• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi Konvensional"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POSISI BAYI TERHADAP KADAR BILIRUBIN PADA FOTOTERAPI KONVENSIONAL

TESIS

IRA SILVIA 097103017 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH POSISI BAYI TERHADAP KADAR BILIRUBIN PADA

FOTOTERAPI KONVENSIONAL

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu kesehatan Anak M.Ked (ped) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

IRA SILVIA 097103017 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi Konvensional

Nama Mahasiswa : Ira Silvia Nomor Induk Mahasiswa : 097103017

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. dr. H.Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Ketua

Tanggal lulus : …………

dr. Lily Irsa, SpA(K) Anggota

Ketua Program Studi Ketua TKP-PPDS

(4)

Telah diuji pada Tanggal:

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) …………. Anggota : 1. dr. Hj. Lily Irsa, Sp.A(K) …………. 2. Prof. dr. Darwin Dalimunthe, Ph.D …………. 3. dr. Nelly Rosdiana, Sp.A(K) ………….

(5)

PERNYATAAN

Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi Konvensional

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Juli 2013

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan

hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan

merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu

Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam

Malik Medan. Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di

masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) dan Pembimbing II

dr. Hj. Lily Irsa, Sp.A(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta

saran-saran yang sangat berharga dan dukungan moril kepada penulis dalam

pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. dr. Emil azlin, Sp.A(K), dr. Pertin sianturi, Sp.A.(K), dr. Bugis mardina Lubis,

Sp.A.(K), dr. Beby Sofyani Hasibuan, MKed(Ped), Sp.A yang telah membimbing

(7)

3. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2007

sampai sekarang yang telah memberikan kesempatan dalam penelitian dan

penyelesaian tesis ini.

4. dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

Spesialis Anak FK USU, dan dr. Beby Syofiani Hasibuan, MKed(Ped), Sp.A,

sebagai Sekretaris Program Studi yang telah memberikan kesempatan dalam

menyelesaikan tesis ini.

5. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc

(CTM), Sp.A(K), serta Rektor Universitas Sumatera Utara sebelumnya Prof. dr.

H. Chairuddin P Lubis,DTM&H, Sp.A(K) dan Dekan FK-USU Prof. dr. Gontar A.

Siregar, Sp.PD-KGEH, FInaSIM yang telah memberikan kesempatan untuk

mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK-USU.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H.

Adam Malik Medan dan RS. Dr. Pingadi Medan yang telah memberikan

sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang sudah membantu dan memberikan sumbangan

pikiran dalam analisa data penelitian ini.

Kepada orang tua yang sangat saya cintai dan hormati, H. A. Gani Said dan Irma

Akhmad serta kepada suami saya Diky Maulandri, dan ketiga anak saya, Dira

Muharram, Nafal Afnan, dan Puteri Nabila yang selalu mendoakan, memberikan

dorongan dan motivasi baik moral maupun materil, terima kasih atas doa, pengertian

(8)

saudara yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doanya selama ini.

Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah Subhanahu

wataala

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan Pembimbing i

Lembar Panitia Penguji Tesis ii Lembar Pernyataan iii Ucapan Terima Kasih iv Daftar Isi viii

2.2. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin 7

2.3. Efektivitas Fototerapi 10 2.4. Perubahan Posisi Selama Fototerapi 11

2.5. Efek Samping Fototerapi 12

(10)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain 14

3.2. Tempat dan Waktu 14

3.3. Populasi dan Sampel 14

3.4. Besar Sampel 15

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 16

3.6. Persetujuan 16

3.7. Etika Penelitian 17

3.8. Cara Kerja 17

3.9. Identifikasi Variabel 21

3.10. Definisi Operasional 22

3.11. Pengolahan dan Analisa Data 24

BAB 4. HASIL 25

BAB 5. PEMBAHASAN 31

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 36

6.1 Kesimpulan 36 2. Lampiran Perkiraan Biaya

3. Jadwal Penelitian

4. Lembar Penjelasan kepada Orangtua

5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 6. Lembar Kuesioner

7. New Ballard Score

8. Tabel Tingkat Kematangan

(11)

10. Lembar Pemantauan Efek Samping 11. Pemeriksaan Intensitas Sinar

12. Lembar Gambar Alat Radiometer dan Fototerapi 13. Lembaran Persetujuan Komite Etik

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) untuk penanganan hiperbilirubinemia pada neonatus sehat dan cukup bulan 9 Tabel 2.2. Rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) untuk

penanganan hiperbilirubinemia pada neonatus prematur (sehat & sakit) 9

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 27

Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan kadar bilirubin sebelum fototerapi 28

Tabel 4.3. Kadar bilirubin kelompok posisi berubah-ubah sebelum dan

setelah 24 jam fototerapi 28

Tabel 4.4. Kadar bilirubin kelompok posisi telentang sebelum dan setelah

24 jam fototerapi 29

table 4.5 Perbandingan penurunan kadar serum bilirubin 29

(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Mekanisme Kerja Fototerapi 8

2.6. Kerangka Konseptual 13

3.1. Alur Penelitian 21

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AAP : American Academy of Pediatrics

ASI : Air Susu Ibu

BB : Berat Badan

cm : centimeter

cm2 : sentimeter bujur sangkar

dL : desiliter

dkk : dan kawan-kawan

G6PD : Glucose-6-phosphate dehydrogenase

Kg : Kilogram berat badan

L : liter

mg : milligram

ml : mililiter

nm : nanometer

RSU : Rumah sakit Umum

RS : Rumah Sakit

UDPG-T : Uridine diphosphate glucoronyl transferase

µmol : mikromol

µW : mikrowatt

% : persen

(15)

DAFTAR LAMBANG

α : Kesalahan tipe I

β : Kesalahan tipe II

n : Jumlah subjek / sampel

n1 : Jumlah sampel pada kelompok I

n2 : Jumlah sampel pada kelompok II

S : Simpangan baku bilirubin pada kelompok intervensi

X1 : Kadar bilirubin pada kelompok I

X2 : Kadar bilirubin pada kelompok II

zα : Deviat baku normal untuk α

zβ : Deviat baku normal untuk β

> : Lebih besar dari

≥ : Lebih besar sama dengan

< : Lebih kecil dari

(16)

ABSTRAK

Latar belakang: Hiperbilirubinemia merupakan suatu masalah yang paling sering dijumpai pada bayi baru lahir. Fototerapi konvensional adalah metode yang digunakan untuk menurunkan kadar serum bilirubin pada bayi hiperbilirubinemia. Mengubah posisi bayi hiperbilirubinemia setiap 3 jam selama fototerapi diyakini mampu meningkatkan efektifitas fototerapi dalam menurunkan kadar serum bilirubin lebih cepat.

Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar serum bilirubin setelah fototerapi konvensional antara posisi yang dirubah-ubah setiap 3 jam dengan posisi telentang.

Metode: Studi randomized controlled trial dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai Oktober 2012 di unit Perinatologi RS.H. Adam Malik Medan dan RS. Dr. Pirngadi Medan. Sampel dipilih secara randomisasi sederhana dengan menggunakan amplop tertutup yaitu neonatus hiperbilirubinemia fisiologis, usia kehamilan ≥ 32 minggu ≤ 42 minggu yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi diikut sertakan dalam penelitian. Kadar serum bilirubin diukur pada awal fototerapi dan setelah 24 jam fototerapi. Analisis yang digunakan adalah uji t-dependent dan uji t-independent.

Hasil: Sebanyak 76 neonatus hiperbilirubinemia fisiologis yang mengikuti penelitian rentan usia kehamilan ≥ 32 minggu ≤ 42 minggu. Pada masing-masing kelompok penelitian 38 neonatus hiperbilirubinemia fisiologis, dijumpai penurunan total serum bilirubin setelah 24 jam fototerapi pada kelompok mengubah posisi setiap 3 jam (2.42%) dengan (P=0.751) sedangkan kelompok posisi telentang (1.23%) dengan (P= 0.751)

Kesimpulan: Terjadi penurunan kadar serum bilirubin signifikan pada masing-masing kelompok posisi telentang dengan mengubah posisi setiap 3 jam setelah 24 jam fototerapi. Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam jumlah penurunan kadar serum bilirubin antara posisi telentang dengan mengubah posisi setiap 3 jam selama fototerapi konvensional.

(17)

ABSTRACT

Background. Hyperbilirubinemia is one of the most common problems in newborn that occur during the first day of life. Phototherapy is a conventional method of decreasing serum bilirubin in newborn hyperbilirubinemia. Changing the position of baby with hyperbilirubinemia every 3 hours during phototherapy can reduce serum bilirubin levels more rapidly.

Objectives. To compare the decrease in total serum bilirubin concentration during conventional phototherapy in infants treated in supine position exclusively versus infant alternated between exposure in supine and prone position every three hours.

Methods. A randomized controlled trial study conducted in July 2012 to October 2012 in Perinatology unit in H. Adam Malik Hospital Medan and Dr. Pirngadi General Hospital Medan. Sample is selected by simple randomization using the closed envelope which is physiological neonatal hyperbilirubinemia, with gestational age between ≥ 32 weeks ≤ 42 weeks who fulfill the inclusion and exclusion criteria were included in the study. Total bilirubin serum was measured at the beginning of phototherapy before and after 24 hours. The analysis use a paired t test and independent t test.

Results. A total of 76 neonatal physiological hyperbilirubinemia with gestational age is in range ≥ 32 weeks and ≤ 42 weeks. In each group, 38 neonatal physiological hyperbilirubinemia of TBS level was decreased after 24 hours of phototherapy in group position changes every 3 hours (2.42%) with (P = 0751) while the supine position (1.23%) with (P = 0751).

Conclusion. There were no significant differences in total bilirubin reduction between supine position with changes baby position every 3 hours while conventional phototherapy performed.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

deviasi atau lebih dari persentil 90 terhadap kadar yang diharapkan berdasarkan umur

bayi.1 Kelainan ini paling sering ditemukan pada bayi baru lahir,2-4 yang secara klinis

akan mulai tampak bila kadar bilirubin darah lebih dari 5 sampai 7 mg/dl,1,5 dengan

angka kejadian cukup tinggi terutama pada bayi prematur dan sering terjadi pada

minggu pertama kehidupan.6-8 Di Amerika Serikat sekitar 60% sampai 70% bayi lahir

cukup bulan mengalami hiperbilirubinemia, sedangkan bayi prematur sekitar 80%.9

Fototerapi merupakan terapi menggunakan sinar yang dapat dilihat secara kasat

mata untuk pengobatan hiperbilirubinemia.8,10,11 Tujuannya adalah membatasi

peningkatan serum bilirubin dan mencegah penumpukan di dalam otak yang dapat

menyebabkan komplikasi neurologis permanen yang serius (Kern icterus).12,13,14

Pengaruh fototerapi berhubungan dengan kadar bilirubin di kulit dan intensitas sinar.

Intensitas sinar sendiri dipengaruhi oleh keadaan jarak sinar dengan pasien, luas

permukaan tubuh, jenis dan panjang gelombang sinar, serta penggunaan media atau

tirai putih pemantul sinar.

Perubahan posisi selama fototerapi mampu meningkatkan efektifitas fototerapi

dalam menurunkan kadar total serum bilirubin dan menurunkan durasi yang lebih

singkat selama masa fototerapi. Hal yang mendukung praktek perubahan posisi selama

fototerapi masih sedikit ditemukan. Dengan demikian masih diperlukan penelitian

(19)

tentang pengaruh perubahan posisi selama fototerapi terhadap kadar bilirubin pada

bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.6

Penelitian yang dilakukan di Denmark, membandingkan perbedaan penurunan

kadar serum bilirubin setelah fototerapi konvensional antara posisi telentang dengan

posisi berubah-ubah setiap tiga jam pada bayi baru lahir yang menderita

hiperbilirubinemia. Hasil penelitian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan

penurunan kadar total serum bilirubin antara posisi yang dirubah-ubah setiap 3 jam

dengan posisi telentang.

1.2. Rumusan Masalah 6

Apakah dijumpai perbedaan penurunan kadar serum bilirubin setelah fototerapi

konvensional antara posisi telentang dengan posisi berubah-ubah dari posisi telentang

menjadi posisi telengkup setiap 3 jam pada bayi baru lahir yang menderita

hiperbilirubinemia.

1.3. Hipotesis

Terdapat perbedaan penurunan kadar serum bilirubin pada fototerapi konvensional

antara posisi berubah-ubah setiap 3 jam dengan posisi telentang pada bayi baru lahir

(20)

1.4. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar total serum bilirubin setelah fototerapi

konvensional antara posisi telentang dengan posisi berubah-ubah dari telentang

menjadi telengkup setiap 3 jam pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia.

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1. Di bidang akademik/ ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang perinatologi, khususnya dalam efektifitas fototerapi konvensional dalam

menurunkan kadar serum bilirubin pada bayi baru lahir yang menderita

hiperbilirubinemia.

1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir, terutama manfaat perubahan posisi yang dirubah-ubah dari

telentang menjadi telengkup selama fototerapi pada hiperbilirubinemia.

1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap bidang perinatologi, khususnya dalam tatalaksana hiperbilirubinemia pada bayi baru

lahir dengan melakukan perubahan posisi dari telentang menjadi telengkup

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metabolisme Bilirubin

Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme.13 Kadar produksi bilirubin pada bayi

sekitar 6 sampai 8 mg/kgBB/hari dan dewasa sekitar 3 sampai 4 mg/kgBB/hari.1,2 Bayi

baru lahir akan menghasilkan bilirubin 2 atau 3 kali lebih banyak daripada anak maupun

dewasa, oleh karena pada bayi waktu penghancuran sel darah merah lebih cepat.11

Penghancuran sel darah pada neonatus cukup bulan sekitar delapan puluh hari dan

pada prematur sekitar tujuh puluh hari.9

Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, heme akan diubah menjadi

biliverdin dengan bantuan enzim heme oxygenase. Biliverdin selanjutnya berubah

menjadi bilirubin dengan bantuan enzim biliverdin reductase. Bilirubin yang dihasilkan

akan berikatan secara reversibel dengan albumin dan sebagian kecil dalam bentuk

bebas. Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan larut lipid yang akan dibawa menuju hati

melintasi membran sel hati. Enzim liver yaitu uridine diphosphoglucuronate

glucuronosyltransferase akan mengkonjugasi bilirubin, dan akan mengubah menjadi

pigmen bilirubin yang larut dalam air yang dapat diekresikan ke dalam empedu dan

keluar dari tubuh melalui usus dan ginjal.

Hiperbilirubinemia dapat disebabkan proses fisiologis, patologis atau kombinasi

keduanya. Risiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi yang mendapat ASI, kurang

(22)

bulan, dan mendekati cukup bulan.1,3 Neonatal hiperbilirubinemia terjadi karena

peningkatan produksi atau penurunan clearance bilirubin dan lebih sering terjadi pada

bayi kurang bulan. Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang tinggi

dibandingkan bayi yang mendapat susu formula, hal tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain asupan cairan yang kurang, frekuensi menyusui, kehilangan

berat badan/dehidrasi, hambatan eksresi bilirubin hepatik, dan intestinal reabsorption of

bilirubin.1,3

Penyebab neonatal hiperbilirubinemia indirek adalah terjadi peningkatan

produksi bilirubin akibat dari inkomptabilitas darah fetomaternal (Rh, ABO), peningkatan

penghancuran hemoglobin akibat defisiensi enzim kongenital Glucose-6-phosphate

dehydrogenase (G6PD), sepsis, peningkatan jumlah hemoglobin yang terjadi akibat dari

polisitemia, keterlambatan klem tali pusat.1

Penyebab lain dapat juga oleh karena peningkatan sirkulasi enterohepatik yang

terjadi akibat atresia atau stenosis intestinal, perubahan clearance bilirubin hati yang

disebabkan imaturitas, perubahan produksi atau aktivitas uridine diphospoglucoronyl

transferase akibat dari gangguan metabolik, hipotiroidisme, dan selanjutnya dapat juga

disebabkan oleh perubahan fungsi dan perfusi hati yang disebabkan asfiksia, hipoksia

dan sepsis, obstruksi hepatik ( hiperbilirubinemia direk ) terjadi akibat anomali

kongenital seperti atresia biliaris, fibrosis kistik.

2.2. Pengaruh Sinar Fototerapi terhadap Bilirubin 1,3

Sinar fototerapi akan merubah bilirubin yang ada di dalam kapiler superfisial dan

(23)

metabolisme oleh hati.Bentuk bilirubin 4Z dan 15Z akan berubah menjadi 4Z dan 15E

yaitu bentuk isomer nontoksik yang dapat diekresikan. Z dan E merupakan istilah yang

digunakan untuk mendesain stereochemistry diantara kedua ikatan. Empat dan lima

menunjukkan posisi ikatan ganda. Reaksi fototerapi menghasilkan suatu fotooksidasi

melalui proses secara cepat, produk fotooksidasi lebih sedikit jumlahnya dibandingkan

dengan pembentukan isomer konfigurasi.12,15

Fototerapi juga menghasilkan lumirubin, dimana lumirubin ini mengandung 2%

sampai 6% dari total serum bilirubin. Lumirubin akan diekresikan melalui empedu dan

urin.Ketika bentuk bilirubin ini berubah menjadi isomer yang nontoksik maka akan lebih

mudah untuk diekskresikan. Isomer mempermudah untuk terjadinya eleminasi melalui

urin dan saluran cerna. Hal ini merupakan penjelasan mengenai khasiat fototerapi

sebagai pencegahan dan penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.12

(24)

Pada fototerapi, sinar yang digunakan merupakan sinar tampak berupa gelombang

elektromagnetik,14 dengan panjang gelombang 400 sampai 700 nm dan puncak

absorbsi antara 460 sampai 490 nm.16 Sejauh ini sinar yang dianjurkan adalah

menggunakan lampu sinar biru.10,17 Pertimbangan fototerapi dan transfusi tukar

berdasarkan kadar bilirubin yang di sesuaikan dengan umur bayi dalam jam dan berat

badan dalam gram seperti yang direkomendasi AAP untuk hiperbilirubinemia, hal ini

dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan tabel 2.2.

Tabel 2.1. Rekomendasi “American Academy of Pediatrics” (AAP) untuk penanganan

Hibinemiaperbilirupada neonatus sehat dan cukup bulan.

18

Usia ( Jam )

18

Total serum bilirubin (mg/dl)

Neonatus sehat Neonatus sakit

Tabel 2.2. Rekomendasi “American Academy of Pediatrics” (AAP) untuk

penanganan Hyperbilirubinemia pada neonatus prematur (sehat dan sakit).

Total serum bilirubin (mg/dl)

(25)

2.3. Efektivitas Fototerapi

Fototerapi sangat bergantung pada intensitas sinar sehingga khasiat fototerapi

tergantung pada kualitas spektrum cahaya ( panjang gelombang ) sampai pada

permukaan kulit.18,19,20 Kualitas ini sangat dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh yang

terpapar, penggunaan media pemantulan sinar, jarak antara lampu dengan kulit bayi

dan lain-lain.18,21

Kualitas spektrum yang sejauh ini dipakai sinar biru, sinar hijau atau cahaya biru

kehijauan dengan panjang gelombang 400 sampai 520 nm sedangkan untuk sinar

ultraviolet masih ada konsep yang berbeda atau kontroversial.22 Intensitas sinar

merupakan intensitas cahaya dengan sejumlah foton yang terpapar dengan permukaan

tubuh berdasarkan sentimeter kuadrat yang nilainya diukur dengan menggunakan

radiometer berkisar 30 µW/cm2/nm.23,24 Intensitas sinar ini dapat ditingkatkan dengan

pemberian fototerapi ganda atau double phototerapy.24,25 Penelitian di Turki tahun 2000

menggunakan sinar fototerapi ganda yang diletakkan di atas dan di bawah bayi akan

menghasilkan intensitas sinar 28.5 µW/cm2/nm atau lebih baik dibanding fototerapi

tunggal (intensitas sinar 18.4 µW/cm2/nm).

Penelitian di California menunjukkan bahwa dengan menggunakan sinar biru

jarak yang terbaik untuk menurunkan kadar bilirubin adalah jarak 10 cm dengan

penurunan kadar bilirubin sekitar 58% dibandingkan dengan jarak 30 cm dengan

penurunan kadar bilirubin sekitar 45% dan 50 cm dengan penurunan kadar bilirubin

sekitar 13%.

25

26

Namun berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP)

menganjurkan fototerapi sebaiknya jarak 10 cm kecuali bila menggunakan jenis sinar

(26)

Berdasarkan luas permukaan tubuh dianggap bahwa semakin luas permukaan

tubuh yang terpapar sinar maka akan semakin cepat mempengaruhi penurunan nilai

serum bilirubin,28,29 dengan mengubah posisi bayi setiap 2 sampai 3 jam dapat

memaksimalkan area yang terkena cahaya.6 American Academy of Pediatrics (AAP)

merekomendasikan pembukaan popok untuk fototerapi intensif bila bilirubin serum

mendekati tingkat transfusi tukar.

2.4. Perubahan posisi selama fototerapi 27

Perubahan posisi bayi selama fototerapi mampu meningkatkan efektifitas fototerapi

dalam menurunkan kadar total serum bilirubin dan mampu menurunkan durasi yang

lebih singkat selama masa fototerapi. Hal yang mendukung praktek perubahan posisi

selama fototerapi masih sedikit ditemukan.6

Molekul bilirubin meninggalkan ruang intravaskuler dengan cara difusi

berdasarkan perbedaan konsentrasi menuju ke pembuluh darah yang terdekat. Selama

fototerapi foton mencapai kapiler dermis dan bereaksi dengan bilirubin yang berada di

intravaskuler dengan merubah bentuk molekul menjadi molekul yang larut dalam air

yang dapat berdifusi ke sirkulasi dan dapat dikeluarkan melalui empedu dan ginjal.

Waktu yang dibutuhkan untuk proses difusi ini menuju dan keluar dari ekstravaskuler

diperkirakan sekitar 3.5 jam.30 Perubahan posisi selama fototerapi memberikan hasil

yang lebih efektif berdasarkan beberapa penelitian yang menggunakan fototerapi

(27)

2.5. Efek Samping Fototerapi

Beberapa efek samping penggunaan fototerapi:

- Dehidrasi karena terdapat kehilangan insensible water loss, dapat dicegah dengan

pemberian tambahan cairan kepada neonatus yang sedang mendapat fototerapi.

1,3

-Konsistensi feses yang lebih cair, yang berwarna hijau atau kecoklatan

-Efek okuler dalam menurunkan input sensoris dan stimulasi sensoris, tetapi dapat

dicegah dengan pemberian penutup mata selama dilakukan fototerapi.

-Suhu tubuh tidak stabil seperti hipertermi

- Hipokalsemi lebih sering terjadi pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh

(28)

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 2.6. Kerangka Konseptual

(29)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.2. Desain

Penelitian ini merupakan randomized controlled trial untuk membandingkan penurunan

kadar total serum bilirubin neonatus selama mendapat fototerapi dengan posisi

berubah-ubah, setiap tiga jam posisi bayi di ubah dari posisi telentang menjadi

telungkup dan sebaliknya

3.2. Tempat Dan Waktu

Penelitian dilakukan di Unit Perinatologi RSUP. H.Adam Malik Medan dan RS.Pirngadi

Medan. Waktu penelitian dilaksanakan dimulai 1 Juli 2012 sampai 31 Oktober 2012.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah bayi dengan hiperbilrubinemia fisiologis dinyatakan sehat, usia

kehamilan lebih atau sama dengan 32 minggu kurang dari 42 minggu (preterm,

near-term dan full near-term). Populasi terjangkau adalah populasi target yang rawat inap di Unit

Perinatologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS.Pirngadi Medan sejak penelitian

disetujui. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan

(30)

3.4. Besar Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan uji hipotesis terhadap rerata dua populasi: 31

:

n = sampel

Zα = nilai baku normal dari normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada

nilai α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 maka Zα=1,96

Zβ = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai β yang

ditentukan untuk β = 0,1 maka Zβ = 1,282

Sd = simpangan baku bilirubin pada kel. Intervensi= 2

X1- X2 = perbedaan kadar bilirubin yang diinginkan = 1,5.30

= 37,3

(31)

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi :

• Neonatus dengan hiperbilirubinemia indirek sesuai dengan kriteria American

Academy of Pediatrics (AAP)

• Usia kehamilan ≥ 32 minggu ≤ 42 minggu (preterm, near-term dan full term)

• Usia kelahiran ≥ 24 jam, ≤ 7 hari

• Memenuhi indikasi untuk fototerapi

• Orangtua menandatangani persetujuan setelah penjelasan

Kriteria eksklusi :

• Memenuhi indikasi untuk dilakukan transfusi tukar sesuai dengan kriteria

American Academy of Pediatrics (AAP).

• Penyakit hemolitik seperti penyakit rhesus, inkompatibilitas ABO,

Defisiensi-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), sferositosis herediter, dan atau

kelainan kongenital.

(32)

3.6. Persetujuan / Informed Consent

Semua orang tua subyek penelitian diminta persetujuan setelah dilakukan penjelasan

secara lisan dan tulisan terdahulu mengenai tujuan, manfaat, kerugian, dan komplikasi

yang mungkin timbul setelah dilakukan fototerapi pada bayinya.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja

- Neonatus yang secara klinis terlihat ikterik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi. Sebelum fototerapi dilakukan pemeriksaan darah rutin, Coombs tes ( tes

antibodi ), jumlah retikulosit (untuk mengidentifikasi adanya penghancuran atau

penghilangan eritrosit yang berlebihan yang diimbangi dengan peningkatan aktifitas

sumsum tulang), bilirubin total, bilirubin indirek, dan bilirubin direk, darah diambil dari

percabangan vena femoralis dengan spuit 5 ml sebanyak 4 ml. Darah dimasukkan

ke dalam tabung tanpa anti koagulan, biarkan darah membeku selama 10 menit,

kemudian darah di sentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 sampai

4000 RPM (Rotasi permenit). Serum dimasukkan 300 sampai 500 µL (Mikro Liter)

kedalam tempat sampel Cobas 6000 tahun 2008, hasil pemeriksaan darah akan

keluar dimonitor selama 15 sampai 20 menit. Pengambilan darah dilakukan oleh

(33)

- Dilakukan randomisasi sederhana dengan cara menggunakan amplop tertutup untuk

menentukan jenis regimen fototerapi dan membagi sampel menjadi dua kelompok

yaitu kelompok A adalah neonatus yang mendapat fototerapi dengan posisi

dirubah-ubah setiap 3 jam dari posisi telentang menjadi telungkup dan sebaliknya. Kelompok

B adalah neonatus yang mendapat fototerapi dalam posisi telentang, dimana unit

fototerapi yang digunakan sama dengan unit fototerapi yang digunakan pada

kelompok A yaitu unit fototerapi standar merk Tessna berisi 5 buah lampu sinar biru

(merk Toshiba 20WT52). Randomisasi pada bayi dilakukan oleh petugas di Unit

perinatologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS.Pirngadi Medan.

- Semua bayi menerima fototerapi selama 24 jam. Pemberian fototerapi dilakukan

secara terus-menerus, kecuali saat makan dan perawatan dalam 30 menit terakhir

setiap tiga jam. Bayi ditempatkan ditempat tidur bayi dalam keadaan telanjang

kecuali popok dan pelindung mata, bayi dirawat dengan posisi lampu berada di atas

jarak antara bayi dengan alat fototerapi diukur pada dada bayi dengan jarak 20 cm.

Jarak ini ukur untuk setiap bayi. Pada kedua kelompok diberi penambahan cairan

sebanyak 10% dari total kebutuhan cairannya baik secara oral dan intravena.

Pemberian makanan dan perawatan pada bayi dilakukan oleh petugas di Unit

perinatologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Pirngadi Medan.

- Pengukuran total serum bilirubin setelah 24 jam fototerapi dilakukan dengan

menggunakan alat Cobas 6000 tahun 2008 pengambilan darah dilakukan oleh

petugas laboratorium RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Pirngadi Medan.

Pengambilan darah dengan cara darah diambil dari vena femoralis dengan spuit 2.5

(34)

biarkan darah membeku selama 10 menit, kemudian darah di sentrifuge selama 10

menit dengan kecepatan 3000 sampai 4000 RPM (Rotasi permenit). Serum

dimasukkan 300 sampai 500 µL (Mikro Liter) kedalam tempat sampel Cobas 6000,

hasil pemeriksaan darah akan keluar dimonitor selama 15 sampai 20 menit.

- Pemeriksaan intensitas sinar biru dengan menggunakan alat Radiometer merk Dale

40 tahun 2008. Pemeriksaan intensitas sinar dilakukan di awal fototerapi dan 24

jam fototerapi. Dengan cara tekan sakelar power ke “ON” dengan probe jauh dari

semua sumber cahaya (tidak terkena cahaya), pembacaan pada tampilan LCD

seharusnya 000. Semua pembacaan radiometer diambil dengan posisi detektor

pada level dada bayi (setinggi dada bayi pada saat posisi tidur). Jika hal tersebut

tidak memungkinkan, pembacaan boleh diambil pada inkubator dengan detektor

diletakkan dalam pancaran cahaya. Ini adalah metode alternatif, akan tetapi

seharusnya digunakan untuk mengambil nilai relatif dari pembacaan absolut. Titik

awal pembacaan/ pengukuran yang baik adalah 18 inci dari sumber cahaya. Semua

pengukuran diambil pada kondisi tes yang sama, hal ini untuk menjaga konsistensi

hasil pembacaan. Radiometer merk DALE 40 tahun 2008 membaca energi dalam

µW/cm2

- Fototerapi dihentikan bila kadar bilirubin sudah mencapai kadar normal sesuai

dengan kritea AAP (kadar bilirubin direk <10 mg/dl pada kurang bulan dan <12

mg/dl pada neonatus cukup bulan) atau apabila ditemukan gejala efek samping

dari fototerapi.

. Pengukuran intensitas sinar pada bayi dilakukan oleh petugas di Unit

perinatologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS.Pirngadi Medan, ( lihat Gambar

(35)

- Pengukuran suhu tubuh pada bayi dilakukan pada ketiak (axila) cara kerja: pakai

termometer yang bersih, upayakan bayi tetap hangat selama pengukuran, letakkan

bayi dalam posisi telentang, kocok termometer sampai angka di bawah 35°c,

letakkan ujung termometer pada apek axila (ketiak) dan rapatkan lengan ke badan

bayi atau silangkan lengan didepan dada minimal selama lima menit, cabut

termometer dan baca suhunya. Setelah selesai basuh termometer dengan larutan

pembersih klorin 0,5% sesudah digunakan. Pengukuran suhu pada bayi dilakukan

oleh petugas di Unit perinatologi RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS.Pirngadi

(36)

Gambar 3.1. Alur penelitian

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Posisi Fototerapi dengan dan tanpa

Berubah-ubah posisi Nominal dikotomi

Variabel tergantung Skala

Kadar Bilirubin Numerik

Fototerapi posisi berubah-ubah Fototerapi posisi telentang

Pemeriksaan Total serum bilirubin sebelum, dan setelah 24 jam fototerapi

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi

Pemeriksaan Total serum bilirubin Sebelum, dan setelah 24 jam fototerapi

Penurunan kadar bilirubin Penurunan kadar bilirubin

(37)

3.10. Definisi Operasional

3.10.1. Hiperbilirubinemia disebutkan apabila kadar bilirubin indirek > 10mg/dl pada

neonatus kurang bulan dan >12 mg/dl pada neonatus yang cukup bulan

3.10.2. Fototerapi tunggal adalah terapi sinar menggunakan satu alat fototerapi

3.10.3. Fototerapi intensif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar blue-gree

spectrum ( panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang

30uW/cm2

3.10.4. Dikatakan sembuh bila kadar bilirubin direk <10 mg/dl pada kurang bulan

dan <12 mg/dl pada neonatus cukup bulan

( diperiksa dengan menggunakan radiometer atau diperkirakan

dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar dan kulit bayi

yang terpajan dengan luas)

3.10.5. Rekomendasi menghentikan fototerapi adalah jika kadar bilirubin total serum

tidak menurun atau terus meningkat walaupun telah mendapat fototerapi

intensif, kemungkinan telah terjadi hemolisi s

3.10.6. Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia 28 hari

3.10.7. Kelainan kongenital adalah kelainan yang ada sejak sebelum kelahiran

dan biasanya terlihat setelah lahir.

3.10.8. Kelainan hemolitik adalah kelainan yang menyebabkan terjadinya pemisahan

hemoglobin dari sel darah merah sehingga keluar ke dalam plasma

3.10.9. Radiometer adalah alat untuk mengukur intensitas sinar fototerapi.

3.10.10. Late preterm adalah bayi lahir pada masa gestasi 34 - 0/7 minggu sampai 36

(38)

3.10.11. Full term adalah bayi yang lahir pada masa gestasi 37 sampai 42 minggu

berdasarkan hari pertama haid terakhir ibu.

3.10.12. Indikasi fototerapi adalah semua kadar bilirubin harus diinterprestasikan

sesuai dengan umur bayi dalam jam dan berat badan dalam gram seperti

yang direkomendasi AAP untuk hiperbilirubinemia.

3.10.13. Indikasi transfusi tukar adalah bila bayi menunjukkan gejala ensefalopati

akut ( hipertoni, arching, retrocollis, opistotonus, high pitch cry, demam) atau

bila kadar bilirubin total lebih dari 5 mg/dL sesuai panduan tranfusi tukar

menurut rekomendasi AAP.

3.10.14. Perubahan posisi adalah posisi yang dirubah-ubah pada bayi dengan

(39)

3.11. Pengolahan Analisa Data

3.11.1. Untuk melihat perbedaan penurunan kadar bilirubin sebelum fototerapi, 24 jam

fototerapi digunakan uji-t berpasangan untuk masing-masing kelompok posisi

telentang dengan posisi yang di rubah-ubah dari telentang menjadi telengkup.

3.11.2. Untuk melihat perbedaan penurunan kadar bilirubin pada kedua kelompok

antara kelompok posisi telentang dengan posisi yang berubah-ubah dari

telentang menjadi telungkup untuk masing-masing waktu pemeriksaan

digunakan uji t-independent.

3.11.3. Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan dengan

menggunakan program komputerisasi untuk melihat adanya perbedaan

penurunan kadar total serum bilirubin antara posisi berubah-ubah setiap 3 jam

dengan posisi telentang memakai uji t-dependen, dengan nilai P < 0.05 dengan

(40)

BAB 4 HASIL

Penelitian dilaksanakan di dua lokasi yaitu ruang rawat inap perinatologi RS. H. Adam

Malik dan RS. Pirngadi Medan. Jumlah pasien rawatan perinatologi 180 bayi RS. H.

Adam Malik dan 45 bayi RS. Pirngadi Medan. Terdapat 89 neonatus yang menderita

hiperbilirubinemia dan dieklusikan 9 neonatus (4 neonatus menderita hiperbilirubinemia

direk, 3 neonatus menderita kelainan kongenital dan 2 neonatus tidak mendapat izin

orang tua untuk dijadikan sebagai subyek penelitian). Dari kedua lokasi tersebut 53.3 %

yang dirawat ruang rawat inap perinatolgi RS.H. Adam Malik dan 29 % neonatus yang

dirawat ruang rawat inap perinatologi RS.Pirngadi Medan, selama 1 Juli 2012 sampai

31 Oktober 2012. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi 80

neonatus, sampel dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok posisi yang dirubah-ubah

setiap 3 jam dan kelompok posisi telentang, total jumlah sampel yang mengikuti

keseluruhan penelitian sebanyak 40 neonatus pada tiap masing-masing kelompok.

Sebanyak 4 neonatus drop out (2 neonatus yang pulang sebelum terapi selesai dan 2

(41)

Gambar 4.1. Profil penelitian

Neonatus Hiperbilirubinemia (n= 89)

Eksklusi (n=9)

- Hiperbilirubinemia direk (n=4)

- Kelainan congenital (n=3)

- Tidak ada izin (n=2)

Neonatus dengan Hiperbilirubinemi (n=80)

Mengikuti penelitian dan pemantauan penurunan total serum bilirubin sebelum fototerapi dan 24 jam fototerapi (n1=n2=38)

Fototerapi posisi telentang (n= 40) Fototerapi posisi

berubah-ubah (n= 40)

• Pulang sebelum terapi selesai (n=1)

(42)

Tabel 4.1. Karakteristik dasar

Karakteristik Posisi berubah-ubah

tiap 3 jam n = 38

Posisi telentang n = 38

Hari rawatan (hari), rerata (SD) Jenis kelamin, n(%):

- Laki-laki - Perempuan

Berat badan(gram), rerata (SD) Usia gestasi (minggu), n(%)

- 34 - 36

Hemoglobin (gr/dL), rerata (SD) Hematokrit (%), rerata (SD)

Leukosit (/mm3), rerata (SD)

Albumin (gr/dL), rerata (SD) CRP, n(%) : - Positf

posisi telentang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Penilaian meliputi hari rawatan, jenis

kelamin, berat badan lahir, usia gestasi, temperatur tubuh, diet, Hb, Ht, Lekosit,

(43)

Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan kadar bilirubin sebelum fototerapi

Bilirubin serum, rerata (SD): - bilirubin total (mg/dL) - bilirubin direk (mg/dL)

14.6 (3.24)

signifkan antara kelompok posisi berubah-ubah setiap 3 jam dengan posisi telentang.

Tabel 4.3. Kadar total serum bilirubin kelompok posisi berubah-ubah tiap 3 jam

sebelum dan setelah 24 jam fototerapi

Posisi berubah-ubah

berubah-ubah setiap 3 jam sebelum dan setelah 24 jam fototerapi menunjukkan

perbedaan yang signifikan. Intesitas sinar yang digunakan berbeda sejak awal dan

(44)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada kelompok posisi telentang, terdapat

perbedaan signfikan sebelum dan setelah fototerapi selama 24 jam.

Tabel 4.4. Kadar bilirubin kelompok posisi telentang sebelum dan setelah 24 jam

fototerapi

Posisi telentang Sebelum fototerapi

ubah setiap 3 jam dengan posisi telentang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 5. Penurunan kadar total serum bilirubin setelah 24 jam fototerapi

Penilaian Posisi

(45)

Pada tabel terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan penurunan

kadar total serum bilirubin antara kelompok posisi berubah-ubah setiap 3 jam

dibandingkan posisi telentang.

(46)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu permasalahan yang sering dijumpai.32,33 Pada

penelitian ini data karakteristik dasar sampel berupa hari rawatan, jenis kelamin, berat

badan lahir, usia gestasi, temperatur tubuh, diet, Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, Retikulosit,

CRP, dan Coomb test.

Rata-rata usia neonatus mulai dilakukan fototerapi pada usia 4 sampai 5 hari, hal

ini berkaitan dengan kadar puncak peningkatan bilirubin pada usia 3 sampai 5 hari.34

Rata-rata albumin bayi pada kedua kelompok posisi yang dirubah-ubah setiap 3

jam dengan posisi telentang 2.7 mg/dL. Albumin berfungsi sebagai pengangkut bilirubin

indirek menuju ke hati untuk dikonjugasikan.21,27 Bilirubin yang terikat dengan albumin

merupakan bentuk dianion dimana setiap 1 gr albumin dapat mengikat bilirubin

sebanyak 8.3 mg, neonatus yang memiliki kadar albumin 3.0 sampai 3.5 g/dL

seharusnya dapat mengikat bilirubin sebanyak 25 sampai 28 mg/dL (428 sampai 479

µmol/L).35,36,37 Suatu penelitian uji klinis di Iran menunjukkan bahwa pemberian infus

albumin 20% sebanyak 1 g/kg pada neonatus cukup bulan yang mengalami

hiperbilirubinemia dan kemudian dilakukan transfusi tukar ternyata dapat menurunkan

kadar bilirubin indirek secara signifikan dibandingkan kelompok yang hanya dilakukan

tranfusi tukar saja tanpa pemberian albumin.

Tujuan dari fototerapi adalah untuk menurunkan konsentrasi dari pada bilirubin

maupun untuk mencegah peningkatannya.

33

37

Fototerapi diindikasikan pada kadar

(47)

berdasarkan berat badan pada neonatus kurang bulan, yang sesuai dengan

rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP).29

Tindakan fototerapi dengan cara merubah-ubah posisi bayi dengan

hiperbilirubinemia setiap 3 jam diketahui dapat memaksimalkan daerah yang terpapar

sinar sehingga dapat mengurangi durasi fototerapi.6 Penelitian yang dilakukan di Israel

terhadap 30 neonatus cukup bulan dengan randomized study dimana 16 bayi tetap

pada posisi telentang sedangkan 14 bayi berubah-ubah posisi, hasil penelitian

memperlihatkan bahwa kadar total serum bilirubin menurun secara signifikan pada bayi

dengan posisi telentang.39

Penelitian di Iran dengan tujuan untuk melihat perbedaan penurunan kadar

serum bilirubin pada bayi yang mendapat fototerapi dengan posisi terlentang dibanding

bayi dengan posisi berubah-ubah yang dilakukan setiap 150 menit terhadap 50

neonatus cukup bulan dengan menggunakan metode randomized clinical trial dengan

rata-rata total serum bilirubin antara kelompok telentang dan kelompok telungkup. Hasil

ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna penurunan kadar total serum

bilirubin diantara kelompok posisi berubah-ubah dengan posisi telentang.30

Penelitian yang dilakukan di Okayaman (Jepang) terhadap 44 neonatus cukup

bulan dengan hiperbilirubinemia. Bayi yang dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok

yang terdiri dari 22 bayi hiperbilirubin diberi fototerapi dengan posisi tetap telentang.

Satu kelompok lagi yang terdiri dari 22 bayi hiperbilirubinemia diberi fototerapi dengan

(48)

penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan penurunan kadar total serum

bilirubin pada kelompok posisi yang dirubah- ubah dengan kelompok posisi telentang.40

Pada penelitian ini dijumpai adanya penurunan kadar total serum bilirubin

sebelum dan setelah 24 jam fototerapi pada kelompok posisi yang dirubah-ubah setiap

3 jam dengan kelompok posisi telentang, hal ini menunjukkan tidak signifikan (

p=0.751).

Efektifitas fototerapi tergantung pada intensitas sinar yang dihasilkan sumber

cahaya.42 Dengan menggunakan sinar biru jarak yang terbaik untuk menurunkan kadar

bilirubin adalah jarak 10 cm dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 58%

dibandingkan dengan jarak 30 cm dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 45% dan

50 cm dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 13%.12,17 Rekomendasi AAP

menganjurkan fototerapi dengan jarak 10 cm kecuali dengan menggunakan sumber

sinar halogen.37 Pada penelitian ini jarak antara sumber sinar ke bayi adalah 20 cm.

Fototerapi standar harus memberikan intensitas sinar 8 sampai 10 µW/cm2/nm.

American Academy of pediatrics (AAP) mendefinisikan fototerapi intensif sebagai

fototerapi yang menghasilkan intensitas sinar sedikitnya 30 sampai 40 µW/cm2/nm dan

panjang gelombang mencakup seluruh permukaan tubuh neonatus.29 Pada penelitian

ini intensitas sinar pada kelompok posisi yang dirubah-ubah setiap 3 jam intensitas awal

8.5 µW/cm2/nm dan setelah 24 jam fototerapi intensitas sinar 8.4 µW/cm2/nm. Begitu

juga pada kelompok posisi telentang, perubahan intensitas sinar tersebut masih dalam

(49)

Pada penelitian ini pemantauan suhu tubuh dan pemberian cairan dilakukan

secara ketat. Pemberian ASI ad libitum setiap 3 jam pada bayi yang mendapat ASI. Bila

neonatus menerima cairan secara intravena volume cairan ditingkatkan sebanyak 10%

dari volume total perhari. Suhu tubuh setiap bayi diukur untuk setiap jam.42 Bila suhu

tubuh neonatus lebih dari 37.5°C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara

neonatus dipindahkan dari unit fototerapi sampai suhu tubuh antara 36.5°C sampai

37.5°C.

Selama penelitian efek samping berupa hipertermi ditemukan pada kedua

kelompok yaitu kelompok posisi yang dirubah-ubah sebanyak 6 bayi, pada kelompok

posisi telentang sebanyak 4 bayi dengan suhu berkisar antara 37.7ºC sampai 37.9ºC

kedua kelompok bayi yang hipertermi dipindahkan sementara dari unit fototerapi

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Terjadi penurunan kadar TSB signifikan pada masing-masing kelompok posisi telentang

dengan posisi berubah-ubah setiap 3 jam setelah 24 jam fototerapi. Tetapi tidak

terdapat perbedaan yang bermakna dalam penurunan kadar TSB antara kelompok

posisi berubah-ubah setiap 3 jam dengan posisi telentang.

6.2. Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan melakukan randomized controlled trial

dengan sampel yang lebih besar, berat badan dan kadar total serum bilirubin awal

(51)

RINGKASAN

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu permasalahan yang dijumpai pada neonatus

pada minggu pertama kehidupan. Sekitar 25% sampai 50% terjadi hiperbilirubinemia

pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi prematur. Fototerapi sanggat efektif dan aman

pada pengobatan pada bayi dengan hiperbilirubinemia. Perubahan posisi selama

fototerapi diyakini sanggat efektif dalam menurunkan kadar bilirubin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan total serum

bilirubin (TSB) setelah fototerapi konvensional antara posisi berubah-ubah setiap 3 jam

dengan posisi telentang pada bayi yang menderita hiperbilirubinemia.

Sebuah randomized controlled trial ini dilakukan di unit Perinatologi RS.H. Adam

Malik Medan dan RS. Dr. Pirngadi Medan yang dilakukan pada bulan Juli sampai

Oktober 2012. Terhadap 76 neonatus yang menderita hiperbilirubinemia indirek yang

sesuai dengan kriteria inklusi, sampel penelitian ditentukan secara randomisasi

sederhana dengan menggunakan amplop tertutup. Neonatus dimasukkan ke dalam

salah satu kelompok dari dua kelompok perlakuan yaitu kelompok fototerapi dengan

kelompok posisi yang dirubah-ubah (n=38) dengan kelompok posisi telentang (n=38).

Dilakukan pemeriksaan kadar total bilirubin sebelum dan setelah 24 jam fototerapi.

Adapun pengukuran kadar serum bilirubin dilakukan sebanyak 2 kali, sebelum

mendapat fototerapi darah diambil dari vena femoralis dengan spuit 5 ml sebanyak 4

ml, dan setelah 24 jam fototerapi sampel darah diambil dengan spuit 2.5 ml sebanyak

(52)

tahun 2007. Selama periode penelitian juga dilakukan pemeriksaan intensitas sinar

dengan menggunakan radiometer merk Dale 40 tahun 2008.

Pada akhir penelitian dapat disimpulkan pemberian fototerapi pada bayi

dengan hiperbilirubinemia dengan merubah-ubah posisi setiap 3 jam maupun telentang

(53)

SUMMARY

Hyperbilirubinemia is one of the problems encountered in the neonate in the first week

of life. Approximately 25% until 50% of term infants and 80% of preterm infants suffer

from hyperbilirubinemia. Phototherapy is safe and effective in neonatal

hyperbilirubinemia. Changes of position are believed to increase the efficacy of

phototherapy.

This aim of this study was to compare the decrease of total serum bilirubin

(TSB) concentration during conventional phototherapy in infants in supine position

exclusively versus infants in alternate supine and prone position every three hour. An

open randomized clinical trial was conducted in Perinatology units H. Adam Malik

hospital and Dr. Pirngadi hospital Medan from July until October 2012. Seventy six

neonates with indirect hyperbilirubinemia were recruited. Samples were randomized

using sealed and uniform envelopes into two groups; the supine group (n=38) and the

alternate group (n=38). Total bilirubin levels were measured before starting and 24

hours after the phototherapy was stopped.

Four cc of blood were taken with 5 cc syringe from femoral veins before

phototherapy, and 2.5 cc 24 hours after phototherapy. Blood samples were analyzed

using a Cobas 6000. During the study period, the intensity of light was examined using

the Radiometer Dale 40.

At the end of the study we concluded that phototherapy in infants with

(54)

hourly alternate supine and prone position. There was no significant difference between

(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. h.147-69

2. Stoll BJ, Kliegman RM. Jaundice and hyperbilirubinemia in the newborn. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2006. h.754-66

3. Lissauer T, Fanarrof A. Ikterus. At a glance neonatology. Erlangga medical series, terjemahan Neonatology at a glance, 2006. h.96-9

4. Bhutani VK, Gourley GR, Adler S, Kremer B, Dalin C, Johnson LH. Noninvasive measurement of total serum bilirubin in a multiracial predischarge newborn population to assess the risk of severe hiperbilirubinemia. J Pediatr. 2000; 106:e17

5. Martin CR, Cloherty JP. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-5. Philadelphia:Lippicott Williams & Wilkins, 2004. h.185-220

6. Donnebord ML, Knudsen KB, Ebbesen F. Effect of infant’s position on serum bilirubin level during conventional phototherapy. J Acta pediatr. 2010; 99:1131- 4

7. Gomella TL. Hyperbilirubinemia, indirect. Dalam: Gomella TL,

penyunting.Neonatology: management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. Edisi ke-6. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2009. h.293-301

8. Pishva N, Madani A. Effects of the different light-souce distances from the skin surface in conventional phototherapy. Iran J Med Sci. 2004; 29(4):189-98

9. Madan A, MacMahon JR, Stevenson DK. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Taeusch HW, Ballard RA, Gleason CA, Penyunting. Avery’s diseases of the newborn. Edisi ke-8. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2005. h.1226 -53

10. Dani C, Martelli E, Francesca M, Bertini G, Panin G, Rubaltelli F. Fiberoptic and conventional phototherapy effects on the skin of premature infants. J Pediatr. 2001; 138:438-40

11. tokowski LA. Fundamentals of phototherapy for neonatal jaundice. J Adv in neotal care. 2006; 6:303-12

12. Maisels MJ, M cDonagh AF. Phototherapy for neonatal jaundice. N Engl J Med. 2008; 358- 8

13. Ives NK. Neonatal jaundice. Dalam: Rennie JSM, penyunting. Roberton’s textbook of neonatology. Edisi ke-4. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone, 2005. h.661-78

14. Hani AD, Riwidikdo H. Bio optic. Dalam: Hani HR, Riwidikdo H, Penyunting. Fisika kesehatan. Edisi refisi. Jakarta: Hipokrates; 2002. h.171-79

Wong RJ, Stevenson DK, Roger RK, Sidney RD, Martin FM, dkk. Light-emiting diodes: a novel light source for phototherapy. 1998; 44:804-9

(56)

17. Vreman HJ, Wong RJ, Stevenson DK. Phototherapy: current methods and future directions. Semin perinatol. 2004; 28:326-33

18. Provisional committee for quality improvement and subcommittee on hyperbilirubinemia. Practice parameter management of hyperbilirubinemia in the healthy term newborn. J Pediatr. 1994; 94:558-65

19. Djokomulyano S, Quah BS, Surini Y, Noraida R, Ismail NZN, Hansen TWR, dkk. Efficacy of phototherapy for neonatal jaundice is increased by the use of low-cost white reflecting curtains. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2006; 91:439-22 20. Maisels MJ, Watchko F. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Fanaroff AA,

Fanarof JM. Penyunting. Klaus & Fanaroff’s care of the high-risk neonate. Edisi ke-6. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2012. h.310- 45

21. Pritchard MA, Beller EM, Norton B. Skin exposure during conventional phototherapy in preterm infants: A randomized controlled trial. J pediatr child health. 2004; 40;270-74

22. Maisels MJ. Why use homeopathic doses of phototherapy?. J pediatr. 1996; 98:283- 7

23. Maisel MJ. Phototherapy-traditional and nontraditional. J perintol. 2001; 21:93-7 24. Vandborg PK, Hansen M, G Greisen, Ebbesen F. Dose-response relationship of

phototherapy for hyperbilirubinemia. J Pediatr. 2012; 130:352-7

25. Sarici SU, Alpay F, Unay B, Ozcan O, Gokcay E. Double versus single phototherapy in term newborn with significant hyperbilirubinemia. J Tro Pediatr. 2000; 46:36-9

26. Vreman, Hendrik J, Ronald JW, Stevenson, Roger KR, Sidney DR,dkk. Light emitting diodes: A novel light source for phototherapy.Wolters Kluwer Pediatrics Research. 1998; 44:804-9

27. Subcommittee on Hyperbilirubinemia, American Academy Of Pediatrics. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics. 2004; 114:297-316

28. Hart G, Cameron R. The importance of irradiance and area in neonatal phototherapy. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2005; 90:437- 40

29. Bhutani VK And Committee on fetus and newborn. Phototherapy to prevent severe neonatal hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatr. 2011; 128:1046-52

30. Muhammad A, Bostani Z, Jafarnejad F, Mazloom R. Supine versus turning position on bilirubin level during phototherapy in health term jaundice neonates. Saudi Med J. 2004; 25:2051-2

31. Madiyono S, Moeslichan S. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, Penyunting. Buku dasar-dasar metologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto, 2008. h.302-30

32. Al-Alaiyan S. Fiberoptic, conventional and combination phototherapy for treatment of nonhemolytic hyperbilirubinemia in neonates. Ann Saudi Med. 1996; 16(6): 633-636

(57)

34. Lauer BJ, Spector ND. Hyperbilirubinemia in the newborn. J pediatr. 2011; 32-341

35. Shahian M, Moslehi MA. Effect of albumin administration prior to exchange transfusion in term neonates with hyperbilirubinemia-a randomized controlled trial. J Indian pediatr. 2010; 47:241-44

36. Ahlfors CE, Parker AE. Bilirubin binding contributes to the increase in total bilirubin concentration in newborns with jaundice. J pediatr. 2010; 126:639-43 37. Ip Stanley, Chung M, Kulig J, O’brien R, Sege R, Glicken S. An evidence- based

review of important issues concerning neonatal hyperbilirubinemia. J pediatr. 2004; 114-30

38. Seidman DS, Moise J. Ergaz Z, Laor A, Vreman HJ, Stevenson DK. A new blue light-emitting phototherapy device: A prospective randomized controlled study. J Pediatr. 2000; 136:771-4

39. Shinwell ES, Sciaky Y, Karplus M. Effect of position changing on bilirubin levels during phototherapy. J Perinatol. 2002; 22:226-9

40. Yamauchi Y, Kasa N, Y manouch I. is it necessary to change the babie’s position during phototherapy?. Early Human Dev. 1989; 20:221-7

41. Bhutani VK, Stark AR, Lazzeroni LC, Poland R, Gourley GR, Kazmierczak S, dkk. Predischarge screening for severe neonatal hyperbilirubinemia identifies infants who need phototherapy. J Pediatr. 2013; 162:477-82

(58)

LAMPIRAN

1. Personal Penelitian 1. Ketua Penelitian

a. Nama : dr.Ira silvia

b. NIP : 197810192005042001

c. Pangkat/ Golongan : Penata Tk I / IIId d. Bidang keahlian : Divisi Perinatologi

e. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / PPDS – IKA f. Perguruan Tinggi : USU

2. Anggota Penelitian

1. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta .SpA(K) 2. dr. Hj. Lily Irsa, SpA(K)

3. dr. Emil Azlin, SpA(K) 3. dr. Pertin Sianturi, SpA(K) 4. dr. Bugis Mardina Lubis, SpA(K)

(59)

3. Lampiran Perkiraan Biaya

1. Bahan / Perlengkapan : Rp. 40.000.000

2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 2.000.000

3. Penyusunan Laporan : Rp. 3.000.000

4. Seminar hasil penelitian : Rp. 5.000.000

Jumlah : Rp. 50.000.000

4. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian : Juli 2012 – November 2012

1. Persiapan : 2 minggu 2. Pelaksanaan : 10 minggu 3. Penyusunan Laporan : 2 minggu

Waktu / Kegiatan Juli 2012 Juli s/d Oktober 2012

November 2012

(60)

5. Lembaran Penjelasan Kepada Orang Tua Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Selamat bapak dan ibu

Perkenankan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya dr. Ira silvia, saat ini sedang menjalani program pendidikan sebagai dokter spesialis anak dan kali ini saya sedang melakukan penelitian pengaruh posisi bayi terhadap kadar bilirubin pada fototerapi konvensional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar serum bilirubin setelah fototerapi konvensional antara posisi telentang dengan posisi dirubah-ubah setiap tiga jam pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Manfaat penelitian ini adalah antara lain dapat membantu menurunkan kadar serum bilirubin pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia pada bayi yang dilakukan perubahan posisi yang dirubah-ubah dari telentang menjadi telungkup selama fototerapi.

Sedikit keterangan mengenai hiperbilirubinemia dan fototerapi Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari persentil 90 dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi, angka kejadian pada bayi baru lahir cukup tinggi terutama pada bayi prematur dan

Saat ini Departemen Kesehatan RI merekomendasikan pelaksanaan fototerapi Intensif pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia indirek karena akan lebih cepat turun kadar serum bilirubin indireknya. Oleh karena itu kami akan melakukan perubahan posisi selama

sering terjadi pada minggu pertama kehidupan.

(61)

fototerapi setiap tiga jam dan kemudian akan mengambil sampel darah anak Bapak/Ibu sebanyak 4mL pada saat sebelum fototerapi dan 1.5 mL pada 24 jam setelah fototerapi. Jika Bapak/Ibu bersedia maka kami mengharapkan Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan. CaraKerja penelitian ini adalah

Neonatus yang ikterik akan dilakukan pemeriksaan darah, yang di ambil dari vena femoralis untuk pemeriksaan darah rutin, bilirubin total, bilirubin indirek, bilirubin direk, Coombs tes dan jumlah retikulosit.

Membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok A adalah neonatus yang mendapat fototerapi dengan posisi dirubah-ubah setiap 3 jam dari posisi telentang menjadi telungkup dan sebaliknya. Kelompok B adalah neonatus yang mendapat fototerapi dalam posisi telentang, dimana unit fototerapi yang digunakan sama. Semua bayi menerima fototerapi selama 24 jam. kecuali saat makan dan perawatan dalam 30 menit terakhir setiap tiga jam. Bayi dalam keadaan telanjang kecuali popok dan pelindung mata dan ditempatkan di tempat tidur bayi, posisi lampu berada di atas dan jarak antara alat fototerapi ke tempat tidur bayi 20 cm. Pada kedua kelompok diberi penambahan cairan sebanyak 10% dari total kebutuhan cairannya baik secara oral dan intravena.

Pemeriksaan intensitas sinar biru dengan menggunakan alat Radiometer merk Dale 40 tahun 2008. Pengukuran suhu tubuh pada bayi diukur dilakukan pada ketiak (axila).

(62)

Segala informasi yang diperoleh selama penelitian ini di jamin kerahasiaannya dan seluruh biaya didalam penelitian tidak akan dibebankan kepada Bapak/Ibu. Hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk pemantauan dan tatalaksana penderita.

Demikian informasi ini kami sampaikan. Atas bantuan dan partisipasinya kami ucapkan terimakasih

Wassalam

(63)

6. Persetujuan Setelah Penjelasan ( PSP ) Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :... Umur : ...tahun (L/P) Alamat : ………...

Selaku orang tua dari,

Nama : ...Umur: ...tahun ( L/P) Alamat : ...

Pekerjaan :……….. Telp. : ………... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

Untuk mengikuti penelitian. Segala sesuatu mengenai tujuan, sifat, dan perlunya penelitian tersebut diatas serta risiko yang mungkin terjadi saat perubahan posisi pada fototerapi dilakukan, telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.Atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

(64)

7. Kuesioner Hari pertama haid terakhir (HPHT) : ...-...-.2011

(65)

Cephalhematoma : + / -

Perdarahan : + / - Lokasi : ...

Ikterus : + / - Daerah : ...muncul pada usia: Tipe susu : 1. ASI 2. PASI

Jumlah susu diminum perhari:

Cairan infus : 1. Dextrose 5 %

PERUBAHAN POSISI SETIAP 3

JAM

5 BILIRUBIN TOTAL

6 BILIRUBIN DIREK

7 BILIRUBIN INDIREK

8 COOMBS TEST

(66)
(67)

9. Table Tingkat Kematangan

(68)
(69)

10. Lembar Pemantauan Efek Samping

Nama : Kelompok : Tanggal :

Jam Temperatur Kesadaran Diare Turgor kulit I

(70)

XVII XVIII XIX XX XXI XXII XXIII XXIV

11. Pemeriksaan Intensitas Sinar

NO PEMERIKSAAN

FOTOTERAPI DENGAN

PERUBAHAN POSISI SETIAP 3

JAM

FOTOTERAPI POSISI

TELENTANG

SEBELUM 12 JAM 24 JAM SEBELUM 12 JAM 24 JAM

(71)
(72)

Gambar 1. Radiometer yang digunakan dalam penelitian

(73)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ira Silvia

Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh, 19 Oktober 1978

Alamat : Komplek Zahara II, No C8 Medan

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SDN 1 Garot, tamat tahun 1991

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : SLTPN 2 Aceh, tamat tahun 1994

Sekolah Menengah Umum : SMUN 3 B. Aceh, tamat tahun 1997

Dokter Umum :Fakultas Kedokteran UISU Medan, tamat tahun 2003

PENGALAMAN KERJA

1. Tahun 2004 sampai tahun 2005 PTT tsunami di Puskesmas Pidie, Kec Pidie, Kab. Pidie, Provinsi NAD.

2. Tahun 2005 sampai tahun 2009 Dokter PNS Puskesmas Teunom, Kec Teunom, Kab. Aceh Jaya, Povinsi NAD.

PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN

1. Seminar dan Lunch Symposium “Tatalaksana terkini di bidang Perinatologi, Respirologi & Alergi Imunologi di Medan, tahun 2010, sebagai peserta

(74)

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1. Mekanisme kerja fototerapi.12
Tabel 2.1. Rekomendasi “American Academy of Pediatrics” (AAP) untuk penanganan
Gambar 2.6. Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Rerata kadar bilirubin awal pada ke dua grup yang menggunakan fototerapi ganda dan tunggal saat dimulai fototerapi adalah 17 mg/ dL, tidak ada perbedaan yang signikan

Light-emitting diodes versus compact fluorescent tubes for phototherapy in neonatal jaundice: a multiple-center randomized

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang hubungan tingkat lamanya pemberian fototerapi dengan penurunan kadar bilirubin dalam darah pada bayi BBLR dengan

terjadinya penurunan kadar bilirubin indirect, baik yang dilakukan dengan fototerapi 24 jam maupun fototerapi 36 jam, lalu uji ini dilanjutkan dengan uji t-test

Ditinjau dari data jenis kelamin dengan kadar bilirubin pada pasien Ikterus Neonatorum sebelum fototerapi didapatkan hasil kadar bilirubin paling banyak pada kisaran

Penelitian tersebut bertujuan melihat perbedaan pengaruh perubahan posisi tidur terlentang dan bolak-balik (terlentang dan tengkurap) pada bayi hiperbilirubinemia terhadap kadar

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hasil yang siginifikan dari pengaruh baby field massage sebagai pelengkap pada terapi pada kadar bilirubin serum bayi dengan dengan

Siti Istiqomah, Budi Santosa/ Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 11 1 2023 76 Gambar 2 Grafik kadar bilirubin total pada bayi Berdasarkan gambar 1 diketahui bahwa rata-rata kadar