• Tidak ada hasil yang ditemukan

Remaja Hamil Di Luar Nikah Di Dearah Pedesaan Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai (Latar Belakang Keluarga, Hubungan Sosial Selama Pacaran, Penanggulangan Kehamilan dan Interaksi Setelah Kehamilan Pada Pelaku Yang Hamil Di Luar nikah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Remaja Hamil Di Luar Nikah Di Dearah Pedesaan Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai (Latar Belakang Keluarga, Hubungan Sosial Selama Pacaran, Penanggulangan Kehamilan dan Interaksi Setelah Kehamilan Pada Pelaku Yang Hamil Di Luar nikah)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Ahmad Taufik. 2013. Persepsi RemajaTerhadap Perilaku Seks Pranikah (Studi Kasus SMK Negeri 5 Samarinda)

Azizi Bin Yahaya, Asiah Binti Suari. Fenomena Cinta, Janjitemu, Perlakuan Seks dan Hubungannya Dengan Masalah Kebimbangan Sosial Di Kalangan Pelajar-Pelajar Sekolah Menengah.

Dien G. A. Nursal. 2008. Faktor-faktor Yang Brehubungan Dengan Perilaku Seksual Murid SMU Negeri Di Kota Padang Tahun 2007. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK Unand.

Endah Fitriasary & Zidni Immawan Muslimin. 2009. Intensitas Mengakses Situs Porno dan Perilaku Seksual Remaja. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. Jurnal Humanitas

George Ritzer. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Irma Yanti, Syafrizal. 2012.Perubahan Nilai Sosial Masyarakat Terhadap Fenomena Hamil Luar Nikah Di Desa Darussalam Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun.

(2)

Jokie M. S. Siahaan. 2009. Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi. Jakarta: PT. Indeks

Jumiatun S.SiT. 2012. Pengaruh Peran Kontrol Orang Tua Dan Media Terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja SMA Di Kabupaten Kendal. Akademik Kebidanan Uniska Kendal.

Khadijah Alavi, Salina Nen, Fauziah Ibrahim, Noremy Md. Akhir, Mohd Suhaimi Mohamad, Noorhasliza Mohd Nordin. 2012. Hamil Luar Nikah Dalam Kalangan Remaja: Jurnal E-Bangi. Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Martia Chusnul Ratna Suminar, Dharminto, Yudhy Dharmawan. 2012. Korelasi Sumber Informasi Media Dan Lingkungan Pergaulan Dengan Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.

Riana Prihastuti, Titiek Soelistyowatie. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pacaran Sehat Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMA Kota Semarang. Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.

Ririn Darmasih, Noor Alis Setiyadi dan Azizah Gama T. 2011, Kajian Perilaku Sex Pranikah Remaja SMA di Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

(4)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Sipispis di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Sipispis sendiri menjadi pusat dari penelitian yang akan dilakukan karena kecamatan Sipispis ini mengalami fenomena hamil diluar nikah yang mencenganngkan untuk ukuran kecamatan yang jauh dari lingkungan perkotaan. Kecamatan Sispispis menjadi lokasi utama penelitian ditambah satu kecamatan lagi sebagai penunjang kelengkapan data yang dibutuhkan didalam penelitian.

Kecamatan Sipispis terdiri dari 20 desa yang dimana jumlah penduduknya secara keseluruhan mencapai 35.091 jiwa hingga akhir bulan januari 2014. Dari semua jumlah penduduk itu dapat dibagi berdasarkan pendidikannya yang dapat dilihat pada kolom dibawah.

Tabel 1: Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Kecamatan Sipispis

TK SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 Jumlah

501 4.109 3.172 2.661 28 56 120 471 11.118

(5)

dari segi pekerjaannya yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang memperlihatkan jenis pekerjaan yang dimiliki masyarakat Sipispis.

Tabel 2: Jenis-jenis Pekerjaan yang dimiliki Masyarakat Kecamatan Sipispis

PNS TNI/P

Data tentang pekerjaan ini dapat memperlihatkan bahwa pekerjaan yang tidak membutuhkan pengetahuan atau syarat-syarat tertentu sangat mendominasi karena hanya membutuhkan tenagan sebagai modal utama dalam melakukan pekerjaan. Jenis pekerjaan yang didominasi petani memang menuntut keluarga hanya memiliki waktu sedikit untuk berkumpul di rumah karena orang tua hanya akan memiliki waktu lebih banyak untuk bekerja di kebunnya dan dapat dikatakan rumah hanya menjadi tempat tidur dan istirahat.

(6)

Gambar 1 : Peta Kecamatan Sipispis

(7)

3.2.1 Letak Geografis

Kecamatan Sipispis adalah salah satu dari 17 kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang wilayahnya mempunyai luas 145.259 km2 dimana terdapat 20 desa didalamnya. Kecamatan Sipispis berjarak sekitar 51 km dari ibukota kabupaten dan berjarak 30 km dari kota terdekat yaitu Tebing Tinggi. Adapun yang menjadi batas-batas kecamatan Sipispis adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Dolok Masihul dan Kec. Tebing Tinggi

 Sebelah Selatan berbatasan dengan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Dolok Merawan dan Kec. Tebing Tinggi

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

Untuk setiap wilayah pedesaan di Kecamatan Sipispis, hampir semuanya dilalui oleh sungai-sungai baik itu sungai besar maupun sungai kecil. Hal tersebut dikarenakan karena Kecamatan Sipispis berada didaerah yang tidak jauh dengan perbukitan, hanya berjarak 10-15 km dengan pegunungan Bukit Barisan.

(8)

3.2.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Sipispis adalah 35.082 jiwa, dimana dari luas kecamatan yaitu 145.259 km2

Dalam melihat seperti apa kualitas kehidupan penduduk, sebenarnya dapat dilihat dari seperti apa tempat tinggalnya, walau tidak dapat menjamin kebahagiaan dan tingkat kecukupannya sehari-hari. Namun secara sekilas, rumah atau tempat tinggal akan jadi penilaian sederhana seseorang terhadap orang lain. Wilayah Kecamatan Sipispis ada 4 jenis bangunan rumah yang dimiliki masyarakatnya yang diklasifikasikan menjadi rumah permanen, rumah semi permanen, bukan permanen, dan darurat. Untuk rumah jenis rumah atau bangunan

permanen ada sekitar 2.386, semi permanen ada 2.049, bukan permanen ada

sekitar 2.245, sedangkan yang darurat berjumlah 335. Melihat dari jumlah bangunannya, Kecamatan Sipispis sebenarnya bukanlah kecamatan yang terlalu tertinggal secara bangunan atau tempat tinggal yang juga dapat menjadi acuan bagaimana tingkat ekonominya.

(9)

Agama menjadi pedoman hampir semua masyarakat di negara ini, hampir tidak ada lapisan masyarakat yang mengatakan bahwa Agama itu tidak penting. Dalam kehidupan sosial, agama juga dapat diartikan sebagai kontrol bagi masyarakat yang menganut Agama tertentu. Untuk Kecamatan Sipispis, dari 5 Agama yang diakui di negara ini hanya ada 3 Agama yang dianut oleh masyarakat Sipispis yaitu Islam, Protestan, dan Katolik. Jika dilihat dari jumlah pemeluknya, islam menjadi agama dominan yang dianut masyarakat Kecamatan Sipispis dimana dari 35.082 jumlah penduduknya, ada 30.666 jiwa yang menganut Agama Islam, disusul dengan Protestan sebanyak 4.028 jiwa pemeluk, dan Katolik sebanyak 489 jiwa pemeluk. Agama menjadi hal yang harus dijunjung tinggi kehormatannya dan senantiasa dirayakan setiap hari besarnya sehingga Agama akan sangat berpeengaruh terhadap pola perilaku masyarakat di daerah pedesaan ( BPS Kab. Serdang Bedagai 2012).

3.2.3 Fasilitas Pendidikan

(10)

memiliki total pengajar atau guru di Sekolah Dasar sebanyak 318 orang dimana ada 135 guru laki-laki dan 183 guru perempuan. Sedangkan untuk jumlah murid Sekolah Dasar yang ada mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI ada 3.973 siswa. Dalam pembagiannya, kelas I berjumlah 711 siswa, kelas II 613 siswa, kelas III 681 siswa, kelas IV 677 siswa, kelas V 657 siswa, dan kelas VI berjumlah 634 siswa. Dan jika dirata-ratakan, setiap Sekolah Dasar memilki sekitar 113 siswa.

(11)

untuk kelas IX berjumlah 167 siswa. Jadi secara keseluruhan jumlah siswa yang sedang melakukan pendidikan dijenjang Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Sipispis mencapai 1.137 siswa. Namun tidak hanya yang umum, namun ada juga Madrasah Tsanawiyah yang sejajar dengan Sekolah Menengah Pertama. Di Kecamatan Sipispis sendiri terdapat 3 Madrasah Tsanawiyah dengan jumlah siswa sebanyak 592 siswa yang telah di akumulasikan kedalam tiga kelas. Untuk kelas VII jumlah siswanya adalah 232 siswa, kelas VIII sebanyak 189 siswa, dan kelas IX adalah 172 siswa.

(12)

mencapai 604 orang yang terbagi kedalam tiga kelas, yaitu kelas X sebanyak 194 siswa, kelas XI 193 siswa, dan kelas XII berjumlah 217 siswa. Sedangkan untuk Sekolah Mengah Kejuruan terdapat 339 siswa yang terbagi kedalam tiga kelas, kelas X berjumlah 137 siswa, kelas XI 151 siswa, sedangkan kelas XII berjumlah 167 siswa. dari jumlah yang ada, berarti jumlah keseluruhan SMA dan SMK yang ada di Kecamatan Sipispis berjumlah 943 siswa. Sama halnya dengan Madrasah Tsanawiyah untuk yang setingkat dengan SMP, yang setingkat dengan SMA dan SMK juga ada yaitu Madrasah Aliyah. Kecamatan Sipispis memiliki 2 Madrasah Aliyah dengan total siswanya sebanyak 157 siswa yang dibagi kedalam 3 kelas. 53 siswa untuk kelas X, 60 orang siswa untuk kelas XI, dan untuk kelas XII berjumlah 44 siswa.

3.2.4 Fasilitas Kesehatan

Dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat, maka harus ada fasilitas kesehatan yang benar-benar memadai. Tidak hanya fasilitas kesehatan, pelaku kesehatan juga harus ada dan berimbang dengan fasilitas kesehatan yang ada. Dalam banyak kejadian atau kasus di bidang kesehatan, peran para pelaku kesahatan dan fungsi dari sarana kesehatan sangat di perlukan, baik sebagai pemberi solusi dari apa yang terjadi, atau menjadi penggerak sebagai upaya pencegahan agar kasus yang terjadi tidak terulang kembali di masa depan.

(13)

kesehatan, Kecamatan Sipispis dapat dikatakan berkecukupan untuk hal memiliki tenaga Bidan atau Perawat. Sipispis sebagai sebuah kecamatan memiliki 64 orang Bidan dan Perawat yang terbagi di semua wilayah kecamatan dan keinginan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya dibidang Kesehatan khususnya Bidan dan Perawat. Selain tenaga kesehatan Modern, Kecamatan Sipispis juga memiliki tenaga kesehatan tradisional khususnya Dukun Bayi. Ada 24 Dukun Bayi yang terdata di Kecamtan Sipispis.

3.2.5 Fasilitas Agama

Agama sebagai kontrol dalam keseharian masyarakat selain tentunya hukum yang mengiringi. Dalam kehidupan sehari-hari, agama dapat difungsikan sebagai alat kekerabatan sesama masyarakat. Banyak kegiatan agama yang dilakukan masyarat sebagai cerminan dari kerukunan. Setiap pemeluk agama di Kecamatan Sipispis memiliki ckegiatan keagamaan perminggunya yang terus berjalan sebagai sarana silaturahmi sesama pemeluk agama. Untuk agama islam, kegiatan mingguan yang senantiasa dilakukan adalah Wirid atau pengajian yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Kegiatan ini dilakukan kamis malam untuk laki-laki dan jum’at siang untuk perempuan. Sedangkan protestan dan katolik juga demikian dimana setian hari minggu mereka melakukan kegiatan Partonggoan yang dilakukan setiap hari minggu selepas mereka melakukan kegiatan Ibadah Minggu.

(14)

agama Islam menjadi agama mayoritas, namun tidak ada kesulitan atau hambatan bagi agama diluar Islam untuk mendirikan tempat Ibadah seperti halnya Protestan dan Katolik. Dari ketiga agama yang dipeluk masyarakat Kecamatan Sipispis ada 139 tempat ibadah yang berdiri. Untuk Gereja, Kecamatan Sipispis memiliki 35 bangunan Gereja. Sedangkan Mesjid berjumlah 69 unit bangunan dan sisanya adalah Bangunan Musholla sebanyak 35 unit bangunan. Semua bangunan tersebar merata di semua desa yang ada di Kecamatan Sipispis.

3.2.6. Gambaran Kehidupan Masyarakat Sipispis a. Mata Pencaharian Masyarakat Sipispis

(15)

b. Pemanfaatan Lahan Yang Dilakukan Masyarakat Sipispis Dengan luas yang mencapai ± 145.259 km2

Dari survei yang dilakukan oleh BPS Serdang Bedagai pada tahun 2012 lalu tentang luas tanaman perkebunan besar dengan perkebunan rakyat dan penggunaan lahan di Kecamatan Sipispis, ditemukan bahwa lahan PTPN III mendominasi penggunaan lahan di Kecamtan Sipispis. Untuk jenis tanamannya, Perkebunan ini mengutamakan untuk menanam Karet dan Sawit sebagai unggulan. Lahan yang digunakan PTPN III di Kecamatan Sipispis seluas 9.312 Ha.

dengan jumlah rumah tangga sebanyak 8.734, dapat dipastikan bahwa masih sangat banyak lahan yang tidak kosong atau tidak berdiri didalamnya bangunan. Dalam penggunaan lahan di Kecamatan Sipispis, sekitar 430 Ha diperuntukkan sebagai perumahan masyarakat. Sedangkan lahan yang digunakna sebagai daerah persawahan seluas 346 Ha, dan untuk perkebunan darat mendominasi penggunaan lahan di Kecamatan Sipispis. Ada sekitar 16.571 Ha lahan yang digunakan sebagai perkebunan atau pertanian darat.

(16)

besar masyarakat Sipispis baik bagi pemiliki kebun atau yang bekerja di kebun orang lain. Selain itu masih ada komoditi lainnya, seperti Kelapa yang ada seluas 26 Ha, tanaman Pisang seluas 349 Ha, dan perkebunan Durian seluas 40 Ha.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuanyang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat dicerikan pada orang lain (Moleong,2010;248). Dari ketentuan tersebut, dipahami bahwa Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan secara tepat sebagai subjek penelitian. Sedangkan yang menjadi Unit analisis dari penelitian ini adalah semua remaja yang mengalami kejadian hamil diluar nikah yang ada di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.

3.3.2 Informan

(17)

a) Informan Kunci

Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah para remaja yang mengalami kejadian hamil diluar nikah yang dimana hal tersebut terjadi ketika remaja yang dimaksud masih dalam kondisi sebagai pelajar aktif. Adapun pelajar yang dimaksud disini adalah pelajar SMA di Kecamatan Sipispis. Dalam hal ini, adanya 3 orang remaja yang terindikasi telah hamil diluar nikah bagaimana telah dijelaskan didalam latar belakang, serta 9 remaja yang telah mengalami atau melakukan hubungan seks pranikah dan dikeluarkan dari sekolah. Selain sisiwa yang terlibat, para bidan, orang tua, dan guru juga menjadi informan kunci dalam hal informasi tertentu yang dicari atau dubutuhkan oleh peneliti. Untuk informan kunci tidak hanya 12 remaja yang telah disebutkan, namun akan ada perkembangan bersamaan dengan penelitian yang dilakukan. Untuk jenis pertanyaan yang diajukan, informan kunci akan dapat pertanyaan yang jauh berbeda dengan informan biasa dimana pertanyaan akan lebih mendasar tentang judul penelitian.

b) Informan Biasa

(18)

yang dilakukan. Adapun yang menjadi informan kunci dan informan biasa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

Informan Kunci:

1. Ina Sari Menda Purba

Anak pertama dari 5 bersaudara, lahir dari keluarga yang sederhana dengan penghasilan orang tua sekitar Rp. 2.000.000,-/bulan. Lahir di Desa Sipispis 16 Mei 1994 sebagai anak pertama dan sebenarnya semua kebutuhan dapat dipenuhi oleh orang tua walau pun tidak terlalu berlebihan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menegah Atas tepatnya di SMA Negeri 1 Sipispis. Namun Ina enggan mengungkapkan apakah dia sempat lulus atau tidak saat SMA.

2. Sri Indah Yani

Lahir di Desa Sipispis 27 Februari 1994. Merupakan anak kedua dari Empat bersaudara. Orang tua bekerja sebagai Wiraswasta dan memiliki penghasilan sekitar Rp. 3.500.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas.

3. Siska Aulia

(19)

4. Kurni

Lahir di Desa Bartong sekitar tanggal 15 Juni 1992 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara. Status keluarga (orang tua) bercerai/berpisah dimana orangtua memiliki penghasilan sekitar Rp. 700.000,-/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan tidak sampai menyelesaikan Sekolahnya.

5. Amalia

Lahir di Desa Sindaraya pada tanggal 28 Januari 1993 anak kedua dari enam bersaudara. Satatus keluarga utuh dan tidak bercerai. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama dan tidak lulus. Pekerjaan orang tua sebagai petani dengan penghasilan sebesar Rp. 500.000,-/bulan.

6. Dewi Putri Handayani

Anak kedua dari dua bersaudara. Lahir di Desa Marjanji pada tanggal 11 Februari 1988 dan memiliki keluarga yang utuh. Orang tua bekerja sebagai petani dengan penghasilan perbulannya tidak dapat dirincikan karena tidak menentu. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama.

7. Helly Hasibuan

(20)

anak pertama dari empat bersaudara dengan keluarga yang masih utuh. Dengan pekerjaan orang tua sebagai petani dengan penghasilan sekitar Rp. 1.500.000’-/bulan.

8. Leni Widya Sinaga

Lahir di Desa Serbanati pada tanggal 08 November 1995. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Pertama dan tidak sampai lulus. Orang tua bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan sebesar ± Rp. 1.500.000,-/bulan. Usia dari saudara terkecilnya adalah sekitar tiga tahun.

9. Rika Lestari Sinaga

Lahir di Desa Marjanji pada tanggal 2 Agustus 1994. Merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pendidikan terakhir adalah sempat melanjutkan pendidikan kedunia perkuliahan namun harus terhenti karena kasus yang terjadi. Orang tua bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan sekitar Rp. 3.000.000,-/bulannya.

10. Rina Aryani

(21)

11. Diani Lita

Besar bersama keluarga yang sudah berpisah karena kedua orang tua memilih bercerai. Lahir di Desa Buluh Duri 04 Juli 1995 dan merupakan anak pertama dari empat berdaudara. Orang tua bekerja sebagai petani dengan penghasilan Rp. 1.750.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas dan tidak sempat lulus.

12. Rita Nasution

Lahir di Desa Rimbun 12 Februari 1994 dengan keluarga yang utuh. Anak kedua dari empat bersaudara. Orang tua bekerja sebagai sebagai petani dengan penghasilan yang tidak menentu perbulannya antara Rp. 700.000 – 1.000.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas dan tidak sempat lulus.

13. Niar Asriani Sinaga

(22)

Informan Biasa

Orang Tua

14. Warno

Tinggal di Desa Buluh Duri 16 April 1967. Bekerja sebagai petani dengan jumlah anak yang dimilki adalah tiga orang anak. Menikah sekitar tahun 1988 dan memiliki penghasilan sekitar Rp. 2.500.000/bulan. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama dan tidak lulus.

15. Obantoru Purba

Tidak dapat menjelaskan beliau lahir dimana dan tanggal berapa. Memiliki jumlah anak empat orang dan bekerja sebagai petani dengan penghasilan sekitar Rp. 1.500.000 /bulan. Menikah sekitar tahun 1989an. Pendidikan terakhir adalah sekolah dasar.

16. Ramlan Nasution

Tempat dan tanggal lahirnya di Rimbun 12 November 1965. Bekerja sebagai petani dan memiliki anak berjumlah tiga orang dengan penghasilan sekitar Rp.2000.000/bulan. Dan untuk tahun menikahnya tidak dapat dipastikan oleh beliau. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Dasar.

17. Sukiran.

Lahir di Desa Tinokkah tanggal 26 Maret 1968 dengan pekerjaan sebagai Karyawan di perkebunan dengan penghasilan diatas Rp.2.000.000/bulan. Pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Atas. Jumlah anak adalah empat orang.

(23)

18. Melda Purba

Membuka praktek perbidanan mulai 2010 di desa serbananti dan lulus dari pendidikan kebidanan sekitar tahun2007.

19. Rosnim Saragih

Lulus dari kebidanan sejak 1995 dan sudah sangat lama membuka praktek kebidanan di rumahnya sendiri. Memiliki seorang anak dan tempat praktek yang sederhana namun cukup untuk sekedar periksa dan obat-obatan yang seadanya. Saat ini memiliki status sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan berkantor dipuskesmas Kecamatan Sipispis.

20. Fitria Damanik.

Memiliki Ahli Madya Kebidanan sejak 6 tahun yang lalu dan mencoba membuka praktek kebidanan di desa rimbun. Klinik sederhana namun menjadi pilihan para ibu-ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian akan ditemukan data yang di bagikan menjadi dua bagian data yaitu;

3.4.1. Data primer

(24)

• Observasi merupakan sebuah proses pengamatan terhadap situasi dan kondisi serta lokasi yang akan diteiliti. Tahapan ini diperlukan sebagai langkah awal sebagai acuan melakukan penelitian. Proses atau tahapan ini juga dapat menjadikan salah satu refrensi bagi hasil penelitian kedepannya. Adapun hal yang aakan di observasi pada penelitian ini adalah mengenai atau melihat seperti apa perilaku remaja dipedesaan jika dilihat dari kasat mata. Tidak hanya tingkah laku remaja yang jadi sasaran observasi, namun lokasi penelitian seperti tempat tinggal remaja, sekolah, dan lingkungan pertemanannya juga tidak luput dari dari observasi yang akan dilakukan. Akan banyak observasi yang dilakukan, namun yang utama adalah observasi di beberapa desa di Kecamatan Sipispis dilanjutkan dengan salah satu desa yeng dipilih diluar Kecamatan Sipispis namun tetap dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Selain hal yang berkaitan dengan remaja, fasilitas-fasilitas yang menunjang kesehatan dan pola perilaku para remaja akan menjadi objek untuk observasi misalnya Puskesmas atau fasilitas kesehatan, kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan pihak sekolah. Observasi bersifat memberi pemahaman awal tentang kondisi lapangan yang akan diteliti.

(25)

wawancara mendalam ini. Untuk menghindari kesalahan dalam menyusun hasil wawancara ini ada baiknya disiapkan alat perekam sembari catatan kecil sebagai sarana pendukung dalam melakukan wawancara. Dalam melakukan wawancara diupayakan tidak akan bertele-tele naamun juga tidak terkesan cepat sehingga responden tidak merasa jenuh dengan pertanyaan yang diajukan peneliti. Adapun wawancara yang dilakukan menggunakan beberapa metode yaitu dengan menawarkan draft pertanyaan yang dapat diisi dengan diselingi wawancar yang akan membantu dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan.

3.4.2. Data sekunder.

(26)

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan. Data-data yang telah di kumpulkan pun diklasifikasikan menjadi bagian-bagian tertentu dan ditelaah sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian sehingga menjadi sebuah laporam hasil penelitian yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Data diharapkan didapat dari Dua kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan kecamatan Sipispis menjadi lokasi yang diprioritaskan sebagai lokasi utama penelitian.

3.6. Keterbatasan Penelitian

(27)

juga ditemukan kesulitan terlebih ketika meminta data tentang kelahiran dan usia kehamilan kepada PUSKESMAS Kecamatan Sipispis. PUSKESMAS ini terkesan tidak terbuka tentang data yang dimiliki, namun menurut peneliti bahwa memang PUSESMAS ini tidak memiliki data tentang hal yang dibutuhkan karena kinerja PUSKESMAS ini memang patut dipertanyakan.

3.7. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal

6 Penelitian Ke Lapangan

7 Pengumpulan dan Analisis Data

8 Bimbingan Skripsi

9 Penulisan Laporan Akhir

(28)

BAB IV Intepretasi Data

4.1. Konsep Pacaran Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah

Keberadaan pasangan dalam keseharian para remaja dianggap penting oleh beberapa remaja yang menjadi responden. Banyak cara berpacaran yang telah dijelaskan para remaja, banyak juga tingkatan-tingkatan yang harus dilalui para remaja dalam berpacaran dimana dari tingkatan itulah di temui cara-cara seperti apa dalam berpacaran yang diinginkan. Manusia sebagai makhluk sosial mengharuskan mereka hidup berdampingan dengan manusia lainnya.

Jokie (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga konsep yang tidak bisa dilepaskan bila membicarakan manusia dalam hubungannya dengan masyarakat (sosial), yaitu interaksi sosial, proses sosial, dan produk sosial. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam masyarakat, individu melakukan interaksi dengan individu lainnya. Selama interaksi tersebut belangsung, terjadi terjadi mekanisme yang dinamakan sebagai Proses Sosial. Kemudian pada akhirnya proses sosial ini akan melahirkan Produk Sosial yang dikenal sebagai Norma. Dari penjelasan tersebut dipahami bahwa individu memeng akan selalu melakukan hubungan sosial. Begitu halnya dengan para remaja yang cenderung memang menjadi makhluk sosial yang sangat aktif baik dilingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah.

(29)

tempat mereka bertemu, cara mereka bertemu. Berikut dijelaskan dalam foto tempat yang biasa dikunjungi para remaja di Kecamatan Sipispis sebagai tempat berpacaran dan menhhabiskan waktu untuk bersama.

Gambar 2: Lokasi perkebunan yang biasa digunakan remaja untuk bertemu.

(30)

haari untuk mereka lalui bersama pasangannya. Rasa takut akan hal-hal tertentu mereka kesampingkan agar bisa berdua bersama pasangannya di tempat ini. Hanya satu yang mereka takuti jika sedang berada ditempat ini yaitu Hansip atau keamanan perkebunan yang sewaktu-waktu bisa hadir untuk melakukan patroli. Walaupun tidak hanya malam hari tempat ini dikunjungi tetapi juga siang hari, namun ada perbedaan cara berpacaran yang mereka lakukan antara malam hari dan siang hari. Paling tidak itulah yang menurut salah satu responden.

(31)

Tabel 3: Konsep Pacaran Bagi Remaja Hamil Di Luar Nikah

Informan Tempat Pacaran

Lama Pacaran

Usia Pacar Hal Minimal

Dilakukan Ketika

(32)

penting walau pun masih duduk di Sekolah Menengah Pertama baik itu sebagai status dalam bergaul atau pun sebagai tempat berbagi. Tidak jarang pacar mereka menemui ditempat-tempat yang tidak jauh dari sekolah mereka dengan maksud agar bisa mengantar pulang dan bisa punya kesempatan untuk berdua. Sederhananya para remaja dapat memanfaatkan waktu kebersamaan mereka yang sedikit dengan membuat kesan diantara mereka dengan waktu yang sedikit tersebut mulai dengan berpelukan, berciuman atau sedikit bercumbu yang dimana apa yang mereka lakukan ini akan menjadi salah satu bahan cerita mereka ketika melakukan komunikasi dengan HandPhone.

Gambar 3: Perkebunan karet dan sawit yang biasa dijadikan tempat Pacaran

(33)

orang tua mengatakan hal ini menjadi sebuah ketakutan bagi para orang tua. Keterbatasan waktu dan kesempatan menjadikan para orang tua tidak bisa selamanya memberikan pperhatian dan kontrol secara terus-menerus kepada remaja mereka. Seperti halnya yang dikatakan pak Warno (47) dimana beliau memang merasa sangat terbatas secara waktu untuk mengawasi remajanya. Beliau mengatakan bahwa sedikit banyaknya ia merasa bersalah dengan apa yang dilakukan remajanya. Meskipun beliau telah melakukan apa yang memang harus dilakukan sebagai orang tua, namun beliau pun masih merasa kurang baik. Secara fasilitas pendidikan memang hampir tidak ada yang kurang apa yang telah diberikan Pak Warno kepada remajanya, namun Pak Warno tetap meresa kurang dalam memberikan perhatian. Yang lebih menyedihkan menurut pak Warno, hal itu disadarinya setelah terjadi kasus pada remajanya.

(34)

kepada anaknya pun hanya seadanya dan tidak sampai melukai perasaan anaknya. Namun walaupun demikian, sebaik-baiknya orang tua mendidik anaknya semuanya akan kembali ke anak itu sendiri. Seperti apa dia membawakan dirinya terhadap lingkungannya. Itulah yang dijelaskan oleh Bapak Obantoru Purba kepada peneliti. Begitu banyak penjelasan beliau tentang remajanya, namun beliau tetap menyesali apa yang telah dilakukan anaknya. Beliau pun mengaku bahwa sampai saat ini belum terlalu siap dengan apa yang terjadi dengan anaknya. Buruknya tingkat komunikasi anak dengan orang tua dan difasilitasinya anak dengan Hp untuk mempermudah arus informasi yang didapat remaja menjadikan remaja tidak terlalu membutuhkan keberadaan keluarga. Berikut adalah tabel sederhana tentang apa yang akan dilakukan para remaja ketika tidak melakukan komunikasi dengan pacarnya.

4.2. Usia Pertama Pacaran

(35)

dapat dilihat pada tabel 4 dimana di tabel ini telah di bagi bagian-bagian usia pertama pacaran yang dilakukan remaja hamil di luar nikah.

Tabel 4: Usia Pertama Pacaran Pada Remaja Di Luar Nikah

Umur Pacaran Jumlah

1-3 Orang 4-6 0rang 7-9 Orang 10-13 Orang

11-13 tahun 1orang - - -

14-16 tahun - - - 10 orang

17-19 tahun - - 1 orang -

20-22 tahun - - - -

Lainnya 1 orang - - -

(36)

Leni (19) mengatakan bahwa ia pertama kali berpacaran adalah pada usia 14 tahun dimana pacar pertamanya memiliki usia lebih tua darinya. Ia mengatakan memilih pacar yang lebih tua karena menurutnya usia menentukan hubungan yang dia bangun. Karena usia sangat menetukan pengalaman dan menurutnya semakin lebih tua pacarnya akan lebih bisa mengarahkan kehubungan yang lebih baik. Untuk lebih dipahami pada usia 14 tahun menurut Leni usia yang lebih tua menurutnya adalah sekitar usia 15-17 tahun dimana ini juga menjadi usia yang masih sangat labil bagi seorang remaja laki-laki. Usia 14 tahu adalah dimana pada usia itu ia masih berada di bangku Sekolah Menengah Pertama yang jelas sangat masih muda terlebih hal tersebut terjadi di pedesaan dan usia 15-17 tahun adalah usia yang juga rawan dalam terjadinya kenakalan pada remaja.

(37)

Tidak adanya perbedaan yang menonjol antara desa dan kota dalam mendapatkan sumber informasi seperti internet, televisi, dan komunikasi. Hal ini jugalah yang mendorong para remaja lebih aktif mengakses semua informasi yang mereka cari dan butuhkan. Warung internet yang mulai tumbuh di daerah pedesaan, fitur Handphone yang semakin maju, tayangan Televisi yang beragam manjadikan para remaja seakan tidak membutuhkan orang lain dalam hal mendapatkan informasi. Itulah yang di paparkan oleh Ina Sari (19) saat ditanya persoalan pemahamannya tentang pacaran.

Dari 13 orang responden remaja yang mengalami kehamilan diluar nikah memang hampir sama dalam pemilihan kriteria pacar yang mereka inginkan. Dalam hal usia, hampir seluruhnya sama untuk mamiliki pacar sedikit lebih tua dari mereka. Ini akan menjadi jalan lain dari terjadinya kehamilan diluar nikah. Remaja SMP cenderung ingin memiliki pacar dari anak SMA, sedangkan anak SMA selalu mencari pacar yang sudah diatas mereka baik itu secara kelas atau pun statusnya bisa dari yang telah bekerja maupun yang kuliah.

(38)

dikatakan Pak Ngatiman (46) yang anak ketiganya mengalami hal ini. Namun ada juga orang tua yang mengatakan bahwa ini adalah dampak dari sitem pendidikan yang salah karena kurangnya pendidikan moral, namun Pak Warno (50) juga melihat bahwa semua juga berperan dalam banyaknya fenomena kehamilan diluar nikah ini, mulai dari kurangnya kegiatan remaja dalam hal keagamaan, kreatifitas, dan lain sebagainya.

Dampak dari pergaulan yang begitu tidak terkontrol ini memang sangat negatif berupa keadaan yang tidak satu pun orang yang menginginkannya terutama orang tua. Orang tua harus menanggung bertumpuk masalah akibat dari apa yang terjadi pada anaknya mulai dari rasa malu, sakit hati, kecewa, sedih, dan harus mengubur mimpinya untuk memiliki anak yang berprestasi secara pendidikan dan mampu kuliah dan membanggakan orang tuanya.

(39)

ingin menikahkan anaknya yang mengalami kasus hamil di luar nikah. Namun sejauh observasi yang dilakukan, hanya satu kasus inilah yang penanggulangan kehamilannya dilakukan dengan cara menjauhkan pelakunya dari lingkungan tempat tinggalnya. Dan untuk yang menggugurkan kehamilan, ini tidak ada di temukan kasusnya. Walau pun sangat minim pengetahuan tentang kehamilan karena usia yang masih sangat belia, namun kebanyakan dari mereka memilih untuk tetap menjalankan kehamilannya dan melahirkan anak mereka.

4.3. Pengetahuan Seksual Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah

(40)

Gambar 5: Perkebunan yang biasa digunakan untuk tempat berduaan

(41)

memberikan pengaruh positif dalam hal kecepatan informasi yang diterima, namun dari hal lain tidak sedikit pengaruh negatif yang diberikan, mulai dari informasi yang salah, ataupun pemahaman yang salah dari informasi yang diterima. Proses dari pengetahuan remaja dapat dilihat secara mudah pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 5: Pengetahuan Seksual Pada Remaja Hamil Di Luar Nikah

Jumlah Informan Sumber Informasi

Media Cetak

Internet Televisi Guru Orang tua

(42)

mulai dari bagaimana mereka berpacaran, seperti apa mereka memperlakukan pasangan mereka, tempat-tempat seperti apa yang mereka jadikan tempat berpacaran dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi apa yang ditiru para remaja.

Mudah ditemukan adanya tempat untuk meniru adegan-adegan yang mereka lihat di media seperti tempat wisata yang dapat dilihat dalam foto menjadikan kemungkinan akan terjadinya hubungan seks di luar nikah lebih besar. Memang ada tarif untuk tempat seperti itu dimana persatu tempat yang berukuran 1x1 meter ini dihargai sebesar Rp 5.000-Rp 10.000 sekali pakainya. Sama halnya dengan Gambar 2 yang juga bertarif dalam pemakaiannya, bedanya jika gambar 2 lebih tersendiri sedangkan gambar berikut ini lebih dekat dengan warung-warung yang ada dengan dagangan yang bervariasi mulai dari makanan hingga minuman sehingga ada alasan remaja untuk berada ditempat ini. Pemilik tempat ini pun terkesan memang menyediakan tempat ini sebagai salah satu bentuk cara mereka mencari pelanggan untuk tempat mereka.

(43)

Gambar 6: Fasilitas yang diberika Tempat Wisata yang ada di Kecamatan Sipispis

(44)

4.4. Keresahan Remaja Hamil Di Luar Nikah

(45)

dapat mendorong mereka melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan baik bagi remaja maupun bagi keluarganya. Namun apapun kerugiannya, para remaja itu tidak akan terlalu memikirkan itu karen mereka hanya berpikir tentang bagai mana masalah yang mereka alami tidak menjadi pikiran mereka. Keresahan remaja hamil di luar nikah dapat dilihat pada tabel 5 berikut;

Tabel 6 : Keresahan Remaja Hamil Di Luar Nikah

No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah

(46)

kepada orang tuanya. Keresahan ini lebih diakibatkan ketakutan terhadap apa yang akan terjadi kepada orang tua mereka seperti halnya yang ada di tabel.

Dari 4 keresahan yang coba dipertanyakan kepada remaja, Leni (19) menjelaskan semua hal yang disebutkan adalah semua ketakutan yang ada dalam pikirannya ketika kejadian tersebut datang padanya. Akan menjadi sebuah dilema apakah akan memberitahukan apa yang akan dialaminya atau hanya didiamkan saja untuk menghidari katakutannya tersebut. Namun ia mengaku bahwa keadaan memaksanya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Leni, sebenarnya ia memiliki 2 pilihan untuk kadaannya saat itu yaitu antara menggugurkannya atau memberitahu kepada orang tuanya dengan semua resiko yang ada. Namun untuk pilihan pertama ia mengaku tidak tahu harus melakukannya dimana dan lebih besar rasa takutnya melakukan hal tersebut, satu sisi ia menyadari usianya yang masih sangat muda dan masih sangat tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya.

(47)

beliau mengaku sangat terpukul dan tidak tahu harus berbuat apa-apa dan semua urusan dia serahkan pada anak sulungnya. Walau merupakan aib, menurutnya cukup banyak pelajaran yang ia dapat dari kejadian ini terlebih dalam hal memperlakukan anak. Walau mengaku sebagai orang tua yang cukup ketat kepada anak, namun menurutnya itu saja tidak cukup karena ada hal-hal yang memang dapat diberikan orang tua kepada anaknya. Ketika ditanya masalah memberikan palajaran Seksual kepada remajanya, beliau berpendapat bahwa keluaganya tidak pernah membicarakan hal itu dalam keseharian mereka. Terlalu aneh membicarakan hal demikian kepada anaknya. Itulah menurut Pak Ramlan.

4.5. Tanggapan Orang Tua Dan Masyarakat Yang Mengetahui Anaknya Hamil Di Luar Nikah

(48)

melihat bahwa semua juga berperan dalam banyaknya fenomena kehamilan diluar nikah ini, mulai dari kurangnya kegiatan remaja dalam hal keagamaan, kreatifitas, dan lain sebagainya.

Dampak dari pergaulan yang begitu tidak terkontrol ini memang sangat negatif berupa keadaan yang tidak satu pun orang yang menginginkannya terutama orang tua. Orang tua harus menanggung bertumpuk masalah akibat dari apa yang terjadi pada anaknya mulai dari rasa malu, sakit hati, kecewa, sedih, dan harus mengubur mimpinya untuk memiliki anak yang berprestasi secara pendidikan dan mampu kuliah dan membanggakan orang tuanya.

(49)

tempat tinggalnya. Dan untuk yang menggugurkan kehamilan, ini tidak ada di temukan kasusnya. Walau pun sangat minim pengetahuan tentang kehamilan karena usia yang masih sangat belia, namun kebanyakan dari mereka memilih untuk tetap menjalankan kehamilannya dan melahirkan anak mereka.

(50)

Tabel 7 : Tanggapan Orang Tua Dan Masyarakat Yang Mengetahui Anaknya Hamil Di Luar Nikah.

Pertanyaan Jawaban Pilihan

Responden

Apakah merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada anak anda?

Ya Tidak Y Y Y Y

Apakah melarang anak punya pacar? Ya Tidak Y Y Y Y

Adakah rasa malu pada tetangga atau keluarga besar?

Ya Tidak Y Y Y Y

Adakah campur tangan orang tua ketika anaknya yang hamil di luar nikah telah berumah tangga?

Ya Tidak T T Y Y

(51)

luar nikah. Responden dalam tabel ini adalah angka 1 sampai 4 dimana jawaban mereka adalah telah tersedia dalam pilihan. Dari tabel ini dilihat bagi mana tanggapan dan tindakan orang tua jika anaknya mengalami kejadian hamil di luar nikah.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa orang tua sangat kecewa kepada remaja yang mengalami hal tersebut namun tetap memberikan jalan keluar walaupun sulit. Menikahkan remajanya adalah pilihan terbaik bagi para orang tua. walaupun sebenarnya tidak mengurangi pembicaraan orang tentang keadaan anak mereka, namun paling tidak menghindari stres pda anaknya dan rasa malu yang lebih besar dengan lahirnya seorang anak namun tidak diketahui siapa ayahnya. Mengenai pesan yang diberikan orang tuanya ketika berumah tangga, tidak semua mendapatkan hal itu dari orang tuanya. Beberapa responden mengaku ada orang tua yang menjadi dingin terhadap mereka dalam artian tidak mau perduli lagi dan tidak lagi mencampuri kehidupannya secara langsung. Dan dari pesan yang diberikan orang tua,

4.6. Bidan dan Penanganan Remaja Hamil Di Luar Nikah

(52)

Rosnim dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan baik kepada remajanya atau pun kepada anak yang dikandungnya. .

Tabel 8: Bidan dan Penanganan Remaja Hamil Di Luar Nikah

Responden Bidan Kemudahan/Kesulitan Menghadapi Ibu Hamil Berdasarkan Usia

16-19 Tahun 20-24 Tahun

B 1 Sangat tidak paham tentang

kehamilan dan rentan dengan kegagalan dalam melahirkan anak yang sehat

Lebih menghadapi kehamilan dari faktor mental dan fisik

B 2 Agak kurang peduli dengan

kehamilan terlihat dengan

jarangnya melakukan pemeriksaan kehamilan

Pola hidupnya ketika mengandung lebih teratur karena memang melakukan persiapan menghadapi kehamilan

B 3 Terkesan kurang mengharapkan

kehamilannya sehingga terkesan hidup dengan apa adanya dan kurang peduli dengan Gizi kandungannya

Tidak sulit untuk diarahkan untuk tetap mengontrol kehamilan

(53)

BAB V

PENUTUP

5.1.KESIMPULAN

Pada dasarnya segala penyimpangan akan berujung pada sebuah keadaan yang tidak diinginkan. Menurut pandangan normatif penyimpangan adalah pelanggaran terhadap norma yang telah menjadistandart peenting, yang menurut Blake dan Davis (1964) sebagai “apa yang boleh dan tidak boleh dipikirkan, dikatakan, atau dilakukan dalam situasi tertentu”. Pelanggaran norma sering digambarkan sebagai reaksi atau saksi dari pengendalian sosial. Sanksi merupakanwujud tekanan dari masyarakat agar individu mematuhi norma. Norma tidak muncul begitu saja di dalam masyarakat melainkan norma tercipta, dijaga, dan disebarluaskan dari satu orang ke orang lainnyadalam masyarakat. Lebih jauh lagi, norma dan penyimpangan berhubungan langsung dengan struktur masyarakat.

(54)

menonton televisi. Ini menjadikan remaja menjadi sosok yang konsumtif akan hal-hal seperti itu.

Peran keluarga yang juga mulai minim serta adanya anggapan beberapa orang tua bahwa apa yang dilakukan remajanya merupan sesuatu yang wajar dan tidak perlu dilarang sehingga para remaja merasa mendapat angin kebebasan. Tidak aktifnya orang tua untuk bertanya kepada remajanya secara rutin tentang kesehariannya juga membuat dorongan pada diri remaja bahwa dia memang tidak diperdulikan. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Dewi (20) dimana ada kesan dalam dirinya jika memang orang tua itu tidak terlalu mau tahu apa yang dilakukan remajanya sehingga pasangannyalah yang menjadi tempat berbagi dari apa yang dialaminya. Itulah jika dilihat dari posisi orang tua dalam keseharian para remaja.

(55)

Apa yang dialami remaja hamil di luar nikah adalah fenomena yang terstruktur terjadinya mulai dari sistem pendidikan yang memang terlalu kaku dalam mengajarkan dan mensosialisasikan buruknya hamil di luar nikah terhadapp remaja, sampai orang tua yang memang hanya berperan sebagai orang tua yang memenuhi segala kebutuhan anak dan tidak bisa menjadi tempat berbagi untuk anaknya. Sedangkan dari fungsi pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas tidak pernah sama sekali memberikan sosialisasi tentang bahayanya kehamilan yang terjadi dibawah usia 20 tahun dan dari semua kondisi ini menjelaskan bahwa semua element berperan dalam semakin maraknya kejadian hamil di luar nikah. Kesalahan tidak hanya kesalahan perorang pada remaja, namun semua sistem yang meliputinya juga memberi andil dan perannya masing-masing dari maraknya kejadian ini.

5.2.SARAN

(56)

 Membuat kesepakatan antar warga untuk membuat semacam norma untuk mengatur semua tingkah laku remaja tanpa harus mengekang aktivitasnya.

 Memberikan atau menciptakan dan menggiatkan kembali kegiatan positif bagi para remaja untuk mengisi kesehariannya setelah sekolah. Untuk sekolah misalnya perkuat fungsi ektrakulikuler disekolah, untuk keagamaan memperkuat peran remaja mesjid bagi islam dan mudamudi gereja bagi kristen, dan dilingkungan tempat tinggal coba sibukkan dengan kegiatan olahraga atau organisasi kepemudaan. Semakin banyak kegiatan yang dikonsep secara menarik, akan menjadikan para remaja memiliki kesibukan dan akan melupakan hal-hal negatif.

 Orang tua, Guru, dan Puskesmas harus berkordinasi dalam memberikan sosialisasi serta pengetahuan seks juga memberitahu bahaya dari kehamilan di luar nikah terlebih di usia muda.

(57)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah

Ada banyak kejadian atau kasus kehamilan sebelum nikah pada remaja yang terjadi di Indonesia dimana dari tahun ketahun jumlahnya terus menerus meningkat dan terkesan sulit untuk dikendalikan. Terjadinya hal ini dikarenakan adanya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis mereka dimana ini didasari dari adanya perubahan fisik dan masa puber yang dialami para remaja. Dalam perjalanannya, remaja akan berusaha mencari peluang agar dapat melakukan hubungan yang dimana menurut mereka ini merupakan sebuah bentuk bukti dan komitmen dalam melakukan hubungan pacaran, mulai dari sentuhan fisik, bercumbu dan tidak jarang diakhiri dengan hubungan seks pranikah. Dalam fenomena yang terjadi, didapat banyak faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah yang berujung pada terjadinya hamil diluar nikah. Faktor tersebut diklasifikasikan kedalam dua jenis faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

 Faktor Internal

(58)

perkawinan. Faktor ini lebih kepada pengembangan diri dan adaptasi diri terhadapm situasi dan keadaan dilingkungan sekitarnya. Faktor internal sebenarnya cenderung kepada satu aspek yaitu masalah pengetahuan dan pemahaman remaja akan hal tersebut, dimana dalam faktor internal ini pengetahuan dan pemahaman remaja tentang hubungan seks pranikah merupakan aspek yang secara langsung mempengaruhi para remaja dalam melakukan hubungan hubungan seks pranikah yang berujung pada terjadinya hamil diluar nikah. Katidaktahuan dan ketidakpahaman remaja menyebabkan mereka menjadi penasaran dan cenderung ingin mencari tahu seperti apa sebenarnya hubungan seks tersebut. Sedangakan ketika mereka sudah tahu dan paham tentang hal tersebut, ini cenderung menyebabkan keinginan untuk mengulanginya kembali karena adanya ketagihan yang dirasakan remaja tanpa berpikir seperti apa resikonya kedepan.

 Faktor Eksternal

(59)

seorang remaja dengan anggota keluarga yang lain, akan jelas mempengaruhi sikap dan perilaku remaja di luar keluarganya dalam hal ini pergaulannya diluar keluarga. Semakin baik komunikasinya dengan keluarga, akan lebih sedikit kemungkinan seorang remaja itu mencari apa yang mereka sebut ketenangan diluar keluarga. Mereka akan cenderung menyelesaikan persoalan yang mereka alami bersama keluarga. Sebaliknya, semakin buruk komunikasi yang terjadi dalam keluarga, akan menyebabkan remaja itu mencari apa yang dapat menyelesaikan masalahnya diluar keluarga, bisa itu teman, atau pacar mereka yang dapat berujung kepada terjadinya hubungan seks pranikah itu sendiri (Ririn. Dkk, 2011).

(60)

2.2Peran Orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada remaja

Dalam pembahasan yang dilakukan Jumiatun menemukan fakta bahwa ternyata dari 327 responden yang pernal melakukan hubungan seks pranikah 3,1 % lebih beresiko mengalami KTD (kehamilan tidak diinginkan). Dalam penelitiannya juga dijelaskan bahwa kontrol terhadap anak saja tidak cukup, namun komunikasi yang baik juga harus dibangun. Ada 72,2% orang tua yang kurang terbuka jika berbicara tentang seks dan reproduksi, sedangkan yang kurang mengkomunikasikan tentang kesehatan reproduksi ada sekitar 70,9%, dan ada 63,6% orang tua yang tidak pernah mendiskusikan program televisi yang di tonton oleh remaja. Sedangkan dari intensitas komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja, ada 85% orang tua memberi tahukan kepada remaja hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, 79,5% orang tua memberitahukan batasan antara lawan jenis, namun ada 62,7% orang tua kurang berperan dalm penyelesaian masalah yang dihadapi oleh remaja. Kurangnya informasi yang didapat remaja dari orang tua menjadikan remaja cenderung mencari jawaban dari media yang ada. 71,6% remaja memilih media cetak majalah sebagai sumber informasi, 68,8% memilih koran, dan 50,5% memilih tabloid (Jumiatun, 2012).

(61)

Tidak dapat diingkari lagi bahwa keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datang ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal norma-norma di-nilai dar masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya. Norma atau nilai itu dijadikan bagian dari kepribadiannya. Maka kita dapat menyaksikan tindak-tanduk orang suku tertentu yang berbeda dari suku lainnya dan di dalam suku tertentu itupun pola perilaku orang yang berasal dari kelas sosial atas berbeda dari yang kelas sosial bawah. Demikian pula agama dan pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang. Semua itu pada hakikatnya ditimbulkan oleh norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga, yang diturunkan melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak-anak mereka secara turun-temurun. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang dianut oleh orang tua akhirnya juga dianut oleh remaja. Tidak mengherankan kalau ada pendapat bahwa segala sifat negatif yang ada pada anak sebenarnya ada pula pada orang tuanya (Jumiatun,2012).

(62)

ketenangan adalah lebih pentig dibanding sosok orang tua. Tanpa adanya fungsi kontrol dari peran orang tua menjadikan pengaruh dari teman sepermainan maupun pacarnya yang kurang baik akan dengan mudah untuk diterima tanpa harus ada yang melarang dimana ini menjadi fungsi dari orang tua.

Ketika hal memilih teman juga menjadi hal yang sangat menarik jika dilihat kaitannya dengan fenomena hamil diluar nikah. Adanya kecenderungan bahwa teman sebagai tempat curhat dan bercerita tentang pengalawan antara teman yang satu dengan yang lainnya. Tidak jarang seorang teman mempengaruhi temannya yang lain untuk melakukan hal yang diperbuatnya dengan pacarnya dimana dalam hal ini hubungan sex pra nikah. Sedikit banyaknya teman tempatnya bercerita akan terpengaruh dan dan timbul keinginan untuk juga mencobanya. Di pahami dan disadari atau tidak, namun kondisi ini memang ada menurut beberapa literatur dan hasil penelitian yang banyak dilakukan bahwa pengaruh dari teman dan ceritanya sangat mempengaruhi perilaku sex pra nikah yang dilakukan para remaja (Khadijah. Dkk, 2012).

2.3 Pengaruh Pacaran di kalangan remaja dan kaitannya dengan fenomena hamil diluar nikah.

(63)

perubahan baik secara fisik, mental dan hormon pada remaja. Perubahan inilah yang mendorong para remaja untuk melakukan hal yang sering mereka lihat di media elektronik maupun media cetak yaitu salah satunya adalah kebiasaan berpacaran. Hal ini disebabkan karena kebanyakan para orang tua menganggap pembicaraan tentang hubungan seks sangatalah tabu untuk diperbincangkan. Hal ini menyebabkan para remaja mencari jawaban dari keingintahuan mereka di media informasi dan cenderung langsung memperagakannya, mulai dari berpacaran, seperti apa berpacaran, dan apa saja yang dilakukan ketika berpacaran (Martia. Dkk,2012).

(64)

kelamin dan hampir menjurus ke senggama, 2 orang (13,3%) hanya berpegangan tangan, dan hanya 1 orang (6,67%) siswa yang mengakui pernah melakukan senggama, mereka melakukan perilaku tersebut paling banyak di rumah ketika sedang sepi. Hal ini mereka lakukan atas dasar suka sama suka (Riana. Dkk,2012).

Adanya pemahaman bahwa hubungan pacaran ini adalah hubungan yang saling melengkapi, menjadikan benyak remaja yang menjadi salah persepsi dengan konsep pacaran yang mereka jalani. Tidak jarang remaja yang tidak memiliki pacar akan di ejek oleh teman-temannya karena dianggap tidak mampu mencari pasangan. Namun tidak cukup sampai disitu, setelah memiliki pacar pun akan ada pertanyaan lanjutan dimana akan ada yang bertanya “sudah sejauh apa hubungannya?” “sudah di cium belum?” sudah ini, sudah itu, dan banyak lagi daftar pertanyaan yang tidak akan selesai dari sebuah hubungan pacaran. Ini akan menjadi sebuah dorongan yang mengarahkan remaja melakukan hubungan yang dipertanyakan dan dianggap biasa dalam pacaran tanpa terkecuali hubungan sex pra nikah (Riana. Dkk, 2012).

(65)

jumlah pacar yang memberikan pengaruhnya, lamanya waktu berpacaran juga dapat memberikan kemungkinan remaja melakukan hubungan seks pranikah (Dieng, 2007)

Pacaran memiliki problema tersendiri jika dikaitkan dengan semakin berkembangnya organ seksual pada remaja yang mengakibatkan adanya dorongan-dorongan untuk melakukan hubungan seksual. Seksual dan pacaran merupakan fenomena yang banyak ditemukan pada kalangan remaja saat ini. Hal ini dapat dilihat dari berubahnya orientasi berpacaran yang hanya sebagai jalan untuk mendapatkan kepuasan seks. Khafri (2013) dalam penelitiannya melihat bahwa adanya keterkaitan tentang pemahaman harga diri dalam berpacaran dengan perilaku seks pranikah dimana dia melihat bahwa semakin tinggi keinginan seorang remaja dalam mempertahankan harga dirinya dalam berpacaran, maka akan semakin kecil kemungkinaan hubungan seks pranikah dapat terjadi (Khafri Hidayat, 2013).

(66)

mendasar dari banyaknya fenomena hamil di luar nikah yang disebabkan hubungan seks pranikah. Dari 60 responden yang di teliti dimana 30 orang adalah pria dan 30 lainnya adalah wanita. Sebanyak 73,33% responden mengatakan bahwa seks merupakan kebutuhan dasar manusia. Sebanyak 51,67% responden mengatakan bahwa hubungan seks merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan seks. Sebanyak 36,67% responden mengatakan bahwa onani merupakan cara lain sebagai pengganti keinginan untuk melakukan hubungan seks. Semua responden (100%) berpendapat bahwa hubungan seks pada masa remaja hendaknya dihindari. Hanya 16,67% responden yang berpendapat bahwa onani tidak bertentangan dengan norma agama. Sebanyak 50,00% responden berpendapat bahwa onani pada wanita adalah tidak lazim, dan kalau ketahuan dianggap wanita nakal/genit. Sebanyak 88,33% responden menyatakan bahwa mereka ingin sekali melakukan hubungan seks, tapi takut resiko walaupun 88,33% responden mengaku pernah pacaran. Sebanyak 5,00% responden setuju dengan aborsi. Sebanyak 36,66% responden berpendapat bahwa kaum homoseks/lesbian perlu ditoleransi. Sebanyak 1,67% responden berpendapat bahwa pemerkosa tidak perlu dihukum berat ( I Wayan. Dkk,2007)

(67)

yang menggugurkan kandungannya dimana menggugurkan janin juga memiliki resiko buruk yang cukup besar bagi para remaja. Dalam penelitian ini juga di temukan bahwa sekolah juga tidak dapat memberikan perannya sebagai fungsi kontrol bagi remaja di luar keluarga. Sekolah cenderung canggung dalam memberikan pembelajaran tentang bahaya melakukan hubungan seks pranikah. Terlepas dari sekolah, pemahaman orang tua para remaja juga seharusnya diperbanyak tentang bahaya seks pranikah ini sehingga bisa memberikan pembelajaran terhadap remaja mereka (Ahmad Taufik,2013).

Dalam penelitian yang dilakukan Dieng, didapatkan 16,6% responden berperilaku seksual berisiko berat. Sebagian besar responden perempuan, pubertas normal, sikap relatif negatif. Tingkat pengetahuan sebanding antara relatif rendah dan tinggi. Sebagian besarresponden tidak melakukan komunikasi aktif dengan orang tua (64,9%) dan teman (52,6%), mempunyai orang tua yang masih lengkap (91,1%) dan menerapkan pola asuh demokratis (49,4%). Sebagian kecil responden memilikijumlah pacar lebih dari 3 kali dan lama pertemuan dengan pacar kurang dari 5 jam/minggu dan lebih dari 21 jam/minggu. Sebagian besar responden terpapar dengan media elektronik dan cetak. Sebagian besar responden (64,3%) sulit berkomunikasi dengan orang tua karena malu. Sebanyak 49,6% responden membicarakannya 3 minggu terakhir. Padaresponden yang berkomunikasi dengan orang tua (35,7%),dilakukan setiap ada kesempatan (75,2%).

(68)

menjelaskan secara rinci tentang bahaya seks pranikah, malah banyak kesalahan yang dijelaskan oleh media namun hal itulah yang dipahami dan di praktekkan oleh para remaja, seperti iklan alat kontrasepsi dan lain sebagainya. Kehadiran media seperti televisi yang mungkin lebih lama dibandingkan kehadiran orang tua menjadikan remaja lebih percaya media dibanding apa yang dikatakan orang tuanya. Kurangnya pengawasan orang tua juga menjadi salah satu sebab yang cukup berpengaruh dalam meningkatnya kasus seks pranikah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dieng (2007) bahwa tidak hanya pemahaman yang benar yang harus ditanamkan, namun juga interaksi antara remaja dan orang tua juga harus ditingkatkan karena hal ini juga mampu mengurangi kecenderungan remaja melakukan hubungan seks pranikah (Dieng, 2007).

2.5. Pemahaman agama (religiusitas) pada remaja dan kaitannya dengan seks pranikah yang dilakukan remaja.

(69)

maka akan semakin rentan remaja tersebut melakukan hubungan seks pranikah. Dari 173 responden yang di dapati bahwa ada 38,2% remaja yang memiliki perilaku seks bebas yang negatif karena kurangnya pemahaman agama, sedangkan untuk perilaku positifnya 0%. Sedangkan yang memiliki pemahaman agama yang cukup, hanya ada 5,8% yang berperilaku positif dan 17,3% berperilaku negatif dengan keseluruhan 23,1% dari jumlah responden. Dan bagi remaja dengan pemahaman agama yang baik, ada 31,2% yang berperilaku baik dan 7,5% yang berperilaku seks bebas yang buruk di manasemuanya menjadi38,7% dari jumlah responden. Ini di lihat dari data yang ditemukan bahwa persentase pemahaman agama yang baik (cukup) sejalan dengan persentase perilaku remaja yang positif. Agama sebagai fungsi kontrol dalam berperilaku dianggap masih sangat kompeten dalam menjadi benteng dari arus modernisasi yang tidak dapat dikontrol. Pemahaman agama yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baik. Remaja memerlukan kemampuan pemecahan masalah yang baik, sehingga remaja mampu menyelesaikan masalahnya secara efektif. Orang tua dan lingkungan pendidikan harus mampu memberikan pemahaman agama kepada remaja guna menjadi pedoman para remaja dalam bergaul dilingkungannya.

(70)

yang religiusitasnya rendah menunjukkan perilaku terhadap hubungan seksual bebas tinggi (menerima). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara pemahaman tingkat agama (religiusitas) dengan perilaku seks bebas pada remaja, dimana semakin tinggi pemahaman tingkat agama (religiusitas) maka perilaku seks bebas semakin rendah, dan sebaliknya (Lutfiah. 2011).

2.6. Peran dan pengaruh media massa dalam memberikan pemahamaan tentang bahaya seks pranikah kepada remaja.

Martia dalam penelitiannya di salah satu SMA di kota Surakarta dengan 5(lima) media informasi yang terdiri media, orang tua, teman sebaya, guru, dengan bentuk informasi yang sama yaitu ciri-ciri remaja, mengenal organ-organ reproduksi, siklus reproduksi perempuan, proses reproduksi laki-laki, kehamilan, pacaran dan hubungan seksual, kehamilan tidak diinginkan dan aborsi, informasi kontrasepsi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, sedangkankan media informasi yang terakhir yaitu pacar yang memiliki informasi yang berbeda dengan media informasi yang lainnya yaitu mencium pipi, mencium bibir, meraba daerah sensitif, berpelukan, masturbasi/onani, oral sex, petting, intercourse.

(71)

reproduksi dari guru dengan persentase terbesar yaitu ciri-ciri remaja (95,6%). Perilaku seksual remaja dalam berpacaran yang dilakukan responden dengan persentase tertinggi mencium pipi (67,0%).

Dari data tersebut dijelaskan bahwa ternyata apa pun informasi yang di dapat para remaja dari lima media informasi diatas, ternyata tidak terlalu berdampak dengan perilaku remaja saat berpacaran. Dijelaskan juga bahwa teman sebaya dan pacar dalah sumber informasi yang paling didengarkan dan selalu dapat memberikan pengaruh dengan semua informasi yang diberikan. Hal ini di sebabkan karena pada usia remaja salah satu perkembangan paling menonjol adalah lebih senang bergaul dengan teman sebaya maupun lawan jenis dibanding dengan lingkungan lain baik itu guru maupun keluarga sekalipun

(72)

cenderung mengikuti cara bergaul atau berperilaku yang mereka lihat ditelevisi, mulai dari cara berpakaian, cara bergaul, cara bicara, bahkan cara berpacaran (Suryanto dan Kuwatono).

(73)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan proses dimana emosi dan rasa ingin tahunya masih sangat tinggi. Adanya keinginan untuk mencoba hal-hal baru baik itu secara pergaulan atau hubungan seks yang dapat memberikan sesuatu yang baru bagi remaja. Secara emosi remaja sangat menghindari yang di namakan seks bebas, namun secara naluri dan rasa ingin tahu yang besar, remaja cenderung banyak melakukannya. Adanya tekanan dari pacar atau pasangan untuk melakukan hubungan seks juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seks di luar nikah yang menyebabkan kehamilan dikalangan remaja tanpa adanya proses pernikahan.

Kesalahan dalam menentukan arah pergaulan juga dapat menjadi salah satu sebab mudahnya remaja mudah terpengaruh pada pergaulan yang salah. Peran lingkungan baik itu keluarga, lingkungan tempat tinggal, maupun teman bermain sangat menentukan karakter remaja dalam bergaul. Lingkungan yang baik dan sesuai dengan remaja akan menjadikan remaja tersebut lebih selektif terhadap hal-hal baru yang dilihatnya. (Khadijah. Dkk, 2012:121-125).

(74)

kematangan psikologis ini ditandai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis yang biasanya muncul dalam bentuk (misalnya) lebih senang bergaul dengan lawan jenis dan sampai pada perilaku yang sudah menjadi kosumsi umum, yaitu berpacaran. Dalam pergaulannya sehari-hari, remaja menjadi pribadi yang sangat liar jika telah memasuki masa dimana dia merasa telah memiliki usia yang cukup untuk memilih jalan hidupnya sendiri. (Rony. Dkk, 2008).

Hamil diluar nikah menjadi sebuah trend yang negatif, namun tidak sedikit remaja yang lebih cenderung banyak mengikutinya. Ada banyak hal atau faktor yang mendorong hamil di luar nikah pada remaja rentan terjadi, salah satunya adalah latar belakang keluarga dimana keluarga harus menjadi benteng dan juga bisa menjadi faktor pendorong terjadinya hamil diluar nikah. Keluarga sebagai institusi memberikan sumbangan bagi perubahan penting dalam kehidupan sosial. Kurangnya pengawasan orang tua, penolakan orang tua, dan hubungan yang buruk antara orang tua dan anak menjadikan banyak perilaku yang kurang baik yang dilakukan seorang anak. Karakter seorang anak sangat ditentukan oleh kondisi keluarganya dimana keluarga berperan sebagai wadah untuk pelajaran awal dalam berkehidupan sehari-hari. (Jokie, 2009: 65).

(75)

pengawasan terhadap media informasi, remaja dapat dengan mudah meniru perilaku-perilaku yang menyimpang (Ririn. Dkk, 2011)

Remaja harus mampu memberikan peranan sebagai pemberi kontrol terhadap gerak-gerik remaja tidak hanya didalam rumah, tepi juga pergaulan di luar rumah tanpa memberikan kesan adanya tekanan-tekanan tertentu terhadap remaja itu sendiri. Orang tua harus mampu memberikan rasa nyaman dan bukan rasa takut kepada remaja. Orang tua harus mengutamakan kedekatan dengan anak (remaja) sebagai cara dan alternatif menghindari remaja mencari sesuatu yang bari diluar lingkungan keuarganya tanpa kontrol dari keluarganya sendiri (Khadijah. Dkk, 2012:125)

(76)

penyimpangan, tergantung pada pengertian dan reaksi masyarakat, konteks dan tujuan (Santosa, 2011:81).

Sikap remaja Indonesia terhadap hubungan seksual semakin permisif, sehingga penyalahgunaan seks dapat terjadi pada setiap orang. Perilaku seks pranikah remaja sering menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial. Dengan alasan apapun remaja yang belum menikah tidak diijinkan untuk melakukan aktifitas seksual. Remaja yang berada pada fase meningkatnya dorongan seksual selalu mencari lebih banyak informasi tentang seks. Namun masyarakat masih menganggap tabu pembicaraan tentang seks, oleh karena itu remaja cenderung mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat mereka peroleh, dari teman sebaya, media massa maupun dengan percobaan melakukan hubungan seksual. Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas kepada remaja. Jika orang tua tidak menjadi sumber informasi yang bersahabat bagi remaja, maka remaja akan cenderung mencari tahu lewat sumber-sumber informasi seksual yang tidak benar.

(77)

2011). Meskipun dilakukan di usia yang sudah cukup dewasa secara Undang Undang, namun secara kesehatan masih sangat belum dibolehkan. Ini menunjukkan bahwa cara bergaul para dewasa sebagai penambah pengalaman dalam menjalani kehamilan.

(78)

tingkat ASFR bisa ditekan, faktor hubungan seks pranikah harus dapat ditekan. Menurut dia, fenomena hubungan seks sebelum menikah di kalangan remaja bukan lagi hanya isapan jempol semata. Melihat hasil penelitian yang dilakukan Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) yang dilakukan pada 2010. Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi pada tahun tersebut terhadap 3.006 responden remaja usia 17-24 tahun menunjukkan bahwa 20.9% diantara mereka telah hamil dan melahirkan sebelum menikah. Ada kecenderungan perilaku seksual tidak sehat di kalangan remaja ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.

(79)

Dari survey kesehatan reproduksi remaja (usia 14-19 tahun) tahun 2009 tentang perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi menunjukan: dari 19.173 responden, 92 % sudah berpacaran, dan pada saat berpacaran melakukan pegang-pegang tangan, 82 % berciuman, 62% melakukan petting, dan 10,2 % sudah melakukan hubungan seks bebas. Data tersebut diperkuat oleh survey BKKBN (2010) yang menyebutkan; dari 100 responden di Jabotabek 51% remaja telah melakukan hubungan seks pranikah. Di Surabaya 54 %, Bandung 47 %, Medan 52% Yogja 37 % (Suryanto dan Kuwatono, 2010:16).

Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang memiliki angka kelahiran yang cukup tinggi. Dari sekitar 3.485.039 wanita usia subur (WUS), ada sekitar 266.160 bayi yang berusia 0-1 tahun dan 848.265 anak yang berusia 1-5 tahun. Ini adalah tingkat kelahiran yang tertinggi di pulau sumatera (Bkkbn, 2009)

(80)

berhenti untuk bersekolah. Ini baru dari salah satu SMA yang ada dikecamatan Sipispis, dimana di kecamatan ini terdapat 1 SMA Negeri, 1 SMK Negeri, 1 STM Swasta, 1 SMA Swasta, dan MA (Madrasah Aliyah) Swasta. Sedangkan untuk SMP, ada 2 SMP Negeri, 2 SMP Swasta, dan 3 MTs Swasta. Melihat jumlah siswa yang cukup banyak yang hanya dari satu sekolah ini lah yang mendorong keinginan penelitian ini dilakukan. Beberapa penelitian juga melihat keluarga menjadi salah satu penyebab, namun dalam fenomena yang terdapat didesa ini, kondisi keluarganya cukup stabil dan bukan dari keluarga yang kekurangan untuk kategori ekonomi dan juga tidak dari keluarga yang orang tuanya bercerai. Inilah yang mendorong penelitian ini untuk dilakukan, selain banyaknya perbedaan dari beberapa penelitian mulai dari penyebab dan lokasi penelitian.

(81)

1.2Perumusan Masalah

Dengan acuan dari latar belakang yang telah dijabarkan, banyak yang menjadi permaslahan dari judul penelitian yang dapat ditemukan. Namun, guna menjaga penelitian tetap terarah pada satu permasalahan khusus tanpa harus menyimpang terlalu jauh, maka ditentukanlah rumusan masalah sebagai berikut;

“Remaja Hamil di Luar Nikah Di Dearah Pedesaan Kabupaten Serdang Bedagai dan Bagaimana Latar Belakang Keluarga, Hubungan Sosial Selama Pacaran, Penanggulangan Kehamilan dan Interaksi Setelah Kehamilan”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian untuk melihat seperti apa pola perilaku remaja di pedesaan dan dan seperti apa interaksi yang mereka lakukan baik terhadap keluarga atau hubungan dengan pasangan. Penelitian ini juga ingin melihat antisipasi serta langkah-langkah yang diambil oleh orang tua terhadap anaknya yang mengalami kejadian tersebut (hamil diluar nikah).

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai respon terhadap sebuah fenomena sosial yang terjadi disebuah daerah yang dimana ditemukan terjadi kasus hamil diluar nikah yang dapat dikatakan sudah sangat tidak wajar mengingat daerah Sipispis merupakan daerah pedesaan yang kental akan norma-norma masyrakat. Adapun manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian adalah sebagai berikut;

1.4.1 Manfaat Teoritis

(82)

ini dapat memberikan gambaran serta pola perilaku seperti apa yang dibutuhkan seorang remaja yang hamil di luar nikah serta memberikan arahan kepeda orang tua seperti apa memperlakukan dan mengarahkan remajanya dalam berkehiduopan sehari-hari.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini secara khusus kepeda penulis adalah sebagai tolak ukur peningkatan kemampuan menulis dan pemahaman akan teori-teori sosial yang telah dipelajari dan diharapkan penelitian ini juga dapat menjadikan rujukan bagi penelitian serupa kedepannya.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan baik kepada remaja atau orangtua serta sekolah bahkan pemerintah sekali pun agar dapat mengantisipasi dan menanggulangi kejadian ini baik itu untuk tindakan pencegahan atau atau tindak lanjut setelah hal tersebut dialami. 1.5Defenisi Konsep

a. Remaja hamil diluar nikah

(83)

depan para remaja. Hamil diluar nikah juga dianggap aib yang sebisa mungkin harus dihindari oleh para remaja juga menghindari adanya rasa malu yang dirasakan oleh orang tua mereka. Remaja hamil diluar nikah dianggap sebagai resiko dari kemajuan jaman secara teknologi dan informasi karena para remaja akan lebih memilih belajar dengan menggunakan media elektronik dibandingkan harus bertanya kepada orang tua mereka sendiri. Remaja yang mengalami hamil diluar nikah cenderung akan mangalami perubahan dalam melakukan komunikasi. Fenomena remaja hamil diluar nikah tidak bisa di pungkiri adalah menjadi aib bagi keluarga yang mana remajanya mengalami kejadian tersebut. Aib inilah yang harus bisa di hindari oleh para remaja guna menjaga nama baik keluarganya. Namun jika telah terjadi, maka penaggulangan selanjutnya harus mampu meminimalisir dampak dari kasus kehamilan yang telah terjadi, bisa berupa tidak lanjut seperti pernikahan dini, pengguguran ataupun menyembunyikan remaja tersebut jauh dari lingkungan keluarga.

b. Daerah pedesaan di Kabupaten Serdang Bedagai

Gambar

Gambar 1 : Peta Kecamatan Sipispis
Gambar 2: Lokasi perkebunan yang biasa digunakan remaja untuk bertemu.
Tabel 3: Konsep Pacaran Bagi Remaja Hamil Di Luar Nikah
Gambar 3: Perkebunan karet dan sawit yang biasa dijadikan tempat Pacaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kaplan (1997) dari segi sosial-ekonomi biasanya perempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah masih tergolong dalam masa remaja sehingga dalam kehidupannya masih

kepada remaja putri yang hamil di luar nikah untuk tidak

Judul :Gambaran Kesejahteraan Psikologis Remaja Hamil Di Luar Nikah Menyatakan bahwa skripsi tersebut adalah hasil karya saya sendiri dan bukan karya orang lain,

Penelitian skripsi dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di Luar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan

Penelitian ini berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di luar Nikah (Studi Kasus Kualitatif Persepsi Masyarakat terhadap Seks Bebas dan Remaja Hamil di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sanksi nikah di pasar dibentuk atas dasar tingginya angka kehamilan diluar nikah pada remaja di Nagari Koto Lamo, proses pelaksanaan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah masing-masing pasangan remaja yang melakukan hamil di luar nikah memiliki cara dalam penyelesaian konflik yang berbeda satu

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik dan nikmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perilaku Mahasiswi yang Hamil diluar Nikah terhadap Kehamilannya