• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun pelajaran 2013/2014"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN DONGENG PADA SISWA KELAS V

SD PUTRA JAYA DEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

EVA SEPTI MAULIDDYANA NIM 1110018300029

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBIN

G

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Pada Siswa Kelas V SD Putra Jaya Depok. Disusun oleh Eva Septi Mauliddyana NIM 1110018300029, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada

tanggal 12 Desember 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI).

Jakarta, 12 Desember 2014

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Pantia (Ketua Jurusan) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Fauzan, MA.

NIP. 19761107 200701 1 013 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Asep Ediana Latip, M.Pd. NIP. 19810623 200912 1 003

Penguji I

Dindin Ridwanudin, M.Pd. NIP. 19771121 201101 1 001

Penguji II

Nafia Wafiqni, M.Pd. NIP. 19811003 200912 2 004

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(3)

PENGARUH PENERAPAN

STRATEGI

DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA)

TERHADAP

KBTERAMPILAI{ MEMBACA

PEMAHAMAN

DONGBNG

PADA SISWA

KELAS

V

SD

PUTRA JAYA DBPOK TAHUN PELAJARAN

2OI3I2OI4

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Eva Septi Mauliddyana

NrM 1110018300029

Di bffihb bimbingan

./\

Rosida Efowati, M. Hum. NrP 19771030 200801 2009

JURUSAN

PENDIDIKAI{

GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNTVERSITAS

ISLAM NEGBRI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Fempimbing

(4)

Pada Siswa

Kelas

V".

Disusun

oleh

Eva

Septi

Mauliddyana, NIM 1110018300029, Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,

Fakultas

Ilmu

Tarbiyah

dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pihak fakultas.

Jakarta, 22 November 2014

Yang mengesahkan,

,.P6irbi"rbirg

(5)

Nama NiM

Jurusan

Angkatan Tahun

Alamat

Nama NIP

Dosen Jurusan

Demikian surat menerima segala sendiri.

Eva Septi Mauliddyana

1 1 10018300029

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2010

Jalan Pertengahan Rt. 001/ Rw.003 No. 47 A, Kel. Cijantung, Kec. Pasar Rebo, Iakarta Timur

Menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa

skripsi yang

berjudul

"Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Siswa Kelas V" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

: Rosida Erowati, M. Hum.

:19171030 200801 2009

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap konsekuensi apa bila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

Jakarta, 22 November 2014

Eva Septi Mauliddyana

(6)

"Pengaruh

Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Siswa Kelas

V".

Disusun

oleh Eva

Septi Mauliddyana,

NIM

11100i8300029, Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 22 November 2014.

Jakarta, 22 November 2014

Pembimffig

I

/1

1. /1, ,'t l".. l -4 ,v\ \ --/.

\.,iJ \ ) , !, --J

i

/'

J

(7)

i

taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Siswa Kelas V SD Putra Jaya

Depok Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan ke haribaan Sang

Penuntun Nabi Muhammad s.a.w., para keluarga, sahabat serta para pengikutnya

yang telah membawa petunjuk kebenaran kepada umat manusia, yang kita harapkan

di dunia dan di akhirat kelak.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana

pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Meskipun melalui banyak hambatan yang penulis alami dalam penyusunan

skripsi ini, namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan

skripsi ini baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik. Adapun ucapan terima kasih disampaikan Penulis kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa‟i, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan

2. Dr. Fauzan, MA. selaku Ketua Jurusan PGMI

3. Rosida Erowati, M.Hum selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh

pengertian membantu, membimbing, dan memberikan pemahaman mengenai

materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak

membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses

(8)

ii

6. Orang tua penulis tercinta, Bapak Efriyanto dan Mama Sri Hartati, yang tak

henti-hentinya memberikan do‟a, dukungan moril serta materil kepada penulis

dalam setiap waktunya. Kedua adikku, Rachmat Zulkifni dan Muhammad Rafi

Kurniawan, yang telah banyak memberikan bantuan tenaga dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh keluargaku, khususnya Nenek Hj. Asmainar dan Mbah Atjih Karmanah,

yang selalu mendo‟akan dan memberikan nasihat kepada penulis.

8. Teman terbaik penulis, Umar Mukhtar, yang selalu mendo‟akan dan

memberikan dukungan terhadap penulis. Tak lupa pula sahabat-sahabatku

Gadies Farhana, Anggita Choirunnisa, Alen Sudiary, Dwi Akmalia, Rahmi

Mulyati dan Shifa Fauziah yang telah memberikan motivasi dan do‟a nya serta

masukannya kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

9. Kawan-kawan bimbingan penulis, Dini Annisa, Khumairoh, dan Mega Fahrizah

yang menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis selama proses penyusunan

skripsi ini.

10.Untuk semua rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

2010.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari

segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada kami khususnya dan para pembaca pada

umumnya. Amin.

Jakarta, November 2013

(9)

iii

STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DONGENG PADA SISWA KELAS V SD PUTRA JAYA DEPOK. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi Directed Reading

Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Putra Jaya, Depok pada kelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 31 siswa kelas eksperimen dan 31 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian ini berupa tes non-objektif (uraian). Teknik analisis data menggunakan bantuan program SPSS 20. for Windows.

Berdasarkan hasil posttest diperoleh rata-rata keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa dengan menerapkan strategi Directed Reading

Thinking Activity (kelas eksperimen) lebih tinggi dibandingkan rata-rata keterampilan

membaca pemahaman dongeng pada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Rata-rata nilai pretest yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 61,20. Rata-rata nilai pretest kelas kontrol yaitu 59,67. Setelah dilakukan tindakan pada kedua kelas, maka diperoleh rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu sebesar 73,95 dan kelas kontrol sebesar 69,27. Jumlah peningkatan kelas ekperimen berdasarkan nilai pretest dan posttest sebesar 12,75% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 7,60%. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample

T-Test diperoleh thitung sebesar 0,003 pada taraf signifikansi < 0,05. Dengan demikian,

H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,003 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng siswa.

(10)

iv

DIRECTED READING THINKING ACTIVITY’S (DRTA) STRATEGY

TOWARDS READING COMPREHENSION FAIRY TALE’S SKILL ON FIFTH

GRADE STUDENT OF SD PUTRA JAYA DEPOK. A Thesis: Education of Elementary School‟s Teacher Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

This research is intended to know the influence of Directed Reading Thinking

Activity (DRTA) towards reading comprehension fairy tale‟s skill. This research was

conducted in SD Putra Jaya, Depok to fifth grade student on first semester, in period 2013/2014. The method that used in this research the quasi experiment with

nonequivalent control group research design. This study to do a sample of 31

students experiment class and 31 students of control class. The research instrument in this research in non-objective test (description) and technique of Data analysis using SPSS 20 for Windows.

Based on the posttest result shows that the average of reading comprehension

fairy tale‟s skill on students by applying Directed Reading Thinking Activity’s

strategy in experimental class is higher than the average of reading comprehension

fairy tale‟s skill on students that are taught by conventional teaching in control class.

The average pretest value in experimental class is, 61.20 and the average pretest

value in control class is, 59.67. After doing a research on both classes, the research obtains 73.95 of average posttest value in experimental class and 69.27 for the control class. The amount of increase in the experimental class based on the pretest and posttest is, 12.75% whereas the control class is, 7.60%. Hypothesis testing using

Paired Sample T-Test technique obtain 0.003 of thitungat a significance level ρ <0.05.

Thus, H1 is accepted and H0 is rejected because 0.003 <0.05, so it can be concluded

that there is an influence of Directed Reading Thinking Activity‟s strategy (DRTA) towards reading comprehension fairy tale‟s skill.

(11)

v

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik 1. Hakikat Keterampilan Membaca... 7

2. Keterampilan Membaca Pemahaman ... 15

3. Dongeng ... 21

4. Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman ... 24

5. Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) ... 29

B. Hasil Penelitian Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

B. Metode dan Desain Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

(12)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian ... 49

C. Deskripsi Data ... 50

D. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 63

E. Pengujian Hipotesis ... 66

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 73

B. Saran ... 73

(13)

vii

Tabel 3.2 : Data Siswa ... 39

Tabel 3.3 : Penilaian Kinerja Membaca Pemahaman ... 41

Tabel 4.1 : Persebaran Siswa SD Putra Jaya Depok ... 46

Tabel 4.2 : Daftar Guru SD Putra Jaya Depok ... 47

Tabel 4.3 : Keadaan Sarana dan Prasarana SD Putra Jaya Depok ... 48

Tabel 4.4 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 51

Tabel 4.5 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol... 52

Tabel 4.6 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 54

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 55

Tabel 4.8 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 56

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 57

Tabel 4.10 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 59

Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 60

Tabel 4.12 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 61

Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 4.14 : Hasil Uji Normalitas Pretest ... 63

Tabel 4.15 : Hasil Uji Normalitas Posttest ... 64

(14)
[image:14.595.105.526.164.559.2]
(15)

ix

Kontrol ... 53

Gambar 4.2 : Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 55

Gambar 4.3 : Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 57

Gambar 4.4 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 61

Gambar 4.5 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 62

[image:15.595.103.526.152.553.2]
(16)

x Pertama

Lampiran 3 : Gambar Cerita Dongeng Pertemuan Pertama

Lampiran 4 : Teks Cerita Dongeng Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama Lampiran 5 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama

Lampiran 6 : Evaluasi Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama Lampiran 7 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua

Lampiran 8 : Pertanyaan dalam Menggunakan Strategi DRTA Pertemuan Kedua

Lampiran 9 : Gambar Cerita Dongeng Pertemuan Kedua

Lampiran 10 : Teks Cerita Dongeng Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua Lampiran 11 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua

Lampiran 12 : Evaluasi Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua Lampiran 13 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Pertama

Lampiran 14 : Teks Cerita Dongeng Kelas Kontrol Pertemuan Pertama Lampiran 15 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Pertama

Lampiran 16 : Evaluasi Kelas Kontrol Pertemuan Pertama Lampiran 17 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Kedua

Lampiran 18 : Teks Cerita Dongeng Kelas Kontrol Pertemuan Kedua Lampiran 19 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Kedua

Lampiran 20 : Evaluasi Kelas Kontrol Pertemuan Kedua

(17)

xi

Lampiran 25 : Soal Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 26 : Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen

Lampiran 27 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 28 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

Lampiran 29 : Daftar Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Lampiran 30 : Gambar Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 31 : Uji Referensi

Lampiran 32 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 33 : Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 34 : Surat Permohonan Izin Penelitian

(18)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting di

dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Seseorang dikatakan

mampu berbahasa Indonesia apabila mampu menggunakan bahasa tersebut

dengan baik. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia

yang dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan pembelajaran di

sekolah. Bahasa Indonesia bahkan dijadikan salah satu mata pelajaran wajib

dan tolok ukur kelulusan siswa di lembaga pendidikan (sekolah). Oleh karena

itu, keterampilan berbahasa sangat diperlukan oleh semua orang, serta perlu

dikembangkan sejak dini.

Mata pelajaran bahasa Indonesia memuat empat komponen keterampilan

berbahasa. Komponen keterampilan berbahasa tersebut yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.1 Keterampilan berbahasa yang pertama kali

dikuasai manusia adalah menyimak dan berbicara kemudian membaca dan

menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki

jenjang sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari saat memasuki

jenjang pendidikan. Dengan demikian keempat keterampilan tersebut memiliki

hubungan yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam

proses pembelajaran, keempat keterampilan berbahasa tersebut harus

dilaksanakan secara seimbang dan terpadu.

Dari keempat keterampilan berbahasa itu, kiranya keterampilan membaca

memerlukan perhatian khusus di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.

Membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap

siswa, yang harus dikuasai agar mereka dapat mengikuti seluruh proses

pembelajaran. Keterampilan membaca sangat penting dimiliki setiap siswa

karena banyak kegiatan pembelajaran yang menuntut keterampilan membaca

1

(19)

siswa. Membaca mempunyai manfaat yang penting, karena dengan membaca

dapat memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang. Membaca perlu

diterapkan saat anak masih sedini mungkin, ketika anak memasuki lembaga

pendidikan formal. Dengan membaca siswa diharapkan akan memperoleh

berbagai informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.

Kenyataannya yang dapat dilihat hingga saat ini adalah masih rendahnya

keterampilan membaca siswa, karena masih banyak siswa yang malas untuk

membaca atau rendahnya minat baca siswa. Memasuki era globalisasi, bangsa

Indonesia mengalami perubahan yang berdampak pada bidang teknologi,

komunikasi, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Perubahan tersebut

membawa pengaruh positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia, khususnya

bagi para pelajar Indonesia. Salah satu contohnya adalah internet, para siswa

dapat menemukan informasi terkini secara cepat dengan mengakses situs-situs

edukatif di internet. Akan tetapi, yang sering terjadi pada kehidupan

sehari-hari adalah siswa lebih suka menggunakan internet untuk bermain game atau

untuk mengakses jejaring sosial. Siswa seharusnya lebih banyak dihadapkan

dengan berbagai ragam bacaan yang bertujuan untuk meningkatkan dan

menumbuhkan minat baca siwa. Guru harus memberi materi bacaan yang

menarik sehingga siswa dapat termotivasi dan semangat siswa untuk membaca

dengan sungguh-sungguh.

Selain itu, faktor penyebab rendahnya minat baca dan keterampilan

membaca siswa adalah terletak pada model, metode, strategi, atau teknik yang

digunakan dalam proses pembelajaran. Pada umumnya model pembelajaran

yang digunakan oleh guru di kelas adalah pembelajaran konvensional yang

diaplikasikan dalam bentuk metode ceramah. Teknisnya yaitu, guru berada di

depan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa mendengarkan,

menyimak, dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Terkadang

kegiatannya diselingi dengan pertanyaan, diskusi, dan diselingi dengan

kegiatan latihan. Pada pembelajaran seperti ini suasana kelas cenderung

teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Sehingga merasa cepat bosan

(20)

siswa yang merasa bosan dalam proses pembelajaran sering kali tidak

memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi dalam proses

pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa sulit untuk memahami suatu

bacaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga dapat berdampak

kepada keterampilan berbahasa siswa. Hal ini tidak berarti bahwa metode

ceramah tidak baik, akan tetapi pada suatu saat siswa akan merasa bosan

apabila hanya duduk, diam, dan mendengarkan. Padahal banyak sekali

model-model pembelajaran menarik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

bahasa Indonesia. Model-model pembelajaran yang menarik dapat

meningkatkan minat siswa untuk belajar. Sehingga keterampilan berbahasa

juga dapat dikuasai siswa dengan baik, khususnya keterampilan membaca.

Keberhasilan belajar siswa akan tercapai apabila terjadi interaksi dua arah

antara guru dengan siswa sudah dapat berjalan dengan baik. Dari semua faktor

penyebab rendahnya minat baca siswa, dapat berpengaruh pada tingkat

pemahaman siswa terhadap suatu isi bacaan. Oleh karena itu, upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

bacaan adalah dengan menyajikan pembelajaran dengan metode yang kreatif,

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami bacaan. Untuk itu dalam

kegiatan pembelajaran diperlukan sebuah strategi belajar yang

memberdayakan siswa secara aktif. Salah satunya adalah dengan membuat

pola pembelajaran yang menekankan kerjasama antar siswa.

Rendahnya nilai keterampilan membaca para siswa khususnya membaca

pemahaman menunjukkan ada kelemahan yang dihadapi siswa dalam belajar

membaca pemahaman. penyebab siswa “gagal” dalam belajar membaca

pemahaman berkaitan dengan rendahnya minat membaca siswa. Untuk

memecahkan permasalahan tersebut, peneliti dapat melakukan tindakan untuk

meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan

strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Strategi ini sangat cocok

diterapkan dalam kegiatan membaca karena strategi ini bertujuan untuk

melatih siswa berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan

(21)

Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, mengemukakan bahwa:

“Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) merupakan strategi pembelajaran dimana guru memotivasi usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan siswa secara intelektual serta mendorong siswa merumuskan pertanyaan dan hipotesis, memproses informasi, dan

mengevaluasi solusi sementara.”2

Tujuan penggunaan strategi ini adalah untuk melatih siswa berkonsentrasi

dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Selain itu,

Stauffer menyatakan bahwa strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA) diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Strategi DRTA

memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks karena siswa memprediksi dan

membuktikannya ketika mereka membaca.3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengkaji masalah

tersebut melalui penelitian dengan judul PENGARUH PENERAPAN STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DONGENG PADA SISWA KELAS V SD PUTRA JAYA DEPOK.”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti mengidentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Minat siswa dalam membaca sangat rendah.

2. Pemahaman siswa terhadap suatu wacana atau cerita kurang.

3. perhatian guru terhadap keterampilan membaca siswa kurang.

4. Strategi pembelajaran yang digunakan masih rendah dalam kemampuan

membaca pemahaman.

5. Guru belum menggunakan strategi yang variatif dalam keterampilan

membaca.

2

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 47

3

(22)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan indentifikasi masalah di atas, maka

penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Pemahaman siswa terhadap suatu wacana atau cerita kurang.

2. Penerapan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

membaca siswa kurang.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan

masalah sebagai berikut : “Apakah penerapan strategi Directed Reading

Thinking Activity (DRTA) berpengaruh terhadap keterampilan membaca

pemahaman dongeng di kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun Pelajaran 2013/2014?”

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi

Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca

pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun

Pelajaran 2013/2014.

F.

Manfaat Penelitian

1.

Teoretis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat penelitian

secara teoretis diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat

menjadi salah satu landasan untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman.

2.

Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan Manfaat langsung bagi sekolah,guru

(23)

a) Bagi Sekolah

Sekolah dapat memperkaya wawasan tentang strategi pembelajaran

membaca khususnya tentang penggunaan strategi Directed Reading

Thinking Activity (DRTA) untuk meningkatkan keterampilan

membaca.

b) Bagi Guru

Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai strategi

pembelajaran yang yang dapat digunakan dalam mengelola proses

pembelajaran khususnya dalam pembelajaran membaca pemahaman.

c) Bagi Siswa

Menambah pengalaman belajar yang bervariasi sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman.

Selain itu, juga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

(24)

7

A.

Deskripsi Teoretik

1.

Hakikat Keterampilan Membaca

a.

Pengertian Membaca

Tarigan menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendakdisampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.1 Hal

senada juga dikemukakan oleh Harjasujana yang menjelaskan bahwa

membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis

denganmenggunakan pengertian yang tepat.2

Ronald Wardhaugh dalam artikelnya “Reading Technical Process”,

mengemukakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan aktif karena pembaca

tetap aktif membaca sambil mencari informasi.3 Kegiatan membaca juga

besifat interaktif dalam arti bahwa pembaca berinteraksi dengan teks. Si

pembaca dituntut untuk berpartisipasi secara konstruktif dan terus-menerus. Ia

dituntut untuk menggunakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi.

Lebih banyak tampak karakteristik tersebut, lebih berhasil pulalah seseorang

mencapai kemampuan membaca. Dengan kata lain, membaca adalah proses

menyusun kembali (reconstruct) pola-pola kalimat, yang tercetak pada

halaman tempat ide-ide informasi dan pesan dituangkan oleh penulis agar

dimengerti.

1

Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008). h. 7

2

Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan berbahasa Indonesia (teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati,2012),h.65

3

(25)

Dalman menjelaskan membaca merupakan suatu kegiatan atau proses

kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat

dalam tulisan.4 Somadayo mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan

interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung

didalam bahan tulis.5 Sementara Klein, dkk yang dikutip oleh Farida Rahim,

mengemukakan definisi membaca mencakup:6

(1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis,

(3) membaca merupakan interaktif.

Sedangkan Gilet dan Temple yang dikutip oleh Samsu Somadayo,

menyatakan bahwa membaca adalah kegiatan fisual, berupa serangkaian

gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan

pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan kelompok kata

untuk memperoleh pemahaman.7

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang membaca di atas, peneliti

dapat menyimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses mengenali dan

memahami makna yang terkandung dalam bahasa tulis sebagai interaksi untuk

memperoleh pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis.

b.

Manfaat Membaca

Syafi‟ie yang dikutip oleh Farida Rahim, menyatakan bahwa sebagai

bagian dari keterampilan berbahasa, keterampilan membaca mempunyai

kedudukan yang sangat penting dan strategis karena melalui membaca, orang

dapat memahami kata yang diutarakan seseorang. Selain itu, melalui

4

Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 3 5

Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 4

6

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011), h. 3 7

(26)

membaca, seseorang dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di

tempat lain melalui membaca buku, surat kabar, majalah dan internet.8

Kudharu Saddhono menyebutkan beberapa manfaat membaca, antara

lain yaitu:

1) memperoleh banyak pengalaman hidup; 2) memperoleh pengetahuan umum;

3) mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa;

4) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.9

Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca.

Oleh karena itu, pembelajaran membaca perlu disajikan sejak pendidikan

dasar. Bila keterampilan membaca di sekolah dasar tidak diajarkan sebaik

mungkin, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi.

c.

Aspek-aspek Membaca

Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses membaca dimulai

dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol

grafis melalui indera penglihatan. Kemudian sampai kepada memahami isi

bacaan, siswa terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang

dihadapinya. Kemudian siswa diharapkan mampu membuat simpulan dengan

menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Oleh karena

itu, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

1) Mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup:

a) Pengenalan bentuk huruf

b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain)

c) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi

(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”)

d) Kecepatan membaca ke taraf lambat

8

Farida Rahim, op.cit.,h. 3

9

Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet,Meningkatkan Keterampilanberbahasa Indonesia

(27)

2) Pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:

a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal) b) Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang,

relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca) c) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)

d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.10

Sedangkan Novi Resmini, dkk menyebutkan aspek-aspek membaca, sebagai berikut:11

1) Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis. 2) Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang

dilihat sebagai simbol.

3) Aspek schemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada.

4) Aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari.

5) Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap kegiatan membaca.

Berdasarkan paparan aspek-aspek tersebut, maka peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa aspek membaca terdiri dari aspek keterampilan bertaraf

rendah (mekanis) yang dimulai dengan pengenalan unsur-unsur linguistik

sampai kepada pelafalan unsur-unsur tersebut. Aspek keterampilan yang

bersifat mekanis ini biasanya ditekankan pada peserta didik yang berada di

kelas rendah. Dilanjutkan pada aspek keterampilan bertaraf tinggi

(pemahaman), pada aspek ini peserta didik diharapkan mampu memahami

pengertian serta makna-makna yang terkandung dalam suatu bacaan. Aspek

keterampilan yang bersifat pemahaman ini biasanya ditekankan pada peserta

didik yang berada di kelas tinggi.

10

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 12-13.

11

Novi Resmini, dkk, Membaca Dan Menulis di SD Teori dan pengajarannya, (Bandung:

(28)

d.

Tujuan Membaca

Tarigan menjelaskan tujuan utama membaca adalah untuk mencari

informasi, mencakup isi, serta memahami makna bacaan.12 Nurhadi yang

dikutip oleh Dalman menjelaskan tujuan membaca ada beberapa macam,

yaitu:13

1) membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah);

2) membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan; 3) membaca untuk menikmati karya sastra;

4) membaca untuk mengisi waktu luang;

5) membaca mencari keterangan tentang suatu istilah

Sedangkan Blanton, dkk yang dikutip oleh Farida Rahim,

menyebutkan tujuan membaca, yaitu:14 1) kesenangan; 2) menyempurnakan

membaca nyaring; 3) memperbaharui pengetahuan; 4) mengaitkan informasi

baru dengan informasi yang telah diketahui; 5) memperoleh informasi untuk

laporan lisan atau tertulis; 6) mengkonfirmasi atau menolak prediksi; 7)

menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang

struktur teks; dan 8) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Adapun tujuan dari kegiatan membaca pada penelitian ini adalah yang

berhubungan dengan membaca untuk studi, yaitu untuk memahami isi dari

suatu bahan bacaan secara keseluruhan sehingga pemahaman yang

komprehensif tentang isi bacaan tercapai.

d)

Jenis-jenis Membaca

Tarigan menjelaskan jenis-jenis membaca sebagai berikut:

1) Membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud; oral

reading)

12

Henry Guntur Tarigan, Op.cit., h. 9 13

Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h.12 14

(29)

2) Membaca dalam hati (silent reading) dibedakan menjadi:

(a) Membaca ekstensif (extensive reading) yang meliputi:

(1) Membaca teliti

(2) Membaca sekilas

(3) Membaca dangkal

(b) Membaca intensif (intensive reading) yang meliputi:

(1) Membaca telaah isi (content study reading) yang

mencakup: membaca teliti (close reading), membaca

pemahaman (comprehensive reading), membaca kritis

(critical reading), membaca ide (reading for ideas)

(2) Membaca telaah bahasa (language study reading) yang

mencakup: membaca bahasa asing (foreign language

reading), membaca sastra (literary reading).15

Untuk memperjelas keterangan di atas, Tarigan menggambarkan

bagan sebagai berikut.

15

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

(30)

Skema16

Sedangkan, Burhan El Fanany menjelaskan jenis-jenis membaca

terbagi atas beberapa hal, sebagai berikut:17

1) Membaca yang bersuara

Membaca bersuara yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang

merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama

orang lain. Jenis membaca ini mencangkup beberapa hal sebagai

berikut:

(a) Membaca nyaring dan keras, yaitu kegiatan pembaca yang

dilakukan dengan keras.

(b) Membaca teknik, biasa disebut membaca lancar.

(c) Membaca indah

Membaca indah hamper sama dengan membaca teknik yaitu

membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama

lagu, ucapan, dan mimic membaca sajak dalam apresiasi.

16

Henry Guntur Tarigan., Ibid, h. 14. 17

(31)

2) Membaca yang tidak bersuara

Membaca tidak bersuara yaitu aktivitas membaca dengan

mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata

dan ingatan. Membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang

mencakup:

(a) Membaca teliti, yaitu membaca yang menuntut suatu

pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.

(b) Membaca pemahaman, yaitu pembaca yang penekanannya

diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasi isi

bacaan.

(c) Membaca ide, yaitu membaca dengan maksud mencari,

memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada

bacaan.

(d) Membaca kritis, yaitu membaca yang dilakukan secara

bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluative, serta

analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.

(e) Membaca telaah bahasa, mencakup dua hal yaitu: membaca

bahasa asing dan membaca sastra

(f) Membaca skimming (sekilas), yaitu cara membaca yang hanya

untuk mendapatkan ide pokok.

(g) Membaca cepat, yaitu keterampilan memilih isi bahan yang

harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya

dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni

bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan.

Berdasarkan jenis-jenis membaca yang dijelaskan oleh Tarigan dan

Burhan memiliki pengertian sedikit sama, maka dapat disimpulkan bahwa

untuk melatih keterampilan yang bersifat mekanis, guru dapat menggunakan

(32)

keterampilan pemahaman, guru dapat menggunakan teknik membaca dalam

hati (silent reading). Teknik membaca dalam hati dapat dibagi ke dalam

jenis-jenis membaca yang telah digambarkan pada skema di atas. Jenis-jenis-jenis

membaca tersebut dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan

pembaca dalam mencari sebuah informasi yang dimuat dalam suatu wacana.

Contohnya, untuk memahami unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita,

pembaca dapat menggunakan jenis membaca pemahaman (reading for

understanding). Membaca pemahaman ini digunakan pembaca untuk

memahami isi sebuah cerita, sehingga pembaca dapat menyimpulkan cerita

yang telah dibaca.

2.

Keterampilan Membaca Pemahaman

a.

Pengertian Membaca Pemahaman

Purwanto menjelaskan bahasa adalah alat terpenting dalam berpikir

karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia dapat berpikir. Tanpa

bahasa, manusia tidak dapat berpikir karena eratnya hubungan antara bahasa

dan berpikir.18 Tarigan menjelaskan bahwa membaca pemahaman (reading

for under standing) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami

standar-standar atau norma-norma kesastraan (literal standars), resensi kritis

(critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (pattern of

ficion).19

Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa

yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai

bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan

18

Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 77. 19

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:

(33)

berbagai proses mental dan sistem kognisinya.20 Untuk memahami suatu

bacaan, pembaca harus melibatkan beberapa kegiatan berpikir yang tinggi,

seperti ingatan dan daya khayal. Sehingga pembaca mampu memahami apa

yang telah dibaca dan dapat memecahkan masalah dari persoalan yang ada.

Sedangkan menurut Somadayo mengemukakan bahwa membaca

pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif

melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca

serta dihubungkan dengan isi bacaan.21

Rubin yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa

membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang

mencakup dua kemampuan utama, yaitu kemampuan penguasaan makna dan

kemampuan berpikir tentang konsep verbal.22 Turner yang dikutip oleh Samsu

Somadayo, menjelaskan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami

bacaan secara baik apabila pembaca dapat:23

1) Mengenalkata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya,

2) Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan,

3) Memahami seluruh makna secara kontekstual,

4) Membuatpertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca.

Oleh karena itu keterampilan membaca harus menjadi perhatian

khusus bagi para guru karena dengan adanya keterampilan membaca yang

dimiliki siswa maka akan membantu siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan. Setiap materi yang diajarkan oleh guru

pasti melalui proses membaca, contohnya membaca buku pelajaran di mana di

20

Iskandar dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 3, h. 246.

21

Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 10

22

Samsu Somadayo, Ibid., h. 7 23

(34)

dalam buku pelajaran terdapat banyak informasi yang dapat dipahami siswa

dengan membaca.

b.

Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan proses yang kompleks proses ini

melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Burns dkk. yang dikutip oleh

Farida Rahim, menyebutkan proses membaca pemahaman terdiri atas 9 aspek,

yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi,

sikap, dan gagasan.24

Anderson yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa

membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam

teks. Tujuan tersebut antara lain:25

1) untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta, 2) mendapatkan ide pokok,

3) mendapatkan urutan organisasi teks, 4) mendapatkan kesimpulan,

5) mendapatkan klasifikasi,

6) membuat perbandingan ataupertentangan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari membaca pemahaman adalah mampu menangkap pesan,

informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik. adapun tujuan membaca

pemahaman dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan kesimpulan isi

cerita atau bacaan sesuai dengan ide pokok yang terdapat dalam cerita atau

bacaan.

c.

Aktivitas Siswa Saat Membaca Pemahaman

Belajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan banyak aktivitas.

Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik. Paul D.

24

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011), h. 12 25

(35)

Dierich yang dikutip oleh A.M Sardiman membagi kegiatan belajar dalam 8

kelompok.26

1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), misalnya: menggambar, membuat grafik, peta diagram.

6) Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities), yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, pendekatan mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Adapun aktivitas yang akan dilakukan siswa dalam membaca

pemahaman melalui strategi DRTA adalah kegiatan visual, lisan,

mendengarkan, menulis, mental dan emosional.

d.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Somadayo menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses membaca pemahaman diantaranya:27

1) tingkat intelegensi, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya;

2) kemampuan berbahasa, karena keterbatasan kosa kata yang dimilikinya seseorang akan sulit memahami teks bacaan tertentu;

26

A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h. 101

27

(36)

3) sikap dan minat, sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang atau tidak senang, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu;

4) keadaan bacaan yang berkenaan dengan tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya;

5) kebiasaan membaca, maksudnya apakah seseorang tersebut mempunyai tradisi membaca atau banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang sebagai kebutuhan;

6) pengetahuan tentang cara membaca,misalnya dalam menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata- kata kunci secara cepat, dan sebagainya;

7) latar belakang sosial, ekonomi dan budaya; 8) emosi, misalnya keadaan emosi yang berubah;

9) pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

Dari penjelasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman adalah tingkat intelegensi,

kemampuan berbahasa, sikap dan minat, keadaan bacaan, kebiasaan

membaca, pengetahuan tentang cara membaca, latar belakang pembaca

sendiri serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca

sebelumnya.

e.

Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman

Nurhadi menjelaskan pada kegiatan membaca pemahaman terdapat

tiga tingkatan kemampuan membaca yaitu: kemampuan membaca literal,

kritis, dan kreatif.28

1) Kemampuan membaca literal

Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca mengenal

dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya

28

(37)

pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak

jelas) dalam bacaan.

2) Kemampuan membaca kritis

Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah

bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan

bacaan baik makna tersurat maupun tersirat. Adapun hal-hal yang tercakup

dalam kemampuan ini adalah: (a) menemukan informasi faktual; (b)

menemukan ide pokok; (c) menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab

akibat; (d) menemukan suasana; (e) membuat kesimpulan; (f) menemukan

tujuan pengarang; (g) memprediksi dampak; (h) membedakan opimi dan

fakta; (i) membedakan realitas dan fantasi; (j) mengikuti petunjuk; (k)

menemukan unsur propaganda; (l) menilai keutuhan dan keruntuhan gagasan;

(m) menilai kelengkapan dan kesesuaian antar gagasan; (n) menilai

kesesuaian antara judul dan isi bacaan; (o) membuat kerangka bahan bacaan;

dan p) menemukan tema karya sastra.

1) Kemampuan membaca kreatif

Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari

kemampuan membaca seseorang. Artinya, seorang pembaca yang baik, tidak

hanya sekedar menangkap makna tersurat dan tersirat, tetapi juga mampu

menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Keterampilan

dalam membaca kreatif yaitu: (a) mengikuti petunjuk bacaan kemudian

menerapkannya; (b) membuat resensi buku; (c) memecahkan masalah

sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku; (d) mengubah buku cerita

menjadi bentuk drama; (e) mengubah puisi menjadi prosa; (f) mementaskan

drama; dan (g) membuat esai atau artikel sosial.

Berdasarkan tingkatan membaca pemahaman yang telah dibahas,

(38)

membaca pemahaman yang akan ditingkatkan dalam penelitian di kelas V SD

Putra Jaya Depok.

3.

Dongeng

a.

Pengertian Dongeng

Burhan Nurgiyantoro menjelaskan istilah dongeng dapat dipahami

sebagai cerita rakyat yang bersifat universal yang dapat ditemukan di berbagai

pelosok masyarakat dunia. Dongeng sebagai salah genre cerita anak

tampaknya dapat dikategorikan sebagai salah satu cerita fantasi dan dilihat

dari segi panjang cerita biasanya relatif pendek.29

Sedangkan James Danandjaja, pengertian dongeng adalah cerita

pendek yang disampaikan secara lisan, dimana dongeng adalah cerita prosa

rakyat yang dianggap tidak benar benar terjadi.30

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa pengertian dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar tejadi yang

berisi tentang petualangan yang penuh imajinasi dan terkadang tidak masuk

akal dengan menampilkan situasi dan para tokoh yang luar biasa/ goib.

b.

Ciri-ciri Dongeng

Ciri-ciri dongeng menurut Burhan Nurgiyantoro, yaitu :31

1) cerita fantasi,

2) dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat, dan

3) kekurang jelasan latar terlihat sejak cerita dongeng dimulai yaitu sering menggunakan kata-kata pembuka “Pada zaman dahulu kala”.

29

Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Sastra Anak, (Yogyakarta: BPFE, 2013), h. 198

30

Hetty Rusyanti. Pengertian Dongeng, Definisi Dongeng Menurut Para Ahli”, dari

http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-dongeng-definisi-dongeng-menurut-ahli.html. 5

November 2014, 07.00 WIB

31

(39)

Berdasarkan ciri-ciri dongeng di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa dongeng adalah sebuah cerita khayalan atau fantasi yang

menceritakan suatu kehidupan, dan kita bisa mengambil pelajaran (moral)

di dalamnya.

c.

Jenis-jenis Dongeng

Sihabudin dkk, menjelaskan jenis-jenis dongeng, antara lain :32

1) Fabel

Fabel merupakan cerita dengan pelaku binatang yang

didalamnya memuat ajaran tertentu. Binatang yang diangkat sebagai

pelaku cerita tersebut bisa berbagai macam, sehingga antara wilayah

yang satu dan yang lain yang berbeda-beda.

2) Parabel

Parabel adalah dongeng khayal yang mengandung ajaran yang

baik. Munculnya parabel ini dimungkinkan karena pada waktu itu

masih sangat terbatas pendidikan formal, sehingga diperlukan suatu

alat untukmendidik masyarakatnya. Dongeng atau cerita yang

digolongkan parabel ini adalah hampir semua cerita fabel. Hal ini

dikarenakan hampir semua cerita fabel yang ada di Indonesia pada

umumnya berupa ajaran yang baik bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu dongeng “Kancil, Burung Bayan, Bujuk dan Tupai disebut parabel. 3) Sage

Sage merupakan dongeng/cerita khayal yang memasukkan

peristiwaperistiwa, tempat kejadian, dan tokoh-tokohnya merupakan

tokoh sejarah. Misalnya Jaka Tarub, Angling Darma, Lutung

Kasarung, dan Ciung Wanara.

32

(40)

4) Mite / Mitos

Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan asal

usul kehidupan manusia, asal usul keberadaan suatu tempat yang

berhubungan dengan kehidupan dewa-dewi maupun tokoh yang

memiliki hubungan dengan kehidupan kedewataan.

5) Legende atau Legenda

Legenda merupakan cerita kepahlawanan dari sosok tokoh

yang dianggap sakti, suci, atau memiliki kelebihan tertentu

dibandingkan manusia pada umumnya. Meskipun jelas merupakan

cerita yang bersifatimajinatif, karena biasa dihubungkan dengan

peristiwa kesejarahan akhirnya legenda sering dianggap sebagai cerita

yang seakan sungguh-sungguh pernah terjadi.

d.

Unsur-Unsur Instrinsik Dongeng

Burhan Nurgiantoro, menjelaskan unsur-unsur instrinsik dalam dongeng,

yaitu:33

1) Tema

Tema merupakan suatu gagasan atau ide sentral yang menjadi pangkal

tolak penyusunan cerpen dan sekaligus menjadi sasaran cerpen tersebut.

2) Amanat

Amanat adalah pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Penyampaian amanat dapat dilakukan secara eksplisit maupun

implisit.

3) Plot atau alur

Plot atau alur adalah sambung-sinambungnya periristiwa berdasarkan

hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi,

tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi.

33

(41)

4) Penokohan

Dari segi penokohan, tokoh0tokoh dongeng pada umumnya

terbelah menjadi dua macam, yaitu tokoh berkarakter baik dan

buruk.selain itu, dilihat dari unsure karakter tersebut, tokoh-tokoh

dongeng pada umumnya lebih berkarakter sederhana. Hal itu berarti

bahwa seorang tokoh yang telah dipasang sebagai tokoh berkarakter

baik, maka baik selamanya. Demikian pula sebaliknya dengan tokoh

yang berkarakter buruk.

5) Waktu dan tempat

Waktu dan tempat dapat terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa

perlu harus ada semacam pertanggung jawaban pelataran.

Kekurangjelasan latar sebut sudah terlihat sejak cerita dongeng

dimulai, yaitu yang sering mempergunakan kata-kata pembuka penunjuk waktu seperti: “Pada zaman dahulu kala”. Demikian juga mengenai latar tempat yang hanya sering disebut “di negeri antah

berantah”, “di suatu tempat di pinggir hutan”, dan lain-lain.

6) Sudut pandang

Sudut pandang ini dapat dipandang sebagai cerita fantasi, cerita

ysng mengikuti daya fantasi walau terkesan aneh-aneh walau secara

logika sebenarnya tidak dapat diterima.

Berdasarkan unsur-unsur yang telah disebutkan di atas, dan

disesuaikan dengan SK dan KD kelas V, unsur-unsur intrinsik yang

(42)

4.

Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieves a particular educational goal.34Strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi

pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam

pembelajaran. Artinya, penyusunan suatu strategi hanya sampai pada tahap proses

penyusunan rencana kerja belum sampai pada tahap tindakan. Kedua, strategi

disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan

penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan

langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar

semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Abdul Majid menjelaskan strategi pembelajaran merupakan rencana

tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan

berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk

mencapai tujuan tertentu, yaitu tujuan pembelajaran.35 Sedangkan, Moore yang

dikutip oleh Martinis Yanim mengemukakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan keseluruhan perencanaan untuk mengajar pelajaran tertentu yang

memuatkan metode dan urutan langkah-langkah yang diikuti untuk melaksanakan

kegiatan belajar.36

Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi adalah ilmu dan kiat di dalam

memanfaatkan segala sumber yang dimiliki atau yang dapat dikerahkan untuk

34

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 126

35

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 7 36

(43)

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.37 Dalam konteks pengajaran, Gagne yang

dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar strategi adalah kemampuan

internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil

keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik

berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam

mengambil keputusan. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar menjelaskan bahwa

strategi adalah taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam

proses belajar mengajar bahasa, sehingga peserta didik dapat leluasa berpikir dan

mengembangkan kemampuan kognitifnya.38

Kemp yang dikutip oleh Hamruni, menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan

peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.39

Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca

menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan dengan faktor-faktor

yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca dan konteks. Dalam teori

membaca dikenal beberapa strategi membaca. Strategi-strategi membaca tersebut,

pada dasarnya menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga

dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Farida Rahim,

mengkategorikan strategi membaca sebagai berikut:40

a. Strategi Bawah-Atas

Klein dkk. yang dikutip oleh Farida Rahim menyatakan bahwa strategi

bawah atas merupakan strategi pemahaman bacaan yang dibangun berdasarkan

data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan

yang lebih tinggi. Strategi bawah-atas pada umumnya digunakan dalam

37

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011), h. 36

38

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3

39

Hamruni,Strategi Pembelajaran,(Yogyakarta: Insan Madani, 2011) h. 2 40

(44)

pembelajaran membaca awal. Mula-mula siswa memproses simbol-simbol grafis

secara bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami huruf menjadi

kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat, kemudian membentuk teks.

Dalam pembelajaran membaca di kelas awal SD, strategi ini dimulai dengan

memperkenalkan nama dan bentuk huruf kepada siswa, memperkenalkan

gabungan-gabungan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata

menjadi kalimat. Metode ini dikenal dengan metode eja.

b. Strategi Atas-Bawah

Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi membaca atas-bawah

merupakan model yang dikembangkan oleh Coady yang mendasarkan teorinya

pada konsep psikolinguistik. Long dan Richards yang dikutip oleh

Rahim,menyatakan bahwa strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi

bawah atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks

dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi,

kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks.

c. Strategi Campuran (Eclectic)

Klein, dkk. yang dikutip oleh Rahim, menjelaskan bahwa guru yang baik

tidak perlu memakai satu teori saja. Mereka bisa mengambil dan memilih yang

terbaik dari semua strategi yang ada termasuk pandangan-pandangan teoretis dan

model pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa

digunakan dalam waktu yang bersamaan jika diperlukan.

d. Strategi Interaktif

Rubin yang dikutip oleh Farida Rahim, pengetahuan yang telah dimiliki

pembaca disebut latar belakang pengetahuan pembaca, dan struktur pengetahuan

awal tersebut disebut skemata. Menurut teori skema, memahami teks merupakan

proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dengan teks.

(45)

tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks

yang dibacanya.

e. Strategi Know-Want to Know Learned (KWL)

Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi KWL merupakan strategi yang

dikembangkan oleh Ogle untuk membantu guru menghidupkan latar belakang

pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Strategi ini memberikan siswa

tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat dan

sesudah membaca. Startegi KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun

siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui,

menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingatkan kembali apa yang

mereka pelajari dari membaca.

f. Strategi DRA

Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi DRA merupakan strategi yang

dirancang oleh Betts. Eanes yang dikutip oleh Farida Rahim, menjelaskan bahwa

strategi DRA sebagai kerangka berpikir untuk merencanakan pembelajaran

membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai media

pengajaran dan kemahiraksaraan sebagai alat belajar. Komponen strategi DRA

dibagi dalam empat tahap, yaitu persiapan, membaca dalam hati, dan tindak

lanjut.

g. Strategi DRTA

Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, strategi DRTA merupakan suatu

kritikan terhadap penggunaan strategi DRA karena strategi DRA kurang

memperhatikan keterlibatan siswa berpikir tentang bacaan. strategi DRA

terlampau banyak melibatkan arahan guru dalam memahami bacaan, sedangkan

strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa

memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca.

Dari ketujuh strategi pembelajaran membaca pemahaman tersebut, peneliti

(46)

karena strategi ini dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan cara

memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, siswa memprediksi dan

membuktikannya ketika mereka membaca. Dengan demikian pemahaman siswa

akan meningkat sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat

kesimpulan.

5.

Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)

Strategi DRTA adalah strategi membaca dan berpikir secara langsung.

Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi DRTA

memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan

membuktikannya ketika membaca. Dengan strategi DRTA guru bisa memotivasi

usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan mereka secara intelektual serta

mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis, memproses informasi,

dan mengevaluasi solusi sementara.41

Strategi ini diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Dengan strategi

DRTA guru dapat membantu siswa ketika mereka kesulitan berinteraksi dengan

bahan bacaan. Langkah-langkah membaca pemahaman dengan strategi DRTA

menurut Rahim adalah sebagai berikut:42

a) Membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul

Guru menuliskan judul cerita di papan tulis, kemudian guru menyuruh

seorang siswa membacakannya. Biarkan setiap siswa mempunyai kesempatan

untuk membuat prediksi.

b) Membuat prediksi dari petunjuk gambar

Guru menyuruh siswa memperhatikan gambar seri dengan seksama.

Selanjutnya guru menyuruh siswa memperhatikan salah satu gambar dan

menanyakan kepada siswa apa sebenarnya yang terjadi pada gambar tersebut.

41

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011),h. 47

42

(47)

c) Membaca bahan bacaan

Guru menyuruh siswa membaca bagian bacaan dari gambar yang telah

diprediksi ceritanya.

d) Menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan prediksi

Ketika siswa membaca bagian pertama dari cerita, guru mengarahkan

suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan. Kemudian guru menyuruh

siswa yang yakin bahwa prediksinya benar untuk membaca nyaring di depan

kelas bagian dari bacaan yang mendukung prediksi mereka.

e) Guru mengulang kembali prosedur 1 sampai 4 hingga semua bagian

pelajaran di atas telah tercakup.

Sedangkan, Yunus Abidin menjelaskan bahwa metode DRTA dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembelajaran sebagai berikut :43

1. Tahap Prabaca

a) Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa informasi tentang isi bacaan.

b) Siswa membuat prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Jika siswa belum mampu, guru harus memancing siswa untuk membuat prediksi. Diusahakan dihasilkan banyak prediksi sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju. Beberapa pancingan untuk membuat prdiksi antara lain :

1) Menurut pendapatmu, apa isi cerita yang berjudul “X” ini?

2) Bagaimana nasib tokoh cerita dalam cerpen ini? 3) Prediksi mana yang menurutmu paling benar? 2. Tahap Membaca

a) Siswa membaca dalam hati cerita untuk mengecek prediksi yang telah dib

Gambar

Tabel 4.18   : Hasil Uji T-Test ........................................................................
Gambar 4.1   : Grafik Nilai Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan
gambar secara bergantian.
Tabel. 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Internasionalisasi di kawasan Timur Laut ini dijalankan melalui bantuan Kementerian Pembangunan Kawasan Timur Laut (The Ministry of Development of North

Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa realita tentang pengaturan saf salat yang sejumlah masjid di Kota Medan ialah sebagian para jamaah tidak mengetahui tentang

Pekerjaan : Pembangunan Drainase Jalan Surusunda-Babakan Kec.. Karangpucung Nama Perusahaan

Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kesepian pada subjek adalah faKtor psikologis karena subjek kehilangan orangorang yang disayanginya yaitu ibu subjek meninggal dunia disaat

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perpres No 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Fitri Aprilia 2014 Universitas