• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Digital Pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Pelita Kebenaran Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Digital Pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Pelita Kebenaran Medan"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

52 Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

Pengantar

Saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk berpartisipasi mengisi kuesioner berikut ini dalam rangka pelaksanaan penelitian tentang “Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Digital Pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran Medan”. Atas partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Petunjuk Pengisian

1. Responden diminta mengisi identitas dengan sebenarnya agar tidak terjadi responden ganda 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut Saudara paling benar.

Identitas Responden

Latar Belakang Pengguna  S-2 S-1  Dosen Program Studi

Tanggal Pengisian Pertanyaan Kuesioner

No. Pertanyaan X Pilihan Jawaban

1. Selain koleksi tercetak, apakah Saudara mengetahui tentang koleksi digital?

a. Sangat mengetahui b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui d. Tidak mengetahui

2.

Apakah Saudara mengetahui tentang adanya koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

a. Sangat mengetahui b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui d. Tidak mengetahui

3. Menurut Saudara, apakah keuntungan dari perpustakaan digital?

a. Keuntungan sebagai sumber pengetahuan

b. Keuntungan dalam penyebaran pengetahuan

c. Keuntungan dalam penyimpanan d. Keuntungan dalam mencegah

duplikasi dan plagiat

4.

Apakah Saudara mengetahui cara mengakses koleksi digital pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

a. Sangat mengetahui b. Mengetahui

c. Kurang mengetahui d. Tidak mengetahui

5.

Apakah koleksi digital yang tersedia pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran membantu dalam menambah referensi Saudara?

a. Sangat membantu b. Membantu

c. Kurang membantu d. Tidak membantu 6. Apakah Saudara pernah menggunakan koleksi

digital pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran

(2)

53

selama menjadi mahasiswa? c. 1-10 kali

d. Tidak pernah

Jika menjawab “d” atau “tidak pernah” maka tidak menjawab pertanyaan nomor 7 s/d 15

7. Dalam memanfaatkan koleksi digital, berapa jam waktu yang Saudara gunakan?

a. < 1 jam b. 1-2 jam c. 3-4 jam d. 4-5 jam

8.

Dalam satu bulan, berapa kali Saudara mengunduh koleksi digital pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

a. 1 unduhan b. 2-3 unduhan c. 4-5 unduhan d. > 5 unduhan

9. Apakah media yang Saudara gunakan dalam menyimpan koleksi digital?

a. Hard disk komputer (internal) b. Hard disk eksternal

c. Flash disk (handy drive) d. CD-ROM

10. Dalam menelusur dan atau mengunduh koleksi digital, sesering apa Saudara mengalami kendala?

a. 1 kali b. 2-3 kali c. 4-5 kali d. Tidak pernah

11.

Kendala apa yang Saudara alami dalam mengakses atau memanfaatkan koleksi digital pada

Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

a. Tidak memahami penggunaan koleksi digital

b. Seringnya pemadaman listrik c. Pustakawan yang kurang faham

tentang koleksi digital

d. Koleksi yang berbahasa asing

12.

Apakah format koleksi digital yang sering Saudara gunakan pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

a. Portable Document Format

(PDF)

b. Hypertext Mark Up Language

(HTML)

c. Microsoft Word d. Microsoft Power Point

13.

Apakah jenis koleksi digital yang sering Saudara gunakan pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

a. Kaset dan video film b. Disket

c. Pita magnetik

d. Kelongsong elektronik (catridge)

14.

Seberapa besar frekuensi Saudara dalam memanfaatkan koleksi pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

Metode apakah yang Saudara gunakan dalam menggunakan koleksi yang disediakan oleh Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

a. Meminjam

b. Membaca di tempat

(3)

54

TABULASI JAWABAN VARIABAEL X

EVALUASI PEMANFAATAN KOLEKSI DIGITAL PADA PERPUSTAKAAN STT PELITA KEBENARAN MEDAN

NO. RESPONDEN Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 TOTAL

1 4 3 4 3 4 2 3 3 3 3 1 4 4 3 4 48

2 3 2 3 2 3 2 3 4 2 4 1 3 4 3 4 43

3 3 4 4 3 3 2 4 1 2 2 4 4 4 2 4 46

4 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 2 4 46

5 3 2 4 2 3 2 4 1 2 1 1 2 4 2 4 37

6 4 3 4 2 3 2 2 2 2 3 1 4 4 2 4 42

7 3 3 1 3 3 2 3 1 3 3 1 2 4 3 4 39

8 4 4 4 3 3 3 4 1 3 2 1 3 4 2 4 45

9 3 3 4 2 3 2 4 1 2 2 1 4 4 2 4 41

10 2 2 4 1 1 2 3 4 2 2 1 4 4 2 4 38

11 3 4 4 2 2 2 3 4 2 2 4 4 4 1 1 40

12 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 1 1 39

13 4 4 4 2 3 2 3 2 2 3 1 4 4 1 1 40

14 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 4 1 1 41

15 3 3 4 3 4 3 3 1 2 4 3 4 4 2 1 44

16 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 1 3 4 2 3 45

17 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 1 3 43

18 3 4 1 3 4 3 4 3 2 4 1 4 4 1 3 44

19 4 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 46

20 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 1 1 4 1 1 43

(4)

55

22 2 1 4 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 1 1 38

23 3 4 2 3 2 2 4 4 2 3 1 3 4 1 4 42

24 2 3 4 3 2 2 1 3 2 3 1 3 4 1 4 38

25 4 2 4 1 3 3 2 2 3 3 3 2 4 2 4 42

26 3 4 3 1 2 2 2 2 3 4 3 2 4 2 4 41

27 2 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 4 45

28 4 3 3 2 1 3 3 3 2 4 1 2 4 2 4 41

29 3 2 4 4 3 2 2 3 2 2 3 3 4 2 4 43

30 2 3 3 2 2 2 3 4 3 2 3 2 4 3 4 42

31 4 4 3 3 3 2 1 3 2 3 1 2 4 1 1 37

32 2 3 3 4 2 2 2 2 3 3 1 4 4 1 1 37

33 3 3 4 2 4 4 3 2 3 2 3 3 4 1 4 45

34 3 4 4 2 2 3 3 3 2 2 1 3 4 1 4 41

35 4 2 3 3 3 2 4 2 3 2 1 2 4 2 3 40

36 3 4 4 2 3 4 2 3 2 3 3 3 4 2 3 45

37 2 3 3 4 4 2 2 3 3 2 3 1 4 3 1 40

38 3 4 3 2 2 2 3 4 2 3 1 2 4 3 4 42

39 4 3 4 3 4 2 3 3 2 2 3 3 4 3 3 46

40 3 4 3 3 3 4 2 2 3 3 1 2 4 1 1 39

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

50

DAFTAR PUSTAKA

Agussyafii. Proyek Jaringan Perpustakaan. 20 Mei 2014).

Ajick. Analisis Koleksi Perpustakaan: Seleksi, Penyiangan dan Evaluasi. 2009.

(Akses 15

Oktober 2015)

Arikunto, Suharsini. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

---. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Crawford. Evaluation of Libraries and Information Services. 2000. London: Aslib, the association for information management and information management international.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI, 2004.

Fatmawati, Endang. Pergeseran Paradigma Perpustakaan Generasi Millennial.

2010. (Akses 15

Agustus 2015)

Hasugian, Jonner. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan Dan Informasi. Medan: USU Press, 2009.

Indonesia. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. 3rd ed. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI, 2005.

Indonesia Digital Library Networking. Fungsi Perpustakaan. 2005.

Juansyah. Pengertian Perpustakaan Digital. 2013.

(20)

51

Pendit, Putu Laxman, dkk. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta: CV. Sagung Seto bekerja sama

Universitas Indonesia, 2007.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Koleksi Digital. 2007.

Saleh, Abdul Rahman. Prospek Pengembangan Perpustakaan Digital. 2007.

---. Membangun Perpustakaan Digital: Step by Step. Jakarta: Sagung Seto, 2010.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Siregar, A. Ridwan. Perpustakaan: Energi Pembangunan Bangsa. 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Suprihadi, Eddy. Digitalisasi Informasi Karya Ilmiah dan Perlindungan Karya Intelektual.

2014)

Wibowo, Teguh. Buku Catatan. 2014.

(Akses 05 Mei 2015)

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Zulkarnaen, Sani. Pemanfaatan Koleksi. 1997.

(21)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian terdapat cara atau metode untuk menghasilkan penelitian yang akurat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2010, 3) penelitian deskriptif adalah, ”Penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.”

3.2 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka lokasi penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Sekolah Tinggi Teologia Pelita Kebenaran, Jl. Jamin Ginting Km.11,5 Simpang Selayang Medan.

Alasan memilih lokasi penelitian adalah karena perpustakaan STT Pelita Kebenaran Medan memiliki koleksi pustaka digital sebagai penunjang sumber belajar bagi mahasiswanya.

3.3 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Sugiyono (2010, 80) populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

(22)

29 3.4 Sampel

Menurut Sugiyono (2010, 81) sampel adalah “Bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat akhir mahasiswa S1 dan S2, teknik pengambilan adalah total sampling sehingga sampel berjumlah 41 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian teknik yang digunakan yaitu:

1. Angket, yaitu memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Studi kepustakaan, data yang diperoleh melalui berbagai bahan perpustakaan dan dokumen berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Sumber Pengumpulan Data

Sumber pengumpulan data penelitian ini adalah:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner kepada mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir S1 dan S2 untuk mengetahui pemanfaatan koleksi digital.

2. Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yaitu dokumen yang berkaitan dengan pemanfaatan pustaka digital, buku, jurnal dan hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.7 Instrumen Penelitian

(23)

30

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Angket Variabel Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Digital

Variabel Indikator Nomor Item

Angket Jumlah

Pemanfaatan Koleksi

Digital

1. Koleksi digital 2. Waktu dan unduhan 3. Media penyimpanan 4. Kendala pemanfaatan 5. Format dan jenis koleksi 6. Frekuensi pemanfaatan 7. Metode menggunakan

koleksi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang diperoleh ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel kemudian dihitung persentasenya, selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan, untuk menghitung persentase jawaban yang diberikan responden menggunakan rumus yang dikemukanan oleh Hadi (1981, 421) sebagai berikut :

Keterangan: P = Persentase

= Jumlah jawaban yang diperoleh n = Jumlah responden

untuk menafsirkan persentase yang didapatkan dari tabulasi data, penulis menggunakan metode penafsiran yang dikemukakan oleh Arikunto (2000, 57) yaitu:

0,00% = tidak ada

0,01% - 24,99% = sebagian kecil 25,00% -49,99% = hampir setengahnya 50,00% = setengahnya

51% -74,99% = sebagian besar 75,00%-99,99% = pada umumnya

(24)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Koleksi Digital

Koleksi digital dapat dipahami sebagai koleksi informasi dalam bentuk elektronik atau digital yang mungkin terdapat juga dalam koleksi cetak, yang dapat diakses secara luas menggunakan media komputer dan sejenisnya. Koleksi digital dapat berupa buku elektronik, database online, statistik elektronik, dan lain sebagainya, untuk mengetahui kesadaran pemustaka akan hadirnya koleksi digital dapat dilihat dari Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 : Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

1.

Selain koleksi tercetak,

apakah Saudara

Data dari Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa 12 responden (29.27%) menjawab sangat mengetahui tentang adanya koleksi digital selain koleksi tercetak, 22 responden (53.66%) menjawab mengetahui adanya koleksi digital selain koleksi tercetak, sedangkan 7 responden (17.07%) menjawab kurang mengetahui adanya koleksi digital selain koleksi tercetak dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak mengetahui adanya koleksi digital selain koleksi tercetak.

(25)

32

dimiliki oleh perpustakaannya dan mengetahui bentuk dari koleksi digital yang menjadi koleksi perpustakaan.

Hal yang sangat diperhatikan oleh perpustakaan, terutama perpustakaan perguruan tinggi dalam hubungannya dengan perpustakaan digital adalah pengembangan koleksi digital. Oleh karenanya, pemustaka seharusnya mengetahui tentang ketersediaan koleksi digital pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia (STT) Pelita Kebenaran dapat dilihat dari Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 : Ketersediaan Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

2.

Apakah Saudara mengetahui tentang adanya koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa 15 responden (36.59%) menjawab sangat mengetahui tentang adanya koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran, 19 responden (46.34%) menjawab mengetahui tentang adanya koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebanaran, 6 responden (14.63%) menjawab kurang mengetahui adanya koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran, sedangkan 1 responden (2.44%) menjawab tidak mengetahui adanya koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran.

(26)

33

Sangat disayangkan jika masih ada pemustaka yang kurang bahkan tidak mengetahui ketersediaan koleksi di era teknologi yang semakin maju saat ini.

Ketersediaan koleksi digital pada sebuah perpustakaan mengartikan bahwa perpustakaan tersebut sudah mengalami pengembangan menjadi sebuah perpustakaan digital. Lahirnya perpustakaan digital sudah memberikan keuntungan bagi institusi pendidikan dan bagi pemustakanya juga, untuk melihat keutungan dari perpustakaan digital tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 :

Tabel 4.3 : Keuntungan Perpustakaan Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase

Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 21 responden (51.22%) menjawab keuntungan perpustakaan digital adalah sebagai sumber belajar, 14 responden (34.14%) menjawab keuntungan perpustakaan digital adalah dalam penyebaran pengetahuan dan sebanyak 3 responden (7.32%) menjawab keuntungan perpustakaan digital adalah dalam penyimpanan dan dalam mencegah duplikasi dan plagiat.

(27)

34

pengetahuan, sedangkan sebagian kecil merasakan keuntungan dalam penyimpanan dan mencegah duplikasi atau plagiat.

Untuk menjadikan koleksi digital menjadi sumber pengetahuan dan penyebaran pengetahuan, maka koleksi digital tersebut harus diakses terlebih dahulu. Koleksi digital dirancang untuk mempermudah pengaksesan informasi bagi pemustaka, untuk melihat sejauh mana pemustaka mengetahui cara mengakses koleksi digital dapat dilihat pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.4 : Cara Mengakses Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase

Data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 5 responden (12.20%) sangat mengetahui cara mengakses koleksi digital, 17 responden (41.46%) menjawab mengetahui cara mengakses koleksi digital, sedangkan 16 responden (39.02%) menjawab kurang mengetahui cara mengakses koleksi digital, dan 3 responden (7.32%) menjawab tidak mengetahui cara mengakses koleksi digital.

Berdasarkan data diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 53.66% atau sebagian besar pemustaka mengetahui cara mengakses koleksi digital pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran, sedangkan hampir setengahnya atau 46.34% menyatakan kurang dan tidak mengetahui cara mengakses koleksi digital pada perpustakaan STT Pelita Kebenaran.

(28)

35

masyarakat. Bagaimana peran koleksi digital pada sebuah perguruan tinggi dalam menambah referensi bagi pemustakanya dapat dilihat pada Tabel 4.5 :

Tabel 4.5: Koleksi Digital Membantu Menambah Referensi

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

5.

Apakah koleksi digital yang tersedia pada Perpustakaan STT

Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan bahwa 9 responden (21.95%) menjawab koleksi digital sangat membantu dalam menambah referensi, 21 responden (51.22%) menjawab koleksi digital membantu dalam menambah referensi, sedangkan 9 responden (21.95%) menjawab kurang membantu, dan 2 responden (4.88%) menjawab tidak membantu.

Dari persentase di atas dapat dinyatakan sebagian besar atau 73.17% koleksi digital membantu dalam menambah referensi Pemustaka STT Pelita Kebenaran, dan 26.83% atau hampir setengahnya merasakan koleksi digital kurang dan tidak membantu dalam menambahkan referensi pemustaka.

(29)

36

Tabel 4.6 : Menggunakan Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

6.

Apakah Saudara pernah menggunakan koleksi digital pada Perpustakaan STT

Rumus mencari Mean :

Interval F X fx

Data pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa 5 responden (12.20%) menggunakan 21-30 kali koleksi digital selama menjadi mahasiswa, 12 responden (29.27%) menggunakan 11-20 kali koleksi digital, dan 24 responden (58.53%) menggunakan 1-10 kali koleksi digital, sedangkan tidak ada responden (0%) menjawab tidak pernah menggunakan koleksi digital selama menjadi mahasiswa.

Dari persentase di atas dapat dinyatakan bahwa 100% atau seluruhnya pemustaka STT Pelita Kebenaran pernah menggunakan koleksi digital pada perpustakaan. Dari hasil rata-rata yang telah dihitung dengan frekuensi 1 kali hingga lebih dari 20 kali menunjukkan bahwa pemustaka menggunakan koleksi digital sebanyak 10 kali selama menjadi mahasiswa.

N

fX

(30)

37 4.2 Pemanfaatan Koleksi Digital

Konsep perpustakaan digital muncul pada bulan Juli 1945 oleh Vannevar Bush. Beliau mengeluhkan penyimpanan informasi manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan. Perpustakaan digital berperan sebagai penyedia informasi, penyedia layanan informasi, atau pengguna informasi dengan memanfaatkan jaringan dan teknologi digital. Namun bagaimana koleksi digital itu dimanfaatkan, sangat tergantung dari bagaimana informasi itu dibuat, diorganisasikan, dan disajikan. Untuk mengetahui seberapa besar pemanfaatan koleksi digital dapat dilihat dari waktu yang digunakan dalam memanfaatkan koleksi digital. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.7 :

Tabel 4.7 : Waktu yang Digunakan Dalam Memanfaatkan Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

7.

Dalam memanfaatkan koleksi digital, berapa jam waktu yang Saudara gunakan?

Rumus mencari Mean :

(31)

38

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 12 responden (29.27%) menjawab menghabiskan waktu selama <1 jam dalam memanfaatkan koleksi digital, 18 responden (43.90%) menjawab menghabiskan waktu selama 1-2 jam dalam memanfaatkan koleksi digital, 9 responden (21.95%) menjawab menghabiskan waktu selama 3-4 jam, dan 2 responden (4.88%) menjawab menghabiskan waktu selama 4-5 jam dalam memanfaatkan koleksi digital.

Berdasarkan persentase di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (73.17%) pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran menghabiskan waktu <1-2 jam dalam memanfaatkan koleksi digital, sedangkan 26.83% menghabiskan waktu 3-5 jam. Dari hasil rata-rata yang telah dihitung dengan frekuensi 1 jam hingga lebih dari 5 jam menunjukkan bahwa pemustaka menghabiskan waktu sebanyak 2 jam dalam memfaatkan koleksi digital.

Dalam memanfaatkan koleksi digital pada perpustakaan, kerap kali pemustaka melakukan kegiatan mengunduh koleksi digital untuk disimpan sehingga dapat digunakan kembali jika diperlukan untuk kebutuhannya. Berapa banyak unduhan yang dilakukan dalam satu bulan pengaksesan koleksi digital dapat dilihat pada Tabel 4.8 :

Tabel 4.8 : Jumlah Unduhan Koleksi Digital Dalam Satu Bulan

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

8.

Dalam satu bulan, berapa kali Saudara mengunduh koleksi

Rumus mencari Mean :

N

fX

(32)

39

Interval f X fX

> 5 6 4 24

4-5 13 3 39

2-3 14 2 28

1 8 1 8

Jumlah N = 41 ΣfX= 99

Mx = 99/41

= 2,41 = 2

Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 8 responden (19.51%) menjawab melakukan 1 unduhan dalam satu bulan, 14 responden (34.15%) menjawab melakukan 2-3 unduhan dalam satu bulan, dan 13 responden (31.71%) menjawab melakukan 4-5 unduhan dalam satu bulan, sedangkan 6 responden (14.63%) menjawab > 5 unduhan.

Berdasarkan persentase di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar atau 53.66% pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran melakukan 1-3 unduhan dalam satu bulan, sedangkan hampir setengahnya (46.34%) mengunduh 4-5 unduhan dan membaca di monitor. Dari hasil rata-rata yang telah dihitung dengan frekuensi 1 unduhan hingga 5 unduhan menunjukkan bahwa pemustaka mengunduh sebanyak 2 unduhan dalam satu bulan.

(33)

40

Tabel 4.9 : Media Penyimpanan Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

9.

Apakah media yang Saudara gunakan

Flash disk (handy

drive) 22 53.66

CD-ROM 0 0

Total 41 100%

Data pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 1 responden (2.44%) menggunakan hard disk komputer (internal) dalam menyimpan koleksi digital, 18 responden (43.90%) menggunakan hard disk eksternal dalam menyimpan koleksi digital, dan 22 responden (53.66%) menggunakan flash disk (handy drive) dalam menyimpan koleksi digital, dan tidak ada responden (0%) menggunakan CD-ROM dalam menyimpan koleksi digital.

Berdasarkan persentase di atas dapat diinterpretasikan bahwa pada umumnya atau 97.56% pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran menggunakan hard disk eksternal dan flash disk dalam menyimpan koleksi digital, sedangkan sebagian kecil menggunakan hard disk komputer.

(34)

41

Tabel 4.10 : Kendala Mengunduh Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase sesering apa Saudara

mengalami kendala?

Rumus mencari Mean :

Interval F X Fx

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa 6 responden (14.63%) menjawab mengalami satu kali kendala dalam menelusur dan/atau mengunduh koleksi digital, 20 responden (48.78%) menjawab mengalami 2-3 kali kendala, sedangkan 14 responden (34.15%) menjawab mengalami 3-4 kali kendala, dan 1 responden (2.44%) tidak pernah mengalami kendala dalam menelusur dan/atau mengunduh koleksi digital.

Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan 97.56% pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran mengalami kendala 1-4 kali dalam menelusur dan/atau mengunduh koleksi digital dan sebagian kecil tidak pernah mengalami kendala saat mengunduh. Dari hasil rata-rata yang telah dihitung dengan frekuensi

N

fX

(35)

42

1 kali hingga 4 kali menunjukkan bahwa pemustaka mengalami rata-rata 2 kali kendala dalam mengunduh koleksi digital.

Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami oleh pemustaka dapat dilihat pada Tabel 4.11 :

Tabel 4.11 : Kendala Dalam Mengakses atau Memanfaatkan Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

11.

Kendala apa yang Saudara alami dalam mengakses atau

Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa 2 responden (4.88%) menjawab tidak memahami penggunaan koleksi digital, 14 responden (34.15%) menjawab seringnya pemadaman listrik, sedangkan tidak ada responden (0%) menjawab pustakawan yang kurang faham tentang koleksi digital, dan 25 responden (60.97%) menjawab koleksi yang berbahasa asing yang menjadi kenadala dalam mengakses atau memanfaatkan koleksi digital.

Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan 60.97% atau pada umumnya pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran mengalami kendala dalam koleksi yang berbahasa asing.

(36)

43

Tabel 4.12 : Format Koleksi Digital yang Digunakan

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

12.

Apakah format koleksi digital yang sering Saudara

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa 12 responden (29.27%) menjawab format koleksi Portable Document Format (PDF) yang sering digunakan, 15 responden (36.59%) menjawab format koleksi Hypertext Mark Up Language (HTML), 11 responden (26.82%) menjawab format koleksi Microsoft

Word, dan 3 responden (7.32%) menjawab format koleksi Microsoft Power Point yang sering digunakan.

Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan 65.86% pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran lebih sering menggunakan format koleksi Portable Document Format (PDF) dan Hypertext Mark Up Language (HTML),

(37)

44

Tabel 4.13 : Jenis Koleksi Digital yang Digunakan

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

13.

Apakah jenis koleksi digital yang sering Saudara gunakan pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

Kaset dan Video

Film 41 100

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa 41 responden (100%) menjawab menggunakan jenis koleksi kaset dan video film yang sering digunakan di perpustakaan.

Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan 100% atau seluruhnya pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran menggunakan jenis koleksi kaset dan video film.

Frekuensi pemanfaatan dapat dilihat dari keseringan pemustaka dalam memanfaatkan koleksi yang ada pada perpustakaan tersebut. Adapun jumlah frekuensi yang terjadi pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah :

Tabel 4.14: Frekuensi Dalam Menggunakan Koleksi Digital

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase

Rumus mencari Mean:

N

fX

(38)

45

Interval f X fX

4-5 0 4 0

3-4 9 3 27

1-2 16 2 32

1 16 1 16

Jumlah N = 41 ΣfX= 75

Mx = 75/41

= 1,82 = 2

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa tidak ada responden (0%) menjawab memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan frekuensi 1 kali, 9 responden (21,96%) menjawab memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan frekuensi 2-3 kali, dan 16 responden (39.02%) menjawab memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan frekuensi 4 bahkan > 5 kali.

Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan pada umumnya atau 78,04% pemustaka Perpustakaan STT Pelita Kebenaran memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan frekuensi 4 bahkan > 5 kali sedangkan sebagian kecil memanfaatkan koleksi perpustakaan pada frekuensi 2-3 kali. Dari hasil rata-rata yang telah dihitung dengan frekuensi 1 kali hingga 5 kali menunjukkan bahwa frekuensi pemustaka dalam memanfaatkan koleksi sebanyak 2 kali.

(39)

46

Tabel 4.15: Metode yang Digunakan Dalam Menggunakan Koleksi

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban Frekuensi

Presentase %

15.

Metode apakah yang Saudara gunakan dalam menggunakan koleksi digital yang disediakan oleh

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa 21 responden (51,22%) menjawab menggunakan koleksi dengan cara meminjam, 7 responden (17,07%) menjawab menggunakan koleksi dengan cara membaca di tempat, 0 responden menjawab menggunakan koleksi dengan cara mencatat informasi dari buku serta 13 responden menjawab menggunakan koleksi perpustakaan dengan memperbanyak (memfoto copy).

(40)

47 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak 82,93% pemustaka perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia (STT) Pelita Kebenaran mengetahui tentang koleksi digital dan ketersediaannya pada perpustakaan STT Pelita Kebenaran. Pada umumnya atau sebanyak 85,36% pemustaka merasakan keuntungan dari perpustakaan digital sebagai sumber pengetahuan dan media penyebaran pengetahuan, sedangkan sebagian kecil merasakan keuntungan dalam penyimpanan dan dalam pencegahan duplikasi atau plagiat. Setengah dari pemustaka di Perpustakaan yaitu sebesar 53.66% mengetahui cara mengakses koleksi digital, sehingga koleksi digital mampu menambah referensi pemustaka. Koleksi digital membantu dalam menambah referensi terlihat dari hasil presentase sebesar 73,17%. Dari hasil seluruh kesimpulan tersebut penulis dapat menyatakan bahwa seluruh atau 100% Pemustaka STT Pelita Kebenaran pernah menggunakan koleksi digital selama menjadi mahasiswa.

(41)

48

lainnya yang pada umumnya dialami oleh pemustaka adalah koleksi digital yang berbahasa asing. Adapun koleksi digital yang sering pemustaka gunakan adalah Portable Document Format (PDF) dan Hypertext Mark Up Language (HTML). Seluruhnya atau 100%

pemustaka menggunakan jenis koleksi kaset dan video film dan rata-rata frekuensi pemanfaatan koleksi pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran adalah sebesar 2 kali. Untuk membantu menambah sumber referensinya pemustaka juga menggunaka koleksi tercetak dengan sebagian besar menggunakan metode meminjam dan membaca di tempat dan hampir setengahnya (31,71%) menggunakan metode memperbanyak (memfoto copy).

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan hasil dari kuesioner yang telah dilakukan, maka penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pemustaka Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia (STT) Pelita Kebenaran diharapkan seluruhnya mengetahui cara mengakses koleksi digital, agar seluruh pemustaka merasakan manfaatnya perpustakaan digital. Sebaiknya pustakawan melakukan study tour ke perpustakaan dan mengenalkan kepada pemustaka koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan dan sambil mengenalkan aturan-aturan yang harus dilaksanakan selama berada dalam perpustakaan.

(42)

49

(43)

6 BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007, 912), perpustakaan memiliki dua arti yakni:

“Perpustakaan merupakan tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dsb”, dan “Perpustakaan merupakan koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan”.

Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menurut Hasugian (2004, 81), “Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh suatu perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya”.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah tujuan dari perpustakaan. Akan tetapi, Sulistyo-Basuki memiliki pengertian lainnya tentang tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi. Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga administrasi perguruan tinggi.

b. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) pada semua tingkat akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.

(44)

7

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga industri lokal.

Dapat dikatakan tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi, mengolah informasi, menyediakan sarana dan prasana dalam menggunakan koleksi perpustakaan, menyediakan jasa pelayanan yang terbaik bagi pemustaka dan sivitas akademik.

2.2 Perpustakaan Digital

2.2.1 Pengertian Perpustakaan Digital

Perpustakaan digital juga memerlukan keahlian pustakawan untuk mengatalog buku namun perpustakaan digital lebih memerlukan teknisi digital dalam pengelolaan bahan pustaka untuk penyediaanya dalam web perpustakaan. Saleh (2010, 3) mengartikan perpustakaan digital, yaitu :

Perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan sumber-sumber dan staf ahli untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses, menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan dan mempertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga selalu tersedia dan murah untuk digunakan oleh komunitas tertentu atau ditentukan.

(45)

8 2.2.2 Tujuan Perpustakaan Digital

Setiap organisasi memiliki tujuan agar organisasi tersebut berkembang dan semakin maju. Demikian halnya dengan perpustakaan sebagai suatu instansi yang memiliki tujuan-tujuan agar informasi yang telah dikumpulkan dan diolah dapat dinikmati oleh pemustakanya. Adapun tujuan dari perpustakaan digital menurut North American Digital Library (1995, 1) yakni:

1. Untuk memperlancar pengembangan sistematis, mengumpulkan, menyimpan, dan mengatur informasi serta ilmu pengetahuan dalam bentuk digital.

2. Untuk meningkatkan secara ekonomis dan efisien pemesanan informasi untuk seluruh masyarakat pemakai, mendorong usaha kerja sama yang sangat mempengaruhi investasi sumber penelitian, komputerisasi dan jaringan komunikasi.

3. Untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama di antara peneliti, pengusaha, pemerintah, masyarakat yang berpendidikan.

4. Untuk membawa peraturan kepemimpinan internasional dalam pembangkitan dan penyebaran ilmu pengetahuan di dalam area yang strategis.

5. Untuk memperbesar pembelajaran seumur hidup dari seluruh masyarakat.

Sedangkan menurut Suprihadi (2005, 2), tujuan perpustakaan digital adalah

Agar supaya koleksi perpustakaan tersebut cepat dan mudah di akses, ringkas dalam penyimpanan serta mudah dalam pengadaan, sehingga isi atau content sebuah digital library adalah sama dengan perpustakaan konvensional. Hanya saja bentuk format penyimpanan yang berbeda, dimana digital library menggunakan format penyimpanan yang berbeda, dimana digital library menggunakan format elektronik.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka tujuan perpustakaan digital adalah untuk memperlancar, mempengaruhi investasi, memperkuat komunikasi dan kerja sama di antara peneliti, pemerintah dan masyarakat, mempermudah dan memperingkas waktu penelusuran dan penyimpanan tanpa mengubah isi atau content sehingga tetap sama dengan perpustakaan konvensional. Perbedaan

(46)

9 2.2.3 Keuntungan Perpustakaan Digital

Secara ekonomis perpustakaan digital lebih menguntungkan dibandingkan perpustakaan konvensional karena perpustakaan digital menggunakan koleksi digital untuk dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan pustaka dalam format cetak. Koleksi digital lebih berjangka panjang sehingga mengurangi biaya pemeliharaan bahan pustaka.

Menurut Indonesian Digital Library Networking (2005, 2) keuntungan dari perpustakaan digital adalah:

1. Sebagai sumber pengetahuan

Salah satu tujuan dari perpustakaan adalah memenuhi keperluan informasi dan menyediakan bahan rujukan bagi pemustakanya. Untuk mempermudah dan mempersingkat waktu dalam pencarian informasi maka perpustakaan mengembangkan koleksinya menjadi digital. Dengan demikian pemustaka lebih cepat mendapatkan informasi sebagai sumber pengetahuannya.

2. Media penyebaran pengetahuan

Informasi dan bahan rujukan yang dimiliki oleh perpustakaan harus disebarluaskan. Jika seluruh informasi berbentuk tercetak maka akan sulit informasi tersebar, oleh karenanya koleksi pada perpustakaan konvensional harus dialihkan ke format digital. Dengan demikian informasi dan pengetahuan akan menyebar dan berkembang lebih cepat. Sehingga akan muncul ilmu-ilmu baru di lapisan masyarakat yang akan membantu masyarakat dalam kegiatannya.

3. Untuk penyimpanan

Penyimpanan koleksi digital pada perpustakaan digital sangat mudah dan hemat biaya. Dalam menyimpan koleksi digital hanya dibutuhkan media penyimpanan yang sangat kecil seperti flashdisk, CD-ROM dan hard disk untuk menyimpan. Kesulitannya adalah diperlukan akses listrik dan media komputer serta jaringan untuk dapat mengakses kembali informasi tersebut.

4. Untuk perawatan/preservasi

(47)

10

5. Media promosi/etalase hasil karya sivitas akademika

Selain menjadi media penyebaran pengetahuan, perpustkaan digital juga dapat digunakan sebagai media promosi bagi hasil karya sivitas akademika. Penelitian sivitas akademika sebelumnya dapat membantu peneliti selanjutnya dalam meneruskan penelitian lanjutan berikutnya atau sebagai acuan dalam mengerjakan penelitian baru.

6. Mencegah duplikasi dan plagiat

Dalam mengubah bentuk tercetak ke dalam bentuk digital perpustakaan digital harus melabel koleksi digital yang dimilikinya dan mendaftarkannya secara hukum agar mendapat perlindungan secara hukum untuk mencegah terjadinya duplikasi dan plagiarisme informasi. Layaknya koleksi bahan digital, koleksi digital pun memiliki perlindungan hukum yang mengatur dikarenakan informasi dalam bentuk digital mudah di akses dan disebarluaskan ke semua lapisan pemustaka.

2.2.4 Koleksi Perpustakaan Digital

Koleksi perpustakaan digital menurut Juansyah terdiri dari dokumen digital atau dokumen elektronik. Dokumen elektronik mempunyai format bermacam-macam antara lain format html atau hypertext mark up language, Portable Document Format (PDF), Microsoft Word atau MS-Word, Microsoft

Excel terutama untuk dokumen teks. Sedangkan dokumen gambar (grafis)

terdapat dalam format JPEG, GIF, dan sebagainya.

Media dalam menyimpan koleksi digital atau elektronik bermacam-macam anatara lain, dalam harddisk komputer (internal) yang tidak bebas dibawa kemana-mana. Terdapat juga di dalam media yang bisa bebas dibawa seperti harddisk eksternal, disket, CD atau CD-ROM maupun DVD, dan flash disk atau dikenal juga dengan nama handy drive. Bahkan saat ini dokumen elektronik bisa disimpan secara virtual di server internet. Jika membutuhkan dokumen tersebut maka dapat diperoleh dengan cara koneksi ke internet.

2.3 Infrastruktur Perpustakaan Digital

(48)

11

daya saing. Infrastruktur perpustakaan digital antara lain adalah jaringan Local Area Network (LAN) dan Wide Area Network (WAN)”.

Perpustakaan digital tidak dapat diakses tanpa didukung sarana dan prasana yang memadai. Oleh karenanya, perpustakaan digital haruslah memikirkan infrastruktur yang baik agar informasi digital tersebut dapat diakses dan disebarluaskan. Kendala terbesar dari perpustakaan digital adalah jaringan yang baik untuk mengakses dan media lainnya untuk dapat melihat, memanggil kembali (recall) dan menyimpan informasi digital tersebut seperti komputer PC atau netbook.

Pemustaka pada umumnya mengharapkan informasi yang tepat dan cepat, sehingga perpustakaan juga harus mempertimbangkan desain tampilan pada web perpustakaan digitalnya dengan tampilan yang menarik sehingga pemustaka ingin mengunjungi web perpustakaan digital tersebut, bentuk tulisan dan warna font pada menu yang mudah dibaca dan sub-sub menu yang terintegrasi dengan baik terhadap kebutuhan informasi yang diinginkan. Serta dibutuhkan kemudahan dalam ketentuan/peraturan mengakses atau mengunduh koleksi digital.

2.4 Koleksi Digital

2.4.1 Pengertian Kolesi Digital

Menurut Zed (2004, 5), “Koleksi digital adalah rekaman video seperti kaset dan video film, mikrofilm, mikrofis, dan bahan eletronik lainnya seperti disket, pita magnetik, dan kelongsong elektronik (catridge) yang berhubungan dengan teknologi komputer”. Koleksi digital berupa rekaman video berupa kaset dan video kini digunakan oleh pemustaka sebagai media tempat penyimpanan musik dan video klip. Mikrofilm dan mikrofis sebagai tempat penyimpanan koleksi berseri, manfaatnya adalah untuk menghemat penempatan bahan pustaka.

(49)

12

National Science Foundation mendaftar tiga (3) karakteristik utama pustaka digital, yaitu:

a. Pustaka digital adalah kumpulan sumber-sumber elektronik dan asosiasi kemampuan teknikal untuk menciptakan, menelusuri/mencari, dan menggunakan informasi. Dalam arti sebuah kehadiran dan perbaikan peningkatan penyimpanan informasi dan system temu-kembali (retrieval) yang memanipulasi data digital dalam beberapa media (teks, gambar, suara) dan hadir dalam jaringan yang didistribusikan.

b. Isi/konten pustaka digital termasuk data, metadata yang menggambarkan beragam aspek dari data, dan metadata yang terdiri dari links atau hubungan erat metadata lainnya, apakah internal atau eksternal pada pustaka digital.

c. Pustaka digital adalah konstruk-koleksi dan diorganisasi oleh (dan atau) sebuah komunitas pengguna/pemakai dan kemampuan fungsionalnya untuk mendukung kebutuhan informasi dan menggunakan komunitasnya. Dalam arti mereka hadir dan adanya perbaikan peningkatan dan integrasi variasi institusi informasi sebagai tempat fisik dimana sumber diseleksi, dikoleksi, diorganisasi, memelihara, dan akses dalam dukungan komunitas pengguna. Institusi informasi termasuk, diantara yang lainnya, perpustakaan-pustaka, museum, arsip, dan sekolah, tapi pustaka digital juga memberi dan melayani latar komunitas lainnya, termasuk ruang-kelas, kantor, laboratorium, rumah, dan lingkup publik.

(50)

13

Gambar 1: Infrastruktur Pustaka Digital (Sumber: Putu Laxman Pendit, dkk.: 2007) 2.4.2 Internet

Internet adalah suatu jaringan internasional dari jaringan-jaringan yang menghubungkan jutaan komputer di seluruh penjuru dunia. Sebagai suatu infrastruktur, jaringan ini memiliki peranan yang besar dalam penyebaran arus informasi. Dengan kata lain, prasarana ini merupakan suatu jalan raya informasi (information highway) yang digunakan untuk mengangkut berbagai muatan informasi dan menghubungkan banyak manusia di bumi. Sebenarnya jaringan ini adalah jaringan telekomunikasi digital biasa yang digunakan untuk menghubungkan berbagai computer, yang diatur suatu perangkat lunak protocol komunikasi standar yang dikenal dengan nama Transfer Communication Protocol/Internet Protocol (TCP/IP).

(51)

14

daya informasi sendiri, dan mengorganisasikan serta membentuk persepsi sendiri tentang objek-objek informasi. Dalam proses komunikasi ilmiah, para peneliti menggunakan internet untuk menjangkau audiens yang lebih luas, mengabaikan para penerbit, editor dan pustakawan, dengan merancang model komunikasi alternative.

Fungsi internet dalam pustaka digital dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:

a. Komunikasi dasar

Pada tingkat komunikasi dasar, electronic mail (e-mail) adalah jenis yang paling popular dari aktifitas dalam internet. Jutaan pesan dipertukarkan setiap hari diseluruh dunia melalui system e-mail menggantikan fungsi pengiriman tradisional melalui pos. Fungsi lainnya adalah forum dan obrolan online. Internet memungkinkan ribuan forum masyarakat beroperasi layaknya papan pengumuman elektronik, yang lebih dikenal dengan nama BBS (bulletin board system). Disamping itu, percakapan interaktif juga dapat dilakukan

(52)

15

Gambar 2: Surat elektronik (e-mail) provider Gmail

(Sumbe

b. Komunikasi interaktif

Pada tingkat komunikasi interaktif yang paling banyak dilakukan adalah temu-balik informasi (retrieval information). Fungsi ini layaknya penyediaan hubungan remote on log (telenetwork: jaringan luas) interaktif ke sistem komputer lain seperti Dialogue Information Services. Komunikasi interaktif saat ini berkembang dalam bentuk

(53)

16

Gambar 3: Weblog pribadi dari layanan situs resmi Wordpress

(Sumbe

c. Sumber daya dan layanan informasi lanjutan

(54)

17

Dalam proses pemanfaatan internet dalam pustaka digital, suatu hal yang tak terpisahkan adalah search engine. Sama seperti pusat informasi perpustakaan yang membutuhkan alat pendukung untuk memudahkan mencari informasi buku yang diinginkan, demikian pula di internet, untuk mempercepat dan memudahkan untuk mencari informasi yang diinginkan, maka dibutuhkan suatu mesin pencari informasi dalam berbagai jenis bentuk informasi (pdf, doc, ppt, jpeg, png, rtf, wmx, wma, flv, gif, mkv dan lainnya).

Gambar 4: Search engine “GOOGLE” dari pengolah Mozilla Firefox.

(Sumbe

Melalui search engine tak jarang e-journal, e-magazine, e-books, dapat di download secara gratis maupun memerlukan biaya. Para pengguna dapat

(55)

18

Gambar 5: E-mail library server pada Gmail

(Sumbe

2.4.3 Jenis-Jenis Koleksi Digital

(56)

19

Semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, koleksi-koleksi digital pada perpustakaan tidak hanya sebatas pada rekaman video, disket, pita magnetik

2.4.4 Format Koleksi Digital

Penyajian koleksi perpustakaan dalam bentuk digital dibedakan menjadi dua bagian yakni koleksi tulis dan koleksi audio, video dan gambar. Maka Nugroho membaginya sebagai berikut (2007, 11):

a. Koleksi tulis: PDF (Portable Document Format), HTML Bentuk koleksi tulis lainya adalah doc, ppt, xls, srt b. Koleksi audio,video dan gambar:

a. Video : MOV, MPG

Semakin majunya teknologi maka bermunculan jenis bentuk koleksi audio lainnya. Contoh : flv, mkv, mp4, VOB, IFO, wmv, vep.

b. Audio : MP3, Real, 3ga, amr

Berikut ini beberapa jenis format audio dan codec yang sering digunakan menurut Wibowo dalam blognya:

1. WAV (WAVE-form), adalah singkatan dari waveform audio format. Merupakan standar format berkas audio yang dikembangkan oleh Microsoft dan IBM, format utama untuk menyimpan data audio mentah pada Windows dan menggunakan metode yang sama dengan AIFF Apple untuk meyimpan data. Wav digunakan untuk menyimpan audio tak termampatkan, file suara berkualitas CD yang berukuran besar (sekitar 10 MB per menit). Ekstensi : .wav atau .ww

Kelebihan:

a. Wav menggunakan coding PCM (Pulse Code Modulation). Dengan cara ini, detil tidak hilang ketika audio analog digitalkan dan disimpan dan untuk mengedit audio high-fidelity.

b. Software yang dapat menciptakan WAV dan Analog Sound misalnya adalah Windows Sound Recorder.

c. WAV adalah data tidak terkompres sehingga seluruh sampel audio disimpan semuanya di hard disk.

Kekurangan:

a. Maksimal ukuran file WAV adalah 2 GB.

(57)

20

2. AAC (Advanced Audio Coding), adalah file format audio yang berbasis MPEG2 dan MPEG4. AAC bersifat lossy compression (data hasil kompresi tidak bisa dikembalikan lagi ke data semula, karena setelah di kompres terdapat data-data yang hilang). File AAC dikembangkan oleh Motion Picture Expert Group (Fraunhofer Institute, Dolby, Sony, Nokia dan AT&T). file AAC dikompresi dengan carayang lebih efesien pada kecepatan 128 kbps dengan suara stereo dibandingkan versi yang lebih dulu muncul, yakni mp3. AAC merupakan audio codec yang menyempurnakan MP3 dalam hal medium dan high bit rates. Ekstensi : m4a, .m4b, .m4p, .m4v, .m4r, .3gp, .mp4, .aac

Kelebihan:

a. Suara lebih bagus untuk kualitas bit yang rendah (dibawah 16 Hz).

b. Memiliki 48 channel.

c. Sample rate antara 8 Hz – 96 kHz

3. MPEG Layer 3 (MP3), merupakan format kompresi audio yang dikembangkan oleh Moving Picture Experts Group (MPEG). Format file ini menggnakan layer 3 kompresi audio yang secara umum digunakan untuk menyimpan file-file musik dan audiobooks dalam hard drive. Format file mp3 mampu memberikan kualitas suara yang mendekati kualitas CD stereo dengan 16-bit. Ekstensi : .mp3

Kelebihan:

a. Mendekati kualitas CD stereo dengan 16-bit Kekurangan:

a. Bit rate terbatas

b. Setelah terkompresi, kualitas file sudah berkurang

4. Audio Interchange File Format (AIFF), merupakan format file yang tidak dikompres, yang dikembangkan oleh Apple pada Machintosh dan platform Unix. Sebuah variasi dari AIFF adalah berkas AFC yang dapat memadatkan data berkas yang dikandungnya. Berkas tersebut dimulai dengan header yang menggambarkan format internal dari data audio yang berbentuk sampling rate, jumlah saluran, identifikasi data dan sebagainya. Ekstensi : .aiff, .aif, .aifc

(58)

21

dikopi ke dalam hard disk, file tersebut menjadi tidak dapat di-play. Ekstensi : .cda

Kelebihan:

a. Langsung dapat dibaca melalui CD-ROM

Kekurangan:

a. Format harus diubah agar dapat dijalankan atau dibaca di komputer

6. RealAudio, adalah codec audio yang dikembangkan oleh Real Networks pada tahun 1995. Codec dikembangkan untuk transmisi bandwith rendah, digunakan juga untuk streaming informasi audio dan dapat berjalan saat file audio tersebut masih di-download. RealAudio banyak digunakan oleh stasiun radio untuk streaming program-program mereka via internet secara real time. RealNetworks juga menyediakan player software gratisan dan berbayar yang bernama RealPlayer, namun untuk yang gratisan tidak dapat melakukan menyimpan audio stream sebagai file.

7. MIDI (Music Instrument Digital Interface), merupakan standar perangkat keras dan perangkat lunak internasional untuk bertukar data di antara perangkat musik elektronik dan komputer dari merk yang berbeda.

8. WMA (Window Media Audio), dikembangkan pertama kali untuk tujuan menyaingi MP3 oleh Microsoft. Format ini di rancang dengan kemampuan Digital Right Management (DRM) untuk proteksi penyalinan, penggadaan dan membatasi pemutaran pada PC atau peranti tertentu. WMA audio stream hampir selalu dengan file ASF.

9. OGG dan OGG Vorbis

Ogg adalah format multimedia gratisan yang di rancang untuk streaming dan penyimpanan yang efisien. Format ini dikembangkan oleh Xiph.org Foundation. Begitu pula Vorbis yang merupakan codec audio gratisan. Vorbis biasanya dipasang bersama Ogg, sehingga muncullah Ogg Vorbis. Peluncuran format dan codec ini sebenarmya respon atas rencana pemilik MP3 pada tahun 1998 yang hendak mengenakan biaya lisensi untuk format MP3.

Kelebihan:

(59)

22 Kekurangan:

b. Kurang popular dibandingkan MP3 c. Gambar : JPG, PNG

Koleksi digital yang berisi teks dan image menggunakan format dokumen PDF dengan program Adobe Acrobat untuk interaktif e-book di internet. Sedangkan HTML (Hyper Text Markup Language) adalah format file eletronik untuk mempublikasikan teks atau gambar ke internet. Koleksi audio/video adalah koleksi digital dengan masing-masing format untuk kemudahan pemanfaatan. 2.4.5 Sifat Koleksi Digital

Sifat koleksi digital menurut Perpustakaan Nasional RI (1999, 11-12) adalah:

a. Rekaman gambar, misalnya film, compact disc (CD), mikrofilm, dan mikrofis.

b. Rekaman suara, misalnya piringan hitam, CD dan kaset.

c. Rekaman data magnetik/digital, misalnya dalam bentuk disket, CD dan pangkalan data.

Masing-masing dari sifat tersebut sesuai dengan karakter jenis koleksi digital. Setiap jenis dari koleksi digital dipergunakan oleh perpustakaan untuk mempermudah pengguna dalam pencarian informasi. Biasanya koleksi digital tidak dipinjamkan, hanya dapat dipergunakan di perpustakaan.

2.5 Evaluasi Koleksi

2.5.1 Pengertian Evaluasi Koleksi

Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja program tersebut. Menurut Arikunto (2000, 1) menyatakan bahwa “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selajutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan”.

(60)

23

mencapai suatu program dalam proses, mengoleksi, menganalisis dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi”.

Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994, 49) menjelaskan evaluasi koleksi adalah :

Upaya menilai daya guna dan hasil guna koleksi dalam memenuhi kebutuhan sivitas akademika serta program perguruan tinggi. Evaluasi koleksi harus dilakukan secara teratur agar sesuai dengan perubahan dan perkembangan program perguruan tinggi.

Menurut Hardi (2005, 4) evaluasi koleksi adalah :

Proses efektivitas dalam memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika. Evaluasi merupakan aktivitas yang berkesinambungan yang merefleksikan perubahan dalam proses belajar mengajar dan kebutuhan pemakai. Dengan melakukan evaluasi koleksi, pustakawan bisa mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk bahan literatur yang tersedia dalam memenuhi komunitas perguruan tinggi.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan evaluasi koleksi digital adalah kegiatan atau aktivitas mengumpulkan informasi yang dilakukan secara berkesinambungan dan teratur untuk menilai koleksi dan bahan literatur lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan sivitas akademik.

2.5.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Setiap kegiatan yang dirancang memiliki tujuan dan fungsi, demikian halnya dengan evaluasi. Adapun tujuan dan fungsi dari mengevaluasi menurut Crawford (2000, 30) adalah :

1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan

2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan

(61)

24

Sedangkan tujuan dari evaluasi koleksi pada perpustakaan perguruan tinggi menurut Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2005) adalah :

1. Mengetahui mutu, lingkup dan kedalaman koleksi

2. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi 3. Mengikuti perubahan, perkembangan sosial budaya, ilmu dan

teknologi

4. Meningkatkan nilai informasi

5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi 6. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui mutu, kedalaman koleksi, perubahan, kekuatan dan kelemahan koleksi, meningkatkan nilai informasi dan memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan agar sesuai dengan tujuan dan kebijakan program perguruan tinggi.

2.5.3 Standar Evaluasi

Umar (2002, 40) mengatakan standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu :

a. Utility (manfaat)

Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan

b. Accuracy (akurat)

Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi

c. Feasibility (layak)

Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak

2.6 Pemanfaatan Koleksi

(62)

25

Menurut Handoko dalam Handayani (2007, 28), bahwa dari segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal meliputi: 1. Kebutuhan

Dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi 2. Motif

Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu

3. Minat

Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap sesuatu Faktor eksternal meliputi:

1. Kelengkapan koleksi

Banyaknya koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa

2. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna

Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka memberi layanan

3. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali

Dari Penyataan diatas dapat diartikan bahwa pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor internal yang meliputi kebutuhan, motif dan minat dan faktor eksternal yang meliputi kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dan keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali.

2.6.1 Tujuan Pemanfaatan Koleksi

(63)

26

Sebagai pusat pemanfaatan informasi perpustakaan harus mampu menyebarluaskan informasi kepada pengguna sehingga tujuan pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat tercapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 1216), ”Tujuan bermakna arahan, haluan (jurusan), yang dituju, maksud, tuntutan (yang dituntut)”. Sedangkan menurut Salim (2002, 928) pengertian pemanfaatan sebagai proses, cara atau perbuatan memanfaatkan.

Dari kedua pendapat tersebut diartikan bahwa tujuan pemanfaatan adalah sebagai proses, cara dan perbuatan pengguna dalam kegiatan pemanfaatan koleksi perpustakaan.

2.6.2 Frekuensi Pemanfaatan Koleksi

Tingkat kunjungan pengguna ke sebuah perpustakaan tergantung bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada penguna. Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 322), “Arti frekuensi pengguna adalah kekerapan”. Sedangkan menurut Salim (2002, 425), dijelaskan bahwa ”Frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur”.

Dari definisi di atas diketahui bahwa frekuensi pemanfaatan adalah kekerapan atau keseringan pengguna. Dalam hal ini frekuensi pemanfaatan yaitu keseringan pengguna dalam memanfaatkan koleksi buku.

2.6.3 Metode Pemanfaatan Koleksi

(64)

27 a. Meminjam

Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja sirkulasi perpustakaan setelah mendapatkan buku yang diinginkan. Dengan melakukan pemimjaman, pengguna memiliki waktu lebih banyak untuk membaca buku yang ia pinjam. Buku tersebut dapat diperpanjang masa peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi ke meja sirkulasi.

b. Membaca di tempat

Bagi pengguna yang memiliki waktu luang dapat membaca di ruang baca yang disediakan perpustakaan. Pengguna dapat memilih beberapa buku untuk dibaca dan menghabiskan waktunya pada perpustakaan.

c. Mencatat informasi dari buku

Ada kalanya pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang ia dapat dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna mendapatkan informasi ringkas tentang berbagai masalah dari berbagai buku yang berbeda.

d. Memperbanyak (menggunakan jasa foto copy)

(65)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan suatu sarana atau sebuah gedung tempat menyimpan informasi. Perpustakaan juga merupakan tempat mengelola, memelihara, dan bertugas menyebarluaskan informasi. Informasi yang dimiliki oleh perpustakaan berupa buku, majalah, jurnal, serta informasi dalam bentuk non-tercetak atau media audio-visual. Dengan kata lain, perpustakaan adalah tempat mengelola seluruh informasi dalam bentuk tercetak dan non-tercetak dari segala sumber agar dapat disebarluaskan kepada pemustaka serta memelihara informasi tersebut agar tidak hilang dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

Jenis-jenis perpustakaan diantaranya Perpustakaan Umum, Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Khusus dan Perpustakaan Sekolah. Masing-masing dari tiap jenis perpustakaan tersebut memiliki fungsi dan pemustaka yang berbeda-beda pula.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi. Masyarakat yang dilayani perpustakaan ini bersifat homogen. Perpustakaan perguruan tinggi bertujuan menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan dan pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian pada masyarakat.

(66)

2

Keberadaan berbagai perpustakaan pada sebuah perguruan tinggi dapat menjadi suatu sistem perpustakaan yang saling membantu untuk mendukung pencapaian tujuan perguruan tinggi induknya. Sebagai suatu sistem, pengelolaan perpustakaan-perpustakaan pada perguruan tinggi ada kalanya berbeda antara satu dengan perguruan tinggi lainnya.

Menurut Saleh, pada pertengahan tahun enampuluhan, mulai terjadi perubahan dalam hal pengelolaan informasi di perpustakaan. Kemampuan kertas sebagai media informasi yang sudah berlangsung ratusan tahun ditantang oleh media elektronik yang menawarkan cara yang berbeda dalam menyimpan dan menemubalikkan informasi.

Sebelum konsep perpustakaan digital populer seperti sekarang ini, ada beberapa pemikiran tentang perkembangan perpustakaan digital yang lebih evolutif dan memberikan perhatian yang lebih banyak kepada peran penting “perpustakaan biasa”. Pemikiran tersebut terangkum dalam konsep perpustakaan hibrida (hybrida library). Setelah melalui berbagai diskusi, konsep ini sempat menjadi tumpuan bagi para prakitisi untuk lebih sadar tentang kesulitan yang dialami jika ingin mendirikan perpustakaan digital sebagai sesuatu yang baru.

Negara yang termasuk paling aktif melakukan penelitian dan pengembangan konsep perpustakaan hibrida adalah Inggris. Negara ini menyelenggarakan lima proyek perpustakaan hibrida, masing-masing diberi nama BUILDER, AGORA, MALIBU, HeadLine, dan HyLife. Masing-masing proyek ini memiliki ciri tersendiri, namun secara bersama mereka mencari cara terbaik mengembangkan jasa perpustakaan dengan memanfaatkan teknologi terbaru.

(67)

3

Teknologi cetak melahirkan dunia teks yang sangat menentukan peradaban manusia. Ciri khas teknologi cetak adalah kemampuannya menembus ruang-waktu. Buku, surat kabar, dan jurnal adalah hasil dari teknologi cetak. Teknologi analog lanjutan dari kekuatan teknologi cetak dalam mendorong peradaban manusia lebih maju lagi, terutama setelah listrik ditemukan. Jika teknologi cetak terbatas pada teks dan gambar atau foto, maka teknologi analog memungkinkan manusia merekam suara dan ‘gambar hidup’. Teknologi elektronik dan digital menciptakan rekaman dengan ciri berbeda. Pesan yang terekam tidak terikat pada satu media, sehingga dapat dikaitkan atau digabungkan ke serangkaian media (multiple media). Teknologi digital mampu memampatkan isi sehingga media digital cenderung kecil tapi berdaya tampung sangat besar, dapat diperbanyak berulang-ulang tanpa mengurangi kualitas turunannya. Jika teknologi cetak hanya untuk teks dan foto, analog hanya untuk audio-visual, maka teknologi digital dapat untuk segala jenis media: teks, foto, suara, gambar hidup. Oleh karenanya, disebut multimedia.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu cepat berdampak secara signifikan terhadap eksistensi perpustakaan. Fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat adalah ketergantungan masyarakat terhadap gadget mereka dalam berkomuninasi atau berinteraksi dan aktivitas lainnya seperti browsing, email, chatting dan lainnya. Perpustakaan harus tanggap terhadap perkembangan trend teknologi informasi komunikasi.

Paradigma perpustakaan menurut Fatmawati saat ini telah bergeser ke arah

generasi millennial. Millennials adalah nama pendek dari generasi Y, yaitu sebuah

generasi dimana pemustaka berperilaku sebagai seseorang yang haus akan ilmu

pengetahuan. Paradigma perpustakaan generasi millennial ini dicirikan adanya

masyarakat pembelajar yang selalu berinteraksi dengan internet dimanapun dan

kapanpun membutuhkan informasi. Jadi layanan perpustakaan yang masih

konvensional harus berbenah dan harus mampu mengakomodasi perubahan

perilaku masyarakat dalam akses informasi. Adanya kemajuan iptek, maka

(68)

4

informasi terbaru agar kualitas layanan menjadi semakin terus meningkat.

Pemustaka yang dalam kehidupannya selalu bersinggungan dengan peralatan

teknologi sering diistilahkan dengan generasi gadget.

Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia (STT) Pelita Kebenaran menyediakan koleksi digital sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran bagi pemustakanya. Akan tetapi, bahan pustaka digital tersebut kurang dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka Program S1 dan S2. Hal ini didasari oleh informasi pustakawan yang menyatakan bahwasanya pemustaka tidak memanfaatkan pustaka digital yang menjadi koleksi perpustakaan.

Selain pemanfaatan pustaka digital, hal lain yang ditemukan penulis dalam penelitian awal adalah koleksi digital tersebut tidak atau belum terintegrasi dengan sistem yang digunakan oleh perpustakaaan, dalam hal ini sistem yang dimaksud adalah aplikasi Senayan. Kolesi digital tersebut tersimpan pada komputer yang berbeda dengan komputer server. Terdapat dua buah komputer di dalam perpustakaan, yaitu komputer server yang difungsikan sebagai sirkulasi, pengentrian data koleksi bahan pustaka, dan pengentrian data pengguna. Sedangkan komputer lainnya difungsikan sebagai penyimpanan koleksi digital perpustakaan. Koleksi digital yang dimiliki oleh Perpustakaan STT Pelita Kebenaran adalah hasil sumbangan dari perorangan yang melakukan kunjungan ke perpustakaan tersebut. Jumlah koleksi digital yang disumbangkan kira-kira 3.000 judul dengan bidang-bidang ilmu yang berbeda dilayangkan secara offline. Sedangkan jumlah seluruh koleksi tercetak dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 pada Perpustakaan STT Pelita Kebenaran adalah 1.252 judul dan 2.050 eksemplar.

(69)

5

Pemanfaatan Koleksi Digital Pada Sekolah Tinggi Theologia Pelita Kebenaran Medan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah sekaligus pertanyaan penelitian yang akan di jawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pemanfaatan koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan koleksi digital di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang perpustakaan, agar dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dengan objek yang sama dengan masalah yang berbeda di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan pemanfaatan koleksi digital sebagai sumber belajar di Perpustakaan STT Pelita Kebenaran Medan.

3. Manfaat Bagi Penulis

Gambar

Gambar 1. The Living Bible
Gambar 4. Adam Clarke’s Commentary on the New Testament
Gambar 6. Acts 1-12: God Moves in the Early Church
Gambar 7. The Holy Bible, New International Version
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi koleksi

Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kegiatan kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk memberikan pelayanan informasi

Dari hasil penelitian di atas buku koleksi Administrasi Negara yang dimanfaatkan sebanyak 77 % maka dapat disimpulkan bawa perpustakaan USU sudah cukup baik dalam pengadaan

Fauziah Nasution : Pengembangan Koleksi Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Mutiara Indonesia Medan, 2002... Fauziah Nasution : Pengembangan Koleksi Perpustakaan

Tidak adanya standar evaluasi pemanfaatan koleksi institutional repository dan belum pernah dilakukannya evaluasi pemanfaatan koleksi institutional repository Perpustakaan

Pemanfaatan koleksi adalah bagaimana pemustaka memanfaatkan koleksi- koleksi yang tersedia di perpustakaan, karena koleksi yang tersedia di perpustakaan bukan untuk

Adapun kendala yang sering dihadapi pengguna dalam memanfaatkan koleksi putusan pengadilan pada perpustakaan PTUN adalah terdapat kesulitan dalam proses pencarian informasi

Hasil penelitian secara keseluruhan terhadap pemanfaatan koleksi perpustakaan oleh pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi Alma Ata Yogyakarta adalah dalam kategori baik