• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

PENGARUH PERSEPSI MENGENAI BIROKRASI

TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT

RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

BONTOR EBENEZER SINAMO

041301097

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

SKRIPSI

PENGARUH PERSEPSI MENGENAI BIROKRASI

TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT

RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN

Dipersiapkan dan disusun oleh:

BONTOR EBENEZER SINAMO 041301097

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 8 September 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Chairul Yoel. Sp. A (K)

NIP 195005041977061001

Tim Penguji

1. Ferry Novliadi, M. Si Penguji I/ pembimbing

NIP 197411112006041001

2. Zulkarnain, M. Psi Penguji II

NIP 197312101987011001

3. Lili Garliah, M. Si Penguji III

(3)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan unutk meraih gelar

kesarjaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari

hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini,

saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, September 2009

Bontor Ebenezer Sinamo

(4)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan

Bontor Ebenezer Sinamo dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Birokrasi adalah proses yang bersifat struktural dan norma yang digunakan setiap

organisasi yang dirancang untuk menangani tugas administratif dalam skala besar

serta mengkoordinasikan pekerjan orang banyak secara sistematis. Birokrasi

awalnya dipandang sebagai suatu bentuk organisasi yang paling efisien. Namun

dalam perkembangannya, birokrasi sering dianggap menimbulkan konsekuensi

negatif. Bagaimana perawat mempersepsikan birokrasi akan sangat

mempengaruhi stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh persepi mengenai birokrasi pada perawat terhadap stres kerja.

Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Pirngadi Medan. Penelitian ini

dilakukan pada 70 perawat di gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan yang

telah dipilih dari 236 perawat di gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan

dengan menggunakan teknik probability-simpel random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja yang disusun berdasarkan

asperk stres kerja menurut Beehr dan Newman (dalam Luthans, 1998) dan skala

persepsi mengenai birokrasi yang disusun berdasarkan dimensi birokrasi menurut

Hall (dalam Kast dan Roseinweight, 1985). Uji daya beda aitem dilakukan dengan

menggunakan koefisien korelasi Product Moment oleh Pearson dan untuk mengetahui reliabilitas alat ukur menggunakan teknik koefisien Alpha dari

Cronbach. Berdasarkan hasil estimasi daya beda aitem dan reliabilitas terhadap data uji coba yang diolah dengan program SPSS versi 15.0, maka diperoleh

(5)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

pengaruh positif persepsi mengenai birokrasi terhadap stres kerja pada perawat

Rumah Sakit Pirngadi Medan, dengan nilai koefisien beta sebesar 0,277 dan p =

0,003. Sedangkan sumbangan efektif variabel persepsi mengenai birokrasi

terhadap stres kerja adalah 11,9%.

(6)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

The Effect Of Perception About Bureaucracy to Job Stress at Nurse in Rumah Sakit Pirngadi Medan

Bontor Ebenezer Sinamo and Ferry Novliadi

ABSTRACT

Bureaucracy is a process characteristic of structure and norm in each organization

that used to coordination huge administrative task and work of people

systematicly. Beginning, bureaucracy was efficient organization type. In fact,

bureaucracy makes negative consequence. How the nurse perceive the

bureaucracy they got will effect the job stress they had. The purpose of this

research was to identify the effect of perception about bureaucracy to nurse’s job

stress. The research was held in one of hospital in Medan, that was Rumah Sakit

Pirngadi Medan. The subject used on this reseach were 70 nurse work in gedung

baru Rumah Sakit Pirngadi Medan that has been choosen randomly from 236

nurse work in gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan with probability-simple

random sampling technique. The tools used on this reseacrh are job stress scale

and perception about bureaucracy scale. The job stress scale formulated according

to job stress aspect by Beehr and Newman (in Luthans, 1998) and perception

about bureaucracy scale was formulated by Hall (in Kast and Roseinweight,

1985). The validity of the scale was analyzed using Pearson Product Moment

correlation, and to analyzed the reliability using Alpha Cronbach Coefficient. The

result 0.883 for job stress scale and 0.98 for perception about bureaucracy scale.

The main result of this research shows that there was a positive effect on

perception about bureaucracy to nurse’s job stress in Rumah Sakit Pirngadi

Medan, with positive bheta coefficient (0.277) and p = 0.003. Meanwhile, the

ammount of effect on perception about bureaucracy to nurse’s job stress is

11.9%.

(7)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat

dan kasih-Nya yang terindah, sehingga penulis dimampukan untuk menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan ” ini merupakan suatu karya ilmiah yang disususn sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari beberapa pihak dalam

penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses

penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Feri Novliadi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Rumah Sakit Pirngadi Medan yang telah bersedia mengizinkan Peneliti untuk

melaksanakan penelitiannya mulai dari proses uji coba hingga penelitian asli

dilakukan.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara (Pak Is, Pak As, Pak Anto, Kak Devi, dll) yang telah banyak membantu

(8)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

5. Orang tua penulis dan keluarga tercinta, yang telah memberikan perhatian dan

dukungan penuh. Bapak L. P. Sinamo, SH dan Ibu N. Tumanggor.

Terimakasih banyak pak, mak buat didikan selama ini. Walaupun mamak

dalam keadaan pemulihan karena sakit, tetapi doamu selalu menyertaiku. Kak

Masta, Kak Masni, Kak Murni dan adikku Owen terimakasih atas dukungan

kalian semua. Terimakasih untuk abang iparku yang telah banyak

membantuku.

6. Keluarga besar Drg Sopan Sinamo (dan abang ipar), Kak Mondang

(membantuku di Pirngadi). Sudah banyak yang kalian berikan untukku.

Semuanya takkan terbalaskan.

7. Teman-teman satu kampus (Asroni, Saut, Tantri, Feni, Tasya, Agnes, Winida,

Imme, dll). Kalian sudah bagian dari hidupku.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan

saudara-saudara semua. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi rekan-rekan semua.

Medan, Agustus 2009

Penulis,

(9)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Perawat merupakan salah satu dari berbagai profesi yang berperan untuk

membantu individu yang mengalami masalah-masalah fisiologis. Perawat

merupakan profesi yang mengabdi kepada manusia dan lebih mendahulukan

kepentingan kesehatan masyarakat diatas kepentingan sendiri, rela dan peduli

mengasuh seseorang (Carruthers, 2006).

Kedudukan perawat penting karena mereka merupakan satu-satunya tenaga

kesehatan yang secara 24 jam dituntut untuk selalu di samping pasien (Suharyati,

2006). Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan ternyata

membutuhkan kepedulian terhadap kebutuhan pasien (Abraham & Shanley,

1997). Ikawati dalam Rochman (2001) berpendapat bahwa perawat memiliki

tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah-langkah keperawatan

yang diperlukan guna kesembuhan pasien, walaupun pada kenyataannya perawat

hanya diberi wewenang yang sangat kecil untuk hal tersebut, yakni ia tidak boleh

secara langsung memberi pengobatan kecuali sebelumnya sudah mendapat

instruksi yang tertulis dari rekam medik.

Dalam menanggapi tugas yang diterima, perawat mempersepsikan tugas secara

berbeda-beda. Pareek dan Milton (1981) mendefinisikan persepsi sebagai suatu

proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap

(10)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya

sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.

Rangsang yang diterima bisa menyebabkan stres. Stres biasanya dianggap

sebagai istilah negatif. Stres dianggap karena sesuatu yang buruk. Misalnya

teguran formal dari pimpinan atas kinerja yang buruk. Stres yang buruk disebut

distres. Selain stres yang buruk, ada juga stres positif dan menyenangkan yang disebabkan oleh hal yang baik. Misalnya pegawai yang ditawari promosi kerja di

tempat lain yang lebih baik. Hal ini disebut eustres (Luthans, 1998).

Stres bisa dialami oleh siapa saja. Hal yang menyebabkan stres bisa karena

pekerjaan (Ivancevich dan Mateson dalam Luthans, 1998). Beehr dan Newman

(dalam Luthans, 1998) mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi yang

muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan mereka, terdapat

ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang

terjadi dalam organisasi kerja. Aspek-aspek stres kerja antara lain fisik (berupa

kaki dan tangan dingin, lelah, tekanan darah tinggi, denyut nadi cepat, kehilangan

selera makan, gangguan pencernaan dan gangguan pernapasan), psikis (berupa

mudah lupa, pikiran kacau, susah konsentrasi, cemas, berpikiran obsesif, sukar

mengambil keputusan), perilaku (berupa tidak dapat berhubungan akrab dengan

orang lain, tidak asertif, tidak berani mengambil resiko, menarik diri, tidak punya

kontrol hidup).

Luthans (1998) menyatakan beberapa penyebab stres kerja. Hal yang

menyebabkan stres kerja antara lain: ekstraorganisasi (dipengaruhi oleh

(11)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

dan desain organisasi, proses organisasi), kelompok, dan individu (peranan

disposisi). Hal yang menarik bahwa organisasi itu sendiri menyebabkan stres

kerja. Beberapa contoh khusus mengenai sumber stres berasal dari organisasi

mencakup tanggung jawab tanpa otoritas, ketidakmampuan menyuarakan keluhan,

penghargaan yang tidak memadai, dan kurangnya deskripsi kerja yang jelas atau

menurunnya hubungan antar perawat.

Kebijakan dan strategi administratif dibuat agar organisasi berjalan dengan

lancar. Salah satu kebijakan dan strategi administratif adalah aturan birokrasi

(Luthans, 1998). Peraturan-peraturan dapat membantu dalam memelihara

hubungan dengan menyediakan ketentuan-ketentuan yang pasti seperti spesialisasi

dan pembagian kerja yang jelas. Sehingga orang dapat menduga pengaruh suatu

perbuatan terhadap orang lain dan bekerjasama untuk menghasilkan tujuan yang

dibuat (Abraham & Shanley, 1997). Hal ini akan mempengaruhi kualitas perawat.

Zeithaml dan Bitner (2003) menyatakan bahwa kualitas adalah suatu perbuatan,

cara, dan unjuk kerja. Pelayanan bukan sesuatu yang nyata ataupun bisa disentuh

dan dilihat. Pelayanan merupakan perbuatan ataupun unjuk kerja.

Peraturan-peraturan dan hal yang berhubungan dengan pekerjaan diatur dalam

birokrasi. Blau & Meyer (1987) mendefinisikan birokrasi sebagai jenis organisasi

yang dirancang untuk menangani tugas administratif dalam skala besar serta

mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis. Hampir setiap

organisasi memiliki sifat atau karakteristik birokrasi tertentu, namun dalam derajat

(12)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Konsep birokrasi pada awalnya dipandang sebagai suatu alat atau bentuk

organisasi yang paling efisien dan ideal dalam menangani berbagai kegiatan

dalam organisasi dan memungkinkan organisasi untuk menghadapi tantangan

secara lebih baik (Kast & Rosenzweig, 1985). Organisasi mempunyai otoritas

yang mendefinisikan siapa melapor kepada siapa, siapa mengambil keputusan,

dan keputusan-keputusan apa saja yang boleh dibuat oleh individu. Organisasi

juga menciptakan aturan, prosedur, kebijakan dan ragam lain dari peraturan untuk

membakukan perilaku karyawan. Semakin formal peratuan yang ditetapkan oleh

organisasi, semakin konsisten dan dapat diramalkan perilaku anggota kelompok

kerja (Robbins, 1998).

Namun dalam perkembangannya, birokrasi dianggap sering menimbulkan

konsekuensi-konsekuensi negatif yang bukan hanya tidak sesuai dengan tujuan

yang semula dikemukakan, tetapi juga lebih jauh dapat mengganggu efektifitas

organisasi (Kast & Rosenzweig, 1985). Kritik-kritik berkaitan dengan

karakteristik birokrasi kemudian banyak dikemukakan oleh para ahli, misalnya

sifat hirarkis dalam organisasi birokrasi cenderung menghambat komunikasi,

penekanan yang berlebihan terhadap aturan dan prosedur dapat menghambat

respon organisasi dan dapat menimbulkan kekakuan (Daft, 1983).

Pekerja ataupun pegawai merasa diintimidasi oleh karena adanya aturan yang

diberikan terlalu kaku seperti aturan terhadap pakaian mereka, kedatangan, dan

waktu keluar pada saat kerja. Adanya larangan untuk mengobrol dengan teman

merupakan faktor yang dapat memicu terjadi stres kerja (Cooper & Smith, 1985).

(13)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Maslach (1982) mengatakan bahwa sifat atau kualitas sebuah institusi, seperti

peraturan, prosedur, tujuan-tujuan, dan lain sebagainya, menentukan dan memberi

batasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara pemberi

pelayanan dan penerima pelayanan. Misalnya, peraturan dalam sebuah rumah

sakit memberi batasan tentang pelayanan kesehatan yang disediakan dan yang

tidak disediakan, persyaratan orang yang dapat menerima pelayanan dari mereka,

serta prosedur yang harus dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Pengaruh institusi terhadap bagaimana hubungan pemberi-penerima pelayanan

dilakukan memiliki implikasi bahwa institusi memegang peranan penting dalam

mendorong maupun mengurangi kemungkinan munculnya stres kerja. Berkaitan

dengan hal ini, Perrow (1978) mengatakan bahwa sifat birokratis dalam suatu

organisasi menyebabkan munculnya situasi-situasi yang menyumbang pada

terjadinya stres di kalangan pekerjanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan RU (inisial) salah seorang perawat yang

bekerja di gedung baru rumah sakit Pirngadi Medan mengatakan:”kalau di gedung

baru sih enak ruangannya, tapi kerjaan di sini bikin pusing”. Selain itu RP (inisial)

juga menambahkan kalau mereka sering kecewa atas perlakuan atasan ditambah

lagi pekerjaan yang banyak.

Bergerak dari fenomena di atas, maka akan diteliti lebih lanjut mengenai

(14)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang

muncul adalah sebagai berikut: bagaimana pengaruh persepsi perawat mengenai

birokrasi terhadap stres kerja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi perawat

mengenai birokrasi terhadap stres kerja.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk

pengembangan ilmu psikologi, khususnya dalam psikologi industri dan

organisasi.

b. Memperkaya kajian empiris mengenai stres kerja dalam kaitannya dengan

birokrasi.

c. Dapat dijadikan kajian bagi penelitian selanjutnya yang menaruh perhatian

pada judul yang sama.

2. Manfaat secara praktis

(15)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

b. Membuka wacana baru bagi Rumah Sakit di Medan mengenai birokrasi

yang telah dilakukan selama ini.

c. Sumber informasi bagi perawat agar mengetahui sumber stres yang

mereka alami.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun berdasarkan suatu sistematika penulisan ilmiah yang

teratur sehingga memudahkan pembaca untuk membaca dan memahaminya.

BAB I : Pendahuluan berisi tentang penjelasan mengenai latar belakang

permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori menjelaskan tentang landasan teori yang di dalamnya

terdapat penjabaran mengenai persepsi mengenai birokrasi terhadap

stres kerja.

BAB III : Metode penelitian membahas tentang metode penelitian yang

digunakan. Di sini akan dijelaskan mengenai variabel penelitian,

definisi operasional, populasi, sampel, metode pengumpulan data,

dan instrumen atau alat ukur yang digunakan, serta metode analisi

data.

BAB IV : Analisa dan pembahasan berisikan uraian singkat hasil utama

penelitian, interpretasi data dan pembahasan serta hasil tambahan

(16)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

BAB V : Kesimpulan dan saran berisikan kesimpulan akhir dari penelitian

dan saran bagi peneliti selanjutnya dan saran bagi departemen yang

(17)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres Kerja

1. Definisi Stres Kerja

Beehr dan Newman (dalam Luthans, 1998), stres kerja adalah suatu kondisi

yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan mereka, terdapat

ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang

terjadi dalam perusahaan.

Robbins (1998), stres kerja adalah suatu kondisi individu berkonfrontasi

dengan suatu peluang, kendala dan tuntutan yang dikaitkan dengan suatu tinjauan

kerja.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan stres kerja adalah

suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan

mereka, berkonfrontasi dengan suatu peluang dan terdapat ketidaksesuaian antara

kendala dan tuntutan yang dikaitkan dengan suatu tinjauan kerja akibat

perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi di tempat kerja.

2. Aspek-aspek Stres Kerja

Beehr dan Newman (dalam Luthans, 1998) mengklasifikasikan tiga aspek stres

(18)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

a. Aspek Fisik

Stres dapat menyebabkan perubahan metabolisme sehingga dapat

mempengaruhi keadaan fisiologis individu. Umumnya gejala fisik yang tampak

dapat berupa sakit pada dahi, migrain, sakit pada punggung, tekanan di leher

dan tenggorokan, susah menelan, kram otot, susah tidur, kehilangan gairah

seksual, kaki dan tangan dingin, lelah, tekanan darah tinggi, denyut nadi cepat,

kehilangan selera makan, gangguan pencernaan dan gangguan pernapasan.

b. Aspek Psikis

Stres yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat menimbulkan ketidakpuasan

pada pekerjaan. Hal ini adalah efek psikologis yang paling jelas dan paling

sederhana. Namun stres muncul pada keadaan psikis lainnya berupa mudah

lupa, pikiran kacau, susah konsentrasi, cemas, berpikiran obsesif, sukar

mengambil keputusan, percaya pada hal-hal yang tidak rasional, sering

mengalami mimpi buruk, berbicara sendiri. Termasuk juga gejala emosional

seperti mudah marah, perasaan jengkel, mudah merasa terganggu, gelisah,

cemas, panik, ketakutan, sedih, depresi, kebutuhan yang tinggi untuk

bergantung pada orang lain, perasaan butuh pertolongan, putus asa, pesimis,

tidak berharga, kesepian, menyalahkan diri sendiri dan frustasi.

c. Aspek Perilaku

Gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku, dalam kehidupan pribadi, seperti:

tidak dapat berhubungan akrab dengan orang lain, tidak asertif, tidak berani

mengambil resiko, menarik diri, tidak punya kontrol hidup, membuat

(19)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

kekacauan, mudah bertengkar, merasa terasing, tidak dapat mengekspresikan

perasaan yang sebenarnya. Sedangkan dalam kehidupan pekerjaan seperti:

tidak merespon tantangan, kehilangan kreatifitas, performa rendah, sering

absen, aspirasi rendah, motivasi rendah, tidak ada inisiatif, komunikasi buruk,

krisis orientasi, terlalu banyak bekerja, terlalu mengontrol dan tidak dapat

bekerja sama dengan orang lain.

3. Penyebab Stres Kerja

Luthans (1998) menyatakan beberapa penyebab stres kerja. Antara lain:

a. Ekstraorganisasi

Stres kerja bisa disebabkan tekanan-tekanan dari lingkungan luar dan kejadian

yang dialami individu sendiri. Penyebab stres kerja yang bersifat

ekstraorganisasi (luar organisasi) antara lain: perubahan lingkungan sosial dan

tehnologi, keluarga, pindah tempat kerja akibat transfer atau promosi, kondisi

ekonomi dan keuangan, kondisi tempat tinggal.

b. Organisasi

Selain dari luar perusahaan, sumber stres bisa dari perusahaan itu sendiri.

Organisasi menetapkan strategi agar organisasi berjalan lancar. Strategi yang

ditetapkan seperti pengurangan pekerja. Selain itu, organisasi juga membuat

kebijakan-kebijakan. Kebijakan yang dibuat berupa shift kerja, kompetensi

yang tinggi diantara pekerja. Hal-hal tersebut ternyata menyebabkan stres.

(20)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

kondisi kerja (bising, panas, polusi, kondisi yang tidak aman, radiasi) juga

menyebabkan stres.

c. Kelompok

Penyebab stres karena pengaruh kelompok dikategorikan ke dalam tiga bagian,

antara lain:

1). Kelompok yang tidak kompak/ tidak kohesif.

Kohesifitas/kekompakan kelompok penting untuk para pekerja, terkhusus

untuk pekerja yang berada pada level bawah. Apabila pekerja menghindar

dari kelompok karena rancangan pekerjaan, karena atasan membatasi

kohesifitas kelompok, atau karena ada anggota kelompok yang keluar, maka

kohesifitas kelompok berkurang.

2). Kurangnya dukungan sosial.

Pada umumnya pekerja dipengaruhi dan membutuhkan dukungan dari

teman kerja. Mendiskusikan/menceritakan permasalahan yang dialami

membuat pekerja merasa lebih baik. Apabila teman-teman untuk bercerita

tidak ada, pekerja bisa menjadi stres.

3). Intraindividual, interpersonal, konflik dalam kelompok.

Konflik sangat berhubungan erat dengan stres. Konflik yang terjadi berupa

kesenjangan antara tujuan dengan kebutuhan seseorang, masalah dengan

teman sekerja.

d. Faktor individu

Setiap individu mempunyai peran masing-masing. Peran yang dijalankan lebih

(21)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

tersebut berbeda sesuai dengan tuntutan masing-masing. Konflik yang dialami

bisa juga dikarenakan ketidakjelasan tuntutan peran. Faktor bawaan individu

berupa tipe kepribadian, kontrol individu (tidak stabil), mudah putus asa, bisa

menyebabkan stres.

B. Persepsi Mengenai Birokrasi

1. Definisi Persepsi

Chaplin (1999) memandang persepsi sebagai proses mengetahui atau

mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses perseptual ini

dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Proses ini

juga mencakup memahami dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta

kejadian-kejadian (Chaplin, 1999).

Pareek dan Milton (1981), menjelaskan bahwa proses persepsi terjadi melalui

tahapan sebagai berikut:

a. Penerimaan Rangsang

Pada proses ini, individu menerima rangsang dari berbagai sumber. Seseorang

lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber

lainnya apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau

lebih menarik baginya.

b. Proses Menyeleksi Rangsang

Setelah rangsang diterima, kemudian diseleksi dan akan ada proses perhatian.

(22)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

c. Proses Pengorganisasian

Rangsang yan g diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.

d. Proses Penafsiran

Setelah rangsang atau data diterima dan diatur, penerima rangsang kemudian

menafsirkan data dengan berbagai cara. Setelah data tersebut dipersepsikan

maka dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi memberi arti

melalui informasi yang diterima.

e. Proses Pengecekan

Setelah data ditafsir, penerima rangsang menngambil beerapa tindakan untuk

mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat

dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau

persepsi sesuai dengan hasil selanjutnya.

f. Proses Reaksi

Lingkungan persepsi belum sempurnya sehingga menimbulkan

tindakan-tindakan yang biasanya tersembunyi atau terbuka.

Berdasarkan beberapa pengertian persepsi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah sebuah proses yang melibatkan aspek kognitif dan afektif

dalam penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap

(23)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

2. Birokrasi

a. Definisi Birokrasi

Blau & Meyer (1987) mendefinisikan birokrasi adalah jenis organisasi yang

dirancang untuk menangani tugas administratif dalam skala besar serta

mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis. Kast &

Rosenweight (1985) memandang birokrasi sebagai proses pasti dalam

karakteristik yang bersifat struktural dan norma yang digunakan dalam setiap

organisasi yang kompleks.

Winardi (2004) mendefinisikan birokrasi sebagai struktur organisasi,

peraturan-peraturan, prosedur-prosedur yang diikuti dengan ketat. Birokrasi

dicirikan oleh sebuah aparat administratif dalam skala besar dan kompleks, yang

bekerja dengan melepaskan hubungan pribadi dengan manusia. Terdapat adanya

aturan-aturan yang berbelit-belit, pengawasan secara terinci, suatu hirarki yang

kaku dan fungsi-fungsi yang amat terspesialisasi yang dilaksanakan oleh para ahli.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan birokrasi adalah

proses yang bersifat struktural dan norma yang digunakan dalam setiap organisasi

yang dirancang untuk menangani tugas administratif dalam skala besar serta

mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis.

b. Dimensi Birokrasi

Hall (dalam Kast & Rosenweight, 1985) mengemukakan enam dimensi

(24)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

a. Pembagian Kerja

Bersifat teknis, mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Pekerja

dipekerjakan sesuai dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

b. Spesialisasi Kerja

Spesialisasi kerja secara tegas memungkinkan untuk memperkerjakan hanya

ahli-ahli dengan kekhususan tertentu pada jabatan-jabatan tertentu dan

membuat mereka bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas masing-masing

secara efektif.

c. Prinsip Hirarki

Prinsip hirarki adalah unit yang lebih rendah dalam sebuah institusi berada di

bawah pengawasan dan pembinaan unit yang lebih tinggi. Setiap pejabat yang

berada dalam hirarki administrasi dipercayai oleh atasannya untuk bertanggung

jawab atas semua keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya.

Pejabat diberi wewenang untuk mengatur bawahan.

d. Peraturan-peraturan

Pelaksanaan tugas diatur oleh suatu sistem peraturan yang abstrak dan

konsisten. Sistem pedoman ini dirancang untuk menjamin adanya keseragaman

dalam pelaksanaan setiap tugas dan untuk mengkoordinasi tugas-tugas yang

beraneka ragam. Peraturan dan perundang-undangan yang jelas memberi

kejelasan tentang tangung jawab masing-masing anggota organisasi maupun

(25)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

e. Impersonality

Individu dalam melaksanakan tugasnya tanpa perasaan-perasaan dendam.

Individu menampilkan pendekatan yang tidak mempunyai ikatan. Menjauhkan

hubungan-hubungan yang bersifat pribadi mendorong individu untuk

melakukan semua orang secara adil.

f. Kualifikasi Teknis

Pekerjaan dalam suatu organisasi didasarkan pada kualifikasi teknis dan

dilindungi dari kemungkinan pemecatan oleh sepihak. Pekerjaan dalam suatu

organisasi mencakup suatu jenjang karir serta terdapat suatu sistem kenaikan

pangkat yang didasarkan pada senioritas atau prestasi maupun gabungan

keduanya. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong rasa kesetiaan terhadap

organisasi serta rasa ikatan sebagai satu kesatuan.

3. Pengertian Persepsi Mengenai Birokrasi

Pareek dan Milton (1981) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses

penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang

yang diterima. Pada proses tersebut tentunya tidak hanya sampai pada pemberian

arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai

dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.

Birokrasi menurut para ahli adalah proses yang bersifat struktural dan norma

yang digunakan dalam setiap organisasi yang dirancang untuk menangani tugas

administratif dalam skala besar serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak

(26)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Persepsi mengenai birokrasi adalah sebuah proses yang melibatkan aspek

kognitif dan afektif dalam penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta

pemberian arti mengenai struktural dan norma yang digunakan dalam setiap

organisasi yang dirancang untuk menangani tugas administratif dalam skala besar

serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis sebagai

rangsang yang diterima karyawan.

C. Definisi Perawat

Perawat berasal dari bahasa latin nutrix yang berarti merawat dan memelihara. Perawat adalah seseorang yan berperan dalam merawat dan memelihara,

membantu dan melindungi seseorang karena sakit atau cidera dan proses penuaan

(Taylor, dkk dalam Gaffar, 1999). Menurut Undang Undang Kesehatan no 23

tahun 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki, diperoleh

melalui pendidikan keperawatan.

D. Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi terhadap Stres Kerja

Peraturan-peraturan dapat membantu dalam memelihara hubungan dengan

menyediakan ketentuan-ketentuan yang pasti seperti spesialisasi dan

pembagian kerja yang jelas. Orang dapat menduga pengaruh suatu perbuatan

terhadap orang lain dan bekerjasama untuk menghasilkan tujuan yang dibuat

(27)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Organisasi menciptakan aturan, prosedur, kebijakan dan ragam lain dari

peraturan untuk membakukan perilaku karyawan. Semakin formal peratuan

yang ditetapkan oleh organisasi, semakin konsisten dan dapat diramalkan

perilaku anggota kelompok kerja (Robbins, 1998).

Birokrasi adalah proses yang bersifat struktural dan norma yang digunakan

dalam setiap organisasi yang dirancang untuk menangani tugas administratif

dalam skala besar serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara

sistematis (Blau & Meyer, 1987; Kast & Rosenweight, 1985; Winardi, 2004).

Hal tersebut berkaitan dengan persepsi pegawai. Persepsi yang

dimaksudkan di atas adalah proses dimana kita mengorganisasikan dan

menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson, 1991). Persepsi juga

dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian,

serta pemberi arti terhadap rangsang yang diterima. Pada proses tersebut tentunya

tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada

perilaku yang akan dipilih perawat sesuai dengan rangsang yang diterima dari

lingkungannya.

Ternyata kebijakan administrasi yang dibuat organisasi membuat

pekerjaan yang bersifat monoton. Padahal birokrasi tidak cocok untuk organisasi

yang sifatnya fleksibel dan kegiatannya bersifat non rutin. Konsep birokrasi pada

awalnya dipandang sebagai suatu alat atau bentuk organisasi yang paling efisien

dan ideal dalam menangani berbagai kegiatan dalam organisasi dan

memungkinkan organisasi untuk menghadapi tantangan secara lebih baik. Namun

(28)

konsekuensi-Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

konsekuensi negatif yang bukan hanya tidak sesuai dengan tujuan yang semula

dikemukakan, tetapi juga lebih jauh dapat mengganggu efektivitas organisasi

(Kast & Rosenweight, 1985).

Luthans (1998) menyatakan salah satu sumber stres kerja adalah organisasi itu

sendiri. Faktor organisasi tersebut antara lain: kebijakan dan strategi organisasi,

struktur dan desain organisasi, proses organisasi dan kondisi kerja. Blau dan

Meyer (1987) berpendapat bahwa organisasi membuat kebijakan administrasi

untuk mempermudah dan untuk mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak

secara sistematis. Pembagian-pembagian pekerjaan ke dalam divisi-divisi

dimaksudkan agar pekerja lebih efisien dalam bekerja (Kast & Rosenweight,

1985).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa birokrasi membuat stres pada pekerja. Stres

kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan

pekerjaan mereka, berkonfrontasi dengan suatu peluang dan terdapat

ketidaksesuaian antara kendala dan tuntutan yang dikaitkan dengan suatu tinjauan

kerja akibat perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan

(Menurut Beehr & Newman, dalam Luthans, 1998; Anoraga, Robbins, 1998).

Berdasarkan analisa diatas persepsi pegawai mengenai birokrasi ternyata

mengakibatkan stres kerja. Untuk itulah akan dilihat pengaruh persepsi mengenai

(29)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Perusahaan membuat peraturan-peraturan

Kebijakan administratif

Birokrasi ← Persepsi perawat

Organisasional stresor

Stres kerja

E. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan dan analisa atas teori-teori

tersebut maka diajukan hipotesa, yaitu ada pengaruh positif persepsi mengenai

birokrasi terhadap stres kerja pada perawat. Hubungan dalam bentuk pengaruh ini

mengadung arti bahwa semakin tinggi persepsi perawat terhadap birokrasi, maka

(30)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

1. Variabel Tergantung : Stres Kerja

2. Variabel Bebas : Persepsi mengenai Birokrasi

B. Definisi Operasional

1. Stres Kerja

Stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu

dengan pekerjaan mereka, berkonfrontasi dengan suatu peluang dan terdapat

ketidaksesuaian antara kendala dan tuntutan yang dikaitkan dengan suatu tinjauan

kerja akibat perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi di tempat kerja.

Stres kerja akan diukur menggunakan skala stres kerja yang dirancang oleh

peneliti berdasarkan teori Beehr dan Newman (dalam Luthans, 1998).

Pengukuran variabel stres kerja akan dilakukan dengan memperhatikan tiga

aspek stres kerja yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman (dalam Luthans,

1998), yaitu: (1) aspek fisik, (2) aspek psikis, (3) aspek perilaku. Stres kerja yang

tinggi ditandai dengan skor yang tinggi pada skala stres kerja.

(31)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Persepsi mengenai birokrasi adalah sebuah proses yang melibatkan aspek

kognitif dan afektif dalam penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta

pemberian arti mengenai struktural dan norma yang digunakan dalam setiap

organisasi yang dirancang untuk menangani tugas administratif dalam skala besar

serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis sebagai

rangsang yang diterima. Persepsi mengenai birokrasi akan diukur berdasarkan

dimensi-dimensi birokrasi berdasarkan teori Hall (dalam Kast & Rosenweight,

1985).

Pengukuran variabel persepsi mengenai birokrasi akan dilakukan dengan

memperhatikan enam dimensi birokrasi yang dikemukakan oleh Hall (dalam Kast

& Rosenweight, 1985), yaitu: (1) pembagian kerja, (2) spesialisasi kerja, (3)

prinsip hirarki, (4) peraturan-peraturan, (5) impersonality, (6) kualifikasi teknis. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh maka semakin buruk pula persepsi

perawat mengenai birokrasi.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan sampel

Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan

suatu faktor penting yang harus diperhatikan (Hadi, 2000). Populasi adalah

seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah

subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi,

2000). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di gedung baru

(32)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di

gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan. Penetapan karakteristik populasi

sangat diperlukan untuk menjamin homogenitasnya. Karakteristik populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perawat yang bekerja di gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan.

2. Masa kerja di atas 1 tahun. Individu dianggap telah memahami serta

beradaptasi dengan nilai-nilai, tujuan, dan aturan dalam organisasi.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil

sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang

sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh

sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwanti, 1994). Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling

dengan metode simple random sampling.

Simple random sampling merupakan metode pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dan sangat sederhana. Subjek penelitian akan dipilih

langsung dari populasi dan besar peluang setiap anggota populasi untuk

menjadi subjek penelitian adalah sama besar (Istijanto, 2006). Kekuatan tes

statistik meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel. Azwar

(2000) menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti, secara

tradisional statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah

(33)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

dalam penelitian ini sebanyak 70 orang. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan mengambil acak 70 nama perawat sebagai subjek

penelitian dari 236 nama perawat yang ada.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data

dengan data psikologis atau disebut dengan Metode Skala. Metode Skala

digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep

psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui

indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan

(Azwar, 2000).

Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian

berdasarkan asumsi-asumsi berikut:

1. Subjek adalah orang yang peling tahu tentang dirinya.

2. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya

adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua skala, yaitu: skala stres

kerja dan skala persepsi mengenai birokrasi.

(34)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Skala stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis

yang terdiri dari butir pernyataan yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori

Beehr dan Newman (dalam Luthans, 1998).

Model skala stres kerja ini menggunakan skala model Likert. Aitem terdiri dari

pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), netral

(N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala disajikan dalam

bentuk pernyataan favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk

pernyataan favourable yaitu: SS=5, S=4, N= 3, TS=2 dan STS=1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable yaitu SS=1, S=2, N= 3, TS=4 dan STS=5. Distribusi aitem skala stres kerja dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Distribusi aitem skala stres kerja

Aspek Mendukung Tidak Mendukung Jumlah

1. Fisik 1, 7, 13, 19,

2. Skala Persepsi Mengenai Birokrasi

Model skala persepsi mengenai birokrasi ini juga menggunakan skala model

(35)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala disajikan

dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. bobot penilaian untuk

pernyataan favourable yaitu: SS=5, S=4, N= 3, TS=2 dan STS=1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable yaitu SS=1, S=2, N= 3, TS=4 dan STS=5. Distribusi aitem skala persepsi mengenai birokrasi dapat dilihat dalam

pada tabel 2.

Tabel 2. . Distribusi aitem skala persepsi mengenai birokrasi

Dimensi Mendukung Tidak Mendukung Jumlah

1. Pembagian kerja 7, 19, 31, 43,

4.Peraturan-peraturan 10, 22, 34,

46, 58

6. Kualifikasi teknis 12, 24, 36,

48, 60

6, 18, 30, 42, 54

10

Total 30 30 60

3. Uji coba alat ukur

Alat ukur penelitian tersebut sebelum digunakan untuk memperoleh data-data

penelitian, diujicobakan terlebih dahulu agar diperoleh alat ukur yang valid dan

(36)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

a. Validitas alat ukur

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes atau instrumen pengukuran

dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu menjalankan

fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar,

2000).

Uji validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal

dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur.

Validitas isi dicapai dengan dengan melakukan validitas tampilan dan validitas

logik. Validitas tampilan adalah validitas yang didasarkan pada penilaian format

tampilan ukur yang dilakukan dengan cara membuat tampilan fisik alat ukur yang

rapi, penggunaan kata, dan petunjuk penggunaan sederhana agar subjek penelitian

termotivasi untuk mengisi alat ukur tersebut. Sedangkan validitas logik dilakukan

untuk melihat sejauh mana alat ukur tersebut merepresentasikan ciri-ciri atribut

yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu alat

ukur dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar aitem yang relevan dan

perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan yang mengacu pada distribusi

(37)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

pertimbangan professional judgement, yaitu dosen pembimbing peneliti (Azwar, 2000).

b. Uji daya beda aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki atau yang tidak

memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis

aitem ini adalah dengan memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan

yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi

antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu

skor total tes itu sendiri, dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, yang dianalisis dengan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 15.0. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang

dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Indeks diskriminasi aitem

yang baik adalah antara 0,2 sampai 0,2. Uji daya beda aitem dilakukan pada alat

ukur dalam penelitian ini, yaitu skala stres kerja dan skala persepsi mengenai

birokrasi, dengan indeks diskriminasi aitem 0,275.

(38)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Reliabilitas adalah indeks sejauh mana pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Reliabilitas dapat juga dikatakan sebagai kepercayaan,

kehandalan, keajegan, stabil, konsistensi (Azwar, 2000).

Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan

indikator konsistensi aitem-aitem yang dalam menjalankan fungsi ukurnya

secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada

konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan

pengukuran. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien

reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. semakin

tinggi koefisien mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas (Azwar,

2000).

Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, prosedurnya

hanya memerlukan satu kali pengenaan tes pada sekelompok subyek, dengan

tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala

psikologi itu sendiri. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan

berefisiensi tinggi (Azwar, 2000). Selain itu dengan menyajikan tes hanya satu

kali, maka masalah yang mungkin timbul bila menggunakan pendekatan

reliabilitas tes ulang dapat dihindari, yakni terjadinya efek bawaan. Alasan

lainnya adalah dirancangnya alat ukur oleh peneliti tanpa mempertimbangkan

adanya adanya alat ukur lain yang sejajar atau pararel (Azwar, 2000). Teknik

estimasi reliabilitas yang digunkan untuk menguji reliabilitas alat ukur dalam

(39)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

4. Hasil uji coba alat ukur

Skala stres kerja dan skala persepsi mengenai birokrasi diuji cobakan pada 70

perawat yang bekerja di gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan.

a. Hasil uji coba skala stres kerja

Setelah dilakukan uji coba, maka dari 35 aitem skala stres kerja terdapat 18

aitem yang sesuai dengan harga kritis r Product Moment (> 0.275). Nilai daya beda aitem bergerak dari 0.279 sampai dengan 0.747 dengan reliabilitas sebesar

0.883. Semua aitem yang sahih tersebut diikutsertakan dalam penelitian ini.

Distribusi aitem skala stres kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Distibusi aitem skala stres kerja setelah uji coba

Aspek Mendukung Tidak Mendukung Jumlah

1. Fisik 1, 7, 13, 19, 25, 31 10 7

2. Psikis 2, 8, 14, 20, 26, 32 - 6

3. Perilaku 3, 9, 15, 21 24 5

Total 16 2 18

(40)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Aspek Mendukung Tidak Mendukung Jumlah

1. Fisik 1, 4, 8, 11, 15, 17 7 7

2. Psikis 2, 5, 9, 12, 16, 18 - 6

3. Perilaku 3, 6, 10, 13 14 5

Total 16 2 18

b. Hasil uji coba skala persepsi mengenai birokrasi

Setelah dilakukan uji coba, maka dari 60 aitem skala stres kerja terdapat 29

aitem yang sesuai dengan harga kritis r Product Moment (> 0.275). Nilai daya

beda aitem bergerak dari 0.301 sampai dengan 0.810 dengan reliabilitas sebesar

0.928. Semua aitem yang sahih tersebut diikutsertakan dalam penelitian ini.

Distribusi aitem skala stres kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Distibusi aitem skala persepsi mengenai birokrasi

setelah uji coba

Dimensi Mendukung Tidak Mendukung Jumlah

1. Pembagian kerja 1, 13, 25, 37, 49 - 5

2. Spesialiasasi kerja 14, 26, 38, 50 - 4

3. Prinsip Hirarki 3, 15, 27, 39, 51 - 5

4.Peraturan-peraturan 4, 16, 28, 40, 52 22 6

5. Impersonality 5, 17, 41, 53 23 5

6. Kualifikasi teknis 6, 18, 30, 42 - 4

Total 27 2 29

(41)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

untuk penelitian

Dimensi Mendukung Tidak

Mendukung

Dalam tahap persiapan penelitian ini yang dilakukan peneliti adalah:

a. Pembuatan alat ukur

Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala stres kerja dan skala persepsi

mengenai birokrasi dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah

diuraikan. Peneliti membuat 35 aitem untuk skala stres kerja dan 60 aitem untuk

skala persepsi mengenai birokrasi. Skala dibuat dalam bentuk booklet.

Penyusunan aitem-aitem dalam skala penelitian mengacu pada distribusi aitem

yang telah dibuat sebelumnya.

b. Uji coba alat ukur

Uji coba skala stres kerja dan skala persepsi mengenai birokrasi dilakukan

pada tanggal 18 Maret 2009 sampai dengan 17 April 2009. Uji coba dilakukan

(42)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Rumah Sakit Pirngadi Medan. Pada tahap uji coba ini, skala diberikan kepada 70

perawat dan semua skala kembali kepada peneliti.

c. Revisi alat ukur

Hasil uji coba kemudian dianalisi dengan menggunakan korelasi koefisien

Pearson Product Moment sehingga diperoleh aitem-aitem yang layak untuk disajikan alat ukur. Pengujian reliabilitas alat ukur menggunakan teknik koefisien

Alpha Cronbach dengan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 15.0. selanjutnya, peneliti menggunakan aitem-aitem tersebut untuk disajikan dalam skala penelitian

yang sebenarnya.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit yang sama saat skala penelitian

diuji cobakan, yakni pada perawat yang bekerja di gedung baru Rumah Sakit

Pirngadi Medan. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai

8 Agustus 2009. Penyebaran skala dilakukan dengan memberikan 70 skala

kepada 70 perawat gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan yang memenuhi

karakteristik sampel dalam penelitian ini dan telah dipilih secara acak melalui

metode probability-simple random sampling yang telah dijelaskan

sebelumnya. Untuk memudahkan peneliti dalam membagikan skala penelitian,

peneliti dibantu oleh kepala ruangan yang ada di gedung baru. Pada

(43)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

di gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan, pelaksanaan dan uji coba tidak

menggunakan sampel terpakai.

3. Tahap pengolahan data penelitian

Setelah skala terkumpul maka data hasil penelitian dari skor skala stres kerja

dan skala persepsi mengenai birokrasi kemudian diolah dan dianalisa dengan

bantuan program komputer SPSS versi 15.0 for Windows.

F. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah

analisi statistik. Alasan yang mendasari dipakainya analisi statistik adalah

karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian.

Pertimbangan lain yang mendasari adalah karena statistik bekerja dengan

angka, statistik bersifat objektif, dan bersifat universal (Hadi, 2000).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis statistik deskriptif

digunakan untuk mengetahui skor minimum, skor maksimum, mean, median,

modus, standar deviasi dari masing-masing variabel. Selanjutnya, hasil

perhitungan tersebut dideskripsikan dalam daftar frekuensi untuk

masing-masing variabel. Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian

hipotesis dan generalisasi penelitian.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan

(44)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

analisa regresi bertujuan untuk membuat suatu deduksi logis terhadap suatu

konsep yang tidak dapat diobservasi secara langsung (Kaplan & Saccuzo,

2005), dengan kata lain mengtahui variasi dari variabel bebas (persepsi

mengenai birokrasi) mempengaruhi variabel tergantung (stres kerja) dalam

suatu fenomena. Kaplan & Saccuzo (2005), mengatakan bahwa analisa regresi

digunakan untuk membuat prediksi tentang nilai suatu variabel dari nilai

variabel lain yng diketahui. Prediksi diperoleh melalui garis regresi, yaitu

dengan membuat persamaan garis lurus oleh kumpulan titik pada diagram

pencar.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka peneliti terlebih dahulu

melakukan uji asumsi yang meliputi:

1. Uji normalitas sebaran

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mrengetahui apakah distribusi data

penelitian masing-masing variabel tergantung (stres kerja) dan variabel bebas

(persepsi mengenai birokrasi) telah menyebar secara normal. Pada penelitian ini

pengukuran normalitas menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov

dengan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 15.0 . Data penelitian telah dapat dikatakan menyebar secara normal jika p > dan sebaliknya, tidak terdistribusi

dengan normal apabila p < , dimana = 0,05 (Hadi, 2000).

2. Uji linieritas hubungan

Uji linieritas hubungan dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel

bebas (persepsi mengenai birokrasi) telah berkorelasi secara linear terhadap

(45)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

dengan menggunakan uji F. Data penelitian dikatakan linear jika p < ,

dimana = 0,05 (Santoso, 2000).

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan analisa, interpretasi dan pembahasan hasil sesuai

dengan data yang diperoleh. Pembahasan pada bab ini akan diawali dengan

memberikan gambaran umum subjek penelitian, hasil utama, dan hasil tambahan

yang turut memperkaya hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 70 perawat yang bekerja di gedung baru

Rumah Sakit Pirngadi Medan.

Dari kelompok subjek penelitian ini diperoleh gambaran subjek penelitian

berdasarkan usia. Tabel berikut ini menggambarkan penyebaran usia subjek

(46)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Tabel 7. Penyebaran subjek penelitian berdasarka usia

Usia N Persentase

22-35 29 41.42 %

36-46 34 52.85 %

47-57 7 5.73 %

Total 70 100 %

Berdasarkan data pada tabel 7, jumlah subjek penelitian yang paling banyak

adalah subjek penelitian dengan rentang usia 36-46 tahun, yakni sebanyak 34

orang (52.85 %) dan yang paling sedikit adalah subjek penelitian dengan rentang

usia 47-57 tahun, yakni sebanyak 7 orang (5.73 %).

B. Hasil Penelitian

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang meliputi hasil uji

asumsi dan hasil utama penelitian. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas untuk

mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel yakni stres

kerja dan persepsi mengenai birokrasi telah terdistribusi secara normal dan uji

linearitas untuk mengetahui apakah data variabel stres kerja berkorelasi secara

linear terhadap data variabel persepsi mengenai birokrasi.

1. Hasil uji asumsi

a. Uji normalitas

1) Uji normalitas sebaran pada skala stres kerja menggunakan metode

(47)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

normalitas diperoleh nilai z = 1.032 dan p = 0.238. Hal tersebut

menunjukkan bahwa penyebarannya adalah normal.

2) Uji normalitas sebaran pada skala persepsi mengenai birokrasi

menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal jika memiliki nilai p >

0.05. Hasil uji normalitas diperoleh nilai z = 0.489 dan p = 0.970. Hal

tersebut menunjukkan bahwa penyebarannya adalah normal.

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas

Variabel Z p Keterangan

Stres Kerja 1.032 0.238 Sebaran Normal

Persepsi Mengenai Birokrasi 0.489 0.970 Sebaran Normal

Gambar 1. Gambaran Normalitas Skala Stres Kerja

(48)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Gambar 2. Gambaran Normalitas Skala Persepsi Mengenai Birokrasi

130.00

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji F, yang menunjukkan bahwa

data variabel bebas (persepsi mengenai birokrasi) berkorelasi secara linear

terhadap data variabel tergantung (stres kerja). Data penelitian dikatakan

berkorelasi secara linear apabila p < 0.05 (Santoso, 2000). Dari hasil uji linearitas

diperoleh nilai F = 9.177 dan p = 0.003. Hasil tersebut menunjukkan variabel

persepsi mengenai birokrasi memiliki hubungan yang linear dengan stres kerja.

Hubungan linearitas positif antara persepsi mengenai birokrasi terhadap stres

kerja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas

Variabel df F Sig. Keterangan

Hubungan antara persepsi

(49)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

stres kerja

2. Hasil utama penelitian

Berikut ini akan dijelaskan hasil pengolahan data penelitian pengaruh persepsi

mengenai birokrasi terhadap stres kerja yang diperoleh dengan menghitung

koefisien korelasi. Koefisien korelasi diperoleh dengan menggunakan

penghitungan uji analisis regresi dengan bantuan program SPSS versi 15.

Hubungan antara dua variabel dapat dikatakan signifikan jika suatu korelasi

memiliki nilai probabilitas kurang dari 0.05 atau p < 0.05 (Budi, 2006).

Hasil perhitungan menyatakan bahwa koefisien korelasi sebesar R = 0.345

dengan p = 0.003 (Tabel 10). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan positif

yang signifikan pada taraf kepercayaan 95 % antara persepsi mengenai birokrasi

terhadap stres kerja pada perawat yang bekerja di gedung baru Rumah Sakit

Pirngadi Medan.

Pengujian dengan analisis regresi memberikan data mengenai pengaruh

variabel persepsi mengenai birokrasi terhadap variabel stres kerja. Berdasarkan

hasil perhitungan (Tabel 11) diperoleh nilai koefisien beta sebesar 0.277 ( =

0.277). Nilai koefisien beta yang diperoleh adalah positif, hal ini menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang positif dari variabel persepsi mengenai birokrasi

terhadap variabel stres kerja. Dengan demikian, maka hipotesis penelitian ini yang

menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara persepsi mengenai birokrasi

(50)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

Pengujian dengan analisis regresi juga membeikan data mengenai seberapa

besar sumbangan efektif variabel-variabel yang diukur dalam penelitian.

Sumbangan efektif ini dapat diketahui dengan melihat nuilai koefisien determinan

(R-square). Hasil penghitungan terhadap variabel persepsi mengenai birokrasi dan stres kerja menunjukkan koefisien determinan sebesar 0.119 (R-square = 0.119).

Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi mengenai birokrasi memberikan

sumbangan efektif sebesar 11.9 % terhadap stres kerja pada perawat yang bekerja

di gedung baru Rumah Sakit Pirngadi Medan, sedangkan sisanya 89.1 %

dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 10. Hasil Analisa Regresi

R Sig R Square Persamaan Regresi

0.345 0.003 0.119 Y = 35,21 + 0,28*X

Keterangan : X = Persepsi Mengenai Birokrasi

Y = Stres Kerja

Tabel 11. Coefficients (a)

Model Unstandardized

a Dependent Variable: sk

Berdasarkan tabel 10 diperoleh sebuah persamaan regresi Y = 35,21 + 0,28*X,

(51)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

persepsi mengenai birokrasi = 1 satuan, dengan kata lain semakin tinggi persepsi

mengenai birokrasi maka akan semakin tinggi pula stres kerja perawat.

Gambar 3. Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap

Stres Kerja

a. Kategorisasi data penelitian

Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang

mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2000) menyatakan bahwa kategorisasi

ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal.

Kriterianya terbagi atas tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, rendah.

Tabel 12. Kriteria Kategorisasi Persepsi Mengenai Birokrasi

dan Stres Kerja

Variabel Kriteria Jenjang Kategori

(52)

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

(Xh+1.0SDh) < X Tinggi

Dalam penelitian ini peneliti mengkategorikan data penelitian berdasarkan

mean hipotetik. Mean hipotetik digunakan untuk melihat posisi relatif individu

berdasarkan norma skor ideal skala yang dibuat oleh peneliti. Deskripsi data

penelitian persepsi mengenai birokrasi dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13. Deskripsi Data Penelitian Persepsi Mengenai Birokrasi

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Persepsi

Mengenai

Birokrasi

93 125 105.22 6.72 29 145 87 19.3

Berdasarkan tabel 13 diperoleh mean empirik skala persepsi mengenai

birokrasi adalah 105.22 dengan standar deviasi empirik 6.72 dan mean

hipotetiknya adalah 87 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 19.3. dari

perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa mean empirik

lebih besar dari mean hipotetik (105.22 > 87), yang berarti bahwa secara umum

persepsi mengenai birokrasi subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata

persepsi mengenai birokrasi populasi pada umumnya. Dalam hal ini berarti subjek

Gambar

Tabel 1. Distribusi aitem skala stres kerja
Tabel 2. . Distribusi aitem skala persepsi mengenai birokrasi
Tabel 6. Distribusi aitem skala persepsi mengenai birokrasi
Tabel 7. Penyebaran subjek penelitian berdasarka usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti, menurut ketujuh partisipan mengenai persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU terdapat empat tema

Jenis penelitian ini merupakan explanatory survey yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja (kepemimpinan dan manajemen, kendali terhadap beban kerja,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jam kerja dan pelayanan terhadap stress kerja perawat pada rumah sakit Sundari Medan.. Penelitian

The result research showed that variable work hours have positive effect and significant to the stress work nurse Sundari Medan hospital.. as partially that

Kerja Karyawan Khususnya Perawat pada Rumah Sakit Sundari Medan.

Jam kerja dan pelayanan dapat mempengaruhi stres kerja karena beban kerja yang tinggi namun tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan membuat perawat

Pengaruh Stres Kerja dan Hukuman Disiplin terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT.. Perkebunan Nusantara III

Jawaban pertanyaan dalam kuisioner ini tidak berhubungan dengan benar atau salah, oleh karena itu harapan saya kepada Bapak/Ibu agar dalam menjawab pertanyaan