• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat RSU Siti Hajar dalam Mencegah Infeksi Nosokomial Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat RSU Siti Hajar dalam Mencegah Infeksi Nosokomial Tahun 2011"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar dalam Mencegah Infeksi Nosokomial Tahun 2011.

Oleh :

NAMA : NAJATUL TAQIRAH KAMARUZAMAN NIM : 080100297

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat RSU Siti Hajar dalam Mencegah Infeksi Nosokomial Tahun 2011.

Nama : Najatul Taqirah Binti Kamaruzaman NIM : 080100297

Pembimbing Penguji

dr. Juliandi Harahap, MA Prof. Dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK

(3)

ABSTRAK

Pendahuluan. Infeksi merupakan penyakit yang didapati apabila organisme penyebab penyakit menginvasi sistem tubuh hospes. Infeksi ini ditandai dengan timbulnya respon imunologik dengan gejala klinis atau tanpa gejala klinis. Infeksi nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi, yang berasal dari lingkungan rumah sakit. infeksi nosokomial juga dikenali sebagai Healthcare-acquired Infection (HAI).

Metode. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar,Medan dalam mencegah infeksi nosokomial. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan dilakukan memberikan Kuesioner kepada perawat. Populasi penelitian ini adalah semua perawat yang berkerja di RSU Siti Hajar yaitu seramai 25 orang dengan sampel yang digunakan adalah total sampling.

Hasil. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 88% perawat berpengetahuan tingkat baik dan 12% mempunyai tingkat pengetahuan sedang manakala sebanyak 100% perawat mempunyai sikap positif dalam mencegah infeksi nosokomial.

Diskusi. Antara saran bagi penelitian selanjutnya adalah mengkaji tentang hubungan tahap pendidikan perawat dengan pencegahan infeksi nosokomial, mengkaji hubungan lama masa berkerja dengan pencegahan infeksi nosokomial serta memberikan panduan kepada perawat dalam mencegah infeksi nosokomial agar ia tidak menular bebas dan mewujudkan suasana ‘germ-free’ dalam rumah sakit.

(4)

ABSTRACT

Introduction. Infection is a disease resulting from the invasion and growth of microbes in the body. Nosocomial infection is define as an infection acquired in hospital by a patient, who was admitted for a reason other than that infection, and in whom the infection was not present or incubating at the time of admission. Nosocomial infection also known as Healthcare-acquired Infection (HAI).

Method. The purpose of this study is to determine the level of knowledges and behaviour of Nurses at Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar,Medan in preventing nosocomial infection. This research method is descriptive with data collection conducted by questionnaire given to nurses. The study population is all nurses who work at RSU Siti Hajar, Medan and the sample used in this research is total sampling which is 25 people.

Result. From the result of this study, it is concluded that the level of knowledges of the nurses are 88% good and 12% average while all nurses which are 100% of them have positive behaviour on preventing nosocomial infection.

Discussion. Suggestions for further research is to evaluate the relationship between highest level education of nurses with prevention of nosocomial infection, examines the duration of works with attitudes in preventing nosocomial infection, and draw up guidelines for nurses to prevent from getting or giving an infection to patients and try to keep the hospital as germ-free as possible.

Keywords: Infection, Nosocomial Infection, Nurses, HAI

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,

Segala puji dan syukur ke hadrat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta di atas izinNya, saya telah berjaya menyelesaikan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat RSU Siti Hajar dalam Mencegah Infeksi Nosokomial Tahun 2011” dengan jayanya.

Terima kasih diucapkan kepada dosen pembimbing saya, dr. Juliandi Harahap, MA, dr. Sofyan Lubis yang membimbing membuat pertanyaan, pihak Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, perawat RSU Siti Hajar, Medan dan dosen-dosen yang lain di atas bimbingan dan tunjuk ajar yang telah diberikan. Tidak dilupakan juga kepada teman-teman dan kedua ibu bapa saya yang telah memberikan sokongan dan dukungan.

Selain itu, terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu sama ada yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga bantuan yang telah kalian berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Akhir kata, saya berharap penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak.

Pulau Pinang, 12 Disember 2011

Penulis,

(6)

ABSTRAK

Pendahuluan. Infeksi merupakan penyakit yang didapati apabila organisme penyebab penyakit menginvasi sistem tubuh hospes. Infeksi ini ditandai dengan timbulnya respon imunologik dengan gejala klinis atau tanpa gejala klinis. Infeksi nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi, yang berasal dari lingkungan rumah sakit. infeksi nosokomial juga dikenali sebagai Healthcare-acquired Infection (HAI).

Metode. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar,Medan dalam mencegah infeksi nosokomial. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan dilakukan memberikan Kuesioner kepada perawat. Populasi penelitian ini adalah semua perawat yang berkerja di RSU Siti Hajar yaitu seramai 25 orang dengan sampel yang digunakan adalah total sampling.

Hasil. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 88% perawat berpengetahuan tingkat baik dan 12% mempunyai tingkat pengetahuan sedang manakala sebanyak 100% perawat mempunyai sikap positif dalam mencegah infeksi nosokomial.

Diskusi. Antara saran bagi penelitian selanjutnya adalah mengkaji tentang hubungan tahap pendidikan perawat dengan pencegahan infeksi nosokomial, mengkaji hubungan lama masa berkerja dengan pencegahan infeksi nosokomial serta memberikan panduan kepada perawat dalam mencegah infeksi nosokomial agar ia tidak menular bebas dan mewujudkan suasana ‘germ-free’ dalam rumah sakit.

(7)

ABSTRACT

Introduction. Infection is a disease resulting from the invasion and growth of microbes in the body. Nosocomial infection is define as an infection acquired in hospital by a patient, who was admitted for a reason other than that infection, and in whom the infection was not present or incubating at the time of admission. Nosocomial infection also known as Healthcare-acquired Infection (HAI).

Method. The purpose of this study is to determine the level of knowledges and behaviour of Nurses at Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar,Medan in preventing nosocomial infection. This research method is descriptive with data collection conducted by questionnaire given to nurses. The study population is all nurses who work at RSU Siti Hajar, Medan and the sample used in this research is total sampling which is 25 people.

Result. From the result of this study, it is concluded that the level of knowledges of the nurses are 88% good and 12% average while all nurses which are 100% of them have positive behaviour on preventing nosocomial infection.

Discussion. Suggestions for further research is to evaluate the relationship between highest level education of nurses with prevention of nosocomial infection, examines the duration of works with attitudes in preventing nosocomial infection, and draw up guidelines for nurses to prevent from getting or giving an infection to patients and try to keep the hospital as germ-free as possible.

Keywords: Infection, Nosocomial Infection, Nurses, HAI

(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang :

Infeksi nosokomial ialah infeksi yang terkena pada pasien semasa di rumah sakit maupun di fasilitas kesehatan yang lain (WHO, 2002). Infeksi nosokomial juga dikenali sebagai Hospital-acquired infection atau sekarang lebih dikenali sebagai Healthcare Acquired Infection (HAI) karena infeksi ini bisa didapat sebagai

konsekuensi dari pengasuhan tenaga kerja medis dalam menjalankan tugas mereka. HAI ini sering dikaitkan dengan lingkungan rumah sakit, tetapi, bisa juga dikaitkan dengan tenaga yang memberi asuhan medis kepada komunitas seperti dari rumah ke rumah (Frost & Sullivan, 2010).

Menurut DeNoon, 2010, suatu penelitian yang dilakukan oleh Centre for Disease Control (CDC) menyatakan bahwa terdapat lebih 99.000 kematian setiap

tahun akibat infeksi nosokomial, dan menghabiskan biaya lebih dari 40 bilion dolar pertahun. Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak10,0% (Ducel, G, 2002).

Menurut PMPK FK UGM, 2011, infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, salah satu penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir merupakan infeksi.

(9)

maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Pada tahun 1999, semua rumah sakit di Yogyakarta menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara 4,3 – 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Setelah diteliti lebih lanjut maka didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang perawatan mempunyai hubungan bermakna dengan infeksi nosokomial.

Profesi kesihatan harus mempunyai tanggungjawab moral untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak di ingini dalam Rumah Sakit. Untuk menghilangkan sesuatu penyakit, harus dilakukan 3 cara yaitu menghilangkan sumber kuman, memutus mata rantai penularan, serta meningkatkan daya tahan host atau masyarakat (Widodo, 2010).

Sumber dan cara penularan yang paling banyak adalah melalui tangan personil kesehatan, dan alat – alat lain seperti kateter urin, kasa pembalut dan perban. Infeksi nosokomial ini tidak hanya mengenai pasien sahaja, tetapi dapat juga mengena seluruh personil rumah sakit yang berhubung langsung dengan pasien (Light, 2001). Di antara golongan yang mempunyai faktor resiko yang tinggi untuk menularkan infeksi nosokomial adalah perawat dalam Rumah Sakit tersebut. Cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab yang paling utama dalam infeksi nosokomial.

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasakan perlu untuk dilakukan penelitian yang membahas “Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap perawat Rumah Sakit Umum Siti Hajar dalam upaya mencegah infeksi nosokomial?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap perawat Rumah Sakit Umum Siti Hajar (RSU Siti Hajar) dalam upaya mencegah infeksi nosokomial.

1.3.2 Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian adalah :

i. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat RSU Siti Hajar dalam pengetahuan dasar infeksi.

ii. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat RSU Siti Hajar dalam pengetahuan Multiple Drug Resistant Organisms.

iii. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat RSU Siti Hajar dalam elemen – elemen rantai infeksi.

(11)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1.4.1 Perawat

Penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat kepada perawat tentang kepentingan pengetahuan dan sikap dalam pencegahan dini infeksi nosokomial serta mengurangkan angka kejadian penyebaran dan transmisi infeksi nosokomial.

1.4.2 Administrasi rumah sakit

Penelitian ini bisa menjadi bahan masukan bagi pihak rumah sakit untuk melaksanakan tindakan pencegahan terhadap infeksi nosokomial.

1.4.3 Penelitian

(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : a. Tahu (know)

Tahu berarti sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

(13)

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabar materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan yang menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya:dapat menyusun, dapat merencana, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

(14)

2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkahlaku yang yang terbuka. Lebih dijelaskan lagi, sikap itu merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari pelbagai tingkatan, yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mahu dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari suatu sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valueing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ke tiga.

d. Bertanggungjawab (responsible)

(15)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

2.3 Definisi Infeksi

Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pejamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu (Pusat Informasi Penyakit Infeksi dan Penyakit Menular Indonesia, 2005).

2.3.1 Gejala – gejala infeksi

Apabila seseorang terkena infeksi, gejala - gejala yang khas sering muncul pada pasien adalah seperti rubor (merah), calor (panas), dolor, palor (pucat), dan tumor (bengkak).

Selain itu, gejala yang muncul apabila terjadi infeksi lokal dan infeksi sistemik adalah seperti berikut:

i. demam

ii. pols meningkat

iii. respiratory rates meningkat iv. nyeri

v. lemah

vi. kurang selera makan vii. mual muntah

(16)

2.4 Multidrug – Resistant Organisms (MDROs)

MDROs merupakan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Antibiotik merupakan obat yang spesifik terhadap bakteri yang menyebabkan infeksi. sesetengah mikroba atau bakteri dapat merobah struktur obat tersebut. Oleh itu, infeksi yang disebabkan bakteri ini susah di obati. MDROs disebabkan oleh kesalahan dokter meresepkan obat antibiotik yang tidak diperlukan oleh pasien (Sorrentino & Gerek, 2006).

Dua tipe MDROs yang biasa terdapat di rumah sakit yang telah resisten terhadap antibiotic adalah:

i. Methicillin – resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) ii. Vancomycin – resistant Enterococcus (VRE)

2.5 Definisi Infeksi Nosokomial

Pengertian tentang infeksi nosokomial adalah infeksi akibat transmisi organism patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi, yang berasal dari lingkungan rumah sakit (Schwartz, 2000).

Menurut H. Thamrin Hasbullah (1992) yang dikutip dalam Cermin Dunia Kedokteran, infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita selama/oleh karena dia dirawat di rumah sakit. Suatu infeksi pada penderita bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa kriteria/batasan tertentu :

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan

tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24jam sejak mulai perawatan.

(17)

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

2.6 Etiologi Infeksi Nosokomial

a. Sumber

Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh beberapa macam agen penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur, protozoa, dan macam-macam agen penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitas, daya invasi, dan dosis infeksinya (Patricia, 2005). Bahkan, manusia yang sehat juga penuh dengan mikroba yang dianggap normal (flora normal). Untuk penderita imunokompromi, flora normal dapat menjadi patogen karena daya tahan tubuh yang berkurang (Utji, 1993). Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius (Ducel, G, 2002).

b. Cara transmisi

(18)

c. Reservoir / host.

Tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah tubuh manusia. Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh manusia untuk menimbulkan gejala infeksi adalah umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat- obatan immunosupresan dan steroid serta intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi (Babb, JR, Liffe, AJ, 1995). Penderita selalu menjadi sasaran benih penyakit karena biasanya keadaan tubuh yang lemah (Utji, 1993).

2.7 Klasifikasi Infeksi Nosokomial

Klasifikasi infeksi nosokomial berdasarkan tempat (David, 2003) adalah seperti berikut :

a. Community Acquired Infection

Umumnya tiap-tiap rumah sakit telah mempunyai policy untuk menempatkan dan perawatan dari penderita dengan penyakit menular. Masalah timbul apabila diagnose tidak segera ditegakkan sesaat penderita masuk ke rumah sakit, sehingga penderita bisa menularkan penyakitnya ke penderita lain.

b. Cross infection (infeksi silang)

(19)

c. Infection Acquired from the Environment

Keadaan lingkungan ini sering dikatakan punca kepada infeksi nosokomial. Seperti lingkungan kotor dalam rumah sakit, alat-alat untuk pemeriksaan atau pengobatan. Infeksi atau keracunan dari makanan yang disediakan dirumah sakit.

d. Self infection (infeksi diri sendiri)

Ini adalah penyebab infeksi nosokomial yang tersering. Kuman – kuman jaringan dari tubuh akan menimbukan penyakit misalnya pada pemberian antibiotik flora usus.

2.8 Cara Penularan Mikroorganisme

Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan berbagai cara. menurut WHO (2002) terdapat tiga cara transmisi yaitu :

a. infeksi endogen.

Bakteri dari flora normal akan mengakibatkan infeksi karena transmisi ke luar dari habitat normal seperti traktus urinarius, luka atau terapi antibiotika yang tidak teratur yang menyebabkan pembiakan yang tidak terkontrol. Contohnya bakteri gram negatif di dalam traktus gastrointestinal sering menyebabkan infeksi pada luka pasca bedah abdomen atau infeksi traktus urinarius pada pasien yang menggunakan kateter.

b. Infeksi silang endogen.

Bakteri yang ditransmisi antara pasien:

(20)

ii- Melalui kontak langsung perawat dengan pasien seperti saat perawat melakukan kegiatan asuhan seperti memandikan, atau membalikkan tubuh pasien serta menyentuh permukaan tubuh pasien.

iii- Melalui udara (droplet atau udara yang terkontaminasi dari bakteri pasien)

iv- Melalui objek yang telah terkontaminasi oleh pasien seperti peralatan instrumen, tangan perawat, ahli keluarga atau sumber lingkungan (air, cairan, makanan).

c. Infeksi endemik atau epidemik

Terdapat pelbagai tipe mikroorganisme yang bisa berkembang biak dengan baik di lingkungan rumah sakit ini yaitu :

i- Dalam air, produk steril atau disinfeksi (Pseudomonas, Acinetobacter, Mycobacterium)

ii- Dalam makanan.

iii- Pada ruangan rumah sakit. Terdapat droplet yang telah terkontaminasi apabila pasien batuk atau bercakap (bakteri yang lebih kecil dari 10mikrometer (diameter) akan tetap berada di udara untuk beberapa jam dan bisa di inhalasi).

Menurut Jemes H, Hughes dkk, yang dikutip oleh Misnadiarli 1994, tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu:

a. Kontak langsung

(21)

b. Kontak tidak langsung

Kontak tidak langsung bisa terjadi apabila objek yang tidak di disinfeksi atau terkontaminasi terkena pasien, seperti perawatan luka pasca opearsi.

c. Droplet

Kuman dapat mencapai ke udara (air borne) melalui droplet.

d. Vektor

Infeksi nosokomial juga bisa melalui vektor seperti hewan / serangga yang membawa kuman (Depkes RI, 1995).

2.9 Pencegahan Infeksi Nosokomial.

(22)

Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, menurut (Patricia,2005) harus disesuaikan dengan rantai terjadinya infeksi nosokomial yaitu :

a. Kontrol eliminasi reservoir

Untuk mengeliminasi reservoir, perawat harus membersihkan cairan tubuh, drainase, atau larutan yang dapat menjadi tempat pembiakan mikroorganisme. Perawat juga harus membuang sampah yang mengandung alat yang telah terkontaminasi dengan berhati-hati. Semua institusi kesehatan harus memiliki pedoman untuk membuang materi sampah infeksius.

b. Kontrol terhadap portal keluar

Perawat mengikuti praktik pencegahan dan kontrol untuk meminimalkan atau mencegah organism yang keluar melalui saluran pernafasan, perawat harus selalu menghindari berbicara langsung menghadap pasien. Selain itu, perawat harus sering menggunakan sarung tangan sekali pakai apabila menangani pasien. Masker, gown dan kacamata juga harus digunakan jika terdapat kemungkinan adanya percikan dan kontak cairan dengan pasien. Perawat yang merasakan dirinya demam ringan sekalipun harus memakai masker khususnya apabila menggantikan balutan atau melakukan prosedur steril selain bertanggungjawab mengajarkan klien untuk melindungai orang lain pada saat bersin dan batuk.

c. Pengendalian penularan

(23)

yang lama. Penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan apabila melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan yang dirawat di rumah sakit (Louisiana, 2002). Untuk mencegah penularan mikroorganisme melalui kontak tidak langsung, peralatan atau bahan yang kotor harus diasingkan supaya tidak bersentuhan dengan baju perawat.

d. Pengendalian portal masuk

Dalam pengendalian portal masuk ini, seseorang haruslah pandai menjaga kebersihan kulit dan oral. Secara umum, portal masuk sama dengan portal keluar. Oleh itu, penjagaan rapi haruslah dilakukan apabila berlaku kecederaan seperti merawat luka dengan tindakan yang benar. Selain itu, perawat juga harus memastikan tuba yang dipasang pada pasien dipasang dengan benar supaya tiada mikroba yang bisa masuk ke dalam sistem drainase pasien (Sorrentino & Gerek, 2006).

e. Perlindungan terhadap pejamu yang rentan

Tindakan isolasi atau barier termasuk penggunaan gown, sarung tangan, kacamata dan masker serta alat pelindung lainnya. Perawat harus mengikuti prinsip dasar yaitu : harus mencuci tangan sebelum masuk dan meninggalkan ruang isolasi, benda yang terkontaminasi harus dibuang untuk mencegah penyebaran mikroorganisme, pengetahuan tentang proses penyakit dan jenis penularan infeksi harus diaplikasikan pada saat menggunakan barrier pelindung.

2.10 Peran Perawat dalam Mencegah Infeksi Nosokomial

(24)

mencuci tangan yang benar. Perawat juga bertanggungjawab dengan peningkatan 50% resiko infeksi nosokomial (Hugonnet, Villaveces, Pittet, 2006).

Oleh itu, perawat harus tahu langkah-langkah yang betul dalam menangani kejadian infeksi nosokomial serta penyebaran infeksi. Selain itu, perawat juga harus memastikan diri sendiri terlatih dalam mengendalikan pasien sehari-hari sepanjang keberadaan di rumah sakit (WHO, 2002).

(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berikut adalah kerangka konsep untuk tingkat pengetahuan perawat RSU Siti Hajar dalam mencegah infeksi nosokomial:

Grafik 3.1 Kerangka konsep tingkat pengetahuan dan sikap perawat RSU Siti Hajar dalam mencegah infeksi nosokomial

Pengetahuan Perawat RSU Siti Hajar

i. Definisi infeksi

ii. Gejala dan tanda infeksi iii. Definisi infeksi

nosokomial iv. MDROs

v. Elemen Rantai Infeksi Pencegahan

infeksi nosokomial

Sikap Perawat RSU Siti Hajar

(26)

3.2 Definisi Operasional

Variabel dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti berikut:

Tabel 3.1

Variabel, definisi operasional, alat ukur, cara ukur dan skala ukur tingkat pengetahuan dan sikap perawat RSU Siti Hajar dalam mencegah infeksi

nosokomial Variabel Definisi

operasional

Alat ukur Cara ukur Skala ukur

Tingkat pengetahuan

Pengetahuan perawat

Kuesioner Angket Ordinal

Sikap Tanggapan dan kepercayaan Perawat

Kuesioner Angket Ordinal

Kuesioner ini mengandungi 5 soal untuk pengetahuan dasar tentang infeksi. Alat ukur untuk pengetahuan adalah kuesioner yang dinilai dengan menggunakan jumlah skor. Responden yang menjawab dengan :

1. Jawapan benar diberi skor 2 2. Jawapan salah diberi skor 0

Total score untuk soal pengetahuan ialah 10.

Menurut Pratomo (1986) dikategorikan pengetahuan atas baik, sedang, dan buruk dengan definisi sebagai berikut:

1. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu apabila responden mendapat skor 8 – 10.

2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu apabila responden mendapat skor 4 – 7.

(27)

Manakala, 12 soal sikap mengawal elemen rantai infeksi di uji dalam kuesioner ini. Penskoran skala penilaian berjenjang dari skor tertinggi sampai dengan terendah. Jenjang skor untuk skala sikap tertinggi 3 dan terendah 1. Skor sikap diberikan nilai berdasarkan soalan.

Soalan dari no 1, 2, 3, 4, 7, dan 9 diberikan skor: 1. 3 jika responden menjawab setuju

2. 2 jika responden menjawab ragu – ragu. 3. 1 responden menjawab jika tidak setuju.

Akan tetapi, soal no. 5, 6, 8, 10, 11, dan 12 diberikan skor: 1. 3 jika responden menjawab tidak setuju

2. 2 jika responden menjawab ragu – ragu. 3. 1 jika responden menjawab setuju.

Total score untuk soal sikap ialah berjumlah 36.

Menurut Pratomo (1986) dikategorikan sikap atas baik, sedang, dan buruk dengan definisi sebagai berikut:

4. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu apabila responden mendapat skor 27 – 36.

5. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu apabila responden mendapat skor 14 – 26.

(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni berupa tinjauan pengetahuan dan sikap perawat Rumah Sakit Umum Siti Hajar pada tahun 2011 tentang pencegahan infeksi nosokomial. Desain penelitian ini adalah secara cross sectional study dimana data dikumpul pada satu waktu tertentu.

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2011 sehingga November 2011.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Siti Hajar. Tempat penelitian ini dipilih karena belum terdapat penelitian tentang infeksi nosokomial serta perawat lebih banyak terdedah dengan pasien samada rawat inap atau rawat jalan.

4.3.Populasi Penelitian

(29)

4.4.Sampel dan Cara Pemilihan Sampel 4.4.1 Sampel Penelitian

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit Umum Siti Hajar.

4.4.2 Cara Pemilihan Sampel

Cara Pemilihan Sampel untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 25 orang.

4.5 Teknik Pengumpulan Data 4.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian yang akan disebarkan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi.

4.5.2 Uji Validitas dan Realibilitas

Pertanyaan yang dimuatkan dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrument atau kuesioner tersebut. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan content validity. Content validity ini telah ditandatangani oleh Dr Sofyan Lubis (NIP: 130279482).

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

(30)

ketiga adalah entry data yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer dengan menggunakan program SPSS 17.0. Tahap keempat adalah cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui

(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Siti Hajar, yang terletak di Jl Jamin Ginting, Medan. Rumah Sakit ini diresmikan pada tanggal 20 Juli 1986 untuk memberikan pelayanan medis serta menyediakan fasilitas dan sarana kesehatan yang lengkap dengan izin Dinas Kesehatan no. 440/9893/PK/RS/1993. Fasilitas yang disediakan antara lain, ruang perawatan, pelayanan rumah sakit, serta fasilitas diagnosis khusus dan pelayanan jamsostek.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(32)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin Perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, 2011.

Jenis Kelamin N (%)

Laki – laki 3 12

Perempuan 22 88

[image:32.595.108.514.354.485.2]

Berdasarkan tabel 5.1 didapati jumlah responden laki-laki sebanyak 3 orang (12%) manakala responden perempuan sebanyak 22 orang (88%) .

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia Perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, 2011.

Usia (tahun) N (%)

20 – 24 9 36

25 – 30 6 24

30 – 34 6 24

35 – 39 2 8

40 – 44 1 4

45 – 49 1 4

(33)

5.2Tingkat Pengetahuan Infeksi Nosokomial

[image:33.595.106.509.307.428.2]

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan ini disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu (Purwanto, 1999). Berikut merupakan hasil tingkat pengetahuan perawat:

Tabel 5.3

Nilai Pengetahuan Perawat dalam Infeksi Nosokomial Nilai pengetahuan n (%)

Baik 22 88

Sedang 3 12

Buruk 0 0

Total: 25 100

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, lebih separuh atau setengah responden yaitu perawat di Rumah Sakit Umum Siti Hajar mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebesar 88%. Ini segaris dengan rekomendasi oleh Centre of Disease Control yang mengesyorkan bahwa semua ahli medis seperti

perawat mempunyai ilmu dasar yang baik tentang pencegahan infeksi.

Penilaian pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan dengan pilihan jawaban.

(34)
[image:34.595.108.510.182.291.2]

Tabel 5.4

Pengetahuan dasar perawat tentang infeksi

PENGETAHUAN BENAR SALAH

n f n f 1. Definisi infeksi 25 100 0 0 2. Gejala infeksi 25 100 0 0 3. Definisi infeksi nosokomial 25 100 0 0

[image:34.595.114.507.404.677.2]

Berdasarkan tabel di atas, pengetahuan dasar pengetahuan perawat tentang definisi serta gejala infeksi diketahui dengan baik dan benar. Ini bersesuaian karena pengetahuan asas sangat penting sebelum melakukan sesuatu.

Tabel 5.5

Pengetahuan tentang Multiple Drug-Resistant Organisms (MDRO) Jenis – jenis Multiple Drug-Resistant Organisms n %

1. Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus (MRSA)

5 20

2. Vancomycin-resistant Enterococcus (VRE) 4 16

3. Erythromycin-resistant Streptococcus Aureus (ERSA)

0 0

4. MRSA dan VRE 15 60

5. MRSA, VRE dan ERSA 1 4

(35)
[image:35.595.105.509.347.503.2]

Berdasarkan tabel 5.5, seramai 15 orang responden tahu pelbagai tipe mikroba yang telah resistan terhadap bakteri. Menurut Moinuddin (2005), langkah pertama dalam mencegah dan kontrol MDRO adalah mengetahui bakteri yang telah resisten terhadap pelbagai antibiotik. Menurut teori Sorrentino & Greek, tipe – tipe MDRO yang paling biasa terdapat di rumah sakit adalah MRSA dan VRE. Ternyata masih ramai lagi perawat yang mempunyai pengetahuan tidak lengkap tentang MDROs. Berdasarkan penelitian tentang persepsi perawat terhadap MRSA, sebanyak 60% responden percaya bahwa MRSA tidak dapat dikontrol dan mereka tidak terlalu prihatin dalam manejemen bakteri tersebut ( Lines L, 2006).

Tabel 5.6

Pengetahuan tentang Elemen dalam Rantai Infeksi

Elemen-elemen Rantai infeksi n %

1. Reservoir dan portal exit 0 0

2. Reservoir, portal exit dan transmisi 2 8 3. Portal exit, transmisi dan portal entri 0 0 4. Transmisi, portal entri, host, reservoir 6 24 5. Reservoir, portal exit, transmisi, portal entri dan host 17 68

Total 25 100

Pengetahuan responden yang di uji dalam soal terakhir adalah tentang elemen dalam rantai infeksi dan seramai 8 orang (32%) tidak tahu dengan jelas keseluruhan elemen dalam rantai infeksi dan seramai 17 orang (68%) tahu semua elemen rantai infeksi.

(36)

implementasi praktis kebersihan yang baik untuk membantu mencegah transmisi bakteri dan virus yang tidak sengaja.

5.3 Nilai Sikap Perawat dalam pencegahan Infeksi Nosokomial.

[image:36.595.105.506.362.441.2]

Penilaian sikap perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk skala likert, dengan pilihan jawaban setuju, ragu-ragu dan tidak setuju. Hasilnya akan dibagi tiga kategori tingkatan sikap yaitu: baik, sedang dan buruk. Hasil penelitian tentang penilaian sikap responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7

Hasil Sikap Perawat dalam Mencegah Infeksi Nosokomial

Nilai Sikap n (%)

Baik 25 100

Sedang - -

Buruk - -

Total 25 100

(37)
[image:37.595.110.513.198.298.2]

Tabel 5.8

Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi I (Kontrol Host)

Soal Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju n % n % n % Kontrol reservoir/host

1. Mencuci tangan dengan sabun 25 100 0 0 0 0 2. Alatan tajam dibuang di wadah anti bocor 25 100 0 0 0 0 3. Buang sampah medis di wadah kuning 25 100 0 0 0 0

[image:37.595.116.513.401.560.2]

Berdasarkan tabel 5.8, sikap perawat dalam mengontrol reservoir/ host adalah baik. Ini bersesuaian dengan tanggapan Sorrentino & Gerek (2006) yang memerlukan perawat tahu dan mahir dalam mengawal reservoir organisme patogen.

Tabel 5.9

Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi II (Kontrol Portal Keluar)

Soal Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju n % n % n % Kontrol portal keluar

1. Guna sarung tangan apabila kontak dengan pasien

25 100 0 0 0 0

2. Bisa kontak langsung dengan pasien ketika demam ringan

3 12 0 0 22 88

3. Masker dipasang ketika kontak dengan pasien ISPA

25 100 0 0 0 0

(38)

masker supaya tidak kontak langsung dengan pasien. Ini karena, dikhuatiri pasien yang rentan bisa terinfeksi akibat kewalahan perawat tersebut.

Tabel 5.10

Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi III (Kontrol Transmisi)

Soal Setuju Ragu-

ragu

Tidak setuju n % n % n % Kontrol transmisi

1. Tehnik asepsis ialah tehnik cuci tangan yang benar

24 96 0 0 1 4

2. Linen kotor yang diangkat bisa terkena langsung pada seragam

1 4 0 0 24 96

[image:38.595.108.508.217.354.2]

Dalam pencegahan kontrol transmisi, masih ada lagi perawat yang kurang tahu tentang tehnik asepsis dalam mencuci tangan serta pernyataan bahwa kain linen yang kotor tidak bisa kontak langsung dengan seragam perawat. Menurut Sorrentino & Gerek (2006) dalam penilaian untuk kontrol transmisi, seorang perawat harus tahu tehnik mencuci tangan yang benar serta tahu mengontrol kotoran/debu dalam satu ruang dengan menghindar kontak langsung benda kotor ke seragam perawat.

Tabel 5.11

Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi IV (Kontrol Portal Masuk)

Soal Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju n % n % n % Kontrol portal masuk

1. Pembersihan luka dimulai dari dalam ke luar 25 100 0 0 0 0 2. Jarum suntik ditempatkan dalam bak steril 20 80 0 0 5 20 3. Tindakan invasif bisa menggunakan alat

tidak steril

[image:38.595.117.517.532.677.2]
(39)

Pada hasil penelitian dalam sub kontrol portal masuk, sterdapat sebilangan responden yang keliru dengan tindakan invasif yang menggunakan alat tak steril. Sebanyak 16% responden menjawab bisa melakukan tindakan invasif dengan menggunakan alatan tidak steril. Ini merupakan sikap yang harus dihindari oleh perawat atau tenaga medis yang lain karena tindakan sebegini menurut Mirza (2011), kebanyakan penularan portal masuk berlaku akibat tindakan invasif seperti intubasi endotrakeal dan pemasangan keteter urin.

Tabel 5.12

Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi V (Kontrol Penjamu Rentan)

Soal Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju n % n % n % Kontrol penjamu rentan

1. Proteksi diri tidak diperlukan sewaktu masuk ke ruang isolasi dalam waktu singkat

2 8 0 0 23 92

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARANAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sepanjang bulan Juli 2011 di Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, Medan tentang tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah infeksi nosokomial,dapat ditarik kesimpulan berikut:

1. Keseluruhan perawat mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dengan persentase 88% yaitu seramai 22 orang, manakala selebihnya yaitu 3 orang mempunyai tingkat pengetahuan sedang (12%).

2. Seramai 25 orang perawat atau keseluruhan perawat (100%) tahu tentang pengetahuan dasar infeksi.

3. Mayoritas perawat tahu MRSA dan VRE merupakan bakteri yang resisten terhadap pelbagai antibiotik (MDRO) yaitu dengan persentase sebanyak 60%. Seramai 5 orang (20%) perawat hanya mengenali MRSA sahaja dan seramai 4 orang (16%) perawat hanya mengetahui VRE sahaja. Terdapat satu orang perawat (4%) yang menganggap Erythromycin-resistant Streptococcus Aureus merupakan bakteri resisten terhadap antibiotik.

4. Mayoritas perawat mengetahui kesemua elemen – elemen dalam rantai infeksi yaitu sebesar 68% (17 orang). Sebanyak 6 orang (24%) berpendapat bahwa terdapat 4 elemen dalam rantai infeksi manakala sebanyak 2 orang (8%) berpendapat hanya terdapat 2 elemen sahaja dalam rantai infeksi. 5. Seramai 25 orang perawat yaitu keseluruhan perawat RSU Siti Hajar

(41)

Seramai 20% perawat menganggap jarum suntik tidak perlu disterilkan dan sebanyak 16% menganggap tindakan invasif bisa menggunakan alatan yang tidak steril.

6.2 Saran

6.2.1 Praktek keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan, perawat harus aktif dan berinisiatif mendapatkan maklumat atau info terbaru tentang pencegahan infeksi. Selain itu, perawat harus standar pengetahuan mereka mengikut guideline yang direkomendasi oleh CDC khususnya tentang bahaya infeksi nosokomial terhadap pasien.

Selain itu, perawat bisa mengikuti seminar atau workshop pencegahan infeksi yang dianjurkan oleh Badan Layanan Umum supaya sentiasa memperbaharui pengetahuan tentang infeksi yang menular di rumah sakit.

6.2.2 Penelitian selanjutnya

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahawa tingkat pengetahuan dan sikap perawat sangat bagus dalam mencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, Medan. Maka, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan mencari faktor tingkat tertinggi pendidikan, serta lama berkerja serta faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah infeksi nosokomial.

6.2.3 Pendidikan keperawatan

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Archibald LK, Manning ML, Bell LM, Banerjee S, Jarvis WR, 1997. Patient density, nurse-to-patient ration and nosocomial infection risk in a pediatric

cardiac intensive care unit. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9384337 [Accessed 25 April 2011]

Ayesha Mirza, 2011. Hospital-Acquired Infections. Available from: emedicine.medscape.com/article/967022-overview#a0199 [Accessed 26 November 2011]

Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired Infection. Science Press limited: Cleveland Street, London. 1995.

Bady Marwoto Agus, dkk., 2007. Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang IRNA 1 RSUP. Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Available from:

http://www.docstoc.com/docs/38906036/ANALISIS-KINERJA-

PERAWAT-DALAM-PENGENDALIAN-INFEKSI-NOSOKOMIAL-DI-IRNA [Accessed 25 April 2011]

Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response; 2002.

(43)

Frost & Sullivan, 2010. Hospital-acquired Infection – Trends Across Europe.

Available from:

http://www.sicherheitimop.at/documents/FrostSullivanHospitalInfectionsTre

ndsacrossEuropeJuni2010.pdf [Accessed 26 April 2011]

Green Wood David, (2003), Medical Microbiology, Jakarta : EGC.

H. Thamrin Hasbullah, 1992. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran No. 82, 1993.

Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrison’s Principle of Internal Medicine 15 Edition.-CD Room; 2001

Lines L, 2006. A study of senior staff nurses’ perceptions about MRSA. Available from: ukpmc.ac.uk/abstract/MED/16640211 [Accessed 9 Desember 2011]

Mark Stibich, Ph.D. 2010. Hospitals Infections Cause 100,000 Deaths Annually. Available from: longevity.about.com/od/optimizemedicalcare/a/HAI-hospital-infection-deaths.htm [Accessed 5 Desember 1011]

Mishga Moinuddin, 2005. Multiple drug-resistant bacteria ; prevention and control.

Available from:

www.apic.org/AM/Template.cfm?Section=Search&section=Brochures&tem plate=/CM/ContentDisplay.cfm&ContentFileID=9010 [Accessed 9 Desember 2011]

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan & Perilaku Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

(44)

Notoatmodjo, S., 2005. Skala Penilaian. Dalam: Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, Hal.92.

Patricia, Potter, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: EGC.

Pratomo, H., & Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud.

Purwanto Heri, (1998), Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan, Jakarta: EGC.

PUSAT INFORMASI PENYAKIT INFEKSI DAN PENYAKIT MENULAR

INDONESIA, 2005. Available from:

http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=16 [Accessed 16 Februari 2011]

Schwartz, (2000), Ilmu Bedah, Edisi 6, Jakarta : EGC.

Smeltzer dkk, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1., Ed.8. Jakarta: EGC.

Sorrentino & Gerek (2006), Mosby’s Essential for Nursing Assistant, Edisi 3 : Mosby Elsevier.

Stephane Hugonnet, Andres Villaveces, Didier Pittet, 2006. Nurse Staffing LevelandNosocomial Infections: Empirical Evaluation of the Case-

Crossover and Case- Time- Control Designs. Available from:

(45)

Sunaryo, 2004, Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.

Suwarni, A. Studi Deskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lma Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial. Studi

Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan

Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen

Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta, 2001.

Utji, Robert, 1993. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Dr. Cipto Mangunkusumo dengan Sumber Daya Minimal dalam: Cermin Dunia

Kedokteran No. 82, 1993.

Daniel J. DeNoon, 2010. CDC Finally Gets Data as State Laws Force Hospitals to Count Infections. WebMD Health News. Available from:

www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=116699# [Accessed 25 November 2011]

World Health Organization (WHO), 2002. Prevention of hospital-acquired infections: A Practical guide. WORLD HEALTH ORGANIZATION.

Available from:

http://www.who.int/csr/resources/publications/whocdscsreph200212.pdf

[Accessed 20 April 2011]

Yulia Habni, 2009. Perilaku Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan. Available from:

Gambar

Grafik 3.1 Kerangka konsep tingkat pengetahuan dan sikap perawat RSU Siti Hajar dalam mencegah infeksi nosokomial
Tabel 3.1
Tabel 5.2  Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 5.3 Nilai Pengetahuan Perawat dalam Infeksi Nosokomial
+6

Referensi

Dokumen terkait

On November 17, 2011, The Company did Initial Public Offering (IPO) and listed on the main board of IDX with stock code of GEMS.. The strategic investor, GMR Coal

1) Panitia akan melakukan evaluasi dokumen penawaran sampul II berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam dokumen lelang.. 2) Tata cara evaluasi dokumen penawaran sampul

A framework for a multi-sensor system has been presented, in- cluding a hardware concept to guarantee synchronized sensor data as well as a software design for real time data

Untuk menjamin pemanfaatan jalan dan ruang milik jalan yang memerlukan perlakuan khusus terhadap konstruksi jalan dan jembatan serta pengawasan jalan dapat

3) Keamanan dan keanekaragaman konsumsi pangan melalui pengembangan pangan lokal masih kurang. 4) Daerah rawan pangan belum tertangani dengan baik. 5) Kuantitas dan kualitas

Menunjukkan kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Bani Umayah dalam bidang ilmu pengetahuan. 9

openly communicate the information about MPRS, highly encourage INV style in making performance reward decisions, and appropriately use performance appraisal to determine

Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Rapor1. Nilai