• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH

RELITA YOLANDA SIHOMBING 110502120

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2 ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan mengkonsumsi susu Bear Brand dan sampel sebanyak 96 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan regresi berganda dengan menggunakan uji simultan, uji parsial dan analisis determinasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai α yaitu 5%. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil analisis data dengan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) secara bersama-sama positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand dengan koefisien regresi X1 = 0.432, X2 =0.332 dan X3=0.450. Pengujian Fhitung diperoleh sebesar 14.201 lebih besar dari Ftabelsebesar 2.704. Hasil uji thitung menunjukkan untuk faktor harga (X1) = 2.062, rasa (X2)= 2.128 dan kemasan (X3) = 4.068. Variabel harga, rasa, dan kemasan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen susu bear brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara parsial dapat dilihat bahwa faktor kemasan yang paling dominan mempengaruhi konsumen melakukan pembelian susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2sebesar 0.563%. Artinya, variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga, rasa dan kemasan pada susu Bear Brand. Angka R Square sebesar 0.317 menunjukkan bahwa 31,7 persen loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variabel harga, rasa dan kemasan. Sedangkan sisanya 68,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Harga, Rasa, Kemasan, dan Loyalitas Konsumen.

(3)

3 ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PRICE, TASTE, AND PACKAGING OF SUSU BEAR BRAND TOWARDS CUSTOMER LOYALTY

ON STUDENTS OF FACULTY OF LAW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

The purpose of this research is to examine the influence of price (X1), taste (X2), and packaging (X3) towards customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. The population of this research are the students of faculty of law Universitas Sumatera Utara who have ever purchased and consumed Susu Bear Brand and number of samples are 96 respondents. Data analysis methods used in this research are descriptive method andmultiple regression analysis using simultaneous test, partial test, and determination test. The type of this research is quantitative descriptive research using multiple regression analysis with value of α = 5%. Data used in this research are primary data and secondary data.The results of data analysis using multiple regression analysis show that simultaneously, price (X1), taste (X2), and packaging (X3) are positively and significantly affecting customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand with regression coefficient of X1= 0.432, X2 =0.332 and X3=0.450. The results of Fhitungtest were obtained in the amount of14.201bigger than Ftabelin the amount of 2.704. The results ofthitungtest show that price (X1) = 2.062, taste (X2) = 2.128, and packaging (X3) = 4.068. The variable of price, taste, and packaging have positive and significant effect towards customer loyalty of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. It can be seen partially that packaging has the most dominant influence on customer to purchase Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. While determination coefficient was obtained with value of adjusted R2 in the amount of 0.563%. It means that the variable of customer loyalty can be explained by the presence of the variable of price, taste, and packaging on Susu Bear Brand. Number of R Square in the amount of 0.317 shows that 31,7percent of customer loyalty can be explained by the variable of price, taste and packaging. While the rest of 68,3 percent can be explained by other variables outside of the three variables used in this research.

Keyword: Price, Taste, Packaging, Customer Loyalty.

(4)

4 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas

berkat dan penyertaan-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul dari penelitian skripsi ini adalah “Pengaruh faktor

harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kedua orang tua yang

sangat peneliti sayangi Juntiano Sihombing, SE dan Rugun Suhana Simamora,SE atas kasih, perhatian, doa, nasehat, perjuangan dan dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini.

Dalam kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen dan

Ibu Dra. Marhayanie, SE, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi dan

(5)

5 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Friska Sipayung,SE, M.Siselaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Kepada Abang saya, Ray Frans Sarjono Sihombing, S.Kom untuk kasih,

doa, motivasi dan perhatiannya kepada penulis.

8. Terimakasih kepada Meilani dan Jesi Ginting sahabat terkasih atas

motivasi, bantuan, doa, perhatian dan dukungannya kepada penulis.

9. Untuk teman-teman seperjuangan saya, Agus, Elfaida, Anri, Rika,

William, Roulina, Deasy, Idon, Lidya, Nisa, dan Finza.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Medan,

Peneliti

(6)

6

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Teori Tentang Harga ... 10

2.1.1 Pengertian Harga ... 10

2.1.2 Sasaran Penetapan Harga ... 10

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga ... 11

2.1.4 Tujuan Penetapan Harga ... 11

2.2 Teori Tentang Rasa ... 11

2.2.1 Pengertian Rasa ... 11

2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi Tentang Rasa ... 12

2.2.3Karakteristik Rasa ... 14

2.3Teori Tentang Kemasan ... 14

2.3.1 Pengertian Kemasan ... 14

2.3.2 Fungsi Kemasan ... 16

2.3.3Desain Kemasan ... 17

2.3.4 Peranan Kemasan ... 19

2.5 Penelitian Terdahulu ... 29

2.6Kerangka Konseptual Penelitian ... 29

2.7 Hipotesis Penelitian ... 30

(7)

7

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional Penelitian ... 31

3.4 Populasi dan Sampel ... 32

3.4.1 Populasi ... 32

3.4.2 Sampel ... 32

3.5Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.8.1 Uji Validitas ... 35

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 37

3.9 Model Analisis Data ... 38

3.9.1 Model Analisis Deskriptif ... 38

3.9.2 Model Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda) ... 38

3.9.3 Uji Asumsi Klasik ... 40

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Profil Perusahaan ... 42

4.3.1 Pengaruh Harga Terhadap Loyalitas Konsumen... 72

4.3.2 Pengaruh Rasa Terhadap Loyalitas Konsumen... 73

(8)

8

4.3.3 Pengaruh Kemasan Terhadap Loyalitas Konsumen ... 74

BAB VKESIMPULANDAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 79

(9)

9 DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah populasi sapi perah, produksi susu, dan konsumsi susu nasional ... 3

1.2 Top brand award 2012-2014kategori susu cair dalam kemasan ... 4

2.1Penelitian Terdahulu ... 30

3.1 Jumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ... 32

3.2 Definisi operasionalisasi variabel penelitian ... 34

3.3 Uji Validitas ... 36

3.4 Uji Reliabilitas ... 38

4.1 Sejarah Singkat PT Nestlé di Indonesia ... 46

4.2 Karekteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Harga (X1) ... 54

4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Rasa (X2) ... 55

4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kemasan (X3) ... 56

4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Loyalitas Konsumen (Y) ... 58

4.7 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 62

4.8 Uji Glejser ... 64

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 65

4.10 Hasil Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda) ... 66

4.11 Uji Serentak (Uji F) ... 69

4.12 Uji Parsial (Uji-t)... 70

4.13 Koefisien Determinasi (R2) ... 72

(10)

10 DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka konseptual penelitian ... 30

4.1 Jenis-jenis Produk PT Nestlé Indonesia ... 53

4.2Histogram ... 60

4.3Pengujian Normalitas P-Plot ... 61

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63

(11)

11 DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ... 79

Lampiran 2 : Data Jawaban Pernyataan Responden ... 82

Lampiran 3 : Tabulasi Jawaban Responden Uji Validitas dan Reabilitas ... 85

Lampiran 4 : Uji Validitas dan Reabilitas ... 86

Lampiran 5 : Analisis Deskriptif ... 87

Lampiran 6 : Uji Asumsi Klasik ... 92

Lampiran 7 : Hasil Pengujian Analisis Regresi Berganda ... 95

(12)

2 ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN

PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan mengkonsumsi susu Bear Brand dan sampel sebanyak 96 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan regresi berganda dengan menggunakan uji simultan, uji parsial dan analisis determinasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai α yaitu 5%. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil analisis data dengan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) secara bersama-sama positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand dengan koefisien regresi X1 = 0.432, X2 =0.332 dan X3=0.450. Pengujian Fhitung diperoleh sebesar 14.201 lebih besar dari Ftabelsebesar 2.704. Hasil uji thitung menunjukkan untuk faktor harga (X1) = 2.062, rasa (X2)= 2.128 dan kemasan (X3) = 4.068. Variabel harga, rasa, dan kemasan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen susu bear brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara parsial dapat dilihat bahwa faktor kemasan yang paling dominan mempengaruhi konsumen melakukan pembelian susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2sebesar 0.563%. Artinya, variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga, rasa dan kemasan pada susu Bear Brand. Angka R Square sebesar 0.317 menunjukkan bahwa 31,7 persen loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variabel harga, rasa dan kemasan. Sedangkan sisanya 68,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Harga, Rasa, Kemasan, dan Loyalitas Konsumen.

(13)

3 ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PRICE, TASTE, AND PACKAGING OF SUSU BEAR BRAND TOWARDS CUSTOMER LOYALTY

ON STUDENTS OF FACULTY OF LAW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

The purpose of this research is to examine the influence of price (X1), taste (X2), and packaging (X3) towards customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. The population of this research are the students of faculty of law Universitas Sumatera Utara who have ever purchased and consumed Susu Bear Brand and number of samples are 96 respondents. Data analysis methods used in this research are descriptive method andmultiple regression analysis using simultaneous test, partial test, and determination test. The type of this research is quantitative descriptive research using multiple regression analysis with value of α = 5%. Data used in this research are primary data and secondary data.The results of data analysis using multiple regression analysis show that simultaneously, price (X1), taste (X2), and packaging (X3) are positively and significantly affecting customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand with regression coefficient of X1= 0.432, X2 =0.332 and X3=0.450. The results of Fhitungtest were obtained in the amount of14.201bigger than Ftabelin the amount of 2.704. The results ofthitungtest show that price (X1) = 2.062, taste (X2) = 2.128, and packaging (X3) = 4.068. The variable of price, taste, and packaging have positive and significant effect towards customer loyalty of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. It can be seen partially that packaging has the most dominant influence on customer to purchase Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. While determination coefficient was obtained with value of adjusted R2 in the amount of 0.563%. It means that the variable of customer loyalty can be explained by the presence of the variable of price, taste, and packaging on Susu Bear Brand. Number of R Square in the amount of 0.317 shows that 31,7percent of customer loyalty can be explained by the variable of price, taste and packaging. While the rest of 68,3 percent can be explained by other variables outside of the three variables used in this research.

Keyword: Price, Taste, Packaging, Customer Loyalty.

(14)

12 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama

dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh

dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang

menjadi kuat, diperlukan asupan zat gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium

merupakan zat utama yang diperlukan dalam pembentukan tulang, dan zat gizi ini

antara lain dapat diperoleh dari susu.

Pada susu juga terkandung zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan

tulang seperti protein, fosfor, vitamin D, vitamin C dan besi. Selain zat-zat gizi

tersebut, susu juga masih mengandung zat-zat gizi penting lainnya yang dapat

meningkatkan status gizi.

Di Indonesia, pada motto gizi empat sehat lima sempurna, susu terletak

pada urutan kelima dalam kelompok lima sehat sempurna. Ini menunjukkan

bahwa pentingnya mengkonsumsi susu untuk keseimbangan kesehatan manusia

dilengkapi dengan nasi, lauk pauk, buah, dan sayuran.

Susu merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting, karena

dibandingkan dengan bahan minuman lain, susu adalah minuman yang mendekati

kesempurnaan. Hal ini disebabkan, karena susu mengandung nutrisi yang tinggi,

laktosa, vitamin, dan mineral yang sangat diperlukan tubuh. Selain itu asam lemak

(15)

13 Sebagai sumber protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan

menjadikan susu tidak mudah untuk digantikan oleh minuman lain, terutama bagi

kelompok rawan gizi seperti balita, lanjut usia dan wanita hamil atau menyusui.

Sebagai manusia, demi kelangsungan hidup maka harus memenuhi

beberapa kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup akan konsumsi susu juga tidak boleh

dilewatkan khususnya saat usia remaja manusia. Usia remaja merupakan masa

yang penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik fisik

maupun mental, dengan aktivitas yang makin meningkat serta sering disertai

perubahan pola konsumsi pangan. Remaja adalah mereka yang berusia antara 10

hingga 24 tahun.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia dan

peningkatan kesadaran akan kesehatan serta gizi, maka konsumsi masyarakat akan

susu cenderung meningkat setiap tahunnya. Berikut jumlah populasi sapi perah,

produksi susu sapi perah, dan konsumsi susu nasional periode 2006-2013 dapat

(16)

14 Tabel 1.1

Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi Susu Sapi Perah, dan Konsumsi Susu Nasional Periode 2006-2013

Tahun Populasi Sapi Perah (ekor/tahun)

2012 612.000 1.017.930 3.120.000

2013 636.000 1.109.000 3.300.000

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2006-2013(Januari, 2015)

Fenomena yang terjadi saat ini dengan cenderung meningkatnya kesadaran

masyarakat akan konsumsi susu, maka diikuti dengan peningkatan perilaku

masyarakat dalammengkonsumsisusu sterilisasi. Susu sterilisasi merupakan susu

yang telah mengalami pemanasan pada suhu tinggi yaitu 121 derajat celcius

dengan tekanan 15 psi selama 10 detik atau pada suhu 134 derajat celcius selama

1 detik.Oleh pakar kesehatan, susu sterilisasi untuk saat ini dinyatakan lebih

unggul daripada susu UHT dan susu pasteurisasi.

Masyarakat Indonesia sekarang umumnya mengkonsumsi produksusu

sterilisasidalam kemasan dari PT NestléIndonesia yaitu Bear Brand.Perbandingan

dengan produk susu merek lainnya, susu Bear Brand mampu langsung menarik

perhatian konsumen karena Bear Brand adalah susu sterilisasi pertama di

(17)

15 Bear Brand adalah susu sapi yang telah disterilkan mengandung kalori yang

lengkap, sehingga cocok dikonsumsi semua umur terutama para remaja untuk

sarapan dengan rasa yang enak dan menyegarkanserta tidak akan membuat mual

(muntah).

Bear Brand tetap diminati oleh masyarakat sekalipun harga per kemasan

kalengnya lebih mahal dibandingkan dengan susu kemasan botol atau kotak

merek lain. Kemasan yang terbuat dari kaleng tentu saja mempunyai keunggulan

yakni tidak mudah robek, pecah, rusak, ataupun penyok.

Bear Brand memiliki keunggulan dari segi kualitas, rasa dan harga yang

sesuai dengan kemasan kaleng berukuran 189 ml dengan pembuka minuman

diatasnya, memudahkan konsumen dalam proses membuka susu yang bisa

langsung dikonsumsi dan hanya untuk sekali minum serta mudah dibawa kemana

saja atau cukup dalam satu genggaman tangan saat meminum susu tersebut.

Berikut adalah data dari Top Brand Award 2012-2014 kategori susu cair dalam

kemasan.

Tabel 1.2

Top Brand Award 2012-2014 Kategori Susu Cair Dalam Kemasan

Merek Top Brand Indeks

Ultra Milk 30,732,7 36,4 Indomilk 21,423,7 18,0

Frisian Flag 26,8 22,5 15,8 Milo 6,5 6,2 9,1 Bear Brand 3,4 4,8 5,6

Milkuat 3,2 3,1 4,6 Sumber: www.topbrand-award.com

(18)

16 Data dariTabel 1.2, dapat dilihat bahwa Bear Brand berada di peringkat ke

5 bersaing dengan susu UHT dan susu pasteurisasi dalam kemasan merek lain

yang merupakan hasil dari produk susu cair pemain lama yakni Ultra Milk,

Indomilk, dan Frisian Flag. Bear Brand bahkan mampu mengalahkan peringkat

Milkuat yang juga merupakan pemain lama dalam bidang susu cair.Bear brand

sendiri merupakan produk baru dari PTNestlé Indonesia yang mampu langsung

berada di bawah peringkat Milo yang juga merupakan produk dari PT Nestlé

Indonesia. Dapat dilihat bahwa persentase Bear Brand dari tahun 2012-2014

selalu mengalami peningkatan yang baik. Dapat dilihat juga bahwa persaingan

antara produsen susu cair dalam kemasan sangatlah ketat.

Hal ini membuat sejumlah produsen berupaya keras meraih konsumen

sebanyak-banyaknya agar mampu memperluas pangsa pasar dan mendapatkan

konsumen yang loyal terhadap produknya. Salah satu upayanya yaitu melakukan

diversifikasi dalam peningkatan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya

tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk, maupun

desain, serta bersaing mengenai penekanan kandungan gizi dan energi yang

tersimpan dalam produk susu yang ditawarkan.

Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena

tertarik pada suatu alasan yaitu karena warna dan bentuk dari kemasan. Belum

lagi konsumen yang membeli hanya karena tertarik dengan desain ataupun bentuk

dari suatu produk, sehingga menyebabkan kemasan menjadi sangat efektif untuk

menarik konsumen membeli suatu produk. Strategi lainnya untuk menarik

(19)

17 pasar yang lebih kuat. Harga produk diharapkan dapat mendorong keinginan

konsumen untuk menggunakan suatu produk, serta menawarkan konsumen secara

tidak langsung untuk meninggalkan produk pesaing. Banyak orang tertarik pada

suatu produk karena menawarkan manfaat lebih dari produknya sendiri.

Perilaku konsumen yang cenderung brand minded, mendorong perusahaan

untuk menciptakan sebuah merek yang berbeda untuk setiap produk yang

dihasilkannya dan berusaha menjadikan merek tersebut dikenal konsumen.

Sehingga berbagai strategi pemasaran yang dilakukan mengarah kepada

pengenalan merek dan pada akhirnya memiliki konsumen yang loyal terhadap

merek tersebut. Citra merek yang positif terhadap konsumen juga bisa menjadi

pertimbangan konsumen dalam membeli produk bahkan akan membuat konsumen

loyal terhadap produk tersebut, karena merek merupakan indikator nilai suatu

produk bagi konsumen untuk memperoleh manfaat fungsional dan emosional.

Loyalitas pelanggan ditunjukkan dengan dilakukannya kegiatan membeli

produk secara berulang-ulang dan cenderung tidak ingin berpindah ke merek lain.

Loyalitas pelanggan dapat dilihat dari kesetiaan pelanggan tersebut dalam

menggunakan suatu produk dan keengganan berpindah ke merek produk susu

lain. PersentaseBear Brand yang walaupun peringkat mereknya tidak berubah

masih diposisi 5, namum hasil top brand indeknya mengalami peningkatan setiap

tahunnya yang menunjukkan bahwa penjualan Bear Brand yang mengalami

peningkatan bisa saja berdampak terhadap peningkatan jumlah loyalitas

(20)

18 variabel dari produk tersebut yakni dari segi merek, harga, rasa, kemasan,

pelayanan, garansi, desain, serta manfaat.

Bear Brand disukai banyak kalangan termasuk kalangan muda seperti

mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Sumatera Utara. Dari hasil pra-survei

dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Hukum lebih menyukai dan

memiliki rasa percaya diri yang tinggi saat mengkonsumsi susu Bear Brand

daripada susu cair kemasan merek lain. Mahasiswa bukan anak kecil lagi, sudah

masuk dalam tahap usia remaja dimana gengsi, mengikuti trend, serta gaya saat

melakukan dan mengkonsumsi sesuatu menjadi hal yang sangat penting untuk

diperhatikan.

Untuk itu, Bear Brand yangdikemas dalam kaleng dengan ukuran yang pas

segenggaman tangan dan hanya dikonsumsi sekali minum serta kemudahan dalam

memperoleh produk menyebabkan para mahasiswa menyukai kepraktisan dan

segala manfaat yang diperoleh saat mengkonsumsi Bear Brand. Bear Brandsaat

ini juga telah semakin dikenal sebagaisusu cair dalam kemasan kaleng dengan

kandungan kesehatan yang tinggi, iklan yang menarik, kepraktisan desain, serta

manfaat gizi yang baik untuk tubuh manusia. Oleh karena itu, peneliti akhirnya

tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar pengaruh harga,

rasa, dan kemasan susu Bear Brandterhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa

(21)

19 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan

masalah sebagai berikut:

”Bagaimana pengaruhfaktor harga, rasa, dan kemasan susu Bear Brand

terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor harga, rasa, dan

kemasan susu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

pihak,yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan Bear Brand

. Sebagai sumber masukan dan informasi serta pengetahuan bagi perusahaan mengenai pengaruh hubungan antara harga, rasa, dan

kemasan yang dapat memiliki dampak terhadap loyalitas

konsumen.

2. Bagi Departemen Manajemen

Sebagai bahan referensi yang akan memberikan dan melengkapi

informasi serta pengetahuan pihak departemen dalam penelitian

(22)

20 3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

melatih serta mengembangkan kemampuan berpikir penulis

mengenai manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh

faktor harga, rasa, dan kemasan terhadap loyalitas konsumen.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran dan

dapat membantubagi pihak yang ingin melakukan penelitian

(23)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Harga

2.1.1Pengertian Harga

Pengertian harga dapat didefinisikan sebagai alat tukar, hal ini seperti yang

dikemukakan oleh Stanton terjemahan Yamanto (1989) bahwa “Harga adalah

jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk

memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang

menyertainya”.

Ilmu ekonomi mengajarkan bahwa, harga adalah hasil pertemuan dari

transaksi barang atau jasa yang dilakukan oleh permintaan dan penawaran di

pasar. Berdasarkan definisi tersebut maka harga merupakan jumlah uang yang

diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian

maka suatu harga haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang

dan/atau pelayanan, yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan

jasa, hal ini seperti yang dikemukakan oleh MC. Carthy terjemahan Gunawan

(1985) bahwa harga adalah “Apa yang dibebankan untuk sesuatu. Setiap transaksi

dagang dapat dianggap sebagai suatu pertukaran uang, uang adalah harga untuk

sesuatu”.

2.1.2Sasaran Penetapan Harga

1. Berorientasi pada laba, yakni untuk mencapai target laba investasi laba

(24)

22 2. Berorientasi pada penjualan, yakni untuk meningkatkan penjualan dan untuk

mempertahankan atau meningkatkan bagian pasar dan penjualan.

3. Berorientasi pada status quo, yakni untuk menstabilkan laba dan untuk

menangkal persaingan.

2.1.3Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga 1. Permintaan produk.

2. Reaksi pesaing.

3. Bauran pemasaran.

4. Target bagian saham pasar.

5. Biaya untuk memproduksi.

2.1.4 Tujuan Penetapan Harga

Tujuan perusahaan melalui penetapan harga menurutKotler (1992)

terdapat enam tujuan, yaitu:

1. Bertahan hidup.

2. Maksimalisasi laba jangka pendek.

3. Memaksimumkan pendapatan jangka pendek.

4. Pertumbuhan penjualan maksimum.

5. Menyaring pasar secara maksimum.

6. Unggul dalam suatu produk.

2.2Teori Tentang Rasa 2.2.1 Pengertian Rasa

Rasa dapat didefinisikan sebagai sensasi yang disebabkan ketika berbagai

(25)

23 permukaan lidah dan memenuhi mulut. Kompleks-kompleks atau perpaduan dari

berbagai macam sensasi rasa tadi disebut juga dengan istilah “flavour” yang

berkaitan dengan apresiasi terhadap temperatur, tekstur, dan konsistensi dari

substansi yang masuk tadi dan untuk bisa dirasakan, substansi tadi harus soluble

atau harus dapat mengadakan kontak dengan saliva (kelenjar air liur) (Sekuler,

1994).

Rasa makanan atau minuman biasa disebut dengan istilah tastans. Tastans

adalah molekul yang berinteraksi dengan reseptor dalam bintil-bintil rasa di lidah

manusia untuk memproduksi sensasi rasa yang kemudian diklasifikasikan sebagai

manis, asin, asam, dan pahit.

Sensasi lain di mulut juga dirasakan akibat dari adanya interaksi kimiawi

dengan reseptor trigeminal. Reseptor rasa selalu berinteraksi dengan

molekul-molekul dalam rasa yang nantinya akan menghasilkan respon di lidah berupa rasa

makanan ataupun minuman.

Untuk bisa aktif sebagai rasa yang tinggal di mulut, maka konsentrasi

molekul yang berinteraksi dengan reseptor harus memenuhi ambang batas rasa

dan ambang batas itu mempunyai ukurannya sendiri-sendiri untuk tiap

molekulnya misalnya phellondrene yang ambang batas rasanya adalah 200, jika

berada di bawah itu maka molekul dalam minuman ataupun makanan tidak bisa

menghasilkan satu sensasi rasa (Taylor, 2002).

2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi Tentang Rasa

Sekuler (1994) menyatakan bahwa ada beberapa aspek dalam persepsi

(26)

24 1. Taste preference. Seseorang menyatakan suka atau tidak suka terhadap

satu makanan dan minuman tidak hanya murni disebabkan oleh rasa dari

stimulus yang masuk ke mulut saja. Ada beberapa sifat bawaan manusia

yang turut mempengaruhi hal tersebut yaitu adanya naluri setiap orang

untuk lebih menyukai rasa manis dalam bentuk apapun. Kualitas rasa

manis selalu menempati rangking tertinggi apabila dibandingkan dengan

rasa pahit.

2. Adaptasi dan modifikasi rasa. Rasa suatu stimulus dapat dibuat lemah

oleh adanya proses adaptasi lidah terhadap satu jenis rasa. Sebagai

contoh, jika lidah terus menerus mengecap rasa pedas maka

kemampuannya untuk merasakan rasa pedas akan semakin menurun.

Proses ini disebut dengan nama adaptasi rasa. Rasa asli dari suatu

makanan atau minuman akan semakin kabur jika dicampur dengan rasa

lain sehingga terbentuk satu jenis rasa baru yang merupakan perpaduan

dari kedua rasa tersebut. Proses ini yang disebut dengan nama modifikasi

rasa.

3. Taste mixture. Terjadi bila suatu intensitas rasa diturunkan atau ditutupi

dengan rasa yang lain seperti misalnya seseorang menambahkan gula ke

dalam kopi untuk menutupi rasa pahitnya.

4. Kemampuan membedakan intensitas masing-masing rasa.

5. Bau dari makanan dan minuman.

(27)

25 2.2.3 Karakteristik Rasa

Terkait dengan persepsi tentang rasa, maka menurut Taylor (2002)

terdapat beberapa karakteristik tentang rasa makanan dan minuman, yaitu:

1) Karakteristik primer yaitu satu unsur penting untuk pengenalan makanan.

Unsur yang dapat menyebabkan satu impresi pada calon perasa makanan

dan minuman ketika melihat makanan dan minuman tersebut untuk

pertama kalinya.

2) Karakteristik sekunder yaitu unsur yang tidak begitu penting tetapi

mengandung begitu banyak sumbangan sebagai bagian dari karakteristik

rasa dari makanan dan minuman.

3) Efek rasa makanan yang biasanya dirasakan secara pribadi oleh perasa

makanan dan minuman. Enak atau tidaknya tergantung dari

komposisi-komposisi bahan dari makanan dan minuman itu sendiri.

4) Keseimbangan rasa yang penting untuk selalu mengevaluasi rasa makanan

terus-menerus agar mutu dan kualitasnya semakin berkembang.

2.3Teori Tentang Kemasan 2.3.1 Pengertian Kemasan

Kemasan (packaging) adalah segala kegiatan merancang dan

memproduksi wadah atau bungkus suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu

merek, kemasan itu sendiri dan label. Menurut Komaruddin (2003), kemasan juga

dapat diartikan dalam tiga buah kemungkinan, yaitu:

1. Kemasan adalah sebuah barang atau seperanglat produk yang dibungkus atau

(28)

26 2. Kemasan adalah setiap jenis pembungkus atau wadah yang terbuat dari

bahan-bahan tertentu (misalnya: kayu, plastik, sejenis tikar, karton, dan daun pisang)

yang menutup sesuatu.

3. Kemasan adalah paket yang berukuran kecil atau sedang yang terbuat dari

kardus atau bahan-bahan lainnya.

Ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu:

1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan.

2. Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke

konsumen.

3. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan

terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.

Wadah atau bungkusterdiri dari 3 (tiga) tingkat bahan, yaitu:

1. Kemasan dasar (primary package), yaitu bungkus langsung dari suatu

produk. Contoh: botol sebagai tempat shave lotion merupakan kemasan

dasar.

2. Kemasan tambahan (secondary package), yaitu bahan yang melindungi

kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut akan digunakan. Contoh:

kotak karton yang membungkus after shave lotion merupakan kemasan

tambahan yang melindungi botol dan sebagai alat promosi.

3. Kemasan pengiriman (shipping package), yaitu setiap kemasan yang

diperlukan waktu penyimpanan, pengangkutan diidentifikasi. Contoh:

(29)

27 2.3.2 Fungsi Kemasan

1) Kemasan sebagai alat untuk melindungi produk.

Kemasan yang dirancang dengan tepat akan melindungi produk dari

gesekan, benturan, bantingan, perubahan cuaca, api, air, bahan kimia yang

dapat merusak, dan bahan-bahan lain yang akan mengurangi mutu,

jumlah, dan penampilan. Kemasan tersebut menyediakan perlindungan

yang cukup ketika suatu produk berada di gudang produsen, dalam

pemindahan, di gudang penjualan borongan, di tempat para pengecer, dan

di tangan konsumen yang menjadi pengguna terakhir.

2) Kemasan sebagai sarana yang memberikan kemudahan penggunaan.

Fungsi kemasan lainnya adalah fungsi yang dapat memberikan

kemudahan bagi penggunaan produk oleh para pelanggan atau konsumen.

Oleh sebab itu, kemasan harus mudah dibuka dan ditutup tanpa kerusakan

yang berarti. Kemasan dapat ditambah dengan alat untuk mengisi tanpa

tumpah dan tidak boleh terlampau berat atau masif.

3) Kemasan sebagai sarana untuk penjualan.

Kemasan dapat menjadi pembantu yang bermanfaat ketika pedagang

menjual produk yang dikemasnya. Kemasan yang lebih baik dari kemasan

lainnya dalam memberikan perlindungan terhadap suatu produk dan

sekaligus memberikan kemudahan dalam penggunaannya merupakan alat

penjualan yang pasti. Sekali-kali, bisa jadi, orang yang membeli suatu

produk bukan untuk memperoleh produk yang dibungkusnya, namun

(30)

28 kemasan itu berguna untuk keperluan lain, menarik untuk dipajang, dan

alasan individual lainnya. Kemasan yang baik pun merupakan alat untuk

melakukan promosi.

4) Kemasan sebagai media komunikasi.

Kemasan saat ini misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi

seringkali dibubuhi dengan nomor telepon toll-free atau bebas pulsa.

Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk komplain,

tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang

berhubungan dengan produk tersebut. Kemasan juga berfungsi untuk

mengkomunikasikan suatu citra tertentu.

2.3.3 Desain Kemasan

Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah

kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respon

emosional positif secara tidak langsung. Kemasan harus dapat menarik perhatian

secara visual, emosional, dan rasional. Sebuah desain kemasan yang bagus

memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. Menurut

penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80% adalah penginderaan

melalui penglihatan atau kasatmata (visual). Karena itulah, unsur-unsur grafis dari

kemasan antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak

merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses

penyampaian pesan secara kasat mata (visual communication). Agar berhasil,

(31)

29 Wirya (1999), daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional).

a. Daya tarik visual (estetika)

Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup

unsur-unsur grafis yaitu warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak.

Semua unsur grafis tersebut dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan yang

memberikan daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri

berhubungan dengan faktor emosi dan psikologi yang hukum persepsi

menunjukkan bahwa mata dan otak membutuhkan kesederhanaan dan

keseimbangan dalam segala hal yang dilihat.

Setiap otang hanya akan melihat hal-hal tertentu yang akan direkam otak

dan kemudian mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang. Hal ini sesuai

dengan sifat dasar desain, yaitu bersifat fungsional dan estetis, terletak pada

bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi

konsumen untuk memberikan respon positif tanpa disadarinya. Sering terjadi

konsumen membeli suatu produk yang ridak lebih baik dari produk lainnya

walaupun harganya lebih mahal.

Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang

mempengaruhi konsumen secara psikologistanpa disadarinya. Misalnya

produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang tidak jauh

berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan kelembutan yang

divisualkan dengan baik pada desain kemasannya, diantaranya menggunakan

(32)

30 dan memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak yang dipilih oleh

konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa

konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun

mandi tersebut.

b. Daya tarik praktis (fungsional)

Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang

ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk kemudahan

penyimpangan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang

perlu dipertimbangkan antara lain:

1. Dapat melindungi produk.

2. Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan.

3. Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman.

4. Dapat digunakan kembali (reusable).

5. Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang.

6. Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali

dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill).

2.3.4Peranan Kemasan a. Swalayan (self service)

Semakin banyak jumlah produk yang dijual dengan cara pembeli

mengambil sendiri barang yang dibutuhkannya, kemasan makin berfungsi

lebih banyak lagi dalam proses penjualan, kemasan harus menarik,

menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan

(33)

31 b. Kemakmuran konsumen (customer offluence)

Meningkatnya kekayaan konsumen akan berarti bahwa konsumen bersedia

membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan

prestise dari kemasan yang lebih baik.

c. Citra perusahaan dan merk (company and brand image)

Banyak perusahaan mengakui adanya kekuatan yang dikandung dari

kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen

mengenali perusahaan atau mereknya. Contoh: Pembeli susu bubuk cap

Bendera dengan cepat mengenali kemasannya warna biru dengan lambang

bendera.

d. Peluang inovasi (innovational opportunity)

Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga

memberikan keuntungan bagi produsen. Contoh: Inovatif kemasan Biskuit

Kong Guan, sangat menarik dan seolah-olah lebih berkualitas dan harga

diri konsumen.

Mengapa kemasan diperlukan:

1. Kemasan memenuhi sasaran keamanan (safety) dan kemanfaatan (utility).

2. Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan.

3. Untuk meningkatkan laba.

2.4Teori Tentang Loyalitas Konsumen 2.4.1 Pengertian Loyalitas

Definisi dari loyalitas, Griffin (2002) menyatakan bahwa “loyality is

(34)

32

unit”. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa loyalitas lebih ditujukan

kepada suatu perilaku, yang ditunjukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada

unit pengambilan keputusan.

Gramer dan Brown (2006), menyatakan bahwa loyalitas yaitu derajat

sejauh mana seorang konsumen menunjukkan perilaku pembelian berulang dari

suatu penyedia jasa, memiliki suatu desposisi atau kecenderungan sikap positif

terhadap penyedia jasa dan hanya mempertimbangkan untuk menggunakan

penyedia jasa ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai jasanya. Dari

definisi yang disampaikan Gramer dan Brown, konsumen yang loyal tidak hanya

seorang pembeli yang melakukan pembelian berulang, tetapi juga

mempertahankan sikap positif terhadap penyedia jasa tersebut.

2.4.2 Pengertian Loyalitas Konsumen

Oliver (1996) mengungkapkan loyalitas pelanggan sebagai berikut:

Customer Loyalty is deefly held commitment to rebuy or repatronize a preferred

product or service consistenly in the future, despite situasional influences and

marketing efforts having the potential to cause switching behavior.

Dari definisitersebut dapat terlihat bahwa loyalitas pelanggan adalah

komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang

akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai

potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Menurut Nugroho (2005), loyalitas konsumen didefinisikan sebagai suatu

(35)

33 merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak pilihan produk

ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan memiliki

kemampuan mendapatkannya.

Berdasarkan beberapa definisi loyalitas konsumen yang sudah dipaparkan

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas konsumen adalah kesetiaan

konsumen yang dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap produk

atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap yang baik untuk merekomendasikan

orang lain untuk membeli produk. Indikasi loyalitas yang sesungguhnya

diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang dikombinasikan dengan

pengukuran terhadap perilaku.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen

Marconi (1998) menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap suatu produk atau jasa adalah sebagai

berikut:

1. Nilai (harga dan kualitas), penggunaan produk dalam waktu yang lama

akan mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak perusahaan harus

bertanggung jawab untuk menjaga merek tersebut. Perlu diperhatikan,

pengurangan standar kualitas dari suatu merek akan mengecewakan

konsumen bahkan konsumen yang paling loyal sekalipun begitu juga

dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan harus mengontrol

kualitas merek beserta harganya.

2. Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek

(36)

34 Produk yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas

konsumen pada merek.

3. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan produk. Dalam situasi

yang penuh tekanan dan permintaan terhadap pasar yang menuntut akan

adanya kemudahan, pihak perusahaan dituntut untuk menyediakan produk

yang nyaman dan mudah untuk didapatkan oleh konsumen.

4. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen (baik dari kemasan, rasa, desain,

serta manfaat), apabila konsumen benar-benar memiliki kepuasan akan

hal-hal tersebut akan membawa dampak kepada meningkatnya rasa

kecintaan pada suatu merek yang berarti meningkatnya loyalitas.

5. Pelayanan, dengan kualitas pelayan yang baik yang ditawarkan oelh

perusahaan dapat mempengaruhi loyalitas konsumen pada merek tersebut.

6. Garansi dan jaminan yang diberikan oleh perusahaan.

Menurut Aaker (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi kesetiaan

konsumen sebagai berikut:

1. Kepuasan (satisfaction)

Konsumen akan loyal terhadap suatu produk bila ia mendapatkan

kepuasan dari produk tersebut. Karena itu, konsumen bisa mencoba

beberapa macam produk untuk menilai kriteria kepuasan produk atau

tidak. Bila setelah mencoba dan responnya baik, maka berarti konsumen

tersebut puas sehingga akan memutuskan membeli produk tersebut secara

konsisten sepanjang waktu yang berarti telah tercipta kesetiaan konsumen

(37)

35 2. Perilaku kebiasaan (habitual behavior)

Kesetiaan konsumen dapat dibentuk karena kebiasaan konsumen. Apabila

yang dilakukan sudah merupakan kebiasaan, maka pembeli tersebut tidak

melalui lagi pengambilan keputusan yang panjang. Pada kondisi ini, dapat

dikatakan bahwa konsumen akan tetap membeli produk tersebut, yaitu

konsumen akan tetap membeli produk yang sama untuk suatu jenis produk

dan cenderung tidak berganti-ganti produk.

3. Komitmen (commitment)

Dalam suatu produk yang kuat terdapat konsumen yang memiliki

komitmen dalam jumlah yang banyak. Kesetiaan konsumen akan timbul

bila ada kepercayaan dari konsumen terhadap produk-produk sehingga ada

komunikasi dan interaksi diantaranya konsumennya, yaitu dengan

membicarakan produk tersebut.

4. Kesukaan produk (linking of the brand)

Kesetiaan yang terbentuk akan dipengaruhi oleh tingkat kesetiaan

konsumen secara umum. Tingkat kesetiaan tersebut dapat diukur mulai

dari timbulnya kesukaan terhadap produk sampai adanya kepercayaan dari

produk berkenaan dari kinerja produk-produk tersebut. Konsumen yang

dikatakan loyal adalah konsumen yang berulang kali membeli produk

tersebut bukan karena adanya penawaran khusus, tetapi karena konsumen

percaya terhadap produk tersebut memiliki kualitas yang sama sehingga

(38)

36 5. Biaya pengalihan (switching cost)

Adanya perbedaan pengorbanan dan atau resiko kegagalan, biaya, energi,

dan fisik yang dikeluarkan konsumen karena dia memilih salah satu

alternatif. Bila biaya pengalihan besar, maka konsumen akan berhati-hati

untuk berpindah ke produk yang lain karena resiko kegagalan yang juga

besar sehingga konsumen cenderung loyal.

2.4.4 Keuntungan Memiliki Konsumen Loyal

Selanjutnya Griffin (2002) menyatakan keuntungan-keuntungan yang akan

diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain:

1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik

pelanggan yang baru lebih mahal).

2. Dapat mengurangi biaya transaksi.

3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian

konsumen yang lebih sedikit).

4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa

pasar perusahaan.

5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa

pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.

6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian,dll).

Era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan

dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi

para konsumennya. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam

(39)

37 perolehan konsumen baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua

adalah adanya kenyataan bahwa tingkat kemampuan perusahaan berbanding lurus

dengan pertumbuhan hubungan antara perusahaan dan konsumen secara permanen

(Stauss, 2001).

Jones dan Sanser (1995) dalam Gilbert yang mempelajari persiapan

penerapan berbagai kesempatan perdagangan di era globalisasi berkeyakinan

bahwa di era perdagangan bebas yang tidak terproteksi sama sekali tersebut,

tumpuan perusahaan untuk tetap mampu bertahan hidup adalah

konsumen-konsumen yang loyal (Gilbert, 2000). Untuk itulah, perusahaan dituntut untuk

mampu memupuk keunggulan kompetitifnya masing-masing melalui upaya-upaya

yang kreatif, inovatif, serta efisien, sehingga menjadi pilihan dari banyak

konsumen yang pada gilirannya nanti diharapkan “loyal” (Javalgi, 1997).

Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan.

Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen

dapat dibentuk melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari calon konsumen

potensial sampai dengan advocate customers yang akan membawa keuntungan

bagi perusahaan.

Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,

mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama

bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka. Usaha

(40)

38 melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari konsumen potensial sampai

memperoleh partners.

2.4.5 Karakteristik Konsumen Loyal

Konsumen yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini

dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan

Griffin (2002), konsumen yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian secara teratur (Makes reguler repeat purchases).

2. Membeli diluar lini produk/jasa (Purchase across product and service

lines).

3. Merekomendasikan produk lain (Refers other).

4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing

(Demonstrates an immunity to the full of the competition).

Kaitannya dengan pengalaman konsumen, Smith (2002) mengungkapkan

bahwa loyalitas konsumen tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi harus dirancang

oleh perusahaan, adapun tahap-tahap perancangan loyalitas tersebut sebagai

berikut:

1. Define Customer Value

a. Identifikasi segmen konsumen sasaran.

b. Definisikan nilai konsumen sasaran dan tentukan nilai konsumen mana

yang menjadi pendorong keputusan pembelian dan penciptaan

loyalitas.

(41)

39

2. Design The Branded Customer Experience

a. Mengembangkan pemahaman Customer Experience.

b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan brand promise.

c. Merancang perubahan strategi secara keseluruhan untuk

merealisasikan pengalaman konsumen yang baru.

3. Equip people and deliver consistenly

a. Mempersiapkan pemimpin untuk menjalankan dan memberikan

pengalaman kepada pelanggan.

b. Melengkapi pengetahuan dan keahlian karyawan untuk

mengembangkan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan

dalam setiap interaksi yang dilakukan pelanggan terhadap perusahaan.

c. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan

kepemimpinan.

4. Substain and enhance performance

a. Gunakan respon timbal balik pelanggan dan karyawan untuk

memelihara pelanggan secara berkesinambungan dan mempertahankan

pengalaman pelanggan.

b. Membentuk kerjasama antara sistem HRD (Human Resource

Development) dengan proses bisnis yang terlibat langsung dalam

memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan.

c. Secara terus menerus mengembangkan dan mengkomunikasikan hasil

untuk menanamkan Branded Customer Experience yang telah

(42)

40 2.5Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metode Analisis Hasil Krisjanti

Harga menurut Swasthadan Irawan (2005) diartikan sebagai sejumlah

(43)

41 pelayanannya. Harga bisa menjadi daya tarik atau penentu dalam pengambilan

keputusan pembelian. Menurut Winarno (2004), rasa adalah tanggapan indra

terhadap rangsangan saraf seperti manis, asam, asin, pahit. Rasa pada makanan

dan minuman memegang peranan penting dalam faktor keputusan pembelian yang

akan menjadi faktor penentu loyalitas konsumen kedepannya terhadap suatu

produk. Kemasan menurut Saladin (1996) adalah wadah atau bungkus. Kemasan

yang menarik dapat mempengaruhi konsumen dapat proses pembelian. Menurut

Tjiptono (2000), loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu

merek, toko, harga, kemasan, label, atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat

positif dalam pembelian jangka panjang.Berdasarkan pemaparan di atas, maka

kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

����� (�)

���� (�)

������� (�)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

2.7Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Faktor harga, rasa, dan kemasansusu merek Bear Brandberpengaruh

positif dan signifikanterhadap loyalitas mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

LOYALITAS KONSUMEN

(44)

42 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitusuatu metode

dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

sistem pemikiran, dalam meneliti ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran,

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang beralamat di Jl. Universitas, No. 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia,

dan waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari 2015sampai dengan April

2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen (X)

Dalam penelitian ini variabel independen yaitu harga (X1), rasa (X2), dan kemasan (X3).

2. Variabel dependen (Y)

(45)

43 3.4Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya,

atau menjadipenelitian (Kuncoro,2009). Populasi dalam penelitian ini adalah

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan

2011,2012,2013, dan 2014yang berjumlah 2303orang mahasiswa, yang dapat di

lihat sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2011,2012,2013, dan 2014 Angkatan Mahasiswa Jumlah (orang)

2011 571

2012 574

2013 585

2014 573

Jumlah Keseluruhan 2303 Sumber: repository.usu.ac.id (data diolah)

3.4.2Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap

dapat menggambarkan populasinya. Sampel ditentukan dengan menggunakan

rumus Slovin (Umar, 2008), yaitu:

(46)

44 Dimana: n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Taraf Kesalahan = 10%

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:

Melalui perhitungan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel

sebanyak96 orang mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu. Kriteria

pemilihan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang

mengkonsumsi produk minuman susu kemasan Bear Brand.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara (Interview)

Melakukan tanya jawab langsung dengan pihak pemasar Bear Brand di

kantor wilayahpenjualan I yang berada di Jl. M. G. Manurung I Km. 9,3

Kelurahan Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara dalam memberikan

(47)

45 2. Daftar Pertanyaan (questionare)

Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu metode mendapatkan data dari buku-buku

dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan materi penelitian.

3.6 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara (interview)

dengan pemasar Bear Brand serta daftar pertanyaan (questionare) dari

responden dalam hal ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi.

3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian

(48)

46 kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau itu sepanjang waktu.

1. Percaya terhadap

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi

dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang

digunakan dalam suatu penelitian (Sugiono, 2012). Adapun syarat instrumen

(49)

47 a. Korelasi tiap faktor positif

b. Nilai rhitung > rtabel

Instrumen tersebut telah memiliki validitas konstruk yang baik jika telah

memenuhi syarat di atas. Butir-butir pernyataan yang tidak valid akan gugur dan

dikeluarkan, dan apabila semua butir pernyataan telah dinyatakan valid maka

instrumen tersebut layak untuk dijadikan kuesioner penelitian.

Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 13 pernyataan yang

menyangkut variabel independen yaitu harga (X1), rasa (X2), kemasan (X3) dan variabel dependen yaitu loyalitas konsumen (Y) kepada 30 responden untuk

keperluan uji validitas instrumen. Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini

menggunakan bantuan aplikasi software SPSS.

Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau

(50)

48

Sumber: Data diolah menggunakan SPSS (April, 2015)

Pada Tabel 3.3 seluruh pernyataan telah valid yaitu nilai Corrected

Item-Total Correlation seluruhnya telah bernilai lebih besar atau sama dengan

0,361.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan tersebut

valid dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

3.8.2 Uji Reliabilitas

Menurut Situmorang dan Lufti (2012), reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang

sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur

tersebut reliabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai cronbach alpha > 0,80. Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini

menggunakan bantuan aplikasi software SPSS.

Jika rhitung >rtabel maka pertanyaan tersebut reliabel.

Jika rhitung <rtabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan kepada 30 responden di

(51)

49 digunakan. Hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel

3.4.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.930 .933 13

Sumber: Data diolah menggunakan SPSS(April, 2015)

Pada Tabel 3.4 dapat dilihat nilai Cronbach’s Alpha 0,930 lebih besar dari

0,80. Dengan demikian, kuesioner penelitian dinyatakan reliabel, sehingga dapat

disebarkan kepada responden yang terpilih untuk dijadikan instrumen dalam

penelitian ini.

3.9 Model Analisis Data

3.9.1 Model Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis data dimana peneliti

mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menyajikan data sehingga

dapatmemberikan gambaran umum yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

3.9.2 Model Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda)

Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneliti menggunakan bantuan

(52)

50 Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ ei Keterangan:

Y = Loyalitas Konsumen a = Konstanta

X1 = Harga X2 = Rasa X3 = Kemasan

b1,2,3 = Koefisien regresi berganda e = Taraf Kesalahan

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pengujian Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kontribusi

variabel-variabel dependen dalam menerangkan variabel-variabel independen. Koefisien

determinasi (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2≤ 1). Semakin mendekati nol atau sama dengan nol berarti kontribusi variabel

dependen terhadap variabel independen lemah dan bahkan dapat

diabaikan, sebaliknya semakin mendekati satu berarti kontribusi semakin

baik.

2) Uji Serentak (Uji F)

(53)

51 Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika Fhitung< Ftabel

H0 ditolak jika Fhitung> Ftabel , pada α 5%

3) Uji secara Parsial / Uji t

Test uji parsial menguji setiap variabel (X) apakah mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial.Untuk

menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan

statistik t (uji t). Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.9.3 Uji Asumsi Klasik

Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum

data tersebut dianalisis adalah:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui suatu distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk

lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Histogram,

Pendekatan Grafik, dan Pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan

tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) di atas nilai

signifikan 5% (0.05) artinya variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah di dalam model regresiterjadi

ketidaksamaan varians dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

(54)

52 disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regrasi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independen. Berikut ini disajikan cara

mendeteksi multikolinieritas dengan menganalisis metrik korelasi antar variabel

(55)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan

4.1.1 Sejarah Berdiri PT Nestlé

Nestlé merupakan produsen makanan terkemuka di dunia yang memasok

lebih dari 10 juta produk makanan pasaran setiap tahunnya. “Good Food, Good

Life” merupakan slogan Nestlé yang menggambarkan komitmen Nestlé sebagai

produsen makanan yang peduli akan kesehatan umat manusia dengan

menghasilkan makanan yang sehat, bermutu, aman, berkualitas, bergizi, dan

menyenangkan untuk dikonsumsi demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Nestlé didirikan di Vevey, Swiss pada tahun 1866. Pendirinya adalah

Henry Nestlé, yaitu seorang ahli gizi berkebangsaan Jerman. Hal yang melatar

belakangi Henry Nestlé adalah banyaknya bayi yang meninggal dunia sebelum

usia mereka mencapai satu tahun, hal ini dikarenakan para ibu tidak dapat

menyusui bayinya sendiri. Terlebih lagi saat teman Henry Nestlé menghampiri

dirinya untuk menyelamatkan bayi prematur. Henry Nestlé kemudian membawa

bayi itu kerumahnya dan memberikan makanan berupa paduan roti, susu, dan

gula. Kondisi bayi itu berangsur baik dan pulih dari hari ke hari. Penemuan ini

memberikan kabar gembira dan langsung tersebar luas.

“Ferine Lactee Nestle” telah menjadi makanan pendamping ASI sekaligus

makanan penambah gizi yang berhasil menekan angka kematian bayi. Sejak saat

(56)

54 dari masyakarat. Henry Nestlé memanfaatkan nama keluarganya “Nestlé” yang

dalam bahasa Jerman, Swissberarti sarang burung kecil (little nest), yang menjadi

logo perusahaannya. Logo tersebut menjadi lambang rasa aman, kasih sayang,

kekeluargaan, dan pengasuhan.

Henry Nestlé bukan saja melahirkan makanan bayi yang bermutu, namun

juga menjadi orang Swiss pertama yang membangun industri modern yang

berpikir akan pentingnya citra merek dan perusahaan. Melalui dua simbol anak

burung dalam sarang bersama induknya dengan penuh kasih sayang memberi

makanan pada anaknya, citra Nestlé langsung dikenal sebagai perusahaan yang

menghasilkan makanan bermutu penuh gizi. Simbol ini kemudian diubah pada

tahun 1868 dan langsung diterapkan di berbagai materi iklan dan publikasi.

Sampai sekarang logo ini tetap digunakan dalam nuansa modern sesuai dengan

kemajuan zaman.

4.1.2 Sejarah Nestlé di Indonesia

Pada tahun 1910 susu “Tjap Nona” masuk ke pasaran Indonesia melalui

distributor yang ada di Singapura. Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1965

pemerintah membuka kesempatan berinvestasi bagi investor asing. Kebijakan ini

mendorong Nestlé dan para mitranya unruk membuka usaha di Indonesia. Pada

tanggal 29 Maret 1971, Nestlé S.A yang berpusat di Vevey, Swiss bersama mitra

lokalnya mendirikan PT. Food Specialities Indonesia. Pabrik pertama didirikan di

Waru, Jawa Timur. Pabrik ini didirikan pada tahun 1972 dan mulai beroperasi

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kemasan, kewajaran harga dan brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap brand loyalty, artinya kemasan yang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel dari Brand , Harga, dan Iklan terhadap Loyalitas Konsumen Air Mineral Merek Aqua Pada Mahasiswa Fakultas

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel dari Brand, Harga, dan Iklan terhadap Loyalitas Konsumen Air Mineral Merek Aqua Pada Mahasiswa Fakultas

Untuk menganalisis apakah faktor harga, kemasan dan rasa berpengaruh secara bersama-sama terhadap brand image konsumen produk Indomie di Solo Grandmall Supermarket Surakarta.. Untuk

“ Pengaruh Kepercayaan Pada Merek ( Trust In a Brand) Terhadap Loyalitas Merek ( Brand Loyalty) Pada Konsumen Teh Siap Minum dalam Kemasan Merek Teh Botol Sosro di

reference group terhadap keputusan melakukan brand switching pada produk jasa pengiriman paket pada mahasiswa Fakultas Ekonomi &amp; Bisnis Universitas Sumatera Utara..

4.4.4 Analisis Pengaruh Kepuasan Pelanggan, Harga, dan Kepercayaan Merek terhadap Minat Beli Ulang Produk Bear Brand pada Mahasiswa/i FISIP USU. Dari hasil

Persepsi yang baik dari konsumen terhadap suatu produk dapat meningkatkan brand preference pada merek produk tersebut. Daya tarik suatu produk dapat meningkatkan loyalitas