliasinya (PMVD), terus menjadi yang terdepan dalam usaha
percepatan menumbuhkembangkan UMKM melalui venture capital dan
produk lain sesuai dengan development financing serta melalui program
program training dan workshop untuk meningkatkan kinerja mitra
usaha.168
Disamping praktek koperasi dalam bentuk PMV, koperasi karyawan
juga dapat menjadi pemegang saham dalam PT swasta. Hal ini dapat
terwujud dengan program ESOP. Cara ini mulai dilakukan perusahaan
sebagai bentuk penghargaan kepada karyawan yaitu melalui program
yang memungkinkan karyawan mendapat kesempatan dan hak untuk
memiliki saham pada perusahaan tersebut. Melalui program tersebut,
karyawan akan merasa ikut memiliki (sense of belonging) pada tempat
bekerja, sehingga karyawan akan termotivasi untuk memajukan
perusahaan.
Program ESOP ini diadopsi oleh Indonesia dari beberapa negara
seperti Amerika Serikat, Singapura, Inggris, Hongkong, Jepang dan hampir
seluruh negara di Eropa yang dimana tujuan dari pemberian ESOP pada
setiap karyawan di negara tersebut juga berbeda-beda. Ada beberapa tujuan
dari program kepemilikan saham oleh karyawan, yaitu:169
1. Memberikan kompensasi kepada Karyawan Perusahaan
Kepemilikan saham oleh karyawan ini merupakan osi kepemilikan
saham yang diberikan oleh Perusahaan kepada karyawan, namun tidak
dapat disamakan dengan instrument investasi lainnya.Opsi saham dalam
hal ini, menurut Amy Feldman dan John Caplin adalah opsi saham yang
lebih mirip dengan bonus tunai dikarenakan pemilik hak mempunyai
keuntungan tak terbatas namun potensi kerugiannya nol.170
2. Mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat
Tujuan ini jelas dapat dirasakan langsung oleh karyawan mengingat
kepemilikan saham karyawan telah mengubah fungsi karyawan yang
awalnya adalah agen perusahaan menjadi salah satu pihak yang dapat
memberikan saran untuk kebijakan di perusahaan Ia bekerja. Selain dari
pada itu, dengan saham yang dimilikinya, Karyawan juga secara tidak
langsung akan menjadi salah satu pihak yang menginginkan kemajuan
dari Perusahaan tersebut yang akan langsung mempengaruhi kinerja dari
si Karyawan penerima saham tersebut.
3. Menghilangkan Moral Hazard.
Hal ini berpengaruh kepada “sifat” dari pemegang saham atau organ
perusahaan yang selama ini identik dengan tidak memberikan
169David Reitman, Stock Option and the Strategic Use of Mangerial Incentives
(American Economic Review, Juni 1993), hal. 513.
170Amy Feldman dan Joan Caplin, “
Employee Stock Option”, The Money, (Januari
keuntungan dan memperhatikan kesejahteraan karyawan, yang jelas
bertolak belakang dengan sifat “kekeluargaan” yang diamantkan UUD
1945. Dengan diterapkannya ESOP ini, jelas secara langsung
berpengaruh pada penghapusan anggapan tersebut.
4. Mengontrol Aggresivitas Perilaku Para Eksekutif dan Karyawan Kunci
Dengan adanya pemberian kepada Karyawan akan memberikan
kepastian kepada Perusahaan yang memberikan saham pada Karyawan
tersebut dalam menahan dan mengunci Karywan yang penting dan dapat
memberikan kinerja yang baik bagi perusahaannya dari
perusahaan-perusahaan atau eksekutif-eksekutif lain yang mungkin ingin mengambil
“Karyawan” yang penting tersebut.
5. Meningkatkan harga saham Perusahaan.
6. Mengatasi masalah arus kas
Program ESOP ini merupakan suatu program non-tunai yang tidak
menggunakan kas Perusahaan sehingga hal ini membawa akibat yang
baik bagi perusahaan yang sedang kesulitan arus kas tetapi ingin tetap
melakukan kompensasi berupa penghargaan kepada karyawannya.
7. Sumber Pembiayaan Perusahaan
Kepemilikan saham oleh Karyawan yang dapat dilakukan secara
langsung oleh karyawan yaitu dengan melakukan pembelian pada
Perusahaan secara langsung, adalah salah satu tujuan yang dimaksud
dalam hal ini yaitu menambah sumber pembiayaan bagi perusahaan
8. Menarik dan menahan pada eksekutif terbaik
Pada dasarnya yang menjadi tujuan dari ESOP adalah untuk menarik
dan menahan Karyawan yang dianggap penting dan berjasa bagi
perusahaan. Adapun dalam Prakteknya, adalah dengan menambah
klausa dalam perjanjian bahwa “saham dapat di-exercise beberapa tahun
kemudian” yang secara tidak langsung akan memaksa karyawan untuk
dapat bertahan. Hal ini di Amerika Serikat, sebagai negara yang turn
over karyawannya cukup tinggi, telah menerapkan dan merupakan suatu
yang jamak berlaku bertahun-tahun.
9. Menaikkan Citra Perusahaan dalam masyarakat
Dengan diterapkannya Program ini akan mengakibatkan citra yang baik
bagi Perusahaan dihadapan masyarakat, yaitu dengan menunjukkan
Perusahaan tersebut telah melaksanakan prinsip good corporate
governance.
10.Economic dan perceived cost
Secara akuntansi, biaya selama proses pemberian saham ini tidaklah
diakui sebagai kredit dalam Akuntansi, sehingga tidak akan mengurangi
laba akuntansi.
11.Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung
keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang
Hal ini sejalan dengan yang menjadi dasar program ini adalah untuk
melaksanakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif,
besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders
value dari perusahaan tersebut.171
Pada praktiknya, dapat diketahui bahwa setiap perusahaan pasti
memiliki sekelompok karyawan yang bernaung dalam koperasi karyawan
yang berhak atas kepemilikan saham dalam perusahaannya. Terkait hal
tersebut, sangatlah berhubungan dengan proses pemberian saham tersebut
kepada Karyawan. Perusahaan di Indonesia, apabila ditinjau dari praktik
yang sudah berlangsung, maka pemberian akan diberikan langsung kepada
individu-individu dari masing-masing karyawan dan bukan kepada
sekumpulan karyawan dan atau badan yang dibentuk oleh sekumpulan
karyawan untuk hal tersebut.172 Apabila dilihat dari motifasi pemeberian
saham itu sendiri juga, hal itu sesuai dengan untuk melakukan penahanan
atas karyawan tersebut selama memang karyawan yang dianggap
kontribusinya dianggap sangat penting untuk memajukan dan
meningkatkan profitabilitas perusahaan, maka tidaklah memungkinkan
dengan membagi atau memberikan secara sekelompok bukan individu
(tidak terlihat tingkat pembedaan penghargaan pada karyawan tersebut).
171Tim Studi Penerapan ESOP Emiten atau Perusahan Publik di Pasar Modal
Indonesia, “Studi tentang Penerapan ESOP Emitenatau Perusahan Publik di Pasar Modal”,
(Departemen Keungan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, 2002, hlm. 11.
172Hal ini sudah dapat dibuktikan dengan melihat proses kepemilikan saham oleh
4.2.2 Koperasi Perusahaan Modal Ventura sebagai Pemegang Saham
Investee Company
Pengertian Modal Ventura (Venture Capital Company) menurut
Pasal 1 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi,
dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Definisi yang
sama diulang kembali pada Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura.
Koperasi sebagai subjek hukum juga memiliki kesempatan untuk
dapat melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke suatu perusahaan
yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company). PMV dapat
didirikan dalam bentuk badan hukum koperasi.173 Koperasi yang melakukan
kegiatan sebagai PMV harus terlebih dahulu memperoleh izin usaha dari
Menteri.174 PMV (dalam hal ini koperasi) wajib mencantumkan secara jelas
dalam anggaran dasar mengenai maksud dan tujuan badan hukum hanya
untuk menjalankan kegiatan usaha PMV yang terdapat dalam Pasal 2
Peraturan Mentri Keuangan Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perusahaan
Modal Ventura.
173 Republik Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Perusahaan Modal Ventura, Pasal 11 ayat (1 .
174
Pada setiap kegiatan bisnis pembiayaan, termasuk modal ventura
inisiatif mengadakan hubungan kontraktual berasal dari pihak-pihak
terutama perusahaan pasangan usaha, dengan demikian kehendak
pihak-pihak yang menjadi sumber hukumnya. Kehendak pihak-pihak-pihak-pihak tersebut
dituangkan dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang
menentapkan kewajiban dan hak masing-masing pihak dalam hubungan
bisnis pembiayaan modal ventura.
Koperasi yang bertransformasi menjadi Perusahaan Modal Ventura
menjadi pemegang saham Perusahaan Penerima Pembiayaan ketika
menyertakan modalnya. Dalam hal menjadi pemegang saham, maka
koperasi harus tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Sebagai pemilik dari saham yang telah
menyertakan modal dalam PT, maka UU PT telah mengatur hak-hak yang
melekat pada koperasi oleh sebab kepemilikan saham tersebut. Pada
ketentuan Pasal 52 ayat (1) UU PT dinyatakan bahwa saham memberikan
hak kepada pemiliknya untuk :
1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS.
2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi.
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang Perseroan
Terbatas ini.
Hak-hak yang disebutkan di atas, tidak dapat dibagi-bagi yang
dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya. Selanjutnya,
hak lain yang dimaksud dalam butir c. di atas adalah:
1. Mendapatkan penawaran saham terlebih dahulu untuk saham yang baru
akan dikeluarkan dari portepel perusahaan atau saham yang sudah ada;175
2. Mengajukan gugatan terhadap Perseroan kepada pengadilan negeri
apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil
dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau
Dewan Komisaris;176
3. Meminta sahamnya dibeli oleh Perseroan dengan harga yang wajar
apabila ia tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan
pemegang saham atau Perseroan berupa tindakan-tindakan yang
disebutkan dalam Pasal 62 UU PT. Selain hak-hak yang terbatas
disebutkan dalam paparan di atas, saham juga memberikan hak
kebendaan kepada pemiliknya. Dalam kaitannya dengan hukum jaminan,
maka hak kebendaan ini terikat kepada dua ketentuan yaitu, pertama,
saham dapat menjadi tanggungan segala perikatan yang dibuat oleh si
pemegang saham. Hal ini sesuai dengan Pasal 1131 KUHPer yang
menyatakan: “Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perserorangan”.
175 Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007, Op. Cit, Pasal 57 ayat (1).
Pasal 1 angka 4 UUPT menentukan bahwa Rapat Umum Pemegang
Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah Organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini dan/atau
anggaran dasar.
Pasal tersebut menentukan pengertian RUPS itu sendiri dan apabila
dibandingkan ternyata rumusan pengertiannya berbeda dengan yang
ditentukan dalam Pasal 1 angka 3 UU. No. 1 Tahun 1995 atau UUPT lama
yang menentukan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada Direksi atau Komisaris. Penelusuran terhadap UUPT pun
menunjukkan kompetensi RUPS memiliki ruang lingkup yang luas. Dari
hasil identifikasi terdapat sebanyak 34 pasal UUPT yang menentukan
mengenai kompetensi RUPS sebagai berikut :
1. Memberikan persetujuan terhadap perbuatan hukum calon pendiri untuk
kepentingan perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan hukum
calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah perseroan menjadi
badan hukum (Pasal 13 ayat I UUPT).
2. Memberikan persetujuan terhadap perbuatan hukum pendiri setelah
pendirian perseroan tetapi PT belum memperoleh status badan hukum
3. Memberikan persetujuan terhadap usulan perubahan anggaran dasar
perseroan (Pasal 28)
4. Memberikan persetujuan atas penyetoran saham dalam bentuk benda
tidak bergerak (Pasal 34 ayat 3)
5. Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditur terhadap perseroan
sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan perseroan
(Pasal 35).
6. Memberikan persetujuan terhadap maksud perseroan melakukan buy