ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP
NON PERFORMING LOAN PADA PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR
WILAYAH 01 MEDAN
TESIS
Oleh
FEBRYANTI M.E. ARITONANG
067019093/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP
NON PERFORMING LOAN PADA PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR
WILAYAH 01 MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
FEBRYANTI M.E. ARITONANG
067019093/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP NON PERFORMING
LOAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) Tbk. KANTOR WILAYAH 01 MEDAN
Nama Mahasiswa : Febryanti M.E. Aritonang Nomor Pokok : 067019093
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, SE. Ak) (Drs. Syahyunan, M.Si) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Rismayani, SE., M.S) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 13 Oktober 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, SE. Ak Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:
“ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP NON
PERFORMING LOAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)
Tbk. KANTOR WILAYAH 01 MEDAN”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
siapapun juga sebelumnya.
Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara
jelas dan benar.
Medan, September 2009 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Demikian juga halnya dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang memiliki peran sebagai financial intermediary dan memiliki komitmen utama untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat namun tetap menerapkan risk management secara lebih prudent, agar tetap memiliki kualitas kredit yang baik sehingga dapat menghindari jumlah kredit bermasalah atau Non Performing Loan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) berpengaruh terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan.
Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, diolah, disajikan dan kemudian dianalisis. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang terdiri dari 20 kantor cabang. Sensus diperoleh dari angka agregat 20 kantor cabang dengan time series selama 3 tahun yakni dari tahun 2006 sampai dengan 2008.
Hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan uji secara simultan (uji F) dan parsial (uji t) pada á = 5%. Hasil uji F, variabel kredit
whosale, middle dan retail berpengaruh secara simultan dan sangat signifikan terhadap Non Performing Loan. Hasil uji R2 sebesar 0.341. Hal ini menunjukkan bahwa 34,1% variabel kredit whosale, middle dan retail menjelaskan terhadap variabel Non Performing Loan. Hasil uji t diperoleh bahwa variabel kredit retail berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan, sedangkan variabel kredit whosale dan middle tidak berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan.
ABSTRACT
Bank is an organization that collect fund from society in saved and lead it to the people in credit or other type in order to increase the best life level of society. So PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan that also have a function as financial intermediary and main commitment to lead credit to the society but also have a basic in risk management prudently, to have good credit and avoid the number of problem credit or Non Performing Loan. The formulated problem of the study included to know whether the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially. The present study intends to know that the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially.
The research used analysis deskriptif research and collect the useful data, to prepare, to serve and to analysis. The population used in the study is PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan included 20 branch offices with time series in 3 years that is 2006 until 2008.
The result of hypothesis test used multiple linear regression analysis with the simultaneous test (F-test) and partially (t-test) at á = 5%. The result of F-test, whosale, middle, and retail credit have highly significant effect simultaneously on the Non Performing Loan. The R2 test 0.341. This indicated that 34.1% of whosale, middle, and retail credit explained the Non Performing Loan. The result of t-test found that retail credit variable to be interaction for Non Performing Loan, while whosale and middle credit variable are not to be interaction for Non Performing Loan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis selama selama proses menuntut
ilmu dan menyelesaikan tugas akhir tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir S-2 pada Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti dengan
judul “Analisis Pengaruh Portofolio Kredit terhadap Non Performing Loan pada PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan”.
Selama menjalani proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini, penulis
banyak memperoleh bantuan moril dan material dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,. Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., M.S., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, SE. Ak. selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
6. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Dr. Khaira Amalia, MBA selaku Komisi
Pembanding yang banyak memberikan masukan dan pengarahan demi
kesempurnaan tesis ini.
7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01
Medan.
9. Khususnya dan teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta Alm. P.Aritonang
dan Alm. D. L. Tobing dan saudariku tercinta, terima kasih atas kasih sayang dan
doa sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan jenjang pendidikan
Strata 2 ini.
10. Kedua mertuaku V. Siahaan dan R. Tambunan yang telah memberikan dorongan
dan semangat dalam penyelesaian tesis ini.
11. Untuk suamiku tercinta Frans Siahaan, SSTP, MSP yang telah sabar dan
memberikan doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan ini.
12. Rekan-rekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen Angkatan XI dan semua
pihak-pihak yang telah membantu dan telah memberikan semangat dan
dukungan dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karuniaNya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil kepada penulis,
Penulis menyadari tesis ini belum sempurna. Semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Medan, September 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Febryanti M.E. Aritonang, lahir pada tanggal 03 Februari 1980, anak kelima
dari lima bersaudara dari Ayahanda Alm. P. Aritonang dan Ibunda Alm. D. L.
Tobing.
Pendidikan dimulai tahun 1986 Taman Kanak-kanak (TK) Santa Maria
Padang Sidempuan, tahun 1987 masuk pendidikan Sekolah Dasar (SD) SD Xaverius
Padang Sidempuan sampai dengan tahun 1989, dilanjutkan ke SD RK Setia Budi
Medan sampai dengan tahun 1992. Melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Budi Murni-3 Medan tamat dan lulus tahun 1995. Selanjutnya
meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 4 Medan,
tamat dan lulus tahun 1998.
Kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Sumatera Utara Medan, tamat dan lulus
tahun 2002. Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi
Magister Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. selama 7 tahun dimulai
dari tahun 2002 sampai dengan sekarang dan menjabat sebagai Penyelia Administrasi
DAFTAR ISI
2.1 Bank Sebagai Lembaga Keuangan……… 8
2.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank……… 8
2.1.2 Pengertian Sumber-sumber Dana Bank………... 10
2.1.3 Pengertian dan Fungsi Kredit……….. 12
2.2 Bank Sebagai Penyalur Dana………..……….. 15
2.2.1 Prosedur Pemberian Kredit………. 15
2.2.2 Analisa Kredit………. 18
2.3 Portofolio dan Diversifikasi Kredit………... 23
2.4.1 Identifikasi Kredit Bermasalah (Non Performing loan).. 32
2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Non Performing Loan..…….... 34
2.4.3 Pencegahan dan Penanganan Non Performing Loan….. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 43
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..……….. 43
3.2 Metode Penelitian………..……… 43
3.3 Metode Pengumpulan Data………... 43
3.4 Jenis dan Sumber Data…...………. 44
3.5 Populasi dan Sensus..……… 44
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian.……… 44
3.7 Definisi Variabel Penelitian dan Pengukurannya…...………. 45
3.8 Model Analisis Data...…...… 46
3.9 Pengujian Asumsi Klasik…...…...…… 46
3.10 Pengujian Hipotesis... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 51
4.1. Deskripsi Data...……….. 51
4.2 Pengujian Asumsi Klasik…..……….... 52
4.3 Pengujian Hipotesis…...…………... 55
4.3.1 Uji Simultas (Uji F)…..…... 57
4.3.2 Uji Parsial (Uji t)…...…... 58
BAB V KESIMPULAN, KETERBATAS DAN SARAN……… 60
5.1 Kesimpulan…...………. 60
5.2 Keterbatasan...………. 61
5.3 Saran... 60
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Segmentasi Debitur.…...…...….... 30
2.2. Theoritical Mapping Daftar Peneliti Terdahulu…...…...……. 40
3.1. Definisi Operasional Variabel…..………... 45
4.1. Deskripis Data Penelitian………...…………... 51
4.2. Hasil Uji Normalitas……...………... 52
4.3. Hasil Uji Multikolinieritas…...………... 53
4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas………...……... 54
4.5. Hasil Uji Autokorelasi………... 54
4.6. Hasil Uji Koefisien Regresi………...……... 55
4.7. Hasil Uji Determinasi...……... 56
4.8. Hasil Uji F……...…...……... 57
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 1.1. Kerangka Konsep……....……… 7
2.1. Sumber-sumber Penyediaan Dana Perbankan……… 12
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman I. Data Perusahaan Perbankan ... 65
II. Deskriptif Data ... 68
III. Hasil Normalitas, Multikolinieritas, Heterokedastisitas, dan
Autokorelasi ... 69
ABSTRAK
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Demikian juga halnya dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang memiliki peran sebagai financial intermediary dan memiliki komitmen utama untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat namun tetap menerapkan risk management secara lebih prudent, agar tetap memiliki kualitas kredit yang baik sehingga dapat menghindari jumlah kredit bermasalah atau Non Performing Loan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) berpengaruh terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan.
Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, diolah, disajikan dan kemudian dianalisis. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang terdiri dari 20 kantor cabang. Sensus diperoleh dari angka agregat 20 kantor cabang dengan time series selama 3 tahun yakni dari tahun 2006 sampai dengan 2008.
Hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan uji secara simultan (uji F) dan parsial (uji t) pada á = 5%. Hasil uji F, variabel kredit
whosale, middle dan retail berpengaruh secara simultan dan sangat signifikan terhadap Non Performing Loan. Hasil uji R2 sebesar 0.341. Hal ini menunjukkan bahwa 34,1% variabel kredit whosale, middle dan retail menjelaskan terhadap variabel Non Performing Loan. Hasil uji t diperoleh bahwa variabel kredit retail berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan, sedangkan variabel kredit whosale dan middle tidak berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan.
ABSTRACT
Bank is an organization that collect fund from society in saved and lead it to the people in credit or other type in order to increase the best life level of society. So PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan that also have a function as financial intermediary and main commitment to lead credit to the society but also have a basic in risk management prudently, to have good credit and avoid the number of problem credit or Non Performing Loan. The formulated problem of the study included to know whether the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially. The present study intends to know that the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially.
The research used analysis deskriptif research and collect the useful data, to prepare, to serve and to analysis. The population used in the study is PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan included 20 branch offices with time series in 3 years that is 2006 until 2008.
The result of hypothesis test used multiple linear regression analysis with the simultaneous test (F-test) and partially (t-test) at á = 5%. The result of F-test, whosale, middle, and retail credit have highly significant effect simultaneously on the Non Performing Loan. The R2 test 0.341. This indicated that 34.1% of whosale, middle, and retail credit explained the Non Performing Loan. The result of t-test found that retail credit variable to be interaction for Non Performing Loan, while whosale and middle credit variable are not to be interaction for Non Performing Loan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga perantara yang menjembatani sektor yang
kelebihan dana (surplus) dengan sektor yang kekurangan dana (minus). Dalam hal ini
bank menerima simpanan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya dalam bentuk
pinjaman/kredit. Sebagian besar pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran
kredit (dalam bentuk hasil bunga), untuk itu pengelolaan portofolio kredit sangat
dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, Oktober 2007; kredit investasi dan
kredit modal kerja yang merupakan produk dari kredit wholesale dan middle,
cenderung mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun (data tahun 2004 s/d 2006)
namun jika dilihat per sektor ekonomi peningkatan kredit lebih besar di sektor
konsumtif atau kredit retail. Kredit konsumtif berkembang pesat namun demikian
ekspansi yang terlalu cepat di sektor ini sangat tidak stabil bagi makro ekonomi pada
umumnya dan bagi perbankan pada khususnya. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang
oleh sektor konsumsi pada titik tertentu akan mengalami stagnasi jika daya beli
masyarakat merosot. Pertumbuhan ekonomi karena dukungan kredit sektor konsumsi
memiliki dampak pengganda (multiplier effect) yang relatif terbatas, kredit ini dapat
menimbulkan penurunan untuk pembiayaan konsumsi riil dari debitur, artinya bahwa
Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, seharusnya perbankan melakukan
ekspansi di sektor kredit investasi atau modal kerja agar berdampak langsung
terhadap peningkatan skala ekonomi dan skala bisnis. Pemberian kredit investasi dan
kredit modal kerja menjadi hal yang lebih utama untuk didorong sesegera mungkin
sehingga mampu menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan.
Berdasarkan laporan publikasi Bank Indonesia, selama semester dua tahun
2004, hampir seluruh bank papan atas seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Mandiri, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengalami
perbaikan dalam pengelolaan portofolio kreditnya. Hal itu terlihat dari semakin
mengecilnya Non Performing Loan (NPL), namun secara serentak keadaan itu
berbalik karena pada semester satu tahun 2005 kondisi NPL sangat memprihatinkan.
Rata-rata bank mengalami pertumbuhan NPL 84,2% hanya dalam waktu enam bulan.
Ekspansi kredit tahun 2005 tidak memberikan kontribusi dalam perolehan laba bank,
sebaliknya perbankan harus mengurangi labanya untuk penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP). Sepanjang kondisi ekonomi bisnis riil belum menunjukkan
perbaikan yang signifikan maka kebijakan untuk menaikkan suku bunga kredit untuk
memperbaiki laba menurun, akan berdampak kepada kemungkinan meningkatnya
NPL yang selanjutnya akan semakin memperburuk kinerja perbankan.
Dalam melaksanakan fungsi intermediasi, masing-masing bank menerapkan
model tersendiri untuk menilai kelayakan bisnis debiturnya dan berbeda dalam
pandangan ini menjadi faktor dominan dalam penilaian kualitas kredit namun
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meminimalisasi resiko atas persetujuan kredit
dan kredit NPL di kemudian hari.
Demikian juga halnya dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.,
yang memiliki peran sebagai financial intermediary dan memiliki komitmen utama
untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat namun tetap menerapkan risk
management secara lebih pruden, agar tetap memiliki kualitas kredit yang baik.
Untuk itu PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dituntut semakin jeli
menentukan target market kreditnya untuk memperkecil resiko kredit dari penurunan
kualitas kredit dengan harapan dapat terhindar dari kredit NPL.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Apakah portofolio kredit (kredit retail, middle, dan wholesale) akan berpengaruh
terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan.
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh portofolio kredit (kredit retail, middle, dan wholesale) terhadap
Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi akademisi sebagai bahan kajian ilmiah dan menambah referensi bagi dunia
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manajemen keuangan khususnya
dalam menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap profitabilitas perbankan.
2. Bagi perusahaan, yaitu:
a) Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT. Bank Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. dalam mengambil keputusan, khususnya yang berkaitan
langsung dengan portofolio kredit.
b) Untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit terhadap profitabilitas
perusahaan.
3. Selain itu peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
berarti bagi penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu
pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang
dijadikan dasar penelitian ini.
1.5. Kerangka Pemikiran
Portofolio adalah investasi (paling sedikit dua aset) di mana investor akan
memilihnya, Margaretha (2007). Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang
dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian keuntungan. Dengan demikian portofolio kredit bank meliputi kumpulan
jenis-jenis (atas dasar berbagai kategori) kredit yang disalurkan oleh Bank.
Bank sebagai organisasi bisnis telah menjadi alat dan sarana penunjang
likuiditas usaha, sebagai konsekuensinya bank dituntut untuk menjadi organisasi
bisnis yang proper dan prudent di dalam penyaluran dananya dalam bentuk kredit.
Hal ini telah disadari benar oleh masyarakat sebab fungsi usaha bank selain sebagai
financial intermediary, juga merupakan agent of development yakni memiliki
kewajiban untuk menunjang upaya pemerataan pembangunan nasional. Dengan
demikian fungsi usaha bank sebagai source of funds dan lending function harus
seimbang demi terciptanya proper banking.
Kredit bank menurut kualitas pada hakikatnya didasarkan atas resiko
kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bunga, mengangsur serta melunasi
pinjamannya kepada bank. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut
adalah waktu pembayaran bunga, pembayaran angsuran dan pelunasan pokok
pinjaman. Penurunan kualitas kredit dikategorikan kedalam kredit Non Performing
Loan (NPL) yakni berada pada posisi kurang lancar (substandard), diragukan
(doubtful), dan kategori macet (loss), Rivai (2006).
Kenyataan menunjukkan bahwa kredit bermasalah merupakan bagian dari
yang mampu mengelola kredit bermasalah (problem loan) pada suatu tingkat yang
wajar dan tidak menimbulkan kerugian pada bank.
Kredit bermasalah menggambarkan situasi di mana persetujuan pengembalian
kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan
memperoleh rugi yang potensial. Oleh karena itu pendekatan praktis bagi bank dalam
pengelolaan kredit bermasalah didasarkan kepada premise bahwa lebih dini
penentuan potesial problem loan akan lebih banyak peluang atau alternatif koreksi
atau prospek pencegahan kerugian bank. Untuk mencapai ini, bank harus mampu
untuk:
1. Menentukan kredit bermasalah itu sendiri dengan melakukan identifikasi
sebab-sebab dari kredit bermasalah serta menemukannya.
2. Merumuskan strategi dan evaluasi berbagai pilihan yang ada dan melakukan
pendekatan/pembicaraan dengan nasabah.
3. Mengidentifikasi dan memanipulasi biaya-biaya problem loan dan memperkecil
tanggung jawab, kemudian lakukan atau implementasikan problem loan strategy,
Secara lengkap, kerangka pemikiran yang diajukan dalam penelitian ini
disajikan pada gambar berikut:
WHOSALE
MIDDLE
NPL
RETAIL
Gambar 1.1. Kerangka Konsep
1.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
Portofolio kredit yang dinyatakan dalam bentuk wholesale, middle, dan retail
berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Sebagai Lembaga Keuangan 2.1.1. Pengertian dan Fungsi Bank
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup masyarakat banyak.
Manurung (2004) mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan yang
berorientasi pada laba dan untuk memperoleh laba tersebut bank melaksanakan fungsi
intermediasi. Dalam hal ini kegiatan utama fungsi perbankan dalam perekonomian
modern dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)
Umumnya dana-dana utama ini terdiri dari giro (demand deposit), tabungan
(saving deposit), serta deposito berjangka (time deposit), dan sertifikat deposito
(certificate of deposit).
2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit (lending).
3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services)
Jasa-jasa lainnya yang umumnya ditawarkan oleh bank adalah: transfer (kiriman
uang), kliring (clearing), letter of credit (L/C), jasa penitipan/penyimpanan,
4. Kegiatan di pasar modal
Kegiatan yang dapat dilakukan bank di pasar modal adalah: penjamin emisi
(underwriter), penjamin (guarrantor), wali amanat (trustee), dan pedagang
sekuritas (dealer).
Dengan demikian tugas pokok suatu bank adalah sebagai financial
intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut dalam bentuk kredit. Peranan kredit dalam operasi bank sangat besar karena
sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi
perkreditan sehingga untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan
perkreditan secara efektif dan efisien. Rivai (2006) menyatakan bahwa sumber
penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit mengingat:
1. bahwa bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal
balik;
2. bahwa pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca
bank;
3. bahwa perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi sebagian
besar bank;
4. bahwa risiko yang dikandung dalam penyaluran kredit cukup besar;
5. bahwa bank merupakan perantara (financial intermediary) antara masyarakat
surplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana;
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 jo
bahwa perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peranan yang strategis
untuk menjunjung pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan taraf hidup rakyat banyak; bahwa
perkembangan perekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa
bergerak cepat disertai dengan tantangan-tantangan yang semakin luas, harus selalu
diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan
tanggung jawabnya kepada masyarakat.
2.1.2. Pengertian Sumber-sumber Dana Bank
Pengertian dana menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, dana bank
dihimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Menurut Riyadi (2004), dalam neraca perbankan dana bank dibagi menjadi
tiga kelompok besar, yaitu:
1. Dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari pemilik berupa modal dan hasil
usaha bank.
2. Dana pihak kedua terdiri dari:
a) Instrumen money market yaitu surat-surat berharga yang diterbitkan kurang
dari satu tahun seperti commercial paper dan promissory notes (surat
b) Instrumen pasar modal yaitu surat-surat berharga yang diterbitkan dengan
jangka waktu lebih dari satu tahun, seperti obligasi (bonds).
3. Dana pihak ketiga terdiri dari:
a) Giro.
b) Tabungan.
c) Deposito berjangka.
d) Sertifikat deposito berjangka.
e) Kewajiban segera lainnya.
Menurut Muljono (1999), sumber-sumber dana bank berasal dari dua sumber
yaitu dana ekstern dan dana intern. Sumber-sumber tersebut dijelaskan melalui bagan
1. Dari PEMILIK/ 1. Giro 1. Cadangan penyu- 1. Penjualan MTI 9. Likuiditas Bank 6. Dan lain-lain
Indonesia 10.Stor jaminan 11.Rekening KU 12.Dan lain-lain
Gambar 2.1. Sumber-sumber Penyediaan Dana Perbankan 2.1.3. Pengertian dan Fungsi Kredit
Penyaluran dana bank kepada masyarakat disebut dengan kredit. Istilah kredit
berasal dari perkataan latin yaitu credo yang terdiri dari dua suku kata yaitu cred atau
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.
Rivai (2006) menyimpulkan pengertian kredit berdasarkan praktiknya, yaitu:
1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;
2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian di mana dalam perjanjian tersebut terdapat
jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh
unsur waktu;
3. Suatu hak, yaitu dengan hak tersebut seorang dapat mempergunakannya untuk
tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan
syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam
kredit tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah).
Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama
2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas
credit rating penerima kredit.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang
berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar
tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrumen
(credit instrument).
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima
kredit.
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial
kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi kredit
maupun dilihat dari penerima kredit. Misalnya, penabung memberikan kredit
sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang. Produsen
memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.
6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun
di pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar
(risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau
ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan
membayar. Risiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara
lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit
untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.
7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi
(cost of fund), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Jika
credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan safety
discount.
Menurut Manurung (2004), kredit (loans) adalah aktiva terbanyak yang
dimiliki bank umum. Porsi kredit sekitar 60%-80% dari total aktiva bank umum.
Tujuan utama penyaluran kredit adalah memperoleh pendapatan bunga. Karena porsi
kredit dalam aktiva bank sangat besar, maka sebagian besar penerimaan bank berasal
dari bunga kredit. Selain mendapatkan penghasilan bunga, penyaluran kredit
memberikan dampak positif bagi bank umum dalam hal memperluas jaringan kerja,
sehingga pengguna jasa bank tersebut semakin lama semakin banyak dan berkualitas.
2.2. Bank Sebagai Penyalur Dana 2.2.1. Prosedur Pemberian Kredit
Dalam setiap pemberian kredit harus memperhatikan asas-asas perkreditan
berdasarkan prinsip kehati-hatian. Menurut Rivai (2006), pada umumnya tahapan
kegiatan pemberian kredit yakni sebagai berikut:
1. Bank menerima permohonan dari nasabah.
2. Surat permohonan diteruskan ke pimpinan cabang untuk diketahui dan didisposisi
dengan jelas.
3. Account officer meneliti surat permohonan, lalu segera ditentukan apakah
permohonan dapat dipertimbangkan atau ditolak. Permohonan dapat segera
a. Untuk kredit yang diminta ada larangan pemerintah/Bank Indonesia.
b. Pengusaha/perusahaan yang bersangkutan termasuk dalam Daftar Kredit
Macet atau daftar Buku Waspada Bank atau termasuk black list.
c. Berdasarkan data yang tersedia dan penelitian pendahuluan dapat disimpulkan
bahwa kredit dapat ditolak. Penolakan harus segera diberitahukan kepada
pemohon secara tertulis serta bijaksana dan persoalan permohonan ini
dianggap selesai.
4. Permohonan yang dapat dipertimbangkan segera diteliti kelengkapan datanya
untuk kemudian dibuatkan catatan singkat mengenai bahan-bahan/keterangan apa
saja yang masih dibutuhkan oleh bank, surat-surat/formulir-formulir/daftar-daftar,
dan sebagainya yang masih harus dilengkapi oleh nasabah pada surat
permohonannya.
5. Nasabah segera diminta datang (diminta secara tertulis) untuk:
a. Memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan kredit yang diminta, misalnya antara lain jumlah kredit, tujuan
penggunaan kredit, dan rencana kerjanya.
b. Melengkapi data yang harus dipenuhi oleh nasabah (jika perlu dibuatkan
daftar data tersebut).
c. Bila kelengkapan data dan sistematik penyajian kurang memenuhi syarat yang
diperlukan, nasabah diminta mengisi formulir Surat Permohon Kredit beserta
Pertimbangan umum pemberian kredit pada dasarnya adalah itikad baik
(willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay). Prinsip-prinsip
dalam pemberian kredit ini menurut Manurung (2004), dapat dilakukan dengan
melakukan investigasi kredit. Untuk menghindari kerugian atau memperkecil risiko
kredit di masa mendatang, investigasi kredit yang tegas, spesifik, dan akurat harus
dilakukan. Tujuan dari investigasi kredit adalah untuk mengumpulkan informasi yang
akurat dan obyektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit. Untuk mendapatkan hasil
investigasi yang baik dan akurat, bank dapat melakukan langkah-langkah berikut:
1. Wawancara dengan calon debitur. Dari hasil wawancara diharapkan dapat
diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan, dan itikad baik
calon debitur.
2. Memeriksa kembali catatan-catatan bank tentang debitur yang bersangkutan, hal
ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah bank.
3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar bank
bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain
yang pernah bekerja sama dengan calon debitur, partner usaha calon debitur,
bahkan bila pernah bekerja sama dengan calon debitur.
4. Pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur (on the spot).
5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba, dan laporan
2.2.2. Analisa Kredit
Rivai (2006) menyatakan bahwa analisis kredit adalah kajian yang dilakukan
untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis
kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable
(hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi
tepat waktu.
Tujuan utama analisa kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah
nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank
secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan
kesepakatan dengan bank. Menurut Tangkilisan (2003) pada dasarnya pemberian
kredit harus memperhatikan konsep 5 C yaitu:
1. Penilaian watak (character)
Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui
kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan
pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Hal ini
dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin anatara
bank dan calon debitur atau informasi yang diperoleh dan pihak lain yang
mengetahui moral, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kehidupan
kesehariannya.
2. Penilaian kemampuan (capacity)
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan
dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya
dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
3. Penilaian terhadap modal (capital)
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh
mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan
calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang
bersangkutan.
4. Penilaian terhadap agunan (collateral)
Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib
menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan
yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan
kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank wajib meminta agunan tambahan
dengan maksud jika calon debitur tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan
tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian
kredit atau pembiayaan yang tersisa.
5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur (condition of economy)
Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu
maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil proyek atau
usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.
Rivai (2006) menambahkan konsep ini menjadi 6 C, di mana konsep yang
suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalkan pendirian suatu usaha
pompa bensin yang di sekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bata.
Manurung (2004) menambahkan selain prinsip 5C, konsep 7P dan 3R juga
dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan kredit, yaitu:
1. Kepribadian (personality)
Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah
hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.
2. Tujuan (purpose)
Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa
besar kredit yang diajukan.
3. Prospek (prospect)
Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Pembayaran (payment)
Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber
dana tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.
5. Tingkat keuntungan (profitability)
Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur;
bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.
6. Perlindungan (protection)
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan
7. Parti (party)
Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan
karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal
pemberian fasilitas.
Sedangkan komponen konsep 3R, terdiri dari:
1. Tingkat Pengembalian Usaha (return).
2. Kemampuan membayar kembali (repayment).
3. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability).
Penting dan strategisnya kredit dalam industri perbankan menyebabkan kredit
menjadi sangat penting, sebab pada dasarnya pengelolaan kredit adalah agar bank
dapat meningkatkan kesehatan dan kinerjanya dengan peningkatan kuantitas dan
kualitas kredit. Kuantitas kredit dinilai dari jumlah dan tingkat pertumbuhan kredit
yang disalurkan. Kualitas kredit, secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari
jumlah dan porsi kredit macet atau bermasalah (non performing loans). Manurung
23
2.3. Portofolio dan Diversifikasi Kredit
Portofolio adalah investasi (paling sedikit dua aset) di mana investor akan
memilihnya, Margaretha (2007). Investasi dilakukan dengan lebih dari dua aset,
untuk diversifikasi dan mengurangi resiko yang akan terjadi. Alasan untuk bentuk
sederhana ini investor menginginkan risiko yang lebih kecil karena bila ada satu
penurunan aset dan aset lainnya akan mempunyai keuntungan, dengan kata lain akan
memaksimalkan keuntungan dan meminimalisasi kerugian atau resiko.
Menurut Samsul (2006), portofolio keuangan adalah investasi dalam berbagai
instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan di bursa efek dan pasar uang dengan
tujuan menyebarkan semua perolehan return dan kemungkinan resiko.
Diversifikasi kredit terdiri dari berbagai jenis. Rivai (2006) mengelompokkan
portofolio kredit sebagai berikut:
1. Jenis kredit dilihat dari jangka waktu, terdiri dari:
a. Short term credit (kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk kredit yang
berjangka waktu musimam satu tahun.
b. Intermediate term credit (kredit jangka waktu menengah) ialah satu bentuk
kredit yang berjangka waktu dari satu tahun sampai tiga tahun.
c. Long term credit (kredit jangka panjang) ialah satu bentuk kredit yang
berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
d. Demand loan atau call loan ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat
24
2. Jenis kredit dilihat menurut lembaga yang menerima kredit
a. Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan
kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.
b. Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan perusahaan, tetapi
kepada perorangan.
d. Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan
asuransi, yaitu kredit yang diberikan kepada bank koresponden, lembaga
pembiayaan dan perusahaan asuransi.
3. Jenis kredit dilihat menurut tujuan penggunaan
a. Kredit modal kerja/kredit eksploitasi adalah kredit untuk modal kerja
perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti
pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang dagangan,
biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain.
b. Kredit investasi adalah kredit (berjangka menengah atau panjang) yang
diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan
ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin,
bangunan dan tanah untuk pabrik.
c. Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga/
25
berupa barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara
lain.
4. Jenis kredit menurut sektor ekonomi
a. Sektor kredit pertanian, perburuhan dan sarana pertanian.
b. Sektor pertambangan.
c. Sektor perindustrian.
d. Sektor listrik gas dan air.
e. Sektor konstruksi.
f. Sektor perdagangan, restoran dan hotel.
g. Sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi.
h. Sektor jasa-jasa dunia usaha.
i. Sektor jasa-jasa sosial/masyarakat.
l. Sektor lain-lain.
5. Jenis kredit menurut sifat
a. Kredit atas dasar transaksi satu kali (eenmalig) adalah kredit jangka pendek
untuk pembiayaan suatu transaksi tertentu, yang disebut juga kredit sekali
tarik karena penarikan kredit hanya satu kali selama jangka waktu kredit
sehingga harus lunas dan berakhir secara otomatis pada saat transaksi selesai.
b. Kredit atas dasar transaksi berulang (revolving) adalah kredit jangka pendek
yang diberikan kepada nasabah untuk usaha yang merupakan suatu seri
26
c. Kredit atas dasar transaksi plafon terikat adalah kredit yang diberikan dengan
jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai
tambahan modal kerja bagi suatu unit produksi atas dasar penilaian kapasitas
produksi/kebutuhan modal kerja di mana maksimum kredit yang diberikan
terikat kepada kapasitas produksi normal dan atau realisasi penjualan (omzet).
d. Kredit atas dasar transaksi plafon terbuka adalah kredit untuk kebutuhan
modal kerja di mana maksimum kredit yang diberikan tidak terikat pada
kapasitas produksi normal ataupun realisasi penjualan (omzet).
e. Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur-angsur (aflopend
plafond) adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang pelunasannya
harus dilaksanakan secara berangsur sesuai dengan jadwal pelunasan yang
telah disetujui/ditentukan oleh bank.
6. Jenis kredit yang disalurkan menurut bentuk
a. Cash loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada
nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitas cash loan ini, bank telah
menyediakan dana (fresh money) yang dapat digunakan oleh nasabah
berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kreditnya.
b. Non – cash loan adalah fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya,
tetapi atas fasilitas tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai.
7. Jenis kredit menurut sumber dana
27
b. Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (sindikasi, konsorsium,
joint financing, KLBI).
c. Kredit dengan dana dari luar negeri (offshore, two step loan, project aid).
8. Jenis kredit menurut wewenang pemutus yakni wewenang di kantor cabang atau
di kantor pusat.
9. Jenis kredit menurut sifat fasilitas
a. Commited facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis, bank
berkewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang diperjanjikan, kecuali
terjadi suatu peristiwa yang memberi hak kepada bank untuk menarik
kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya.
b. Uncommited facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis, bank tidak
mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah
diperjanjikan.
10. Jenis kredit menurut akad
a. Pinjaman dengan akad kredit adalah pinjaman dengan suatu perjanjian kredit
tertulis antara bank dan nasabah, yang antara lain mengatur besarnya plafon
kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan, cara-cara pelunasan, dan
sebagainya.
b. Pinjaman tanpa akad kredit adalah pinjaman yang disertai suatu perjanjian
28
11. Jenis kredit berdasarkan transaksi luar negeri
a. Two step loan (TSL) adalah suatu pinjaman yang diperoleh Pemerintah RI
dari lenders (lembaga keuangan) di luar negeri.
b. Buyer’s credit (export credit) adalah suatu fasilitas yang diberikan kepada
importir (buyers) yang disediakan oleh bank-bank di luar negeri untuk
pembiayaan impor/pembelian barang (khususnya barang modal) yang berasal
dari negara bank pemberi fasilitas di luar negeri.
c. Onshore loan adalah pemberian kredit dalam valuta asing yang dananya
umumnya dikelola Divisi Treasury.
d. Offshore loan adalah pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar
kembali terhadap luar negeri baik valuta asing ataupun valuta rupiah.
12. Jenis kredit sindikasi adalah suatu pembiayaan bersama terhadap suatu objek
kredit oleh beberapa bank/lembaga pembiayaan, baik pembiayaan jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang di mana resiko kredit ditanggung bersama oleh
bank/lembaga pembiayaan pemberi kredit.
13. Jenis kredit konsorsium dan joint financing
a. Kredit konsorsium merupakan fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah
yang pembiayaannya dilaksanakan secara bersama biasa antar sesama
bank-bank pemerintah, meskipun tidak tertutup kemungkinan dengan bank-bank swasta
29
b. Joint financing merupakan suatu cara pembiayaan kredit yang dilaksanakan
secara bersama-sama antara bank-bank nasional (bank pemerntah/bank
pemerintah daerah atau bank swasta) dengan bank-bank asing.
14. Jenis kredit-kredit kelolaan yaitu kredit yang bersifat channeling (penatausahaan)
atas pinjaman yang diberikan oleh pemerintah atau Bank Indonesia kepada
BUMN, BUMD dan pemerintah daerah (Pemda), seperti:
a. Project AID adalah penerusan pinjaman yang disalurkan oleh pemerintah
kepada proyek (BUMN, BUMD dan Pemda).
b. Non Project AID yakni pinjaman dari pemerintah untuk pembiayaan berupa
cash program.
15. Jenis kredit imfas, usance L/C (Letter of Credit), standby L/C dan SKBDN
a. Imfas sight adalah fasilitas impor dengan L/C yang diberikan oleh bank
kepada nasabah berupa penangguhan pembayaran sampai dengan barang/
dokumen tiba.
b. Usance L/C adalah fasilitas impor dengan L/C yang mengandung syarat
pembayaran berjangka (time draft) yang dilaksanakan dalam rangka
memanfaatkan fasilitas penangguhan pembayaran yang diperoleh dari luar
negeri.
c. Standby L/C adalah jaminan khusus yang diterbitkan oleh bank atas
30
d. SKBN (Surat Kredit Berdokumen dalam Negeri), dulu dikenal dengan L/C
yang dipergunakan untuk pembelian barang-barang dalam negeri (di wilayah
Indonesia).
Di dalam konsep investment decision, bank secara parsial, maka kredit di PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dibagi berdasarkan segmentasi debitur yang
ditetapkan atas dasar sales dan maksimum kredit. Ketentuan ini telah ditetapkan oleh
komite kredit dan dituangkan dalam CPC (Commitee Policy Credit) PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. No. 104 tanggal 21 Desember 2004, dan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.1. Segmentasi Debitur
Segmen Individual Group
Sales Maks. Kredit Sales Maks. Kredit
WHOSALE > 200 > 100 > 400 > 150
MIDDLE > 20 s/d < 200 > 10 s/d < 100 > 40 s/d < 400 > 15 s/d < 150
RETAIL < 20 < 10 < 40 < 15
Penetapan segmentasi debitur didasarkan atas pemenuhan kriteria sebagai
berikut:
1. Debitur indiviual
Apabila debitur telah memenuhi salah satu kriteria segmentasi yang lebih tinggi,
31
2. Debitur group
Apabila total secara group debitur telah memenuhi salah satu kriteria segmentasi
yang lebih tinggi, maka pengelolaan group debitur tersebut harus dialihkan ke
segmen yang lebih tinggi, dan apabila salah satu anggota group maksimum kredit
atau salesnya telah memenuhi kriteria segmen yang lebih tinggi, maka
pengelolaan debitur tersebut harus dialihkan ke segmen yang lebih tinggi.
2.4. Non Performing Loan (NPL)
Kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah jika pengembaliannya terlambat
dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali,
Manurung (2004). Dalam konteks bahasa Indonesia Non Performing Loan dapat
dikelompokkan menjadi kredit tak lancar dan kredit macet. Secara garis besar
klasifikasi kredit-kredit tak lancar adalah sebagai berikut:
1. Kredit kurang lancar
Untuk kredit non KPR ada tunggakan angsuran pokok yang lebih lama dari
seharusnya. Misalnya untuk kredit yang masa angsurannya bulanan terdapat
tunggakan satu bulan tetapi belum sampai dua bulan. Sedangkan kredit yang
angsurannya 6 bulanan terdapat tunggakan, namun belum melampui 12 bulan.
2. Kredit yang diragukan
Kredit yang diragukan adalah kredit yang tidak termasuk kurang lancar, tetapi
kredit tersebut diselamatkan dan agunannya > 75% utang debitur, atau kredit yang
32
3. Kredit macet
Kredit macet adalah kredit yang sejak + 21 bulan dikategorikan diragukan, belum
ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit. Kredit tersebut penyelesaiannya
telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara
(BUPN) atau telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit.
2.4.1. Identifikasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Beberapa indikasi kredit bermasalah antara lain:
1. Kemunduran usaha debitur
Kemunduran usaha dapat dilihat dari arus kas masuk yang lebih rendah bahkan
jauh lebih rendah dari yang direncanakan. Kemunduran usaha dapat disebabkan
oleh faktor eksternal maupun internal. Jika kondisi ekonomi baik, kemunduran
usaha menunjukkan adanya masalah internal yang potensial memicu kredit
bermasalah.
2. Perubahan sikap debitur kepada bank
Perubahan sikap itu dapat dilihat dari sikap menghidar atau menyembunyikan
informasi, yang seharusnya diberikan kepada bank. Sering kali perubahan sikap
ini tidak dapat diselesaikan, karena bank tidak menuntut sesuatu yang di luar
perjanjian.
3. Permintaan kredit yang melebihi batas maksimal (overdraft)
Permintaan kredit yang melebihi batas maksimal menunjukkan adanya
penurunan yang tak diharapkan dari usaha debitur, yang menyebabkan dana
33
mendorong debitur mengajukan permohonan penarikan dana pinjaman melebihi
batas yang disepakati.
4. Keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan bunga dapat merupakan
akumulasi dari terganggunya arus keuangan perusahaan.
5. Penundaan yang tidak biasanya (abnormal)
Jika kondisi keuangan semakin parah, debitur akan melakukan penundaan
pembayaran yang tidak biasanya. Misalnya penundaan pembayaran tersebut
berbulan-bulan atau beberapa tahun lebih lambat dari yang seharusnya.
6. Tren laporan keuangan yang terus memburuk
Tercakup dalam tren laporan keuangan adalah perubahan-perubahan variabel-
variabel pokok dalam neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca misalnya,
membengkaknya kewajiban-kewajiban udasa, sementara aktivanya seperti
piutang usaha terus memburuk. Dalam laporan laba rugi, membengkaknya
biaya produksi, sementara target produksi dan atau penjualan tidak tercapai.
7. Pergantian manajemen (secara mendadak)
Penggantian manajemen apalagi secara mendadak dapat merupakan petunjuk
adanya konflik internal di dalam perusahaan. Konflik internal ini sering kali
menurunkan produktivitas perusahaan, semangat kerja, sekalipun peralatan
produksi memadai jumlah dan kualitasnya, sementara karyawan yang ada relatif
34
8. Kemunduran hubungan dengan pihak pemasok
Kemunduran hubungan dengan pemasok ditunjukkan dari keengganan para
pemasok memberikan bahan baku atau faktor produksi yang dibutuhkan
perusahaan. Hubungan tersebut dikatakan sangat buruk, bila untuk sementara
atau seterusnya pemasok menghentikan pasokan. Keengganan pemasok
menunjukkan ketidaktepatan perusahaan membayar faktor produksi yang telah
diberikan pemasok. Lebih lanjut hal ini merupakan petunjuk adanya masalah
keuangan dalam perusahaan.
9. Memburuknya hubungan dengan karyawan
Memburuknya hubungan dengan karyawan ditunjukkan dengan gejala
kedakpuasan pekerja yang menyebabkan mereka malas bekerja, membolos
bahkan melakukan pemogokan. Biasanya karyawan tidak puas atau mogok bila
pembayaran upah tidak lancar atau selama beberapa bulan tidak dibayar.
2.4.2. Faktor-faktor Penyebab Non Performing Loan
Menurut Rivai (2006) beberapa hal yang menyebabkan timbulnya kredit
bermasalah:
1. Karena Kesalahan Bank
a. Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah.
b. Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan
kredit dan sumber pembayaran kembali.
c. Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya dari
35
d. Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah.
e. Kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat.
f. Terlalu agresif.
g. Pemberian kelonggaran terlalu banyak.
h. Kurang pengalaman dari pejabat kredit atau account officer.
i. Pejabat kredit atau account officer mudah dipengaruhi, diintimidasi atau
dipaksa oleh calon nasabah.
j. Kurang berfungsinya credit recovery office.
k. Keyakinan yang berlebihan.
l. Kurang mengadakan review, minta laporan dan menganalisis laporan
keuangan serta informasi-informasi kredit lainnya.
m. Kurang mengadakan kunjungan on the spot pada lokasi perusahaan
nasabah.
n. Kurang mengadakan kontak dengan nasabah.
o. Pemberian kredit terlalu banyak tanpa disadari.
p. Campur tangan yang berlebihan dari pemilik.
q. Pengikatan jaminan kurang sempurna.
r. Ada kepentingan pribadi pejabat bank.
s. Kompromi terhadap prinsip-prinsip perkreditan.
t. Tidak punya kebijakan perkreditan yang sehat.
36
2. Karena Kesalahan Nasabah
a. Nasabah tidak kompeten.
b. Nasabah tidak atau kurang pengalaman.
c. Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya.
d. Nasabah tidak jujur.
e. Nasabah serakah.
3. Faktor Eksternal
Akibat perubahan pada external environment diidentifikasi penyebab timbulnya
kredit bermasalah, seperti perubahan-perubahan political dan legal
environment, deregulasi sector real, financial dan ekonomi menimbulkan
pengaruh yang merugikan kepada seseorang nasabah. Problem loan akan timbul
oleh external environment sebagai akibat gagalnya pengelola dengan tepat
megantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, seperti:
a. Kondisi perekonomian.
b. Perubahan-perubahan peraturan.
c. Bencana alam.
2.4.3. Pencegahan dan Penanganan Non Performing Loan
Pencegahan dan penanganan kredit bermasalah bermanfaat untuk mencegah
kondisi yang lebih buruk dan meminimalkan potensi kerugian, Manurung (2004).
1. Pencegahan kredit bermasalah
Jika faktor-faktor eksternal dapat diprediksi dengan syarat tepat, maka kredit
37
mampu secara akurat memprediksi masa depan, maka yang dapat dilakukan
adalah menurunkan persentase kemungkinan terjadinya kredit bermasalah.
Langkah yang dilakukan dalam pencegahan kredit bermasalah, sebagai berikut:
a. Penyempurnaan organisasi dan manajemen
Mencakup penyederhanaan namun merupakan penguatan organisasi karena
mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan efisien.
Pemisahan antara pengelola dengan pemilik bank merupakan syarat mutlak
bagi peningkatan kualitas manajemen.
b. Peningkatan kualitas SDM
Kualitas SDM yang paling perlu ditingkatkan terutama adalah SDM yang
banyak berkomunikasi dengan nasabah dalam rangka memonitor kredit.
Peningkatan kualitas SDM juga sebaiknya diimbangi dengan peningkatan
gaji/balas jasa dan kesejahteraan.
c. Strategi out sourcing
Sebaiknya bank menggunakan sesedikit mungkin pegawai tetap yang tidak
langsung berkaitan dengan bisnis utamanya. Untuk itu bank dapat
menggunakan tenaga-tenaga luar dengan sistem sewa atau kontrak. Dengan
demikian bank dapat menekan biaya tetap.
2. Penanganan Kredit Bermasalah
Ada cukup banyak langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menangani
38
a. Konsultasi dan Bantuan Teknis
Konsultasi dan bantuan teknis dilakukan dalam rangka meningkatkan
kemampuan debitur dalam pengelolaan usaha, mencakup antara lain
pengelolaan penjualan, koleksi piutang, produksi, distribusi.
b. Penjadwalan Ulang (Rescheduling)
Bank memberikan kelonggaran waktu pelunasan kredit dengan cara
menyusun ulang jadwal pelunasan. Penjadwalan kembali sebaiknya
dilakukan untuk usaha-usaha yang masih mempunyai prospek, tetapi
menjadi tidak lancar karena faktor eksternal dan atau kesalahan manajemen
yang diperkirakan masih dapat diperbaiki.
3. Rekondisi (Reconditioning)
Rekondisi dilakukan dengan cara mengubah syarat-syarat kredit dalam rangka
meningkatkan kemampuan membayar kredit. Beberapa hal yang dapat
ditawarkan anatar lain adalah:
a. Kapitalisasi bunga, yaitu mengubah bunga menjadi utang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai batas waktu tertentu.
c. Penurunan tingkat bunga.
4. Restrukturisasi (Restructing)
Restrukturisasi dapat dilakukan antara lain dengan:
a. Peninjauan kembali syarat-syarat kredit.
b. Pembatasan rencana ekspansi perusahaan yang disesuaikan dengan
39
c. Memperbaiki struktur pendanaan.
d. Menekan biaya-biaya tetap.
e. Penambahan modal.
f. Penambahan pinjaman.
5. Merjer (Merger)
Merjer (merger) dapat merupakan salah satu pilihan untuk menangani kredit
bermasalah. Melalui merjer, debitur yang bermasalah digabung dengan
perusahaan yang lain dalam rangka menghasilkan sinerji.
6. Penyitaan Jaminan
Penyitaan jaminan dilakukan bila memang usaha debitur sudah tidak dapat
diselamatkan lagi. Penyitaan jaminana dilakukan melalui prosedur hukum.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis pengaruh portopolio kredit terhadap
profitabilitas, dapat dilihat pada Tabel Theoritical Mapping Daftar Peneliti Terdahulu