• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan dan Intensitas Warga Kota Medan Berobat Keluar Negeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan dan Intensitas Warga Kota Medan Berobat Keluar Negeri"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN DAN INTENSITAS WARGA KOTA MEDAN

BEROBAT KELUAR NEGERI

T E S I S

Oleh

PUTRI PANGGABEAN 127032243/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN DAN INTENSITAS WARGA KOTA MEDAN

BEROBAT KELUAR NEGERI

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PUTRI PANGGABEAN 127032243/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP

KEPUASAN DAN INTENSITAS WARGA KOTA MEDAN BEROBAT KELUAR NEGERI

Nama Mahasiswa : Putri Panggabean Nomor Induk Mahasiswa : 127032243

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc) (

Ketua Anggota dr. Arifin, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 26 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc Anggota : 1. dr. Arifin, M.S

2. Dr. Juanita, S.E, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN DAN INTENSITAS WARGA KOTA MEDAN

BEROBAT KELUAR NEGERI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

(6)

ABSTRAK

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan pasien. Kualitas pelayanan kesehatan dalam negeri yang belum baik menyebabkan pasien tidak puas. Jumlah warga Kota Medan yang berobat keluar negeri terus mengalami peningkatan, tahun 2012 berjumlah 5.121 orang dan tahun 2013 meningkat menjadi 7.741 orang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan dan intensitas warga Kota Medan berobat keluar negeri. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Kota Medan yang sudah pernah atau akan berobat keluar negeri periode bulan Juni-Agustus 2014. Sampel berjumlah 108 orang, diambil dengan teknik non probability sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji regresi linier berganda dan uji mediasi menggunakan Sobel test strategi product of coefficient pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan meliputi; pelayanan administrasi, pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan penunjang medis, pelayanan petugas obat, fasilitas, berpengaruh positif signifikan dan biaya berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan dan kepuasan berpengaruh negatif signifikan terhadap intensitas berobat keluar negeri. Persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap intensitas berobat keluar negeri setelah dimediasi variabel kepuasan.

Disarankan kepada; (1) Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kota Medan; (a) mengupayakan peningkatan pelayanan (administrasi, dokter, perawat, penunjang medis, petugas obat, fasilitas, dan biaya) dengan cepat dan tepat, (b) mengupayakan pelatihan “service excellent” bagi petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien secara berkala. (2) Pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundangan yang mengatur bidang rumah sakit. (3) Asosiasi Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta serta Organisasi Profesi; (a) mengupayakan peningkatan peran dalam mengontrol kualitas pelayanan yang memuaskan pasien melalui saluran layanan keluhan dan dilakukan tindak lanjut, b) melakukan pemantauan sesuai spesifikasi bidangnya dalam membina rumah sakit untuk mengantisipasi kebutuhan pasien sebagai konsumen. (4) Masyarakat yang hendak berobat keluar negeri agar memahami diri dan berhati-hati dalam memilih layanan medis pada tempat yang dituju.

(7)

ABSTRACT

Patients will be satisfied when health service quality provided by health care providers is in line with what they have expected. Bad health service quality in all over the country has caused patients to be disappointed. The number of the residents in Medan who take medicinal visit to foreign countries is increasing. There were 5,121 people who did medicinal visit in 2012, and it increased to 7,741 people in 2013.

The objective of the research was to analyze the influence of perception on health service quality on the satisfaction and intensity of the residents in Medan who took medicinal visit to foreign countries. The research was an explanatory research. The population was the citizens of Medan who had taken medicinal visit to foreign countries during the period of June-August, 2014, and 108 of them were used as the samples, taken by using non-probability sampling technique. The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and analyzed by using multiple linear regression analyis and mediation test with product of coefficient strategy at α = 0.05.

The result of the research showed that statistically, there was positive and significant influence of the perception on health service quality which included administrative service, doctors’ service, nurses’ service, medical supporting service, medical personnel’s service, facility on satisfaction, and cost had negative but significant influence. Satisfaction had negative but significant influence on the intensity of taking medicinal visit to foreign countries which indicated that the more satisfied the people with health service was, the less intensified they took medicinal visit to foreign countries. The perception on health service quality influenced the intensity of taking merdicinal visit to foreign countries after the variable being mediated by the variable of satisfaction which indicated that the better one’s perception on health service quality was, the more satisfied he was which would lessen the intensity of taking medicinal visit to foreign countries.

It is recommended that 1) the government a) change the way of thinking and the way health care providers act in providing health service through the collaboration of the hospital with foreign count, b) monitor and evaluate the implementation of legal provisions which regulate any cases on hospital, 2) Hospital Association and Professional Organization a) increase the role in controlling the service quality which can satisfy patients through the channel of patient complaint and its follow-up, b) monitor each specified field in developing hospital in order to anticipate its consumers’ needs, 3) Public and private hospitals in Medan a) develop customer oriented service, b) improve service quality such as doctors should be more communicative and feel empathy with patients and nurses should be hospitable and generous in serving patients.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan dan Intensitas Warga Kota Medan Berobat Keluar Negeri ".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

(9)

5. Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr.

Arifin, M.S, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian

dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk

membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Dr. Juanita, S.E, M.Kes dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku penguji

tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. dr Maruli Siahaan, bagian karantina imigrasi Kualanamu International Airport dan

jajarannya yang telah berkenan memberikan izin meneliti untuk menyelesaikan

studi pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara..

9. Ayahanda dr. Gabriel Panggabean Sp.A(K) dan Ibunda Mawar Sibarani S.Psi yang

telah membesarkan, memberikan cinta dan kasih sayang..

10. Seluruh keluarga yang selalu memberi doa, kasih sayang dan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

11. Rekan-rekan mahasiswa ARS B dan mahasiswa satu almamater di Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan semua pihak

(10)

Teristimewa buat suami tercinta dr. Bistok Sianipar, serta anak-anak:

Marcello Sianipar dan Priscilla Sianipar yang penuh pengertian, kesabaran,

pengorbanan dan do’a serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan

memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2015 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Putri Panggabean, lahir pada tanggal 31 Desember 1975 di Medan, anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda dr.Gabriel Panggabean

Sp.A(K) dan Ibunda Mawar Sibarani S.Psi.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah

Dasar Budi Murni 1 Medan, selesai Tahun 1987, Sekolah Menengah Pertama di SMP

Immanuel Medan, selesai Tahun 1990, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1

Medan, selesai tahun 1993, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara selesai Tahun 2000, pendidikan S2

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai saat ini. Mulai

bekerja tahun 2000 sebagai dokter jaga di Klinik Medika Medan, tahun 2000-2001

sebagai Dokter Jaga di Rumah Sakit Umum Tarutung, tahun 2002–2005, sebagai

Dokter PTT di Puskesmas Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Asahan, tahun

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

2.1.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 11

2.2 Kepuasan ... 15

2.2.1 Pengertian Kepuasan ... 15

2.2.2 Kepuasan Pasien... 19

2.2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pelanggan ... 20

2.2.4 Jasa dan Pemasaran Jasa ... 22

2.3 Kualitas Pelayanan ... 25

2.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan ... 25

2.4 Persepsi ... 27

2.6.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ... 34

2.7 Landasan Teori ... 35

(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6 Metode Pengukuran ... 44

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 44

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 45

3.7 Metode Analisis Data ... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 51

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 51

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan ... 51

4.1.2 Geografi dan Demografi Kota Medan... 51

4.2 Analisis Univariat... 53

4.2.1 Identitas Responden ... 52

4.2.2 Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 55

4.2.3 Kepuasan ... 64

4.2.4 Intensitas Berobat Keluar Negeri ... 72

4.3 Analisis Bivariat ... 73

4.3.1 Hubungan Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan dan Intensitas Berobat Keluar Negeri ... 73

4.3.2 Hubungan Pelayanan Administrasi dengan Kepuasan dan Intensitas ... 73

4.3.3 Hubungan Pelayanan Dokter dengan Kepuasan dan Intensitas ... 73

4.3.4 Hubungan Pelayanan Perawat dengan Kepuasan dan Intensitas ... 74

4.3.5 Hubungan Pelayanan Penunjang Medis dengan Kepuasan dan Intensitas ... 74

4.3.6 Hubungan Pelayanan Petugas Obat dengan Kepuasan dan Intensitas ... 74

4.3.7 Hubungan Fasilitas dengan Kepuasan dan Intensitas ... 74

(14)

4.3.9 Hubungan Kepuasan dengan Intensitas Berobat Keluar

Negeri ... 75

4.4 Analisis Multivariat ... 75

4.4.1 Pengujian Hipotesis Pertama ... 76

4.4.2 Pengujian Hipotesis Kedua ... 80

4.4.3 Pengujian Hipotesis Ketiga ... 81

BAB 5. PEMBAHASAN ... 83

5.1 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan ... 83

5.1.1 Pengaruh Pelayanan Administrasi terhadap Kepuasan ... 83

5.1.2 Pengaruh Pelayanan Dokter terhadap Kepuasan... 85

5.1.3 Pengaruh Pelayanan Perawat terhadap Kepuasan ... 88

5.1.4 Pengaruh Pelayanan Penunjang Medis terhadap Kepuasan .. 90

5.1.5 Pengaruh Pelayanan Petugas Obat terhadap Kepuasan ... 92

5.1.6 Pengaruh Fasilitas terhadap Kepuasan ... 93

5.1.7 Pengaruh Biaya terhadap Kepuasan ... 95

5.2 Pengaruh Kepuasan terhadap Intensitas Berobat Keluar Negeri .... 97

5.3 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Intensitas Berobat Warga Kota Medan Keluar Negeri dengan Kepuasan Sebagai Variabel Intervening (Mediator) ... 99

5.4. Kepuasan Pasien... 103

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Kunjungan Orang Asing Berobat ke Negara Malaysia Tahun 2009-2013 . 3 1.2 Kunjungan Masyarakat Kota Medan Berobat ke Luar Negeri Tahun

2012-2013 ... 7

3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 44

3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 46

4.1 Distribusi Identitas Responden ... 54

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Administrasi ... 55

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pelayanan Adminstrasi ... 56

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Dokter ... 57

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pelayanan Dokter ... 57

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Perawat ... 58

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dimensi Ketanggapan... 58

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Penunjang Medis ... 59

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pelayanan Penunjang Medis 60 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Petugas Obat... 61

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pelayanan Petugas Obat... 61

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas ... 62

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Fasilitas ... 62

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya ... 63

4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Biaya ... 64

(16)

4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Administrasi ... 65

4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Dokter ... 66

4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Perawat ... 67

4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Penunjang Medis ... 68

4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Petugas Obat... 69

4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas ... 70

4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya ... 71

4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan ... 72

4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Berobat Keluar Negeri ... 72

4.26 Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan ... 75

4.27 Hubungan Kepuasan dengan Intensitas Berobat Keluar Negeri ... 75

4.28 Uji Kelayakan Model Hipotesis Pertama ... 76

4.29 Hasil Pengujian Secara Serentak ... 76

4.30 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan ... 77

4.31 Uji Kelayakan Model Hipotesis Kedua... 80

4.32 Pengaruh Kepuasan terhadap Intensitas Berobat Keluar Negeri ... 80

4.33 Pengaruh Kepuasan terhadap Intensitas Berobat Keluar Negeri ... 81

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Proses Pembentukan Persepsi ... 29

2.2 Landasan Teori ... 36

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 37

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 111

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 120

3 Uji Univariat dan Bivariat ... 134

4 Uji Multivariat ... 155

5 Sobel Test ... 157

6 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ... 158

7 Surat izin selesai penelitian dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kuala Namu Internasional ... 159

5. Dokumentasi Penelitian ... 154

6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155

(19)

ABSTRAK

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan pasien. Kualitas pelayanan kesehatan dalam negeri yang belum baik menyebabkan pasien tidak puas. Jumlah warga Kota Medan yang berobat keluar negeri terus mengalami peningkatan, tahun 2012 berjumlah 5.121 orang dan tahun 2013 meningkat menjadi 7.741 orang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan dan intensitas warga Kota Medan berobat keluar negeri. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Kota Medan yang sudah pernah atau akan berobat keluar negeri periode bulan Juni-Agustus 2014. Sampel berjumlah 108 orang, diambil dengan teknik non probability sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji regresi linier berganda dan uji mediasi menggunakan Sobel test strategi product of coefficient pada α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan meliputi; pelayanan administrasi, pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan penunjang medis, pelayanan petugas obat, fasilitas, berpengaruh positif signifikan dan biaya berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan dan kepuasan berpengaruh negatif signifikan terhadap intensitas berobat keluar negeri. Persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap intensitas berobat keluar negeri setelah dimediasi variabel kepuasan.

Disarankan kepada; (1) Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kota Medan; (a) mengupayakan peningkatan pelayanan (administrasi, dokter, perawat, penunjang medis, petugas obat, fasilitas, dan biaya) dengan cepat dan tepat, (b) mengupayakan pelatihan “service excellent” bagi petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien secara berkala. (2) Pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundangan yang mengatur bidang rumah sakit. (3) Asosiasi Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta serta Organisasi Profesi; (a) mengupayakan peningkatan peran dalam mengontrol kualitas pelayanan yang memuaskan pasien melalui saluran layanan keluhan dan dilakukan tindak lanjut, b) melakukan pemantauan sesuai spesifikasi bidangnya dalam membina rumah sakit untuk mengantisipasi kebutuhan pasien sebagai konsumen. (4) Masyarakat yang hendak berobat keluar negeri agar memahami diri dan berhati-hati dalam memilih layanan medis pada tempat yang dituju.

(20)

ABSTRACT

Patients will be satisfied when health service quality provided by health care providers is in line with what they have expected. Bad health service quality in all over the country has caused patients to be disappointed. The number of the residents in Medan who take medicinal visit to foreign countries is increasing. There were 5,121 people who did medicinal visit in 2012, and it increased to 7,741 people in 2013.

The objective of the research was to analyze the influence of perception on health service quality on the satisfaction and intensity of the residents in Medan who took medicinal visit to foreign countries. The research was an explanatory research. The population was the citizens of Medan who had taken medicinal visit to foreign countries during the period of June-August, 2014, and 108 of them were used as the samples, taken by using non-probability sampling technique. The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and analyzed by using multiple linear regression analyis and mediation test with product of coefficient strategy at α = 0.05.

The result of the research showed that statistically, there was positive and significant influence of the perception on health service quality which included administrative service, doctors’ service, nurses’ service, medical supporting service, medical personnel’s service, facility on satisfaction, and cost had negative but significant influence. Satisfaction had negative but significant influence on the intensity of taking medicinal visit to foreign countries which indicated that the more satisfied the people with health service was, the less intensified they took medicinal visit to foreign countries. The perception on health service quality influenced the intensity of taking merdicinal visit to foreign countries after the variable being mediated by the variable of satisfaction which indicated that the better one’s perception on health service quality was, the more satisfied he was which would lessen the intensity of taking medicinal visit to foreign countries.

It is recommended that 1) the government a) change the way of thinking and the way health care providers act in providing health service through the collaboration of the hospital with foreign count, b) monitor and evaluate the implementation of legal provisions which regulate any cases on hospital, 2) Hospital Association and Professional Organization a) increase the role in controlling the service quality which can satisfy patients through the channel of patient complaint and its follow-up, b) monitor each specified field in developing hospital in order to anticipate its consumers’ needs, 3) Public and private hospitals in Medan a) develop customer oriented service, b) improve service quality such as doctors should be more communicative and feel empathy with patients and nurses should be hospitable and generous in serving patients.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi vital dalam suatu masyarakat sebagai pusat

pelayanan medis. Keberadaan sebuah rumah sakit harus mampu memberikan

pelayanan yang terbaik, sehingga pasien akan merasa puas dan menaruh kepercayaan

terhadap jasa pelayanan yang diberikan. Jumlah rumah sakit yang mengalami

perkembangan pesat memberikan kesempatan pada pasien dalam menentukan rumah

sakit mana yang mereka anggap sesuai dengan kebutuhannya, sehingga rumah sakit

diharapkan memiliki pelayanan yang berkualitas dan berorientasi kepada kepuasan

pasien.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat yang terjadi

dilingkungan eksternal dan internal rumah sakit menyebabkan para pengelola rumah

sakit harus mengubah paradigma atau cara pandang bahwa rumah sakit sekarang ini

bukanlah semata-mata organisasi yang bersifat sosial. Meningkatnya teknologi

kedokteran dengan komponen-komponen lainnya memaksa para pengelola rumah

sakit harus berpikir dan berusaha secara sosio-ekonomi dalam mengelola rumah

sakitnya (Trisnantoro, 2000 ).

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, tentang pemanfaatan pelayanan rumah

sakit di Indonesia mengungkapkan secara nasional 69,6% rumah tangga

(22)

Untuk Provinsi Sumatera Utara sendiri pemanfaatan sarana pelayanan rumah sakit

oleh rumah tangga sebesar 75,6% (Kemenkes RI, 2013).

Meski sejumlah rumah sakit pemerintah dan swasta gencar mengembangkan

layanan kelas VIP (very important person) dan super VIP, persepsi pasien Indonesia

tidak berubah atas buruknya layanan rumah sakit. Rumah sakit pemerintah maupun

swasta terjadi modernisasi hanya pada penyediaan ruang dan peralatan medik,

sementara profesionalitas dan kemampuan tenaga medik dan pendukungnya belum

tertata baik. Menurut Kementerian Pariwisata (2013) jumlah warga negara Indonesia

berobat keluar negeri terus mengalami peningkatan. Tahun 2006 warga negara

Indonesia berobat ke luar negeri berjumlah 315.000 orang dengan total pembiayaan

mencapai 500 juta dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 4,8 triliun dan pada

tahun 2012 sebanyak 600.000 warga negara Indonesia berobat ke luar negeri dengan

total biaya mencapai 1,4 miliar dollar Amerika Serikat atau setara Rp 13,5 triliun.

Singapura dan Malaysia merupakan salah satu tujuan yang menjadi favorit bagi

warga negara Indonesia berobat ke luar negeri.

Menurut Kementerian Pariwisata (2013) alasan warga negara Indonesia

berobat keluar negeri antara lain mencari teknologi pengobatan yang lebih canggih,

mencari layanan kedokteran lebih unggul, jasa medik berobat keluar negeri relatif

lebih murah serta mendapat layanan keperawatan lebih baik. Pasien asing berasal dari

sejumlah negara, termasuk Indonesia selain berobat atas inisiatif sendiri, sebagian

pasien dirujuk oleh dokter di Indonesia. Singapura masih menjadi tujuan favorit

(23)

orang Indonesia khususnya dari Sumatera mayoritas berobat di Mahkota Medical

Centre Malaka dan Rumah Sakit Penang Adventis.

Berdasarkan data IMTJ (International Medical Travel Journal) 2008

sebanyak 30-40 persen pasien asing di Singapura adalah warga negara Indonesia.

Mount Elizabeth Hospital di Singapura sering disebut sebagai Rumah Sakit Indonesia

karena tingginya jumlah pasien dari Indonesia memanfaatkan rumah sakit ini. Ketika

ditanya mengapa mereka mencari perawatan medis di luar negeri, banyak orang

Indonesia mengatakan sektor kesehatan di Indonesia memiliki pelayanan yang belum

baik dan biaya pelayanan medis masih mahal serta kualitas pelayanan medis di luar

negeri dapat diterima karena memiliki konsep layanan pelanggan.

Menurut publikasi IMTJ (2014) jumlah kunjungan orang asing yang berobat

ke Negara Malaysia selama 5 tahun terakhir terus meningkat. Data kunjungan orang

asing berobat ke Negara Malaysia disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kunjungan Orang Asing Berobat ke Negara Malaysia Tahun 2009-2013

No Tahun Jumlah Kunjungan

Orang %

1 2009 336.255 -

2 2010 392.956 14,4

3 2011 583.296 32,6

4 2012 671.727 13,2

5 2013 770,134 12,8

Sumber: IMTJ (International Medical Travel Journal)

Berdasarkan data kunjungan dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan orang

asing berobat ke Negara Malaysia terus mengalami kenaikan setiap tahun. Jumlah

(24)

pada tahun 2013 menjadi 12,8%. Berdasarkan data kunjungan ini sebagian besar

pasien adalah warga negara Indonesia, alasan warga negara Indonesia berobat ke

Malaysia disebabkan oleh (a) faktor perawatan kesehatan di Indonesia belum

berorientasi pelanggan (pelayanan terhadap pasien kurang, khususnya dalam hal

komunikasi), (b) harga yang relatif mahal, dan (c) faktor kenyamanan dalam

menjalani pelayanan kesehatan.

Menurut Nadesul (2008) fenomena banyaknya pasien Indonesia yang memilih

berobat di luar negeri disebabkan karena sistem pelayanan dokter dan rumah sakit

belum optimal di Indonesia. Pasien merasa tidak puas dengan pelayanan dan

perhatian yang diberikan dokter. Komunikasi yang belum efektif dan waktu

komunikasi yang terbatas antara dokter dengan pasien merupakan faktor penyebab

utama ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan dokter.

Ketidakpuasan pasien atas pelayanan rumah sakit berhubungan dengan

kualitas pelayanan yang diberikan oleh jasa pelayanan rumah sakit. Menurut Ilyas

(2000) pelayanan yang diberikan rumah sakit merupakan pelayanan yang langsung

dapat dirasakan oleh konsumen, oleh karena itu konsumen setiap saat dapat

memberikan reaksi dengan segera terhadap keluhan pelayanan yang mereka

persepsikan. Keluhan tersebut seperti memuji, mengeluh, marah, atau mengomentari

pelayanan tersebut. Rumah sakit harus mampu mengatasi keluhan pasien dan

mempertahankan serta meningkatkan kunjungan pasien dengan memberikan

(25)

Kualitas pelayanan yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai persepsi.

Menurut Robbins (2006) faktor yang memengaruhi persepsi seseorang terdapat tiga

faktor, yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu

memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,

penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi.

Diantara karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian,

motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.

Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan berlanjut pada proses

terbentuknya persepsi secara umum terhadap rumah sakit, oleh sebab itu didalam

mencapai tujuan yang berorientasi kepuasan pelanggan, di samping aspek fasilitas

rumah sakit peran sumber daya manusia seperti dokter, perawat dan petugas non

medis lainnya menjadi sangat penting, karena kinerja petugas kesehatan secara

organisasi akan menentukan persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan yang

diberikan. Aspek kualitas pelayanan juga memengaruhi intensi dari seorang pasien

untuk berobat atau memilih rumah sakit. Menurut Parasuraman et al. (1988) metode

SERVQUAL (Service Quality) lazim dipakai untuk mengevaluasi kualitas pelayanan

pada industri yang bergerak di sektor jasa dengan melihat dimensi bukti langsung,

keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati.

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila kualitas pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan pasien.

Pelayanan yang peduli dan mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat,

(26)

kesehatan. Meskipun dalam kenyataan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masih

berorientasi pada kepentingan provider daripada kepentingan pasien dan masyarakat.

Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

(atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler dan Susanto,

2001).

Fenomena pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit Indonesia belum

sepenuhnya berorientasi kepuasan, sehingga banyak warga negara Indonesia berobat

keluar negeri. Survei yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Dinas

Kesehatan Provisi Sumatera Utara (2005) menyebutkan bahwa setiap tahunnya

dilaporkan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang berobat keluar negeri

(Penang/Malaysia dan Singapura). Pada tahun 2003 diperkirakan bahwa rata-rata

1.000 orang warga Sumatera Utara berobat ke Penang setiap bulannya dan dilaporkan

bahwa setiap tahunnya kedua negara tersebut mendapat devisa sekitar 400 juta dollar

Amerika Serikat dari warga Indonesia yang berobat. Hal ini didukung oleh

pernyataan Gubernur Sumatera Utara dalam seminar kerjasama KHIDI (Korea

Health Industry Development Institute) 2013 yang mengungkapkan bahwa

berdasarkan keterangan pihak kerajaan Malaysia jumlah warga Sumatera Utara yang

berobat ke Pulau Pinang paling sedikit 300.000 ribu orang per tahun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Badan Penelitian dan

Pengembangan Propinsi Sumatera, menyimpulkan bahwa secara internal orang

Indonesia berobat keluar negeri dengan alasan diantaranya keyakinan akan

(27)

tingkat kepercayaan pasien akan akurasi diagnosis yang diberikan dokter luar negeri,

transparansi hasil diagnosis yang disampaikan oleh tenaga medis pada pasiennya,

adanya kebutuhan atas pelayanan prima, dan sugesti bila berobat di luar negeri akan

lebih cepat sembuh (Sutoto, 2007).

Berdasarkan data yang dihimpun dari Bandara Polonia dan Kualanamu

International Airport di Medan diperoleh data jumlah masyarakat yang berasal dari

Kota Medan berobat keluar negeri selama tahun 2012 dan 2013 sebagai berikut:

Tabel 1.2 Kunjungan Masyarakat Kota Medan Berobat ke Luar Negeri Tahun 2012-2013

No Tahun Jumlah Kunjungan

Orang %

1 2012 5.121 -

2 2013 7.741 33,8

SumberBandara Polonia dan Kualanamu International Airport

Jumlah kunjungan selama tahun 2012 dan tahun 2013 mengalami peningkatan

sebesar 33,8%. Tahun 2013, jumlah rata-rata perbulan 645 orang (21-22 orang per

hari). Tahun 2014 sampai dengan bulan April 2014 berjumlah 2.881 orang dengan

jumlah rata-rata 720 orang perbulan (24 orang per hari) (KKP Kelas Satu Medan,

2014).

Survei pendahuluan pada bulan Maret 2014 terhadap 32 responden terdiri dari

18 responden perempuan dan 14 responden laki-laki, berusia 20-85 tahun yang

pernah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan di Sumatera Utara dan memiliki

second opinion untuk berobat keluar negeri menyatakan bahwa; fasilitas berobat di

luar negeri canggih (obat, peralatan pemeriksaan, peralatan laboratorium), modern,

(28)

professional dan memotivasi pasien. Dokter cepat memberikan hasil diagnosa, jadwal

dokter tepat waktu, mudah bertemu untuk berkomunikasi karena selalu on site,

tanggap terhadap keluhan pasien serta 29 dari 32 responden menyatakan dokter luar

negeri lebih baik dalam hal kompetensi dan pelayanan.

Beberapa hasil penelitian terkait dengan intensitas pasien berobat ke luar

negeri yaitu hasil penelitian Tsaniyah (2007) menyimpulkan bahwa secara eksternal

warga Kota Medan berobat keluar negeri adalah karena ; (a) kualitas pelayanan

kesehatan yang mereka terima dalam negeri tidak baik, sehingga pasien tidak puas,

(b) adanya anjuran dari teman atau keluarga dan (c) adanya dukungan rekomendasi

dari dokter dalam negeri. Sedangkan berdasarkan persepsi warga Kota Medan yang

berobat ke Penang atas pelayanan rumah sakit menyimpulkan bahwa; (a) pelayanan

yang diberikan sangat bagus, (b) perlakuan dokter dan perawatnya sangat ramah dan

care terhadap pasien, (c) memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang

penyakit yang diderita, (d) fasilitas dan teknologi rumah sakit sangat canggih seperti

obat, peralatan pemeriksaan, peralatan laboratorium, (e) hasil pemeriksaan

laboratorium cepat diketahui, (f) hasil diagnosa, tepat dan tidak sembarangan, (g)

pemberian obat seperlunya saja, dan (g) biaya relatif lebih murah dibandingkan di

Kota Medan.

Hasil penelitian Haryanto dan Ollivia (2009) menyimpulkan bahwa persepsi

pelayanan rumah sakit bukan penyebab seseorang pergi berobat ke Singapura, tetapi

faktor yang menentukan antara lain; faktor pelayanan yang diberikan, kualitas dari

(29)

Penelitian Aliman dan Mohamad (2013) di Rumah Sakit Swasta Malyasia

menyimpulkan bahwa persepsi tentang kualitas layanan merupakan anteseden dari

niat (intension). Selain itu, penampilan, keandalan dan jaminan adalah merupakan

prediktor penting dari kepuasan, dan kepuasan memiliki hubungan positif yang kuat

dengan niat. Kualitas pelayanan menggerakkan kepuasan dan pada gilirannya

menggerakkan niat perilaku. Kepuasan memediasi hubungan antara persepsi tentang

kualitas pelayanan dan niat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengkaji ”Pengaruh Persepsi tentang

Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan dan Intensitas Warga Kota Medan

Berobat Keluar Negeri”

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah: apakah ada pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan

kesehatan (administrasi, dokter, perawat, penunjang medis, petugas obat, fasilitas,

biaya) terhadap kepuasan dan intensitas warga Kota Medan berobat keluar negeri.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang

kualitas pelayanan kesehatan (administrasi, dokter, perawat, penunjang medis,

petugas obat, fasilitas, biaya) terhadap kepuasan dan intensitas warga Kota Medan

(30)

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan kesehatan (administrasi,

dokter, perawat, penunjang medis, petugas obat, fasilitas, biaya) terhadap kepuasan

dan intensitas warga Kota Medan berobat keluar negeri.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak:

1. Bagi institusi kesehatan di Kota Medan khususnya dan Sumetera Utara pada

umumnya untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat yang berobat ke luar

negeri dan dapat menjadi sumber informasi dalam pengambilan kebijakan untuk

mengoptimalkan tingkat pelayanan kesehatan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pasien yang berobat keluar negeri maupun pasien

yang hendak berobat keluar negeri sebagai informasi dalam memilih layanan

medis.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

4. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi rumah sakit terutama yang

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Intensitas

2.1.1 Pengertian Intensitas

Intensitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu intensity yang berarti:

kemampuan, kekuatan, gigih atau kehebatan. Intensitas juga diartikan sebagai kata

sifat dalam kamus ilmiah popular dengan kata intensif yang berarti : (secara)

sunguh-sungguh, tekun, giat, sedangkan pengertian intensity (intensitas) menurut kamus

Psikologi ialah kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap.

Sedangkan kata intensitas adalah keadaan (tingkatan, ukuran) intensnya (kuat

dan hebat) dan sebagainya. Intensitas berarti: 1. hebat atau sangat kuat (rentang

kekuatan efek). 2. tinggi (tentang mutu). 3. bergelora, penuh semangat, berapi-api,

berkobar-kobar (tentang perasaan). 4. sangat emosional (tentang orang). Dalam

Corsini (2002), intensitas didefinisikan sebagai: “The Quantitative Value Of

Stimulus”. Berdasarkan pengertian diatas, intensitas dapat diartikan sebagai seberapa

besar respon individu atas suatu stimulus yang diberikan kepadanya ataupun seberapa

sering melakukan suatu tingkah laku. Dalam penelitian ini, istilah intensitas diartikan

sebagai seberapa sering masyarakat berobat ke luar negeri (memanfaatkan sarana

layanan kesehatan di luar negeri).

2.1.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan kesehatan (health need) pada dasarnya bersifat objektif dan karena

(32)

ataupun masyarakat, upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak, Tuntutan kesehatan

(health demands) bersifat subjektif. Tuntutan kesehatan banyak dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan dan sosial ekonomi (Azwar, 2000).

Tuntutan kesehatan ada kaitannya dengan tersedia tidaknya pelayanan

kesehatan. Perkembangan tekhnologi harus selalu diperhatikan untuk kemajuan

pelayanan kesehatan, karena kemajuan tekhnologi dapat merupakan salah satu factor

yang mempengaruhi tuntutan kesehatan (Azwar, 2000).

Donabedian (2005), pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara

konsumen dengan provider (penyedia pelayanan). Pemanfaatan pelayanan kesehatan

erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan

seberapa jauh efektifitas pelayanan tersebut. Hubungan antara keinginan sehat dan

pernyataan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi

sebenarnya sangat kompleks.

Donabedian (2005) ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi

pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Faktor Sosiokultural

a. Teknologi

Kemajuan teknologi dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan,

dimana kemajuan dibidang teknologi disatu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan seperti transplantasi organ, penemuan organ-organ artifisial,

serta kemajuan dibidang radiologi. Sedangkan disisi lain kemajuan teknologi dapat

(33)

berbagai vaksin untuk pencegahan penyakit menular akan mengurangi pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

b. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.

Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi

seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2. Faktor Organisasional

a. Ketersediaan Sumber Daya

Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat,

tanpa mempertimbangkan sulit ataupun mudahnya penggunaannya. Suatu pelayanan

hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Akses Geografis

Akses geografis dimaksudkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan

tempat yang memfasilitasinya atau menghambat pemanfaatan, ini ada hubungan

antara lokasi suplai dan lokasi klien, yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh,

atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan

tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses

yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh

mungkin mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan

keluhan-keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak

dihubungkan dengan akses geografis dari pada pemakaian pelayanan kuratif sebagai

mana pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis.

(34)

khusus sumber daya dari pelayanan, semakin berkurang pentingnya atau berkurang

kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan.

c. Akses Sosial

Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau.

Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya,

sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen

memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis

kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.

d. Karakteristik dari stuktur perawatan dan proses

Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter tunggal,

praktek dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya membuat

pola pemanfaatan yang berbeda.

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan

provider (penyedia pelayanan). Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan

oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap

pelayanan kesehatan.

Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan

diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) ini

(35)

a. Faktor sosiodemografis yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa,

status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi (pendidikan,

pekerjaan, penghasilan).

b. Faktor sosiopsikologis terdiri dari persepsi, dan kepercayaan terhadap pelayanan

medis atau dokter.

4. Faktor yang berhubungan dengan produsen.

Faktor yang berhubungan dengan produsen, yaitu faktor ekonomi konsumen

tidak sepenuhnya memiliki referensi yang cukup akan pelayanan yang diterima,

sehingga mereka menyerahkan hal ini sepenuhnya ketangan provider. Karakteristik

provider, yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki

oleh pelayanan kesehatan yang bersangkutan.

2.2 Kepuasan

2.2.1 Pengertian Kepuasan

Kata ‘kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat

diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’

(Tjiptono, 2005). Kepuasan juga dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan

harapannya (Kotler dan Susanto, 2001).

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah

(36)

yang sangat berharga karena apabila pasien puas maka pasien akan terus melakukan

pemakaian terhadap jasa sesuai pilihannya, tetapi bila tidak puas pasien akan

menceritakan dua kali lebih buruk tentang pengalaman yang telah dialaminya.

Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada industri rumah sakit

merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada berbagai

disiplin ilmu (Andreassen, 1994). Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan

pelanggan, diantaranya adalah menurut Oliver yang dikutip Supranto (2001) yang

mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang

merasa surprise atas harapannya. Kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan

terhadap evaluasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang

dirasakan (Tse, 2001)

Parasuraman et al. (1988) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan sebagai

perbandingan antara layanan yang diharapkan (expectation) dan kinerja (performa).

Sementara itu Engel et.al. yang dikutip Tjiptono (2005) mengungkapkan bahwa

kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli yang mana alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan

pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak

memenuhi harapan pelanggan. Definisi-definisi mengenai kepuasan pelanggan

tersebut secara umum menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi

atas post consumption suatu barang atau jasa.

Kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami

(37)

harapan-harapannya. Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli bisa

disimpulkan definisi kepuasan pelanggan adalah respon dari perilaku yang

ditunjukkan oleh pelanggan dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang

dirasakan dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah harapan, maka

pelanggan akan kecewa, kurang puas bahkan tidak puas, namun sebaliknya bila

sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas dan bila kinerja melebihi harapan,

pelanggan akan sangat puas (Kotler, 2009)

Menurut Tjiptono (2005) beberapa metode yang digunakan perusahaan untuk

memantau kepuasan pelanggannya, diantaranya adalah :

1. Sistem keluhan dan saran

Memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk menyampaikan saran, keluhan

dan pendapat pelanggan mengenai produk/jasa. Metode ini bersifat pasif sehingga

agak sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya,

bisa saja pelanggan beralih kepada penyedia jasa lain dan tidak menggunakan lagi

penyedia jasa tersebut. Upaya mendapatkan saran dari pelanggan juga sulit

diwujudkan terlebih bila perusahaan tidak memberikan timbal balik yang memadai

kepada pelanggan yang telah bersusah payah berpikir menyumbangkan ide untuk

perusahaan.

2. Survei kepuasan pelanggan

Survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan kuesioner, baik melalui

pos, telepon maupun wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan

(38)

memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian kepada

pelanggannya. Pengukuran kepuasan konsumen melalui metode ini dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain :

a. Directly Reported Satisfaction

Pengukuran dilakukan secara langsung kepada konsumen melalui pertanyaan

seperti ”ungkapan seberapa puas anda terhadap pelayanan perusahaan dengan skala

sebagai berikut: sangat tidak puas, tidak puas, kurang puas, puas, sangat puas.

b. Derived dissatisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal yang utama, yakni besarnya

harapan konsumen terhadap atribut tertentu, dan besarnya kinerja yang mereka

rasakan.

c. Problem analysis

Konsumen yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal

pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran

dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d. Importance – performance analysis

Dalam teknik ini, responden diminta merangking berbagai elemen/atribut

tersebut. Selain itu responden diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan

dalam masing-masing elemen/atribut tersebut.

e. Ghost shopping

Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost

shopes) untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan

(39)

kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman

pelanggan dalam membeli produk tersebut.

f. Lost customer analysis

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggannya yang telah berhenti

membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan diperoleh

informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance

produk/jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan akan merasa puas

apabila harapannya terpenuhi dan akan sangat puas jika harapan pelanggan

terlampaui (Supranto, 2001). Terpenuhinya kebutuhan pasien akan memberikan

gambaran kepuasan pasien, oleh karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung

pada pandangan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan.

2.2.2 Kepuasan Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima pelayanan medis. Sering kali, pasien

menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk

memulihkannya. Kepuasan pasien dapat juga diartikan sebagai suatu sikap

konsumen, yakni beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap

pelayanan yang pernah dirasakannya. Minat seseorang untuk menggunaakan kembali

jasa pelayanan rumah sakit akan sangat dipengaruhi oleh pengalamannya yang

(40)

Kepuasan pasien dapat dilihat dari hak-hak yang dimiliki pasien yang

terpenuhi. Adapun berbagai hak pasien di rumah sakit menurut UU No. 29 Tahun

2004, yaitu:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu :

(i) Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

(ii) Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

(iii) Alternatif tindakan lain dan risikonya;

(iv) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

(v) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapat isi rekam medis.

Sedangkan kewajiban pasien menurut UU No. 29 Tahun 2004, yaitu:

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

d. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pelanggan

Irawan (2008) menyatakan lima komponen yang dapat mendorong kepuasan

(41)

1. Kualitas produk

Kualitas produk mencakup enam elemen, yaitu performance, durability,

feature, reliability, consistency, dan design. Setelah membeli dan menggunakan suatu

produk, pembeli akan merasa puas bila ternyata kualitas produknya baik atau

berkualitas.

2. Kualitas pelayanan

Salah satu konsep service quality adalah ServQual sangat tergantung dari tiga

faktor, yaitu : 1) sistem, 2) teknologi, 3) manusia. Berdasarkan konsep ServQual,

komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu : reliability, responsiveness,

assurance, empathy, dan tangible.

3. Faktor emosional

Kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan suatu produk

yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan didasari atas rasa

bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, dan sebagainya.

4. Harga

Komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan kepuasan

yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan memberikan kepuasan

bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga karena mereka akan mendapatkan value

for money yang tinggi.

5. Kemudahan

Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk atau

jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam

(42)

Menurut Jacobalis (2000) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman

sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang sering ditemukan berkaitan dengan sikap dan

perilaku petugas rumah sakit, seperti ; keterlambatan pelayanan oleh perawat dan

dokter, dokter tertentu sulit ditemui, dokter kurang komunikatif dan informatif,

perawat yang kurang ramah dan tanggap terhadap kebutuhan pasien, lamanya proses

masuk perawatan, aspek pelayanan ‘hotel’ dirumah sakit serta kebersihan, ketertiban,

kenyamanan dan keamanan rumah sakit.

Kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain

diantaranya : hubungan antara perusahaan dengan pelanggan yang harmonis,

memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas

pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan bagi perusahaan. Konsumen yang puas akan kembali memanfaatkan

jasa yang sama, sebaliknya konsumen yang tak puas akan memberitahu orang lain

tentang pengalaman tersebut. Jacobalis menyatakan bahwa variabel non medis ikut

menentukan kepuasan pasien, antara lain : umur, tingkat pendidikan, latar belakang

sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman

hidup pasien (Jacobalis, 2000).

2.2.4 Jasa dan Pemasaran Jasa

Pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak

merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi

pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah

(seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas

(43)

Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan yang tidak kasat mata

dari suatu pihak ke pihak lain Rangkuti (2006).

Menurut Kotler dan Amstrong (2010), jasa mempunyai 4 karakteristik yaitu : Sedangkan pendapat lain

mendefinisikan jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan

atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan

gagasan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa suatu tindakan

yang ditawarkan pihak produsen kepada konsumen dalam arti jasa yang diberikan

tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi

(Kotler, 2009)

1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

Jasa bersifat intangibility artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, di

cium atau didengar sebelum pelanggan mencoba atau membeli. Karena sifat jasa ini

tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa dan sesuatu yang tidak mudah

didefinisikan, diinformasikan atau dipahami secara rohani. Maka dalam hal ini

perusahaan jasa menghadapi tantangan untuk memberikan bukti-bukti fisik dan

perbandingan pada penawaran abstraknya.

2. Inseparability (hal yang tidak dapat dipisahkan)

Jasa pada dasarnya hal yang tidak dapat dipisahkan dari penyedia. Hal ini bisa

dilihat dari faktor-faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya dalam pemberian

perhatian khususnya pada tingkat partisipasi atau keterlibatan pelanggan dalam proses

jasa misalnya aktivitas dan peran serta pelajar atau mahasiswa dalam pendidikan

(44)

3. Variability (keragaman)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standardized out-put

artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan

dimana jasa tersebut dihasilkan. Dalam hal ini penyedia jasa dapat menggunakan 3

(tiga) pendekatan dalam pengendalian kualitas jasa yaitu:

a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personalia yang baik.

b. Melakukan standarisasi proses pelaksanan jasa. Dalam hal ini dapat dilakukan

dalam diagram jalur dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial yang

dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa.

c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem sarana dan keluhan survey

pelanggan sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi

4. Perishability (tidak tahan lama)

Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan dan jasa

sangat bervariasi dalam melakukan pemasaran jasa yang di pengaruhi faktor

musiman. Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan konsumen kualitas

dalam organisasi jasa tertentu bukanlah sesuatu yang mudah didifinisikan karena hal

tersebut sangat berhubungan erat dengan pandangan konsumen. Secara umum di

katakan bahwa kualitas adalah karakteristik produk atau jasa yang di tentukan oleh

pemakai dan di peroleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang

berkelanjutan (Tjiptono, 2005).

Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pertama, pemasaran

(45)

tidak dapat diraba. Kedua, produksi jasa dilakukan saat konsumen berhadapan dengan

petugas sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan dengan segera. Hal ini lebih sulit

daripada pengawasan produk fisik. Ketiga, interaksi antara konsumen dan petugas

adalah penting untuk mewujudkan produk (Rangkuti, 2006).

Beberapa alasan mengapa jasa profesional sebuah rumah sakit sampai harus

dipasarkan adalah karena iklim hukum dan etika yang cepat berubah, suplai

profesional yang banyak, meningkatnya ketidakpuasan terhadap profesional dan

kemajuan teknologi. Adanya persaingan rumah sakit yang semakin ketat, maka

peningkatan kualitas pelayanan sebuah rumah sakit sangat penting diperhatikan.

Persaingan yang terjadi bukan saja dari sisi teknologi peralatan kesehatan saja, tetapi

juga persaingan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas (Kotler, 2005).

2.3 Kualitas Pelayanan

2.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas sebagaimana yang diinterpretasikan ISO 9000 merupakan perpaduan

antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat

memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang menentukan dan

menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya

(Lupiyoadi, 2001). Sedangkan menurut Wyckof yang dikutip oleh Tjiptono (2005)

kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

(46)

Dalam menghadapi persaingan antar rumah sakit (perusahaan) yang semakin

ketat, maka rumah sakit bersaing untuk memikat agar para pelanggannya tetap loyal

dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit yang diberikannya. Salah satu

aspek yang perlu mendapatkan perhatian penting adalah kualitas layanan yang

diberikan oleh rumah sakit. Kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan pelanggan. Ada dua faktor yang memengaruhi kualitas jasa, yaitu expected

service dan perceived service. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan

berpikir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti citra kualitas yang baik bukanlah

berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan sudut

pandang atau persepsi pelanggan.

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi

pelanggan (Adunair, 2007). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah

berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan

sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa

merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.

Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang sangat populer dan hingga kini

banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model Service Quality yang

dikemukakan oleh Parasuraman et al. (1988). Parasuraman mengidentifikasi lima

kelompok karakteristik yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi kualitas jasa.

Karakteristik ini dijadikan sebagai variabel untuk kualitas pelayanan dalam penelitian

(47)

1) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada

konsumen dengan tepat. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah penilaian pasien

terhadap kemampuan tenaga kesehatan.

2) Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu kemampuan petugas memberikan

pelayanan kepada konsumen dengan cepat. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah

lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan

tenaga kesehatan.

3) Jaminan (Assurance), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada

konsumen sehingga dipercaya. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah kejelasan

tenaga kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada

pasien.

4) Empati (Empathy), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan

memahami kebutuhan konsumen. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah

keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien

dalam mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat

berobat dan tenaga kesehatan.

5) Bukti Langsung (Tangibles), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang

dapat langsung dirasakan oleh konsumen. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah

kebersihan ruangan pengobatan dan toilet.

2.4 Persepsi

Robbins (2006) menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi,

(48)

memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,

penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi

itu. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian,

motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi terdiri atas dua faktor, yaitu faktor

eksternal atau dari luar yakni concreteness, yaitu gagasan yang abstrak yang sulit

dibandingkan dengan yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik

untuk dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya

pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya persepsi

lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli yakni stimulus yang

dikondisikan. Sedangkan faktor internal adalah motivasi, yaitu dorongan untuk

merespon sesuatu interest dimana hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada

yang tidak menarik, need adalah kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhir

asumptions yakni persepsi seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat,

merasakan dan lain-lain. Jika digambarkan polanya, maka terlihat seperti pada

(49)

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Persepsi

Sumber: Robbins, 2006

Robbins (2006), menjelaskan faktor yang memengaruhi persepsi dengan

melihat satu obyek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang berbeda,

karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a) Faktor pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba

maka penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi dari orang

yang dipersepsikan yang mencakup sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan

pengharapan.

Situasi

a. Waktu

b. Keadaan kerja c. Keadaan sosial

Pelaku Persepsi

a. Sikap b. Motif

c. Kepentingan atau minat d. Pengalaman

e. Pengharapan

Target yang Dipersepsikan

a. Hal Baru b.Gerakan c.Bunyi d.Ukuran e.Latar Belakang f. Kedekatan g.Kemiripan

(50)

b) Faktor obyek, karakteristik–karakteristik dari target yang diamati dapat

memengaruhi apa yang dipersepsikan karena target tidak dipandang dalam

keadaan terisolasi. Namun obyek yang berdekatan akan cenderung dipersepsikan

bersama-sama. Faktor target mencakup hal yang baru yaitu gerakan, bunyi,

ukuran, latar belakang, kedekatan dan kemiripan.

c) Faktor situasi, yaitu faktor mencakup waktu, keadaan kerja dan keadaan sosial.

Dalam melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang

berbeda, dipengaruhi oleh berbagai faktor : faktor pada pihak pelaku persepsi, faktor

objek yang dipersepsikan dan faktor situasi dimana persepsi dilakukan, faktor pelaku

persepsi terdiri dari faktor psikologi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat,

pengalaman dan pengharapan. Umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial

ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup

individu menentukan persepsi pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan (Jacobalis,

2000)

Perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka terhadap realitas dan bukan

realitas itu sendiri. Bila seseorang ingin membeli produk, maka ia merespon

persepsinya tentang produk dan bukan produk itu sendiri. Sedangkan menurut

Parasuraman, persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dipengaruhi oleh harapan

terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini dibentuk oleh apa yang konsumen

dengar dari konsumen lain dari mulut ke mulut, kebutuhan pasien, pengalaman masa

lalu dan pengaruh komunikasi eksternal. Pelayanan yang diterima dari harapan yang

Gambar

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Persepsi
Gambar 2.2 Landasan Teori
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Sub Tema Keberagaman Budaya Bangsaku” dapat meningkatkan kenaikan jumlah siswa yang melebihi batas KKM sebesar 90%. Dalam hal ini, terlihat peningkatan yang

Dari data pengujian charging baterai sumber PLN diketahui bahwa charging dimulai dari tegangan 11,75 Volt sampai dengan 14,4 Volt dengan arus konstan dan charger berganti

Untuk mengetahui faktor yang mendukung orang tua dalam penanaman kedisiplinan salat pada anak di Dusun Baok, Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

This paper is revised and expanded version a paper entitled ‘The influence of accounting education to be a member of chartered accountant profession: a study

Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia

Perbedaan kecepatan perkembangan fisik tersebut sangat mencolokdalam ruang kelas sekolah menengah pertama (smp), dimana dapat diamatipara remaja putri yang

Alasan terjadinya disparitas terhadap kedua pelaku kepemilikan senjata api secara ilegal adalah adanya perbedaan pertimbangan hakim terhadap kedua pelaku, yaitu dalam

The cognitive advantages of adults take place especially in formal language learning situations, since they possess a greater memory storage capacity for analytic