• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko produksi anggrek dendrobium pada dede anggrek kecamatan cibitung kabupaten bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Risiko produksi anggrek dendrobium pada dede anggrek kecamatan cibitung kabupaten bekasi"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

RISIKO PRODUKSI ANGGREK DENDROBIUM PADA DEDE

ANGGREK KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI

TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA. Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi. Dibimbing oleh POPONG NURHAYATI.

Dede Anggrek adalah salah satu usaha budidaya agribisnis yang memproduksi anggrek Dendrobium. Fluktuasi produktivitas sering kali terjadi pada kegiatan produksi anggrek Dendrobium di setiap periode produksinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sumber risiko yang dihadapi untuk kemudian dihitung probabilitas dan dampak risikonya, sehingga dapat diketahui strategi penanganan yang sesuai. Sumber risiko yang dihadapi meliputi kesalahan SDM, media tanam, kualitas bibit, iklim, serta hama dan penyakit. Probabilitas kemungkinan terjadinya risiko tertinggi bersumber dari hama dan penyakit yaitu sebesar 59.09%. Sedangkan dampak risiko yang mungkin terjadi juga bersumber dari hama dan penyakit yaitu sebesar Rp 879 799,- . Strategi penanganan risiko secara preventif dapat dilakukan untuk semua sumber risiko produksi. Sedangkan strategi penanganan secara mitigasi dapat dilakukan untuk sumber risiko produksi hama dan penyakit.

Kata kunci: Dendrobium, produksi, risiko

ABSTRACT

TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA. Risk production dendrobium Orchid on dede anggrek sub-district cibitung bekasi. Supervised by POPONG NURHAYATI.

Dede Anggrek is one of the agribusiness cultivation business that producing Dendrobium. Fluctuating of productivity almost done in production activities in each period of production. The research was conducted to determine the source of risk and then to calculated the probability and the impact of the risk, so that to know the appropriate strategy. The sources of risk are errors of human resources, growing media, quality of seed, climate, and also pests and diseases. The highest probability of risk is because pests and diseases in the amount of 59.09 %. The highest impact of risk is also because pests and diseases in the amount of Rp 879 799,-. Preventive risk management strategy can be performed for all sources of production risk. Whereas, mitigation risk management strategy can be performed for the sources of production risk of pests and diseases.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RISIKO PRODUKSI ANGGREK DENDROBIUM PADA DEDE

ANGGREK KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI

TISETYA MEYLINE PRAHANG TAMANDALA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi

Nama : Tisetya Meyline Prahang Tamandala NIM : H34114088

Disetujui oleh

Ir Popong Nurhayati, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April hingga Juni 2013 ini ialah Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Popong Nurhayati, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dede Harmini selaku pemilik Dede Anggrek, dan pengurus Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ...4

Tujuan ...6

Manfaat ...6

Ruang Lingkup Penelitian...6

TINJAUAN PUSTAKA 7 Penelitian Terdahulu ...12

KERANGKA PEMIKIRAN 15 Kerangka Pemikiran Teoritis ...15

Kerangka Pemikiran Operasional ...19

METODE PENELITIAN 21 Lokasi dan Waktu ...21

Jenis dan Sumber Data ...21

Metode Pengumpulan Data ...22

Metode Analisis Data ...22

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN 34 Identifikasi Sumber Risiko ...34

Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi ...42

Analisis Dampak Risiko Produksi ...46

Pemetaan Sumber Risiko Produksi ...49

Strategi Penanganan Sumber Risiko Produksi ...50

SIMPULAN DAN SARAN 51 Simpulan ...51

DAFTAR PUSTAKA 53

(10)

DAFTAR TABEL

1 Target Produksi Hortikultura Tahun 2012 1

2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2011 (tangkai) 2 3 Produksi tanaman Anggrek menurut Provinsi (tangkai) Tahun

2009-2011 3

4 Produksi Tanaman Hias di Jawa Barat Komoditi Anggrek Tahun

2007-2011 (tangkai) 3

5 Data jumlah input (seedling) dan output yang dihasilkan pada tahun

2011(pot) 5

6 Kematian bibit akibat sumber risiko kesalahan SDM 36 7 Kematian bibit akibat sumbe risko kesalahan media tanam 37 8 Kematian anggrek akibat sumber risiko kualitas bibit 38 9 Jumlah Kegagalan Produksi yang disebabkan oleh iklim 39 10 Jumlah Kegagalan Produksi yang disebabkan oleh hama dan penyakit 42 11 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko produksi Dede Anggrek 43 12 Hasil perhitungan probabilitas risiko kualitas bibit pada 12 periode 43 13 Hasil perhitungan probabilitas risiko hama dan penyakit pada 12 periode 44 14 Hasil perhitungan probabilitas risiko media tanam pada 12 periode 44 15 Hasil perhitungan probabilitas risiko iklim pada 12 periode 45 16 Hasil perhitungan probabilitas risiko SDM pada 12 periode 46 17 Hasil perhitungan dampak risiko produksi Dede Anggrek 46 18 Hasil perhitungan dampak risiko kualitas bibit pada Dede Anggrek 47 19 Hasil perhitungan dampak risiko hama dan penyakit pada Dede Anggrek 47 20 Hasil perhitungan dampak risiko media tanam pada Dede Anggrek 48 21 Hasil perhitungan dampak risiko iklim pada Dede Anggrek 48 22 Hasil perhitungan dampak risiko SDM pada Dede Anggrek 49 23 Hasil perhitungan status risiko produksi pada Dede Anggrek 49

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium tahun 2013 5

2 Peta risiko 18

3 Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi Anggrek

(11)

4 Penanganan Risiko (Preventif) 25

5 Penanganan mitigasi risiko 26

6 (a) Akar busuk akibat penyiraman berlebihan oleh SDM (b) Kecepatan tumbuh tanaman melambat akibat kekurangan dan kelebihan pemupukan 35 7 Media Tanam (a) keadaan baik (b) keadaan rusak dan lapuk 36 8 Media tanam yang terlalu lama (a) media tanam yang terkena lumut dan

jamur (b) 37

9 Bibit seedling (a) keadaan sehat (b) tidak tumbuh 38 10 Sumber risiko curah hujan membuat media berlumut dan akar tanaman

busuk 39

11 Sumber risiko hama dan penyakit tanaman remaja akibat (a) terserang

tungau merah (b) terserang jamur 42

12 Pemetaan sumber risiko produksi Dede Anggrek 50

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pelaku usaha anggrek tahap seedling hingga remaja di seluruh indonesia 56 2 Segmentasi usaha anggrek dendrobium pada dede anggrek 57

3 Lay out usaha dede anggrek 58

4 Pola tanam anggrek dendrobium seedling hingga remaja pada dede

anggrek 59

5 Jadwal kegiatan unit produksi dede anggrek 59

6 Poses pemindahan bibit 60

7 Jadwal pemupukan dan penyemprotan pestisida dede anggrek per bulan 60

8 Proses pemupukan pada dede anggrek 61

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang beriklim tropis. Indonesia yang beriklim tropis, membuat kondisi agroklimat Indonesia memungkinkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik termasuk bunga dan tanaman hias. Sebagai negara agraris, sektor pertanian dibagi menjadi beberapa subsektor, salah satunya yaitu subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia melalui berbagai macam jenis komoditi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Pertanian tahun 2011 ada beberapa komoditas utama hortikultura yang memiliki potensi pasar dalam negeri dan ekspor yang baik antara lain manggis, mangga, bawang merah, cabai merah, dan anggrek. Potensi pengembangan subsektor hortikultura tersebut didukung dengan adanya target produksi hortikultura pada tahun 2012 yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Target Produksi Hortikultura Tahun 2012

No Komoditas Target Produksi (ton)

1 Buah 18 671 100

2 Sayuran 11 591 900

3 Tanaman Obat 454 200

4 Tanaman Florikultura 942 355 314

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

(14)

Tabel 2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2011 (tangkai) No Jenis Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1 Anggrek 9 484 393 15 309 964 16 205 949 14 050 445 15 490 256 2 Anthurium

Bunga

2 198 990 2 627 498 3 833 100 7 655 542 4 724 730

3 Anyelir 1 901 509 3 024 558 5 320 824 7 607 588 5 130 332 4 Garbera 4 931 441 4 101 631 5 185 586 9 693 487 10 543 445 5 Gladiol 11 271 385 8 581 395 9 775 500 10 064 082 5 448 740 6 Heliconia 1 427 048 5 278 477 4 124 174 2 961 385 2 791 257 7 Krisan 66 979.260 101 777 126 107 847 072 185 232 970 305 867 882 8 Mawar 59 492 699 39 265 696 60 191 362 82 351 332 74 319 773 9 Sedap Malam 21 687 493 25 598 314 51 047 807 59 298 954 62 535 465 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2013)

Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa terdapat tanaman hias seperti krisan, mawar, sedap malam, garbera dan anggrek yang memiliki jumlah produksi terbesar dan selalu mengalami peningkatan jumlah produksi. Semakin meningkatnya minat dan ketertarikan masyarakat terhadap tanaman florikultura juga membuat jumlah hobiis dan pengusaha tanaman hias semakin banyak. Selain digunakan sebagai bentuk penghijauan, tanaman hias juga seringkali secara sengaja digunakan sebagai salah satu dekorasi untuk memperindah interior maupun eksterior rumah. Salah satu jenis tanaman hias yang banyak diproduksi dengan tujuan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah tanaman anggrek.

Tanaman anggrek memiliki daya tarik untuk diminati oleh masyarakat karena keindahannya serta tanaman anggrek lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dibandingkan dengan tanaman hias lainnya. Lingkungan yang cukup memadai dapat menjadikan anggrek memiliki syarat tumbuh yang baik.

Data pada Tabel 2 menunjukkan jumlah perkembangan anggrek dari tahun 2007-2011 selalu mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2010 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sampai 2008 jumlah produksi anggrek mengalami peningkatan sebesar 61.42 persen. Perkembangan produksi terus terjadi dari tahun 2008 sampai 2009 yaitu sebesar 5.85 persen namun terjadi jumlah penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010 yaitu sebesar 13.30 persen. Meskipun demikian jumlah produksi dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 10.25 persen. Persentase peningkatan jumlah produksi tersebut merupakan salah satu alasan lain bahwa anggrek memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu usaha budidaya.

(15)

Tabel 3 Produksi tanaman Anggrek menurut Provinsi (tangkai) Tahun 2009-2011

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil tanaman anggrek terbesar di Indonesia, sesuai dengan data yang disajikan pada Tabel 3. Peningkatan jumlah produksi tanaman anggrek terjadi sebesar 69.38 persen dari tahun 2010 ke tahun 2011. Namun, jumlah produksi tersebut sempat mengalami penurunan dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 56.78 persen. Penurunan jumlah produksi tersebut tetap menjadikan provinsi Jawa Barat sebagai daerah penghasil anggrek terbesar. Salah satu daerah penghasil anggrek di provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Bekasi. Produksi setiap daerah tersebut disajikan secara terperinci dalam Tabel 4.

Jumlah produksi anggrek di Kabupaten Bekasi terbilang masih sedikit dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di jawa barat. Meskipun demikian produksi anggrek di Kabupaten Bekasi selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Penurunan produksi anggrek di Kabupaten Bekasi sempat mengalami penurunan dari tahun 2009 ke tahun 2010. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko pada budidaya anggrek pada saat mengalami penurunan yang secara langsung mempengaruhi jumlah produksinya. Ada beberapa pelaku usaha anggrek anggrek di Indonesia yang membudidayakan tanaman anggrek baik dari bibit seedling hingga tanaman dewasa. Pelaku usaha budidaya anggrek tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah produksi tanaman anggrek di Kabupaten Bekasi yang masih mengalami penurunan dikarenakan produksi yang dihasilkan masih sedikit. Hal tersebut dapat dikarenakan juga karena jumlah pelaku usaha budidaya anggrek masih sedikit yaitu sebanyak dua pelaku usaha budidaya tanaman anggrek.

(16)

relatif mudah dibandingkan dengan jenis anggrek lainnya, penanaman di daerah panas membuat Dendrobium tumbuh maksimal, tanaman Dendrobium mudah dan rajin berbunga dan harga Dendrobium yang terjangkau. Pada umumnya terdapat beberapa segmen dalam usaha budidaya anggrek Dendrobium yaitu botolan, kompot, seedling, tanaman remaja, dan tanaman dewasa. Tetapi pada usaha budidaya anggrek yang dilakukan dede Anggrek pada jenis komoditi Dendrobium memfokuskan pada segmen seedling hingga tanaman remaja lalu proses pemeliharaan dari tanaman remaja ke tanaman dewasa. Segmen tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Segmen yang paling memiliki risiko terbesar ialah pada saat seedling, kerena pada masa ini tanaman lebih rentan mengalami kegagalan dalam produksi dibandingkan tanaman dewasa yang hanya membutuhkan proses pemeliharaan.

Perumusan Masalah

Dede Anggrek merupakan perusahaan agribisnis yang mengusahakan tanaman hias anggrek Dendrobium. Dede Anggrek berdiri sejak tahun 2002 yang berlokasi di Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha pembesaran dari bibit hingga pembungaan yang berbentuk pot plant. Luas areal usaha pada Dede Anggrek adalah 1250 m² dengan persentase 80 persen anggrek Dendrobium, 20 persen anggrek lain seperti vanda, cattleya, oncidium golden flower serta anggrek bulan. Dede Anggrek mengalami risiko dalam menjalankan usaha budidaya anggreknya. Hal ini yang akan berdampak pada penerimaan dan keuntungan yang akan diterima oleh Dede Anggrek serta lebih berpengaruh terhadap perkembangan usaha dari Dede anggrek itu sendiri. Saat ini dalam menjalankan kegiatan usahanya Dede Anggrek menghasilkan tanaman pot plant dengan menggunakan bibit seedling, kemudian dibesarkan hingga tanaman mencapai remaja, lalu proses budidaya terakhir yaitu memelihara anggrek remaja hingga berbunga dan siap dijual. Total pot saat ini yang ada di areal usaha terdapat kurang lebih sekitar 10000 pot dengan jumlah produksi per periode kira-kira sekitar 400 pot.

(17)

Tabel 5 Data jumlah input (seedling) dan output yang dihasilkan pada tahun

Berdasarkan Tabel 5, Dalam pengelolaan usahanya beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan pada Dede Anggrek adalah tingkat kelangsungan hidup, dimana tingkat kelangsungan hidup itu menunjukkan persentase jumlah output yang dihasilkan dibandingkan dengan input yang digunakan pada anggrek Dendrobium. Fluktuasi tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium pada dede anggrek dapat dilihat pada Gambar 1 :

Sumber : Dede Anggrek (2013)

Gambar 1 Tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium tahun 2013 Berdasarkan Gambar 1, diketahui tingkat kelangsungan hidup anggrek Dendrobium lebih rendah pada tahap seedling ke remaja dibandingkan tahap remaja ke dewasa. Grafik tingkat kelangsungan hidup menunjukkan adanya fluktuasi yang terjadi tiap bulan, fluktuasi tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi pada usaha budidaya tanaman anggrek Dendrobium. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas risiko produksi yang dialami dari bibit seedling

hingga tanaman remaja dikarenakan pada segmen ini yang paling menunjukan adanya risiko yang paling besar.

Tingkat mortalitas dapat mempengaruhi jumlah produksi. Jumlah produksi yang berkurang dapat menyebabkan pendapatan petani berkurang bahkan kerugian bagi petani. Agar kerugian tidak terjadi atau berkurang maka diperlukan

(18)

identifikasi sumber risiko yang dihadapi. Setelah proses identifikasi maka dilakukan pengukuran dampak risiko sehingga dapat dilakukan penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha budidaya anggrek dendrobium di Dede Anggrek ?

2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi dalam usaha budidaya anggrek dendrobium di Dede Anggrek ?

3. Bagaimana alternatif strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan oleh Dede Anggrek?

Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada usaha budidaya anggrek dendrobium pada Dede Anggrek.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi pada usaha budidaya anggrek dendrobium pada Dede Anggrek.

3. Menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam penanganan risiko produksi pada usaha budidaya anggrek dendrobium pada Dede Anggrek.

Manfaat

Penelitian mengenai analisis risiko produksi budidaya anggrek pada Dede Anggrek diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Peneliti, bagi peneliti sebagai bentuk bakti serta kontribusi terhadap kemajuan agribisnis selain itu untuk menambah wawasan ilmu serta mengaplikasikan teori selama perkuliahan.

2. Pengusaha atau petani anggrek, sebagai bahan informasi dan masukan untuk pengambilan keputusan dalam miminimalkan risiko yang dihadapi pada pembudidayaan anggrek

3. Pembaca dan masyarakat lainnya, sebagai bentuk karya tulisan yang dapat bermanfaat untuk memperkaya informasi terkait tanaman anggek Dendrobium, sebagai referensi serta untuk acuan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

pemilik usaha budidaya anggrek. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan alat analisis risiko. Alat analisis deskriptif yaitu dengan mengidentifikasikan sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Dede Anggrek dan alat analisis risiko yang digunakan adalah Z score dan Value at Risk (VaR) untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko produksi anggrek Dendrobium akibat adanya sumber-sumber risiko. Pada penelitian ini hanya meneliti pada fase seedling hingga remaja.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Anggrek Dendrobium

Tanaman anggrek sama halnya dengan manusia anggrek akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila habitat dan tempat tumbuhnya memiliki suhu yang sesuai. Untuk pertumbuhan dendrobium, suhu udara rata-rata 25-27˚C. Suhu udara minimum 21-23˚C dan maksimum 31-34˚C. Pada jenis anggrek Dendrobium suhu udara yang cocok yaitu pada siang hari 27-32˚C dan pada malam hari 21-24˚C. Pada anggrek suhu udara berhubungan erat dengan cahaya matahari. Pada pertumbuhan Dendrobium cahaya yang dibutuhkan yaitu dari sedang sampai terang. Serta kelembapan udara untuk jenis Dendrobium berkisar dari 60-85 %. Penyiraman pada Dendrobium sebaiknya dilakukan ketika media tanam mulai mengering. Apabila tanaman memasuki fase istirahat sebaiknya kegiatan penyiraman dikurangi agar tetap terjaga adanya sirkulasi udara yang dapat menyebabkan serangan penyakit dan hama dari bakteri dan jamur. Sedangkan pada pemupukan pada tanaman anggrek Dendrobium sebaiknya dilakukan satu minggu sekali sama halnya dengan penyiraman sebaiknya hindari pemupukan ketika tanaman memasuki fase istirahat.

Karakteristik Anggrek

Karakteristik anggrek dapat dilihat dari daun, batang, akar, bunga dan buah, yaitu sebagai berikut :

1. Akar

Pada umumnya akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin, dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja yang berwarna hijau kekuningan. Akar yang sudah tua akan kelihatan coklat dan kering.

2. Batang

Bentuk batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudoblub). Berdasarkan pertumbuhannya batang anggrek dibedakan menjadi:

(20)

b. Monopodial, anggrek ini mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi semu. Tangkai bunga akan keluar di antara 2 ketiak daun. Contohnya Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis. 3. Daun

Bentuk daun anggrek bermacam-macam ada yang tebal ada yang tipis. Ada yang berbentuk agak bulat, lonjong, sampai lanset. Tebal daun juga beragam, dari tipis sampai bedaging, rata dan kaku. Daun anggrek tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Tepinya tidak bergerigi (rata). Daun memanjang, ujungnya berbelah, tulang daun sejajar dengan tepi daun hingga ke ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Dilihat dari pertumbuhan daunnya, anggrek digolongkan menjadi dua kelompok sebagai berikut :

a. Evergreen (tipe daun tetap segar/hijau), yaitu helaian-helaian daun tidak gugur secara serentak.

b. Decidous (tipe gugur), yaitu semua helaian-helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat.

4. Bunga

Bunga anggrek akan tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum pada satu karangan bunga terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Bunga anggrek anggrek tersebut tidak memiliki endosperm (cadangan makanan) sehingga dalam perkecambahannya diperlukan nutrisi dari luar atau lingkungan sekitarnya (Widiastoety, 2003).

Kedudukan anggrek Dendrobium dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan menurut Sutiyoso dan Sarwono (2002) sebagai berikut :

Kingdom : Planthae

Spesies : D. bifale, D. macrophyllum, D. affine, D. phalaenopsis

Sejarah Anggrek

(21)

Sihotang (2010) menyatakan bahwa dilihat dari tempat tumbuh dan habitatnya tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu :

1. Anggrek epifit (ephytis), adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang / pohon lain tetapi tidak merusak / merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain : Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan

Phalaenopsis.

2. Anggrek semi epifit, adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon / tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek semi epifit antara lain : Epidendrum, Leila, dan Brassavola

3. Anggrek tanah (anggrek terrestris), adalah jenis anggrek yang hidup di atas permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain : Vanda, Renanthera, Arachnis dan Aranthera.

4. Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit ini dalam pertumbuhannya membutuhkan sedikit saja cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain:

Goodyera sp.

5. Anggrek litofit, adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain : Dendrobium dan Phalaenopsis.

Keunggulan Anggrek

Bunga anggrek memiliki keunggulan dibandingkan dengan bunga lainnya, keunggulan tersebut diantaranya (Sandra, 2003) :

1. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias unggulan nasional.

2. Mempunyai keragaman atau variasi bunga, baik bentuk, ukuran maupun warna.

3. Mempunyai masa berbunga yang cukup lama, yaitu sekitar satu sampai tiga bulan.

4. Banyak digunakan untuk berbagai kegiatan seperti pernikahan, parcel, rangkaian bunga, bunga potong, pot dan anggrek koleksi.

5. Anggrek mempunyai penggemar yang telah terhimpun dalam perhimpunan anggrek yang levelnya sampai tingkat internasional.

6. Mempunyai pemasaran yang cukup luas dan beragam, baik dari pasar nasional maupun internasional.

7. Anggrek merupakan tanaman eksotik, langka, beraneka ragam bentuk dan warna , indah dan menarik.

(22)

Budidaya Anggrek Dendrobium

Proses budidaya anggrek Dendrobium membutuhkan penyesuaian daerah (iklim), media tumbuh yang tepat, teknik penanaman, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman secara tepat agar risiko produksi produksi dapat diminimalisir. Proses budidaya anggrek adalah sebagai berikut : 1. Syarat Tumbuh

Anggrek dendrobium dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila ditumbuhkan pada lingkungan atau tempat, antara lain :

a. Cahaya Matahari, intensitas yang dibutuhkan berkisar 35-45 persen dan sisanya terhalang oleh penaung.

b. Suhu, suhu siang antara 27°-32° C dengan suhu malam 21°-24° C, dengan sirkulasi udara yang baik. bila suhu udara meningkat sangat tinggi, lakukan penyemprotan atau penyiraman air di sekitar tempat penanaman.

c. Kelembaban, yaitu antara 60-85 persen. Untuk menjaga kelembaban agar tetap tinggi, sebaiknya lokasi di sekitar tempat pertanaman anggrek disiram air atau lakukan semprotan berkabut

d. Ketinggian tempat, umumnya dendrobium menyukai daerah panas dibandingkan daerah dingin dengan kisaran ketinggian 0-700 m dpl. Idealnya, lokasi berketinggian dibawah 400 m dpl

2. Media Tumbuh

Digunakan sebagai tempat melekatnya akar atau berdirinya tanaman. Dengan berdiri tegak, tanaman dapat memanfaatkan cahaya matahari serta udara disekitarnya dengan leluasa. Selain itu berperan juga sebagai penyimpanan air dan hara, serta penjaga kelembaban.

Beberapa syarat media tumbuh yang baik, yaitu tahan lama, tidak menjadi sumber penyakit, aerasi dan drainase baik, mampu mengikat atau menyimpan air dan hara dengan baik, serta mudah diperoleh dan harga terjangkau. Berbagai media tumbuh yang umum digunakan antara lain : pakis, moss, sabut kelapa, arang, kulit pinus, dan sejenisnya. Dengan media tumbuh apapun yang digunakan, yang penting faktor penyiraman dan pemupukan yang tepat untuk setiap jenis anggrek.

3. Teknik Penanaman

Bibit anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah mencapai 1 cm dan sudah muncul 2-3 helai akar. Anggrek dikeluarkan dari botol menggunakan kawat yang dibengkokkan pada bagian ujungnya. Anggrek yang baru dikeluarkan di tanam dalam pot plastik. Tiga bulan kemudian, tanaman dipindahkan ke pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm atau 10 cm dan ditanami 3-5 tanaman. Pot diisi 2/3 bagian,kemudian masukkan larutan fungisida Atasi 2ml/l dan larutan pupuk organik Suburi 2ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan pemindahan tanaman (repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18 cm dan ditanami 1 tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan yang baru. 4. Penyiraman

(23)

5. Pemupukan

Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetative dan generative tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetative untuk tanaman yang masih muda (bibit), perbandingan pemberian pupuk majemuk NPK adalah dengan komposisi undur N yang lebih besar dibandingkan P dan K (misalnya NPK = 30 : 10 : 10). Pada fase pertumbuhan tanaman berukuran remaja, perbandingan pemberian pupuk majemuk NPK adalah dengan komposisi NPK seimbang (misalnya NPK = 10 : 10 : 10). Sedangkan pada fase pertumbuhan tanaman dewasa (generative) yaitu untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk majemuk NPK adalah dengan komposisi unsur P dan K yang lebih tinggi dibandingkan N (misalnya NPK = 10 : 30 : 30).

Pemberian pupuk majemuk yang telah dilarutkan dalam air diberikan dua kali seminggu atau sesuai dengan anjuran yang tertera pada kemasannya. Wkatu penyemprotan dilakukan pagi hari seitar pukul 06.00-07.00 atau sore hari sekitar pukul 17.00-18.00. Di samping itu penggunaan pupuk NPK granula yang melarut secara perlahan-lahan dapat diberikan sebagai tambahan setiap 1-3 bulan sekali atau sesuai petunjuk kemasan. Caranya dengan meletakan butir-butir pupuk tersebut diatas media tumbuhya.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa cara pengendalian hama dan penyakit, antara lain : a. Mekanis

Pengendalian secara mekanis dilakukan bila hama dijumpai dalam jumlah yang masih terbatas. Misalnya : kumbang gajah atau sejenisnya dapat dijepit atau ditekan dengan jari tangan dan dimatikan, kutu perisai atau sejenisnya pada daun atau batangnya dapat didorong dengan kuku dan dimatikan, keong besar dapat ditangkap dan di musnahkan.

b. Sanitasi

Dengan membersihkan lingkungan di sekitar tempat pertanaman dari tumpukan sampah dan gulam, keong atau tikus tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan bersembunyi. Oleh karena itu dikondisikan di daerah sekitar tempat pertanaman selalu bersih dangan sirkulasi udara yang bersih.

c. Kultur teknis

Pemeliharaan tanaman yang baik dan tepat dapat meningkatkan kesehatan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiranman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan. Disertai dengan penanaman dan penempatan tanaman pada lingkungan yang cocok. Secara tidak langsung pemeliharaan yang berkelanjutan dapat memantau keadaan tanaman dari serangan hama dan penyakit.

d. Kimiawi

Pengendalian hama secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan organisme pengganggu tanaman yang akan dikendalikan. Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan untuk pengendalian atau pemberantasan organisme pengganggu dalam perawatan atau pemeliharaan tanaman anggrek antara lain :

(24)

 Bakterisida untuk bakteri  Molusida untuk hama keong  Nematisida untuk sejenis cacing

Formulasi pestisida yang diberikan dapat berupa cairan emulsi, tepung, pasta maupun granula. Konsentrasi dan dosis penggunaannya biasanya dicantumkan pada setiap keasan

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis risiko dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa risiko merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri, dan dipelajari sumber-sumber, dampak, strategi penanganan risiko, serta hal-hal lain yang terkait dengan risiko tersebut. Terutama dalam sektor agribisnis yang merupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha yang sangat membutuhkan penanganan risiko yang efektif.

Indikasi risiko dalam suatu usaha berdasarkan penelitian terdahulu secara umum diketahui dari adanya fluktuasi yang cukup signifikan atau bersifat negatif dalam bentuk penurunan nilai tertentu yang dialami perusahaan dalam periode tertentu usahanya. Risiko adalah suatu kondisi yang berpotensi menghasilkan kerugian bagi usaha, sehingga penting untuk diperhitungkan dan dikelola dengan baik untuk meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko seperti Nasti (2013), Yamin (2012), Sitangganng (2012), Mandasari (2012), Panggabean (2011), Sianturi (2011), Zebua (2011), dan Wisdya (2009) yang masing masing menemukan sumber risiko pada produksi krisan potong, sumber risiko produksi pada tomat cherry, tomat dan caisin, tomat dan cabai merah, risiko usaha diversifikasi anggrek Dendrobium, risiko produksi tanaman hias, bunga adenium, risiko produksi pada tanaman anggrek teknik seedling dan mericlone.

Sumber-Sumber Risiko Agribisnis

Menurut Panggabean (2011), sumber risiko usaha yang dihadapi pada usaha diversifikasi pada anggrek Dendrobium terdiri dari dua bagian yaitu, risiko pra penjualan dan risiko dalam pasar. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, sumber risiko pra penjualan berasal dari tidak teraturnya persediaan Dendrobium karena adanya perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama dan penyakit. Sedangkan, sumber risiko pada pasar meliputi perubahan selera konsumen, fluktuasi harga jual dan kerusakan pada saat proses transportasi dan distribusi. Menurut Sianturi (2011), berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada PT. Saung Mirwan sumber risiko yang dihadapi dalam mengusahakan berbagai jenis bunga antara lain kondisi cuaca atau iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, tenaka kerja dan harga produk.

(25)

Menurut Yamin (2012), berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya terdapat lima sumber risiko produksi pada budidaya tomat cherry yaitu perubahan cuaca, serangan hama, penyakit, kualitas bibit dan sumber daya manusia. Menurut Sitanggang (2012), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam mengusahakan tomat dan caisin petani di desa Citapen maka sumber risiko yang paling berpengaruh yaitu cuaca yang tidak dapat diprediksi dan hama dan penyakit serta penggunaan input yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas dan pendapatan perusahaan. Menurut Mandasari (2012), berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya dalam mengusahakan tomat dan cabai merah terdapat sumber risiko yang dialami meliputi adanya kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi, serangan hama dan penyakit serta kondisi kesuburan lahannya.

Menurut Wisdya (2009), berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya dalam kegiatan spesialisasi risiko produksi bahwa persentase keberhasilan produksi pada tanaman anggrek teknik seedling dan mericlone bahwa yang mengalami risiko paling tinggi adalah tanaman anggrek teknik seedling karena memiliki variasi pertumbuhan yang tinggi. Sedangkan risiko berdasarkan pendapatan bersih perusahaan diperoleh risiko produksi yang paling tinggi dari kedua tanaman anggrek adalah tanaman anggrek teknik seedling karena harganya yang lebih rendah daripada tanaman anggrek teknik mericlone.

Menurut Nasti (2013), dalam penelitiannya pada Natalia Nursery dalam usahanya krisan potong terdapat sumber-sumber yang menyebabkan risiko produksi yaitu perubahan cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit yang sulit untuk dihindarkan, dan kinerja tenaga kerja yang tidak konsisten terhadap pekerjaannya.

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai risiko produksi. Dapat diketahui bahwa pada umumnya risiko produksi yang terjadi pada pelaku usaha untuk komoditas hortikultura adalah pengaruh perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit tanaman serta tenaga kerja.

Metode Analisis Risiko

Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti, Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation. Alat pengukuran tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar risiko yang dihadapi pada objek penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Selain itu, juga terdapat alat analisis lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang dihadapi suatu objek penelitian. Alat ukur tersebut meliputi standar deviasi, z-score, dan Value at Risk (VaR).

Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011) pada Permata Anggrek dikota Bogor menggunakan alat analisis berupa Variance, Standar Deviation, dan

Coeffisience Variation. Alat analisis tersebut juga digunakan oleh Sianturi (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis risiko pengusahaan bunga pada PT. Saung Mirwan Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan oleh Zebua (2011) mengenai analisis risiko produksi tanaman hias adenium di perusahaan Anisa Adenium Bekasi Timur juga menggunakan alat analisis serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011) dan Sianturi (2011).

(26)

menggunakan alat ukur berupa Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation untuk mengukur besarnya risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Mandasari (2012) juga menggunakan alat analisis berupa Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation untuk mengukur risiko produksi tomat dan cabai merah di Desa Perbawati Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi.

Penelitian yang dilakukan oleh Yamin (2012) menggunakan alat analisis risiko yang berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Alat analisis yang digunakan Yamin (2012) untuk mengukur risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur adalah standar deviasi, z-score, dan Value at Risk (VaR).

Penelitian yang dilakukan oleh Wisdya (2009) menggunakan analisis risiko dengan mencari nilai Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation

pada kegiatan spesialisasi dan portofolio untuk mengukur risiko produksi anggrek

phalaenopsis pada P. T. Ekakarya Graha Flora, di Cikampek Jawa Barat.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) pada perusahaan Natalia Nursery di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor pada kegiatan spesialisasi menghasilkan nilai Coeffisience Variation sebesar 0,11 pada krisan tipe spay dan 0,30 pada krisan tipe standar yang menunjukkan bahwa produksi krisan tipe standar pada Natalia Nursery mengalami risiko produksi yang lebis besar dibangkan pada krisan tipe spray. Sedangkan pada kegiatan diversifikasi menunjukkan nilai Coeffisience Variation 0,12. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kegiatan diversifikasi dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi dibandingkan pengusahaan krisan secara spesialisasi.

Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko produksi adalah

Variance, Standar Deviation, dan Coeffisience Variation, selai itu terdapat alat analisis lainnya seperti z-score, dan Value at Risk (VaR).

Strategi Pengelolaan Risiko

Menurut Panggabean (2011), upaya pengendalian risiko pengusahaan Dendrobium dapat dilakukan dengan cara pencegahan dan pengendalian serangan hama dan penyakit untuk mengurangi jumlah tanaman yang mati, dan merespon dengan baik perubahan dan permintaan. Selain itu juga dilakukan strategi integrasi vertical untuk mengurangi risiko yang ada pada tahapan pemeliharaan. Menurut Sianturi (2011), diversifikasi pada beberapa komoditas bunga yang diusahakan pada PT. Saung Mirwan dapat menekan risiko, meskipun tidak selamanya diversifikasi dapat menekan risiko. Menurut Zebua (2011), strategi penanganan yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan Anisa Adenium adalah dengan melakukan diversifikasi. Selain itu strategi yang diterapkan oleh perusahaan Anisa berdasarkan sumber risiko yang ada adalah dengan memperhatikan cuaca dan iklim serta memperhatikan tenaga kerja yang digunakan.

Menurut Yamin (2012), alternative strategi yang dapat dilakukan untuk menekan dampak risiko dapat dilakukan dengan melakukan pemberian fungisida ganda pada tanaman tomat, melakukan budidaya dengan menggunakan

(27)

mitigasi. Menurut Mandasari (2012), alternatif yang dapat mengurangi tingkat risiko produksi selain diversifikasi yaitu dengan melakukan pencegahan melalui perbaikan sistem pola tanam, pengendalian hama dan penyakit yang bersifat alami, pengelolaan lahan yang baik, dan melakukan pembukuan untuk melakukan perencanaan produksi.

Menurut Wisdya (2009), menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi pada kegiatan diversifikasi pada tanaman anggrek teknik seedling dan mericlone. Selain itu manajemen risiko yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa peta risiko. Menurut Nasti (2013), strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan pada perusahaan Natalia Nursery antara lain strategi preventif, strategi mitigasi, strategi pengendalian OPT, pengembangan sumber daya manusia dan membangun hubungan kemitraan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Definisi Risiko

Menurut Djohanputro (2008) definisi risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Untuk menghitung tingkat ketidakpastiaan dapat dengan memperoleh informasi. Yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi. Tetapi apabila terdapat informasi untuk menghitung probabilitas kejadian masing-masing scenario maka ketidakpastian dapat berubah menjadi risiko. Sedangkan definisi yang paling mendasar risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Pengertian lain risiko juga dapat diartikan ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.

Menurut Vaughan (1978) dalam Darmawi (2004) definisi risiko ialah : a. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian), yaitu suatu keadaan

dimana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.

b. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) hal ini

didefinisikan bahwa “possibility” berarti probabilitas suatu peristiwa berada di

antara nol dan satu. Definisi ini tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.

c. Risk is Uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) dimana ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian.

(28)

Selanjutnya dapat diketahui penanganan yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi risiko tersebut. Oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan mengenai sumber risiko penting untuk dilakukan.

Harwoord et al. (1999) menjelaskan terdapat 5 sumber risiko dalam pertanian, yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko kebijakan, risiko personal, dan risiko keuangan. Risiko produksi merupakan risiko yang terkait dengan kegiatan produksi suatu usaha yang dilakukan pembudidaya. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi di antaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumber daya manusia, dan lain-lain. Risiko pasar atau harga merupakan risiko yang terkait dengan komoditi yang produksinya. Risiko kebijakan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan pihak berwenang seperti pemerintah terhadap usaha yang dilakukan. Salah satu sumber risiko kebijakan, yaitu adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. Risiko keuangan merupakan risiko terkait dengan efek yang ditimbulkan terhadap keuangan suatu usaha. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh risiko keuangan antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Dihasilkan terhadap penjualan komoditi tersebut. Risiko pasar yang ditimbulkan diantaranya barang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain-lain. Risiko kelembagaan merupakan risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan. Sumber risiko kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan maupun meningkatkan hasil.

Sumber-sumber risiko produksi pertanian

Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa sumber risiko yang dihadapi dalam pertanian, yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko kebijakan, risiko personal, dan risiko keuangan (Harwoord et al.

1999). Risiko produksi sangat terkait dengan kegiatan produksi suatu usaha yang dilakukan pembudidaya dan akan berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Menurut Kadarsan (1992) risiko produksi di sektor pertanian dalam arti luas (tanam-tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan terjadi lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor nonpertanian karena sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Selain dipengaruhi oleh alam kemungkinan terjadinya risiko produksi lebih besar dapat didorong oleh sifat komoditi pertanian sendiri, antara lain membutuhkan ruang yang besar (voluminous), mudah rusak (perishable), dan tidak tahan lama (bulky). Di samping itu, menurut Reijntjes (1999), risiko produksi merupakan kerugian akibat keragaman yang dapat diakibatkan fluktuasi “kecil” misalnya dalam cuaca, munculnya hama, permintaan pasar, taksiran sumber daya, ketersediaan tenaga kerja, atau gangguan-gangguan

“besar” yang diakibatkan stress (misalnya penipisan unsur hara, erosi, salinitas,

(29)

hasil). Oleh sebab itu identifikasi sumber risiko perlu untuk dilakukan, beberapa risiko produksi tersebut bisa saja dihadapi dalam budidaya tanaman anggrek Dendrobium karena tanaman tersebut merupakan salah satu komoditi pertanian, dimana tanaman anggrek menempati posisi penting dalam industri florikultura di Indonesia.

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Menurut Darmawi perlunya mengukur risiko yaitu untuk menentukan relative pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan untuk mengukur risiko yaitu, frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi serta keparahan dari kerugian itu. Yang ingin diketahui dari masing-masing dimensi tersebut yaitu rata-rata nilainya dalam periode anggaran; variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya; dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri, harus dimasukkan dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja.

Pengukuran risiko dapat menggunakan Variance, Standart Deviation dan

Coefficient Variance. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai

variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Standard deviation yang merupakan alat kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

Coefficient variation merupakan ukuran yang paling tepat jika dibandingkan dengan variance dan standard deviation bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternative usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha. Semakin kecil coefficient variation

maka semakin rendah risiko usaha yang akan dihadapi.

(30)

kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang ditimbulkan, langkah selanjutnya yaitu memetakan hasil yang didapat.

Teknik Pemetaan

Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan risiko dapat dilihat pada Gambar 2 :

Sumber : Kountur, 2008

Gambar 2 Peta risiko

Berdasarkan pada Gambar 2, terdapat empat kuadran utama pada peta risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

Probabilitas (%)

Dampak (Rp)

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran

4 Tinggi

Sedang

Rendah

Tinggi Sedang

(31)

Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan. Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan. Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko dilakukan untuk mengendalikan risiko yang mungkin terjadi. Menurut Djohanputro suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka strategi pengelolaan risiko yang harus digunakan yaitu dengan cara penghindaran risiko yaitu tindakan perusahaan untuk tidak melakukan bisnis atau kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan. Jika risiko tidak dapat dihindari dan harus menghadapi risiko maka cara yang harus dilakukan selanjutnya dengan menggunakan strategi pengurangan risiko dengan bertindak agar perusahaan dapat menekan besarnya risiko bila menjadi kenyataan. Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode pencegahan, metode diversifikasi, dan metode lindung nilai alamiah. akibat dari kerugian itu perlu dikurangi, Selain pengurangan risiko akibat dari kerugian yang perlu dikurangi, strategi selanjutnya yang dapat digunakan ialah strategi pemindahan risiko. Cara pemindahan atau pengalihan risiko tidak bertujuan untuk menghilangkan risiko melainkan hanya memindahkan risiko dari perusahaan ke pihak lain yang bersedia atau ke perusahaan yang membisniskan risiko, yaitu dapat dengan asuransi dan kontrak lindung nilai. Teknik terakhir yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko yaitu dengan penahanan risiko. Penahanan risiko dapat terjadi karena dua sebab, pertama perusahaan dengan sadar ingin mempertahankan risiko dan ingin mengelolanya sendiri biasanya didasarkan atas efektivitas biaya. Selama manajemen memiliki kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya risiko dapat dikelola dan memberikan hasil (return) yang lebih tinggi dari risiko itu sendiri. Kedua, ketidakmampuan mengidentifikasi risiko dan kelalaian mengidentifikasikan risiko serta risiko yang diabaikan.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa strategi pengelolaan risiko yang dapat digunakan dalam menanggulangi risiko adalah strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari risiko yang terjadi sedangkan strategi mitigasi untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi.

Kerangka Pemikiran Operasional

(32)

peluang pasar yang potensial untuk pengembangan usaha pembesaran anggrek Dendrobium hingga pemeliharaan tanaman sampai berbunga yang diusahakan pada dede anggrek.

Dede Anggrek merupakan salah satu perusahaan dalam bidang agribisnis yang mengusahakan komoditas anggrek. Yaitu di antaranya anggrek Dendrobium. Tetapi dalam pengusahaannya ditemukan beberapa masalah yaitu perusahaan mengalami risiko produksi. Risiko produksi tersebut salah satu indikasinya adalah dari adanya fluktuasi produksi anggrek Dendrobium. Sementara itu, faktor-faktor yang terindikasi sebagai sumber risiko produksi diantaranya adalah pengaruh perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, kualitas bibit seedling, serta kesalahan sumber daya manusia, dan pengaruh media tanam. Sumber-sumber risiko produksi tersebut belum dapat dipastikan dapat menggambarkan keseluruhan sumber risiko produksi yang mungkin terdapat dalam usaha budidaya anggrek dendrobium yang dijalankan oleh Dede Anggrek. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang benar-benar terdapat pada usaha ini.

(33)

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi Anggrek

Dendrobium pada Dede Anggrek

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Dede Anggrek yang berlokasi di Permata Regensy, Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Dede Anggrek merupakan salah satu pembudidaya anggrek dengan jumlah produksi terbesar dan perusahaan yang mampu bertahan dalam menjalankan usahanya di wilayah Kabupaten Bekasi. Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data untuk pengolahan data. Pengumpulan data yang dilakukan di Dede Anggrek akan berlangsung selama tiga bulan yaitu dari bulan april sampai bulan juni tahun 2013.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan keterangan dan jawaban

Adanya fluktuasi produksi Anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek

Risiko produksi Anggrek Dendrobium

Analisis risiko : 1. Z-score

2. Var Analisis deskriptif

(sumber - sumber risiko)

Pemetaan risiko

(34)

dari pertanyaan penelitian yang bukan angka. Dalam penelitian ini data kualitatif meliputi fakta-fakta dari perkembangan anggrek Dendrobium seperti teknis pelaksanaan usaha, kondisi usaha, peralatan yang digunakan dalam usaha, dan hal lain yang terkait dengan penelitian. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari fakta dan informasi yang sudah disusun dan lebih terukur. Pada data kuantitatif ini meliputi data produksi penjualan anggrek, perkembangan harga jual anggrek dan omzet perusahaan.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder, dimana data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada bagian pemilik perusahaan, konsumen dan pihak-pihak yang terkait pada penelitian khususnya dalam bidang penjualan anggrek Dendrobium. Data primer ini merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung pada objek penelitian, sehingga dalam pencariannya banyak menggunakan wawancara, teknik observasi, pengamatan, dan studi kasus di Dede Anggrek. Sedangkan data sekunder merupakan data untuk penelitian yang tidak langsung ditemukan oleh peneliti, data sekunder ini diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Hortikultura Departemen Pertanian, perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet, jurnal dan literatur yang relevan yang terkait dengan perkembangan tanaman anggrek Dendrobium. Hal ini dimaksudkan agar dapat mendukung penelitian lebih spesifik dan jelas.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu wawancara, dan diskusi pada pemilik perusahaan dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan data yang sesuai kondisi yang sebenarnya terjadi tentang risiko yang biasa muncul terkait dengan kegiatan produksi dan pemasaran. Proses pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti atau observasi dilakukan dengan pencatatan langsung di lokasi penelitian baik dari aktivitas produksi, pemasaran dan berbagai kendala risiko yang dihadapi perusahaan.

Data yang diambil yaitu berupa data time series kematian anggrek selama 12 periode. Satu periode tanam dari seedling ke remaja yaitu selama 8 bulan. Data tersebut diambil dari catatan pemilik usaha Dede Anggrek dan observasi langsung pada periode terakhir dibulan April sampai Juni 2013.

Metode Analisis Data

Pengkajian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data dan informasi dari data primer dan sekunder. Data ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data yang dikelompokkan kedalam dua jenis metode yaitu metode analisis deskriptif (kualitatif) dan metode analisis risiko (kuantitatif).

Analisis Deskriptif

(35)

meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Hal ini dilakukan melalui proses wawancara langsung dengan pihak perusahaan serta melalui pengisian kuesioner. Manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian perusahaan sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Menurut Kountur (2008), risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi anggrek Dendrobium. Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode nilai standar atau z-score

dan aplikasinya pada budidaya anggrek Dendrobium ini adalah:

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko (penurunan produksi anggrek

Dendrobium)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata penurunan produksi anggrek Dendrobium adalah:

Dimana :

= Nilai rata-rata kematian tanaman anggrek (pot)

xi = Nilai per periode kematian tanaman anggrek (pot)

n = Jumlah data (12 periode) 2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

Dimana:

s = Standar deviasi kematian tanaman anggrek (pot)

xi = nilai per periode kematian tanaman anggrek (pot) = Nilai rata-rata kematian tanaman anggrek (pot)

n = Jumlah data 12 periode

3. Menghitung nilai standar (z-score) Dimana:

z = Nilai z-score dari kematian tanaman anggrek (pot) x = Batas kematian yang dianggap masih dalam taraf

normal

= Nilai rata-rata kematian tanaman anggrek (pot) s = Standar deviasi kematian tanaman anggrek (pot)

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai

x = ∑ x

x

=

x

(36)

z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

4. Mencari kemungkinan terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari budidaya anggrek Dendrobium diketahui, maka selanjutnya dapat dicari kemungkinan terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi anggrek Dendrobium yang mendatangkan kerugian.

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan budidaya anggrek Dendrobium. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah penurunan produksi anggrek Dendrobium setiap periode. Jumlah penurunan tersebut (dari batas normal) kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut Kountur (2008), nilai VaR dapat dihitung dengan rumus berikut :

Dimana:

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan akibat kematian tanaman anggrek (pot) = Nilai rata-rata kerugian akibat kematian tanaman anggrek (pot)

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi kerugian akibat kematian tanaman anggrek (pot) n = Banyaknya kejadian berisiko (12 periode)

Pemetaan Risiko

Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan setelah diketahui nilai kemungkinan terjadinya risiko produksi serta dampaknya adalah melakukan pemetaan risiko untuk mengetahui risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Menurut Kountur (2008), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara

(37)

probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan kurang dari 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur 2008).

Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada dimana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui posisi risiko tersebut adalah dengan melakukan perhitungan status risiko. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari kejadian yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko. Status risiko dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini :

Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran satu dan dua. Menurut Kountur (2008), Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran satu akan bergeser menuju kuadran tiga dan risiko yang berada pada kuadran dua akan bergeser menuju kuadran empat. Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 6 :

Sumber : Kountur, 2008

Gambar 4 Penanganan Risiko (Preventif) 2. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran dua bergeser ke kuadran satu dan

Kuadran 4

Probabilitas (%)

Besar

Sedang

Kecil

Besar Sedang

Kecil

Dampak (Rp)

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3

(38)

risiko yang berada pada kuadran empat bergeser ke kuadran tiga. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko (Kountur 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :

Sumber : Kountur, 2008

Gambar 5 Penanganan mitigasi risiko

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Dede Anggrek merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya dan pemasaran tanaman anggrek yang didirikan oleh ibu Dede Hartini pada tahun 2002. Pada awalnya Dede Anggrek merupakan suatu usaha dengan skala kecil yang dilakukan pada sebidang lahan seluas 500 m² dan merupakan suatu usaha produksi pertanian yang dikelola secara kekeluargaan. Tetapi baru awal didirikan usaha ini pada tahun 2002 kebun Dede Anggrek sempat mengalami kebanjiran yang mengakibatkan semua tanaman anggrek yang dihasilkannya terendam dan banyak yang mati lalu pemilik Dede Anggrek kembali menekuni usahanya pasca banjir yang membuat semua tanaman terendam sekitar tahun 2003 dengan bertahap pemilik dede Anggrek menekuni usahanya ini kembali. Pada awalnya Dede Anggrek memiliki arah bisnis pada proses pembudidayaan tanaman anggrek Dendrobium dari tahapan botolan sampai berbunga. Jika dihitung secara keseluruhan proses ini memakan waktu sekitar dua sampai tiga tahun. Sehingga pada tahun pertama tanaman anggrek yang diusahakan pada Dede Anggrek belum ditargetkan untuk dipasarkan. Tanaman yang dihasilkan ini juga dianggap merupakan suatu proses belajar bagi pemilik Dede Anggrek hingga bertahap bisnis yang dijalaninya mengalami perkembangan.

Pada saat memulai usaha, perusahaan ini pertama-tama membeli lahan seluas 500 m². Lahan ini digunakan untuk pembesaran anggrek dari botolan hingga pot tunggal. Akan tetapi, pada saat memasuki tahun 2004 Dede Anggrek

Kuadran 4

Probabilitas (%)

Besar

Sedang

Kecil

Besar Sedang

Kecil

Dampak (Rp)

Kuadran 1 Kuadran 2

Gambar

Tabel 1 Target Produksi Hortikultura Tahun 2012
Tabel 2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007-2011 (tangkai)
Gambar 2  Peta risiko
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi Anggrek Dendrobium pada Dede Anggrek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Acuan dari membuat strategi penanganan ini adalah dengan melihat status risiko dan menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yang paling tidak

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan

Sumber risiko kegagalan proses sterilisasi terletak di kuadran II pada peta risiko. Strategi penanganan untuk sumber risiko ini dilakukan melalui strategi preventif

Menunjukkan bahwa hampir setengah dari seluruh responden berpendapatan 500.000 – 1.000.000 tiap bulan, yaitu sebanyak 17 responden.Dari data tersebut dapat

Remaja akhir (17-19 tahun) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: Minat yang makin mantap

Langkah awal yang dilakukan pada saat analisis data yaitu identifikasi bahaya dan risiko K3 yang ada di dalam tahapan kerja dengan menggunakan metode analisis risiko dengan

KESIMPULAN Setelah dilakukan analisis melalui berbagai tahapan dari tahap komunikasi dan konsultasi hingga monitoring dan review didapatkan hasil yaitu terdapat 27 kemungkinan risiko