• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Kriminologi di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Kriminologi di Kota Medan"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF

KRIMINOLOGI DI KOTA MEDAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan memenuhi Syarat – syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum SKRIPSI

Oleh :

AGRY DOLY PURBA

NIM : 090200479

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Diketahui/Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Pidana

Dr.M.HAMDAN, SH.MH NIP.195703261986011001

Dosen pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof.Dr.Ediwarman, SH, M.Hum Nurmalawaty, SH, M.Hum NIP.195405251981031003 NIP.196209071988112001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelasaikan

penulisan skripsi ini untuk menyelesaikan studi fakultas hukum Universitas

Sumatera Utara yang merupakan kwajiban bagi setiap mahasiswa/i yang akan

menyelesaikan perkuliahannya.

Adapun judul skripsi ini adalah ”Dampak Kenakalan Remaja Dalam

Perspektif Kriminologi di Kota Medan”. Penulis telah berusaha semaksimal

mungkin dan bekerja keras dalam menyusun skripsi ini. Namun,penulis

menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun penulisan dari skripsi

ini.

Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan skripsi ini,yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat –Nya dan anugerah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.

2. Buat kedua orang tua tercinta, bapak T. Purba dan ibunda tercinta S.

Hutabarat. Terimakasih buat doa, dukungan, arahan, serta kasih sayang

yang begitu besar, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung,SH.M.Hum, selaku dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting,SH.M.hum, selaku Pembantu Dekan I

(3)

5. Bapak Syafruddin Hasibuan,SH.M.Hum,DFM, selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Muhammad Husni,SH.M.Hum, selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Dr. Muhammad Hamdan,SH.MH, selaku Ketua Departemen

Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara

8. Ibu Liza Erwina,SH.M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Pidana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Prof. Dr. Ediwarman,SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I

dalam penulisan skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing

serta memberikan masukan-masukan bagi penulis sehingga dapat

meyelesaikan skripsi ini.

10.Ibu Nurmalawati,SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II dalam

penulisan skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta

memberikan masukan-masukan bagi penulis sehingga dapat meyelesaikan

skripsi ini.

11.Ibu Latifah SH,selaku dosen Pembimbing Akademik dalam penulisan

skripsi ini yang telah memberikan motivasi dalam penulisan skripsi.

12.Bapak/ibu pegawai dan dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan semangat dan arahan bagi penulis sehingga

(4)

13.Buat abang dan adikku yang sangat saya sayangi abang Andrew Purba dan

Angela Purba terimakasih buat doa,dukungan dan arahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini

14.Buat PKPA (Pusat Kajian Perlindungan Anak) yang memberikan masukan

– masukan,data maupun informasi dan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

15.Buat sahabat – sahabat tercinta di fakultas hukum universitas sumatera

utara, dan teman – teman lain stambuk 2009 dan terlebih anak pidana yang

memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

16.Buat sahabat – sahabat Siantarmen, andri aden, daud purba, suranta,

yohannes, alex naga, samuel, dkk yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

17.Buat Zahara Dewi Puspa Sari Sinambela terimakasih atas doa,dukungan,

dan arahan yang kamu berikan, sehingga penulis dapat meyelesaikan

skripsi ini.

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Kenakalan Remaja ... 9

2. Teori – Teori Mengenai Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja ... 13

3. Ruang Lingkup Kriminologi ... 18

4. Obyek Studi Kriminologi ... 22

F. Metode Penelitian ... 24

G. Sitematika Penulisan ... 27

BAB II. DAMPAK TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI A. Dampak Kenakalan Remaja di Dalam Keluarga ... 28

B. Dampak Kenakalan Remaja di Dalam Pendidikan ... 34

(6)

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN

REMAJA DI KOTA MEDAN

A. Perkembangan Kenakalan Remaja ... 39 B. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ... 45

1. Faktor Intenal

2. Faktor Eksternal

BAB IV. UPAYA PENANGGULANGAN KENAKALAN REMAJA DALAM

PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

A. Klasifikasi Kenakalan Remaja ... 52

B. Upaya – Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja Dalam

Perspektif Kriminologi ... 61

1. Upaya Preventif

2. Upaya Represif

3. Upaya Kuratif

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

(7)

ABSTRAKSI

Agry Doly Purba*

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak kenakalan anak

remaja baik di dalam keluarga, pendidikan dan pergaulan, faktor penyebab

terjadinya kenakalan anak remaja yang untuk mengetahui faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhinya dan upaya – upaya penanggulangan kenakalan

anak remaja dapat dibagi dalam upaya preventif, upaya represif dan upaya kuratif.

Prof.Dr. Ediwarman,SH.M.Hum**

Nurmalawati,SH.M.Hum***

Masalah kenakalan anak remaja dewasa ini semakin dirasakan meresahkan

masyarakat,baik di negara - negara maju maupun negara - negara yang sedang

berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan

keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota – kota besar. Akhir

– akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa

semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi dan diperbaiki kembali.

Keberadaan kenakalan anak remaja di Indonesia saat ini merambah segi – segi

kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan yang termasuk di dalam

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) atau perundangan –

perundangan pidana di luar KUHP, misalnya Undang – Undang Narkotika.

Untuk menjawab masalah tersebut maka metode penulis gunakan adalah metode

gabungan antara penelitian hukum normative yaitu dengan melakukan penelitian

kepustakaan yakni penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan – bahan

kepustakaan, khususnya perundang – undangan dan kepustakaan hukum yang

berkaitan dengan dampak kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi dan

penelitian empiris dengan melakukan wawancara langsung dengan objek yang

berhubung langsung.

* Mahasiswa Departemen Hukum Pidana

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kenakalan anak remaja dewasa ini semakin dirasakan

meresahkan masyarakat, baik di negara - negara maju maupun negara - negara

yang sedang berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai

pula merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota –

kota besar. Akhir – akhir ini masalah tersebut cenderung menjadi masalah

nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki

kembali.

Keberadaan kenakalan anak remaja di Indonesia saat ini merambah segi

– segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan yang termasuk di

dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP), atau perundangan –

perundangan pidana di luar KUHP, misalnya Undang – Undang Narkotika.

Kondisi ini jauh lebih rumit daripada sekedar kondisi destruktif dalam perspektif

norma – norma sosial dan susila.

“Disela - sela kondisi destruktif yang serba rumit itu, para ilmuwan, rohaniawan, pemuka masyarakat dan pemerintah telah berusaha secara ,maksimal untuk melakukan langkah – langkah nyata guna mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja. Termasuk juga usaha memperbaiki kembali serta meresosialisasi anak – anak yang terlibat dalam kenakalan remaja. Walaupun usaha tersebut telah dilakukan secara intensif oleh pemerintah bersama

masyarakat,namun tingkat keberhasilannya masih tahap analisis”.2

2

(9)

Anak merupakan ujung tombak perubahan setiap zaman,seseorang

anak yang di lahirkan dan di besarkan dalam lingkungan yang baik dengan

perhatian dan bimbingan, kasih sayang yang diberikan oleh orang tua akan

melahirkan suatu individu yang berkualiatas. Kenakalan sebagai salah satu bentuk

problema sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap

lapisan masyarakat.

Analisa atau diagnosa terhadap kenakalan yang meningkat saat ini

belum dapat dilakukan karena keadaan pengetahuan kriminologi ini belum tegas

menentukan sebab, mengapa orang melakukan kenakalan, sehingga hanya baru

dapat di cari faktor – faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat tertentu

pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan timbulnya kenakalan

remaja.

Di Indonesia masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat

yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberi dorongan kuat

kepada pihak – pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti

kelompok edukatif di lingkungan sekolah, kelompok hakim dan jaksa di bidang

penyuluhan dan penegakan kehidupan kelompok.3

Menurut Walter Luden,faktor – faktor yang berperan dalam timbulnya

kenakalan adalah :4

a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota – kota jumlahnya cukup

besar dan sukar dicegah.

3

Ibid,hal 2

4

(10)

b. Terjadinya konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma –

norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergesaran sosial yang cepat,

terutama di kota – kota besar.

c. Memudarnya pola – pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola

kontrol sosial tradisional, sehingga anggota masyarakat terutama

remajanya menghadapi “samarpola” untuk melakukan perilakunya.

d. Berkembangnya kenakalan anak remaja yang disebabkan oleh dampak

negatif dari perubahan global yang cepat meliputi ilmu pengetahuan dan

teknologi sehingga anak melakukan perbuatan di luar kesadarannya.

Kurangnya perhatian atau perlindungan serta perlakuan yang baik dan

wajar dari keluarga dan lingkungan serta komunitas lainnya.

Masyarakat kota pada umumnya disibukkan oleh masalah – masalah

bisnis dan tidak semakin perduli terhadap lingkungan sekitarnya dan menipisnya

hubungan sosial dan rasa keperdulian terlebih – lebih terhadap masyarakat yang

hidup di bawah garis kemiskinan.

Pihak lain yang ikut bertanggung jawab dalam proses pembinaan anak

remaja adalah para pendidik di sekolah. Pembinaan ini dilakukan secara formal

dalam proses belajar – mengajar, interaksi dalam proses belajar – mengajar ini

bukan semata – mata menghasilkan hal – hal yang positif, akan tetapi ada pula

dampak negatif yang tidak dapat dihindari.

Sikap negatif pendidik yang terjadi selama dalam proses belajar –

(11)

Demikian pula interaksi sesama anak didik di sekolah tidak selalu menguntungkan

bagi mereka, karena sering terjadi kebiasaan negatif seorang anak didik

berpengaruh negatif pula bagi anak didik lain.

Kondisi negatif yang sangat kompleks ini merupakan entitas yang realistik di

lingkungan sekolah, terutama di kota – kota besar.5

1. Mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain

Karena itu, perlu adanya tindakan – tindakan dan perilaku khusus dari

para pendidik agar kondisi lingkungan sekolah dapat menjamin tersedianya

lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis. Kemiskinan atau

masalah ekonomi, penyebab anak putus sekolah juga disebabkan oleh kondisi

sekolah yang tidak menyenangkan, termasuk pengajaran yang sangat rendah,

kondisi tenaga pengajar yang juga memprihatinkan. Anak – anak miskin, di

samping gedung sekolah yang tidak memenuhi syarat dan jarak sekolah yang

terlalu jauh.

Munculnya kenakalan anak remaja tanpa disadari dapat menimbulkan

berbagai masalah antara lain :

2. Dapat membahayakan dirinya

3. Memberikan kondisi yang subur bagi tumbunya kriminalitas

4. Memberikan kesan yang kurang baik terhadap eksistensi bangsa dan

negara

5

(12)

Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan – perbuatan yang sering

menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga.

Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja,

perkelahian di kalangan sekolah, mengganggu wanita di jalan yang pelakunya

anak remaja.

Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak

saudaranya, atau perbuatan – perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja,

mengedarkan pornografis dan coret – coret tembok pagar yang tidak pada

tempatnya.

Kenakalan – kenakalan yang dilkukan oleh anak – anak dan remaja

seyogiyanya diupayahkan penanggulangan secara sunguh – sunguh dalam arti

penanggulangan yang setuntas – tuntasnya, upaya ini merupakan aktivitas yang

pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah –

pisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara

profesional yang menuntut ketekunan dan berkesinambungan dari suatu kondisi

menuju kondisi yang lain.

Langkah perdana dalam upaya kompleks ini dapat dilakukan dengan

memberi penjelasan secara luas dan rinci kepada anak – anak remaja tentang

beberapa aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan nakal yang kerap kali

mereka lakukan. Dengan demikian, anak remaja akan dapat memiliki pemahaman,

penghayatan dan perilaku hukum yang sehat.

(13)

Di samping aspek kesadaran hukum, ada aspek lain yang membimbing

kaum remaja untuk dapat menjadi anggota masyarakat dengan perilaku positif.

Internalisasi nilai – nilai kaidah sosial dan internalisasi nilai – nilai agama dapat

mendidik kaum remaja memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

memiliki penghayatan serta perilaku yang sesuai dengan perintah agama,

sedangkan terhadap larangan agama yang dianutnya tetap meninggalkan.

Perspektif ini akan mampu memberi sumbangan positif bagi

terwujudnya kehidupan sosial serta lingkungan yang sehat secara material

maupun secara moral.

Ditinjau dari aspek sosiologis anak remaja dituntut secara moral

memiliki rasa solidaritas sosial yang tebal sehingga mereka merasa ikut memiliki

kehidupan sosial dan ikut bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban,

ketentraman dan kedamaian dalam kelangsungan hidup kelompok sosialnya.

Pencapaian kondisi sosial ini penting sekali terutama dalam rangka upaya dasar

melakukan prevensi (pencegahan) dan penanggulangan terhadap kenakalan anak

remaja.6

6

Ibid ,hal. 6

Langkah – langkah positif tersebut memerlukan partipasi banyak pihak

agar manfaat maksimal dapat dicapai, upaya preventif dan upaya – upaya lain

yang relevan perlu keikutsertataan masyarakat agar penyebarluasannya dapat

(14)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang dibahas

penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagaimana dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif

kriminologi?

b. Bagaiamana faktor – faktor terjadinya kenakalan remaja di kota Medan?

c. Bagaiamana upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif

kriminologi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a.Untuk lebih mengetahui dampak terjadinya kenakalan remaja dalam

perspektif kriminologi

b.Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinyanya

kenakalan anak remaja di Kota Medan

c.Untuk mengetahui upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam

perspektif kriminologi

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

a.Manfaat teoritis

Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi kalangan akademis, dan dapat menambah

perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan masyarakat pada

(15)

anak remaja dan apa upaya yang dapat dilakukan menanggulangi

kenakalan anak remaja.

b. Manfaat praktis

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat menjadi menambah

wawasan dan cakrawala bagi pihak – pihak yang terkait dalam

melakukan suatu tindak pidana yang melanggar hukum yang berkaitan

dengan kenakalan remaja dan skripsi ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi aparat penegak hukum dalam menanggulangi kenakalan

anak remaja.

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran

dengan mengambil panduan dari buku – buku dan sumber lain yang berkaitan

dengan judul skripsi ini. Adapun yang menjadi judul penulisan skripsi ini adalah

“DAMPAK KENAKALAN ANAK REMAJA DITINJAU DARI ASPEK

KRIMINOLOGI DI KOTA MEDAN”.

Adapun yang sama tetapi pembahasannya berbeda baik masalah,tujuan,

dan metodenya. Yang telah diperiksa di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

dan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul yang berkaitan antara lain sebagai berikut:

1. Nama: Rickson P. Hutabarat

Judul : Tinjauan aspek kriminologi terhadap kenakalan anak jalanan di

(16)

2. Nama: Yudika D. Margaretha Hutabarat

Judul : Faktor pendorong kenakalan remaja geng motor di kota Medan

ditinjau dari aspek kriminologi

3. Nama: Rahmat Alfian Panggabean

Judul : Faktor – faktor yang mempengaruhi kenakalan anak ditinjau dari

aspek hukum perlindungan anak (studi di Pusat Kajian dan

Perlindungan Anak)

4. Nama: Sinuraya Marpaung

Judul : Dampak sarana hiburan terhadap kejahatan remaja di kota Medan

E. Tinjauan Kepustakaan

a. Gambaran Kenakalan Remaja

Anak – anak adalah sumber potensial dari suatu negara yang besar.

Apabila mereka gagal untuk menyumbangkan darma baktinya kepada

kesejeteraan umum, atau yang lebih menyedihkan lagi bila mereka hanya menjadi

perusak dan penghalang, maka masyarakat tidak akan mengalami kemajuan

bahkan sebaliknya hanya akan mendapatkan kehancuran.7

Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan,

karena anak merupakan bagian dari generasi muda. Selain anak, di dalam generasi

muda ada yang disebut remaja dan dewasa. Generasi muda terdiri atas masa kanak

– kanak umur 0 – 12 tahun, masa remaja 13 – 20 tahun dan masa dewasa 21 – 40

tahun.

7

(17)

Masa remaja dimulai dari usia 10 tahun sampai dengan 20 tahun. Masa

remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang terjadi dan tidak

stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya sikap dan

tindakan yang oleh orang dewasa dinilai sebagai perbuatan nakal.

Mengenai batas umur bagi para remaja yang berlaku di Indonesia perlu

pula mendapat perhatian khusus, batas umur tertinggi untuk para remaja menurut

KUH Perdata adalah 21 tahun sedangkan menurut KUH Pidana adalah 16 tahun.

Mengenai batas umur terendah di Indonesia belum ada kepastian, demi adanya

kepastian hukum maka batas umur bagi remaja sangat perlu mendapat

keseragaman agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam pengambilan tindakan.

Kenakalan remaja sering disebut dalam bahasa Inggris dengan Juvenile

delinquency, kata delinquency berasal dari kata latin delinquere yang berarti

mengingkari yang dalam arti luasnya dapat diinterpretasikan sebagai Penginkaran

atau penyimpangan terhadap pola – pola tingkah laku yang telah diterima di suatu

masyarakat.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa, istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya

tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi

tidak juga golongan dewasa atau tua.

Anak remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan

dari masa anak – anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan

(18)

Pada masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan

cepat dalam segala bidang, perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial

dan kepribadian.

Masa remaja adalah masa goncang karena banyaknya perubahan yang

terjadi dan tidak stabilnya emosi yang kadang – kadang menyebabkan timbulnya

sikap dan tindakan yang oleh orang dewasa dinilai perbuatan nakal.8

Adapun macam dan bentuk – bentuk kenakalan yang dilakukan oleh

anak dibedakan menjadi beberapa macam:

Di samping itu kenakalan remaja juga disebabkan karena pengaruh

lingkungan, terutama lingkungan di luar rumah. Kebanyakan remaja senang

bermain di luar rumah, berkumpul dengan teman – temannya baik teman di

sekitar rumah, teman satu sekolah atau teman satu kelompok, kalau teman –

temannya di lingkungan tersebut berbuat tidak baik, biasanya si anak terpengaruh

sikapnya, tanpa menilai terlebih dahulu.

Sikap yang mudah terpengaruh ini tidak terlepas dari perkembangan

pribadi si remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang di lakukan

kaum remaja yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat.

9

1. Kenakalan biasa

2. Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal

3. Kenakalan khusus

8

Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2007 hal. 4

9

(19)

Ad. 1 Kenakalan biasa

Kenakalan biasa adalah bentuk kejahatan yang berupa berbohong, pergi

keluar rumah tanpa pamit kepada kedua orang tuanya, keluyuran, berkelahi

dengan teman, suka bolos, suka menipu, suka terlambat ke sekolah, dan lain

sebagainya.

Ad. 2 Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal

Adalah suatu bentuk kenakalan remaja yang merupakan perbuatan pidana,

berupa kenakalan yang meliputi : mencuri, menganiaya, menodong, mencopet,

menggugurkan kandungan, membunuh, memperkosa, berjudi, dan mengedarkan

film porno, atau menggandakan serta mengedarkan obat – obatan terlarang, dan

lain sebagainya.

Ad. 3 kenakalan khusus

Kenakalan khusus adalah kenakalan yang diatur dalam undang – undang

pidana khusus, seperti kenakalan di internet (cyber crime), kenakalan terhadap

HAM. Bentuk lain dari kenakalan remaja berdasarkan ciri kepribadian,yang

mendorong mereka menjadi tidak terkontrol.

Anak – anak muda ini umumnya bersifat labil, sangat emosional, agresif, tidak

mampu mengenal nilai – nilai etis dan cenderung suka menceburkan diri dalam

(20)

b. Teori – Teori Mengenai Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Kejahatan remaja yang merupakan gejala penyimpangan dan patologis

secara sosial itu juga dapat dikelompokkan dalam satu kelas detektif secara sosial

dan mempunyai sebab – sebab – musabab yang majemuk, jadi sifatnya multi –

kausal. Para sarjana menggolongkannya menurut beberapa teori, sebagai berikut

:10

c. Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang

menimbulkan tingkah – laku delinkuen atau sosiopatik. Misalnya cacat

jasmaniah bawaan brachyda ctylisme (berjari – jari pendek) dan diebetes 1. Teori Biologis

Tingkah – laku sosiopatik atau delinkuen pada anak – anak dan remaja

dapat muncul karena faktor – faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang,

juga dapat oleh cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini

berlangsung:

a. Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui

kombinasi gen, dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu, yang

semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah – laku dan anak – anak

menjadi delinkuen secara potensial.

b. Melalui pewarisan tipe – tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal),

sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen.

(21)

insipidius (sejenis penyakit gula) itu erat berkorelasi dengan sifat – sifat

kriminal serta penyakit mental.11

Anak – anak delinkuen itu melakukan banyak kejahatan didorong oleh

konflik batin sendiri. Jadi mereka mempratekkan konflik batinnya untuk

mengurangi beban tekanan jiwa sendiri lewat tingkah – laku agresif, impulsif dan

primitif. Karena itu kejahatan mereka pada umumnya erat berkaitan dengan 2. Teori Psikogenis

Teori ini menekankan sebab – sebab tingkah – laku delinkuen anak –

anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor inteligensi, ciri

kepribadian, motivasi, sikap – sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi

diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan

psikopatologis, dan lain – lain.

Argument sentral teori ini ialah sebagai berikut : delinkuen merupakan

bentuk penyelasaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin

dalam menanggapi stimuli eksternal/ sosial dan pola – pola hidup keluarga yang

patologi. Kurang lebih 90% dari jumlah anak – anak delinkuen berasal dari

keluarga berantakan (broken home).

Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung, jelas

membuahkan masalah psikologis personal dan adjustmen ( penyesuain diri ) yang

terganggu pada diri anak – anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar

lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku

delinkuen.

(22)

tempramen, konstitusi kejiwaan yang galau semrawut, konflik batin dan frustasi

yang akhirnya ditampilkan secara spontan keluar.

Akibat kelalaian orang tua dalam mendidik anak – anaknya dan tidak

adanya kontrol yang terus – menerus, serta tidak berkembangnya disiplin – diri,

ketiga hal tersebut dengan mudah membawa anak tersebut pada lingkungan sosial

yang tergabung dalam gang – gang.

Mereka lalu belajar melakukan adaptasi terhadap masyarakat secara

normal, namun justru beradaptasi terhadap masyarakat yang jahat dan

menyimpang dari norma – norma sosial. Biasanya anak – anak itu juga ditambahi

beban ekstra berupa tekanan – tekanan batin, sakit karena pengaruh alkohol dan

bahan – bahan narkotik, dan gangguan mental tertentu.

3. Teori Sosiogenis

Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah – laku kenakalan pada

anak – anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial – psikologis sifatnya.

Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan

kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang

keliru.

Maka faktor – faktor kultural dan sosial itu sangat mempengaruhi,

bahkan mendominasi struktur lembaga – lembaga sosial dan peranan sosial setiap

individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partipasi

sosial, dan pendefinisian – diri atau konsep – dirinya.

Jadi sebab – sebab kejahatan anak remaja itu tidak hanya terletak pada

(23)

konteks kulturalnya. Maka kariel kejahatan anak – anak itu jelas dipupuk oleh

lingkungan sekitar yang buruk dan jahat, ditambah dengan kondisi sekolah yang

kurang menarik bagi anak – anak bahkan adakalahnya justru merugikan

perkembangan pribadi anak.

Karena itu, konsep – kunci untuk dapat memahami sebab – musabab

terjadinya kenakalan remaja itu ialah: pergaulan dengan anak – anak muda lainnya

yang sudah delinkuen.12

Karena itu sumber utama kemunculan kejahatan remaja ialah subkultur

– subkultur delinkuen dalam konteks yang lebih luas dan kehidupan masyarakat

slum. Fakta juga menunjukkan, bertambanya jumlah kenakalan remaja terjadi

pada masyarakat dengan kebudayaan konflik tinggi, dan terdapat di negara –

negara yang mengalami banyak perubahan sosial yang serba cepat. 4. Teori Subkultural Delinkensi

Menurut teori subkultural ini, sumber kenakalan remaja ialah: sifat –

sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultural) yang khas dari

lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja

delinkuen tersebut.

Sifat – sifat masyarakat tersebut antara lain ialah:

a. punya populasi yang padat,

b. status sosial – ekonomis penghuninya rendah,

c. kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk

d. banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi.

(24)

Daerah yang mengalami proses perubahan cepat itu antara lain ialah :

daerah pelabuhan, basis militer, kawasan industri, pusat perdagangan, ibukota,

pangkalan udara dan laut, dan sebagainya. Karena itu negara – negara yang sangat

maju secara ekonomis dan teknologi juga mempunyai tingkat kenakalan remaja

paling tinggi di dunia. Dengan begitu ada hubungan yang erat antara tingkat

kenakalan remaj dengan siklus kesejeteraan dan depresi ekonomisnya.

Remaja banyak yang menjadi nakal disebabkan faktor kejemuan dan

kejenuhan (jenuh hidup di tengah kemakmuran). Kemewahan dan kemakmuran

membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental, bosan karena

terlalu lama mengangur, tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan

perbuatan yang bermanfaat, dan terlalu enak hidup santai.

Maka dalam iklim subkultur makmur – santai tadi anak – anak remaja

ini menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi bagi

kehampaan jiwanya dengan melakukan perbuatan delinkuen jahat yang “hebat –

hebat”.

“Tipe lain dari tingkah – laku kejahatan remaja ialah: kerusuhan dan kejahatan yang dilakukan pada musim liburan sekolah, berupa perusakan milik orang lain, dengan sengaja melanggar otoritas orang dewasa dan moralitas konvensional, disertai kejahatan impulsif dan agresif. Pada prinsipnya tindak kenakalan remaja mereka itu tidak menjadi tujuan primer mereka, akan tetapi merupakan akibat dari

keisengan dan keliaran anak – anak muda”.13

(25)

Faktor lingkungan itu dapat meliputi sifat individu yang diperoleh

sebagai warisan dari orang tuanya, keadaan badaniah, kelamin, umur, intelek,

tempramen, dan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Kriminologi

Kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi kejahatan dan

penjahat. Dalam wujud ilmu pengetahuan kriminologi merupakan “the body of

knowledge” yang ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan hasil penelitian berbagai

disiplin ilmu,sehingga aspek pendekatan terhadap objek studinya luas sekali, dan

secara inter – disipliner dari ilmu – ilmu sosial dan humaniora serta dalam

pengertian yang luas, mencakup pula kontribusi dari ilmu – ilmu eksakta.

Menurut Bonger, ruang lingkup studi kriminologi dibedakan antara

kriminologi murni dan kriminologi terapan.

1. Ruang lingkup kriminologi murni, meliputi:

a. Antropologi kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mengenai manusia

yang jahat dari tingkah laku, karakter dari sifat dan ciri tubunya

seperti apa, juga meneliti apa ada hubungan antara suku bangsa

dengan kejahatan dan seterusnya.

Apakah tingkah laku dan budaya masyarakat yang dapat

menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku – pelaku kejahatan.

b. Sosiologi Kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meniliti kejahatan sebagai

(26)

sebab kejahatan dalam masyarakat. Apakah masyarakat yang

melahirkan kejahatan termasuk kepatuhan dan ketaatan masyarakat

terhadap peraturan perundang – undangan. Apakah norma – norma

masyarakat tidak berfungsi dalam mencegah kejahatan.14

14 H.R. Abdussalam, kriminologi, Restu Agung, Jakarta,2007, hal. 9 c. Psikologi kriminil

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut

kejiwaannya. Apakah kejiwaannya yang melahirkan kejahatan atau

karena lingkungan atau sikap masyarakat yang mempengaruhi

kejiwaan, sehingga menimbulkan kejahatan.

d. Psikopatologi dan neuropatologi kriminil

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dan

penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Apakah sakit jiwa atau urat

syaraf yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang timbul

akibat sakit jiwa atau urat syaraf.

e. Penologi

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari

penjahat – penjahat yang telah dijatuhi hukuman.

Apakah penjahat yang dijatuhi hukuman tersebut akan menjadi warga

masyarakat yang baik atau masih melakukan kejahatan, bahkan

mungkin lebih meningkat kualitas kejahatannya. Apakah pemidanaan

dikaitkan dengan latar belakang dan adanya keseimbangan antara

(27)

2. Ruang lingkup kriminologi terapan, meliputi:15

Untuk mengungkap kejahatan, menerapkan teknik pengusutan dan

penyidikan secara scientific. Dalam mengungkap kejahatan dengan

menggunakan scientific criminalistik antara lain yaitu identifikasi,

laboratorium kriminal, alat mengetes golongan darah (DNA), alat a. Higiene kriminil

Tujuannya untuk mencegah terjadinya kejahatan, maka usaha – usaha

pemerintah yaitu menerapkan undang – undang secara konsisten,

menerapkan sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilkukan

semata – mata untuk mencegah timbulnya kejahatan. Apakah menu

dan jenis makanan yang dapat menimbulkan kejahatan serta

sejauhmana pemerintah memperhatikan hygiene warganya untuk

mencegah terjadinya kejahatan.

b. Politik kriminil

Pencurian dan penjambretan banyak dilakukan oleh para

penganggurpenganggur yang tidak memiliki pendidikan dan

keterampilan kerja, maka pemerintah harus melaksanakan program

pendidikan keterampilan kepada para penganggur sesuai dengan bakat

yang dimiliki dan menyediakan pekerjaan serta penampungannya.

c. Kriminalistik

(28)

mengetest kebohongan, balistik, alat penentu keracunan, kedokteran

kehakiman, forensic toksionology, dan lain – lain scientific

kriminalistik lainnya sesuai dengan perkembangan kriminologi.

Sutherland, kriminologi meliputi ruang lingkup:

1. Sosiologi hukum

Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan terhadap

kondisi – kondisi masyarakat yang mempengaruhi perkembangan

hukum pidana.

Kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap hukum positif atau

peraturan perundang – undangan serta meneliti norma – norma hukum

positif dalam masyarakat yang menimbulkan kejahataan.16

16 Ibid, hal. 12

2. Etiologi kejahatan

Iimu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti mencari sebab –

musabab kejahatan. Yang diteliti adalah latar belakang akibat serta

faktor yang menimbulkan kejahatan.

Dengan mengetahui etiologi kejahatan tersebiut dapat mencegah

untuk meniadakan atau mengurangi kejahatan.

3. Penologi

Ilmu yang mempelajari dan meneliti perkembangan penerapan

hukuman termasuk manfaatnya dan faedahnya bagi penjahat maupun

(29)

4. Obyek Studi Kriminologi

Obyek studi kriminologi meliputi kejahatan, pelaku atau penjahat dan

reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku atau penjahat.

1. Kejahatan

Untuk mempelajari dan meneliti kejahatan menurut hukum (yuridis) dan

menurut non hukum (yuridis) atau menurut sosiologis.

a. Kejahatan menurut hukum (yuridis)

“Sutherland, kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara

sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan satu sanksi”.17

17Ibid, hal. 15

Dalam buku referensi dari Anglo saxon, kejahatan menurut hukum

dikelompokkan dalam istilah conventoinal crime yaitu kejahatan (tindak pidana)

yang dicantumkan dalam KUHP.

Istilah victimless crime (kejahatan tanpa korban, meliputi pelacuran,

perjudian, pornografi, pemabukan dan penyalahgunaan narkoba yang diatur dalam

peraturan perundangan – undangan tersendiri. Istilah white collar crime

(kejahatan kerah putih) meliputi tindak pidana korupsi, pelanggaran pajak, dan

penyalahgunaan wewenang yang dilkukan oleh tingkat elite dikenal dengan istilah

korupsi, kolusi dan nepotisme.

b. Kejahatan menurut non hukum (yuridis) atau kejahatan menurut sosiologis

Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh

masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki berbagai macam perilaku yang

(30)

Gejala kejahatan terjadi dalam proses interaksi antar bagian – bagian

dalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan

tentang kejahatan dengan kelompok – kelompok masyarakat mana yang memang

melakukan kejahatan.18

18 Ibid, hal. 17

Kejahatan (tindak pidana) tidak semata – mata dipengaruhi oleh besar

kecilnya kerugian yang ditimbulkan atau karena bersifat amoral, melainkan lebih

dipengaruhi oleh kepentingan – kepentingan pribadi atau kelompoknya, sehingga

perbuatan – perbuatan tersebut merugikan kepentingan masyarakat luas, baik

kerugian materi maupun kerugian/bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia,

walaupun tidak diatur dalam undang – undang pidana.

2. Pelaku atau penjahat

Penjahat atau pelaku kejahatan merupakan para pelaku pelanggar

hukum pidana dan telah diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan dalam

hukum pidana dikenal dengan istilah narapidana.

Dalam mencari sebab – sebab kejahatan, kriminologi positive, dengan

asumsi dasar bahwa penjahat berbeda dengan bukan penjahat, perbedaan mana

ada pada aspek biologik, psikologis, maupun sosio – kultural.

Oleh karena itu dalam mencari sebab – sebab kejahatan dilakukan

terhadap narapidana atau bekas narapidana, dengan cara mencarinya pada ciri –

(31)

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis

normative dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normative dimaksudkan untuk

melakukan pengkajian terhadap hukum pidana dan penerapan pidana badan

sebagai sarana kebijakan hukum pidana, dalam rangka pembangunan dan

pembaharuan hukum pidana di Indonesia, yaitu : pendekatan yang bertitik tolak

dari ketentuan peraturan perundang – undang dan diteliti dilapangan untuk

memperoleh faktor pendukung dan hambatannya.19

Pendekatan yuridis normative ini merupakan pendekatan dengan

berdasarkan norma – norma atau peraturan perundang – undangan yang mengikat

serta mempunyai konsekuensi hukum yang jelas.

Melalui pendekatan yuridis normative ini diharapkan dapat

mengetahui tentang Undang – Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak yang dapat diterapkan dalam mengkaji dan membahas permasalahan –

permasalahan dalam penelitian ini. Pendekatan yuridis empiris dimaksudkan

untuk melakukan penelitian terhadap dampak kenakalan remaja melalui

wawancara pada lembaga perlindungan anak yakni PKPA ( Pusat Kajian

Perlindungan Anak ).

(32)

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan mendiskripsikan

atau mengambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum. Sehingga

penelitian ini mencoba menggambarkan dan menjelaskan dampak kenakalan

remaja dalam perspektif kriminologi.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, sumber

data sekunder, dan sumber data tersier. Sumber data primer adalah asal data yang

diperoleh langsung dari sumbernya, sumber data sekunder adalah asal data yang

diperoleh tidak langsung dari sumbernya dan sumber data tersier adalah data yang

memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Dalam hal ini sumber data primernya adalah bang Iwan S.H, selaku salah satu

pegawai di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ). Sedangkan sumber data

sekundernya adalah berupa buku – buku literatur tentang kenakalan remaja,

catatan – catatan yang relevan, koran, Undang – undang, majalah, serta hasil riset

yang berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan dan sumber data

tersiernya adalah seperti Kamus Besar Indonesia, serta kamus – kamus keilmuan

lainnya.

4. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolahan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

(33)

tentang dampak kenakalan remaja di PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ),

kemudian studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data

primer atau data yang langsung dari sumbernya dengan mengadakan wawancara

dan observasi. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara ini

pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Wawancara dilakukan dengan

Iwan S.H selaku staf pegawai PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak ) di

Medan.20

Analis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data.

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengelolahan data merupakan pekerjaan

seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir secara

optimal dan secara nyata kemapuan metodelogis peneliti diuji.

Kemudian studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data

sekunder atau data yang tidak langsung dari sumbernya dengan metode

documenter, yaitu dengan cara membaca dan menelaah buku – buku literatur,

Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta hasil

penelitian yang ada hubungannya dengan judul skripsi saya ini.

5. Analisis Data

diharapkan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan

dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan

serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang saya lakukan

(34)

secara lengkap kualitas dan karateristik dari data – data yang sudah terkumpul dan

sudah dilakukan pengelolahan, kemudian dibuat kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas beberapa sub

bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini secara singkat adalah sebagai berikut.

Bab I : “Pendahuluan” adalah sebagai bab pengantar dari permasalahan, terdiri

dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

Bab II : “Dampak terjadinya kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi”

yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : dampak kenakalan remaja di

dalam keluarga, dampak kenakalan remaja di dalam pendidikan dan

dampak kenakalan remaja di dalam pergaulan.

Bab III: “Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di kota Medan” yang

terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : perkembangan kenakalan remaja dan

faktor penyebab kenakalan remaja.

Bab IV: “Upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif kriminologi”

yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : klasifikasi kenakalan remaja dan

upaya – upaya penanggulangan kenakalan anak remaja.

Bab V : “Kesimpulan dan saran”, bab ini merupakan penutup dari keseluruhan

materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : kesimpulan dan

(35)

BAB II

DAMPAK TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

A. Dampak Kenakalan Remaja Di Dalam Keluarga

Kenakalan adalah perilaku yang selalu menarik untuk dibicarakan.

Kenakalan tidak pandang bulu, artinya bisa melanda siapa saja, kapan saja dan

dimana saja tanpa mengenal usia, latar belakang, pendidikan, jenis kelamin, atau

status sosial. Setiap orang mempunyai kenakalannya sendiri yang ekspresinya

muncul dalam berbagai bentuk, baik terang – terangan maupun tersamar.

Keluarga adalaha unit sosial yang paling kecil yang peranannya besar

sekali terhadap perkembangan anak. Jadi anak tergantung sepenuhnya kepada

keluarga. Keluarga sangat berperan besar pada kehidupan anak, karena

keluargalah yang langsung dan tidak langsung berhubungan terus menerus dengan

anak, memberikan perangsang melalui berbagai corak komunikasi antara orangtua

dan anak.

Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan

informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Ada kalanya

orangtua bertindak atau bersikap sebagai patokan untuk ditiru oleh anak dan

meresap dalam diri anak tersebut dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap,

bertingkah laku dan bagian dari kepribadiannya. Keluarga masa kini sudah

(36)

Sebagai fungsi pendidikan yang sudah di serahkan kepada lembaga –

lembaga pendidikan seperti sekolah, membuat orang tua tidak lagi berperan dalam

perkembangan intelektual anak.

Fungsi rekreasi juga sudah jadi berpindah dari pusat dalam keluarga ke

tempat hiburan – hiburan di luar rumah, baik bagi anak maupun orang tuanya.

Dengan demikian fungsi keluarga menjadi sangat berkurang dan arti keluarga dan

ikatannya seolah – olah mengalami guncangan.

Agar terjaminnya hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan

peran aktif orang tua untuk membina hubungan – hubungan yang serasi dan

harmonis antara semua pihak dan keluarga. Berbagai macam masalah umum tidak

akan menjadi masalah dan tidak akan menyebabkan penderitaan bila mana

ditangani seawal mungkin, yakni penanganan masalah dalam keluarga.22

Dalam kenyataannya pola kehidupan keluarga dan masyarakat dewasa

ini jauh berbeda dibandingkan dengan pola kehidupan beberapa tahun silam.

Terjadi berbagai pergeseran dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang

terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang semakin pesat,

Hambatan eksternal adalah dengan berbagai ciri khusus mengenai

peranan yang sangat besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian

dalam anak apalagi kalau tidak didukung oleh kepribadian dasar yang terbentuk

dalam keluarga. Kegoncangan memang timbul, karena setiap manusia berhadapan

dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat.

(37)

khususnya di kota – kota besar, menimbulkan ruang hidup dan ruang lingkup

kehidupan menjadi bertambah sempit.23

23 Hasil wawancara denga Iwan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak di Kampung Susuk Ujung pada tanggal 11 Mei 2013

Tanpa mengikuti penyesuaian terhadap perubahan dengan corak yang

baru yang mungkin jauh berbeda dengan yang lama, akan mengalami kesenjangan

yang sering menimbulkan macam – macam kesulitan dan persoalan. Terlalu kaku

untuk mempertahankan pola lama akan sering menimbulkan masalah dalam

keluarga maupun masyarakat.

Sebaliknya, terlalu mengikuti arus juga bisa menimbulkan

kecanggungan, disamping menunjukan kurang adanya prinsip yang kuat,

gambaran kepribadian yang mantab karena mudah mengikuti dan berpengaruh

oleh rangsangan dari lingkungannya.

Lingkungan pergaulan buat anak adalah sesuatu yang harus dimasuki

karena lingkungan pergaulan seseorang anak bisa terpengaruh kepada

kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal – hal yang baik, di

samping bahwa lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam

perkembangan diri untuk hidup bermasyarakat.

Karena itu, lingkungan masyarakat sewajarnya menjadi perhatian

semua orang, agar bisa menjadi lingkungan yang baik yang bisa meredam

dorongan – dorongan negatif atau patologi pada anak maupun remaja. Upaya

perbaikan lingkungan sosial membutuhkan kerja sama yang terpadu dari berbagai

(38)

Salah satu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan kenakalan

adalah remaja, kelompok mereka seakan – akan tidak bisa dilepaskan dari

kenakalan sehingga selalu menjadi target orang – orang dewasa untuk di

persalahkan.

Padahal, belum tentu seluruh kenakalan mereka akibat inisiatif mereka sendiri,

melainkan karena situasi dan kondisi yang mendorong mereka melakukan

kenakalan.

Dua aspek yang selalu berkaitan dengan remaja adalah kemerdekaan

(independence) dan identitas diri (self identity). Seiring berjalannya waktu mereka

terus – menerus melepaskan keterikatan emosional dari orang tua. Secara

universal, kedua hal inilah yang menjadi ciri utama kelompok remaja, kedua hal

inilah yang menjadi ciri utama kelompok remaja, siapa pun mereka dan

dimanapun mereka berada.

Hal yang turut memengaruhi pola perubahan identitas remaja maupun

kebebasannya adalah situasi dan kondisi masyarakat tempat remaja tersebut

bertumbuh, misalnya, budaya, pendidikan, atau teknologi.

“Seringkali remaja memandang orang tua mereka terlalu lamban, dan dalam banyak hal mereka lebih unggul ketimbang orang tua mereka. Meskipun tidak salah, namun pandangan ini juga tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orang tua terlambat menyadari kondisi dan jalan pikiran anak remaja mereka sehingga

menimbulkan konflik”.24

Tidak sedikit orang tua bingung menghadapi sikap anak – anak remaja

merka yang mulai berani melancarkan protes atau penentangan, terutama

(39)

menentang otoritas orang tua yang mereka anggap membelenggu kemerdekaan

mereka. Dalam berbagai hal tampaknya mereka kurang sopan atau kurang

mengharagai maupun menghormati keberadaan orang tua yang telah bersusah

payah mengasuh mereka.

Di dalam keluarga, para remaja menuntut supaya pendapat, pikiran,

gagasan dan ide – ide mereka didengarkan dan dipertimbangkan ketika rumah

tangga sebagai sebuah institusi membuat keputusan atau kebijakan. Mereka

melakukan protes keras atau mengkritik dengan tajam kalau merasakan keadilan

tidak berpihak kepada kelompok mereka.

Penentangan, pemberontakkan, atau pembangkangan merupakan ciri

khas remaja yang selalu memusingkan orang tua dan keluarga. Hampir semua

keputusan yang diambil orang tua kemungkinan besar bermasalah dengan mereka

sehingga mereka protes dengan keras.

Selain melakukan penentangan, anak – anak remaja juga seringkali

terlihat seolah – olah tidak menghormati atau menghargai orang tua, sering

memotong pembicaraan, tidak sabar, acuh tak acuh, mengabaikan tata krama dan

memiliki sopan santun yang rendah. Semua tindakan ini bukanlah merupakan

sikap permanen remaja, setelah melewati masa remaja mereka akan menemukan

pola tata aturan yang lebih santun, menghargai etika, dan kesopanan.25

Kuatnya keinginan untuk melepaskan diri secara emosional dengan

orang tua dan keluarga di sekeliling kehidupan mereka, seringkali menjadi

pendorong kuat bagi para remaja untuk tidak menghargai atau mengabaikan tata

(40)

aturan dan kesantunan. Seringkali remaja memandang tata aturan sebagai

kemapanan perilaku orang – orang dewasa yang membelenggu kebebasan mereka.

Meskipun argumentasi mereka mungkin mengandung unsur – unsur

kebenaran, namun belum tentu orang tua mereka sepenuhnya membuat kesalahan.

Oleh karena itu, kecenderungan mereka adalah melepaskan diri dari belenggu

tersebut, misalnya dengan mengabaiakan atau dengan sengaja melanggarnya

sebagai upaya untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka.

Tidak sedikit anak – anak remaja yang dulu pada masa kecil penurut

dan ceria, kini berubah menjadi remaja pembangkang, pemberontak dan mau

menang sendiri. Tuntutan mereka acapkali tidak mempertimbangkan situasi dan

kondisi, jika keinginan mereka tidak dipenuhi, mereka melakukan protes keras

atau murung dan mengurung diri di dalam kamar selama berhari – hari.

Salah satu pangkal perseteruan keluarga dengan anak remaja adalah

menyangkut kemerdekaan (freedom). Anak remaja selalu menuntut kemerdekaan

untuk menentukan sendiri pendapat, pilihan, pikiran, maupun keputusan mereka.

Sebaliknya orang tua selalu ingin mendominasi kebebasan anak remajanya.

Perseteruan ini disebabkan kebanyakan orang tua secara emosional

tidak siap melepaskan anak remajanya untuk merancang sendiri masa depannya

sesuai dengan cita – cita mereka. Ini merupakan kepicikan pola pikir orang tua

yang selalu ingin terlibat terlalu jauh dengan hal – hal yang sebenarnya sudah

berada di luar kapasitas dan kapabilitasnya.26

(41)

B. Dampak Kenakalan Remaja Di Dalam Pendidikan

Pendidikan formal dilaksanakan dalam semesta pendidikan nasional.

Menurut TAP MPR No. II/MPR/1988, Pendidikan nasional berdasarkan

pancasila, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang

Mahaesa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, pekerja keras,

tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cedas dan terampil serta sehat jasmani dan

rohani.27

27 R. Sudarsono, op cit, hal. 129

Sekolah merupakan satu – satunya tempat anak mendapatkan

pendidikan secara formal dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk

mewujudkan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah

membimbing anak didik menjadi warga negara pancasila yang berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa, bermoral, berkesadaran masyarakat serta bertanggung

jawab terhadap kesejeteraan masyarakat.

Tidak jarang sekolah menjadi tempat yang turut mempengaruhi pola

kejahatan anak remaja, diantaranya :

a. Sekolah yang selalu berusaha memanjakan anak – anak yang sebenarnya

kurang mampu.

b. Guru bersifat menolak (reject)

c. Sekolah menerapkan disiplin secara kaku, tanpa menghiraukan perasaan anak

serta suasana sekolah yang buruk menimbulkan anak – anak yang suka

(42)

Dalam konteks ini sekolah merupakan ajang pendidikan yang kedua

setelah lingkungan keluarga bagi anak remaja. Di kota – kota besar di Indonesia

masah remaja masih merupakan masa di sekolah terutama pada masa – masa

permulaan. Dalam masa terebut pada umumnya remaja duduk di bangku sekolah

menengah pertama atau yang lebih setingkat.

Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi

interaksi antara remaja dengan sesamanya, juga interaski antar remaja dengan

pendidik. Interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat

sampingan yang negatif bagi perkembangan mental sehingga anak remaja menjadi

nakal.

Anak – anak yang memasuki sekolah tidak semua berwatak baik,

misalnya penghisap ganja, cross boy dan cross girl yang memberikan kesan

kebebasan tanpa kontrol dari semua pihak terutama dalam lingkungan sekolah.

Dalam sisi lain, anak – anak yang masuk sekolah ada yang berasal dari

keluarga yang kurang memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap

kali berpengaruh pada teman yang lain. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah

– sekolah sebagai tempat pendidikan anak – anak dapat menjadi sumber

terjadinya konflik – konflik psikologis yang pada prinsipnya memudahkan anak

menjadi nakal.28

Pengaruh negatif yang menangani lansung proses pendidikan antara

lain kesulitan ekonomi yang di alami pendidik dapat mengurangi perhatiannya

(43)

terhadap anak didik. Pendidik sering tidak masuk, akibatnya anak – anak didik

terlantar, bahkan sering terjadi pendidik marah kepada muridnya.

“Biasanya guru marah apabila terjadi sesuatu yang menghalangi keinginannya tertentu, dia akan marah apabila kehormatannya direndahkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, atau sumber rejekinya dan sebangsanya dalam

keadaan bahaya, sebagian atau seluruh atau lain dari itu”.29

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil

hukuman/sanksi – sanksi yang kurang menunjang terjadinya tujuan pendidikan,

ancaman yang tiada putus – putusnya disertai disiplin yang terlalu ketat,

disharmonis antara didik dan pendidik, kurangnya kesibukan belajar di rumah.

Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak

kerap kali memberih pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap peserta

didik di sekolah sehingga dapat menimbulkan kenakalan remaja.30

Adapaun beberapa hal yang terdapat dalam masyarakat kita yang

mempengaruhi pola kehidupan remaja, antara lain:

C. Dampak Kenakalan Remaja Di Dalam Masyarakat

Masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas

sifat dan tersusun dari berbagai sistem dan sub sistem salah satunya adalah

keluarga. Dalam proses untuk membentuk seseorang individu masyarakat

mendapat perang penting terutama dalam membentuk mentalitas hidup seseorang

(44)

a. Sulit memperhatikan kepentingan anak dan melindungi hak anak khususnya

berhadapan dengan berbagai perilaku kekerasan terhadap anak yang marak

terjadi belakangan ini.

b. Masyarakat kita sulit memberikan kesempatan bagi anak untuk melaksanakan

kehidupan sosial dan tidak mampu menyalurkan emosi anak secara sehat.

c. Perilaku masyarakat yang suka memilah – milah atau mengkategorikan

masyarakat berdasarkan umur. Hal ini menjadikan para remaja seolah – olah

tersisih dari suatu.

Hubungan yang positif, bermakna, langgeng dan mendalam dengan

generasi yang lebih tua yang seharusnya bisa membantu mereka dalam

pertumbuhannya. Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapat

pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungannya baik langsung maupun

tidak langsung.

Pengaruh yang dominan adalah akselarasi perubahan sosial yang

ditandai dengan peristiwa – peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan

seperti persaingan dalam perekonomian, pengangguran, mass media dan fasilitas

rekreasi. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan dan kemiskinan

mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia sebab kedua hal tersebut akan

mempengaruhi keadaan jiwa manusia di dalam hidupnya termasuk remaja.

Dalam kenyataan ada sebagian remaja miskin yang memiliki perasaan

rendah diri dalam masyarakat sehingga anak – anak tersebut melakukan perbuatan

melawan hukum terhadap hak milik orang lain, seperti pencurian, penipuan dan

(45)

Dengan hal ini ada anggapan bahwa kenakalan remaja tersebut timbul

sebagai konpensasi untuk menyamakan dirinya dengan kehidupan para keluarga

kaya yang biasa hidup gemerlapan dan berfoya – foya. Kemiskinan keluarga

ekonomi lemah bukanlah penyebab satu – satunya bagi timbulnya kenakalan

remaja akan tetapi memiliki titik singgung di dalamnya.

Adanya pengangguran di dalam masyarakat terutama anak – anak

remaja akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan timbulnya niat jahat di

kalangan masyarakat maupun anak – anak remaja di sebabkan karena

menganggur.

Di kalangan masyarakat sudah sering terjadi kejahatan seperti

pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan dan

pencurian. Kejahatan – kejahatan tersebut dilkukan oleh penjahat dari tingkatan

umur yang beraneka ragam, terdiri dari orang lanjut usia, orang dewasa dan

remaja. Bagi anak remaja keinginan/kehendak untuk berbuat jahat kadang –

kadang timbul karena bacaan, gambar – gambar dan film.

Bagi mereka yang mengisi waktu senggangnya dengan bacaan – bacaan

yang buruk (misalnya novel seks), maka hal itu akan berbahaya dan dapat

menghalang – halangi mereka untuk berbuat hal – hal yang baik. Demikian pula

tontonan yang berupa gambar – gambar porno akan memberi rangsangan seks

terhadap remaja, rangsangan seks tersebut akan berpengaruh negatif terhadap

perkembangan jiwa anak remaja.32

(46)

BAB III

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DI KOTA MEDAN

A. Perkembangan Kenakalan Remaja

Kenakalan anak remaja tidak dapat dipisahkan dari perkembangan

zaman dari era ke era. Sebab setiap zaman memiliki ciri khas yang berbeda dan

memiliki tantangan yang berbeda khususnya kepada generasi mudanya, sehingga

anak – anak muda ini bereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi atau

zaman yang berbeda.

Pada tahun 50 sampai pada 60-an di Indonesia yang menjadi masalah

rumit bagi orang muda ialah adaptasi terhadap situasi sosial politik yang baru,

yaitu setelah menjalin kemelut merebut kemerdekaan. Kenakalan anak remaja

pada saat itu umumnya berupa penodong sekolah – sekoah untuk mendapatkan

izasah dan penonjolan diri yang berlebihan bak pahlawan kesiangan.

Kenakalan remaja pada zaman ini juga berupa keberandalan dan

tindakan kriminal ala anak remaja, menirukan pola – pola perilaku anak – anak

muda di luar negeri yang mereka hayati dengan hadirnya film –film impor dan

buku – buku bacaan sadisitis dan buku – buku porno.

Adapun faktor – faktor kenakalan mereka adalah karena ketidak

mampuan si anak memanfaatkan waktu kosong dan kurangnya pengendalian

terhadap dorongan meniru. Sayangnya yang mereka tiru justru perbuatan yang

(47)

melakukan tindak kriminal untuk memuaskan ambisi sosial yang semakin

meningkat.

Pada tahun 70-an ke atas, kenakalan remaja di kota – kota besar di

tanah air sudah menjurus pada kenaklan yang lebih serius, antara lain berupa

tindak kekerasan, penjambretan, penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk

perkosaan sampai pada perbuatan pembunuhan dan perbuatan kriminal lain.

Kenakalan dan kenakalan tersebut erat kaitannya dengan makin

derasnya arus urbanisasi dan semakin banyaknya jumlah remaja desa berimigrasi

ke daerah perkotaan tanpa jaminan sosial yang mantap, ditambah sulitnya,

mencari pekerjaan yang cocok dengan keinginan mereka.

Proses sosial di kota – kota besar mengakibatkan adanya perubahan –

perubahan sosial yang ditimbulkan karena berbagai masalah: antara lain masalah

urbanisasi, industrialisasi, kemajuan teknologi yang mengakibatkan adanya

mobilitas horisontal dan mobilitas vertikal yang tinggi, sedangkan kesemuanya itu

akan mempertemukan manusia – manusia dari berbagai masyarakat, suku dan

bangsa, di kota modern, masing – masing dengan membawa ikatan norma –

norma/nilai – nilai yang hidup yang saling berbeda ataupun yang bertentangan

dengan satu sama lain.

Suasana ini selain menimbulkan culture conflict, juga bisa

menimbulkan suasana samarpola (dubicus patters of life) di mana orang karena

(48)

tempat menjadi bingung, sehingga berpegangan pada norma/nilai – nilai hidup

mana yang akhirnya pola hidup menjadi samar – samar.33

33 Ninik Widiyanti dan Yulias Waskita, cetakan pertama, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 117

Pada tahun berikutnya kenakalan remaja semakin meluas baik dalam

frekuensinya maupun dalam kualitas kenakalannya. Dapat dilihat dari semakin

banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan narkotika di tengah masyarakat

dan memasuki ruang sekolah. Seiring dengan berkembangnya zaman, tidak dapat

kita pungkiri kenakalan remaja pun semakin berkembang. Pada masa sekarang ini

yang dikenal dengan masa atau era reformasi dan kebebasan sepertinya membawa

dampak yang nyata dalam perkembangan kenakalan remaja.

Masa sekarang ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan

keinginan hatinya, lebih berani mengutarakan pendapatnya, bahkan akan

mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Sering ditanggapi orang tua

sebagai pembangkangan, remaja tidak ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi,

mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan

kesenangannya.

Anak juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang

dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan – peraturan yang

menurut anak kurang beralasan.Kenakalan remaja yang semula hanya merupakan

masalah lokal di kota – kota besar terutama di Jawa, sekarang berkembang di

(49)

Malahan ada kekawatiran bahwa masalah itu sudah memasuki beberapa

daerah – daerah pedesaan. Semula hanya dilakukan oleh anak – ank golongan

ekonomi lemah untuk bentuk kenakalan atau kejahatan berlatar belakang

ekonomi, sekarang dilkukan oleh anak dari berbagai golongan ekonomi, baik

lemah, menengah dan kuat.

Sementara untuk kenakalan atau kejahatan susila, kejahatan dengan

kekerasan dan penyalagunaan narkotika yang semula dilakukan oleh kebanyakan

anak – anak golongan ekonomi kuat dan berkedudukan sosial yang tinggi dan

sedang, sekarang telah dilkukan oleh sebagian dari anak golongan ekonomi lemah

dan berkedudukan sosial yang rendah.

Kelompok pelaku yang bergerak dalam wadah “gang” semula bersifat

monogen, sedang proses perkembangannya menjadi kelompok gang yan g

heterogen. Bahkan perkelahian – perkelahian massal justru sering terjadi pada

kelompok anak sekolah.34

Ada kemungkinan pola – pola lama secara lambat menghilang dan pola

baru muncul secara lambat (proses desintegrasi lambat). Proses seperti itu tidak

begitu berbahaya karena masih ada kesempatan bernafas. Tetapi sangat dramatis

bila pola – pola lama lenyap sebelum pola – pola baru muncul, sehingga Dengan munculnya pola – pola baru dalam perubahan berarti

lenyapnya pola – pola lama. Lenyapnya pola – pola kelakuan tradisional dan

munculnya pola – pola baru menimbulkan ketegangan – ketegangan.

(50)

masyarakat kehilangan pegangan. Masa transisi seperti itu menimbulkan

ketegangan – ketegangan, problema sosial dan neurose.

Dalam masyarakat terdapat social different dan social differen ini

membentuk differential organization (kelompok yang berbeda), sedang

differential organization menimbulkan differential asscoation memiliki norma

tersendiri yang berkemungkinan saling bertentangan. Individu anggota asscoation

yang berlainan merasa asing terhadap norma organisasi sosial yang lain.35

Steven Box dalam bukunya yang berjudul Deviance, Reality dan

Society mengemukakan bahwa ada anak – anak dan remaja yang mempunyai

kemauan untuk melakukan kenakalan tetapi tidak perna terwujud. Untuk

mewujudkan keinginan tersebut, ada beberapa hal yang diperlukan yaitu:

Karena samarnya norma, maka sering individu bertindak trial dan error

(tubrukan). Samarnya norma membuat individu tak memiliki norma yang

seharusnya. Norma lama di buang, sedang norma baru belum ada. Nilai – nilai

hidup bergeser tanpa diiringi nilai – nilai baru yang tetap, seakan – akan terjadi

kekosongan nilai – nilai.

Kebudayaan sebagai sumber nilai – nilai yang tidak memberi

pegangan, keran norma lama tidak lagi mempunyai kekuatan, sedang norma baru

belum ada maka tidak mengherankan timbulnya bentrokan satu sama lain,

bagaikan orang berjalan dalam gelap gulita tanpa lampu.

Referensi

Dokumen terkait

Kenakalan remaja yang demikian ini tidaklah menimbulkan kekhawatiran dikalangan masyarakat luas (orang tua, guru, teman, dan masyarakat umum), tetapi justru perilaku yang

Tingkah laku, perbuatan siswa yang merugikan dirinya sendiri atau orang lain dan melanggar nilai-nilai moral maupun nilai-nilai sosial (Gunarsa, 1995: 15). Kenakalan siswa

Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti

Lingkungan pergaulan memegang peranan dalam meningkatnya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di Kota Palu. Sebagian besar remaja yang terlibat atau masuk sebagai

Dalam pengertian yang lebih luas tentang kenakalan remaja ialah perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti

(1991) yang menjalankan kajian yang sama di Santa Monica Calif menyebut karakteristik tingkah laku histeria yang ditunjukkan pelajar ialah simptom penyakit yang lebih cenderung

Bagi jenis tingkah laku lari dari rumah yang kedua pula, remaja yang digolongkan dalam kategori ini ialah remaja yang sengaja keluar rumah dalam jangka masa beberapa hari dengan

Sebab-sebab tingkah laku mencederakan diri dalam kalangan remaja di bandar Kota Kinabalu ABSTRACT Tingkah laku mencederakan diri merupakan masalah utama yang menyebabkan seseorang