• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan Berbeda"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA GARUT

JANTAN DENGAN PAKAN DAN MANAJEMEN

PEMBERIAN PAKAN BERBEDA

SITI SYEFIRA SALSABILA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(5)

ABSTRAK

SITI SYEFIRA SALSABILA. Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan Berbeda. Dibimbing oleh SRI RAHAYU dan BRAMADA WINIAR PUTRA.

Perbaikan pakan dan manajemen pemberianya pada domba secara umum dimaksudkan untuk memperbaiki performa pertumbuhan. Namun demikian, hal tersebut diperkirakan juga berpengaruh terhadap kondisi fisik dan tingkah laku. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respon fisiologis dan tingkah laku domba garut jantan dengan pakan dan manajemen pemberian pakan berbeda. Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba garut jantan (I0) dengan 2 faktor dan 4 ulangan. Faktor utama adalah pakan R1 (40% rumput + 60% konsentrat 1) dan R2 (40% limbah tauge + 60% konsentrat 2) dan faktor kedua adalah manajemen pemberian pakan pagi (P) dan sore hari (S). Peubah respon fisiologis yang diamati yaitu respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal. Peubah tingkah laku yang diamati yaitu tingkah laku ingestive, menjilat dan menggigit benda lain, resting, eliminasi, vokalisasi, dan agonistik. Data respon fisiologis dan tingkah laku dianalisa ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa denyut jantung dipengaruhi oleh pakan. Domba dengan pakan mengandung limbah tauge memiliki nilai denyut jantung lebih tinggi (P<0.01). Suhu rektal dipengaruhi oleh faktor pakan dan manajemen. Domba dengan pakan mengandung limbah tauge (P<0.05) dan manajemen pemberian pakan sore hari (P<0.01) memiliki nilai lebih tinggi. Manajemen pemberian pakan pagi hari memiliki nilai tingkah laku makan lebih tinggi (P<0.05) untuk tingkah laku istirahat, manajemen pemberian pakan sore hari memiliki nilai lebih tinggi (P<0.01). Rumput memiliki nilai lebih tinggi untuk tingkah laku eliminasi pada pengamatan periode terang (P<0.05). Kedua faktor tidak berbeda nyata (P>0.05) untuk semua tingkah laku domba garut jantan pada pengamatan periode gelap.

Kata kunci : domba garut, respon fisiologis, tingkah laku

ABSTRACT

SITI SYEFIRA SALSABILA. Physiological Response and Behavior of Garut Rams with Feed and Different Management Feeding. Supervised by SRI RAHAYU and BRAMADA WINIAR PUTRA.

(6)

response were observed such as respiration, heart rate, and rectal temperatures. Behaviour were observed such as ingestive behaviour, licking and biteing other goods, resting, eliminasi, vokalisasi, and agonistic. Physiological response and behaviour data were analyzed by analysis of variance (ANOVA). The result shows that heart rate effected by feed. Sheep which is given feeding mung bean sprout waste have a higher value on heart rate (P<0.01). Rectal temperature efected by feed and management. Sheep which is given feeding mung bean sprout waste (P<0.01) and management feeding in the afternoon (P<0.05) have a higher value on rectal temperatures. Management feeding factors in morning of measuring ingestive behaviour have a higher value (P<0.05) but for resting behaviour, management feeding factors in the afternoon have a higher value (P<0.01). The grass have a higher value for eliminative in daylight periode (P<0.05). Both of factors were not significantly different (P>0.05) for measuring all of behaviour garut rams in the allnight periode.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA GARUT

JANTAN DENGAN PAKAN DAN MANAJEMEN

PEMBERIAN PAKAN BERBEDA

SITI SYEFIRA SALSABILA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan Berbeda

Nama : Siti Syefira Salsabila NIM : D14100053

Disetujui oleh

Pembimbing I Ir Sri Rahayu, MSi

Pembimbing II

Bramada Winiar Putra, SPt MSi

Diketahui oleh

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan Berbeda”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ir Sri Rahayu MSi selaku dosen pembimbing utama, kepada Bramada Winiar Putra SPt MSi selaku dosen pembimbing anggota, Ir Rini H Mulyono MSi selaku dosen penguji, serta Ir Hotnida CH Siregar MSi selaku dosen pembimbing akademis yang telah banyak memberi saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua (Drs Deni Faisal dan Dra Eem Masruroh) serta adik tercinta (Siti Nabila Lutfinia) atas segala bentuk dukungan, doa dan motivasi baik moril maupun material yang diberikan kepada penulis. Tidak lupa kepada Bima Saputra, Iwan Mahfudzin, Cahya Mukti, Shabrun Jamil, Siti Aslimah, Hendra Nugraha, Kak Laswi, Kak Lili dan Nanda atas segala bentuk bantuannya dalam penelitian ini, serta seluruh teman-teman IPTP 47 atas segala doa dan kasih sayang yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 3

Persiapan Penelitian 3

Metode Pengacakan 4

Masa Pemeliharaan 4

Pengamatan Respon Fisiologis 4

Pengamatan Tingkah Laku 4

Analisa Data 5

Perhitungan Tingkat Stres 5

Perhitungan Tingkah Laku 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum 6

Kondisi Lingkungan Kandang 6

Kondisi Performa Domba 7

Respon Fisiologis Domba Garut Jantan 8

Respirasi 9

Denyut Jantung 9

Suhu Rektal 10

Tingkah Laku 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia dan bahan ransum penelitian 3

2 Matrik rancangan percobaan 4

3 Suhu, kelembaban dan level stres panas di kandang 6 4 PBBH dan konsumsi bahan kering harian domba 7 5 Pengamatan respon fisiologis domba garut jantan periode terang 8 6 Pengamatan respon fisiologis domba garut jantan periode gelap 8 7 Pengamatan tingkah laku domba garut jantan periode terang 11 8 Pengamatan tingkah laku domba garut jantan periode gelap 12

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi bahan ransum (a) rumput lapang, (b) konsentrat 1,

(c) limbah tauge, (d) konsentrat 2 3

2 Contoh tingkah laku domba garut jantan (a) urinasi (b) menggigit

benda 11

DAFTAR LAMPIRAN

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara umum produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan serta interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan meliputi pakan, klimat dan manajemen. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki rata-rata suhu dan kelembaban harian relatif tinggi, yaitu berkisar antara 24–34 oC dan kelembaban 60%-90% (Yani dan Purwanto 2006).

Suhu lingkungan yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan stres pada ternak yang dipelihara. Faktor stres ini dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan performa ternak. Ternak yang mengalami stres panas berakibat pada penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan konsumsi energi (Awabien 2007). Indikator ternak mengalami stres panas diantaranya terlihat pada respon fisiologis dan tingkah laku diluar normal. Selain itu pendugaan stres pada ternak diantaranya dapat dilakukan dengan cara menghitung temperature humidity index (Marai et al. 2007), ataupun dengan heat stress index yang diukur dari respirasi dan denyut jantung kemudian dibandingkan dengan respirasi dan denyut jantung normal (Adelodun 2012).

Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak. Pakan domba yang biasa digunakan adalah rumput lapang sebagai sumber serat. Rumput lapang merupakan campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi rendah (Wiradarya 1989). Kandungan nutrisi rumput lapang berdasarkan bahan kering yang dianalisa Laboratorium Pengolahan Bahan Makanan Ternak Institut Pertanian Bogor (2013) memiliki PK 9.56% dan TDN 68.39%.

Fungsi lahan yang beralih menjadi pemukiman dan industri menyebabkan ketersediaan hijauan pakan semakin berkurang oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif pakan untuk menggantikan rumput. Limbah tauge merupakan salah satu alternatif pakan yang diperkirakan dapat menggantikan rumput sebagai sumber serat dengan kualitas nutrisi lebih baik. Rahayu et al. (2010) menyatakan bahwa limbah tauge merupakan salah satu limbah pasar yang sangat berpotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak karena produksi tauge tidak mengenal musim dengan ketersediaan relatif banyak. Hasil survey Rahayu et al. (2010) menunjukkan ketersediaan limbah tauge di kota Bogor sebesar 1.5 ton setiap hari. Kandungan nutrisi limbah tauge juga relatif lebih baik jika dibandingkan dengan rumput. Kandungan nutrisi limbah tauge berdasarkan bahan kering yang dianalisa Laboratorium Pengolahan Bahan Makanan Ternak Institut Pertanian Bogor (2013) memiliki PK 13.76% dan TDN 70.23%.

(16)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan limbah tauge dan rumput serta manajemen pemberian pakan pagi dan sore hari terhadap respon fisiologis dan tingkah laku domba garut jantan yang dipelihara dengan sistem intensif.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan skala laboratorium dimaksudkan untuk menguji penggunaan limbah tauge sebagai pakan alternatif pengganti rumput, dengan manajemen pemberian pakan pagi dan sore hari terhadap respon fisiologis dan tingkah laku domba garut jantan. Adapun ternak yang digunakan adalah bangsa domba lokal yaitu domba garut jantan berumur I0 (kurang dari 1 tahun) yang dipelihara selama 3 bulan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan Juli sampai September 2013. Pemeliharaan domba dilakukan di Laboratorium Lapang Ruminansia Kecil Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa proksimat dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah kandang individu berukuran 90 x 90 x 100 cm, tempat makan dan minum, timbangan digital, timbangan gantung ternak, alat suntik, termohygrometer digital, termohygrometer manual, termometer digital, dan stopwatch.

Bahan

(17)

3

(a) rumput lapang (b) konsentrat 1 (c) limbah tauge (d) konsentrat 2 Gambar 1 Bahan ransum yang digunakan dalam penelitian (a) rumput lapang, (b) konsentrat 1, (c) limbah tauge, dan (d) konsentrat 2.

Rasio bahan pakan antara hijauan : konsentrat adalah 40 : 60 berdasarkan bobot kering. Komposisi kimia ransum penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi kimia dan bahan ransum penelitian

Bahan Pakan R1 R2

-Bungkil kelapa sawit 14 14.5

-Bungkil kedelai 13 11 konsentrat 2); * Hasil Analisa Proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan 2013.

Prosedur

Persiapan Penelitian

(18)

4

Metode Pengacakan

Domba garut jantan dikelompokan ke dalam 4 katagori berdasarkan bobot badan yaitu bobot badan kecil (10-13 kg), sedang (14-15 kg), agak besar (15-17 kg) dan besar (17-18 kg). Setiap katagori terdiri atas 4 ternak. Penempatan ke dalam unit percobaan dilakukan dengan mengundi ternak pada setiap katagori. Matrik dari rancangan percobaan digambarkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Matrik rancangan percobaan.

Jenis Pakan Manajemen Pemberian Pakan

Pagi Sore

R2 (Konsentrat 2 + Limbah Tauge) Keterangan : Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan.

Masa Pemeliharaan (Adaptasi dan Perlakuan)

Masa adaptasi dilakukan terhadap lingkungan dan pakan sebelum data penelitian dikoleksi, hingga domba terbiasa mengkonsumsi pakan sesuai dengan perlakuan dan memiliki tingkat pertumbuhan relatif seragam. Masa adaptasi dilakukan selama 2 minggu. Sesudah masa adaptasi selesai, pemeliharaan utama dilakukan selama 2 bulan (8 minggu) kemudian mulai dilakukan pencatatan data. Ransum diberikan setiap hari sekali sesuai perlakuan berdasarkan 4% bahan kering tiap kg bobot badan.

Ternak dengan perlakuan manajemen pemberian pakan pagi hari diberikan ransum pada pukul 06.00 WIB, sedangkan ternak dengan perlakuan manajemen pemberian pakan sore hari diberikan ransum pada pukul 18.00 WIB. Air minum diberikan ad libitum. Suhu dan kelembaban kandang diukur setiap hari pada pukul 03.00 WIB, 06.00 WIB, 14.00 WIB, 18.00 WIB, dan 21.00 WIB.

Pengamatan Respon Fisiologis

Pengamatan respon fisiologis dilakukan selama 3 kali yaitu pada awal, tengah dan akhir penelitian. Pengamatan dilakukan pada pukul 09.00-09.30 WIB dan 15.00-15.30 WIB (periode terang), 21.00-21.30 WIB dan pukul 03.00-03.30 WIB (periode gelap) secara duplo. Peubah yang diamati meliputi :

1. Respirasi diukur dengan cara menghitung jumlah hembusan nafas dari hidung dengan bantuan stopwatch (Anjani 2013) selama 15 detik kemudian hasilnya dikalikan 4.

2. Pengamatan denyut jantung dengan cara menempatkan kelima jari di arteri femoral yang terletak di kaki belakang (Adelodun et al. 2012) selama 15 detik kemudian hasilnya dikalikan 4.

(19)

5 Pengamatan Tingkah Laku

Pengamatan tingkah laku dilakukan 3 kali pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Pengamatan dilakukan pada pukul 09.00-11.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB (periode terang), 21.00-23.00 WIB dan 03.00-05.00 WIB (periode gelap). Tiap individu ternak diamati selama 10 menit.

Sampling rule yang digunakan yaitu focal sampling dengan fokus terhadap satu individu atau unit selama tingkah laku tersebut berlangsung. Tingkah laku yang menjadi prioritas pengamatan dipilih terlebih dahulu. Recording rule yang digunakan yaitu one-zero time recording dengan cara menuliskan angka 1 apabila ternak melakukan tingkah laku dan nilai 0 apabila ternak tidak melakukan (Altmann 1974). Peubah yang diamati pada pengamatan tingkah laku domba garut jantan mengacu pada penelitian Anggrani (2012) yaitu :

1. Tingkah laku ingestive termasuk di dalamnya tingkah laku makan, minum dan ruminasi;

2. Menjilat dan menggigit benda lain;

3. Resting yaitu tingkah laku istirahat saat ternak tidak melakukan apa-apa;

4. Eliminasi yaitu tingkah laku membuang kotoran baik dalam bentuk feses (defekasi) maupun urine (urinasi);

5. Vokalisasi yaitu tingkah laku mengeluarkan suara;

6. Agonistik yaitu tingkah laku agresif yang mengarah pada pertentangan atau temperamental seekor domba dengan cara menumbuk tanduk, mendengus, dan menghentakkan kaki;

Analisa Data

Data penghitungan tingkat stres dihitung dengan menggunakan rumus temperature humidity index sedangkan respon fisiologis dan tingkah laku domba garut jantan dianalisa dua periode waktu yaitu periode terang dan gelap. Data diuji asumsi terlebih dahulu, apabila salah satu pengujian asumsi tidak lolos maka data ditransformasikan. Setelah lolos pengujian asumsi, data hasil transformasi dianalisa menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2x2 dengan aplikasi SAS.

Faktor utama perlakuan adalah pakan R1 (40% rumput lapang + 60% konsentrat 1) dan R2 (40% limbah tauge + 60% konsentrat 2) dan faktor kedua adalah manajemen pemberian pakan (pagi hari (P) dan sore hari (S)). Model matematika menurut Matjik dan Sumertajaya (2013) adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + ρk +

ε

ijk

Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan perlakuan faktor A (pakan) taraf ke-i, faktor B (manajemen pemberian pakan) taraf ke-j, kelompok ke-k.

µ : Nilai tengah umum pengamatan pemberian pakan Ai : Pengaruh pakan pada taraf ke-i (R1 dan R2)

Bj : Pengaruh manajemen pemberian pakan pada kelompok ke-j (P dan S)

ρk : Pengaruh kelompok ke-k

(AB)ij : Interaksi antara pemberian pakan dan kelompok (AB)

εijk : Pengaruh acak yang menyebar normal

Perhitungan Tingkat Stres

(20)

6

THI = db oC − {(0.31 − 0.31 RH) (db oC − 14.4)}

Keterangan : db oC = termometer bola kering ( oC) ; RH = (kelembaban %) / 100. Katagori stres berdasarkan nilai yang didapat = < 22.2 = tidak stres panas ; 22.2 to < 23.3 = stres panas sedang: 23.3 to < 25.6 = stres panas agak berat; > 25.6 = ekstrim stres panas (Marai et al. 2007).

Perhitungan Tingkah Laku

Perhitungan tiap tingkah laku menggunakan persamaan matematika (Martin dan Bateson 1993) yaitu :

Tingkah Laku = X Y

Keterangan : X = frekuensi suatu tingkah laku yang diamati; Y = frekuensi keseluruhan tingkah laku yang diamati

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Kondisi Lingkungan Kandang

Suhu dalam kandang pada pukul 03.00, 06.00, dan 21.00 WIB masih menunjukkan kisaran suhu nyaman bagi domba. Titik kritis maksimum suhu lingkungan pada domba berada di sekitar 24-26 oC (Silanikove 2000). Kelembaban optimal menurut Yousef (1985) berada di bawah 75%. Sementara itu kelembaban pada pukul 03.00, 06.00, 14.00, 18.00, dan 21.00 WIB melebihi kelembaban optimal.

Faktor lingkungan termasuk suhu, radiasi matahari dan kelembaban memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap ternak (Adelodun et al. 2012). Di beberapa wilayah suhu yang tinggi menjadi kendala utama produktivitas ternak (Marai et al. 2007). Kondisi lingkungan berupa suhu, kelembaban, dan level stres panas di dalam kandang Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Suhu, kelembaban dan level stres panas*di kandang

Waktu Suhu (oC) Kelembaban (%) Nilai THI* Level Stres Panas* 03.00 24.56 ± 0.50 89.72 ± 3.25 24.24 Agak berat 06.00 24.41 ± 0.55 89.49 ± 4.13 24.08 Agak berat 14.00 30.95 ± 1.52 77.59 ± 8.38 29.80 Ekstrim 18.00 28.13 ± 1.48 83.51 ± 7.88 27.43 Ekstrim 21.00 26.60 ± 1.12 87.38 ± 5.43 26.12 Ekstrim

Keterangan : Kurang dari 22.2 = tidak mengalami stres panas; 22.2-23.3 = mengalami stres panas sedang; 23.3-25.6 = stres panas agak berat; lebih dari 25.6 = ekstrim stres panas. * = perhitungan dilakukan berdasarkan rumus THI menurut Marai et al. (2007).

(21)

7 dengan peningkatan nilai THI. Level stres ekstrim terdapat pada pukul 14.00, 18.00 dan 21.00 WIB, hal ini dikarenakan suhu dan kelembaban yang tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai THI dan level stres panas. Hafez (2002) menambahkan bahwa ternak yang terpapar suhu tinggi mengakibatkan penurunan bobot badan, average daily gain (ADG), tingkat pertumbuhan dan penurunan body total solid yang tercermin dari lemahnya reproduksi.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering menurun signifikan mengikuti paparan stres panas (Monty et al. 1991). Penurunan konsumsi pakan pada domba jantan di perkirakan sekitar 13% ketika suhu tetap pada 35 oC pada kamar climatic (Marai et al. 2007). Silanikove (2000) menyatakan domba memiliki tingkat kepekaan yang lebih rendah terhadap stres panas dibandingkan dengan sapi.

Kondisi Performa Domba

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) merupakan salah satu faktor yang mencerminkan performa ternak. PBBH dan konsumsi bahan kering diukur sebagai data pendukung. PBBH dan konsumsi bahan kering harian domba disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 PBBH dan konsumsi bahan kering harian domba Peubah Jenis Rataan 812.33 ± 57.22 799.96 ± 62.80

Keterangan : R1 (40 % rumput lapang + 60% konsentrat 1) dan R2 (40% limbah tauge + 60% konsentrat 2).

PBBH dengan pakan mengandung limbah tauge (R2) memiliki nilai lebih tinggi (140.9 g ekor-1) sedangkan pakan rumput (R1) hanya sebesar (71.79 g ekor -1

(22)

8

Kebutuhan nutrisi domba untuk penggemukan dengan bobot awal 8.7-15.5 kg agar PBBH efisien yaitu PK sebesar 15.09% dan TDN 58.60% (Purbowati et al. 2007). Kearl (1982) menyarankan untuk domba yang sedang tumbuh dengan bobot hidup 20 kg dan kenaikan bobot hidup harian 100 g membutuhkan bahan kering harian sebesar 410 g atau sebesar 3.5% dari bobot hidup. Kebutuhan zat makanan tersebut sangat tergantung pada jenis kelamin, status fisiologis ternak, bobot hidup dan tingkat kenaikan bobot hidup harian yang diharapkan (Wayan et al. 1996).

Respon Fisiologis Domba Garut Jantan

Respon fisiologis yang diamati pada penelitian ini meliputi respirasi, denyut jantung dan suhu rektal. Respon fisiologis domba garut jantan periode terang dan gelap disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5 Pengamatan respon fisiologis domba garut jantan periode terang Respon Fisiologis Jenis Pakan Manajemen Pemberian Pakan Rataan

Pagi Sore

Keterangan : Pengamatan respon fisiologis periode terang dilakukan pukul 09.00 WIB dan 15.00 WIB. Angka pada kolom atau baris yang sama dan diikuti huruf berbeda (a, b) untuk (P<0.05) dan (A, B) untuk (P<0.01). R1= 60% konsentrat 1 + 40% rumput; R2= 60% konsentrat 2 + 40% limbah tauge.

Tabel 6 Respon fisiologis domba garut jantan periode gelap Respon Fisiologis Jenis

(23)

9 Respirasi

Respon fisiologis merupakan suatu reaksi yang dilakukan oleh setiap sistem hidup terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada lingkungannya (Isnaeni 2006). Kondisi ini dipengaruhi oleh ikim mikro (klimat). Respon fisiologis pada domba dapat diketahui diantaranya dengan melihat suhu tubuh, laju respirasi, denyut jantung, nilai hematokrit dan rasio heterofil/limfosit (Yousef 1985). Respirasi merupakan proses pertukaran gas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan O2 pada ternak. Pertukaran gas yaitu mekanisme pendistribusian oksigen ke seluruh sel-sel tubuh hewan dan mekanisme perpindahan karbondioksida dari sel tubuh ke lingkungan. Respirasi meliputi semua proses baik fisik maupun kimia dimana hewan mengadakan pertukaran gas-gas di sekelilingnya khususnya gas O2 dan CO2 (Widjajakusuma 1986).

Domba merupakan hewan homeotermal yang mempertahankan tubuhnya dalam kondisi seimbang dengan menghilangkan kelebihan panas dari tubuhnya ketika terpapar suhu tinggi. Hal ini disertai dengan beberapa fungsi biologis diantaranya meningkatkan laju respirasi atau panting sebagai reaksi nyata (Marai et al. 2007).

Respirasi domba masih berada dalam katagori normal untuk pengamatan respon fisiologis periode terang, sementara untuk pengamatan periode gelap berada dalam kategori stres panas rendah. Silanikove (2000) mengukur tingkat stres panas berdasarkan laju respirasi tiap menit pada domba dengan uraian : stres panas rendah 40-60 respirasi tiap menit, stres panas sedang 60-80 respirasi tiap menit, stres panas tinggi 80-200 respirasi tiap menit, stres panas berat lebih dari 200 respirasi tiap menit. Uap air yang hilang meningkat hingga mencapai 60% dari total panas yang hilang pada suhu 35 oC (Yousef 1985). Paparan suhu tinggi akan memperbesar upaya untuk menghilangkan panas tubuh, diantaranya peningkatan respirasi, suhu tubuh, konsumsi air dan penurunan konsumsi pakan (Marai et al. 2007). Berkaitan dengan dampak kelembaban, ketika kelembaban tinggi maka akan meningkatkan frekuensi respirasi domba (Marai et al. 2007). Denyut Jantung

Denyut jantung pada pengamatan periode gelap menunjukkan bahwa pemberian pakan mengandung limbah tauge menunjukkan nilai lebih tinggi (104.04 ± 5.64) dibandingkan dengan pakan mengandung rumput (92.96 ± 6.11) (P<0.01). Hal ini dikarenakan kandungan antinutrisi yang terkandung dalam limbah tauge. Kandungan antinutrisi pada kecambah tauge yaitu haemagglutinin, antitripsin, tanin, dan asam phytat (Mubarak 2005). Haemagglutinin ini dapat menyebabkan penggumpalan sel darah, sehingga jantung akan berdenyut lebih cepat untuk mengedarkan darah (Marquadt et al. 1975).

Peningkatan denyut jantung dapat membantu transportasi oksigen dan zat makanan ke seluruh tubuh, selain itu peningkatan denyut jantung juga membantu transportasi panas metabolisme ke seluruh tubuh yang dapat meningkatkan suhu permukaan tubuh (Gatenby dan Martawidjaya 1986). Kisaran denyut jantung domba yang normal menurut Duke’s (1995) adalah 60-120 denyut tiap menit. Pengamatan denyut jantung domba garut jantan menunjukan nilai normal.

(24)

10

ini dipengaruhi oleh saraf, rangsangan kimiawi berupa hormon dan perubahan kadar O2 dan CO2 serta rangsangan berupa panas (Isnaeni 2006). Denyut jantung mencerminkan keseimbangan sirkulasi sepanjang status metabolis dalam kondisi normal (Marai et al. 2007).

Suhu Rektal

Pakan mengandung limbah tauge pada pengamatan suhu rektal periode gelap memberikan nilai lebih tinggi (P<0.05), sedangkan manajemen pemberian pakan sore hari memberikan nilai lebih tinggi (P<0.01). Pengamatan suhu rektal berada dalam kisaran 38.3-39.9 oC, hal ini berarti ternak berada dalam kondisi thermoneutral. Suhu rektal sering digunakan sebagai cerminan dari pendugaan suhu inti (Nielson 1995). Suhu rektal bervariasi antara 38.3-39.9 oC di bawah kondisi thermoneutral (Marai et al. 2007).

Kenaikan panas tubuh disebabkan karena metabolisme pakan tinggi dengan pakan berserat berkualitas rendah (Marai et al. 2007). Hal ini juga berkaitan dengan adanya kegiatan makan yang tinggi. Kegiatan makan akan menyebabkan metabolisme jadi meningkat (Tobin 2012). Meningkatnya metabolisme menyebabkan energi (panas) meningkat sehingga suhu tubuh juga meningkat. Peningkatan metabolisme juga berkaitan dengan nutrisi. Tingginya konsumsi nutrisi akan meningkatkan proses metabolisme tubuh sehingga panas tubuh yang dihasilkan juga lebih banyak (Wuryanto et al. 2010).

Suhu rektal 42 oC dan lebih dari itu akan berbahaya bagi ternak (Yousef 1985). Umumnya domba merupakan hewan homeotermal yang mempertahankan tubuhnya dalam kondisi seimbang dengan menghilangkan kelebihan panas dari tubuhnya ketika terpapar suhu tinggi. Berada dalam kondisi yang seperti itu, suhu tubuh ternak tercermin dari peningkatan suhu rektal, ketika tubuh gagal mempertahankan keseimbangan panas (Marai et al. 2007).

Tingkah Laku

(25)

11

(a) urinasi (b) menggigit benda

Gambar 2 Contoh tingkah laku domba garut jantan (a) urinasi (b) menggigit benda Tingkah laku yang diamati pada penelitian ini meliputi tingkah laku makan, minum, menjilat dan menggigit benda lain, resting, eliminasi, vokalisasi dan agonistik. Tingkah laku domba garut jantan periode terang dan gelap disajikan dalam Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7 Pengamatan tingkah laku domba garut jantan periode terang Tingkah Laku Jenis

Pakan

Manajemen Pemberian Pakan

Rataan Pagi Sore

Makan R1 0.274 ± 0.091 0.184 ± 0.100 0.229 ± 0.100 R2 0.269 ± 0.080 0.102 ± 0.084 0.186 ± 0.117

Rataan 0.272 ± 0.086a 0.143 ± 0.092b

Minum R1 0.027 ± 0.011 0.010 ± 0.020 0.019 ± 0.017 R2 0.034 ± 0.014 0.049 ± 0.040 0.042 ± 0.029

Rataan 0.030 ± 0.012 0.030 ± 0.036 Menjilat menggigit

benda lain

R1 0.199 ± 0.105 0.152 ±0 .047 0.176 ± 0.076

R2 0.191 ± 0.071 0.148 ± 0.138 0.169 ± 0.105

Rataan 0.195 ± 0.083 0.150 ± 0.095

Resting R1 0.030 ± 0.011 0.116 ± 0.038 0.073 ± 0.053

R2 0.022 ± 0.045 0.132 ± 0.073 0.077 ± 0.081 Rataan 0.026 ± 0.030A 0.124 ± 0.054B

Eliminasi R1 0.051 ± 0.054 0.039 ± 0.031 0.045 ± 0.041a R2 0.000 ± 0.000 0.013 ± 0.025 0.006 ± 0.018b

Rataan 0.026 ± 0.047 0.026 ± 0.028

Vokalisasi R1 0.041 ± 0.082 0.000 ± 0.000 0.020 ± 0.058 R2 0.008 ± 0.015 0.006 ± 0.013 0.007 ± 0.013 Rataan 0.024 ± 0.057 0.003 ± 0.009

Agonistik R1 0.048 ± 0.039 0.071 ± 0.092 0.045 ± 0.068 R2 0.048 ± 0.039 0.072 ± 0.037 0.060 ± 0.038

Rataan 0.048 ± 0.067 0.072 ± 0.041

(26)

12

Tabel 8 Pengamatan tingkah laku domba garut jantan periode gelap Tingkah Laku Jenis Rataan 0.075 ± 0.056 0.154 ± 0.091

Minum R1 0.028 ± 0.014 0.010 ± 0.020 0.018 ± 0.018 R2 0.009 ± 0.007 0.024 ± 0.041 0.017 ± 0.028 Rataan 0.017 ± 0.031 0.019 ± 0.014

Menjilat menggigit benda lain

R1 0.125 ± 0.035 0.146 ± 0.047 0.135 ± 0.399

R2 0.197 ± 0.056 0.098 ± 0.065 0.148 ± 0.077

Rataan 0.161 ± 0.058 0.122 ± 0.058

Resting R1 0.039 ± 0.031 0.127 ± 0.085 0.083 ± 0.076

R2 0.089 ± 0.052 0.123 ± 0.051 0.106 ± 0.051

Rataan 0.064 ± 0.048 0.125 ± 0.065

Eliminasi R1 0.014 ± 0.019 0.017 ± 0.021 0.016 ± 0.018 R2 0.003 ± 0.006 0.006 ± 0.012 0.005 ± 0.009

Rataan 0.009 ± 0.014 0.012 ± 0.012

Vokalisasi R1 0.003 ± 0.006 0.006 ± 0.012 0.005 ± 0.009 R2 0.000 ± 0.000 0.014 ± 0.017 0.007 ± 0.013 Rataan 0.002 ± 0.004 0.010 ± 0.014

Agonistik R1 0.013 ± 0.020 0.006 ± 0.012 0.009 ± 0.017 R2 0.064 ± 0.044 0.074 ± 0.111 0.063 ± 0.076

Rataan 0.039 ± 0.042 0.040 ± 0.081

Keterangan : Pengamatan tingkah laku periode gelap dilakukan pada jam 21.00 WIB dan jam 03.00 WIB. Angka pada kolom atau baris yang sama dan diikuti oleh huruf berbeda (a, b) untuk (P<0.05) dan (A, B) untuk (P<0.01). R1 = 60% konsentrat 1 + 40% rumput; R2 = 60% konsentrat 2 + 40% limbah tauge.

Domba garut jantan dengan manajemen pemberian pakan pagi hari memiliki frekuensi makan lebih tinggi dibandingkan dengan sore hari (P<0.05). Hal ini dikarenakan domba merupakan hewan diurnal yang melakukan sebagian besar aktivitasnya pada pagi dan siang hari, sehingga puncak tingkah laku makan paling banyak dilakukan pada pagi dan siang hari. Tomaszewska et al. (1991) menyatakan waktu yang digunakan ternak untuk makan tergantung pada spesies ternak itu sendiri, status fisiologisnya dan persediaan pakan.

(27)

13 mengonsumsi air per unit bahan kering lebih sedikit dibandingkan sapi, tapi konsumsinya meningkat ketika suhu meningkat. Domba mengkonsumsi 2 kg air/kg BK pada suhu antara 0-15 oC. Rasio ini meningkat hingga 3:1 pada suhu di atas 20 oC (Marai et al. 2007). Respon tingkah laku terhadap faktor penyebab stres telah diidentifikasi termasuk peningkatan lokomosi, penurunan tidur atau istirahat dan peningkatan kewaspadaan, penurunan makan dan minum dan meningkatnya vokalisasi dan eliminasi (Gougoulis et al. 2010). Penyerangan (agonistik) yang dilakukan oleh domba dikarenakan perbedaan keleluasaan ruang terutama ruang saat istirahat (Gougolis et al. 2010). Yamin et al. (2013) menyatakan bahwa tingkah laku agonistik dan vokalisasi bisa dijadikan indikator tingkat stres pada ternak domba.

Frekuensi istirahat pada pengamatan periode terang menunjukan bahwa faktor manajemen pemberian pakan sore hari memberikan nilai lebih tinggi daripada pagi hari (P<0.01). Penyebab tingginya tingkah laku istirahat karena domba merupakan hewan diurnal sehingga puncak aktivitas sebagian besar dilakukan pada pagi dan siang hari, sedangkan pada sore dan malam hari domba akan lebih banyak resting. Tingkah laku eliminasi pada pengamatan periode terang menunjukkan bahwa pakan mengandung limbah tauge memberikan nilai lebih tinggi dari pakan mengandung rumput (P<0.05). Tingkah laku eliminasi erat kaitannya dengan konsumsi bahan kering, kecernaan dan PBBH. Apabila konsumsi bahan kering tinggi sedangkan eliminasi rendah, maka tingkat kecernaan pakan di saluran pencernaan tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingkat PBHH tinggi (Tabel 3) yaitu sebesar 140.90 g ekor-1 dibandingkan dengan rumput (71.79 g ekor-1).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pakan dan manajemen pemberian pakan memberikan pengaruh terhadap respon fisiologis dan tingkah laku domba garut jantan pada sistem pemeliharaan intensif. Domba garut jantan yang diberikan pakan mengandung limbah tauge memberikan nilai respon fisiologis lebih tinggi (masih dalam katagori normal) dibandingkan dengan domba garut jantan yang diberikan pakan rumput.

(28)

14

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui durasi dari setiap tingkah laku yang diamati. Pemberian pakan bernutrisi tinggi perlu dilakukan penyesuaian kandang yang nyaman bagi ternak sehingga energi akan dikonversi menjadi produk ternak (otot) dan tidak terbuang dalam bentuk panas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Hafez MAM. 2002. Studies on the reproductive performance in sheep [Tesis]. Egypt (EG): Zagazig University.

Adelodun O, Fadare, Sunday O, Peters, Abdulmojeed Y, Adekayode O, Sonibare, Matthew A, Adeleke, Michael O et al. 2012. Physiological and haematological indices suggest superior heat tolerance of white-coloured West African Dwarf sheep in the hot humid tropics. J Trop Anim Health Prod. 10: 1-9.doi 10.1007/s11250-012-0187-0.

Altmann J. 1974. Observational study of behaviour: samping methods. Behaviour. 48:227-267.

Anjani EP. 2013. Tingkah laku dan respon fisiologis domba ekor gemuk yang dicukur dan diberi tambahan pakan ampas tahu [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Anggrani SL. 2012. Tingkah laku harian dan pola makan domba garut dengan pemberian pellet yang mengandung limbah tauge dan legum Indigofera sp. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Duke NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. New York (US): Comstock Pub.

Gatenby RM, Martawidjaya. 1986. Comparation of the thermal budgets of five different roof of animal house. Apllied AgricRes Project and Rest. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gougoulis DA, Kyriazakis I, Fthenakis. 2010. Diagnostic significant of behaviour changes of sheep: A selected review. Small Ruminant Research. 92 : 52-56.

Grier JW. 1984. Biology of Animal Behavior. St. Louis Missouri (US) :Times Mirror/Mosby College Pub.

Hafez ESE. 1987. Reproduction in Farm Animals 5th ed. Philadelphia (US): LEA & Febiger.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Kearl LC. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. Int'1 Feedstuff Inst. USA (US) : Utah Agric Exp Sta.

Marai IFM, El-Darawany AA, Fadiel A, Abdel-Hafez MAM. 2007. Physiological traits as affected by heat stress in sheep. Small Ruminant Research. 71:1-12.

(29)

15 Marquadt RR, McKirdy JA, Ward T, Campbell LD. 1975. Amino acid, hemagglutinin, andtrypsin inhibitor levels and proximate analysis of faba beans, faba beans fractions. J Anim Sci. 55: 421-429.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID) : IPB Pr.

Monty DE, Kelly LM, Rice WR. 1991. Acclimatization of St. Croix, Karakul and Rambouillet sheep to intense and dry summer heat. Small Ruminant Research. 4 (4): 379–392.

Morrison ML, Marcot BG, Mannan RW. 2006. Wildlife-Habitat Relationship : Concepts and Aplications 3th ed. New York (US): Island Pr.

Mubarak AE. 2005. Nutritional composition and nutritional factors of mung bean seeds (Phaseolus aureus) as affected by some home traditional precesses. Food Chem. 89: 489-495.

Nieslon KS. 1995. Animal Physiology. In: Nielson Knut (Ed.). Adaptation and Environment 4th ed. Cambridge (US): Cambridge University Pr.

Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2009. Pengaruh pakan komplit dengan kadar protein dan energi yang berbeda pada penggemukan domba lokal jantan secara feedlot terhadap konversi pakan [makalah seminar]. Bogor (ID): Puslitbang Peternakan.

Rahayu S, Wadito DS, Ifafah WW. 2010. Survey Potensi Limbah Tauge di Kotamadya Bogor. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Scott JP. 1987. Animal Behaviour. 2nd ed. Chicago (US): The University of Chicago Pr.

Silanikove N. 2000. Effects of heat stress on the welfare of extensively managed domestic ruminants. J Livestock Production Sci. 67 (1–2), 1–18.

Tinberger N. 1979. Perilaku Binatang. Jakarta (ID): Tira Pustaka.

Tomaszewka WM, Sutama IK, Putu IG, Chaniago TD. 1991. Reproduksi Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama.

Tobin AJ. 2010. Essential Chemistry: Asking About Life. Singapore (SG): Agriculture Series.

Wayan IM, Martawidjaja M, Wilson A, Manurung T. 1996. Studi strategi kebutuhan energi-protein untuk domba lokal: I Fase Pertumbuhan. J Ilmu Ternak dan Veteriner. 2(2) :1-8.

Widjajakusuma R, Sikar SHS. 1986. Fisiologi HewanJilid II. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wiradarya TR. 1989. Peningkatan produktifitas ternak domba melalui perbaikan nutrisi rumput lapang. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wuryanto IPR, Darmoatmojo LMYD, Dartosukarno S, Arifin M, Purnomoadi A. 2010. Produktivitas. respon fisiologis dan perubahan komposisi tubuh pada sapi jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

(30)

16

Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Media Petern. 29(1) : 35-46.

Yousef MK. 1985. Stress Physiology in Livestock : Basic Principle. Boca Ralton. Florida (US): CRC Pr.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisa ragam respirasi domba pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 12.25700100 12.25700100 0.33 0.5812 Pakan 1 25.01500225 25.01500225 0.67 0.4348 Kelompok 3 315.4866715 105.1622238 2.81 0.1002 Manajemen*pakan 1 21.79489225 21.79489225 0.40 0.5385

Eror 9 336.8758980 37.4306553

Total 15 711.4294650

Lampiran 2 Analisa ragam respirasi domba pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 256.0000000 256.0000000 3.78 0.0838 Pakan 1 124.6795560 124.6795560 1.84 0.2080 Kelompok 3 65.0272225 21.6757408 0.32 0.8110 Manajemen*pakan 1 5.4428890 5.4428890 0.08 0.7833

Eror 9 609.9130010 67.768111

Total 15 1061.062668

Lampiran 3 Analisa ragam denyut jantung domba pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 78.02630556 78.02630556 1.40 0.2668 Pakan 1 44.43888906 44.43888906 0.80 0.3949 Kelompok 3 80.39261119 26.79753706 0.48 0.7033 Manajemen*pakan 1 72.23725056 72.23725056 1.30 0.2840

Eror 9 500.9976671 55.66640750

(31)

17 Lampiran 4 Analisa ragam denyut jantung domba pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 30.2720040 30.2720040 1.31 0.2819 Pakan 1 491.4202240 491.4202240 21.27 0.0013 Kelompok 3 182.3602813 60.7867604 2.63 0.1140 Manajemen*pakan 1 64.0240023 64.0240023 2.77 0.1304

Eror 9 207.9561762 23.1062418

Total 15 976.0326878

Lampiran 5 Analisa ragam suhu rektal domba pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.04494400 0.04494400 0.98 0.3484 Pakan 1 0.07756225 0.07756225 1.62 0.2273 Kelompok 3 0.16132625 0.05377542 1.17 0.3737 Manajemen*pakan 1 0.04202500 0.04202500 0.91 0.3638

Eror 9 0.41339225 0.04593247

Total 15 0.73924975

Lampiran 6 Analisa ragam suhu rektal domba pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.58102506 0.58102506 20.03 0.0015 Pakan 1 0.16953806 0.16953806 5.84 0.0388 Kelompok 3 0.07672369 0.02557456 0.88 0.4864 Manajemen*pakan 1 0.01897506 0.01897506 0.65 0.4395

Eror 9 0.26110206 0.02901134

Total 15 1.10736394

Lampiran 7 Analisa ragam tingkah laku makan pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00756900 0.00756900 0.96 0.3470 Pakan 1 0.06656400 0.06656400 8.42 0.0133 Kelompok 3 0.00309120 0.00115149 0.33 0.8027 Manajemen*pakan 1 0.00592900 0.00592900 0.75 0.4033

Eror 9 0.09481700 0.00790142

(32)

18

Lampiran 8 Analisa ragam tingkah laku makan pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.02455789 0.02455789 3.98 0.0693 Pakan 1 0.00194230 0.00194230 0.31 0.5852 Kelompok 3 0.00933713 0.00311238 0.43 0.7348 Manajemen*pakan 1 0.00316630 0.00316630 0.51 0.4876

Eror 9 0.07408630 0.00617386

Total 15 0.10424544

Lampiran 9 Analisa ragam tingkah laku minum pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00000035 0.00000035 0.00 0.9808 Pakan 1 0.00175622 0.00175622 3.03 0.1071 Kelompok 3 0.00122379 0.00040793 0.64 0.6072 Manajemen*pakan 1 0.00121274 0.00121274 2.10 0.1734

Eror 9 0.00694520 0.00057877

Total 15 0.01001375

Lampiran 10 Analisa ragam tingkah laku minum pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00001510 0.00001510 0.02 0.8796 Pakan 1 0.00010568 0.00010568 0.17 0.6895 Kelompok 3 0.00073618 0.00024539 0.32 0.8086 Manajemen*pakan 1 0.00031529 0.00031529 0.50 0.4930

Eror 9 0.00756755 0.00063063

Total 15 0.00800975

Lampiran 11 Analisa ragam tingkah laku menggigit dan menjilat benda lain pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00604988 0.00604988 0.67 0.4298 Pakan 1 0.00130581 0.00130581 0.14 0.7109 Kelompok 3 0.00122379 0.00040793 0.64 0.6072 Manajemen*pakan 1 0.00211355 0.00211355 0.23 0.6378

Eror 9 0.03491617 0.00387957

(33)

19 Lampiran 12 Analisa ragam tingkah laku menggigit dan menjilat benda lain pada

pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00353048 0.00353048 1.23 0.2883 Pakan 1 0.00042272 0.00042272 0.15 0.7074 Kelompok 3 0.00309120 0.00103040 0.30 0.8268 Manajemen*pakan 1 0.01299949 0.01299949 4.54 0.0544

Eror 9 0.03123350 0.00347039

Total 15 0.05361575

Lampiran 13 Analisa ragam tingkah laku resting pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.03670409 0.03670409 16.64 0.0015 Pakan 1 0.00016990 0.00016990 0.08 0.7861 Kelompok 3 0.01039208 0.00346403 1.94 0.1940 Manajemen*pakan 1 0.00035861 0.00035861 0.16 0.6939

Eror 9 0.01608467 0.00178719

Total 15 0.06524200

Lampiran 14 Analisa ragam tingkah laku resting pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.01591334 0.01591334 4.33 0.0595 Pakan 1 0.00042407 0.00042407 0.12 0.7399 Kelompok 3 0.00309120 0.01263623 0.30 0.8268 Manajemen*pakan 1 0.00081013 0.00081013 0.22 0.6470

Eror 9 0.01530400 0.00170044

Total 15 0.06016100

Lampiran 15 Analisa ragam tingkah laku eliminasi pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00020770 0.00020770 0.21 0.6524 Pakan 1 0.00755392 0.00755392 7.76 0.0165 Kelompok 3 0.00179791 0.00059930 0.55 0.6633 Manajemen*pakan 1 0.00117534 0.00117534 1.21 0.2934

Eror 9 0.00988304 0.00109812

(34)

20

Lampiran 16 Analisa ragam tingkah laku eliminasi pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00008191 0.00008191 0.35 0.5636 Pakan 1 0.00059520 0.00059520 2.56 0.1354 Kelompok 3 0.00006023 0.00002008 0.07 0.9764 Manajemen*pakan 1 0.00000759 0.00000759 0.03 0.8596

Eror 9 0.00272657 0.00030295

Total 15 0.00341894

Lampiran 17 Analisa ragam tingkah laku vokalisasi pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00285163 0.00285163 1.81 0.2039 Pakan 1 0.00169763 0.00169763 1.08 0.3203 Kelompok 3 0.00520832 0.00173611 1.14 0.3852 Manajemen*pakan 1 0.00286214 0.00286214 1.81 0.2031

Eror 9 0.01374189 0.00152688

Total 15 0.02515744

Lampiran 18 Analisa ragam tingkah laku vokalisasi pada pengamatan periode gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00030834 0.00030834 2.67 0.1280 Pakan 1 0.00010976 0.00010976 0.95 0.3485 Kelompok 3 0.00045657 0.00015219 1.48 0.2853 Manajemen*pakan 1 0.00003312 0.00003312 0.29 0.6018

Eror 9 0.00092737 0.00010304

Total 15 0.00182844

Lampiran 19 Analisa ragam tingkah laku agonistik pada pengamatan periode terang

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00159388 0.00159388 0.59 0.4566 Pakan 1 0.00001130 0.00001130 0.00 0.9494 Kelompok 3 0.01043038 0.00347679 1.43 0.2972 Manajemen*pakan 1 0.01008485 0.01008485 3.75 0.0769

Eror 9 0.02188304 0.00243145

(35)

21 Lampiran 20 Analisa ragam tingkah laku agonistik pada pengamatan periode

gelap

Sumber Keragaman DB JK KT F Hit P

Manajemen 1 0.00013820 0.00013820 0.04 0.8532 Pakan 1 0.01119387 0.01119387 2.89 0.1147 Kelompok 3 0.01260555 0.00420185 1.12 0.3918 Manajemen*pakan 1 0.00075600 0.00075600 0.20 0.6663

Eror 9 0.03381200 0.00375689

Total 15 0.05857175

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1  Bahan ransum yang digunakan dalam penelitian (a) rumput lapang,
Tabel 3  Suhu, kelembaban dan level stres panas*di kandang
Tabel 4  PBBH dan konsumsi bahan kering harian domba
Tabel 6  Respon fisiologis domba garut jantan periode gelap
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tingkah Laku dan Respon Fisiologis Domba Ekor Gemuk yang Dicukur dan Diberi Tambahan Pakan Ampas Tahu adalah benar

Frekuensi makan yang lebih sering terjadi pada faktor waktu pemberian pakan yaitu pada pemberian di pagi hari hal ini disebabkan domba termasuk hewan yang lebih

Domba garut jantan dengan umur dibawah 1 tahun (I 0 ) dipelihara secara intensif dengan perlakuan jenis pakan yang berbeda yaitu R1 (konsentrat dan rumput lapang) dan

Pada domba yang diberi pakan mengandung limbah tauge menunjukkan adanya peningkatan motilitas dari sebelum perlakuan dan setelah perlakuan pakan dan antara

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji performa domba ekor tipis jantan dan domba garut jantan yang diberi perlakuan pakan rumput dengan konsentrat serta rumput

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian pakan dengan sumber protein bungkil kedelai memberikan produksi panas lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan denyut jantung dan

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ransum yang tertampung dalam tempat minum untuk bentuk tempat pakan yang relatif letaknya jauh dari tempat minum dengan jenis rasum kering (Tipe I vs

Respon fisiologis DET yang diberi pakan dengan waktu pemberian pakan yang berbeda menunjukkan bahwa denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal masih dalam kondisi normal.. Jurnal