STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN
IKAN HIAS AIR TAWAR
(Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar
di Kab. Bogor)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
▸ Baca selengkapnya: apa saja syarat untuk membuat rencana usaha pembenihan ikan konsumsi….
(2)PERYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
1Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strutur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Lina Nurlina
NIM H34124048
1
ABSTRAK
LINA NURLINA. Struktur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor). Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.
Usaha ikan hias di Kabupaten Bogor bervariasi, dilihat dari subsistem budidaya ikan hias, ukuran usaha, dan jenis ikan yang dibudidayakan. Permintaan ikan hias yang semakin tinggi menjadikan peluang bisnis ikan hias pun semakin meningkat. Ukuran usaha ikan hias dapat dilihat dari jumlah kepemilikan akuarium, karena mampu mencerminkan alokasi biaya dan produktifitas. Penelitian ini bertujuan mencari ukuran usaha yang paling efisien pada segmen pembenihan ikan hias air tawar yaitu dengan cara membandingkan struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha ikan hias pada tiga usaha budidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukan, semakin besar ukuran usaha maka akan menghasilkan struktur biaya yang lebih efisien. Selain itu berdasarkan nilai R/C usaha yang paling menguntungkan adalah usaha pembenihan ikan hias air tawar skala besar dengan memiliki R/C sebesar 2.2 dan usaha yang memiliki nilai R/C terkecil yaitu skala kecil dengan memiliki nilai R/C sebesar 1.2.
Kata Kunci : struktur biaya, pembenihan ikan hias, pendapatan, efisiensi
ABSTRACT
LINA NURLINA. Cost Structure of business in seeding ornamental fish freshwater (Case Study: Three business seeding ornamental fish freshwater in Kab. Bogor). Guided by YANTI NURAENI MUFLIKH.
An ornamental fish is varied in Kab. Bogor, seen from the cultivation of ornamental fish,the size of business, and the type of fish which are cultivated. Ornamental fish the higher demand make business opportunities ornamental fish is much higher. Size of business ornamental fish can be seen from the number of aquarium ownership, because it is able to reflect the allocation of costs and productivity. This study aims to find the most efficient business size by comparing the cost structure of the three freshwater ornamental fish culture cases. The result of research shows that the bigger business size will result in a more efficient cost structure . In addition, according to the R/C the most profitable seeding ornamental fish is a freshwater large scale to have R/C by 2.2 and business that have value R/C smallest are small scale with having value by 1.2.
STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN
IKAN HIAS AIR TAWAR
(Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar
di Kab. Bogor)
LINA NURLINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehigga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 adalah Struktur Biaya, dengan judul Struktur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus : Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor).
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP MAgribus sebagai dosen pembimbing, Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi MS selaku dosen evaluator kolokium dan sebagai dosen penguji utama sidang, Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen penguji akademik yang telah banyak memberi saran serta kepada Ibu Ir Narni Farmayanti, MSc sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pemilik usaha ikan hias Rafa Farm, Blackghost Farm, dan Yono Farm yang telah bersedia menjadi responden untuk penulisan karya ilmiah ini dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, adik dan kakak, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga menyampaikan terimakasih untuk seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan dari Alih Jenis Agribisnis Angkatan 3.
Bogor, Maret 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 7
Agribisnis Ikan Hias 7
Hubungan Struktur Biaya dan Skala Usaha 8
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Struktur Biaya dan Skala Usaha 11 Analisis Titik Impas (Break Even Point) 15 Analisis Efisiensi Usahatani 15 Kerangka Pemikiran Operasional 16
METODE PENELITIAN 17
Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data 17
Jenis dan Sumber Data 18
Metode Penentuan Responden 18
Metode Analisis Data 18
Analisis Struktur Biaya 19
Analisis Penerimaan 20
Analisis pendapatan 20
Analisis Efisiensi 20
Analisis Titik Impas 21
GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN HIAS AIR TAWAR 22
Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor 22 Gambaran Perikanan di Kabupaten Bogor 23 Deskripsi Umum Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar
di Lokasi Penelitian 23
Lokasi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar 24 Latar Belakang Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar
di Lokasi Penelitian 24
Penyedia Sarana Produksi 25
Teknik Pembenihan Ikan Hias Air Tawar 26 Kapasitas Produksi dan Penjualan Produk Pada Tiap Usaha 31
HASIL DAN PEMBAHASAN 31
Struktur Biaya 31
Analisis Penerimaan 38
Analisis Pendapatan 39
SIMPULAN DAN SARAN 42
Simpulan 42
Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 46
RIWAYAT HIDUP 53
DAFTAR TABEL
1 Nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi 2011-2013 1 2 Perkembangan nilai dan volume ekspor ikan hias air tawar 2009-2013 2 3 Perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor 2010-2013 2 4 Perbedaan karakteristik usaha ikan hias di Kabupaten Bogor 5 5 Struktur biaya usaha ikan hias pada skala usaha berbeda 19 6 Komponen biaya tetap ikan hias air tawar di tiga usaha 33 7 Komponen biaya variabel ikan hias air tawar di tiga usaha 35 8 Struktur biaya ikan hias air tawar di tiga usaha 37 9 Penerimaan usaha pembenihan ikan hias air tawar pada tiga usaha 38 10Penggunaan akuarium dan penerimaan per komoditi pada tiga usaha 39 11Analisis pendapatan pembenihan ikan hias air tawar per akuarium
dalam satu tahun 40
12Perhitungan nilai titik impas pada tiga usaha 41
DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan RTP di Kabupaten Bogor 2009-2013 3 2 Perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor 2009 – 2013 3 3 Hubugan Kurva AC, AVC, dan MC 12 4 Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha 13 5 Kurva biaya total rata - rata jangka panjang 14 6 Titik Impas (Break Even Point) 15 7 Kerangka pemikiran operasional 17
8 Induk black ghost 26
9 Pakan cacing darah 27
10Pakan cacing sutera 29
11Induk maanvis black and white 30 12Kurva struktur biaya di tiga usaha 37
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor kelautan dan perikanan memiliki beragam potensi, baik perikanan maupun sumberdaya alam lainnya. Apabila kekayaan laut Indonesia dapat digali secara optimal, maka perekonomian lokal dan nasional akan lebih berkembang. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyedia ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dalam lingkungan hidup (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2014).
Perkembangan bisnis produk perikanan nonkonsumsi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dan memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi seperti yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi 2011-2013
Tahun Nilai (Rupiah) Pencapaian Target (%) Target Pencapaian
2011 350 milyar 565 milyar 161.43 2012 1 triliyun 1.4 triliyun 140.00 2013 1.5 triliyun 1.7 triliyun 113.33
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014
Data pada Tabel 1 menunjukkan peningkatan perdagangan produk perikanan nonkonsumsi dalam tiga tahun terakhir ini cukup tinggi melebihi target yang diinginkan. Peningkatan nilai perdagangan ini dikarenakan suplai yang cukup tinggi. Salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah ikan hias. Sektor usaha di komoditas ini tidak begitu terpengaruh oleh krisis moneter dan dapat dikembangkan sepanjang tahun. Hal ini cukup memungkinkan, karena teknologi dan wilayah yang ada mampu mengatasi kendala musim dan biologis (Wisnantara 2006).
Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung terus meningkat. Nilai ekspor dan volume ikan hias air tawar dari tahun 2009 hingga tahun 2013 terus mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Peningkatan ini menunjukan adanya potensi kebutuhan pasar dunia terhadap ikan hias yang semakin meningkat. Devisa dari ekspor komoditas ikan hias mencapai US$ 10-15 juta per tahun (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2013)2. Ketersediaan ikan hias sebagai komoditas ekspor pada tingkat eksportir selalu lebih kecil dari pada permintaan dari luar negeri.
2
Tabel 2 Perkembangan nilai dan volume ekspor ikan hias air tawar 2009-2013
Sumber : United Nation Commodity Trade Statistics Data Base, 2014
Perkembangan perdagangan ikan hias Indonesia di dunia mengalami peningkatan pada awal tahun 2014. Peningkatan tersebut menyebabkan Indonesia merupakan 5 negara pengekspor ikan hias terbesar di dunia, dengan negara utama tujuan ekspor ikan hias Indonesia yaitu Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, China, Malaysia dan beberapa negara di Eropa (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014)3.
Wilayah produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia. Sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan D.I Yogyakarta. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Indonesia yang merupakan pengekspor ikan hias air tawar di wilayah Jawa Barat. Trend Penjualan ikan hias setiap tahunnya mengalami peningkatan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2013).
Tabel 3 Perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor 2010-2013
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014
Produksi ikan hias di Kabupaten Bogor setiap tahun mengalami peningkatan (Tabel 3). Dari tujuh jenis usaha perikanan di Kabupaten Bogor, produksi Ikan Hias menempati urutan kedua produksi perikanan terbesar di Kabupaten Bogor. Perkembangan produksi budidaya ikan hias air tawar yang terus meningkat setiap tahunnya dikarenakan adanya peningkatan dan jumlah
3
pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Besarnya perkembangan produksi ikan hias per komoditas dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor tersebar di beberapa wilayah seperti Ciampea, Ciseeng, dan Cibinong. Sebagian besar pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor adalah usaha yang dijalankan oleh Rumah Tangga Perikanan (RTP). RTP yang tersebar di Kabupaten Bogor meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan ikan hias air tawar terutama di Kabupaten Bogor. Data RTP di Kabupaten Bogor dapat di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Perkembangan RTP di Kabupaten Bogor 2009-2013
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014
Salah satu faktor pendukung besarnya jumlah dan nilai produksi ikan hias di kabupaten bogor adalah adanya peningkatan jumlah RTP dan luas lahan yang dijadikan lokasi pembudidayaan ikan.Jumlah RTP dari data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebanyak 587 orang dan tersebar di beberapa Kecamatan. Jumlah RTP yang memproduksi ikan hias masih cukup kecil jika dibandingkan dengan jumlah RTP yang memproduksi ikan konsumsi yaitu sebesar 8.022 orang yang juga tersebar di beberapa Kecamatan. RTP ikan hias memiliki potensi yang berbeda, yang disesuaikan dengan jumlah areal lahan yang digunakan. Areal lahan yang digunakan ini sangat bergantung kepada kualitas ikan hias air tawar yang diproduksi, karena pengaruh potensi lahan tersebut terutama kualitas air yang dimiliki. Jumlah areal lahan yang digunakan untuk produksi ikan hias sebesar 35.12 Ha (Gambar 2).
Gambar 2 Perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor 2009 – 2013
Industri ikan hias yang berada di Kabupaten Bogor di dukung oleh Pemerintah Kabupaten. Pemerintah Kabupaten Bogor terus mengembangkan sektor perikanan. Dukugan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam sektor perikanan yaitu dalam bentuk pemberian bantuan alat-alat perikanan terhadap usaha yang baru berjalan, mendirikan pusat pemasaran ikan hias Raiser di wilayah Cibinong, bentuk dukungan lain yaitu dengan memberikan penghargaan kepada kelompok tani yang aktif dalam menghadiri acara penyuluhan. Pembudidaya ikan hias bukan hanya di budidayakan oleh suatu perusahaan, namun ikan hias ini dibudidayakan oleh kelompok tani. Kabupaten Bogor memiliki 458 kelompok tani yang bergerak di bidang perikanan, namun yang khusus bergerak di bidang ikan hias air tawar hanya berjumlah 20 kelompok tani sedangkan sisanya adalah bergerak di bidang ikan konsumsi (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2014). Daerah yang membudidayakan ikan hias air tawar terdapat di Kecamatan Tajur Halang, Kemang, Cibinong, Parung, Ciseeng, Gunung Sindur, Tenjolaya, Ciampea dan Jonggol.
Jenis ikan hias yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor antara lain ikan hias maanvis (pterophyllum scalarae) atau yang biasa disebut angelfish dan juga ikan hias black ghost (Apterontus albifrons). Ikan hias maanvis dan black ghost berasal dari Amerika Selatan namun dapat dibudidayakan di Indonesia. Ikan hias maanvis dapat menarik minat masyarakat karena bentuk dan warnanya yang menarik, serta gerakan yang tenang, sedangkan ikan hias blackghost dapat menarik minat masyarakat karena bentuknya yang menarik menyerupai bentuk pisau melebar dari bagian kepala dan badan kemudian melancip dibagian perut.
Usaha ikan hias sangat bervariasi, karena semakin banyaknya permintaan ikan hias sehingga menjadikan peluang bisnis ikan hias pun semakin meningkat dan Pemerintah Kabupaten Bogor terus melakukan pengembangan usaha dalam bisnis ikan hias. Di Kabupaten Bogor, usaha ikan hias dilakukan dalam dua subsistem usaha yaitu usaha pembenihan ikan hias dan juga usaha pendederan. Budidaya ikan hias air tawar pada subsistem pembenihan merupakan hal yang penting di dalam membudidayakan ikan hias air tawar. Kabupaten Bogor memiliki potensi pembenihan ikan hias air tawar yang baik karena keadaan air di wilayah Kabupaten Bogor sesuai dengan yang dibutuhkan dalam memelihara ikan hias air tawar. Selain itu usaha ikan hias air tawar dilakukan dengan skala usaha yang berbeda-beda. Namun, belum ada batasan yang baku mengenai kriteria besar-kecilnya suatu usaha. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ikan hias air tawar keputusan mengenai ukuran usaha menjadi sangat penting.
Efisiensi skala produksi sangat penting bagi pelaku usaha agar penggunaan sumber daya yang dimiliki dapat diatur seefisien mungkin sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal (Mubyarto 1989). Perbedaan skala usaha tersebut akan menyebabkan perbedaan dalam pengalokasian jumlah penggunaan inputnya. Semakin besar suatu skala usaha maka semakin besar pula jumlah penggunaan inputnya, sehingga mengakibatkan biaya total yang dikeluarkan semakin besar. Untuk mengukur tingkat efisiensi biaya dapat dilihat berdsarkan struktur biaya dari masing-masing skala usaha sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima.
Perumusan Masalah
Ikan Hias merupakan salah satu komoditas unggul yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor. Setiap tahun komoditi ikan hias semakin di gemari dan tingkat permintaan semakin meningkat. Oleh karena itulah menyebabkan banyak pesaing-pesaing baru yang berminat di dalam usaha bisnis ikan hias. Budidaya ikan hias air tawar memiliki beberapa subsistem usaha berdasarkan sistem budidayanya yaitu subsistem pembenihan, subsistem pendederan dan subsistem pembesaran. Setiap subsistem budidaya tersebut memiliki perbedaan pada input maupun output yang dihasilkan dari kegiatan produksinya. Dalam usaha ikan hias faktor yang terpenting adalah pada subsistem pembenihan. Karena subsistem tersebut adalah penentu berhasil atau tidaknya dalam memproduksi ikan hias. Pemilihan induk merupakan hal yang paling penting dalam melakukan usaha pembenihan agar dapat menghasilkan benih-benih ikan yang berkualitas.
Terdapat banyak perbedaan dalam membudidayakan ikan hias di Kabupaten Bogor yaitu perbedaan dalam ukuran usaha, subsistem budidaya, komoditas yang dibudidayakan dan harga yang ditawarkan. Adapun perbedaan dalam membudidayakan ikan hias air tawar dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perbedaan karakteristik usaha ikan hias di Kabupaten Bogor
Nama Usaha Subsistem Usaha
Jumlah
akuarium Komoditas
Farm Bakir Pendederan 116 Cardinal Tetra, Neon Tetra, Red Nouse Farm Mayarno Pendederan 300 Cardinal Tetra, Neon Tetra
Farm Ali Pendederan 200 Cardial Tetra
Blackghost Farm Pembenihan 155 Maanvis, Blackghost, Palmas Albino, Ctenopoma
Yono Farm Pembenihan 320 Synodontis, Blackghost, Maanvis Rafa Farm Pembenihan 54 Blackghost, Maanvis, Cardinal Tetra Sumber : Hasil Wawancara
Pada Tabel 4 usaha yang melakukan subsistem budidaya pembenihan adalah Blackghost Farm, Yono Farm dan Rafa Farm. Jumlah kepemilikan akuarium atau kolam merupakan salah satu faktor produksi dalam usaha ikan hias air tawar. Faktor tersebut dapat menjadi indikasi bahwa usaha ikan hias dilakukan dengan ukuran usaha yang berbeda-beda. Beragamnya faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha ikan hias air tawar membuat para pelaku usaha harus mengalokasikan faktor-faktor produksinya tersebut secara efisien. Belum dapat di pastikan bahwa skala usaha besar merupakan usaha yang paling efisien dan menguntungkan.
Pertumbuhan jumlah pelaku usaha ikan hias di Kabupaten Bogor tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan masing–masing pelaku usaha. Selain itu, pelaku ikan hias juga dihadapkan oleh tingginya biaya produksi yaitu biaya pembelian benih ikan hias atau ikan hias indukan, biaya pembuatan kolam atau akuarium, harga pakan ikan hias yang cenderung tidak stabil, biaya transportasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya pemeliharaan ikan hias, dan biaya tenaga kerja yang berdampak pada meningkatnya harga jual. Harga jual yang tinggi menyebabkan daya beli konsumen semakin berkurang.
usaha, khusus untuk ikan hias ditambah lagi dengan berbagai macam jenis ikan hias yang dapat dibudidayakan. Secara teoritis, dengan meningkatnya skala usaha akan mengakibatkan biaya rata-rata per ekor yang semakin rendah. Maka dari itu dalam menentukan ukuran usaha harus mempertimbangkan struktur biaya yang akan terjadi apabila suatu skala usaha dilakukan. Oleh karena itu dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ikan hias, perlu diketahui informasi mengenai skala usaha efisien yang sebaiknya dipilih oleh petani.
Informasi mengenai jumlah produksi ikan hias minimal yang harus dibudidayakan/dijual juga penting untuk dipelajari. Hal itu diketahui dengan melakukan analisis titik impas (break even point)
Dari uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana struktur biaya usaha pembenihan ikan hias di lokasi penelitian? 2. Bagaimana pendapatan usaha pembenihan ikan hias di lokasi penelitian? 3. Skala usaha ikan hias manakah yang paling efisien berdasarkan hasil analisis
R/C Ratio?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis struktur biaya usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian.
2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian.
3. Menganalisis efisiensi usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Pembudidaya ikan hias air tawar, dapat memberikan informasi apakah usaha ini mampu memberikan keuntungan bagi pembudidaya ikan hias terkait skala usaha yang dijalankan, serta dapat menjadi rujukan untuk dilakukannya pengembangan usaha ikan hias.
2. Pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai struktur biaya dan skala usaha ikan hias paling efisien, bagi individu maupun kelompok yang berniat menjadi pelaku usaha maupun investor untuk menanamkan modal di sektor perikanan ikan hias air tawar.
Ruang Lingkup Penelitian
black and white. Penelitian ini menganalisis struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha pembenihan ikan hias air tawar di lihat dari tiga ukuran usaha yang berbeda-beda dalam satu tahun. Dalam usaha budidaya ikan hias air tawar ukuran suatu usaha dapat dinilai dari jumlah kepemilikan akuarium serta komoditas yang dipilih. Ukuran usaha dalam penelitian ini adalah 54 akuarium, 155 akuarium, dan 320 akuarium.
TINJAUAN PUSTAKA
Agribisnis Ikan Hias
Ikan adalah seluruh jenis makhluk hidup yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Undang – Undang Perikanan No 31 Tahun 2004). Ikan hias atau ornamental fish adalah ikan dengan hiasan atau
ornament yang melekat pada bentuk fisik atau tubuhnya yang mengandung nilai keindahan. Ikan hias dipelihara sebagai komoditas hidup di dalam akuarium karena memiliki variasi warna, bentuk, dan jenis yang beragam sehingga mampu menciptakan suasana akuarium yang mendukung tata ruang serta mampu menciptakan suasana tentram dan nyaman. Ikan hias menjadi komoditi perdagangan karena aspek keindahan bukan karena kandungan nutrisinya. Gerakan ikan hias umumnya lembut, khas dengan perpaduan tanaman dan pendukung lainnya akan selalu menarik minat konsumen, khususnya yang memiliki pendapatan relatif tinggi. Sehingga inilah yang menyebabkan agribisnis ikan hias banyak diminati. Hal ini sesuai dengan penelitian yang ditunjukkan oleh Lesmana (2002), Mahmood (2009) yang dipertegas pula oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional dalam Victor (2013). Secara garis besar ikan hias dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. Ikan hias yang berasal dari air tawar, dikenal dengan istilah perdagangan
marine freshwater ornamental fish .
2. Ikan hias yang berasal dari air laut, dikenal dengan istilah perdagangan marine ornamental fish
3. Tanaman hias air tawar, dikenal dengan freshwater ornamental plant atau
aquatic plant.
4. Kerang – kerangan atau biota laut dikenal sebagai invertabrat.
persiapan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar usahanya terhindar dari resiko kegagalan (Umaidi 2013).
Sumber daya alam yang melimpah menyebabkan potensi ikan hias Indonesia sangat besar, baik itu ikan hias yang berasal dari alam maupun ikan hias yang sudah dibudidayakan. Besarnya potensi tidak dapat menjadikan Indonesia sebagai penguasa pangsa pasar ikan hias di dunia, hal tersebut dibuktikan melalui fakta bahwa selama ini Singapura selalu menjadi penguasa pasar.4 Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia kalah dalam hal penguasaan pasar dibanding Singapura, Jepang, Spanyol, maupun Malaysia antara lain :
1. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik;
2. Pembudidaya banyak yang skala kecil dan menengah dengan metoda tradisional serta tidak bergerak secara kelompok;
3. Channeling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik; 4. “Branding” ikan hias Indonesia masih lemah;
5. Kebijakan pemerintah yang masih sering overlapping satu sama lain dan belum mendukung pengembangan industri ikan hias;
6. Koordinasi antar stakeholder ikan hias yang masih rendah.
Berbisnis ikan hias tidak pernah sepi bahkan dalam tiga tahun terakhir ini nilai dan volume ekspor semakin meningkat. Permintaan ikan hias dunia juga meningkat. Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang ikut dalam usaha budidaya, ikan hias memberikan kontribusi yang sangat besar karena dapat meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan produk olahan, dan bahkan menghasilkan devisa. Namun jumlah permintaan dari pasar ikan hias dunia terkadang tidak terpenuhi karena jumlah ikan hias yang dihasilkan masih kurang.
Hubungan Struktur Biaya dan Skala Usaha
Penelitian tentang struktur biaya di hubungkan dengan skala usaha sudah banyak di lakukan. Skala usaha sangat erat kaitannya dengan efisiensi suatu usaha. Efisiensi suatu usaha terdiri dari efisiensi ekonomis, teknis, dan alokatif. Semakin efisien suatu usaha dapat diketahui berdasarkan biaya minimum atau pendapatan maksimum. Menurut Mubyarto (1989), semakin besar skala usaha belum tentu menunjukkan usaha tersebut efisien. Hal tersebut sangat tergantung dari jenis komoditas yang diusahakan dan hasil panen yang diperoleh.
Penentuan skala usaha bertujuan agar pengusaha mampu mengetahui sejauh mana usaha tersebut harus berproduksi sesuai keadaan skala usaha yang dimilikinya. Produksi dilakukan dengan kepemilikan sejumlah sumberdaya yang diolah sedemikian rupa agar mampu menciptakan keuntungan dalam sebuah usaha.
4
Berdasarkan penelitian Stani (2009) membahas mengenai struktur biaya yaitu struktur biaya pada usaha ternak kambing perah. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dibedakan dua macam biaya. Pertama, struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yakni biaya tetap dan variabel. Kedua, struktur biaya berdasarkan sifatnya yaitu biaya tunai dan non tunai. Sedangkan skala usaha ditentukan berdasarkan jumlah pemilikan kambing perah yang dinyatakan dalam satuan ST (Satuan Ternak), yang dibagi dalam tiga strata yaitu skala usaha I (skala kecil) berjumlah 5 ekor kambing atau 0.53 ST, skala usaha II (skala menengah) berjumlah 61 ekor kambing atau 5.95 ST, dan skala usaha III (skala besar) berjumlah 161 ekor kambing atau 17.36 ST. Struktur biaya usaha ternak kambing perah dilihat menurut biaya yang dikeluarkan per satuan ternak (ST) per bulan dan biaya per liter susu per bulan. Perhitungan biaya dalam penelitian ini adalah biaya rata-rata per bulan selama penelitian. Selain perhitungan biaya tetap dan biaya variabel, penting juga untuk diketahui bagaimana komponen biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (biaya non tunai) terhadap biaya produksi. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usaha ternak yang dikeluarkan oleh peternak itu sendiri. Sedangkan biaya non tunai ialah biaya yang tidak dibayar dengan uang, tapi diperlukan untuk memperhitungkan berapa besar nilai sumberdaya yang telah dikeluarkan dalam usaha ternak kambing perah.
Hasil analisis biaya tetap, jika biaya penyusutan dimasukkan ke dalam biaya tetap, maka terlihat adanya kecenderungan dengan meningkatnya skala usaha akan meningkatkan biaya tetap per satuan ternak dan biaya tetap per liter susu. Sementara itu, jika biaya variabel non tunai diperhitungkan ke dalam biaya variabel menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha akan menurunkan biaya variabel per satuan ternak dan biaya tetap per liter susu.
Damayanti (2011) menganalisis struktur biaya budidaya anggrek. Peelitian tersebut menganalisis struktur biaya berdasarkan masing – masing komoditas anggrek, yaitu anggrek Dendrobium, anggrek Vanda, Phalaenopsis, dan juga Cattleya. Keragaan usaha anggrek di TAR dapat dikelompokan menjadi empat segmen yaitu usaha pembibitan, budidaya dari seedling, budidaya dari remaja dan pemasaran. Nunky Orchis (usaha I) dan Syams Orchid (usaha III) melakukan budidaya semua jenis anggrek dalam satu tempat yang sama sedangkan I-yon Orchid (usaha II) melakukan sistem pemeliharaan anggrek yang terpisah antara anggrek Phalaenopsis dengan anggrek yang lainnya. Skala usaha pada penelitian tersebit di tentukan berdasarkan luas lahan, yaitu untuk skala kecil sebesar 800 m2 dan 300 m2, skala menengah sebesar 1000 m2, dan skala besar yaitu 2,7 ha.
Perhitungan tentang struktur biaya teridiri dari biaya tetap dan juga biaya variabel. Perhitungan mengenai biaya tetap dan biaya variabel tetap perlu diketahui karena dapat memberikan gambaran terhadap alokasi biaya dan dapat membantu kontrol biaya yang akan dikeluarkan. Apabila diketahui terjadi pemborosan pada penggunaan salah satu atau beberapa komponen biaya variabel, maka perlu dilakukan pengurangan penggunaan komponen tersebut atau bahkan komponen tersebut tidak dipergunakan lagi. Begitu juga halnya pada biaya tetap, apabila komponen tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi.
Phalaenopsis usaha I sebesar Rp 13.716/pot, usaha II sebesar Rp 10.891/pot dan usaha III sebesar Rp 24.458/pot. Biaya produksi anggrek Phalaenopsis yang efisien terdapat pada usaha II. Biaya produksi anggrek Vanda usaha I sebesar Rp 27.074/pot, usaha II sebesar Rp 32.355/pot dan usaha III sebesar Rp 29.255/pot. Biaya produksi anggrek Catleya usaha I sebesar Rp 22.074/pot, usaha II sebesar Rp 27.355/pot dan usaha III sebesar Rp 29.255/pot. Biaya produksi anggrek Vanda dan Cattleya yang efisien terjadi pada usaha I. Perbedaan biaya produksi yang dihasilkan masing-masing usaha pada setiap jenis anggrek disebabkan perbedaan biaya perolehan bibit yang besar. Semakin kecil biaya bibit yang dikeluarkan usaha maka biaya produksi per pot akan semakin efisien karena lebih dari 50 persen dari total biaya per pot berasal dari biaya bibit.
Hadi (2014) yang juga melakukan penelitian tentang Struktur Biaya Budidaya Ikan Hias Air Tawar, pada penelitian tersebut biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keuntungan dari suatu usaha. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dilihat berdasarkan perilaku biaya tetap dan variabel yang terdapat pada masing-masing usaha. Penentuan skala usaha yaitu untuk skala kecil memiliki jumlah akuarium sebanyak 81 akuarium, skala menengah sebesar 158 akuarium, dan skala besar memiliki jumlah akuarium sebanyak 306 unit.Dengan mengalisis struktur biaya, dapat diketahui struktur dan besaran biaya produksi, serta nilai titik impas.
Semakin meningkatnya skala usaha yang diiringi dengan meningkatnya jumlah produksi dari komoditas yang diusahakan maka nilai total biaya tetap rata-rata per komoditas yang di usahakan akan semakin menurun. Kemudian Nilai besaran biaya dan nilai titik impas dapat menjadi acuan mengenai tingkat skala usaha yang paling efisien berdasarkan tingkat biaya dan harga yang berlaku Hal ini di tunjukkan oleh penelitian Stani (2009), Damayanti (2011) dan Hadi (2014).
analisis tersebut dilakukan guna mengetahui jumlah yang harus diproduksi atau dicapai agar usaha tersebut berada di titik impas.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Struktur Biaya dan Skala Usaha
Sukirno (2005), biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan membeli bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Dalam melakukan produksi suatu usaha terdapat dua komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Beberapa contoh yang termasuk kedalam komponen biaya tetap adalah gaji tenaga kerja, sewa lahan, listrik, telepon dan penyusutan peralatan. Beberapa contoh yang termasuk kedalam komponen biaya variabel adalah pupuk, benih, pakan, obat-obatan.
Secara matematis, perhitungan total biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC = TFC+TVC
Keterangan :
TC = Total Cost
TFC = Total Fixed Cost
TVC = Total Variabel Cost
Gambar 3 Hubugan Kurva AC, AVC, dan MC
Sumber : Sukirno (2005)
Keterangan:
 Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC di bawah kurva AVC maka kurva AVC sedang menurun).
 Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau kurva MC di atas AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (1) dan (2) maka kurva AVC dipotong oleh kurva MC di titik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC. Sedangkan, untuk menghitung total biaya rata-rata (Average Total Cost) adalah penjumlahan biaya tetap rata-rata (AFC) dengan biaya variabel rata-rata (AFC). Rumus yang digunakan yaitu : AC = AFC + AVC. Penentuan skala usaha yang paling efisien dapat diketahui dengan melihat total biaya rata-rata produksi paling rendah. Biaya penyusutan sarana dan prasarana berupa alat-alat dalam suatu usaha dihitung dengan harapan ketika kebutuhan tersebut tidak mampu berfungsi optimal dalam melaksanakan tugasnya, maka usaha tersebut telah memiliki dana cadangan jika hendak dilakukan reinvestasi pada usahanya. Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani ada beberapa kemungkinan, yaitu sebagai berikut:
 Biaya (cost) lebih besar daripada penerimaan (revenue) maka usaha disebut rugi.
 Biaya (cost) sama dengan penerimaan (revenue) maka usaha disebut tidak untung dan tidak rugi atau keadaan titik impas (Break Even Point).
 Biaya (cost) lebih kecil daripada penerimaan (revenue) maka usaha disebut untung.
digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC). Dengan demikian analisis mengenai bagaimana pengusaha mampu menghitung kegiatan produksi dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas produksi yang berbeda-beda. Untuk menentukan skala usaha yang paling efisien, harus dicari nilai biaya rata-rata jangka pendek (SRAC) operasi paling minimum dari tiap skala usaha. Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha
Sumber : Sukirno (2005)
Pada Gambar 4 menjelaskan sebuah ilustrasi usaha yang mempunyai tiga pilihan dalam menggunakan alat-alat produksi yaitu: Kapasitas 1, Kapasitas 2 dan Kapasitas 3, dimana kapasitas produksi tersebut didapat dari penggunaan biaya produksi rata-rata yang akan dikeluarkan oleh usaha tersebut untuk kegiatan produksi, besaran biaya produksi rata-rata ditunjukan oleh AC1, AC2, AC3. Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat produksi yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebut ingin mencapai produksi sebanyak 100 unit, adalah lebih baik untuk menggunakan Kapasitas 1 (lihat titik A). Kalau yang digunakan adalah Kapasitas 2, seperti dapat dilihat dalam Gambar 3, biaya prduksi adalah lebih tinggi (lihat titik B). Kapasitas 1 adalah kapasitas yang paling efisien dan akan meminimumkan biaya produksi, untuk produksi di bawah 130 unit. Untuk produksi di antara 130 dan 240 unit, Kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena biaya produksi adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam Gambar 1.02, AC1 berada di atas AC2, yang berarti dengan menggunakan Kapasitas 1 biaya akan lebih tinggi daripada menggunakan Kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit, Kapasitas 3 adalah yang harus digunakan pengusaha. Penggunaan ini akan meminimumkan biaya. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimuman biaya jangka panjang tergantung kepada dua faktor yaitu: Tingkat produksi yang ingin dicapai, dan Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia.
kurva LRAC meliputi kurva AC1 sampai di titik a, kurva AC2 dari titik a ke titik b, dan bagian dari AC3 dimulai dari titik b. Penjelasan mengenai kurva LRAC dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kurva biaya total rata - rata jangka panjang
Sumber : Sukirno (2005)
Kurva LRAC bukanlah dibentuk berdasarkan kepada 3 kurva AC saja seperti yang ditunjukan oleh Gambar 4, tetapi berdasarkan kepada kurva AC yang tidak terhingga banyaknya. Kurva LRAC dapat dilihat pada gambar 5 merupakan garis lengkung yang berbentuk huruf U, dimana lengkungan besarnya mengamplopi sekian banyak kemungkinan kurva AC. Kurva LRAC tersebut merupakan kurva yang menyinggung beberapa kurva AC jangka pendek. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha di dalam jangka panjang. Kurva LRAC tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian (di titik) yang terendah dari kurva AC. Dalam Gambar 4 hanya kurva ACx yang disinggung oleh kurva LRAC pada bagian kurva ACx yang paling rendah, yaitu titik B. Kurva AC yang terketak di sebelah kiri dari ACx disinggung oleh kurva LRAC di bagian yang lebih tinggi dan di sebelah kiri dari titik terendah. Dapat diperhatikan misalnya kurva AC2, jelas terlihat bahwa titik A bukanlah titik terendah pada kurva AC2. Titik tersebut terletak di sebelah kiri dari titik terendah AC2. Kurva AC yang terletak di sebelah kanan dari kurva ACx disinggung oleh kurva LRAC juga di bagian yang terletak lebih tinggi dari minimum pada AC yang bersangkutan, dan titik singgung tersebut terletak di sebelah kanan dari titik yang terendah. Titik C pada kurva AC3 jelas menggambarkan keadaan tersebut.
menjadi lebih rendah. Sedangkan usaha mencapai skala tidak ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin tinggi.
Analisis Titik Impas (Break Even Point)
Analisis titik impas atau analisis break even point diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi.Pada jangka pendek, hubungan struktur biaya dengan skala usaha dapat dianalisis menggunakan analisis titik impas (Break Even Point). Skala usaha yang berbeda akan menyebabkan titik BEP yang berbeda, karena struktur biaya yang dihasilkan juga berbeda – beda (Jumingan 2005).
Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (break even), yaitu apabila telah disusun laoran perhitungan laba rugi untuk periode tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian. Dengan kata lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama dengan nol. Adapun gambar titik impas (Break Even Point) usahatani dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Titik Impas (Break Even Point)
Sumber : Soekartawi (1986)
Tujuan menganalisis BEP adalah :
1. Untuk mengetahui berapa jumlah minimal yang harus diproduksi agar bisnis tidak rugi
2. Berapa harga terendah yang harus ditetapkan agar bisnis tidak rugi.
Analisis Efisiensi Usahatani
Efisiensi merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam suatu usaha. Menurut Mubyarto (1989), efisiensi dalam produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Dengan kata lain efisiensi produksi merupakan perbandingan output dan input,
yaitu berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input
tertentu atau tercapainya output tertentu dengan input yang minimum. Pencapaian efisiensi dapat diukur dengan kriteria biaya yang minimum (cost minimization) dan kriteria penerimaan maksimum (output maksimization). Ukuran efisiensi usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan usahatani.
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2002). Dengan keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani, tujuan keuntungan maksimum dalam usahatani agar efisien dapat didekati dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya.
Nilai R/C tidak memiliki satuan, jika nilai R/C sama dengan satu maka menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah. Jika R/C lebih besar dari satu, maka menunjukan bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah, begitu sebaliknya. Semakin besar nilai R/C, maka semakin besar pendapatan yang diterima dan kedudukan ekonomi usahatani tersebut semakin baik.
Kerangka Pemikiran Operasional
Sektor perikanan menjadi salah satu tumpuan perekonomian dalam mengembangkan wilayah Kabupaten Bogor, salah satunya adalah sub sektor perikanan budidaya. Kabupaten Bogor juga merupakan kawasan Minapolitan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor membuat target produksi budidaya perikanan yang cukup tinggi dan jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Target produksi yang tinggi tersebut didukung oleh produksi benih ikan di Kabupaten Bogor yang cenderung meningkat setiap tahun baik produksi ikan hias maupun ikan konsumsi.
Adanya peluang bisnis dari meningkatnya permintaan ikan hias air tawar di dalam negeri dan diluar negeri menyebabkan banyak orang tertarik untuk membudidayakan ikan hias. Di dalam membudidayakan ikan hias terbagi atas dua subsistem budidaya yaitu subsistem pembenihan ikan hias dan juga subsistem pendederan ikan hias. Subsistem pembenihan ikan hias air tawar merupakan subsistem yang paling penting di dalam usaha ikan hias, karena subsistem tersebut merupakan penentu dalam menghasilkan benih ikan hias yang berkualitas. Di dalam melakukan usaha pembenihan ikan hias, terdapat banyak perbedaan dalam membudidayakan ikan hias yaitu perbedaan dalam skala usaha, komoditas yang dibudidayakan dan harga yang ditawarkan serta perbedaan jumlah tenaga kerja.
Keragaman ukuran usaha yang terdapat di dalam usaha ikan hias masing – masing menunjukkan nilai efisiensi yang berbeda – beda juga. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan suatu analisis mengenai ukuran usaha yang efisien. Apalagi bagi pengembangan usaha budidaya ikan hias air tawar lebih lanjut perlu memperhatikan kondisi ukuran usaha yang sebaiknya dikelola. Untuk mengetahui nilai efisiensi tiap skala tersebut maka perlu dilihat nilai struktur biayanya.
Analisis struktur biaya dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran usaha. Dalam penelitian ini ukuran usaha ditentukan berdasarkan jumlah akuarium dan jumlah produksi ikan hias yang diproduksi setiap periodenya, yang dibagi dalam tiga ukuran usaha yaitu usaha kecil, menengah dan usaha besar.
Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian ini menganalisis mengenai skala usaha, struktur biaya dan pendapatan pada usaha pembenihan ikan hias air tawar. Lokasi penelitian ini terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan hias di Jawa Barat. Penelitian lapang dilakukan bulan Agustus 2014-Oktober 2014. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari para pengusaha ikan hias sebagai responden dan semua pihak terkait.
Potensi usaha ikan hias di Kabupaten Bogor
Perbedaan skala usaha ikan hias di Kabupaten Bogor
Usaha Kecil (Rafa Farm)
Usaha Besar (Yono Farm)
 Analisis Struktur Biaya  Analisis R/C ratio  Analisis titik impas
Perbandingan ukuran usaha
Kriteria pengelompokan berdasarkan jumlah akuarium dan komoditas (Studi Kasus : tiga usaha pembenihan ikan hias air tawar)
Usaha Menengah (Blackghost Farm)
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari metode pengumpulan data dengan responden pengusaha ikan hias dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data primer pada penelitian mencakup keragaan usaha ikan hias seperti teknik budidaya, jumlah produksi, penerimaan serta informasi lainnya yang berguna untuk menunjang penelitian.
Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang bersumber dari literatur – literatur yang relevan. Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumentasi pihak atau instansi terkait, seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui internet, buku – buku yang relevan yang menunjang teori serta penelitian – penelitian terdahulu sebagai rujukan yang berhubungan dengan skala usaha. Data sekunder mencakup data nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi, data ekspor ikan hias, data perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor, data perkembangan rumah tangga perikanan di Kabupaten Bogor, dan data perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor.
Metode Penentuan Responden
Informasi mengenai pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor belum lengkap, data yang terdapat di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor hanya ada mengenai jumlah dari Kelompok Tani ikan hias air tawar serta alamat dari ketua kelompok tani. Sehingga informasi pembudidaya yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini diperoleh dengan mendatangani salah satu tempat pemasaran ikan hias. Setelah itu pemilihan responden dalam penelitian ini di lakukan secara purposive karena ada beberapa kriteria dalam menentukan responden dalam penelitian ini yaitu ukuran usaha dilihat dari jumlah kepemilikan akuarium serta komoditas yang di pilih. Untuk penentuan ukuran usaha yaitu untuk usaha kecil adalah 54 akuarium, usaha menengah yaitu 155 akuarium dan usaha besar yaitu 320 akuarium. Responden berjumlah satu orang dari masing – masing skala usaha, sehingga total responden dalam penelitian ini adalah tiga orang. Penentuan ukuran usaha mengacu pada penelitian Hadi (2014).
Metode Analisis Data
Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis terhadap biaya
Analisis Struktur Biaya
Biaya dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Soekartawi 1995)
Biaya penyusutan peralatan pertanian dihitung berdasarkan metode penyusutan garis lurus, yaitu nilai pembelian dikurangi nilai tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai akhir dianggap nol jika barang tersebut tidak laku lagi dijual. Rumus yang digunakan adalah
Metode perhitungan strutur biaya usahatani ikan hias pada skala usaha berbeda dapat dilihat pada Tabel 5 Secara sistematis, perhitungan total biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
TC= TFC + TVC
Untuk menghitung total biaya rata – rata (average total cost) adalah penjumlahan biaya tetap rata – rata (AFC) dengan biaya variabel rata – rata (AVC). Rumus yang digunakan yaitu : AC = AFC + AVC. Penentuan skala usaha yang paling efisien dapat diketahui dengan melihat total biaya rata – rata produksi paling rendah.
Tabel 5 Struktur biaya usaha ikan hias pada skala usaha berbeda
Uraian Skala Kecil
Skala
Menengah Skala Besar
R1 R2 R3
Biaya tetap  Listrik
 Penyusutan Peralatan  Pajak
 Tenaga Kerja  Dll
Total biaya tetap Biaya Variabel  Pakan  Pengemasan  Obat – obatan  Dll
Analisis Penerimaan
Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Komponen penerimaan masing – masing usaha budidaya ikan hias air tawar berbeda – beda tergantung aktivitas usaha yang dilakukan. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya usaha per siklus atau per tahun. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
TR = P x Q Keterangan :
TR = Penerimaan total (Total Revenue), dalam Rp P = Harga jual produk, dalam Rp
Q = Jumlah output produksi
Analisis pendapatan
Analisis pendapatan usaha pembenihan ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor pada penelitian ini dilakukan terhadap tiga usaha yang memiliki jumlah akuarium yang berbeda – beda. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan ukuran usaha mana yang memperoleh pendapatan lebih tinggi per akuarium. Ukuran usaha di tentukan berdasarkan jumlah akuarium yang dimiliki suatu usaha. Besarnya pendapatan dipengaruhi oleh komponen biaya dan besarnya penerimaan yang diperoleh tiap pembudidaya.
Biaya adalah semua nilai input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani untuk menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Penerimaan usaha merupakan nilai produk dari usaha, yaitu hasil perkalian antara total produksi dengan harga produk pada suatu periode tertentu. Penerimaan usaha pembenihan ikan hias hanya terdiri dari harga penjualan benih ikan hias. Perhitungan penerimaan dibedakan berdasarkan jenis komoditas yang dibudidayakan oleh pembudidaya ikan hias air tawar dan juga harga dari komoditas tersebut
Selanjutnya adalah pendapatan bersih suatu usaha. Pendapatan bersih diperoleh dari selisih antara seluruh penerimaan usahatani dan pengeluaran usaha (biaya) dalam satu tahun. Pendapatan dalam penelitian ini akan dihitung dengan mengurangkan total penerimaa dengan biaya total.
Pendapatan = Penerimaan – Biaya Total = (P x Q) - (TFC+TVC) Keterangan :
P = Harga output (Rp/ekor) Q = jumlah output (ekor)
TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp)
Analisis Efisiensi
cara mengukur efisiensi usaha adalah dengan membandingkan penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau Revenue and Cost Ratio (R/C rasio). Analisis R/C ratio ini digunakan untuk melihat keuntungan relatif suatu cabang usaha dengan cabang usaha lainnya berdasarkan keuntungan finansial. Analisis efisiensi digunakan untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang dicapai dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. R/C ratio dalam penelitian ini yaitu R/C ratio atas biaya total. Secara matematis, perhitungan ratio R/C dapat dirumuskan sebagai berikut :
R/C Ratio atas Biaya Total =
Keterangan : R = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp)
P = Harga output (Rp) Q = Output (ekor)
TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp)
Hasil dari perhitungan R/C Ratio dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. R/C rasio > 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut lebih efisien.
2. R/C rasio < 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut tidak efisien.
3. R/C rasio = 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan sama dengan satu. Dengan kata lain penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan.
Analisis Titik Impas
Analisis titik impas dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah minimum ikan hias yang harus terjual agar hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga pada kondisi tersebut perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Dalam perhitungan titik impas (BEP) biaya harus dipisahkan secara jelas dan benar antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga apabila ada komponen biaya yang semi variabel harus dipisahkan terlebih dahulu. Pendekatan untuk perhitungan titik impas dalam penelitian ini adalah BEP dalam jumlah rupiah dan juga BEP dalam jumlah ekor yang dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini :
Dikarenakan
disebut dengan marginal income
ratio atau rasio marjin kontribusi, maka rumus BEP (Rupiah) menjadi :
Marjin kontribusi (Contribution Margin/CM) merupakan selisih antara penjualan dengan biaya variabel pada tingkat kegiatan tertentu. Marjin kontribusi merupakan ukuran yang baik untuk digunakan pada setiap perubahan aktivitas, laba atau rugi perusahaan akan berubah naik atau turun sebesar CM. Marjin kontribusi dapat dihitung atas dasar per unit atau dalam persentase yang disebut CM Ratio atau marjin kontribusi (Warindrani 2006).
Tingkat Kelangsungan Hidup
Pada saat penebaran, jumlah ikan dihitung. Penghitungan diulang saat panen. Berdasarkan data jumlah ikan tersebut, selanjutnya dihitung tingkat kelangsungan hidup dengan rumus:
Keterangan :
SR = Survival Rate (kelangsungan hidup) Nt = jumlah ikan pada hari ke-t (ekor) N0= jumlah ikan pada hari ke-0 (ekor)
GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN USAHA
PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR
Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk usaha perikanan. Kabupaten Bogor mempunyai peluang ekonomi yang besar karna posisi geografis dan asset pemerintah daerah sangat mendukung. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 2 301.95 Km2, terdiri dari 40 Kecamatan dan 412 Desa dan 16 Kelurahan. Dilihat dari sudut geografisnya, daerah Kabupaten Bogor berada pada posisi yang cukup menguntungkan karena keadaan iklim dan letaknya yang memungkinkan terciptanya kedudukan, peranan dan hubungan yang baik dan strategis dengan daerah – daerah lain.
Gambaran Perikanan di Kabupaten Bogor
Pemerintah Kabupaten Bogor menetapkan Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (RP3) dengan cara menerapkan pendekatan pengembangan pertanian berdasarkan zonasi. Prinsip Zonasi Pengembangan RP3 ditujukan agar di Kabupaten Bogor dapat mempercepat pembangunan pertanian dalam arti luas melalui pengembangan komoditas unggulan di masing – masing zona.
Berdasarkan Kebijakan RP3 tersebut serta telah disinkronkan dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bogor tahun 2005 – 2025, wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi delapan zona pengembangan pertanian dan perdesaan. Dari delapan Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan Kabupaten Bogor tersebut, terdapat zona yang merupakan kawasan pengembangan minapolitan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Tajurhalang, dan Kecamatan Rancabungur.
Program minapolitan merupakan upaya untuk menjadikan sektor perikanan sebagai sektor unggulan dalam pembangunan daerah yang kawasannya memiliki potensi perikanan. Minapolitan ditujukan untuk membangunkawasan ekonomi tersebut dan menjadikan kawasan minapolitan menjadi embrio kawasan industrialisasi perikanan budidaya dari hulu sampai hilir yang meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran. Keberhasilan pengembangan kawasan minapolitan menjadi suatu kawasan Industrialisasi tidak terlepas dari peran serta Pemerintah Daerah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan bekerjasama dan dan berkoordinasi secara lintas sektoral.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai Kawasan Percontohan Minapolitan Perikanan Budidaya sejak tahun 2010 melalui SK Bupati No. 53.31/27/Kpts/Huk/2010. Kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor cukup strategis karena didukung dengan sumber daya lahan dan air yang memadai, akses jalan yang cepat dan jangkauan pasar yang cukup luas.
Deskripsi Umum Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini struktur biaya di bedakan menjadi strktur biaya per komoditas, selanjutnya dibedakan pula struktur biaya untuk induk ikan hias dan juga struktur biaya untuk benih ikan hias yang dihasilkan serta disetarakan ke dalam biaya rata – rata yang dikeluarkan per akuarium (Rp/Ak), dimana biaya usaha keseluruhan dapat dilihat dan dibandingkan berdasarkan biaya rata-rata yang dikeluarkan pada tiap akuarium. Gambaran umum ketiga usaha ini dapat diketahui melalui alamat usaha, sejarah usaha, tipe usaha, kapasitas produksi, dan kepemilikan aset usaha. Berikut akan dijelaskan secara khusus gambaran umum masing-masing usaha pada penelitian ini.
Lokasi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar
Usaha budidaya ikan hias air tawar yang menjadi objek penelitian ini adalah usaha yang berada di tiga tempat berbeda yaitu untuk usaha skala kecil berada di Cinangneng, dan untuk usaha skala menengah dan skala besar terdapat di Gunung Putri. Usaha ikan hias Rafa Farm terletak di daerah Cinangneng dengan memiliki alamat lengkap di Jalan Abdul Fattah Desa Cinangneng Kampung Babakan Girang no 77 RT.05 RW 04 Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Usaha ikan hias BlackGhost Farm beralamat di Desa Lulut, Kecamatan Gunung Putri. Usaha ini berada jauh dari kota dan letaknya di belakang Perusahaan PT. Indocement. Untuk mencapai lokasi usaha ini diperlukan menggunakan kendaraan pribadi karena letaknya sangat jauh dan sangat jarang angkutan umum. Untuk skala usaha besar yaitu Yono Farm yang berada di Kecamatan Gunung Putri.
Latar Belakang Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian
1. Usaha Ikan Hias Skala Kecil
Petani responden untuk skala kecil dalam penelitian ini adalah usaha budidaya Rafa Farm. Alasan mengambil pembudidaya ikan hias Rafa Farm sebagai responden adalah karena usaha Rafa Farm melakukan usaha budidaya ikan hias pada subsistem pembenihan ikan hias. Pada awalnya usaha ini berasal dari sebuah hobi dari pemilik Rafa Farm, Pemilik Rafa Farm awalnya bergabung pada kelompok tani Lipi 1. Kemudian usaha ini sempat terhenti, karena pemilik awal usaha ini sudah tua. Namun pada tahun 2013 usaha budidaya ikan hias ini kembali diusahakan oleh anaknya yang bernama Bapak Buyung dan usaha budidaya ini dinamakan Rafa Farm.
Usaha ikan hias yang dibudidayakan cukup banyak. Antara lain neon tetra, cardinal tetra, maanvis, black ghost, sumatera, dll. Awal mula usaha Rafa Farm memiliki akuarium sebanyak 10 buah yang berukuran 100 cm x 50 cm x 35 cm. Hingga saat ini Rafa Farm memiliki akuarium sebanyak 54 buah.
2. Usaha Ikan Hias Skala Menegah
Ibu Maya selain melakukan usaha ikan hias, juga sebagai guru honorer di Sekolah Menengah Pertama di kawasan Gunung Putri.
Awal Ibu Maya melakukan usaha budidaya ikan hias yaitu tahun 2010 dengan memiliki akuaarium sebanyak 18 akuarium dengan modal awal usaha sebesar Rp 5 000 000. Kemudian Ibu Maya bergabung juga dengan Kelompok Tani Cahaya Mandiri dan kini juga merupakan anggota kelompok tani ikan hias black ghost yang merupakan kelompok tani binaan PT. Indocement. Tidak jarang juga Ibu Maya di minta oleh pihak PT. Indocement sebagai Mentor untuk memberikan motivasi ide bisnis untuk calon pensiunan PT. Indocement.
Ikan Hias yang dibudidayakan oleh Ibu Maya yaitu Black ghost, Corydoras Albino, Sumatra Albino, Palmas Albino, Starbai, Ctenopoma, Silver dolar, dan juga Manvis.
3. Usaha Ikan Hias Skala Besar
Petani yang dijadikan responden dalam usaha budidaya ikan hias skala besar dalam penelitian ini adalah usaha milik Bapak Yono. Dimana usaha Bapak Yono terletak di daerah gunung putri, bogor. Awal mula Bapak Yono memulai usaha ikan hias ini adalah karena Bapak Yono memang berniat untuk mendirikan sebuah usaha, kemudian beliau menyewa lahan seluas 200 m2 pada tahun 2009. Lahan yang digunakan pada awal mula usaha yaitu dengan menggunakan lahan sewa yang disewanya sebesar Rp 1 000 000.00 per tahun. Kemudian Bapak Yono tertarik kepada usaha budidaya ikan hias ketika beliau datang ke acara pameran ikan hias di wilayah Bogor yang menyajikan berbagai macam jenis ikan hias. Selain itu Bapak Yono melihat peluang ikan hias yang memang cenderung meningkat permintaan untuk ekspor setiap tahunnya.
Bapak Yono yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi yang memang tidak tahu bagaimana cara membudidayakan ikan hias lalu berniat untuk belajar secara otodidak dan juga meminta bimbingan kepada petani ikan hias yang sudah memiliki pengalaman dalam membudidayakan ikan hias. Didalam bangunan semi permanen, Bapak Yono memulai bisnisnya dan usaha budidaya ikan hias Bapak Yono semakin meningkat permintaan ikan hiasnya sehingga sekarang lahan yang digunakan untuk usaha budidaya ikan hias menjadi milik sendiri dan menambah luas lahan di samping miliknya seluas 300 m2. Sehingga lahan yang digunakan oleh Bapak Yono menjadi 500 m2.Untuk ikan hias yang dibudidayakan oleh Bapak Yono adalah ikan hias black ghost dan synodontis dan juga maanvis
Penyedia Sarana Produksi
untuk dikirim. Obat ikan yang digunakan oleh pembudidaya ikan hias air tawar adalah Methylene blue, Akriplafin, dan garam ikan.
Teknik Pembenihan Ikan Hias Air Tawar
A.Ikan Hias Black ghost
1. Pemeliharaan Induk
1) Persiapan Wadah Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dapat dilakukan pada bak berukuran 150 x 150 x 50 cm dan dilengkapi dengan aerasi serta diberi dua buah genteng sebagai tempat persembunyian bagi induk pada siang hari. Bak diisi air sampai ketinggian 35 cm. Selain bak, induk ikan black ghost juga dapat dipelihara di dalam akuarium berukuran 100 x 50 x 30 cm, dan diisi air dengan ketinggian 25 cm. Suhu air yang digunakan untuk budidaya ikan black ghost sekitar 22 – 27oC dengan keasaman pH air sebesar 6,5-7,5 serta keadaan air jernih dan tidak tercemar. Jenis air yang dipakai yaitu menggunakan air sumur, air dari sumur harus diendapkan terlebih dahulu pada tandon selama 24 jam agar air bersih dari kotoran-kotoran.
2) Penyediaan dan Seleksi Induk
Induk yang akan dipijahkan adalah yang berbadan sehat dan tidak cacat serta tidak terdapat organisme penyakit pada tubuhnya. lnduk black ghost dapat matang telur setelah berumur satu tahun dengan panjang sekitar 15 cm. Perbedaan antara ikan jantan dan betina yang sudah matang gonad dapat dibedakan terutama dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang). Pada ikan jantan dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih Iangsing dibandingkan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Induk jantan dapat mencapai panjang 30 cm dan induk betina berkisar antara 15-23 cm. Induk ikan hias black ghost dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Induk black ghost
2. Pemberian Pakan
Gambar 9 Pakan cacing darah
Cacing darah diberikan setiap pagi hari setelah penyiponan kotoran, yaitu pada pukul 09.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00 WIB. Cuk merah dan jentik nyamuk juga dapat diberikan pada sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menyebarkan pakan langsung pada dasar bak pemeliharaan secara merata. Jumlah pakan yang dipelihara disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihara.
3. Pengelolaan Air
Pergantian air dilakukan sebanyak 20-30% setiap harinya, serta pemberian aerasi sebagai suplai oksigen.
4. Pencegahan dan Penanganan Penyakit
Penyakit yang umum ditemui dalam pemeliharaan black ghost ialah white spot yang disebabkan oleh protozoa Ichtyopthirius multfihiis. Untuk pencegahan, setiap seminggu sekali diberimethylen blue dengan dosis 0,2 ppm dan 50 gram garam. Sedangkan untuk pengobatan, diberi methylen blue dan garam dengan dosis dua kali lipat yaitu 0,4 ppm methylen blue dan 100 gram garam, serta ketinggian air diturunkan hingga setengah dan ketinggian bak/akuarium.
5. Pemijahan Induk
menempel pada substrat disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm, kemudian ditampung dalam baskom dan segera dipindahkan ke dalam akuarium penetasan.
6. Penetasan Telur
1) Persiapan Wadah
Wadah penetasan telur berupa akuarium berukuran 80 x 45 x 25 cm dengan tinggi air 20 cm, dilengkapi dengan aerasi. Air yang digunakan untuk penetasan sebaiknya air yang sudah diendapkan sehari semalam, setelah itu diberi methylen blue dengan dosis 0,3 ppm dan tetrasiklin 0,2 ppm.
2) Inkubasi dan Penetasan Telur
Telur-telur yang terbuahi akan terlihat berwarna kuning bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih. Penebaran telur dilakukan dengan cara meletakkan akar pakis dan keramik pada akuarium penetasan dengan syarat akar pakis dan keramik terendam air seluruhnya. Telur ikan black ghost akan menetas setelah 3 - 4 hari. Telur yang tidak menetas dan berwarna putih dibuang dengan cara disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm dan harus dilakukan dengan hati-hati agar larva black ghost yang telah menetas tidak ikut terbawa.
3) Pemanenan Telur
Telur-telur yang telah menetas dan menjadi larva tidak langsung dipindahkan ke akuarium lain tetapi dibiarkan terlebih dahulu selama satu minggu sampai larva black ghost agak berwarna hitam dan cukup kuat untuk dipindahkan. Sebelum larva dipindahkan, akar pakis dan keramik dikeluarkan dari akuarium penetasan, dan diusahakan tidak ada yang bersembunyi di dalam pakis. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan selang sipon agak besar kemudian larva disedot dan ditampung ke dalam baskom, setelah itu baru dipindahkan ke akuarium Sedangkan untuk pemeliharaan di akuarium, dilakukan pada akuarium yang berukuran 100x 50 x 40 cm. Sebelum digunakan, bak/akuarium dibersihkan terlebih dulu dan dilengkapi dengan aerasi dan diberi pelindung berupa paralon atau roster bata. Air yang digunakan ialah air yang telah didiamkan sehari semalam.
2) Penebaran Larva
Larva yang ditebar ialah larva yang berumur 7 hari setelah menetas. Setiap bak ditebar 100 ekor larva, sedangkan untuk akuarium ditebar sebanyak 500 ekor. Kriteria larva yang telah siap untuk dipindahkan yaitu larva yang sudah benar-benar kuat dan berwarna agak hitam larva yang masih transparan tidak boleh dipindahkan. 3) Pemberian Pakan