TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA
PEMAHAMAN DONGENG PADA SISWA KELAS V
SD PUTRA JAYA DEPOK TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
EVA SEPTI MAULIDDYANA NIM 1110018300029
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBIN
G
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Pada Siswa Kelas V SD Putra Jaya Depok. Disusun oleh Eva Septi Mauliddyana NIM 1110018300029, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada
tanggal 12 Desember 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI).
Jakarta, 12 Desember 2014
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Pantia (Ketua Jurusan) Tanggal Tanda Tangan
Dr. Fauzan, MA.
NIP. 19761107 200701 1 013 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Asep Ediana Latip, M.Pd. NIP. 19810623 200912 1 003
Penguji I
Dindin Ridwanudin, M.Pd. NIP. 19771121 201101 1 001
Penguji II
Nafia Wafiqni, M.Pd. NIP. 19811003 200912 2 004
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
PENGARUH PENERAPAN
STRATEGI
DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA)
TERHADAP
KBTERAMPILAI{ MEMBACA
PEMAHAMAN
DONGBNG
PADA SISWA
KELAS
V
SD
PUTRA JAYA DBPOK TAHUN PELAJARAN
2OI3I2OI4SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Eva Septi Mauliddyana
NrM 1110018300029
Di bffihb bimbingan
./\
Rosida Efowati, M. Hum. NrP 19771030 200801 2009
JURUSAN
PENDIDIKAI{
GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS
ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNTVERSITAS
ISLAM NEGBRI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
Fempimbing
Pada Siswa
Kelas
V".
Disusunoleh
Eva
Septi
Mauliddyana, NIM 1110018300029, Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,Fakultas
Ilmu
Tarbiyahdan
Keguruan, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pihak fakultas.
Jakarta, 22 November 2014
Yang mengesahkan,
,.P6irbi"rbirg
Nama NiM
Jurusan
Angkatan Tahun
Alamat
Nama NIP
Dosen Jurusan
Demikian surat menerima segala sendiri.
Eva Septi Mauliddyana
1 1 10018300029
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2010
Jalan Pertengahan Rt. 001/ Rw.003 No. 47 A, Kel. Cijantung, Kec. Pasar Rebo, Iakarta Timur
Menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa
skripsi yang
berjudul"Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Siswa Kelas V" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
: Rosida Erowati, M. Hum.
:19171030 200801 2009
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
pernyataan
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap konsekuensi apa bila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karyaJakarta, 22 November 2014
Eva Septi Mauliddyana
"Pengaruh
Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Siswa Kelas
V".
Disusunoleh Eva
Septi Mauliddyana,NIM
11100i8300029, JurusanPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 22 November 2014.
Jakarta, 22 November 2014
Pembimffig
I
/1
1. /1, ,'t l".. l -4 ,v\ \ --/.
\.,iJ \ ) , !, --J
i
/'
J
i
taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Dongeng Pada Siswa Kelas V SD Putra Jaya
Depok Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan ke haribaan Sang
Penuntun Nabi Muhammad s.a.w., para keluarga, sahabat serta para pengikutnya
yang telah membawa petunjuk kebenaran kepada umat manusia, yang kita harapkan
di dunia dan di akhirat kelak.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana
pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Meskipun melalui banyak hambatan yang penulis alami dalam penyusunan
skripsi ini, namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan
skripsi ini baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Adapun ucapan terima kasih disampaikan Penulis kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa‟i, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
2. Dr. Fauzan, MA. selaku Ketua Jurusan PGMI
3. Rosida Erowati, M.Hum selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh
pengertian membantu, membimbing, dan memberikan pemahaman mengenai
materi yang berhubungan dengan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses
ii
6. Orang tua penulis tercinta, Bapak Efriyanto dan Mama Sri Hartati, yang tak
henti-hentinya memberikan do‟a, dukungan moril serta materil kepada penulis
dalam setiap waktunya. Kedua adikku, Rachmat Zulkifni dan Muhammad Rafi
Kurniawan, yang telah banyak memberikan bantuan tenaga dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh keluargaku, khususnya Nenek Hj. Asmainar dan Mbah Atjih Karmanah,
yang selalu mendo‟akan dan memberikan nasihat kepada penulis.
8. Teman terbaik penulis, Umar Mukhtar, yang selalu mendo‟akan dan
memberikan dukungan terhadap penulis. Tak lupa pula sahabat-sahabatku
Gadies Farhana, Anggita Choirunnisa, Alen Sudiary, Dwi Akmalia, Rahmi
Mulyati dan Shifa Fauziah yang telah memberikan motivasi dan do‟a nya serta
masukannya kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.
9. Kawan-kawan bimbingan penulis, Dini Annisa, Khumairoh, dan Mega Fahrizah
yang menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis selama proses penyusunan
skripsi ini.
10.Untuk semua rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2010.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada kami khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Amin.
Jakarta, November 2013
iii
STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DONGENG PADA SISWA KELAS V SD PUTRA JAYA DEPOK. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Putra Jaya, Depok pada kelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 31 siswa kelas eksperimen dan 31 siswa kelas kontrol. Instrumen penelitian ini berupa tes non-objektif (uraian). Teknik analisis data menggunakan bantuan program SPSS 20. for Windows.
Berdasarkan hasil posttest diperoleh rata-rata keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa dengan menerapkan strategi Directed Reading
Thinking Activity (kelas eksperimen) lebih tinggi dibandingkan rata-rata keterampilan
membaca pemahaman dongeng pada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Rata-rata nilai pretest yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 61,20. Rata-rata nilai pretest kelas kontrol yaitu 59,67. Setelah dilakukan tindakan pada kedua kelas, maka diperoleh rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu sebesar 73,95 dan kelas kontrol sebesar 69,27. Jumlah peningkatan kelas ekperimen berdasarkan nilai pretest dan posttest sebesar 12,75% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 7,60%. Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample
T-Test diperoleh thitung sebesar 0,003 pada taraf signifikansi < 0,05. Dengan demikian,
H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,003 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng siswa.
iv
DIRECTED READING THINKING ACTIVITY’S (DRTA) STRATEGY
TOWARDS READING COMPREHENSION FAIRY TALE’S SKILL ON FIFTH
GRADE STUDENT OF SD PUTRA JAYA DEPOK. A Thesis: Education of Elementary School‟s Teacher Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
This research is intended to know the influence of Directed Reading Thinking
Activity (DRTA) towards reading comprehension fairy tale‟s skill. This research was
conducted in SD Putra Jaya, Depok to fifth grade student on first semester, in period 2013/2014. The method that used in this research the quasi experiment with
nonequivalent control group research design. This study to do a sample of 31
students experiment class and 31 students of control class. The research instrument in this research in non-objective test (description) and technique of Data analysis using SPSS 20 for Windows.
Based on the posttest result shows that the average of reading comprehension
fairy tale‟s skill on students by applying Directed Reading Thinking Activity’s
strategy in experimental class is higher than the average of reading comprehension
fairy tale‟s skill on students that are taught by conventional teaching in control class.
The average pretest value in experimental class is, 61.20 and the average pretest
value in control class is, 59.67. After doing a research on both classes, the research obtains 73.95 of average posttest value in experimental class and 69.27 for the control class. The amount of increase in the experimental class based on the pretest and posttest is, 12.75% whereas the control class is, 7.60%. Hypothesis testing using
Paired Sample T-Test technique obtain 0.003 of thitungat a significance level ρ <0.05.
Thus, H1 is accepted and H0 is rejected because 0.003 <0.05, so it can be concluded
that there is an influence of Directed Reading Thinking Activity‟s strategy (DRTA) towards reading comprehension fairy tale‟s skill.
v
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik 1. Hakikat Keterampilan Membaca... 7
2. Keterampilan Membaca Pemahaman ... 15
3. Dongeng ... 21
4. Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman ... 24
5. Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) ... 29
B. Hasil Penelitian Relevan ... 32
C. Kerangka Berpikir ... 33
D. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37
B. Metode dan Desain Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 38
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ... 46
B. Pelaksanaan Penelitian ... 49
C. Deskripsi Data ... 50
D. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 63
E. Pengujian Hipotesis ... 66
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 73
B. Saran ... 73
vii
Tabel 3.2 : Data Siswa ... 39
Tabel 3.3 : Penilaian Kinerja Membaca Pemahaman ... 41
Tabel 4.1 : Persebaran Siswa SD Putra Jaya Depok ... 46
Tabel 4.2 : Daftar Guru SD Putra Jaya Depok ... 47
Tabel 4.3 : Keadaan Sarana dan Prasarana SD Putra Jaya Depok ... 48
Tabel 4.4 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 51
Tabel 4.5 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol... 52
Tabel 4.6 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 54
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 55
Tabel 4.8 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 56
Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 57
Tabel 4.10 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 59
Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 60
Tabel 4.12 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 61
Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 62
Tabel 4.14 : Hasil Uji Normalitas Pretest ... 63
Tabel 4.15 : Hasil Uji Normalitas Posttest ... 64
ix
Kontrol ... 53
Gambar 4.2 : Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 55
Gambar 4.3 : Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 57
Gambar 4.4 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 61
Gambar 4.5 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 62
[image:15.595.103.526.152.553.2]x Pertama
Lampiran 3 : Gambar Cerita Dongeng Pertemuan Pertama
Lampiran 4 : Teks Cerita Dongeng Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama Lampiran 5 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama
Lampiran 6 : Evaluasi Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama Lampiran 7 : RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua
Lampiran 8 : Pertanyaan dalam Menggunakan Strategi DRTA Pertemuan Kedua
Lampiran 9 : Gambar Cerita Dongeng Pertemuan Kedua
Lampiran 10 : Teks Cerita Dongeng Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua Lampiran 11 : LKS Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua
Lampiran 12 : Evaluasi Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua Lampiran 13 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Pertama
Lampiran 14 : Teks Cerita Dongeng Kelas Kontrol Pertemuan Pertama Lampiran 15 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Pertama
Lampiran 16 : Evaluasi Kelas Kontrol Pertemuan Pertama Lampiran 17 : RPP Kelas Kontrol Pertemuan Kedua
Lampiran 18 : Teks Cerita Dongeng Kelas Kontrol Pertemuan Kedua Lampiran 19 : LKS Kelas Kontrol Pertemuan Kedua
Lampiran 20 : Evaluasi Kelas Kontrol Pertemuan Kedua
xi
Lampiran 25 : Soal Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 26 : Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 27 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 28 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
Lampiran 29 : Daftar Hasil Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 30 : Gambar Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 31 : Uji Referensi
Lampiran 32 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 33 : Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 34 : Surat Permohonan Izin Penelitian
1
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting di
dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Seseorang dikatakan
mampu berbahasa Indonesia apabila mampu menggunakan bahasa tersebut
dengan baik. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia
yang dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah. Bahasa Indonesia bahkan dijadikan salah satu mata pelajaran wajib
dan tolok ukur kelulusan siswa di lembaga pendidikan (sekolah). Oleh karena
itu, keterampilan berbahasa sangat diperlukan oleh semua orang, serta perlu
dikembangkan sejak dini.
Mata pelajaran bahasa Indonesia memuat empat komponen keterampilan
berbahasa. Komponen keterampilan berbahasa tersebut yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.1 Keterampilan berbahasa yang pertama kali
dikuasai manusia adalah menyimak dan berbicara kemudian membaca dan
menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki
jenjang sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari saat memasuki
jenjang pendidikan. Dengan demikian keempat keterampilan tersebut memiliki
hubungan yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam
proses pembelajaran, keempat keterampilan berbahasa tersebut harus
dilaksanakan secara seimbang dan terpadu.
Dari keempat keterampilan berbahasa itu, kiranya keterampilan membaca
memerlukan perhatian khusus di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.
Membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap
siswa, yang harus dikuasai agar mereka dapat mengikuti seluruh proses
pembelajaran. Keterampilan membaca sangat penting dimiliki setiap siswa
karena banyak kegiatan pembelajaran yang menuntut keterampilan membaca
1
siswa. Membaca mempunyai manfaat yang penting, karena dengan membaca
dapat memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang. Membaca perlu
diterapkan saat anak masih sedini mungkin, ketika anak memasuki lembaga
pendidikan formal. Dengan membaca siswa diharapkan akan memperoleh
berbagai informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Kenyataannya yang dapat dilihat hingga saat ini adalah masih rendahnya
keterampilan membaca siswa, karena masih banyak siswa yang malas untuk
membaca atau rendahnya minat baca siswa. Memasuki era globalisasi, bangsa
Indonesia mengalami perubahan yang berdampak pada bidang teknologi,
komunikasi, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Perubahan tersebut
membawa pengaruh positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia, khususnya
bagi para pelajar Indonesia. Salah satu contohnya adalah internet, para siswa
dapat menemukan informasi terkini secara cepat dengan mengakses situs-situs
edukatif di internet. Akan tetapi, yang sering terjadi pada kehidupan
sehari-hari adalah siswa lebih suka menggunakan internet untuk bermain game atau
untuk mengakses jejaring sosial. Siswa seharusnya lebih banyak dihadapkan
dengan berbagai ragam bacaan yang bertujuan untuk meningkatkan dan
menumbuhkan minat baca siwa. Guru harus memberi materi bacaan yang
menarik sehingga siswa dapat termotivasi dan semangat siswa untuk membaca
dengan sungguh-sungguh.
Selain itu, faktor penyebab rendahnya minat baca dan keterampilan
membaca siswa adalah terletak pada model, metode, strategi, atau teknik yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Pada umumnya model pembelajaran
yang digunakan oleh guru di kelas adalah pembelajaran konvensional yang
diaplikasikan dalam bentuk metode ceramah. Teknisnya yaitu, guru berada di
depan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa mendengarkan,
menyimak, dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Terkadang
kegiatannya diselingi dengan pertanyaan, diskusi, dan diselingi dengan
kegiatan latihan. Pada pembelajaran seperti ini suasana kelas cenderung
teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Sehingga merasa cepat bosan
siswa yang merasa bosan dalam proses pembelajaran sering kali tidak
memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa sulit untuk memahami suatu
bacaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga dapat berdampak
kepada keterampilan berbahasa siswa. Hal ini tidak berarti bahwa metode
ceramah tidak baik, akan tetapi pada suatu saat siswa akan merasa bosan
apabila hanya duduk, diam, dan mendengarkan. Padahal banyak sekali
model-model pembelajaran menarik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Model-model pembelajaran yang menarik dapat
meningkatkan minat siswa untuk belajar. Sehingga keterampilan berbahasa
juga dapat dikuasai siswa dengan baik, khususnya keterampilan membaca.
Keberhasilan belajar siswa akan tercapai apabila terjadi interaksi dua arah
antara guru dengan siswa sudah dapat berjalan dengan baik. Dari semua faktor
penyebab rendahnya minat baca siswa, dapat berpengaruh pada tingkat
pemahaman siswa terhadap suatu isi bacaan. Oleh karena itu, upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
bacaan adalah dengan menyajikan pembelajaran dengan metode yang kreatif,
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami bacaan. Untuk itu dalam
kegiatan pembelajaran diperlukan sebuah strategi belajar yang
memberdayakan siswa secara aktif. Salah satunya adalah dengan membuat
pola pembelajaran yang menekankan kerjasama antar siswa.
Rendahnya nilai keterampilan membaca para siswa khususnya membaca
pemahaman menunjukkan ada kelemahan yang dihadapi siswa dalam belajar
membaca pemahaman. penyebab siswa “gagal” dalam belajar membaca
pemahaman berkaitan dengan rendahnya minat membaca siswa. Untuk
memecahkan permasalahan tersebut, peneliti dapat melakukan tindakan untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan
strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Strategi ini sangat cocok
diterapkan dalam kegiatan membaca karena strategi ini bertujuan untuk
melatih siswa berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan
Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, mengemukakan bahwa:
“Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) merupakan strategi pembelajaran dimana guru memotivasi usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan siswa secara intelektual serta mendorong siswa merumuskan pertanyaan dan hipotesis, memproses informasi, dan
mengevaluasi solusi sementara.”2
Tujuan penggunaan strategi ini adalah untuk melatih siswa berkonsentrasi
dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Selain itu,
Stauffer menyatakan bahwa strategi Directed Reading Thinking Activity
(DRTA) diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Strategi DRTA
memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks karena siswa memprediksi dan
membuktikannya ketika mereka membaca.3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengkaji masalah
tersebut melalui penelitian dengan judul “PENGARUH PENERAPAN STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DONGENG PADA SISWA KELAS V SD PUTRA JAYA DEPOK.”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti mengidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Minat siswa dalam membaca sangat rendah.
2. Pemahaman siswa terhadap suatu wacana atau cerita kurang.
3. perhatian guru terhadap keterampilan membaca siswa kurang.
4. Strategi pembelajaran yang digunakan masih rendah dalam kemampuan
membaca pemahaman.
5. Guru belum menggunakan strategi yang variatif dalam keterampilan
membaca.
2
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 47
3
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan indentifikasi masalah di atas, maka
penelitian ini dibatasi pada masalah:
1. Pemahaman siswa terhadap suatu wacana atau cerita kurang.
2. Penerapan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
membaca siswa kurang.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan
masalah sebagai berikut : “Apakah penerapan strategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA) berpengaruh terhadap keterampilan membaca
pemahaman dongeng di kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun Pelajaran 2013/2014?”
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi
Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca
pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun
Pelajaran 2013/2014.
F.
Manfaat Penelitian
1.
Teoretis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat penelitian
secara teoretis diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat
menjadi salah satu landasan untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman.
2.
Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan Manfaat langsung bagi sekolah,guru
a) Bagi Sekolah
Sekolah dapat memperkaya wawasan tentang strategi pembelajaran
membaca khususnya tentang penggunaan strategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA) untuk meningkatkan keterampilan
membaca.
b) Bagi Guru
Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai strategi
pembelajaran yang yang dapat digunakan dalam mengelola proses
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran membaca pemahaman.
c) Bagi Siswa
Menambah pengalaman belajar yang bervariasi sehingga dapat
meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman.
Selain itu, juga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
7
A.
Deskripsi Teoretik
1.
Hakikat Keterampilan Membaca
a.
Pengertian Membaca
Tarigan menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendakdisampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.1 Hal
senada juga dikemukakan oleh Harjasujana yang menjelaskan bahwa
membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis
denganmenggunakan pengertian yang tepat.2
Ronald Wardhaugh dalam artikelnya “Reading Technical Process”,
mengemukakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan aktif karena pembaca
tetap aktif membaca sambil mencari informasi.3 Kegiatan membaca juga
besifat interaktif dalam arti bahwa pembaca berinteraksi dengan teks. Si
pembaca dituntut untuk berpartisipasi secara konstruktif dan terus-menerus. Ia
dituntut untuk menggunakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
Lebih banyak tampak karakteristik tersebut, lebih berhasil pulalah seseorang
mencapai kemampuan membaca. Dengan kata lain, membaca adalah proses
menyusun kembali (reconstruct) pola-pola kalimat, yang tercetak pada
halaman tempat ide-ide informasi dan pesan dituangkan oleh penulis agar
dimengerti.
1
Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008). h. 7
2
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan berbahasa Indonesia (teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati,2012),h.65
3
Dalman menjelaskan membaca merupakan suatu kegiatan atau proses
kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat
dalam tulisan.4 Somadayo mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan
interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung
didalam bahan tulis.5 Sementara Klein, dkk yang dikutip oleh Farida Rahim,
mengemukakan definisi membaca mencakup:6
(1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis,
(3) membaca merupakan interaktif.
Sedangkan Gilet dan Temple yang dikutip oleh Samsu Somadayo,
menyatakan bahwa membaca adalah kegiatan fisual, berupa serangkaian
gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan
pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan kelompok kata
untuk memperoleh pemahaman.7
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang membaca di atas, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses mengenali dan
memahami makna yang terkandung dalam bahasa tulis sebagai interaksi untuk
memperoleh pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis.
b.
Manfaat Membaca
Syafi‟ie yang dikutip oleh Farida Rahim, menyatakan bahwa sebagai
bagian dari keterampilan berbahasa, keterampilan membaca mempunyai
kedudukan yang sangat penting dan strategis karena melalui membaca, orang
dapat memahami kata yang diutarakan seseorang. Selain itu, melalui
4
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 3 5
Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 4
6
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011), h. 3 7
membaca, seseorang dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di
tempat lain melalui membaca buku, surat kabar, majalah dan internet.8
Kudharu Saddhono menyebutkan beberapa manfaat membaca, antara
lain yaitu:
1) memperoleh banyak pengalaman hidup; 2) memperoleh pengetahuan umum;
3) mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa;
4) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.9
Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca.
Oleh karena itu, pembelajaran membaca perlu disajikan sejak pendidikan
dasar. Bila keterampilan membaca di sekolah dasar tidak diajarkan sebaik
mungkin, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi.
c.
Aspek-aspek Membaca
Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses membaca dimulai
dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol
grafis melalui indera penglihatan. Kemudian sampai kepada memahami isi
bacaan, siswa terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang
dihadapinya. Kemudian siswa diharapkan mampu membuat simpulan dengan
menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Oleh karena
itu, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
1) Mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup:
a) Pengenalan bentuk huruf
b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain)
c) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”)
d) Kecepatan membaca ke taraf lambat
8
Farida Rahim, op.cit.,h. 3
9
Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet,Meningkatkan Keterampilanberbahasa Indonesia
2) Pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:
a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal) b) Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang,
relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca) c) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)
d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.10
Sedangkan Novi Resmini, dkk menyebutkan aspek-aspek membaca, sebagai berikut:11
1) Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis. 2) Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang
dilihat sebagai simbol.
3) Aspek schemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada.
4) Aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari.
5) Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap kegiatan membaca.
Berdasarkan paparan aspek-aspek tersebut, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa aspek membaca terdiri dari aspek keterampilan bertaraf
rendah (mekanis) yang dimulai dengan pengenalan unsur-unsur linguistik
sampai kepada pelafalan unsur-unsur tersebut. Aspek keterampilan yang
bersifat mekanis ini biasanya ditekankan pada peserta didik yang berada di
kelas rendah. Dilanjutkan pada aspek keterampilan bertaraf tinggi
(pemahaman), pada aspek ini peserta didik diharapkan mampu memahami
pengertian serta makna-makna yang terkandung dalam suatu bacaan. Aspek
keterampilan yang bersifat pemahaman ini biasanya ditekankan pada peserta
didik yang berada di kelas tinggi.
10
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 12-13.
11
Novi Resmini, dkk, Membaca Dan Menulis di SD Teori dan pengajarannya, (Bandung:
d.
Tujuan Membaca
Tarigan menjelaskan tujuan utama membaca adalah untuk mencari
informasi, mencakup isi, serta memahami makna bacaan.12 Nurhadi yang
dikutip oleh Dalman menjelaskan tujuan membaca ada beberapa macam,
yaitu:13
1) membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah);
2) membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan; 3) membaca untuk menikmati karya sastra;
4) membaca untuk mengisi waktu luang;
5) membaca mencari keterangan tentang suatu istilah
Sedangkan Blanton, dkk yang dikutip oleh Farida Rahim,
menyebutkan tujuan membaca, yaitu:14 1) kesenangan; 2) menyempurnakan
membaca nyaring; 3) memperbaharui pengetahuan; 4) mengaitkan informasi
baru dengan informasi yang telah diketahui; 5) memperoleh informasi untuk
laporan lisan atau tertulis; 6) mengkonfirmasi atau menolak prediksi; 7)
menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks; dan 8) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Adapun tujuan dari kegiatan membaca pada penelitian ini adalah yang
berhubungan dengan membaca untuk studi, yaitu untuk memahami isi dari
suatu bahan bacaan secara keseluruhan sehingga pemahaman yang
komprehensif tentang isi bacaan tercapai.
d)
Jenis-jenis Membaca
Tarigan menjelaskan jenis-jenis membaca sebagai berikut:
1) Membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud; oral
reading)
12
Henry Guntur Tarigan, Op.cit., h. 9 13
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h.12 14
2) Membaca dalam hati (silent reading) dibedakan menjadi:
(a) Membaca ekstensif (extensive reading) yang meliputi:
(1) Membaca teliti
(2) Membaca sekilas
(3) Membaca dangkal
(b) Membaca intensif (intensive reading) yang meliputi:
(1) Membaca telaah isi (content study reading) yang
mencakup: membaca teliti (close reading), membaca
pemahaman (comprehensive reading), membaca kritis
(critical reading), membaca ide (reading for ideas)
(2) Membaca telaah bahasa (language study reading) yang
mencakup: membaca bahasa asing (foreign language
reading), membaca sastra (literary reading).15
Untuk memperjelas keterangan di atas, Tarigan menggambarkan
bagan sebagai berikut.
15
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Skema16
Sedangkan, Burhan El Fanany menjelaskan jenis-jenis membaca
terbagi atas beberapa hal, sebagai berikut:17
1) Membaca yang bersuara
Membaca bersuara yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang
merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama
orang lain. Jenis membaca ini mencangkup beberapa hal sebagai
berikut:
(a) Membaca nyaring dan keras, yaitu kegiatan pembaca yang
dilakukan dengan keras.
(b) Membaca teknik, biasa disebut membaca lancar.
(c) Membaca indah
Membaca indah hamper sama dengan membaca teknik yaitu
membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama
lagu, ucapan, dan mimic membaca sajak dalam apresiasi.
16
Henry Guntur Tarigan., Ibid, h. 14. 17
2) Membaca yang tidak bersuara
Membaca tidak bersuara yaitu aktivitas membaca dengan
mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata
dan ingatan. Membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang
mencakup:
(a) Membaca teliti, yaitu membaca yang menuntut suatu
pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
(b) Membaca pemahaman, yaitu pembaca yang penekanannya
diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasi isi
bacaan.
(c) Membaca ide, yaitu membaca dengan maksud mencari,
memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada
bacaan.
(d) Membaca kritis, yaitu membaca yang dilakukan secara
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluative, serta
analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
(e) Membaca telaah bahasa, mencakup dua hal yaitu: membaca
bahasa asing dan membaca sastra
(f) Membaca skimming (sekilas), yaitu cara membaca yang hanya
untuk mendapatkan ide pokok.
(g) Membaca cepat, yaitu keterampilan memilih isi bahan yang
harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya
dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni
bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan.
Berdasarkan jenis-jenis membaca yang dijelaskan oleh Tarigan dan
Burhan memiliki pengertian sedikit sama, maka dapat disimpulkan bahwa
untuk melatih keterampilan yang bersifat mekanis, guru dapat menggunakan
keterampilan pemahaman, guru dapat menggunakan teknik membaca dalam
hati (silent reading). Teknik membaca dalam hati dapat dibagi ke dalam
jenis-jenis membaca yang telah digambarkan pada skema di atas. Jenis-jenis-jenis
membaca tersebut dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
pembaca dalam mencari sebuah informasi yang dimuat dalam suatu wacana.
Contohnya, untuk memahami unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita,
pembaca dapat menggunakan jenis membaca pemahaman (reading for
understanding). Membaca pemahaman ini digunakan pembaca untuk
memahami isi sebuah cerita, sehingga pembaca dapat menyimpulkan cerita
yang telah dibaca.
2.
Keterampilan Membaca Pemahaman
a.
Pengertian Membaca Pemahaman
Purwanto menjelaskan bahasa adalah alat terpenting dalam berpikir
karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia dapat berpikir. Tanpa
bahasa, manusia tidak dapat berpikir karena eratnya hubungan antara bahasa
dan berpikir.18 Tarigan menjelaskan bahwa membaca pemahaman (reading
for under standing) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami
standar-standar atau norma-norma kesastraan (literal standars), resensi kritis
(critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (pattern of
ficion).19
Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa
yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai
bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan
18
Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 77. 19
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
berbagai proses mental dan sistem kognisinya.20 Untuk memahami suatu
bacaan, pembaca harus melibatkan beberapa kegiatan berpikir yang tinggi,
seperti ingatan dan daya khayal. Sehingga pembaca mampu memahami apa
yang telah dibaca dan dapat memecahkan masalah dari persoalan yang ada.
Sedangkan menurut Somadayo mengemukakan bahwa membaca
pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif
melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca
serta dihubungkan dengan isi bacaan.21
Rubin yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa
membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang
mencakup dua kemampuan utama, yaitu kemampuan penguasaan makna dan
kemampuan berpikir tentang konsep verbal.22 Turner yang dikutip oleh Samsu
Somadayo, menjelaskan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami
bacaan secara baik apabila pembaca dapat:23
1) Mengenalkata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya,
2) Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan,
3) Memahami seluruh makna secara kontekstual,
4) Membuatpertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca.
Oleh karena itu keterampilan membaca harus menjadi perhatian
khusus bagi para guru karena dengan adanya keterampilan membaca yang
dimiliki siswa maka akan membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Setiap materi yang diajarkan oleh guru
pasti melalui proses membaca, contohnya membaca buku pelajaran di mana di
20
Iskandar dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 3, h. 246.
21
Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 10
22
Samsu Somadayo, Ibid., h. 7 23
dalam buku pelajaran terdapat banyak informasi yang dapat dipahami siswa
dengan membaca.
b.
Tujuan Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan proses yang kompleks proses ini
melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Burns dkk. yang dikutip oleh
Farida Rahim, menyebutkan proses membaca pemahaman terdiri atas 9 aspek,
yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi,
sikap, dan gagasan.24
Anderson yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa
membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam
teks. Tujuan tersebut antara lain:25
1) untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta, 2) mendapatkan ide pokok,
3) mendapatkan urutan organisasi teks, 4) mendapatkan kesimpulan,
5) mendapatkan klasifikasi,
6) membuat perbandingan ataupertentangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari membaca pemahaman adalah mampu menangkap pesan,
informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik. adapun tujuan membaca
pemahaman dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan kesimpulan isi
cerita atau bacaan sesuai dengan ide pokok yang terdapat dalam cerita atau
bacaan.
c.
Aktivitas Siswa Saat Membaca Pemahaman
Belajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan banyak aktivitas.
Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik. Paul D.
24
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011), h. 12 25
Dierich yang dikutip oleh A.M Sardiman membagi kegiatan belajar dalam 8
kelompok.26
1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), misalnya: menggambar, membuat grafik, peta diagram.
6) Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities), yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, pendekatan mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Adapun aktivitas yang akan dilakukan siswa dalam membaca
pemahaman melalui strategi DRTA adalah kegiatan visual, lisan,
mendengarkan, menulis, mental dan emosional.
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman
Somadayo menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses membaca pemahaman diantaranya:27
1) tingkat intelegensi, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya;
2) kemampuan berbahasa, karena keterbatasan kosa kata yang dimilikinya seseorang akan sulit memahami teks bacaan tertentu;
26
A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h. 101
27
3) sikap dan minat, sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang atau tidak senang, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu;
4) keadaan bacaan yang berkenaan dengan tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya;
5) kebiasaan membaca, maksudnya apakah seseorang tersebut mempunyai tradisi membaca atau banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang sebagai kebutuhan;
6) pengetahuan tentang cara membaca,misalnya dalam menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata- kata kunci secara cepat, dan sebagainya;
7) latar belakang sosial, ekonomi dan budaya; 8) emosi, misalnya keadaan emosi yang berubah;
9) pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
Dari penjelasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman adalah tingkat intelegensi,
kemampuan berbahasa, sikap dan minat, keadaan bacaan, kebiasaan
membaca, pengetahuan tentang cara membaca, latar belakang pembaca
sendiri serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca
sebelumnya.
e.
Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman
Nurhadi menjelaskan pada kegiatan membaca pemahaman terdapat
tiga tingkatan kemampuan membaca yaitu: kemampuan membaca literal,
kritis, dan kreatif.28
1) Kemampuan membaca literal
Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca mengenal
dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya
28
pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak
jelas) dalam bacaan.
2) Kemampuan membaca kritis
Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah
bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan
bacaan baik makna tersurat maupun tersirat. Adapun hal-hal yang tercakup
dalam kemampuan ini adalah: (a) menemukan informasi faktual; (b)
menemukan ide pokok; (c) menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab
akibat; (d) menemukan suasana; (e) membuat kesimpulan; (f) menemukan
tujuan pengarang; (g) memprediksi dampak; (h) membedakan opimi dan
fakta; (i) membedakan realitas dan fantasi; (j) mengikuti petunjuk; (k)
menemukan unsur propaganda; (l) menilai keutuhan dan keruntuhan gagasan;
(m) menilai kelengkapan dan kesesuaian antar gagasan; (n) menilai
kesesuaian antara judul dan isi bacaan; (o) membuat kerangka bahan bacaan;
dan p) menemukan tema karya sastra.
1) Kemampuan membaca kreatif
Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari
kemampuan membaca seseorang. Artinya, seorang pembaca yang baik, tidak
hanya sekedar menangkap makna tersurat dan tersirat, tetapi juga mampu
menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Keterampilan
dalam membaca kreatif yaitu: (a) mengikuti petunjuk bacaan kemudian
menerapkannya; (b) membuat resensi buku; (c) memecahkan masalah
sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku; (d) mengubah buku cerita
menjadi bentuk drama; (e) mengubah puisi menjadi prosa; (f) mementaskan
drama; dan (g) membuat esai atau artikel sosial.
Berdasarkan tingkatan membaca pemahaman yang telah dibahas,
membaca pemahaman yang akan ditingkatkan dalam penelitian di kelas V SD
Putra Jaya Depok.
3.
Dongeng
a.
Pengertian Dongeng
Burhan Nurgiyantoro menjelaskan istilah dongeng dapat dipahami
sebagai cerita rakyat yang bersifat universal yang dapat ditemukan di berbagai
pelosok masyarakat dunia. Dongeng sebagai salah genre cerita anak
tampaknya dapat dikategorikan sebagai salah satu cerita fantasi dan dilihat
dari segi panjang cerita biasanya relatif pendek.29
Sedangkan James Danandjaja, pengertian dongeng adalah cerita
pendek yang disampaikan secara lisan, dimana dongeng adalah cerita prosa
rakyat yang dianggap tidak benar benar terjadi.30
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar tejadi yang
berisi tentang petualangan yang penuh imajinasi dan terkadang tidak masuk
akal dengan menampilkan situasi dan para tokoh yang luar biasa/ goib.
b.
Ciri-ciri Dongeng
Ciri-ciri dongeng menurut Burhan Nurgiyantoro, yaitu :31
1) cerita fantasi,
2) dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat, dan
3) kekurang jelasan latar terlihat sejak cerita dongeng dimulai yaitu sering menggunakan kata-kata pembuka “Pada zaman dahulu kala”.
29
Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Sastra Anak, (Yogyakarta: BPFE, 2013), h. 198
30
Hetty Rusyanti. “Pengertian Dongeng, Definisi Dongeng Menurut Para Ahli”, dari
http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-dongeng-definisi-dongeng-menurut-ahli.html. 5
November 2014, 07.00 WIB
31
Berdasarkan ciri-ciri dongeng di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa dongeng adalah sebuah cerita khayalan atau fantasi yang
menceritakan suatu kehidupan, dan kita bisa mengambil pelajaran (moral)
di dalamnya.
c.
Jenis-jenis Dongeng
Sihabudin dkk, menjelaskan jenis-jenis dongeng, antara lain :32
1) Fabel
Fabel merupakan cerita dengan pelaku binatang yang
didalamnya memuat ajaran tertentu. Binatang yang diangkat sebagai
pelaku cerita tersebut bisa berbagai macam, sehingga antara wilayah
yang satu dan yang lain yang berbeda-beda.
2) Parabel
Parabel adalah dongeng khayal yang mengandung ajaran yang
baik. Munculnya parabel ini dimungkinkan karena pada waktu itu
masih sangat terbatas pendidikan formal, sehingga diperlukan suatu
alat untukmendidik masyarakatnya. Dongeng atau cerita yang
digolongkan parabel ini adalah hampir semua cerita fabel. Hal ini
dikarenakan hampir semua cerita fabel yang ada di Indonesia pada
umumnya berupa ajaran yang baik bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu dongeng “Kancil, Burung Bayan, Bujuk dan Tupai disebut parabel. 3) Sage
Sage merupakan dongeng/cerita khayal yang memasukkan
peristiwaperistiwa, tempat kejadian, dan tokoh-tokohnya merupakan
tokoh sejarah. Misalnya Jaka Tarub, Angling Darma, Lutung
Kasarung, dan Ciung Wanara.
32
4) Mite / Mitos
Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan asal
usul kehidupan manusia, asal usul keberadaan suatu tempat yang
berhubungan dengan kehidupan dewa-dewi maupun tokoh yang
memiliki hubungan dengan kehidupan kedewataan.
5) Legende atau Legenda
Legenda merupakan cerita kepahlawanan dari sosok tokoh
yang dianggap sakti, suci, atau memiliki kelebihan tertentu
dibandingkan manusia pada umumnya. Meskipun jelas merupakan
cerita yang bersifatimajinatif, karena biasa dihubungkan dengan
peristiwa kesejarahan akhirnya legenda sering dianggap sebagai cerita
yang seakan sungguh-sungguh pernah terjadi.
d.
Unsur-Unsur Instrinsik Dongeng
Burhan Nurgiantoro, menjelaskan unsur-unsur instrinsik dalam dongeng,
yaitu:33
1) Tema
Tema merupakan suatu gagasan atau ide sentral yang menjadi pangkal
tolak penyusunan cerpen dan sekaligus menjadi sasaran cerpen tersebut.
2) Amanat
Amanat adalah pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada
pembaca. Penyampaian amanat dapat dilakukan secara eksplisit maupun
implisit.
3) Plot atau alur
Plot atau alur adalah sambung-sinambungnya periristiwa berdasarkan
hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi,
tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi.
33
4) Penokohan
Dari segi penokohan, tokoh0tokoh dongeng pada umumnya
terbelah menjadi dua macam, yaitu tokoh berkarakter baik dan
buruk.selain itu, dilihat dari unsure karakter tersebut, tokoh-tokoh
dongeng pada umumnya lebih berkarakter sederhana. Hal itu berarti
bahwa seorang tokoh yang telah dipasang sebagai tokoh berkarakter
baik, maka baik selamanya. Demikian pula sebaliknya dengan tokoh
yang berkarakter buruk.
5) Waktu dan tempat
Waktu dan tempat dapat terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa
perlu harus ada semacam pertanggung jawaban pelataran.
Kekurangjelasan latar sebut sudah terlihat sejak cerita dongeng
dimulai, yaitu yang sering mempergunakan kata-kata pembuka penunjuk waktu seperti: “Pada zaman dahulu kala”. Demikian juga mengenai latar tempat yang hanya sering disebut “di negeri antah
berantah”, “di suatu tempat di pinggir hutan”, dan lain-lain.
6) Sudut pandang
Sudut pandang ini dapat dipandang sebagai cerita fantasi, cerita
ysng mengikuti daya fantasi walau terkesan aneh-aneh walau secara
logika sebenarnya tidak dapat diterima.
Berdasarkan unsur-unsur yang telah disebutkan di atas, dan
disesuaikan dengan SK dan KD kelas V, unsur-unsur intrinsik yang
4.
Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal.34Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam
pembelajaran. Artinya, penyusunan suatu strategi hanya sampai pada tahap proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tahap tindakan. Kedua, strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar
semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Abdul Majid menjelaskan strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, yaitu tujuan pembelajaran.35 Sedangkan, Moore yang
dikutip oleh Martinis Yanim mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan keseluruhan perencanaan untuk mengajar pelajaran tertentu yang
memuatkan metode dan urutan langkah-langkah yang diikuti untuk melaksanakan
kegiatan belajar.36
Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi adalah ilmu dan kiat di dalam
memanfaatkan segala sumber yang dimiliki atau yang dapat dikerahkan untuk
34
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 126
35
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 7 36
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.37 Dalam konteks pengajaran, Gagne yang
dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar strategi adalah kemampuan
internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil
keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik
berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam
mengambil keputusan. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar menjelaskan bahwa
strategi adalah taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam
proses belajar mengajar bahasa, sehingga peserta didik dapat leluasa berpikir dan
mengembangkan kemampuan kognitifnya.38
Kemp yang dikutip oleh Hamruni, menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.39
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca
menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan dengan faktor-faktor
yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca dan konteks. Dalam teori
membaca dikenal beberapa strategi membaca. Strategi-strategi membaca tersebut,
pada dasarnya menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga
dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Farida Rahim,
mengkategorikan strategi membaca sebagai berikut:40
a. Strategi Bawah-Atas
Klein dkk. yang dikutip oleh Farida Rahim menyatakan bahwa strategi
bawah atas merupakan strategi pemahaman bacaan yang dibangun berdasarkan
data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan
yang lebih tinggi. Strategi bawah-atas pada umumnya digunakan dalam
37
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011), h. 36
38
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3
39
Hamruni,Strategi Pembelajaran,(Yogyakarta: Insan Madani, 2011) h. 2 40
pembelajaran membaca awal. Mula-mula siswa memproses simbol-simbol grafis
secara bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami huruf menjadi
kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat, kemudian membentuk teks.
Dalam pembelajaran membaca di kelas awal SD, strategi ini dimulai dengan
memperkenalkan nama dan bentuk huruf kepada siswa, memperkenalkan
gabungan-gabungan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat. Metode ini dikenal dengan metode eja.
b. Strategi Atas-Bawah
Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi membaca atas-bawah
merupakan model yang dikembangkan oleh Coady yang mendasarkan teorinya
pada konsep psikolinguistik. Long dan Richards yang dikutip oleh
Rahim,menyatakan bahwa strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi
bawah atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks
dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi,
kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks.
c. Strategi Campuran (Eclectic)
Klein, dkk. yang dikutip oleh Rahim, menjelaskan bahwa guru yang baik
tidak perlu memakai satu teori saja. Mereka bisa mengambil dan memilih yang
terbaik dari semua strategi yang ada termasuk pandangan-pandangan teoretis dan
model pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa
digunakan dalam waktu yang bersamaan jika diperlukan.
d. Strategi Interaktif
Rubin yang dikutip oleh Farida Rahim, pengetahuan yang telah dimiliki
pembaca disebut latar belakang pengetahuan pembaca, dan struktur pengetahuan
awal tersebut disebut skemata. Menurut teori skema, memahami teks merupakan
proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dengan teks.
tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks
yang dibacanya.
e. Strategi Know-Want to Know Learned (KWL)
Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi KWL merupakan strategi yang
dikembangkan oleh Ogle untuk membantu guru menghidupkan latar belakang
pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Strategi ini memberikan siswa
tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat dan
sesudah membaca. Startegi KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun
siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui,
menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingatkan kembali apa yang
mereka pelajari dari membaca.
f. Strategi DRA
Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi DRA merupakan strategi yang
dirancang oleh Betts. Eanes yang dikutip oleh Farida Rahim, menjelaskan bahwa
strategi DRA sebagai kerangka berpikir untuk merencanakan pembelajaran
membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai media
pengajaran dan kemahiraksaraan sebagai alat belajar. Komponen strategi DRA
dibagi dalam empat tahap, yaitu persiapan, membaca dalam hati, dan tindak
lanjut.
g. Strategi DRTA
Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, strategi DRTA merupakan suatu
kritikan terhadap penggunaan strategi DRA karena strategi DRA kurang
memperhatikan keterlibatan siswa berpikir tentang bacaan. strategi DRA
terlampau banyak melibatkan arahan guru dalam memahami bacaan, sedangkan
strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa
memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca.
Dari ketujuh strategi pembelajaran membaca pemahaman tersebut, peneliti
karena strategi ini dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan cara
memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, siswa memprediksi dan
membuktikannya ketika mereka membaca. Dengan demikian pemahaman siswa
akan meningkat sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat
kesimpulan.
5.
Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA)
Strategi DRTA adalah strategi membaca dan berpikir secara langsung.
Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi DRTA
memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan
membuktikannya ketika membaca. Dengan strategi DRTA guru bisa memotivasi
usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan mereka secara intelektual serta
mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis, memproses informasi,
dan mengevaluasi solusi sementara.41
Strategi ini diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Dengan strategi
DRTA guru dapat membantu siswa ketika mereka kesulitan berinteraksi dengan
bahan bacaan. Langkah-langkah membaca pemahaman dengan strategi DRTA
menurut Rahim adalah sebagai berikut:42
a) Membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul
Guru menuliskan judul cerita di papan tulis, kemudian guru menyuruh
seorang siswa membacakannya. Biarkan setiap siswa mempunyai kesempatan
untuk membuat prediksi.
b) Membuat prediksi dari petunjuk gambar
Guru menyuruh siswa memperhatikan gambar seri dengan seksama.
Selanjutnya guru menyuruh siswa memperhatikan salah satu gambar dan
menanyakan kepada siswa apa sebenarnya yang terjadi pada gambar tersebut.
41
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,(Jakarta: BumiAksara, 2011),h. 47
42
c) Membaca bahan bacaan
Guru menyuruh siswa membaca bagian bacaan dari gambar yang telah
diprediksi ceritanya.
d) Menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan prediksi
Ketika siswa membaca bagian pertama dari cerita, guru mengarahkan
suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan. Kemudian guru menyuruh
siswa yang yakin bahwa prediksinya benar untuk membaca nyaring di depan
kelas bagian dari bacaan yang mendukung prediksi mereka.
e) Guru mengulang kembali prosedur 1 sampai 4 hingga semua bagian
pelajaran di atas telah tercakup.
Sedangkan, Yunus Abidin menjelaskan bahwa metode DRTA dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembelajaran sebagai berikut :43
1. Tahap Prabaca
a) Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa informasi tentang isi bacaan.
b) Siswa membuat prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Jika siswa belum mampu, guru harus memancing siswa untuk membuat prediksi. Diusahakan dihasilkan banyak prediksi sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju. Beberapa pancingan untuk membuat prdiksi antara lain :
1) Menurut pendapatmu, apa isi cerita yang berjudul “X” ini?
2) Bagaimana nasib tokoh cerita dalam cerpen ini? 3) Prediksi mana yang menurutmu paling benar? 2. Tahap Membaca
a) Siswa membaca dalam hati cerita untuk mengecek prediksi yang telah dib