BAHASA ALAY PADA REMAJA DALAM KONSTELASI KEBAHASAAN SAAT INI
OLEH
SONIYA UTARI
NIM 100701008
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana
sastra dan telah setujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Sugiana br. Sembiring, M.Hum Drs. T. Aiyub Sulaiman
NIP 19621 1111 98702 2 002 NIP 19500101 198003
1 003
Departemen Sastra Indonesia
Ketua
Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan
yang penulis perbuat ini tidak benar, maka penulis bersedia menerima sanksi
berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang penulis peroleh.
Medan, Agustus 2014
Penulis
BAHASA ALAY PADA REMAJA DALAM KONSTELASI KEBAHASAAN SAAT INI
OLEH
SONIYA UTARI
ABSTRAK
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan moril dan materil,
nasehat, dan petunjuk. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih dengan
setulus hati kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara serta Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, dan
Pembantuk Dekan III.
2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P, sebagai sekretaris Departemen Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
4. Ibu Dra. Sugihana Sembiring, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I.
Terimakasih atas buat semua jerih parah dan kerja keras ibu dalam membimbing
penulis dan semua informasi, nasihat, dan saran yang ibu berikan selama proses
penyusunan skripsi ini. Penulis sangat bersyukur dan berterimakasih diberi
kesempatan menjadi mahasiswa bimbingan ibu.
5. Bapak Drs. Aiyub Sulaiman, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, dan masukan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Salliyanti M.Hum , sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi
7. Bapak dan ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan
dan pengajaran berbagai materi perkuliahan selama penulis mengikuti
perkuliahan.
8. Kedua orang tua tercinta yang luar biasa yang selalu memberikan segala
kecukupan atas semua yang diperlukan. Buat Mama tercinta Elinar Alinuddin,
terimakasih Mama untuk semua dukungan Mama, baik itu doa, nasihat, kasih
sayang, dan dukungan materi yang Mama berikan, sampai kapanpun tidak akan
dapat penulis gantikan. Penulis bangga mempunyai ibu seperti Mama. Penulis
selalu menyayangi Mama seumur hidup. Penulis berterima kasih kepada allah
SWT atas orang tua yang diberikan kepada penulis. Papa tersayang, Jamili Ismail,
terima kasih untuk perhatiaannya dan motivasinya yang selalu mendengar semua
keluh kesah putrinya yang tercinta ini. Penulis bersyukur dan bangga memiliki
kedua orang tua seperti Jamili Ismail dan Elinar Alinuddin.
9. Abang dan kakak tersayang yang luar biasa selalu memberikan perhatian
kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi. Idral sebagai abang yang
mengerti kondisi penulis dalam setiap proses mengerjakan skripsi. Ines Sorita
sebagai kakak yang mengerti kondisi adiknya tersayang dalam mengerjakan
skripsi dan selama proses penelitian.
10. Isteri abang penulis, Ira yang memberikan dukungan moral kepada penulis
sehingga penulis menjadi bersemangat untuk kembali mengerjakan skripsi.
Keponakan penulis yang lucu, Raziq Azka yang selalu memberi suasana baru
yang mampu membuat penulis tertawa kembali karena kelucuan dan celotehannya
yang menggemaskan setiap hari.
11. Buat Sahabatku yang selalu bawel dan perhatian. Jois Elisabeth Siagiaan,
Yunita Delfiana, Nurintan Tambunan, Siti Fatima, Utami M. dinanti dan seluruh
angkatan Sastra Indonesia 2010. Terimakasih atas doa-doanya dan perhatiannya
semua kenangan yang telah dilakukan bersama selama proses perkuliahan.
12. Buat kakak-kakak yang selalu mendukung dalam doa dan memotivasi penulis
(Sastra Indonesia 2009), kak Nanda Dwi Astri (Sastra Indonesia 2008). Semua
perhatian, dukungan, dan semangat dan doa-doa yang tidak bisa dilupakan oleh
penulis.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.
Medan, Agustus 2014
Soniya Utari
DAFTAR ISI
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Konsep ... 6
3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 16
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 16
3.1.2 Waktu Penelitian ... 16
3.2 Sumbar Data ... 16
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 17
BAB IV BENTUK PENGGUNAAN BAHASA ALAY ... 22
4.1Bentuk Penggunaan Bahasa Alay ... 22
4.1.1 Tampilan Fonem dibaca Kata ... 22
4.1.2 Tampilan Singkatan dibaca Kata ... 23
4.1.2.1 Tampilan Kolaborasi Huruf Besar dan Huruf Kecil dibaca Kata ... 25
4.1.2.2 Tampilan Kolaborasi Huruf dengan Angka dibaca Kata ... 27
4.1.3 Tampilan Singkatan Berupa Akronim ... 28
4.2 Makna Bahasa Alay ... 29
4.2.1 Makna Fonem ... 29
4.2.2 Makna Kata ... 30
4.2.3 Makna Singkatan dan Akronim ... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 35
5.1 Simpulan ... 35
5.2 Saran ... 35
BAHASA ALAY PADA REMAJA DALAM KONSTELASI KEBAHASAAN SAAT INI
OLEH
SONIYA UTARI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993:21). Sosiolinguistik memandang
bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari
masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan
pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi
konkret (Appel dalam Suwito, 1982:2). Bahasa bukan merupakan sistem tunggal,
melainkan terdiri dari subsistem morfologi, sintaksis, dan leksikon (Chaer dan
Leoni 2004:15).
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa
bunyi suara atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi
hatinya kepada manusia lain (Soekono, 1984:1).
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang
bunyi ujaran, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1990:1). Menurut
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merupakan alat komunikasi antaranggota
masyarakat berupa bentuk dan makna.
Bahasa adalah alat komunikasi dan alai interaksi yang hanya dimiliki oleh
manusia (Chaer, 2004:1). Menurut pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa bahasa merupakan suatu sistem yang berupa lambang dan bunyi bersifat
arbitrer sebagai alat komunikasi.
Berdasarkan pendapat tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahasa
adalah alat komuinikasi yang hanya dimiliki oleh makhluk hidup yang disebut
manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makhluk hidup yang lain
tidak memiliki bahasa sebagai alat komunikasi.
Masyarakat itu terdiri dari individu –individu, secara keseluruhan individu
saling mempengaruhi dan saling bergantung, maka bahasa yang sebagai milik
dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual
dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa lain. Oleh karena itu,
individu tetap terikat pada aturan permainan yang berlaku bagi semua anggota
masyarakat. Bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupaya menjelaskan
kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam
situasi-situasi yang bervariasi.
Dalam variasi bahasa setidaknya terdapat tiga hal, yaitu pola-pola bahasa
yang sama, pola-pola bahasa tersebut dapat dianalis secara deskriptif, pola-pola
yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk
berkomunikasi. Disamping itu, variasi bahasa disebabkan oleh perbedaan tempat
atau lingkungan pemakai bahasa, waktu, dan pemakai (Pateda, 1987:52).
Variasi bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik,
Kridalaksana (1974) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik
yang berusaha menjelaskan ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi
ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri-ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Kemudian
dengan mengutip pendapat Fishman (1971:4) Kridalaksana mengatakan bahwa
sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan fungsi berbagai variasi
bahasa, serta hubungan diantara bahasa dengan ciri dan fungsi itu dalam suatu
masyarakat bahasa. Jadi variasi bahasa yang disebut idiolek yakni variasi bahasa
yang bersifat perseorangan. Bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan universal
yang memiliki banyak fungsi. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Namun tampaknya bahasa
merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan
dengan alat komunikasi lainnya.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan
oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua
pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu, Jadi variasi bahasa itu terjadi
sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
Kedua, variasi bahasa sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi
diterima ataupun ditolak. Lebih jelasnya, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan
berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat
sosial.
Perkembangan teknologi dan budaya asing saat ini sangat berpengaruh
dalam kehidupan kita sehari-hari. Terutama dalam kehidupan serta pergaulan
remaja. Semakin majunya teknologi dan ditambah dengan pengaruh budaya asing
tersebut, maka akan mengubah sikap, perilaku, serta perbuatan mereka.
Bahasa Alay digolongkan ke dalam kategori bahasa slang, yaitu variasi
sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Namun seiring dengan perkembangan
zaman, bahasa Alay semakin banyak dipakai sebagai bahasa lisan dalam
percakapan sehari-hari oleh masyarakat khususnya pada kalangan remaja,
terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.
Saat ini dalam lingkungan pergaulan telah dikenal dengan nama bahasa Alay.
Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin diakui
statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan gaya
berpakaian, dan meningkatkan kenarsisan. Cukup kreatif di dunia Alay ini seperti
pengguna internet sejati (Koentjaraningrat dalam Fanayun, 2010:6). Penggunaan
kata ‘anak muda’ dirasa kurang sesuai, karena penggunaan bahasa Alay ini marak
dipopulerkan oleh ABG (anak baru gede) tingkat SMP maupun SMA. ABG selalu
berhasil menciptakan sebuah gaya baru mengenai dirinya. Keberadaan bahasa
Alay dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi dalam pergaualan sehari-hari,
baik lisan maupun tulisan. Bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun
tanpa disadari lama kelamaan bahasa Alay bisa mengancam eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan karena menyimpang dari kaidah-kaidah
5 Cemungut Semangat
6 Haghaghaghaghag,wkwkwkwkw Ketawa
7 Bobox,bubuk Tidur
8 Miapah Demi apa
Penggunaan bahasa Alay pada kalangan remaja khususnya bagi anak SMP dan
SMA pada saat ini tentu saja mengkhawatirkan . Hal ini terbukti bahwa bahasa
tersebut tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penelitian mengenai bahasa Alay ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ada
sebelumnya karena fokus yang diteliti adalah bahasa alay pada remaja, khususnya
anak SMP dan SMA yang masih terus mempertahankan eksistensinya. Setiap
bahasa di dunia memiliki sifat unik dan tidak semua masyarakatnya dapat
mempertahankan eksistensinya. Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti
tertarik untuk meneliti Tinjauan Sosiolinguistik Bahasa Alay dalam Konstelasi
Kebahasaan Saat Ini. Peneliti ingin mengungkapkan keunikan bahasa Alay pada
remaja yang masih mempertahankan eksistensi bahasa Alay tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,agar penelitian ini jelas dan lebih
terarah maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk penggunaan bahasa Alay pada remaja ?
2. Apa faktor- faktor penyebab terjadinya bahasa Alay pada remaja ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Alay pada anak remaja.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya bahasa Alay
1.3.1 Manfaat Penelitian 1.3.1.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan kajian
ilmu komunikasi pada umumnya dan komunikasi kelompok secara khusus
yaitu penggunaan bahasa alay sebagai bahasa komunitas.
1.3.1.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa
mengenai adanya faktor sosiolinguistik yang diterapkan pada pemakaian
bahasa Alay.
b. Bagi Pengguna Bahasa Alay
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dalam memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan
beberapa konsep yaitu sosiolinguistik, remaja, dan variasi bahasa.
2.1.1 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah gabungan dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi
adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia dalam masyarakat dan
mengenai lembaga-lembaga serta proses sosial yang ada di dalam masyarakat.
Sedangkan linguistik adalah bidang yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya (Chaer dan Agustina, 1995:3).
Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi
variasi bahasa, dan pemakaian bahasa. Ketiga unsur ini selalu berinteraksi,
berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur
(J.A Fishman, 1972:4).
2.1.2 Remaja
Masa remaja adalah masa transisi atau perlalihan dari masa anak ke
dewasa, pada masa ini individu banyak mengalami perubahan-perubahan fisik
mauapu psikis. Sulit untuk menentukan kapan masa masa remaja ini dimulai dan
kapan masa remaja ini berhenti (Hurlock, 1973).
Remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai indentity
versus role confusion. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini adalah pencarian
dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang
memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa
(Erikson,1968).
2.1.3 Variasi Bahasa
Variasi bahasa adalah keanekaragaman bahasa yang disebabkan oleh faktor
penuturnya yang homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan sangat beragam. Dilihat dari segi penutur, ragam bahasa dapat dibagi
atas idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Idiolek adalah variasi bahasa yang
bersifat perorangan. Variasi idiolek ini bisa saja berkenaan dengan warna suara,
pilihan kata, gaya bahasa, dan sebagainya. Dialek adalah variasi bahasa dari
sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat,
wilayah, atau area tertentu. Kronolek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
kelompok sosial pada masa tertentu. Sosiolek adalah variasi bahasa yang
berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya (Labov
dalam Chaer dan Agustina, 1995:86).
Setiap kegiatan menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu. Keragaman
ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang
sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas (Chaer dan Leonie, 2001:80).
Variasi bahasa merupakan salah satu gejala bahasa yang dapat menghambat
perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa.
Hendaknya penggunaan variasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari harus
disesuaikan dengan konteks penggunaannya. Kurangnya kesadarann untuk
mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak hilangnya bahasa Indonesia di dalam
masyarakat.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Singkatan
Singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf,baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk
lengkapnya (Sugihastuti, 2000:35).
2.2.2 Akronim
Akronim adalah kependekan yang merupakan gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, atau gabungan huruf awal dan suku kata, yang ditulis dan
2.2.3 Bahasa Alay
Bahasa Alay dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang bersifat
sementara yang biasanya berupa singkatan menggabungkan huruf dengan angka,
memperpanjang atau memperpendek dan mencampurkan huruf besar dan kecil
membentuk sebuah kata maupun kalimat. Bahasa alay lebih sering digunakan oleh
anak-anak remaja seumuran SMP maupun SMA, yang secara tidak langsung
bahasa tersebut menjadi suatu budaya. Uniknya, bahasa pergaulan yang
sebenarnya diciptakan untuk kalangan terbatas justru berkembang menjadi bahasa
pergaulan yang digunakan bahasa sehari-hari. Hal itu, karena terjadi kebocoran
ragam bahasa. Bocor dari kelompok sosial tertentu ke kelompok sosial lainnya
(http://liputan24.info/bahasa/25/4/11.13.00).
Remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri.
Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal
yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat
mengetahui apa yang sedang dibicarakannya . Masa remaja memiliki karakteristik
antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Keinginan untuk
membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia
(Sumarsono dan Partana. 2002:150).
Bahasa Alay merupakan salah satu bentuk variasi bahasa yang timbul
akibat perkembangan zaman. Bahasa Alay adalah bahasa yang digunakan untuk
bergaul dan berteman di tengah masyarakat. Bahasa Alay berasal dari bahasa
slang yang telah mengalami perkembangan. Bahasa slang yang pada awalnya
merupakan bahasa rahasia antarsesama kaum pencoleng, pencopet, bandit dan
sebangsanya, kemudian berkembang lebih luas dan dipakai oleh kaum muda,
pelajar dan mahasiswa dengan inovasi-inovasi baru di kalangan mereka sendiri
(Poedjosoedarmo, 2003:66).
Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program Short Message
Service yang bisa dikatakan pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan
tarif per karakter yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun, dalam
perkembangannya, kata-kata yang disingkat tersebut semakin menyimpang. Situs
jejaring sosial yang sudah ada dan penerapan bahasa Alay sudah diterapkan di
Namun sudah mengubah kosakatanya bahkan cara penulisannya pun bisa
membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil
yang diacak ditambah dengan angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti
kosakatanya pun bergeser jauh dari yang dimaksud. Semua kata dan kalimat
‘dijungkirbalikkan’ begitu saja dengan memadukan huruf dan angka. Penulisan
gaya bahasa Alay tidak membutuhkan standar baku atau panduan khusus, semua
dilakukan suka-suka dan bebas saja (aldawamu.wordpress.com).
Gaya eja dalam bahasa Alay bekerja pada tataran linguistik bahasa. Gaya
eja bahasa Alay memperlakukan abjad, tanda baca, dan bilangan sebagai simbol
yang berupa bunyi atau huruf tertentu sehingga dapat menikmati kekreatifan
linguistik semacam ini. Gaya eja Alay justru memecahkan sandi yang digunakan
dalam penulisan. Tulisan Alay adalah sebagai sandi dan hanya butuh sedikit
kesabaran dan waktu untuk terbiasa dengannya dan untuk mampu
memecahkannya. Pengguna gaya eja bahasa Alay pun telah mempraktikkan gaya
ejanya di tempat yang semestinya. Mereka berbahasa Alay bukan dalam laporan
ilmiah atau pidato resmi. Mereka berbahasa alay dalam ruang-ruang bahasa yang
sifatnya lebih santai seperti di situs jejaring sosial, obrolan pribadi, dan pesan
singkat (andriew.blogspot.com).
Bentuk kata-kata yang dipakai oleh komunitas Alay (Retno Rendrasari, 2013: 4-5)
yaitu :
a. Penghilangan Vokal
Vocal [a] pada kata [Ada: Ad, add] dan [Aja : JaA, aJj]
Vocal [e] pada kata [Beli : bLii], [Besok : Bsok]
Vocal [i] pada kata [Kita : kta], [Minum : mnum]
Vocal [u] pada kata [Juga: jga], [Pulsa : plsa]
Penghilangan vocal [o] tidak ditemukan pada data yang diperoleh.
b. Penambahan Vokal
Vokal [a] pada kata [Aja : JaA]
Vokal [e] pada kata [Pake : pkee]
Vokal [i] pada kata [Lagi: Lgii]
Dari hasil data, penambahan fonem vokal hanya terjadi pada huruf vokal [a], [e],
[i], dan [u].
c. Penanggalan Vokal
Vokal [e], [Kesana: k’sna], [Kemana: k’mana]
penanggalan Vokal [i],[Disaat: d’saat], [Disalahkan: d’salahkan]
Pada data yang telah dianalisis oleh penulis penanggalan pada fonem vokal
[a], [u], dan [o] tidak ditemukan pada bahasa alay pada anak remaja. Penanggalan
kata bahasa alay tersebut yaitu menggantikan kedudukan huruf vokal dengan
tanda apostrof [‘] yang berfungsi sebagai pengganti kata yang ditanggalkan.
Selanjutnya penulis akan mengklasifikasikan bagian-bagian dari fonem konsonan.
d. Penghilangan Konsonan
Konsonan [h] yaitu [Pahit: pAiT],
penghilangan vocal [k] yaitu [Cowok:cwo]
Penghilangan yaitu tidak menggunakan atau menghilangkan satu huruf
konsonan pada kata. Pada kata-kata di bawah ini akan diklasifikasikan huruf-huruf
konsonan yang dihilangkan pada kata.
e. Penambahan konsonan
Konsonan [d] pada kata [Ada: add],
Konsonan [h] pada kata [Adalah:adlahh],
Konsonan [j] pada kata [Aja: ajj],
Konsonan [k] pada kata [Aku: kkuh],
konsonan [t] pada kata [Akan: kantt],
Konsonan [p] pada kata [Apa: app],
Konsonan [s] pada kata [Balas: balss]
konsonan [y] [Sayang: syyng].
Penambahan yang terjadi pada fonem konsonan yang ditemukan adalah [d], [h],
f. Penanggalan konsonan
Konsonan [n] pada kata [Berikutnya: berikut.y]
[Hujannya: hujan.y] tanda [.] pada kata ini menggantikan huruf [n] yang
ditanggalkan.
Konsonan [r], [Berdua: b’dua] dan [Bersama: b’samaa]. Tanda [‘] pada kata ini menggantikan konsonan [r].
g. Permutasi konsonan [d] dan [t]
Pada kata di bawah ini huruf [d] dapat digantikan oleh huruf [t] dan
sebaliknya huruf [t] dapat digantikan oleh huruf [d]. Pergantian ini terjadi karena
huruf [t], [d], dan [n] termaksud konsonan apiko-dental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai artikulator dan
daerah antargigi (dens) sebagai titik artikulasi.
1. Maksud : MakSUTd
2. Banget : bangedtt
h. Konsonan [g] dan [k]
Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai artikulator dan langit-langit lembut (velum)
sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah [k], [g], [x]. Kata di bawah ini
menggantikan huruf [k] dengan [g] dan sebaliknya menggantikan kedudukan
huruf [g] menjadi [k].
1. Otakku : otagkuu
2. Gak : Gag
i. Konsonan [s] dan [z]
Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan ialah [s], [z], [r], [l]. Di bawah ini permutasi atau
pertukaran terjadi pada huruf [s] yang dapat menggantikan huruf [z].
1. Habis : HabiiiizZ
j. Konsonan [s] dan [c]
Selain dapat digantikan huruf [z]. Huruf [s] juga dapat digantikan oleh
huruf [c] dan kedudukan huruf [c] juga dapat digantikan oleh huruf [s]. Huruf [c]
yang dapat menggantikan huruf [s] atau sebaliknya, dikarenakan huruf tersebut
termaksud konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut. Konsonan yang dihasilkan ialah [p], [t], [c], [k], [?], [b], [d], [j],
[g], [f], [s], [x], [h], [r], [l], [w], dan [y].
1. Maksud : MkcutT
2. Narsis : NarCiEz
k. Konsonan [y] dan vokal [i]
Di bawah ini kedudukan konsonan [y] dapat digantikan oleh vokal [i] sebaliknya
kedudukan vokal [i] dapat juga digantikan oleh konsonan [y]. Pergantian huruf
[y-i] atau [i-y] hanya bisa digunakan jika di depan dan di belakang huruf [y] atau [[y-i]
adalah huruf vokal, atau huruf [y] dan [i] berada pada akhir kata. Contoh [y] tidak
dapat digantikan [i] adalah jika [y] pada kata [nya] dan huruf [i] berada di tengah
kata [menyelinap].
1. Dia : dyaa
2. Nanti : Ntiy, nTii, NhAnTi
l. Simbol-simbol yang digunakan pada Bahasa Alay
Pada penulisan bahasa Alay juga digunakan simbol yang berfungsi untuk
menggantikan huruf. Berikut ini adalah simbol-simbol yang sering digunakan
pada tulisan Alay. [@] yaitu [A, a] (Nangis: nN@ngz), [$] yaitu [S] (Saya:
$ayAa), [*] yaitu [2] (Baring-baring: Baring*).
Selain pada kata, simbol, tanda baca, angka dan kalimat. Pemakaian bahasa
Alay juga telah berkembang pada emosi yang sedang dirasakan diekspresikan
melalui tulisan agar para pembaca dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan
oleh penulis. Berikut pemakaian bahasa Alay pada situasi emosi yang sedang
dirasakan.
sakit.
2. wKWkWwkWkwK, hAhAHahaHA, xixixi, ckckckck, hhehee,
hihihihi: Bisa menggantikan ekspresi bahwa sedang tertawa.
3. hiiKKszS: Yaitu ekspresi sedang menangis atau bersedih.
4. hmMp: Yaitu ekspresi sedang bingung. 5. bWEe: Adalah ekspresi mengejek
6. ZzZzZzzZ: Menandakan bahwa sedang atau ingin tidur
7. Ha: Menandakan ekspresi sedang kaget.
8. Hoaamp: Pengganti kata untuk menandakan bahwa sedang menguap.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bahasa Alay Pada Anak Remaja (Fanayun,
2010) :
a. Faktor Pergaulan
Pergaulan remaja saat ini bisa dikatakan luas karena banyaknya media sosial
dunia maya yang menghubungkan mereka satu sama lain. Facebook misalnya, pada
media inilah muncul dan berkembang bahasa Alay yang dituliskan pada status yang
kemudian akan dibaca oleh remaja lain dan akan mengikuti pemakaian bahasa Alay
sehingga semakin marak digunakan oleh para remaja. Bahasa ini berkembang di
kalangan remaja, namun dalam pergaulan media jejaring sosial paling sering
digunakan. Semakin lama bahasa ini kian berkembang sehingga telah dianggap wajar
pada kalangannya. Dalam bahasa Alay, remaja bebas menyingkat bahasa sesuai
dengan keinginan mereka.
b. Faktor Gengsi
Banyak remaja yang berusaha ingin menjadi anak gaul yang tidak ketinggalan
zaman, hal ini menuntut mereka mengikuti perkembangan zaman salah satunya
mengggunakan bahasa Alay. Akronim dari anak lebay yakni, bahasa tulis berupa
campuran bahasa gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka,
dan simbol. Alasan menggunakan bahasa ini karena tidak ingin disebut anak
kampungan.
c. Faktor Iklan
Bahasa yang digunakan oleh para remaja dikarenakan oleh apa yang mereka
menggunakan dan ikut membantu mempopularkan bahasa Alay tersebut. Sehingga
para remaja yang melihat akan mengikuti dan menggunakan bahasa Alay pada
keseharian mereka sesama pengguna bahasa Alay agar dianggap gaul dan keren
seperti para artis dan bintang iklan yang menggunakan bahasa Alay tersebut. Tanpa
menyadari bahwa bahasa yang digunakan oleh publik figur itu hanya tuntutan
2.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai sosiolinguistik maupun mengenai bahasa alay
bukanlah baru pertama kali ini dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu tentang
masalah tersebut. Penelitian yang pertama, menurut Anna Revi Nurutami (2011)
dalam karya ilmiahnya yang berjudul Pengaruh Bahasa Gaul Remaja Terhadap
Perkembangan Bahasa Indonesia menyatakan dewasa ini pemakaian bahasa
Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser
digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa
gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia
dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak
benar. Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai
bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada
saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan
disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Sehubungan
dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian
masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap
eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan,
dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Penelitian yang kedua, Sukmi (2006), dalam skripsinya yang berjudul
Bahasa Gaul, menganalisis penggunaan bahasa gaul yang terdapat di dalam
Kamus Bahasa Gaul (Kamasutra Bahasa Gaul; 2003) yang disusun oleh Debby
Sahertian. Dalam penelitiannya, dia membagi bahasa gaul menjadi dua bagian,
yaitu bahasa gaul umum (bahasa yang sering digunakan muda-mudi di perkotaan
untuk bergaul), dan bahasa gaul khusus (bahasa yang sering dipakai para waria).
Selanjutnya dia menyatakan bahwa bahasa yang terdapat di dalam Kamus Bahasa
Gaul merupakan bahasa gaul khusus, sehingga pembentukan kata dan makna
bahasa gaul lebih dikhususkan pada bahasa gaul khusus yang terdapat dalam
kamus tersebut.
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dengan
penelitian-penelitian diatas dalam hal topik besar yang mengangkat tentang bahasa Alay
Pertama, penelitian ini akan terfokus pada bentuk penggunaan bahasa Alay pada
anak remaja
Kedua, penelitian ini akan menunjukan faktor-faktor penyebab terjadinya bahasa
Alay pada anak remaja.
Dari keterangan di atas, jelaslah tampak perbedaan penelitian yang
dilakukan masing-masing peneliti. Hal tersebut tentu saja berbeda dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Dalam hal ini penulis akan melakukan
penelitian Tinjauan Sosiolinguistik Bahasa Alay Pada Anak Remaja Dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Medan. Berdasarkan kesepakatan antara
peneliti dengan informan, penelitian ini kerap berlangsung di Plaza Medan Fair jln. Jendral
Gatot Subroto No.30. Selain itu, penelitian juga berlangsung di obrolan chatting.
3.1.2 Waktu penelitian
Waktu yang penulis pergunakan dalam melakukan penelitian ini memakan waktu selama
satu bulan. Pelaksanaannya dimulai dari tanggal 25 Juni 2014 sampai 26 Juli 2014.
3.2 Sumber Data
Data bersumber dari tuturan lisan dan tulisan pengguna bahasa Alay pada anak SMA
dan SMP yang berumur 15 – 17 tahun. Penelitian ini berlangsung di Plaza Medan Fair jln.
Jendral Gatot Subroto No.30. Selain itu, penelitian juga berlangsung di obrolan chatting.
Informan dalam Penelitian ini berjumlah 5 orang yaitu 2 laki-laki dan 3 perempuan.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian, sedangkan
teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9). Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data ini adalah metode wawancara. Wawancara marupakan wawancara
yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari seseorang mengenai suatu hal secara rinci
dan menyeluruh. (Kuswarno, 2008:170). Wawancara dilakukan dengan tujuan
mengumpulkan keterangan atau data mengenai objek penelitian yaitu komunikasi informan
dalam kesehariannya di suatu lingkungan. Wawancara dilakukan dengan situasi yang tidak
formal, artinya wawancara dapat dilakukan dengan ngobrol santai agar suasana wawancara
tidak kaku dan tidak ada jarak antara peneliti dengan informan.
Jenis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data kualitatif adalah suatu
pendekatan investigasi dalam mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan
berinteraksi dengan orang-orang yang berada di tempat penelitian (Mc Millan dan
diperlukan dalam dalam penelitian adalah data primer. Data primer atau objek pada penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan metode simak. Metode simak merupakan metode yang
dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang
disimak adalah penggunaan bahasa Alay pada anak SMP dan SMA. Selanjutnya dengan
teknik simak libat cakap, kegiatan ini dilakukan pertama-tama dengan berpartisipasi dalam
pembicaraan sambil menyimak pembicaraan. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik
catat. Teknik catat adalah mencatat data yang dikumpulkan dari penerapan hasil teknik
sebelumnya (Sudaryanto, 1993:33).
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah
metode agih (Sudaryanto, 1993: 13-15). Metode agih adalah metode yang memadankan
sesuatu dengan objek penentu yang berasal dari bahasa itu sendiri. Teknik yang digunakan
adalah teknik lesap yang dilakukan dengan melesapkan unsur tertentu pada satuan lingual
data serta teknik ganti yang dilakukan dengan mengganti unsur satuan lingual yang ada
(Sudaryanto, 1993: 37). Metode agih digunakan untuk menganalisis kosa kata bahasa alay
dan struktur pembentukan kata-kata dalam bahasa alay.
Contoh :
‘ iiiih..nyebelin..SUDhlh aq yg menyerh q lelah berhrp pdmu
bl kau tk suka pd q jgn buang wktq
suka tk bs dipaksakan, hati tk mudah diarahkan
bl kau tk suka pdq, jgn buang wktq
Gkgkgkgkgkg, priktiwww aw aw’
Pembentukan kata bahasa alay pada teks di atas dilakukan dengan menggunakan teknik
lesap. Adapun proses pembentukannya adalah sebagai berikut:
1. Teknik Lesap
Teknik lesap dilakukan dengan melesapkan unsur tertentu pada satuan lingual yang
ada.
Contohnya pada kalimat:
‘SUDhlh aq yg menyerh q lelah berhrp pdmu bl kau tk suka pd q jgn buang wktq
bl kau tk suka pdq, jgn buang wktq’
Pada kalimat di atas kita peroleh kosa kata bahasa Alay sebagai berikut:
- SUDhlh
Kata SUDhlh diambil dari kata sudahlah dalam bahasa Indonesia. Pada kata SUDhlh terjadi proses pelesapan fonem di tengah kata (sinkop), yaitu adanya pelesapan fonem /a/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Sudahlah SUDhlh
-yg
Kata yg diambil dari kata yang dalam bahasa Indonesia. Pada kata yg terjadi proses
pelesapan fonem di tengah kata (sinkop), yaitu adanya pelesapan fonem /a/ dan /n/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Yang yg
-menyerh
Kata menyerh diambil dari kata menyerah dalam bahasa Indonesia. Pada kata menyerh
terjadi proses pelesapan fonem di tengah kata (sinkop), yaitu adanya pelesapan fonem /a/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Menyerah menyerh
-berhrp
Kata berhrp diambil dari kata berharap dalam bahasa Indonesia. Pada kata berhrp
terjadi proses pelesapan fonem di tengah kata (sinkop), yaitu adanya pelesapan fonem /a/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Berharap berhrp
Kata pd diambil dari kata pada dalam bahasa Indonesia. Pada kata pd terjadi proses
pelesapan fonem di tengah kata (sinkop) dan proses penghilangan fonem pada akhir kata
(Apokop) yaitu adanya pelesapan fonem /a/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Pada pd
-bl
Kata bl diambil dari kata bila dalam bahasa Indonesia. Pada kata bila terjadi proses
pelesapan fonem di tengah kata (sinkop) dan proses penghilangan fonem pada akhir kata
(Apokop) yaitu adanya pelesapan fonem /i/ dan /a/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Bila bl
-tk
Kata tk diambil dari kata tidak dalam bahasa Indonesia. Pada kata tk terjadi proses
pelesapan fonem di tengah kata (sinkop), yaitu adanya pelesapan fonem /i/,/d/ dan /a/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Tidak tk
-jgn
Kata jgn diambil dari kata jangan dalam bahasa Indonesia. Pada kata jgn terjadi
proses pelesapan fonem di tengah kata (sinkop), yaitu adanya pelesapan fonem /a/ dan /n/.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Jangan jgn
-wkt
Kata wkt diambil dari kata waktu dalam bahasa Indonesia. Pada kata wkt terjadi proses
pelesapan fonem di tengah kata (sinkop) dan proses penghilangan fonem pada akhir kata
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Berharap berhrp
2. Teknik Ganti
Teknik ganti dilakukan dengan mengganti unsur-unsur satuan lingual yang ada.
Pada kalimat di atas kita peroleh kosa kata bahasa Alay, yaitu:
Benci nyebelin (jakarta)
-q
Kata q diambil dari kata aku dalam bahasa Indonesia. Pada kata q terjadi proses teknik
ganti pada konsonan /k/ menjadi konsonan /q/ dan terjadi penghilangan fonem /a/ dan /u/
pada kata aku dalam bahasa indonesia. Pembentukan kata aku menjadi q dilakukan dengan menggunakan teknik ganti.
Bahasa Indonesia Bahasa Alay
Aku q
Selain itu, pemakaian bahasa Alay juga telah berkembang pada emosi yang sedang
dirasakan diekspresikan melalui tulisan agar para pembaca dapat mengetahui apa yang
sedang dirasakan oleh penulis.
Contoh bahasa Alay yang menunjukkan emosi dan ekspresi dalam bentuk tulisan yaitu :
‘iiiiiih’ artinya menggantikan ekspresi bahwa sedang marah
‘Gkgkgkgkgkg, priktiwww aw aw’ artinya ekspresi untuk ejekan menggoda dengan
maksud bercanda.
BAB IV
BENTUK PENGGUNAAN BAHASA ALAY
4.1 BENTUK PENGGUNAAN BAHASA ALAY
4.1.1 Tampilan Fonem dibaca Kata
Tampilan fonem dibaca kata pada penggunaan bahasa Alay begitu banyak terlihat.
Fonem merupakan satuan bunyi terkecil pembeda arti. Fonem-fonem itu bukan merupakan
bunyi-bunyi yang terdiri sendiri-sendiri yang satu terlepas dari yang lain, melainkan
merupakan bagian dari kesatuan bunyi yang lebih besar (Chaer, 1998:10).
Setiap penggunaan bahasa Alay yang ditampilkan seringkali dijumpai tanda-tanda
tertentu yang digunakan oleh pengguna bahasa Alay untuk menggantikan kata. Tampilan
yang banyak menggunakan tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa tampilan tersebut
adalah ciri khas dari bahasa Alay. Tampilan fonem dibaca kata merupakan bagian dari
kesatuan bunyi yang lebih besar yaitu kata, tetapi dalam tampilan tersebut hanya
menggunakan tanda tertentu untuk menggantikan kata-kata yang terdapat pada bahasa Alay
Tampilan fonem dibaca kata dalam bahasa Alay antara lain :
1. Dulu si udh q ungkapin ma doy ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Dulu si udah aku ungkapin sama doi
2. Q ge sng ne ma cew
↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ aku lagi senang ini sama cewek
3. Sumph W bete bgd ↓ ↓ ↓ ↓
4. Kok pke sptu g kren sich ? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
kok pakai sepatu nggak keren sich ?
q, Q, W, dan g yang terdapat dalam bahasa Alay merupakan bagian dari sebuah kata yaitu q dan Q dibaca aku, W dibaca gue, dan g dibaca nggak. q, Q, W, dan g adalah sebuah fonem yang terdiri sendiri tanpa diikuti oleh fonem-fonem yang lain. Fonem q, Q, W, dan g
merupakan tanda untuk menggantikan sebuah kata yang terdapat dalam bahasa Alay tersebut.
Tampilan fonem dibaca kata digunakan dalam bahasa Alay untuk menggantikan sebuah
kata yang bersifat rahasia. Bahasa Alay dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial
tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha orang di luar kelompoknya tidak mengerti. q,
Q, W, dan g adalah bentuk penggunaan bahasa Alay yang berbentuk fonem dibaca kata tetapi memiliki makna atau arti tersendiri.
Selain tampilan fonem yang dibaca kata, fonem q, Q, W, dan g mengandung arti ambiguitas. Menurut Chaer (1995:104) ambiguitas diartikan sebagai kata yang bermakna ganda.
Dalam tampilan ini terlihat juga adanya tampilan fonem rangkap yaitu satu konsonan
dan satu vokal, pada dasarnya hal ini juga akan menimbulkan makna yang ambiguitas.
Adapun tampilan fonem rangkap yang dibaca kata antara lain :
5. Jd Lu ngerti n ksmptn utk mkin dket ama doy makin gede ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ jadi loe ngerti dan kesempatan untuk makin dekat sama doi makin gede
6. Coz cow yg nolak aq blng lbh baek jd shbt ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
because cowok yang nolak aku bilang lebih baik jadi sahabat
7. Mlh, dy da pnya cew
↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Tampilan fonem rangkap juga dibaca kata karena merupakan bagian dari sebuah kata
yaitu Lu dibaca loe, cow dibaca cowok, dan cew dibaca cewek, tetapi menggunakan tanda-tanda tertentu untuk menggantikan kata-kata tersebut dalam bahasa Alay.
Fonem Ludalam bahasa Alay menggantikan kata loe yang merupakan bahasa Alay.
4.1.2 Tampilan Singkatan dibaca Kata
Defenisi singkatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil
menyingkat atau memendekkan berupa huruf atau gabungan huruf. Sedangnkan Sugihastuti
(2000:35) menyatakan singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf,
baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk lengkapnya.
Singkatan yang berupa bahasa Alay ialah sebagai berikut :
Gabungan awal kata
13.kamseupay : kampungan sekali unik dan payah
14.jjm : jalan-jalan malam
15.BT : boring total
16.CDMA : cape deh males ah
Gabungan akhir kata dan awal kata
Tampilan singkatan dibaca kata dalam bahasa Alay yang sangat banyak terlihat bahkan
singkatan tersebut menjadi tampilan dasar dalam bahasa Alay dan tidak terdapat aturan untuk
singkat-menyingkat kata. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) kata adalah unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa dan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri.
Tampilan singkatan dibaca kata dalam bahasa Alay yaitu :
1. KyknY akhr2 ni indg sifatnya tdk brbh.
Kata-kata yang serba disingkat dalam bahasa Alay memang terolong kacau apabila
dilihat dari segi singkatan. Bahasa Alay berawal dari pesang singkat dan di teruskan di media
chatting seperti bbm, twitter, dan facebook, Maka disebut komunitas Alay di media chatting.
Para pengguna bahasa Alay bukan hanya muncul di media chating tetapi juga di dalam
pergaulan remaja yang secara langsung mereka berbicara Alay. Begitu juga yang terdapat
dalam bahasa Alay banyak terlihat singkatan-singkatan yang dibaca kata, misalnya singkatan
indg dibaca indang, singkatan bgt dibaca banget, singkatan ank dibaca anak, singkatan
nrkoba dibaca narkoba, dan singkatan ngmg dibaca ngomong singkatan dalam bahasa Alay
merupakan usaha agar orang diluar kelompoknya tidak mengerti dengan tampilan tersebut.
Bahasa Alay hanya ditangkap dan dimengerti oleh kalangan ‘sendiri’ yakni antara
Tampilan singkatan dibaca kata mungkin sudah tidak asing lagi bagi pengguna bahasa Alay
khususnya kelompok kaum remaja, hal ini disebabkan karena kelompok tersebut selalu
berbahasa Alay sehingga tidak merasa sulit lagi dalam membaca bahasa Alay yang berupa
singkatan. Tampilan singkatan yang susah dimengerti sekalipun akan dapat dibaca berupa
kata oleh pengguna bahasa Alay khususnya kaum remaja dan mereka dapat mengetahui
makna dari tampilan tersebut. Adapun tampilan singkatan yang dibaca kata antara lain :
5. Pa dy pv ma gw ( Apa dia bicara berdua ama gue)
6. UR lnjtn hbng sm cwo lw ( kamju lanjuti hubungan sama cowok loe)
Pada tampilan di atas singkatan-singkatan tersebut dibaca kata, apabila dilafalkan huruf
demi huruf maka pengguna chatting tidak akan mengetahui makna dari tampilan tersebut.
Singkatan pv dibaca kata bicara berdua. Sedangkan UR dibaca kamu.
7. Km hrs T+ kpdy ( kamu harus berfikir positif kepadanya)
8. Ati gw pns X liat dy slngkh (hati gue panas sekali liat dia selingkuh)
T+ dibaca kata yang merupakan simbol dari think positif yang berasal dari bahasa
inggris yaitu berfikir positif. Sedangkan tampilan PANAS X bermakna panas sekali.
4.1.2.1 Tampilan Kolaborasi Huruf Besar dan Huruf Kecil dibaca Kata
Tampilan kolaborasi huruf besar dan huruf kecil dibaca kata merupakan suatu
kreativitas yang dimiliki oleh pengguna bahsa Alay khususnya kaum remaja. Selain
mempunyai kreativitas, pengguna bahasa Alay juga mempunyai kesabaran untuk
menampilkan sebuah tampilan yang beraneka ragam, dalam tampilan tersebut pengguna
bahasa Alay menggunakan huruf besar dan huruf kecil sekaligus sehingga tampilan tersebut
menjadi lebih bervariasi dan menjadi lebih sulit untuk mengetahui makna dari tampilan
tersebut.
Bahasa Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi indonesia yang ingin diakui
statusnya diantara teman-temannya. Hal ini mengubah gaya tulisan mereka yang berupa
simbol, singkatan, dan angka (Koentjaraningrat dalam Fanayun, 2010:6). Tampilan
1. Pi smW Gw kmBlin Lg mA lOE...jGN sLh LngkH Ok ( Pi semua gue kembaliin lagi
sama loe..jangan salah langkah oke)
2. W mU UzuLkN eDIsI kOnSr MzIK TDk diaDakan ( gue mau usulkan edisi konser
musik tidak diadakan)
3. Gw mLihT Kduax Mta sYa Chya Nya tRaNGX Skli (Gue melihat kedua mata saya
cahayanya terang sekali)
4. N, Gmn CraX biaR gW bSa dkT mA dy ya ( dan gimana caranya biar gue bisa dekat
ma dia ya)
Kalangan yang bukan kaum Remaja akan mengerutkan dahi apabila membaca kalimat
bahasa Alay di atas. Bagi pengguna bahasa Alay khususnya kaum remaja, tampilan seperti ini
merupakan gaya tersendiri yang mereka ciptakan. Tampilan ini merupakan salah satu usaha
kaum remaja agar di luar kelompoknya tidak mengerti. tampilan ini penuh dengan aneka
inovasi yaitu penggabungan huruf besar dan kecil yang disingkat kemudian dibaca kata.
Dalam tampilan ini sebuah fonem menggantikan kata yang bermakna ganda atau
mendua arti. Misalnya tampilan kDuax dan trAngX. Fonem X tersebut tidak dibaca X (eks) melainkan sudah berubah fungsi menjadi kata ganti – nya. Jadi, tampilan kdUax dibaca
keduanya dan trAngX dibaca terangnya. Tampilan X juga merupakan makna yang ambigu,
karena didalam angka romawi X merupakan sepuluh sedangkan dalam bahasa Alay X
merupakan sekali dan nya.
Selain penggabungan huruf besar dan kecil, dalam tampilan ini juga menggunakan
tanda tertentu untuk menggantikan sebuah fonem maupun kata. Misalnya Z yang terdapat pada kata uZuL, eDisi, dan muZik. Fonem Z pada tampilan ini merupakan sebuah tanda untuk menggantikan fonem S. Jadi, tampilan yang terlihat tidak dibaca sesuai dengan tampilannya karena tampilan tersebut hanya menggantikan fonem yang sebenarnya.
4.1.2.2 Tampilan Kolaborasi Huruf dengan Angka dibaca Kata
Tampilan seperti ini merupakan gaya tersendiri yang dimiliki para pengguna bahasa
Alay khususnya kaum remaja. Kolaborasi huruf dengan angka menuntut mereka untuk lebih
sensitif dalam menebak kata yang penuh dengan singkatan. Selain membutuhkan kesabaran
untuk mengetahui makna pada tampilan ini, pengguna bahasa Alay khususnya kaum remaja
Berikut tampilan kolaborasi antara huruf dengan angka yang dibaca kata antara lain :
1. Ga prlu dslksi dlu ...para pmbc yg lain psti s7 ( Gak perlu diseleksi dulu..para
pembaca yang lain pasti setuju0
2. Cowo i2 emg byk kli egony g3 ( Cowok itu banyak kali egonya gede)
3. Q i2 bener2 cinta bgt sm dY ( Akiu itu bener-bener cinta banget sama dia)
4. Mending U nytakan cnta, dy pzti lu2h ( mending kamu nyatakan cinta, dia pasti
luluh)
Kemampuan membaca antara perpaduan huruf dengan bunyi angka adalah ciri khas
dari kaum remaja. Bahasa kaum remaja memang dikatakan lebih kreatif karena mampu
menguasai kosakata yang serba baru dalam bentuk apapun yang selalu berubah-rubah sesuai
dengan perkembangan zaman, sehingga kaum remaja mempunyai variasi bahasa tersendiri
yaitu bahasa Alay.
Tampilan kolaborasi huruf dengan bunyi angka dibaca kata dalam bahasa Alay yang
digunakan kaum remaja merupakan suatu usaha mereka agar diluar kelompoknya tidak
mengerti makna atau arti pada tampilan tersebut. Tampilan s7 menggantikan kata setuju dan
gd3 menggantikan kata gede. s7 dan gd3 merupakan tanda yang dipergunakan kuam remaja
dalam bahasa Alay untuk menggantikan sebuah kata yang dilafalkan dalam bahasa Indonesia.
Tampilan i2 untuk menggantikan kata itu, sedangkan bunyi tu adalah plesetan dari
kata two yang berasal dari bahasa inggris. Perpaduan huruf i dengan bunyi angka 2 (two) dilafalkan di dalam bahasa Indonesia. Sedangkan lu2h pada tampilan ini tidak dilafalkan
dengan bunyi angka 2, tetapi merupakan suku kata kedua dari kata lu2h. jadi angka 2
menggantikan lu, sehingga lu2h dibaca luluh.
Tampilan yang seperti ini juga akan membuat yang bukan para pembaca Alay
bertanya-tanya dengan maknanya. Apabila para pembaca bukan kelompok kaum remaja tidak teliti,
maka akan menimbulkan kesalahpahaman sehingga menimbulkan makna anbiguitas dalam
tampilan tersebut.
4.1.3 Tampilan Singkatan Berupa Akronim
Kita amati tampilan singkatan berupa akronim juga banyak terdapat pada bahasa Alay
yang digunakan kelompok kaum remaja.Menurut Sugihastuti (2000:36) akronim adalah
awal dan suku kata yang ditulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa. Tampilan singkatan
berupa akronim dalam bahasa Alay adalah :
1. Thx y boneka bearY LubiZ (thanks ya boneka bearnya lucu habis)
2. Coz gw co plg gnteng n pndkr di skul gw ( Cause gue cowok paling ganteng dan
kekar di sekolah gue)
Hal ini seperti ini dilakukan kelompok kaum remaja dengan tujuan agar di luar
kelompok mereka tidak mengetahui makna dari singkatan berupa singkatan yang terdapat
dalam bahasa Alay. Singkatan berupa akronim seperti kalimat di atas adalah kata-kata biasa
yang sering diucapkan tetapi memiliki makna tersendiri. Kata-kata yang sering diucapkan
atau didengar ditampilkan dengan inovasi terbaru, yaitu dengan mengubah sebagian
tampilannya tetapi bunyi dari tampilan tersebut tidak berbeda dengan kata-kata biasa.
Tampilan singkatan berupa akronim di atas khususnya pada kata LubiZ sudah
mengalami perubahan makna dari kata-kata biasa. Hal ini disebabkan karena LubiZ adalah
salah satu kata dari bahasa Alay. Fonem Terakhir diganti fonem menjadi Z dengan tujuan
agar masyarkat di luar kelompok kaum remaja tidak mengetahui makna padak kata tersebut
sehingga terlihat lebih kreatif dan santai, hal ini sesuai dengan ciri khas kaum remaja yang
menyukai bahasa lebih santai dan penuh dengan kreativitas.
LubiZ dan gnteng merupakan tampilan singkatan yang berupa akronim, hal ini
disebabkan karena tampilan singkatan lubis dan gnteng dibaca dalam bentuk akronim. Lubiz
dibaca lucu abiz dan gnteng dibaca ganteng.
4.2 MAKNA BAHASA ALAY
4.2.1 Makna Fonem
Fonem yang ditampilkan dalam bahasa Alay mempunyai makna tertentu sehingga
kelompok yang tidak termasuk dalam kelompok kaum remaja tidak mengetahui maknanya.
Selain itu, makna dari fonem yang ditampilkan juga menimbulkan makna yang ambiguitas.
Sudah pasti hal ini akan membuat seorang pembaca yang bukan kaum remaja akan merasa
kesulitan untuk mengetahui makna dari tampilan sebuah fonem yang terdapat dalam bahasa
Alay.
sebuah kata dan dimengerti oleh kelompok tertentu yang bertujuan untuk menjadikan
percakapan dalam bahasa Alay lebih santai dan tidak kaku.
Fonem W ditampilkan untuk menggantikan kata gue. Gue merupakan salah satu kata dari bahasa Alay yang mempunyai makna tersendiri. Jadi, makna gue adalah aku. Fonem n
adalah plesetan dari kata and yang berasal dari kata bahasa inggris sekaligus merupakan salah satu kata dari bahasa Alay. Makna fonem n adalah dan yang di ambil dari kata bahasa inggris.
Fonem g dan Q juga merupakan tampilan dari bahasa Alay untuk menggantikan kata
ngak dan akiu. Dalam bahasa Alay ngak mempunyai makna yaitu tidak, sedangkan akiu
maknanya adalah aku. Jadi, fonem yang ditampilkan dalam bahasa Alay hanya akan dimengerti oleh kelompok-kelompok tertentu saja.
Fonem C ditampilkan untuk menggantikan kata cewek, C merupakan singkatan yang terdapat dalam bahasa Alay. Singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan
huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf, maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk
lengkapnya (Sugihastuti, 2000:35). Jadi, fonem C mempunyai makna yang ambiguitas, oleh karena itu tampilan fonem dalam bahasa Alay harus benar-benar diperhatikan agar tampilan
tersebut tidak bermakna ganda dan tidak terjadi salah pengertian.
Selain itu, fonem rangkap yang ditampilkan juga mempunyai makna tersendiri, fonem
rangkap tersebut ditampilkan untuk menggantikan sebuah kata dari bahasa Alay. Lu
ditampilkan untuk menggantikan kata loe yang maknanya adalah aku. Ce ditampilkan untuk menggantikan kata cewek, dan ce merupakan akronim karena hanya menampilkan gabungan huruf awal saja seperti yang dinyatakan Sugihastuti (2000:36) bahwa akronim adalah
kependekan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan huruf
awal dan suku kata, yang ditulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa.
Sama halnya dengan ce,co ditampilkan untuk menggantikan kata cowok, karena co
4.2.2 Makna Kata
Tampilan singkatan dibaca kata yang dihadirkan dalam bahasa Alay bertujuan untuk
mengaburkan makna kata sebagai usaha agar di luar kelompok kaum remaja tidak mengerti.
Dalam bahasa Alay yang ditampilkan, sebagian besar kata-kata yang disingkat merupakan
dari bahasa Alay. Menurut Caher dan Agustina (1995:87) bahwa bahasa Alay adalah ragam
bahasa yang tidak resmi dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk
berkomunikasi intern sebagai usaha orang di luar kelompoknya tidak mengerti, berupa
kosakata yang serba baru dan berubah- rubah.
Kata-kata Alay yang ditampilkan dalam bahasa Alay berasal dari kata-kata biasa,
kemudian disingkat dan dibaca kata sehingga mempunyai makna tertentu, seperti kata
jomblo yang berarti lajang.
Di balik tampilan kata dalam bahasa Alay pada dasarnya mempunyai makna tertentu
yang hanya dipahami oleh kelompok tertentu saja. Misalnya tampilan yup memiliki makna yang tersembunyi dari bentuk tampilannya. Dalam bahasa Alay yup berarti setuju, duane
yang berarti dua, samsek yang berarti sama sekali, kamren yang berarti kemaren, sepia
yang berarti pacar rahasia, dan jek adalah panggilan untuk teman laki-laki. Kata-kata tersebut ditampilkan sedemikian rupa dengan harapan di luar kelompok kaum remaja tidak
memahami makna tampilan tersebut.
Selain itu, doi mempunyai makna tertentu yang hanya diketahui oleh kelompok kaum
remaja. Dalam bahasa Alay doi berarti pacar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pacar merupakan teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih.
Buluk merupakan bahasa Alay yang berarti kusam, doski dalam bahasa Alay yang berarti dia, sohib yang berarti sahabat karib. Jreng merupakan bahasa Alay yang berarti
masih baru, ngemeng yang berarti ngomong, dan gebetan juga bahasa Alay yang berarti
cowok atau cewek incaran.
Nampol juga mempunyai makna tertentu yang hanya dipahami oleh kaum remaja. Dalam bahasa Alay nampol berarti enak sekali atau sesuatu yang pas. Istilah ini gunakan dalam menyatakan yang pas untuk dipakai atau dimakan oleh seseorang. Sedangkan rame
pada dasarnya merupakan hasil daya temu kebahasaan, terutama kaum remaja yang
menginginkan istilah-istilah asli dan tajam untuk menyebut kembali gagasan, tindakan, dan
objek yang sangat mereka gemari. Pembentukan kata-kata Alay berasal dari kosakata dasar
bahasa Indoensia yang telah mengalami perubahan makna. Tampilan dari kata-kata dalam
chatting melalui hp terbitan juni sampai juli 2014 yang mengalami perubahan makna.
Kelinci merupakan binatang pemakan tanaman yang berwarna hijau dan cepat larinya, meloncat lebih cepat kalau ditangkap, berwarna putih. Tetapi dalam bahasa Alay,
Kelinci memeliki makna tersendiri yang hanya dipahami oleh kelompok kaum remaja.
Kelinci diartikan sebagai kecil. Bahasa Alay kata garing mempunyai makna enggak lucu.
Sementara kata tinggi dalam bahasa Alay berarti mabuk karena terlalu banyak
minum, sedangkan dalam bahasa indonesia kata tinggi berarti jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah, panjang, dan sudah agak jauh ke atas. Kata jebol dalam bahasa Alay berarti hamil, tetapi dalam bahasa Indonesia kata jebol diartikan terangkat dari tempatnya
tertanam sampai ke akar-akarnya, rusak parah hingga tidak berfungsi.
Ember merupakan bahasa Alay yang memiliki makna tersendiri dan hanya diketahui oleh kelompok kaum remaja, kata ember berarti emang bener. Istilah ember dipergunakan untuk menggambarkan orang yang suka ngibul atau ngawur yang disebut dengan “mulut
ember”. Sementara dalam bahasa Indonesia ember adalah tempat air yang terbuat dari plastik maupun seng dan dipakai juga untuk menimba air.
Bahasa Alay memiliki ciri khusus seperti singkat, lincah, dan kreatif. Kata-kata yang
dipergunakan cenderung pendek, sementara kata yang terlalu panjang akan diperpendek atau
dipersingkat yang kemudian dilafalkan seperti halnya kata biasa.
Dalam bahasa Alay kata emang bener disingkat menjadi ember, istilah ini digunakan pada saat menyatakan persetujuan, sedangkan dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan
setuju adalah dengan menyatakan iya.
Kata pendekar dapat dikatakan sebagai akronim karena kependekan dari gabungan huruf awal, gabungan suku kata atau gabungan huruf awaldan suku kata, yang ditulis dan
dilafalkan seperti halnya kata biasa (Sugihastuti, 2000:36). Dalam bahasa Alay istilah
4.2.3 Makna Singkatan dan Akronim
Tampilan singkatan berupa bahasa Alay dlam chatting melalui hp terbitan juni sampai
juli 2014 mempunyai makna yang sudah ditentukan oleh pengguna bahasa Alay itu sendiri.
Singkatan berupa bahasa Alay itu mempunyai makna yang hanya diketahui oleh
kelompok kaum remaja. Seperti yang dikemukakan oleh Kris Bedha bahwa singkatan dan
simbol hanya ditangkap dan dimengerti oleh kalangan sendiri yakni antara pengguna bahasa
Alay (http://tribunkaltim.co.id).
PD merupakan sebuah singkatan, sesuai dengan pendapat Sugihastuti (2000:35) menyatakan bahwa singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf,
baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk lengkapnya.
PD adalah singkatan dari percaya diri.
BT dan BTW merupakan singkatan dari bahasa inggris yaitu (boring time) dan (by the way) yang kemudian dijadikan sebagai bahasa Alay yang memiliki makna tersendiri. Dalam bahasa
Alay, singkatan BT mempunyai makna bosan, sedangkan BTW maknanya adalah
ngomong-ngomong. Bahasa Alay menggunakan singkatan untuk menyatakan sesuatu yang memiliki makna tersendiri dan bertujuan agar di luar kelompok mereka tidak memahaminya.
Singkatan TOPBGT mempunyai makna top banget, JJS merupakan singkatan dari jalan-jalan sore. TOPBGT dan JJS merupakan singkatan yang diciptakan kelompok kaum
muda sebagai bahasa intern kelompoknya, karena bahasa kaum muda memiliki ciri khas
tertentu yaitu singkat, padat, tajam, santai dan penuh dengan kreativitas.
Selain singkatan, akronim juga ditampilkan dalam bahasa Alay, akronim adalah
kependekan gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan huruf awal dan suku
kata, yang tulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa (Sugihastuti, 2000:36). Sama halnya
dengan singkatan, akronim juga mempunyai makna tertentu yang hanya diketahui oleh
kelompok tertentu saja.
yang berarti selingkuh tiada akhir. Kata sebel dalam bahasa Alay juga merupakan akronim yang memiliki makna tersendiri yaitu senang betul.
Bahasa Alay yang berupa akronim merupakan ciri khas dari bahasa kaum remaja.
Kata bahasa Alay singkat dan pendek, sementara kata yang terlalu panjang akan diperpendek
berupa akronim yang dilafalkan seperti halnya kata biasa.
Istilah sebel dalam bahasa Alay digunakan untuk menyatakan benar-benar suka terhadap sesuatu, sementara dalam bahasa Indonesia kata sebel bermakna mendongkol atau
kesal hati. Makna dalam bahasa Alay dengan makna dalam bahasa Indonesia begitu tampak
terlihat. Oleh karen itu perliu perlu perhatian khusus dalam memahami makna tampilan
akronim agar tidak terjadi salah pengertian.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tampilan bahasa Alay melalui chatting pada terbitan juni sampai juli 2014 yang
berupa bahasa Alay terdiri dari tampilan fonem yang dibaca, misalnya q dibaca akiu,
tampilan singkatan dibaca kata, misalnya indg dibaca indang, tampilan kolaborasi huruf besar
dan kecil dibaca kata, misalnya Chya dibaca cahaya, tampilan kolaborasi huruf dengan angka
dibacak kata, misalnya s7 dibaca setuju, dan tampilan singkatan berupa akronim, misalnya
lubizdibaca lucu abiz.
Sedangkan makna bahasa Alay dilihat dari makna fonem, mislanya fonem Q
bermakna aku, makna kata, misalnya indang bermakna ini, makna singkatan, misalnya PD
bermakna percayadiri, dan makna akronim misalnya sebel bermakna seneng betul.
Makna bahasa Alay juga mempunyai makna ambiguitas atau mendua arti, misalnya
tampilan fonem W dalam bahasa Alay. Fonem W adalah kata untuk menggantikan kata gue.
Selain itu, tampilan bahasa Alay mengalami perubahan makna kata, yaitu perubahan makna
kata dari bahasa Indonesia menjadi bahasa Alay. Misalnya kata garing, dalam bahasa
Indonesia garing bermakna keras dan kering, sedangkan dalam bahasa Alay garing
bermakna nggak lucu.
5.1 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, tampilan dan makna bahasa Alay pada chatting melalui
hp telah dideskripsikan dalam penelitian ini. Dengan adanya bahasa Alay yang terdapat
dalam chatting melalui hp pada terbitan juni sampai juli 2014 sangat diharapkan bagi kita
semua untuk mempergunakannya sesuai dengan waktu dan tempatnya. Selain itu, semoga
dengan adanya bahasa Alay ini dapat memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa
Indonesia dan tentunya tidak bertentangan dengan kaidah yang telah ditentukan. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan untuk menelusuri sejauh mana
pengaruh bahasa Alay pada masyarakat yang ada di Indonesia.