• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENILAIAN PERKEMBANGAN AKTIVITAS KERAMBAH JARING

APUNG, KAPAL BOAT, PENGGARAPAN LAHAN, PERKEMBANGAN JUMLAH

HOTEL, KERUSAKAN LINGKUNGAN TERHADAP PENDAPATAN

MASYARAKAT

DI PARAPAT

OLEH: MUTIA SARI

100501086

PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

(2)

ABSTRAK

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik di Sumatera Utara yang mempunyai nilai sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta ekonomi . Manusia sebagai makhluk hidup sangat erat hubungannya dengan lingkungan . Lingkungan yang indah sangat berpengaruh dengan kehidupan manusia itu sendiri. Jika lingkungan hidup terjaga dengan baik , maka manfaat yang ada dapa di explore lebih baik juga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor perkembangan kerambah jarring apung, kapal boat, penggarapan lahan, dan hotel berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan , serta kerusakan lingkungan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat parapat danau toba. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang dari kelurahan parapat Kabupaten Samosir. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Analisis dilakukan melalui uji regresi berganda dan uji t (parsial) menggunakan program SPSS 20.Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan diketahui bahwa variable perkembangan kerambah jaring apung , perkembangan kapal boat, perkembangan penggarapan lahan pertanian, perkembangan hotel berpengaruh positif dan signifikan terhadap kerusakan lingkungan , dan kerusakan lingkungan juga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.

(3)

ABSTRACT

Lake Toba is a volcanic lake in North Sumatra has a very important value in terms of ecological functions, hydrology and economics. Humans as living beings is closely related to the environment. Beautiful surroundings very influential with human life itself. If the environment is well preserved, the existing benefits in explore onshore better too.

This study aims to determine whether the factors of development kerambah floating net, boat, tilling of the soil, and the hotel affect the environmental damage, as well as environmental damage effect on people's income Parapat Lake Toba. This study was conducted with a sample size of 50 people from the village Parapat Samosir regency. Data used in this study are primary data and secondary data. The analysis was performed by multiple regression test and t test (partial) using SPSS 20. Based on the research, analysis and discussion in mind that variable net kerambah development, the development of a boat, the cultivation of agricultural land development, hotel development and a significant positive effect on the environmental damage , and damage to the environment also affects the public revenue.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu di dalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemenn Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si dan Bapak Rachmat Sumanjaya HSB, M.Si

sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan

kritik yang membangun pada penulis.

5. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(5)

6. Kedua orangtua saya, Edi Suriono dan Ibunda Armaini, saya ingin

mengucapkan terima kasih banyak atas doa, dukungan, semangat, perhatian,

dan bantuan materi yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan

perkuliahan dan skripsi ini.

7. Untuk sahabat terbaik saya Dewi, Dira, Eva, Indah, Mutia, Iju, Utami, serta

seluruh mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2010

lainnya. Terimakasih saya sampaikan sebab banyak mendapat arti persahabatan

dari kalian dan telah banyak membantu baik secara langsung ataupun tidak

langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini. Amiin ya Rabbal Alamin.

Medan, Maret 2015

(6)

DAFTAR ISI

Daftar isi ... i

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Degradasi Lingkungan ... 9

2.1.1Pengertian Degradasi Lingkungan ... 9

2.2 Pertanian ... 10

2.2.1Klasifikasi sector Pertanian ……… 10

2.2.2 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian……….………11

2.2.3 Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi Dan Lingkungan Hidup………..………12

2.3 Keramba Jaring Apung ... 13

2.4 Pengertian Hotel dan Ruang Lingkup Hotel ... 18

2.4.1 Pengertian Hotel ... 18

2.4.2 Pengertian Hotel di Indonesia... 19

2.4.3 Dampak wisata terhadap lingkungan………... 20 2.5 Pendapatan ... 21

2.6 Penelitian Terdahulu ... 23

2.7 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian... 26

2.7.1 Kerangka Konseptual ………... 26 2.7.2 Hipotesis Penelitian ……….. 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

(7)

3.2.2 Sampel ………..………28

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4 Model Analisi Data ... 29

3.4.1 Analisis regresi berganda... 29

3.4.2 Uji Hipotesis ... 30

3.4.3 Uji F (Uji Secara Simultan)………. 31

3.4.4 Uji t (Uji Secara Parsial) ………... 32

3.4.5 Koefisien Determinasi (R²)………..………… 33

3.5 Batasan Operasioal ... 34

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ... 37

4.1.1 Keadaan Geografis dan Luas Danau Toba ... 38

4.1.2 Iklim... 40

4.1.3 Curah Hujan ... 41

4.1.4Suhu dan Kelembaban Udara ... 42

4.2 Tekanan Keadaan Danau Toba Saat Ini ... 42

4.3 Gambaran Umum Responden ... 43

4.4 Distribusi Jawaban Responden ... 49

4.4.1Distribusi Jawab Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan Kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (P1)……… 49

4.4.2 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba (P2)…………..……… 50

(8)

4.4.4 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan

kapal boat meningkatkan pendapatan masyarakat (P4)………. 52

4.4.5 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Limbah solar dari kapal boat merusak lingkungan (P5)…...………….. 53

4.4.6 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Keberadaan kapal boat berdampak negative terhadap habitat ikan (P6)…... 54

4.4.7 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat menarik wisatawan untuk berkunjung (P7)………. 55

4.4.8 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Lahan pertanian meningkatkan pendapatan masyarakat (P8)………. 56

4.4.9 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan pertanian menyebabkan kerusakan lingkungan (P9)…… 57 4.4.10Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan pertanian merusak keindahan Danau toba (P10) ……… 58

4.4.11 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan hotel meningkatkan pendapatan masyarakat (P11)...……….. 59

4.4.12 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan perkembangan hotel tersebut dapat menggangu ekosistem alam Danau Toba (P12)……….. 60

4.4.13 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Apakah menurut bapak/ibu limbah hotel merusak lingkungan (P13)………...……… 61

4.5 Analisis Regresi Linear Berganda………..………... 63

4.6 Hasil Regresi Berganda……….………... 63

4.6.1 Regresi Pertama………65

4.6.1.1 Kerusakan Lingkungan………..65

(9)

4.6.1.3 Uji F-statistik

(UjiKeseluruhan)………67

4.6.1.4 Koefisien Determinasi (RSquare)……….68

4.6.2 Regresi Kedua ………... 69

4.6.2.1 Pendapatan(Y2)………..69

4.6.2.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)………..70

4.6.2.3 Uji F-statistik (UjiKeseluruhan)………70

4.6.2.4 Koefisien Determinasi (R-Square)……… 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 74

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Parapat

Tahun 2010 – 2013……… 4

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 36

Tabel 4.1Luas Wilayah Danau Toba………... 39

Tabel 4.2Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur……….. 44

Tabel 4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……….. 45

Tabel 4.4Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan……. 46

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan / Sampingan…… 47

Tabel 4.6Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan perbulan pekerjaan / Sampingan……….. 48

Tabel 4.7 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat(P1)…….. 49

Tabel 4.8 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba (P2)………….. 50

(11)

Tabel 4.10 Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat

meningkatkan pendapatan masyarakat (P4)……… 52

Tabel 4.11Penjelasan Responden Atas Peryataan Limbah solar dari kapal boat

merusak lingkungan (P5)……….. 53

Tabel 4.12Penjelasan Responden Atas Peryataan Keberadaan kapal boat

berdampak negative terhadap habitat ikan (P6)……… 54

Tabel 4.13Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat

menarik wisatawan untuk berkunjung (P7)……….. 55

Tabel 4.14 Penjelasan Responden Atas Peryataan Lahan pertanian meningkatkan pendapatan masyarakat (P8)……….. 56

Tabel 4.15Penjelasan Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan pertanian menyebabkan kerusakan lingkungan (P9)………. 57

Tabel 4.16Penjelasan Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan merusak

keindahan Danau toba (P10)……….. 58

Tabel 4. 17 Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan hotel

meningkatkan pendapatan masyarakat (P11)………... 59

Tabel 4. 18 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah perkembangan hotel tersebut dapat menggangu ekosistem alam Danau Toba (P12)……… 60

Tabel 4. 19 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah menurut bapak/ibu

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kusioner Penelitian ... 76

2. Data Responden ... 80

3. Tabulasi Butir Regresi Pada Petani Usaha Kerambah

Jaring Apung Di Danau Toba ………. 83

4. Frekuensi dan persen distribusi responden ... 85

(14)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya

alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

yang termasuk ke dalam sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan. Namun

demikian, harus kita sadari bahwa sumber daya tersebut memiliki keterbatasan di

dalam banyak hal, baik itu dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dari segi

kualitas, manusia dan sumber daya alam lingkungan memiliki kaitan yang erat. Ada

kalanya, keadaan lingkungan menentukan aktivitas manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, ada pula aktivitas manusia yang sangat

mempengaruhi keadaan kualitas lingkungan.

Manusia menginginkan kondisi lingkungan yang bersih guna mendukung

aktivitasnya sehari-hari. Namun tanpa disadari secara langsung, pada kenyataannya

manusia tersebutlah yang telah merusak lingkungan dengan berbagai macam

kegiatannya yang berdampak negatif sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan

(degradasi) kualitas lingkungan. Banyak contoh kasus kerusakan dan pencemaran

lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran air,

pencemaran udara, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak

terlepas dari aktivitas manusia yang pada akhirnya merugikan manusia itu sendiri.

(15)

segala keadaan dan kondisinya untuk menunjang kehidupan manusia itu sendiri di

bumi yang menjadi tempat tinggalnya. Kondisi tersebutlah yang menjadi salah satu

permasalahan hidup yang kita alami sekarang, yaitu kerusakan atau penurunan

(degradasi) kualitas lingkungan.

Kerusakan atau degradasi lingkungan adalah penurunan baik secara kuantitas

maupun kualitas kondisi lingkungan. Hampir semua degradasi atau kerusakan

lingkungan terjadi oleh ulah manusia yang hanya memanfaatkannya saja namun tidak

memikirkan keadaan ekosistem alamnya , seperti yang terjadi di Danau toba .

Danau Toba berada di daerah Sumatera Utara merupakan salah satu aset

Negara/Pemda yang sangat berharga dan termasuk salah satu Daerah Tujuan Wisata

setelah Bali dan Lombok/NTB sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi

daerah ini. Ditetapkannya Danau Toba sebagai salah satu daerah tujuan wisata,

karena anggapan selama ini memiliki panorama alam yang indah.

Danau Toba memiliki luas lebih kurang 369.854 Ha, terdiri dari 190. 3124 Ha

daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau), 69.280 ha daratan Pulau Samosir (di

tengah danau) dan 110.260 ha berupa perairan Danau Toba (luas permukaan). Secara

geografis, Ekosistem Kawasan Danau Toba (EKDT) terletak di antara koordinat

2º10’LU–3º0’LU dan 98º20”BT–99º50”BT. EKDT terdapat di Pegunungan Bukit

Barisan, Provinsi Sumatera Utara. Menurut wilayah administrasi pemerintahan,

(16)

Simalungun, (6) Kabupaten Karo, dan (7) Kabupaten Dairi. (ITB, 2001 dalam

Siregar, A.Z., 2008).

Danau Toba dilihat dari asal proses terbentuknya merupakan danau

volcano-tektonik yang menurut Van Bemmelen (1949), dikatakan terbentuknya akibat proses

tanah terban yang terjadi karena bagian kedalamannya yang berupa magma naik ke

permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan

oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban di

permukaannya mengalami terban dan terpotong menjadi beberapa bagian. Bagian

yang cukup besar berada pada bagian tengah dengan posisi miring ke arah barat

berupa pulau Samosir, dan bagian lain yang posisinya lebih rendah selanjutnya

tergenang air permukaan membentuk danau. Erupsi magma di bagian barat yang

muncul ke permukaan membentuk gunung api Pusuk Bukit (1981 m) sedangkan di

sekeliling bagian yang terban terbentuk dinding terjal atau caldera rim. Luas

keseluruhan danau termasuk pulau Samosir adalah 1.810 kilometer persegi, dengan

luas danau lebih dari 1.100 kilometer. (Bapedalda Sumut, 2000 dalam Fitra E., 2008).

Kawasan Danau Toba merupakan ikon pariwisata Sumatera Utara yang dapat

diandalkan untuk mendatangkan wisatawan – wisatawan dalam negeri maupun

mancanegara. Seperti yang kita ketahui bahwa Danau Toba merupakan danau

terbesar di Indonesia. Keberadaan objek wisata Danau Toba merupakan potensi

ekonomi yang bila dimanfaatkan dengan tepat akan mendatangkan kesejahteraan bagi

(17)

Perkembangan kunjungan wisatawan memberikan kontribusi besar dalam

perkembangan pariwisata. Kehadiran wisatawan ke Kota Parapat mengalami

kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Berikut disajikan jumlah wisatawan

yang berkunjung ke Kota Parapat dari tahun 2010 hingga tahun 2013:

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Parapat Tahun 2010 - 2013

Sumber: Dinas Pariwisata, Seni, dan BudayaKabupaten Simalungun 2013

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa wisatawan yang

berkunjung ke Kota Parapat dalam kurun waktu 2010-2013 mengalami

kenaikan. Dengan melihat data tersebut menunjukkan bahwa ada potensi

pariwisata yang dimiliki Kota Parapat sebagai salah satu kota yang berbatasan

dengan Danau Toba.

Pada beberapa tempat, lahan Danau Toba dimanfaatkan penduduk

setempat sebagai lahan usaha tani, walaupun produktifitasnya relatif rendah,

tetapi produksi pertanian ini turut memegang peranan dalam menunjang

Tahun Jumlah Wisatawan

2010 90598

2011 95122

2012 125583

(18)

keterkaitan hulu-hilir, maka keberadaan Danau Toba terutama dalam

pemanfaatan ruangnya memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian

lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan bagian hilir. Dari fungsi

Danau Toba tersebut di atas, yang paling menonjol saat ini adalah

pemanfaatan potensi alam sebagai objek wisata yang sangat tergantung pada

kelestarian alamnya, serta tenaga massa air outlet Danau Toba untuk PLTA

yang sangat tergantung kepada debit air dan fluktuasinya. (Ilyas, D.S., 1998).

Di perairan Danau Toba ini tempo dulu masih dijumpai ikan asli yaitu

ikan batak dan pora-pora. Tetapi saat ini sudah jarang bahkan mungkin sudah

hilang dan tidak jelas apa penyebabnya. Pada tahun 1996 usaha perikanan di

perairan Danau Toba mulai berkembang dalam bentuk Keramba Jaring Apung

(KJA) dan hingga saat ini mencapai luas ± 440 ha. Walaupun luas perairan

yang digarap baru mencapai 0,4% dari ambang luas dan yang diizinkan

sebesar 1% dari luas perairan Danau Toba. (LP Universitas Sumatera Utara,

1999 dalam Sianturi, T., 2004).

Banyak masalah yang timbul, seperti penyebaran lokasi KJA tersebut

berada di dalam kawasan daerah wisata. Sebagai contoh terdapat di daerah

turis Tomok yang walaupun dalam jumlah yang sedikit, para wisatawan

terutama dari mancanegara sudah terusik dan enggang mandi di perairan

tersebut. Demikian juga di kota Haranggaol, sepanjang pantainya penuh

dengan KJA sehingga mengganggu sekaligus sebagai kota tujuan wisata

(19)

sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir. Dengan demikian sudah terjadi

konflik penggunaan/pemanfaatan perairan Danau Toba antara para petani

KJA dengan pariwisata. Demikian juga dengan transportasi perairan

(perhubungan) dapat terganggu apabila penempatan KJA yang sembarangan.

(Sianturi, T., 2004). Menurunnya tingkat wisata dan wisatawan mancanegara

maka akan mengurangi pendapatan masyarakat disekitar .

Saat ini kawasan Danau Toba mengalami kerusakan lingkungan yang

cukup besar terutama sebagai akibat dari berbagai aktivitas masyarakat

sekitarnya. Menurut Oelim 2000, diacu dalam ITTO 2005 pada periode tahun

1985 sampai 1997, DTA Danau Toba telah kehilangan lebih dari 16.000 ha

kawasan hutan. Penyebab utamanya adalah konversi hutan secara ilegal

menjadi lahan pertanian. Degradasi lingkungan DTA Danau Toba tidak saja

mengancam kelestarian Danau Toba tetapi juga penghidupan masyarakat, baik

masyarakat sekitar Danau Toba maupun seluruh Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan

masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh perkembangan kerambah apung, jumlah kapal boat,

penggarapan lahan, perkembangan jumlah hotelterhadap kerusakan

lingkungan ?

2. Apakah ada pengaruh kerusakan lingkungan terhadap pendapatan

masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh perkembangan kerambah apung, jumlah

kapal boat, penggarapan lahan, perkembangan jumlah hotel berpengaruh

terhadap kerusakan lingkungan

2. Untuk mengetahui pengaruh kerusakan lingkungan terhadap pendapatan

masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Manfaat

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

(21)

Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian

selanjutnya.

2. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik

membahas kondisi lingkungan hidup.

3. Sebagai tambahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang mengambil

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Degradasi Lingkungan

2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan

Degradasi lingkungan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas lingkungan

yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan oleh tidak berfungsinya

secara baik komponen-komponen lingkungan sebagaimana mestinya. Degradasi

lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh adanya intervensi atau campur tangan

manusia yang berlebihan terhadap keberadaan lingkungan secara alamiah. Degradasi

lingkungan yang dibahas dalam modul ini lebih difokuskan pada degradasi fungsi

lahan dan tanah secara umum sebagai akibat intervensi manusia dalam proses

pembangunan. Degradasi lingkungan dapat terjadi akibat pemanfaatan lahan dan

masuknya bahan-bahan pencemar berbentuk padat dan cair ke lingkungan yang mana

bahan-bahan ini bukan merupakan bagian dari komponen lingkungan asli. Degradasi

lingkungan dapat pula terjadi akibat proses eksploitasi terhadap lahan dan tanah,

seperti yang terjadi pada proses penambangan timah, emas, batu bara, dan lain

sebagainya. Secara alami tanah hanya akan mengalami pencemaran apabila terjadi

erosi, namun pencemaran alami ini selalu diimbangi oleh proses pelapukan produk

alami dan pembentukan tanah yang baru. Sebagaimana halnya air yang memiliki

kualitas air maka tanah pun demikian, kualitas tanah di satu tempat dengan tanah di

(23)

Perbedaan kualitas tanah pada umumnya dinilai dari kondisi lapisan humus

hasil pelapukan dan pembusukan sisa-sisa tanaman di bagian permukaan tanah.

Semakin beragam organisme hidup yang terdapat di permukaan tanah, semakin

berkualitas tanah tersebut. Degradasi lingkungan yang sering dijumpai antara lain:

1. Degradasi lingkungan akibat pertambangan

2. Degradasi lingkungan akibat industri

3. Degradasi lingkungan akibat pertanian

4. Degradasi lingkungan akibat pembangunan pemukiman

2.2Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi khususnya negara-negara dunia ke tiga termasuk Indonesia, sebab sebagian

penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian yang relatif lebih ‘labour

intensive’ memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Di

samping itu sektor pertanian bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern

(Sukanto: 1998; 65).

2.2.1. Klasifikasi Sektor Pertanian

Adapun pembagian bidang-bidang pertanian adalah sebagai berikut :

1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit.

2. Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar)

3. Kehutanan

(24)

5. Perikanan (dalam perikanan dikenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan

perikanan laut) (Mubyarto: 1989; 15).

Namun disini penulis hanya membahas atau menitikberatkan pada

pertanian dan perkebunan saja. Dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai

pertanian rakyat yaitu usaha pertanian dimana diproduksi bahan makanan seperti :

padi dan palawija, terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang

kedelai dan kacang hijau, dan tanaman holtikultura sepeti : sayur-sayuran dan

buah-buahan. Kelompok sayur-sayuran terdiri dari bawang merah, bawanag putih, bawang

daun, kentang, kubis, sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang panjang, tomat,

cabe, ketimun, labu siam, kangkung, kol bunga, bayam, terung. Kelompok

buah-buahan terdir dari alpukat, mangga, jeruk, rambutan, durian, salak, pisang, nenas,

manggis, nangka, sirsak, dan belimbing.

2.2.2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Menurut Musher (Mubayarto: 1989; 195), pembangunan pertanian

memiliki syarat mutlak dan syarat pelancar dalam kegiatannya. Syarat mutlak

pembangunan pertanian adalah :

1. adanya pasar untukk hasil-hasil usaha tani

2. teknologi yang semakin berkembang

3. tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal

4. adanya perangsang produksi bagi petani, dan

(25)

Dan syarat-syarat pelancarnya adalah :

1. pendidikan pembangunan

2. kredit produksi

3. kegiatan gotong royong petani

4. perbaikan dan perluasan lahan pertanian

5. perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2.2.3. Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi Dan Lingkungan Hidup.

Berbicara masalah pembanguna ekonomi, khususnya di dunia ke tiga

orang tidak akan lepas dari masalah pertanian. Sedangkan berbicara masalah

pertanian kita tidak bisa lepas dari lahan sebab pertanian ada dan tumbuh karena

tersedianya lahan meskipun saat ini telah dirintis pertanian tanpa lahan denga

teknologi dan sejenisnya, namun paling tidak sampai beberapa dekade lahan untuk

pertanian masih dibutuhkan mengingat mahalnya teknologi tersebut.

Pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi

di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara. Apabila pembangunan pertanian berhasil,

maka pertumbuhan ekonomi juga akan merasakan imbasnya. Pembangunan pertanian

pada hakikatnya adalah pendayagunaan sumber daya pertanian secara optimal dalam

rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu membangun sumber daya manusia

aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh,

(26)

menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi

pedesaan, serta membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang

berpihak kepada petani (Sukanto: 1998; 65)

Dalam hubungannya dengan lingkungan, jumlah penduduk yang semakin

banyak menilmbulkan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Untuk

menjaga keberlangsungan hidupnya manusia butuh pangan. Untuk memenuhi

kebutuhan pangan perlu dicetak perladangan dan persawahan baru dengan jalan

membuka hutan (Lubis dikutip dari Ritonga: 2003; 100).

Sementara dalam menjalankan aktivitas pertanian, limbah dapat saja muncul.

Untuk memperoleh hasil atau produksi biasanya sebelum ditanami tanah dilolah

terlebih dahulu seperti dibajak atau dicangkul. Praktik pengolahan tanah seperti ini

biasanya menghasilkan limbah berupa partikel-partikel sedimen yang ketika sawah

atau lahan pertanian tersebut diairi, ikut terbawa ke perairan umum. Demikian pula

untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan mencegah serangan hama, tanaman

tersebut diberi pupuk dan penyemprotan dengan pestisida. Sementara, penggunaan

pupuk dan pestisida tidak akan terpakai secara keseluruha. Sisanya akan terbuang ke

lingkungan bersama-sama dengan partikel melalui saluran irigasi, mencapai sungai

dan selanjutnya ke laut. Zat-zat sisa ini yang cenderung menjadi racun bagi biota lain

(27)

2.3 Keramba Jaring Apung

wadah budidaya ikan yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia

adalah karamba jaring Apung. Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA)

merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi

pemanfaatan perairan danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan

dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai

dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri

dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring.

Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring dan tempat

berjalan orang pada waktu memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan

tempat pemeliharaan ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan

konstruksi wadah secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan

yang mempunyai masa pakai yang lama.Dalam mendesain konstruksi wadah

budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk membuat budidaya ikan

dijaring terapung.

Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air

tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung

pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Sama

seperti wadah budidaya ikan kolam dan akuarium persyaratan secara teknis dan sosial

ekonomis dalam memilih lahan yang akan digunakan untuk melakukan budidaya ikan

(28)

Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang harus dipertimbangkan

adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung operasionalisasi

suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih

merupakan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana

jalan yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan

dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain

adalah:

a. Arus air pada lokasi keramba jaring apung.

Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap

ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen

terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka

dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar

perairan.

Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan

jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang

akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar

unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya

tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak

mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis

(29)

b. Kedalaman perairan keramba jaring apung

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi

tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat

dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai

dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m

dari dasar waring/jaring.

c. Tingkat kesuburan air keramba jaring apung.

Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat

dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik),

sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk

digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah

perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat

kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini

sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada

malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara

dengan kepadatan tinggi.

d. keramba jaring apung Bebas dari pencemaran.

Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah

penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan

perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber

(30)

Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada

prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai

dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai

berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh

bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah

panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya

disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus.

Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh

terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.

e. Kualitas air keramba jaring apung.

Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap

perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan

produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas

air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan

dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail

tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.

f. lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling

Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan

(up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan

kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen

(31)

menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. kecuali

sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.

Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial

ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan

dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan

tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang

akan dibuat.

2.4 Pengertian Hotel dan Ruang Lingkup Hotel 2.4.1 Pengertian Hotel

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan

menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada

orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan

jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian

khusus. Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing

Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang

menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk

umum. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama

hotel terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota dengan

jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan

(32)

2. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan

rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara

bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan

kemudahan-kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran, pelayanan makanan

yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang

serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya.

2.4.2 Pengertian Hotel di Indonesia

Dengan mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk

penggolongan hotel di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan

dalam surat keputusan Menparpostel, bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi

yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa

pelayanan, penginapan, makan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi

umum yang dikelola secara komersial.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, hotel seharusnya adalah :

1. Suatu jenis akomodasi

2. Menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada.

3. Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang

lainnya

4. Disediakan bagi umum

5. Dikelolah secara komersial, yang dimaksud dengan dikelola secara

(33)

ruginya, serta yang utama adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan

berupa uang sebagai tolak ukurnya.

2.4.3 Dampak wisata terhadap lingkungan.

Para perencana pembangunan sering mengemukakan argumentasi bahwa

untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar hutan, dimana sebagian

besara adalah kawasan lindung atau kawasan dengan tingkat keanekaragaman tinggi,

pembangunan menjadi mutlak dan harus dilakukan. Sebaliknya, para pemerhati

lingkungan,konservasionis,dan pihak-pihak pelestari lingkungan hidup melihat bahwa

pembangunan yang akan dilakukan merupakan ancaman nyata terhadap

keanekaragaman hayati yang ada di dalam atau disekitar kawasan yang akan

dikembangkan. Hal itu layak dijadikan kekhawatiran,karena banyaknya contoh

menunjukkan bahwa pembangunan sering menyebabkan hilangnya bentuk-bentuk

keanekaragaman hayati disekitarnya.

Dampak wisata terhadap lingkungan yang dapat diamati dan dirasakan yakni

masalah limbah. Limbah yang dihasilkan pengunjung menjadi masalah lingkungan

yang dapat mempengaruhi kualitas daerah tujuan wisata. Hal itu mudah terjadi,

dimana ukuran daerah tujuan wisata mempunyai ukuran yang kecil, seperti Taman

Nasional Manuel Antonio di Costa Rika dengan kepadatan pengunjung yang tinggi.

(34)

Limbah cair biasanya datang dari hotel, guethouse , restaurant, dan

lodge-lodge yang tersebar pada destinasi wisata. Tidak dapat dihindari bahwa

tempat-tempat tersebut merupakan bagian dari akomodasiekoturisme. Namun perhatian dan

penanganan limbah cair yang dihasilkannua sering kali sangat kurang. Untuk

mengatasi polusi air yang terjadi, dua strategi yang umumnya ditempuh yaitu

mereduksi sumber-sumber pencemaran dan melakukan perlakuan terhadap limbah

cair agar tidak membahayakan lingkungan. Limbah cair merupakan ancaman nyata

bagi manusia dan biota-biota lainnya. Berbeda dengan Limbah serupa botol

plastic,gelas, dan botol aluminium yang bersifat visible, limbah cair biasanya bersifat

invisible, tidak dapat terlihat dan larut dalam air. Perpindahan komponen beracun

limbah kedalam tubuh manusia dan makhluk hidup liannya, dapat terjadi karena air

yang diminum oleh manusai dan hewan, serta diserap oleh akar tumbuhan. Selain itu,

patogen-patogen yang meracuni air sering menyebabkan masalah kesehatan manusia.

Penyelenggaran wisata yang tidak mengindahkan daya dukung lingkungan,

juga menjadi faktor penyebab rusaknya terumbu karang dibanyak kawasan. Selain

tidak adanya manajemen yang jelas. Lemahnya pengawasan hokum terhadap perilaku

wisatawan merupakan faktor penyebab degradasi kawasan pesisir. Wisatawan

seringkali memasuki dan berjalan jalan di kawasan kerumbu karang saat air laut

surut. Dampak yakni terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang dalam waktu

(35)

Dampak lingkungan dan ekologis yang saat ini terindefikasi di kepulauan

pasifik karena aktivitas wisata yakni :

1. Degradasi dan populasi lingkungan. Degradasi lahan biasanya berkaitan

dengan pembukaan lahan sebagai padang golf sedangkan polpulasi tanah

karena penumpukan sampah.

2. Kerusakan Habitat. Sebab-sebab yang mendasari kerusakan habitat karena

aktivitas wisata, yakni lemahnya manajemen wisata, interaksi manusia dan

alam yang tidak teregulasi/diatur, ekploitasi sumber daya alam secara

berlebihan, dan sebagainya.

3. Hilangnya sumber daya pesisir dan laut. Habitat yang sering terkonvenrsi

adalah lahan basah pesisir, mangrove, hutan pantai , dan sebagainya,

karena pembangunan sarana dan prasarana wisata. Selain itu, aktivitas

wisatawan juga sangat mempengaruhi penurunan biota yang ada.

4. Polusi pesisir. Polusi pesisir dapat terjadi karena system pembuangan

limbah cair dan padat yang tidak berjalan dengan baik, serta penumpukan

sampah dan bahan-bahan yang tidak terdegradasi.

5. Pengalihan tata guna air pemukiman dan air tanah . Pengalihan ini dapat

terjadi karena pembelokan aliran air dan untuk kepentingan masyarakat

local menuju pemenuhan sumber daya air, seperti hotel, restoran, dan

(36)

2.5 Pendapatan

Pendapatan adalah penambahan jumlah aktiva sebagai hasil operasi

perusahaan secara bruto, pendapatan diperoleh karena adanya penyerahan/penjualan

barang/jasa atau aktiva lainnya dalam satu periode. Pendapatan dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu sebagai berikut :

1 Pendapatan Operasional

Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam

rangka kegiatan utama, misalnya pendapatan servis bagi perusahaan jasa dan

penjualan bagi perusahaan dagang

2 Pendapatan Nonoperasional

Pendapatan nonoperasional adalah pendapatan yang diperoleh di luar usaha

pokok, yang sifatnya tidak tetap, misalnya pendapatan bunga bagi perusahaan

nonbank dan pendapatan komisi bagi perusahaan dagang.

2.6PenelitianTerdahulu

Nico (2010) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode analisis data panel yang

dipadukan dengan analisis jalur (Path Analysis). Ruang lingkup penelitian ini

membahas tentang degradasi lingkungan di Sumatera Utara, yang diukur melalui

(37)

pada 18 Kabupaten di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 2001-2008 (8 tahun).

Hasil penelitian ini adalah jumlah penduduk, jumlah industri dan luas lahan

perkebunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh

langsung (direct effect) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan

pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi 18 kabupaten di

Sumatera Utara sebesar 61.52 %. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel

jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan

pertumbuhan ekonomi terhadap degradasi 18 kabupaten di Sumatera Utara sebesar

16.64 %. Besarnya pengaruh tidak langsung (indirect effect) variabel jumlah

penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap

degradasi hutan 18 kabupaten di Sumatera Utara melalui pertumbuhan ekonomi

adalah sebesar 18.95 %.

Rita (2010) melakukan penelitian dengan judul: Kualitas Air Dan Keluhan

Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung di Desa

Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010. Penelitian

ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, dilakukan untuk

mengetahui kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar

keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten

Samosir. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode primer dan

sekunder. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 6 sampel bahwa kualitas fisik air

(38)

diperbolehkan. Namun kualitas kimia air Danau Toba disekitar keramba jaring apung

tidak memenuhi syarat yang diperbolehkan karna memiliki coliform yang jauh diatas

syarat yang diperbolehkan. Jumlah responden yang mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 67 orang (83,8%). Keluhan kesehatan yang dirasakan responden adalah

gatal dan merah-merah pada kulit dan mata merah dan gatal.

Sundawatil dan Sanudin (2009) melakukan penelitian dengan judul: “Analisis

Pemangku Kepentingan dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Daerah Tangkapan Air

Danau Toba (Stakeholder Analysis on Ecosystem Restoration of Lake Toba

Catchment Area)”. Penelitian dilakukan di 3 kabupaten yang menjadi lokasi kegiatan

proyek ITTO, yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten

Karo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodesnowballing. Data dan

informasi dikumpulkan dengan metode wawancara yang kemudian dianalisis secara

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangku kepentingan dalam

pengelolaan dan pemulihan ekosistem kawasan DTA Danau Toba dapat digolongkan

sebagai pemangku kepentingan kunci, utama, dan pendukung. Pemangku

kepentingan kunci merupakan lembaga pemerintah kabupaten yang tupoksinya

berkaitan langsung dengan pemulihan ekosistem DTA Toba sepertiDinas Kehutanan

dan Badan Lingkungan Hidup yang memiliki peranan yang paling tinggi dalam upaya

pemulihan ekosistem DTA Toba. Hal tersebut terkait dengan system pemerintahan

otonomi daerah (Pemda memiliki kewenangan yang cukup besar dalam menentukan

(39)

pemangku kepentingan yang mengemuka, namun terdapatpotensi konflik di antara

beberapa pemangku kepentingan. Selain itu ditemukan pula potensi kolaborasi antara

beberapa pemangku kepentingan.

2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.7.1. Kerangka Konseptual

Ada banyak variabel yang mempengaruhi degradasi danau toba dan pengaruh

nya terhadap yang terkena dampak, namun dalam penelitian ini variabel yang

digunakan adalah luas lahan pertanian, perkembangan kerambah apung,

Perkembangan hotel, perkembangan kapal boat,tingkat pendapatan dan jumlah

wisatawan, sedangkan variabel lainnya dianggap konstan.

(40)

2.7.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya yang

kebenarannya harus diuji. Berdasarkan penjelasan kerangka konseptual penelitian

maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis penelitian sebagai

berikut :

1. Perkembangan Kerambah, Perkembangan hotel, perkembangan kapal boat,

penggarapan lahan secara langsung berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan.

2. Kerusakan Lingkungan secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi Penelitian

Penelitian Dilakukan di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan

Bolon, dan Kabupaten Simalungun,Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut sugiyono (2005:90) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. kemudian ditarik kesimpulan yang menjadi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di kelurahan Parapat Kabupaten

simalungun yang

3.2.2 Sampel

Menurut sugiyono (2005:91)Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang

karakteristiknya dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi tersebut.Sampel

dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah sebanyak 50 orang

yang mempunyai Kerambah Jaring Apung di kelurahan parapat kabupaten

(42)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer merupakan data

yang diperoleh melalui kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Adapun data yang digunakan terdiri dari :

1. Data variabel dependen : - Kerusakan Lingkungan

- Pendapatan masyarakat

2. Data variabel independen : - Perkembangan kerambah jarring apung

- Perkembangan kapal boat

- Penggarapan Lahan pertanian

- Perkembangan hotel

3.4Model Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui

dampak adanya degradasi lingkungan terhadappendapatan masyarakat di Danau toba.

Data primer yang telah dikumpulkan melalui kusioner terlebih dahulu diklasifikasi,

ditabulasi, dan selanjutnya diolah sesuai dengan alat analisis yang dipakai.

3.4.1Analisis regresi berganda

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel

independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari

variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau

(43)

Bentuk model regresi berganda yang menunjukkan hubungan antara dua atau

lebih variabel X sebagai variabel bebas dan Y sebagai variabel tidak bebas yaitu:

1. Regresi Pertama

Y1= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Dimana:

Y1 = Kerusakan Lingkungan

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4= Koefisien regresi variable independen

X1 = Perkembangan Kerambah Jaring Apung

X2 = Perkembangan Kapal Boat

X3 = Penggarapan Lahan Pertanian

X4 = Jumlah hotel

e = term of error

2. Regresi Kedua

Y2= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + Y1

Dimana:

Y2 = Pendapatan Masyarakat

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi variable independen

(44)

X2 = Perkembangan Kapal Boat

X3 = Penggarapan Lahan Pertanian

X4 = Jumlah hotel

Y1 = Kerusakan Lingkungan

Suatu perhitungan statistic disebut signifikan secara statistic apabila nilai uji

statistic berada dalah daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut

tidak signifikan bila nilai uji statistic berada dalam daerah dimana Ho diterima.

primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden.

3.4.2 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap tingkat

pendapatan maka di lakukan pengujian dengan menggunakan.

3.4.3 Uji F (Uji Secara Simultan)

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel

independen terhadap variabel dependent.

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan tingkat kepercayaan 95 %

atau α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serempak:

H0 : b1, b2,b3 = 0; kerambah jaring apung tidak berpengaruh terhadap

(45)

H1 : b1, b2 ,b3 ≠ 0, kerambah jaring apung berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan masyarakat wilayah Danau Toba

Rumus:

F = JK reg /K

JKres /(n−k−1)

Di mana:

K = jumlah variable

N = jumlah sampel

JK reg = jumlah kuadrat regresi

JK res = jumlah kuadrat residu

Ketentuan:

H0di terima jika Fhitung ≤Ftabel,

Haditolak jika Fhitung ≥Ftabel.

3.4.4. Uji t (Uji Secara Parsial)

Test uji parsial menguji setiap variabel bebas (X1,X2,X3) apakah mempunyai

pengaruh terhadap variabel terikat (Y1), dan (X1,X2,X3) terhadap (Y2) secara

parsial.

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara parsial (individual) menerangkan variasi dependen. Kriteria

(46)

a. H0: βi= 0 artinya tidak terdapat pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3)

yaitu Luas kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit terhadap variabel

terikat yaitu (Y1) Produksi Kerambah dan (Y2) Tingkat Pendapatan.

secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan dari variabel

bebas terhadap variabel terikat.

b. Ha : βi≠ 0 artinya terdapat pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) yaitu

Luas kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit terhadap variabel terikat

yaitu (Y1) Produksi Kerambah dan (Y2) Tingkat Pendapatan. Secara

parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Ketentuan:

H0 diterima jika thitung <ttabel pada α = 5%

H0 ditolak jika thitung >ttabel pada α = 5%

3.4.5.

Koefisien Determinasi (R

²)

Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan model

dalam menerangkan variabel-variabel terikat. Jika (R)² semangkin besar atau

mendekati satu, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel dependent (

perkembangan kerambah jaring apung X1, perkembangan kapal boat X2,

Perkembangan penggarapan lahan X3, Perkembangan Hotel X4, kerusakan

(47)

berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel

bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika determinan (R²) semakin

mengecil atau mendekati angka nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat semakin mengecil. Hal ini berarti model yang

digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti

terhadap variabel terikat.

3.5 Batasan Operasional

Untuk mengarahkan dan menghindari salah pengertian dalam pelaksanaan

penelitian ini, maka dibuat batasan operasionalyang dibatasi pada dua variabel yaitu

kerusakan lingkungan (Y1) dan pendapatan masyarakat (Y2). Dan ada empat

indikator, yaitu: perkembangan kerambah apung (X1), perkembangan kapal boat (X2),

penggarapan lahan (X3), perkembangan hotel (X4). Sebagai berikut:

1. Kerusakan lingkungan (Y1)

Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya

sumber daya air, udara, tanah, dan kerusakan ekosistem sehingga punahnya

fauna liar.

2. Pendapatan masyarakat (Y2)

Pendapatan masyarakat adalah penghasilan yang diperoleh masyarakat

(48)

3. Perkembangan kerambah apung (X1)

Perkembangan kerambah apung adalahpemeliharaan ikan yang

memungkinkan air keluar masuk dengan mudah melalui sisi dan dasar

kerambahdari dan keperairan sekitarnya.

4. Perkembangan kapal boat (X2)

Perkembangan kapal boat adalah perkembangan jumlah kapal boat yang

ada di danau toba.

5. Penggarapan lahan (X3)

Penggarapan lahan adalah Lahan yang dipergunakan untuk bercocok

tanam

6. Perkembangan hotel (X4)

Perkembangan hotel adalah perkembangan jumlah industry hotel yang

ada disekitar kawasan danau toba

Tabel 3.1

Defenisi Operasioanal Variabel

No. Variabel Defenisi

(49)
(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum

Danau Toba merupakan pusat dari tanah orang Batak, yang juga merupakan

danau terluas di Asia Tenggara dengan luas sekitar 1145 kilometer dan merupakan

danau terdalam di dunia dengan kedalaman sekitar 450 meter. Terletak 906 meter di

atas permukaan laut, danau ini merupakan surga bagi banyak tumbuhan menarik.

Danau Toba merupakan salah satu objek wisata kebanggaan masyarakat Indonesia

yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Disamping itu, dalam sejarahnya,

Danau Toba sudah menjadi icon Sumatera Utara. Hal ini barangkali berkaitan dengan

nilai jual (keunikan) yang sangat tinggi yang dimiliki oleh Danau Toba, khususnya

sebagai objek wisata alam karena panorama alamnya hampir tidak ada duanya. Kota

Parapat merupakan kota pusat wisata para turis yang melancong ke Danau Toba yang

terletak di tepi Danau Toba. Penduduk asli Danau Toba yaitu Batak Toba dan Batak

Simalungun merupakan masyarakat yang ramah dan terkenal dengan musik

tradisional yang sentimental dan romantis. Olahraga rekreasi yang dapat dilakukan di

Parapat adalah berenang, ski air, motor boating, perahu kano, memancing dan golf.

Temperatur udara disini sejuk dan kering sangat cocok untuk berekreasi dan santai.

Parapat terletak 176 Km dari Medan dan dapat dicapai selama 4 jam perjalanan

(51)

A. Pulau Samosir Pulau

Samosir terletak dengan megahnya di tengah-tengah danau. Di

tengah-tengah Samosir, masih ada danau lagi, yang menambah keunikan

tempat wisata ini. Juga merupakan rumah asli dari Suku Batak Toba yang

memiliki banyak kuburan batu dan desa-desa tradisional yang masih

mempertahankan budayanya seperti Tomok, Tuk-tuk, Siallangan dan

Ambarita. Alat transportasi utama adalah dengan menggunakan kapal feri

ataupun kapal boat yang dapat diakses melalui hotel di Parapat ataupun

melalui penduduk setempat. Saat ini masa keemasan Danau Toba sudah

semakin memudar, ini dikarenakan banyak eksploitasi yang menyebabkan

rusaknya ekosistem alam yang berada di sekitar kawasan danau. Selain itu

banyaknya limbah polusi yang dibuang ke danau semakin memperburuk citra

pariwisata di Danau Toba. Kini Pariwisata di Danau Toba seakan mati suri

karena minimnya perhatian baik dari penduduk setempat maupun pemerintah

daerah. Oleh sebab itu harapan diadakannya sebuah event adalah untuk

kembali menggeliatkan potensi andalan Danau Toba sebagai tempat wisata

yang dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia dan Provinsi Sumatera

Utara pada khususnya.

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Danau Toba

Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan

(52)

176 Km arah Selatan Kota Medan, merupakan danau terbesar di Indonesia dan di

Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah

Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2

dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air

(DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km2.

Luas Wilayah Danau Toba Tabel 4.1

No Kabupaten Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1 Samosir Simanindo

3 Simalungun Silima Kuta

(53)

4.1.2. Iklim

Kondisi iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan evaporasi)

sangat mempengaruhi neraca air danau. Suhu udara dan kelembaban akan

menentukan besarnya laju evaporasi dari permukaan danau. Laju evapotranspirasi

dari kawasan Danau Toba akan mempengaruhi jumlah air yang mampu disimpan di

dalam tanah dan merupakan cadangan pasokan air ke dalam danau selama musim

kemarau (periode tidak hujan). Kondisi iklim dapat berubah sebagai akibat perubahan

penutupan lahan dan penggunaan lahan pada Kawasan. Peningkatan suhu pada

Kawasan dapat meningkatkan suhu udara dan menurunkan kelembaban udara yang

akhirnya akan meningkatkan laju evapotranspirasi dari daratan dalam kawasan

maupun evaporasi dari permukaan danau. Kondisi iklim jugaberpengaruh terhadap

upaya pemanfaatan lahan, terutama untuk usaha pertanian, perikanan dan kehutanan.

Peningkatan suhu akibat perubahan penggunaan lahan akan dapat merubah pola hujan

sehingga akan mempengaruhi masukan air ke dalam danau. a. Type Iklim Menurut

Klasifikasi lklim Oldeman maka Ekssistem Kawasan Danau Tsba termasuk ke dalam

tipe Bl , C1, C2, D2, dan E2. Dengan demikian bulan basah (curah hujan ≥ 200

mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara kurang dari 3 bulan

sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (curah hujan ≤ 100 mm/bulan)

berturut-turut antara 2-3 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidth dan

Ferguson maka Ekosistem Kawasan Danau Toba ini termasuk ke dalam tipe iklim A,

(54)

Dolok Sanggul dan Pangururan) diketahui bahwa curah hujan tahunan di Kawasan

Danau Toba berkisar antara 2.200 sampai dengan 3.000 mm/tahun. Puncak musim

hujan terjadi pada bulan Nopember-Desember dengan curah hujan antara 190-320

mm/bulan. Sedangkan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan

curah hujan berkisar antara 54-151mm/bulan. c. Suhu, Kelembaban Udara dan

Evaporasi Suhu udara bulanan di Ekosistem Kawasan Danau Toba berkisar antara

18-19,7oC di Balige dan antara 20-210 C di Sidamanik. Suhu udara selama musim

kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan.

Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79-95%. Pada bulan-bulan

musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada

bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulan-bulanan di Ekosistem Kawasan Danau Toba berkisar

antara 74 – 88 mm/bulan. Angka Evaporasi selama musim-musim kemarau

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan.

4.1.3. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau

Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak

musim hujan terjadi pada bulan Nopember – Desember dengan curah hujan antara

190 – 320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni – Juli

(55)

4.1.4 Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 – 19,7 0C di Balige dan

antara 21,0 – 20,0 di Sidamanik. Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak

lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka

kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95 %. Pada bulan-bulan musim kemarau

kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim

hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 – 88 mm/bulan. Angka

evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan

selama musim hujan.

4.2 Tekanan Keadaan Danau Toba Saat Ini

Danau Toba sebagai Danau terbesar dan proses pembentukannya sangat

dahsyat memiliki potensi yang sangat menguntungkan bila dikelola dengan baik.

Fakta lapangan menunjukkan bahwa saat ini terdapat 123 pemukiman masyarakat di

pinggir danau daratan Pulau Sumatera dan 71 lokasi pemukiman di daratan Pulau

Samosir yang terkait langsung dengan perubahan muka air Danau Toba. Sebagai

danau terluas dan terdalam di dunia, Danau Toba mengalami berbagai tekanan baik

secara permanen maupun tidak. Sebagian dampak dari tekanan kegiatan terhadap

Danau Toba belum dapat diketahui, dan sebagian lain dampaknya sudah permanen

dan sulit untuk dipulihkan.

Berbagai masalah yang diterima Danau Toba sebagai akibat dari

(56)

dan memanfaatkan fasilitas laboratorium perikanan air tawar di Bogor. Uji coba

pembudidayaan ikan menggunakan Keramba Jaring Apung dilakukan di Danau Lido

pada 1979. .Penemuan Keramba Jaring Apung pada awalnya dianggap suatu

keberuntungan karena teknologinya sederhana, mudah dibuat, dan berbiaya murah

namun menghasilkan panen yang menguntungkan. Sekarang, hampir semua danau di

Indonesia permukaannya dipenuhi sebaran Keramba Jaring Apung. terbesar dalam

dunia usaha pembudidayaan KJA DI Danau Toba dilakukan oleh perusahaan dari

Swiss yang memasarkan produknya ke Amerika dan Eropa. Air yang bersih dari

danau yang dikatagorikan sebagai danau sangat dalam merupakan penentu bagi

kualitas ikan yang dibesarkan dalam Keramba Jaring Apung di perairan Danau Toba.

KJA mulai diperkenalkan pada masyarakat Danau Toba tahun 1996 di Desa

Haranggaol. Saat ini booming KJA telah berbalik menjadi boomerang karena mnulai

disadari bahwa keberadaannya menurunkan kualitas lingkungan. Selain merusak

kualitas air sehingga fungsinya menurun, dari segi estetika keberadaan Keramba

Jaring Apung juga sangat merugikan. Daerah wisata yang tadinya diminati

pengunjung akhirnya menjadi sepi karena airnya berubah menjadi amis.

4.3 Gambaran Umum Responden

Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang

masyarakat kabupaten Perapat kecamatan Simalungun. Dalam analisis data ini

digambarkan data secara deskriptif yang terkait dengan variabel- variabel yang

(57)

1. Umur Responden

Faktor umur merupakan salah satu yang sangat berpengaruh dalam

mempengaruhi tingkat produktivitas oleh seseorang karena tingkat produktivitas

sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan fisik. Kecenderungan bahwa tingkat

produktivitas dicapai pada usia yang masih produktif juga yaitu saat usia berada di

kisaran antara 15 – 64 tahun. Pemilik usaha Kerambah Jaring Apung yang menjadi

responden dalam penelitian ini terdiri dari pria serta memiliki rentang umur/usia yang

bisa dikatakan cukup jauh.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur

Sumber: Data Primer diolah

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia diatas 56

tahun berjumlah sebanyak 8 orang atau dengan persentase sebesar 16,0% dimana

pada usia antara 46 sampai dengan 55 tahun sebanyak 15 orang atau dengan

persentase sebesar 30,0% sedangkan responden yang berusia kurang dari 36 sampai

dengan 45 tahun sebanyak 19 orang atau dengan persentase sebesar 38,0%

Sedangkan responden yang berusia 26 sampai dengan 35 tahun sebanyak 6 orang

(58)

atau dengan persentase 12,0% sedangkan yang berusia kurang dari 25 tahun hanya

sebesar 4,0% atau sebanyak 2 orang responden.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tingkat

pendidikan ditiap daerah mempengaruhi tingkat pendidikan nasional.

Jenjang pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal

terakhir dari pemilik usaha Kerambah Jaring Apung (KJA) yang menjadi responden.

Dilihat dari data responden berdasarkan pendidikan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Responden

Sumber : Data Primer diolah

Dari Tabel tersebut, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat pendidikan tamatan DIII/S1 sebesar12 % atau berjumlah sebanyak 6orang

responden dan diikuti oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebesar

58% atau sebanyak 29 orang sedangkan tingkat pendidikan SMP sebesar 14% atau

sebanyak 7 orang dan responden yang memiliki tingka pendidikan tamatan SD

(59)

bahwa tingkat pendidikan masyarakat parapatdidominasi oleh orang yang

berpendidikan SMA atau sederajat.

3. Jumlah Tanggungan

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah Tanggungan Jumlah

responden (%)

Sumber : Data Primer diolah

Dari Tabel tersebut, Menunjukan bahwa masyarakat parapatyang memiliki

jumlah tanggungan 1 orang adalah sebanyak 6 responden dengan presentase sebesar

12% kemudian pengusaha yang memiliki jumlah tanggungan 2 orang adalah

sebanyak 9 responden dengan presentase 18% yang memiliki jumlah tanggungan 3

orang adalah sebanyak 18 responden dengan presentase 36% yang memiliki jumlah

tanggungan 4 orang sebanyak 8 responden dengan presentase 16% dan yang memiliki

jumlah tanggungan 5 orang adalah sebanyak 10 responden dengan presentase 10%

yang memiliki jumlah tanggungan 6 orang adalah sebanyak 3 responden dengan

persentase 6% dan yang terakhir responden yang memiliki jumlah tanggungan 7

(60)

di atas masyarakat Danautoba kecamatan parapatmemiliki jumlah tanggungan paling

banyak adalah 3 orang yaitu dengan jumlah responden 18 orang.

4. Pekerjaan / Sampingan

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan / Sampingan No Pekerjaan Sampingan Jumlah

Responden

(%)

1 Wiraswasta 17 34

2 PNS 4 8

3 Lain-lainnya 29 58

Total 50 100%

Sumber : Data Primer diolah

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa sebagian besar penduduk danautoba

kecamatan perapatmempunyai pekerjaanuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sebagai berikut ada pun sebagai wiraswasta berjumlah 17 orang dengan presentase

34%, yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) berjumlah 4 orang dengan

presentase 8%, dan yang lain-lainnya seperti berjualan aksesoris , souvenir , kedai

nasi , warung kopi , penyedia kapal boat ,dan kerambah apung berjumlah sebanyak

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Parapat  Tahun 2010 - 2013
Tabel 3.1 Defenisi Operasioanal Variabel
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah jenis burung yang paling banyak ditemukan pada lokasi sekunder sebanyak 45 spesies dan yang paling sedikit ditemukan pada lokasi Middle.. sebanyak

Instrument yang digunakan adalah data sekunder serta untuk menganalisis data digunakan analisis regresi linear berganda, uji F(Silmultan), uji t (Parsial) dan asumsi

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linier parsial dan berganda dengan bantuan SPSS versi 20 menunjukkan bahwa : secara parsial hasil uji t

Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy .Sementara kata ekonomy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolahan

Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sikap, persepsi, keterjangkauan dan sikap petugas ada hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan

Analisi data dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda.. Pemecahan masalahnya dibatasi pada jumlah kejahatan,

Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sikap, persepsi, keterjangkauan dan sikap petugas ada hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linier parsial dan berganda dengan bantuan SPSS versi 20 menunjukkan bahwa : secara parsial hasil uji t