1 SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OLEH
RELITA YOLANDA SIHOMBING 110502120
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 ABSTRAK
PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan mengkonsumsi susu Bear Brand dan sampel sebanyak 96 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan regresi berganda dengan menggunakan uji simultan, uji parsial dan analisis determinasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai α yaitu 5%. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil analisis data dengan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) secara bersama-sama positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand dengan koefisien regresi X1 = 0.432, X2 =0.332 dan X3=0.450. Pengujian Fhitung diperoleh sebesar 14.201 lebih besar dari Ftabelsebesar 2.704. Hasil uji thitung menunjukkan untuk faktor harga (X1) = 2.062, rasa (X2)= 2.128 dan kemasan (X3) = 4.068. Variabel harga, rasa, dan kemasan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen susu bear brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara parsial dapat dilihat bahwa faktor kemasan yang paling dominan mempengaruhi konsumen melakukan pembelian susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2sebesar 0.563%. Artinya, variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga, rasa dan kemasan pada susu Bear Brand. Angka R Square sebesar 0.317 menunjukkan bahwa 31,7 persen loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variabel harga, rasa dan kemasan. Sedangkan sisanya 68,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Harga, Rasa, Kemasan, dan Loyalitas Konsumen.
3 ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PRICE, TASTE, AND PACKAGING OF SUSU BEAR BRAND TOWARDS CUSTOMER LOYALTY
ON STUDENTS OF FACULTY OF LAW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
The purpose of this research is to examine the influence of price (X1), taste (X2), and packaging (X3) towards customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. The population of this research are the students of faculty of law Universitas Sumatera Utara who have ever purchased and consumed Susu Bear Brand and number of samples are 96 respondents. Data analysis methods used in this research are descriptive method andmultiple regression analysis using simultaneous test, partial test, and determination test. The type of this research is quantitative descriptive research using multiple regression analysis with value of α = 5%. Data used in this research are primary data and secondary data.The results of data analysis using multiple regression analysis show that simultaneously, price (X1), taste (X2), and packaging (X3) are positively and significantly affecting customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand with regression coefficient of X1= 0.432, X2 =0.332 and X3=0.450. The results of Fhitungtest were obtained in the amount of14.201bigger than Ftabelin the amount of 2.704. The results ofthitungtest show that price (X1) = 2.062, taste (X2) = 2.128, and packaging (X3) = 4.068. The variable of price, taste, and packaging have positive and significant effect towards customer loyalty of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. It can be seen partially that packaging has the most dominant influence on customer to purchase Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. While determination coefficient was obtained with value of adjusted R2 in the amount of 0.563%. It means that the variable of customer loyalty can be explained by the presence of the variable of price, taste, and packaging on Susu Bear Brand. Number of R Square in the amount of 0.317 shows that 31,7percent of customer loyalty can be explained by the variable of price, taste and packaging. While the rest of 68,3 percent can be explained by other variables outside of the three variables used in this research.
Keyword: Price, Taste, Packaging, Customer Loyalty.
4 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat dan penyertaan-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara. Adapun judul dari penelitian skripsi ini adalah “Pengaruh faktor
harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kedua orang tua yang
sangat peneliti sayangi Juntiano Sihombing, SE dan Rugun Suhana Simamora,SE atas kasih, perhatian, doa, nasehat, perjuangan dan dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini.
Dalam kesempatan ini, peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum SE, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen dan
Ibu Dra. Marhayanie, SE, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi dan
5 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea, SE, MM selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Friska Sipayung,SE, M.Siselaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Kepada Abang saya, Ray Frans Sarjono Sihombing, S.Kom untuk kasih,
doa, motivasi dan perhatiannya kepada penulis.
8. Terimakasih kepada Meilani dan Jesi Ginting sahabat terkasih atas
motivasi, bantuan, doa, perhatian dan dukungannya kepada penulis.
9. Untuk teman-teman seperjuangan saya, Agus, Elfaida, Anri, Rika,
William, Roulina, Deasy, Idon, Lidya, Nisa, dan Finza.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Medan,
Peneliti
6
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Teori Tentang Harga ... 10
2.1.1 Pengertian Harga ... 10
2.1.2 Sasaran Penetapan Harga ... 10
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga ... 11
2.1.4 Tujuan Penetapan Harga ... 11
2.2 Teori Tentang Rasa ... 11
2.2.1 Pengertian Rasa ... 11
2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi Tentang Rasa ... 12
2.2.3Karakteristik Rasa ... 14
2.3Teori Tentang Kemasan ... 14
2.3.1 Pengertian Kemasan ... 14
2.3.2 Fungsi Kemasan ... 16
2.3.3Desain Kemasan ... 17
2.3.4 Peranan Kemasan ... 19
2.5 Penelitian Terdahulu ... 29
2.6Kerangka Konseptual Penelitian ... 29
2.7 Hipotesis Penelitian ... 30
7
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Batasan Operasional Penelitian ... 31
3.4 Populasi dan Sampel ... 32
3.4.1 Populasi ... 32
3.4.2 Sampel ... 32
3.5Metode Pengumpulan Data ... 33
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 34
3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
3.8.1 Uji Validitas ... 35
3.8.2 Uji Reliabilitas ... 37
3.9 Model Analisis Data ... 38
3.9.1 Model Analisis Deskriptif ... 38
3.9.2 Model Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda) ... 38
3.9.3 Uji Asumsi Klasik ... 40
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1 Profil Perusahaan ... 42
4.3.1 Pengaruh Harga Terhadap Loyalitas Konsumen... 72
4.3.2 Pengaruh Rasa Terhadap Loyalitas Konsumen... 73
8
4.3.3 Pengaruh Kemasan Terhadap Loyalitas Konsumen ... 74
BAB VKESIMPULANDAN SARAN ... 75
5.1 Kesimpulan ... 75
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 79
9 DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
1.1 Jumlah populasi sapi perah, produksi susu, dan konsumsi susu nasional ... 3
1.2 Top brand award 2012-2014kategori susu cair dalam kemasan ... 4
2.1Penelitian Terdahulu ... 30
3.1 Jumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ... 32
3.2 Definisi operasionalisasi variabel penelitian ... 34
3.3 Uji Validitas ... 36
3.4 Uji Reliabilitas ... 38
4.1 Sejarah Singkat PT Nestlé di Indonesia ... 46
4.2 Karekteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54
4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Harga (X1) ... 54
4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Rasa (X2) ... 55
4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kemasan (X3) ... 56
4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Loyalitas Konsumen (Y) ... 58
4.7 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 62
4.8 Uji Glejser ... 64
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 65
4.10 Hasil Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda) ... 66
4.11 Uji Serentak (Uji F) ... 69
4.12 Uji Parsial (Uji-t)... 70
4.13 Koefisien Determinasi (R2) ... 72
10 DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka konseptual penelitian ... 30
4.1 Jenis-jenis Produk PT Nestlé Indonesia ... 53
4.2Histogram ... 60
4.3Pengujian Normalitas P-Plot ... 61
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63
11 DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner ... 79
Lampiran 2 : Data Jawaban Pernyataan Responden ... 82
Lampiran 3 : Tabulasi Jawaban Responden Uji Validitas dan Reabilitas ... 85
Lampiran 4 : Uji Validitas dan Reabilitas ... 86
Lampiran 5 : Analisis Deskriptif ... 87
Lampiran 6 : Uji Asumsi Klasik ... 92
Lampiran 7 : Hasil Pengujian Analisis Regresi Berganda ... 95
2 ABSTRAK
PENGARUH FAKTOR HARGA, RASA, DAN KEMASAN SUSU BEAR BRAND TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli dan mengkonsumsi susu Bear Brand dan sampel sebanyak 96 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan regresi berganda dengan menggunakan uji simultan, uji parsial dan analisis determinasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai α yaitu 5%. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil analisis data dengan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor harga (X1), rasa (X2) dan kemasan (X3) secara bersama-sama positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen (Y) susu Bear Brand dengan koefisien regresi X1 = 0.432, X2 =0.332 dan X3=0.450. Pengujian Fhitung diperoleh sebesar 14.201 lebih besar dari Ftabelsebesar 2.704. Hasil uji thitung menunjukkan untuk faktor harga (X1) = 2.062, rasa (X2)= 2.128 dan kemasan (X3) = 4.068. Variabel harga, rasa, dan kemasan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen susu bear brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara parsial dapat dilihat bahwa faktor kemasan yang paling dominan mempengaruhi konsumen melakukan pembelian susu Bear Brand pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2sebesar 0.563%. Artinya, variabel loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga, rasa dan kemasan pada susu Bear Brand. Angka R Square sebesar 0.317 menunjukkan bahwa 31,7 persen loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variabel harga, rasa dan kemasan. Sedangkan sisanya 68,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Harga, Rasa, Kemasan, dan Loyalitas Konsumen.
3 ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PRICE, TASTE, AND PACKAGING OF SUSU BEAR BRAND TOWARDS CUSTOMER LOYALTY
ON STUDENTS OF FACULTY OF LAW UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
The purpose of this research is to examine the influence of price (X1), taste (X2), and packaging (X3) towards customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. The population of this research are the students of faculty of law Universitas Sumatera Utara who have ever purchased and consumed Susu Bear Brand and number of samples are 96 respondents. Data analysis methods used in this research are descriptive method andmultiple regression analysis using simultaneous test, partial test, and determination test. The type of this research is quantitative descriptive research using multiple regression analysis with value of α = 5%. Data used in this research are primary data and secondary data.The results of data analysis using multiple regression analysis show that simultaneously, price (X1), taste (X2), and packaging (X3) are positively and significantly affecting customer loyalty (Y) of Susu Bear Brand with regression coefficient of X1= 0.432, X2 =0.332 and X3=0.450. The results of Fhitungtest were obtained in the amount of14.201bigger than Ftabelin the amount of 2.704. The results ofthitungtest show that price (X1) = 2.062, taste (X2) = 2.128, and packaging (X3) = 4.068. The variable of price, taste, and packaging have positive and significant effect towards customer loyalty of Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. It can be seen partially that packaging has the most dominant influence on customer to purchase Susu Bear Brand on students of faculty of law Universitas Sumatera Utara. While determination coefficient was obtained with value of adjusted R2 in the amount of 0.563%. It means that the variable of customer loyalty can be explained by the presence of the variable of price, taste, and packaging on Susu Bear Brand. Number of R Square in the amount of 0.317 shows that 31,7percent of customer loyalty can be explained by the variable of price, taste and packaging. While the rest of 68,3 percent can be explained by other variables outside of the three variables used in this research.
Keyword: Price, Taste, Packaging, Customer Loyalty.
12 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama
dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh
dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang
menjadi kuat, diperlukan asupan zat gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium
merupakan zat utama yang diperlukan dalam pembentukan tulang, dan zat gizi ini
antara lain dapat diperoleh dari susu.
Pada susu juga terkandung zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan
tulang seperti protein, fosfor, vitamin D, vitamin C dan besi. Selain zat-zat gizi
tersebut, susu juga masih mengandung zat-zat gizi penting lainnya yang dapat
meningkatkan status gizi.
Di Indonesia, pada motto gizi empat sehat lima sempurna, susu terletak
pada urutan kelima dalam kelompok lima sehat sempurna. Ini menunjukkan
bahwa pentingnya mengkonsumsi susu untuk keseimbangan kesehatan manusia
dilengkapi dengan nasi, lauk pauk, buah, dan sayuran.
Susu merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting, karena
dibandingkan dengan bahan minuman lain, susu adalah minuman yang mendekati
kesempurnaan. Hal ini disebabkan, karena susu mengandung nutrisi yang tinggi,
laktosa, vitamin, dan mineral yang sangat diperlukan tubuh. Selain itu asam lemak
13 Sebagai sumber protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan
menjadikan susu tidak mudah untuk digantikan oleh minuman lain, terutama bagi
kelompok rawan gizi seperti balita, lanjut usia dan wanita hamil atau menyusui.
Sebagai manusia, demi kelangsungan hidup maka harus memenuhi
beberapa kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup akan konsumsi susu juga tidak boleh
dilewatkan khususnya saat usia remaja manusia. Usia remaja merupakan masa
yang penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa
yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik fisik
maupun mental, dengan aktivitas yang makin meningkat serta sering disertai
perubahan pola konsumsi pangan. Remaja adalah mereka yang berusia antara 10
hingga 24 tahun.
Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia dan
peningkatan kesadaran akan kesehatan serta gizi, maka konsumsi masyarakat akan
susu cenderung meningkat setiap tahunnya. Berikut jumlah populasi sapi perah,
produksi susu sapi perah, dan konsumsi susu nasional periode 2006-2013 dapat
14 Tabel 1.1
Jumlah Populasi Sapi Perah, Produksi Susu Sapi Perah, dan Konsumsi Susu Nasional Periode 2006-2013
Tahun Populasi Sapi Perah (ekor/tahun)
2012 612.000 1.017.930 3.120.000
2013 636.000 1.109.000 3.300.000
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2006-2013(Januari, 2015)
Fenomena yang terjadi saat ini dengan cenderung meningkatnya kesadaran
masyarakat akan konsumsi susu, maka diikuti dengan peningkatan perilaku
masyarakat dalammengkonsumsisusu sterilisasi. Susu sterilisasi merupakan susu
yang telah mengalami pemanasan pada suhu tinggi yaitu 121 derajat celcius
dengan tekanan 15 psi selama 10 detik atau pada suhu 134 derajat celcius selama
1 detik.Oleh pakar kesehatan, susu sterilisasi untuk saat ini dinyatakan lebih
unggul daripada susu UHT dan susu pasteurisasi.
Masyarakat Indonesia sekarang umumnya mengkonsumsi produksusu
sterilisasidalam kemasan dari PT NestléIndonesia yaitu Bear Brand.Perbandingan
dengan produk susu merek lainnya, susu Bear Brand mampu langsung menarik
perhatian konsumen karena Bear Brand adalah susu sterilisasi pertama di
15 Bear Brand adalah susu sapi yang telah disterilkan mengandung kalori yang
lengkap, sehingga cocok dikonsumsi semua umur terutama para remaja untuk
sarapan dengan rasa yang enak dan menyegarkanserta tidak akan membuat mual
(muntah).
Bear Brand tetap diminati oleh masyarakat sekalipun harga per kemasan
kalengnya lebih mahal dibandingkan dengan susu kemasan botol atau kotak
merek lain. Kemasan yang terbuat dari kaleng tentu saja mempunyai keunggulan
yakni tidak mudah robek, pecah, rusak, ataupun penyok.
Bear Brand memiliki keunggulan dari segi kualitas, rasa dan harga yang
sesuai dengan kemasan kaleng berukuran 189 ml dengan pembuka minuman
diatasnya, memudahkan konsumen dalam proses membuka susu yang bisa
langsung dikonsumsi dan hanya untuk sekali minum serta mudah dibawa kemana
saja atau cukup dalam satu genggaman tangan saat meminum susu tersebut.
Berikut adalah data dari Top Brand Award 2012-2014 kategori susu cair dalam
kemasan.
Tabel 1.2
Top Brand Award 2012-2014 Kategori Susu Cair Dalam Kemasan
Merek Top Brand Indeks
Ultra Milk 30,732,7 36,4 Indomilk 21,423,7 18,0
Frisian Flag 26,8 22,5 15,8 Milo 6,5 6,2 9,1 Bear Brand 3,4 4,8 5,6
Milkuat 3,2 3,1 4,6 Sumber: www.topbrand-award.com
16 Data dariTabel 1.2, dapat dilihat bahwa Bear Brand berada di peringkat ke
5 bersaing dengan susu UHT dan susu pasteurisasi dalam kemasan merek lain
yang merupakan hasil dari produk susu cair pemain lama yakni Ultra Milk,
Indomilk, dan Frisian Flag. Bear Brand bahkan mampu mengalahkan peringkat
Milkuat yang juga merupakan pemain lama dalam bidang susu cair.Bear brand
sendiri merupakan produk baru dari PTNestlé Indonesia yang mampu langsung
berada di bawah peringkat Milo yang juga merupakan produk dari PT Nestlé
Indonesia. Dapat dilihat bahwa persentase Bear Brand dari tahun 2012-2014
selalu mengalami peningkatan yang baik. Dapat dilihat juga bahwa persaingan
antara produsen susu cair dalam kemasan sangatlah ketat.
Hal ini membuat sejumlah produsen berupaya keras meraih konsumen
sebanyak-banyaknya agar mampu memperluas pangsa pasar dan mendapatkan
konsumen yang loyal terhadap produknya. Salah satu upayanya yaitu melakukan
diversifikasi dalam peningkatan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya
tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk, maupun
desain, serta bersaing mengenai penekanan kandungan gizi dan energi yang
tersimpan dalam produk susu yang ditawarkan.
Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena
tertarik pada suatu alasan yaitu karena warna dan bentuk dari kemasan. Belum
lagi konsumen yang membeli hanya karena tertarik dengan desain ataupun bentuk
dari suatu produk, sehingga menyebabkan kemasan menjadi sangat efektif untuk
menarik konsumen membeli suatu produk. Strategi lainnya untuk menarik
17 pasar yang lebih kuat. Harga produk diharapkan dapat mendorong keinginan
konsumen untuk menggunakan suatu produk, serta menawarkan konsumen secara
tidak langsung untuk meninggalkan produk pesaing. Banyak orang tertarik pada
suatu produk karena menawarkan manfaat lebih dari produknya sendiri.
Perilaku konsumen yang cenderung brand minded, mendorong perusahaan
untuk menciptakan sebuah merek yang berbeda untuk setiap produk yang
dihasilkannya dan berusaha menjadikan merek tersebut dikenal konsumen.
Sehingga berbagai strategi pemasaran yang dilakukan mengarah kepada
pengenalan merek dan pada akhirnya memiliki konsumen yang loyal terhadap
merek tersebut. Citra merek yang positif terhadap konsumen juga bisa menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli produk bahkan akan membuat konsumen
loyal terhadap produk tersebut, karena merek merupakan indikator nilai suatu
produk bagi konsumen untuk memperoleh manfaat fungsional dan emosional.
Loyalitas pelanggan ditunjukkan dengan dilakukannya kegiatan membeli
produk secara berulang-ulang dan cenderung tidak ingin berpindah ke merek lain.
Loyalitas pelanggan dapat dilihat dari kesetiaan pelanggan tersebut dalam
menggunakan suatu produk dan keengganan berpindah ke merek produk susu
lain. PersentaseBear Brand yang walaupun peringkat mereknya tidak berubah
masih diposisi 5, namum hasil top brand indeknya mengalami peningkatan setiap
tahunnya yang menunjukkan bahwa penjualan Bear Brand yang mengalami
peningkatan bisa saja berdampak terhadap peningkatan jumlah loyalitas
18 variabel dari produk tersebut yakni dari segi merek, harga, rasa, kemasan,
pelayanan, garansi, desain, serta manfaat.
Bear Brand disukai banyak kalangan termasuk kalangan muda seperti
mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Sumatera Utara. Dari hasil pra-survei
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Hukum lebih menyukai dan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi saat mengkonsumsi susu Bear Brand
daripada susu cair kemasan merek lain. Mahasiswa bukan anak kecil lagi, sudah
masuk dalam tahap usia remaja dimana gengsi, mengikuti trend, serta gaya saat
melakukan dan mengkonsumsi sesuatu menjadi hal yang sangat penting untuk
diperhatikan.
Untuk itu, Bear Brand yangdikemas dalam kaleng dengan ukuran yang pas
segenggaman tangan dan hanya dikonsumsi sekali minum serta kemudahan dalam
memperoleh produk menyebabkan para mahasiswa menyukai kepraktisan dan
segala manfaat yang diperoleh saat mengkonsumsi Bear Brand. Bear Brandsaat
ini juga telah semakin dikenal sebagaisusu cair dalam kemasan kaleng dengan
kandungan kesehatan yang tinggi, iklan yang menarik, kepraktisan desain, serta
manfaat gizi yang baik untuk tubuh manusia. Oleh karena itu, peneliti akhirnya
tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang seberapa besar pengaruh harga,
rasa, dan kemasan susu Bear Brandterhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa
19 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan
masalah sebagai berikut:
”Bagaimana pengaruhfaktor harga, rasa, dan kemasan susu Bear Brand
terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor harga, rasa, dan
kemasan susu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak,yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan Bear Brand
. Sebagai sumber masukan dan informasi serta pengetahuan bagi perusahaan mengenai pengaruh hubungan antara harga, rasa, dan
kemasan yang dapat memiliki dampak terhadap loyalitas
konsumen.
2. Bagi Departemen Manajemen
Sebagai bahan referensi yang akan memberikan dan melengkapi
informasi serta pengetahuan pihak departemen dalam penelitian
20 3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
melatih serta mengembangkan kemampuan berpikir penulis
mengenai manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh
faktor harga, rasa, dan kemasan terhadap loyalitas konsumen.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran dan
dapat membantubagi pihak yang ingin melakukan penelitian
21 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Harga
2.1.1Pengertian Harga
Pengertian harga dapat didefinisikan sebagai alat tukar, hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Stanton terjemahan Yamanto (1989) bahwa “Harga adalah
jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk
memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang
menyertainya”.
Ilmu ekonomi mengajarkan bahwa, harga adalah hasil pertemuan dari
transaksi barang atau jasa yang dilakukan oleh permintaan dan penawaran di
pasar. Berdasarkan definisi tersebut maka harga merupakan jumlah uang yang
diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian
maka suatu harga haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang
dan/atau pelayanan, yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan
jasa, hal ini seperti yang dikemukakan oleh MC. Carthy terjemahan Gunawan
(1985) bahwa harga adalah “Apa yang dibebankan untuk sesuatu. Setiap transaksi
dagang dapat dianggap sebagai suatu pertukaran uang, uang adalah harga untuk
sesuatu”.
2.1.2Sasaran Penetapan Harga
1. Berorientasi pada laba, yakni untuk mencapai target laba investasi laba
22 2. Berorientasi pada penjualan, yakni untuk meningkatkan penjualan dan untuk
mempertahankan atau meningkatkan bagian pasar dan penjualan.
3. Berorientasi pada status quo, yakni untuk menstabilkan laba dan untuk
menangkal persaingan.
2.1.3Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga 1. Permintaan produk.
2. Reaksi pesaing.
3. Bauran pemasaran.
4. Target bagian saham pasar.
5. Biaya untuk memproduksi.
2.1.4 Tujuan Penetapan Harga
Tujuan perusahaan melalui penetapan harga menurutKotler (1992)
terdapat enam tujuan, yaitu:
1. Bertahan hidup.
2. Maksimalisasi laba jangka pendek.
3. Memaksimumkan pendapatan jangka pendek.
4. Pertumbuhan penjualan maksimum.
5. Menyaring pasar secara maksimum.
6. Unggul dalam suatu produk.
2.2Teori Tentang Rasa 2.2.1 Pengertian Rasa
Rasa dapat didefinisikan sebagai sensasi yang disebabkan ketika berbagai
23 permukaan lidah dan memenuhi mulut. Kompleks-kompleks atau perpaduan dari
berbagai macam sensasi rasa tadi disebut juga dengan istilah “flavour” yang
berkaitan dengan apresiasi terhadap temperatur, tekstur, dan konsistensi dari
substansi yang masuk tadi dan untuk bisa dirasakan, substansi tadi harus soluble
atau harus dapat mengadakan kontak dengan saliva (kelenjar air liur) (Sekuler,
1994).
Rasa makanan atau minuman biasa disebut dengan istilah tastans. Tastans
adalah molekul yang berinteraksi dengan reseptor dalam bintil-bintil rasa di lidah
manusia untuk memproduksi sensasi rasa yang kemudian diklasifikasikan sebagai
manis, asin, asam, dan pahit.
Sensasi lain di mulut juga dirasakan akibat dari adanya interaksi kimiawi
dengan reseptor trigeminal. Reseptor rasa selalu berinteraksi dengan
molekul-molekul dalam rasa yang nantinya akan menghasilkan respon di lidah berupa rasa
makanan ataupun minuman.
Untuk bisa aktif sebagai rasa yang tinggal di mulut, maka konsentrasi
molekul yang berinteraksi dengan reseptor harus memenuhi ambang batas rasa
dan ambang batas itu mempunyai ukurannya sendiri-sendiri untuk tiap
molekulnya misalnya phellondrene yang ambang batas rasanya adalah 200, jika
berada di bawah itu maka molekul dalam minuman ataupun makanan tidak bisa
menghasilkan satu sensasi rasa (Taylor, 2002).
2.2.2 Aspek-Aspek Persepsi Tentang Rasa
Sekuler (1994) menyatakan bahwa ada beberapa aspek dalam persepsi
24 1. Taste preference. Seseorang menyatakan suka atau tidak suka terhadap
satu makanan dan minuman tidak hanya murni disebabkan oleh rasa dari
stimulus yang masuk ke mulut saja. Ada beberapa sifat bawaan manusia
yang turut mempengaruhi hal tersebut yaitu adanya naluri setiap orang
untuk lebih menyukai rasa manis dalam bentuk apapun. Kualitas rasa
manis selalu menempati rangking tertinggi apabila dibandingkan dengan
rasa pahit.
2. Adaptasi dan modifikasi rasa. Rasa suatu stimulus dapat dibuat lemah
oleh adanya proses adaptasi lidah terhadap satu jenis rasa. Sebagai
contoh, jika lidah terus menerus mengecap rasa pedas maka
kemampuannya untuk merasakan rasa pedas akan semakin menurun.
Proses ini disebut dengan nama adaptasi rasa. Rasa asli dari suatu
makanan atau minuman akan semakin kabur jika dicampur dengan rasa
lain sehingga terbentuk satu jenis rasa baru yang merupakan perpaduan
dari kedua rasa tersebut. Proses ini yang disebut dengan nama modifikasi
rasa.
3. Taste mixture. Terjadi bila suatu intensitas rasa diturunkan atau ditutupi
dengan rasa yang lain seperti misalnya seseorang menambahkan gula ke
dalam kopi untuk menutupi rasa pahitnya.
4. Kemampuan membedakan intensitas masing-masing rasa.
5. Bau dari makanan dan minuman.
25 2.2.3 Karakteristik Rasa
Terkait dengan persepsi tentang rasa, maka menurut Taylor (2002)
terdapat beberapa karakteristik tentang rasa makanan dan minuman, yaitu:
1) Karakteristik primer yaitu satu unsur penting untuk pengenalan makanan.
Unsur yang dapat menyebabkan satu impresi pada calon perasa makanan
dan minuman ketika melihat makanan dan minuman tersebut untuk
pertama kalinya.
2) Karakteristik sekunder yaitu unsur yang tidak begitu penting tetapi
mengandung begitu banyak sumbangan sebagai bagian dari karakteristik
rasa dari makanan dan minuman.
3) Efek rasa makanan yang biasanya dirasakan secara pribadi oleh perasa
makanan dan minuman. Enak atau tidaknya tergantung dari
komposisi-komposisi bahan dari makanan dan minuman itu sendiri.
4) Keseimbangan rasa yang penting untuk selalu mengevaluasi rasa makanan
terus-menerus agar mutu dan kualitasnya semakin berkembang.
2.3Teori Tentang Kemasan 2.3.1 Pengertian Kemasan
Kemasan (packaging) adalah segala kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu
merek, kemasan itu sendiri dan label. Menurut Komaruddin (2003), kemasan juga
dapat diartikan dalam tiga buah kemungkinan, yaitu:
1. Kemasan adalah sebuah barang atau seperanglat produk yang dibungkus atau
26 2. Kemasan adalah setiap jenis pembungkus atau wadah yang terbuat dari
bahan-bahan tertentu (misalnya: kayu, plastik, sejenis tikar, karton, dan daun pisang)
yang menutup sesuatu.
3. Kemasan adalah paket yang berukuran kecil atau sedang yang terbuat dari
kardus atau bahan-bahan lainnya.
Ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu:
1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan.
2. Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke
konsumen.
3. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.
Wadah atau bungkusterdiri dari 3 (tiga) tingkat bahan, yaitu:
1. Kemasan dasar (primary package), yaitu bungkus langsung dari suatu
produk. Contoh: botol sebagai tempat shave lotion merupakan kemasan
dasar.
2. Kemasan tambahan (secondary package), yaitu bahan yang melindungi
kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut akan digunakan. Contoh:
kotak karton yang membungkus after shave lotion merupakan kemasan
tambahan yang melindungi botol dan sebagai alat promosi.
3. Kemasan pengiriman (shipping package), yaitu setiap kemasan yang
diperlukan waktu penyimpanan, pengangkutan diidentifikasi. Contoh:
27 2.3.2 Fungsi Kemasan
1) Kemasan sebagai alat untuk melindungi produk.
Kemasan yang dirancang dengan tepat akan melindungi produk dari
gesekan, benturan, bantingan, perubahan cuaca, api, air, bahan kimia yang
dapat merusak, dan bahan-bahan lain yang akan mengurangi mutu,
jumlah, dan penampilan. Kemasan tersebut menyediakan perlindungan
yang cukup ketika suatu produk berada di gudang produsen, dalam
pemindahan, di gudang penjualan borongan, di tempat para pengecer, dan
di tangan konsumen yang menjadi pengguna terakhir.
2) Kemasan sebagai sarana yang memberikan kemudahan penggunaan.
Fungsi kemasan lainnya adalah fungsi yang dapat memberikan
kemudahan bagi penggunaan produk oleh para pelanggan atau konsumen.
Oleh sebab itu, kemasan harus mudah dibuka dan ditutup tanpa kerusakan
yang berarti. Kemasan dapat ditambah dengan alat untuk mengisi tanpa
tumpah dan tidak boleh terlampau berat atau masif.
3) Kemasan sebagai sarana untuk penjualan.
Kemasan dapat menjadi pembantu yang bermanfaat ketika pedagang
menjual produk yang dikemasnya. Kemasan yang lebih baik dari kemasan
lainnya dalam memberikan perlindungan terhadap suatu produk dan
sekaligus memberikan kemudahan dalam penggunaannya merupakan alat
penjualan yang pasti. Sekali-kali, bisa jadi, orang yang membeli suatu
produk bukan untuk memperoleh produk yang dibungkusnya, namun
28 kemasan itu berguna untuk keperluan lain, menarik untuk dipajang, dan
alasan individual lainnya. Kemasan yang baik pun merupakan alat untuk
melakukan promosi.
4) Kemasan sebagai media komunikasi.
Kemasan saat ini misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi
seringkali dibubuhi dengan nomor telepon toll-free atau bebas pulsa.
Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk komplain,
tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang
berhubungan dengan produk tersebut. Kemasan juga berfungsi untuk
mengkomunikasikan suatu citra tertentu.
2.3.3 Desain Kemasan
Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah
kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respon
emosional positif secara tidak langsung. Kemasan harus dapat menarik perhatian
secara visual, emosional, dan rasional. Sebuah desain kemasan yang bagus
memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. Menurut
penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80% adalah penginderaan
melalui penglihatan atau kasatmata (visual). Karena itulah, unsur-unsur grafis dari
kemasan antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak
merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses
penyampaian pesan secara kasat mata (visual communication). Agar berhasil,
29 Wirya (1999), daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional).
a. Daya tarik visual (estetika)
Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup
unsur-unsur grafis yaitu warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak.
Semua unsur grafis tersebut dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan yang
memberikan daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri
berhubungan dengan faktor emosi dan psikologi yang hukum persepsi
menunjukkan bahwa mata dan otak membutuhkan kesederhanaan dan
keseimbangan dalam segala hal yang dilihat.
Setiap otang hanya akan melihat hal-hal tertentu yang akan direkam otak
dan kemudian mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang. Hal ini sesuai
dengan sifat dasar desain, yaitu bersifat fungsional dan estetis, terletak pada
bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi
konsumen untuk memberikan respon positif tanpa disadarinya. Sering terjadi
konsumen membeli suatu produk yang ridak lebih baik dari produk lainnya
walaupun harganya lebih mahal.
Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang
mempengaruhi konsumen secara psikologistanpa disadarinya. Misalnya
produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang tidak jauh
berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan kelembutan yang
divisualkan dengan baik pada desain kemasannya, diantaranya menggunakan
30 dan memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak yang dipilih oleh
konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa
konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun
mandi tersebut.
b. Daya tarik praktis (fungsional)
Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang
ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk kemudahan
penyimpangan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang
perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Dapat melindungi produk.
2. Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan.
3. Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman.
4. Dapat digunakan kembali (reusable).
5. Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang.
6. Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali
dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill).
2.3.4Peranan Kemasan a. Swalayan (self service)
Semakin banyak jumlah produk yang dijual dengan cara pembeli
mengambil sendiri barang yang dibutuhkannya, kemasan makin berfungsi
lebih banyak lagi dalam proses penjualan, kemasan harus menarik,
menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan
31 b. Kemakmuran konsumen (customer offluence)
Meningkatnya kekayaan konsumen akan berarti bahwa konsumen bersedia
membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan
prestise dari kemasan yang lebih baik.
c. Citra perusahaan dan merk (company and brand image)
Banyak perusahaan mengakui adanya kekuatan yang dikandung dari
kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen
mengenali perusahaan atau mereknya. Contoh: Pembeli susu bubuk cap
Bendera dengan cepat mengenali kemasannya warna biru dengan lambang
bendera.
d. Peluang inovasi (innovational opportunity)
Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga
memberikan keuntungan bagi produsen. Contoh: Inovatif kemasan Biskuit
Kong Guan, sangat menarik dan seolah-olah lebih berkualitas dan harga
diri konsumen.
Mengapa kemasan diperlukan:
1. Kemasan memenuhi sasaran keamanan (safety) dan kemanfaatan (utility).
2. Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan.
3. Untuk meningkatkan laba.
2.4Teori Tentang Loyalitas Konsumen 2.4.1 Pengertian Loyalitas
Definisi dari loyalitas, Griffin (2002) menyatakan bahwa “loyality is
32
unit”. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa loyalitas lebih ditujukan
kepada suatu perilaku, yang ditunjukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada
unit pengambilan keputusan.
Gramer dan Brown (2006), menyatakan bahwa loyalitas yaitu derajat
sejauh mana seorang konsumen menunjukkan perilaku pembelian berulang dari
suatu penyedia jasa, memiliki suatu desposisi atau kecenderungan sikap positif
terhadap penyedia jasa dan hanya mempertimbangkan untuk menggunakan
penyedia jasa ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai jasanya. Dari
definisi yang disampaikan Gramer dan Brown, konsumen yang loyal tidak hanya
seorang pembeli yang melakukan pembelian berulang, tetapi juga
mempertahankan sikap positif terhadap penyedia jasa tersebut.
2.4.2 Pengertian Loyalitas Konsumen
Oliver (1996) mengungkapkan loyalitas pelanggan sebagai berikut:
Customer Loyalty is deefly held commitment to rebuy or repatronize a preferred
product or service consistenly in the future, despite situasional influences and
marketing efforts having the potential to cause switching behavior.
Dari definisitersebut dapat terlihat bahwa loyalitas pelanggan adalah
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang
akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai
potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Menurut Nugroho (2005), loyalitas konsumen didefinisikan sebagai suatu
33 merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak pilihan produk
ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan memiliki
kemampuan mendapatkannya.
Berdasarkan beberapa definisi loyalitas konsumen yang sudah dipaparkan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas konsumen adalah kesetiaan
konsumen yang dipresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap produk
atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap yang baik untuk merekomendasikan
orang lain untuk membeli produk. Indikasi loyalitas yang sesungguhnya
diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang dikombinasikan dengan
pengukuran terhadap perilaku.
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen
Marconi (1998) menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap suatu produk atau jasa adalah sebagai
berikut:
1. Nilai (harga dan kualitas), penggunaan produk dalam waktu yang lama
akan mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak perusahaan harus
bertanggung jawab untuk menjaga merek tersebut. Perlu diperhatikan,
pengurangan standar kualitas dari suatu merek akan mengecewakan
konsumen bahkan konsumen yang paling loyal sekalipun begitu juga
dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan harus mengontrol
kualitas merek beserta harganya.
2. Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek
34 Produk yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas
konsumen pada merek.
3. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan produk. Dalam situasi
yang penuh tekanan dan permintaan terhadap pasar yang menuntut akan
adanya kemudahan, pihak perusahaan dituntut untuk menyediakan produk
yang nyaman dan mudah untuk didapatkan oleh konsumen.
4. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen (baik dari kemasan, rasa, desain,
serta manfaat), apabila konsumen benar-benar memiliki kepuasan akan
hal-hal tersebut akan membawa dampak kepada meningkatnya rasa
kecintaan pada suatu merek yang berarti meningkatnya loyalitas.
5. Pelayanan, dengan kualitas pelayan yang baik yang ditawarkan oelh
perusahaan dapat mempengaruhi loyalitas konsumen pada merek tersebut.
6. Garansi dan jaminan yang diberikan oleh perusahaan.
Menurut Aaker (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi kesetiaan
konsumen sebagai berikut:
1. Kepuasan (satisfaction)
Konsumen akan loyal terhadap suatu produk bila ia mendapatkan
kepuasan dari produk tersebut. Karena itu, konsumen bisa mencoba
beberapa macam produk untuk menilai kriteria kepuasan produk atau
tidak. Bila setelah mencoba dan responnya baik, maka berarti konsumen
tersebut puas sehingga akan memutuskan membeli produk tersebut secara
konsisten sepanjang waktu yang berarti telah tercipta kesetiaan konsumen
35 2. Perilaku kebiasaan (habitual behavior)
Kesetiaan konsumen dapat dibentuk karena kebiasaan konsumen. Apabila
yang dilakukan sudah merupakan kebiasaan, maka pembeli tersebut tidak
melalui lagi pengambilan keputusan yang panjang. Pada kondisi ini, dapat
dikatakan bahwa konsumen akan tetap membeli produk tersebut, yaitu
konsumen akan tetap membeli produk yang sama untuk suatu jenis produk
dan cenderung tidak berganti-ganti produk.
3. Komitmen (commitment)
Dalam suatu produk yang kuat terdapat konsumen yang memiliki
komitmen dalam jumlah yang banyak. Kesetiaan konsumen akan timbul
bila ada kepercayaan dari konsumen terhadap produk-produk sehingga ada
komunikasi dan interaksi diantaranya konsumennya, yaitu dengan
membicarakan produk tersebut.
4. Kesukaan produk (linking of the brand)
Kesetiaan yang terbentuk akan dipengaruhi oleh tingkat kesetiaan
konsumen secara umum. Tingkat kesetiaan tersebut dapat diukur mulai
dari timbulnya kesukaan terhadap produk sampai adanya kepercayaan dari
produk berkenaan dari kinerja produk-produk tersebut. Konsumen yang
dikatakan loyal adalah konsumen yang berulang kali membeli produk
tersebut bukan karena adanya penawaran khusus, tetapi karena konsumen
percaya terhadap produk tersebut memiliki kualitas yang sama sehingga
36 5. Biaya pengalihan (switching cost)
Adanya perbedaan pengorbanan dan atau resiko kegagalan, biaya, energi,
dan fisik yang dikeluarkan konsumen karena dia memilih salah satu
alternatif. Bila biaya pengalihan besar, maka konsumen akan berhati-hati
untuk berpindah ke produk yang lain karena resiko kegagalan yang juga
besar sehingga konsumen cenderung loyal.
2.4.4 Keuntungan Memiliki Konsumen Loyal
Selanjutnya Griffin (2002) menyatakan keuntungan-keuntungan yang akan
diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain:
1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik
pelanggan yang baru lebih mahal).
2. Dapat mengurangi biaya transaksi.
3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian
konsumen yang lebih sedikit).
4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa
pasar perusahaan.
5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa
pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian,dll).
Era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan
dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi
para konsumennya. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam
37 perolehan konsumen baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua
adalah adanya kenyataan bahwa tingkat kemampuan perusahaan berbanding lurus
dengan pertumbuhan hubungan antara perusahaan dan konsumen secara permanen
(Stauss, 2001).
Jones dan Sanser (1995) dalam Gilbert yang mempelajari persiapan
penerapan berbagai kesempatan perdagangan di era globalisasi berkeyakinan
bahwa di era perdagangan bebas yang tidak terproteksi sama sekali tersebut,
tumpuan perusahaan untuk tetap mampu bertahan hidup adalah
konsumen-konsumen yang loyal (Gilbert, 2000). Untuk itulah, perusahaan dituntut untuk
mampu memupuk keunggulan kompetitifnya masing-masing melalui upaya-upaya
yang kreatif, inovatif, serta efisien, sehingga menjadi pilihan dari banyak
konsumen yang pada gilirannya nanti diharapkan “loyal” (Javalgi, 1997).
Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan.
Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen
dapat dibentuk melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari calon konsumen
potensial sampai dengan advocate customers yang akan membawa keuntungan
bagi perusahaan.
Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,
mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama
bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka. Usaha
38 melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari konsumen potensial sampai
memperoleh partners.
2.4.5 Karakteristik Konsumen Loyal
Konsumen yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini
dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan
Griffin (2002), konsumen yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Melakukan pembelian secara teratur (Makes reguler repeat purchases).
2. Membeli diluar lini produk/jasa (Purchase across product and service
lines).
3. Merekomendasikan produk lain (Refers other).
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
(Demonstrates an immunity to the full of the competition).
Kaitannya dengan pengalaman konsumen, Smith (2002) mengungkapkan
bahwa loyalitas konsumen tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi harus dirancang
oleh perusahaan, adapun tahap-tahap perancangan loyalitas tersebut sebagai
berikut:
1. Define Customer Value
a. Identifikasi segmen konsumen sasaran.
b. Definisikan nilai konsumen sasaran dan tentukan nilai konsumen mana
yang menjadi pendorong keputusan pembelian dan penciptaan
loyalitas.
39
2. Design The Branded Customer Experience
a. Mengembangkan pemahaman Customer Experience.
b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan brand promise.
c. Merancang perubahan strategi secara keseluruhan untuk
merealisasikan pengalaman konsumen yang baru.
3. Equip people and deliver consistenly
a. Mempersiapkan pemimpin untuk menjalankan dan memberikan
pengalaman kepada pelanggan.
b. Melengkapi pengetahuan dan keahlian karyawan untuk
mengembangkan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan
dalam setiap interaksi yang dilakukan pelanggan terhadap perusahaan.
c. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan
kepemimpinan.
4. Substain and enhance performance
a. Gunakan respon timbal balik pelanggan dan karyawan untuk
memelihara pelanggan secara berkesinambungan dan mempertahankan
pengalaman pelanggan.
b. Membentuk kerjasama antara sistem HRD (Human Resource
Development) dengan proses bisnis yang terlibat langsung dalam
memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan.
c. Secara terus menerus mengembangkan dan mengkomunikasikan hasil
untuk menanamkan Branded Customer Experience yang telah
40 2.5Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Metode Analisis Hasil Krisjanti
Harga menurut Swasthadan Irawan (2005) diartikan sebagai sejumlah
41 pelayanannya. Harga bisa menjadi daya tarik atau penentu dalam pengambilan
keputusan pembelian. Menurut Winarno (2004), rasa adalah tanggapan indra
terhadap rangsangan saraf seperti manis, asam, asin, pahit. Rasa pada makanan
dan minuman memegang peranan penting dalam faktor keputusan pembelian yang
akan menjadi faktor penentu loyalitas konsumen kedepannya terhadap suatu
produk. Kemasan menurut Saladin (1996) adalah wadah atau bungkus. Kemasan
yang menarik dapat mempengaruhi konsumen dapat proses pembelian. Menurut
Tjiptono (2000), loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu
merek, toko, harga, kemasan, label, atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat
positif dalam pembelian jangka panjang.Berdasarkan pemaparan di atas, maka
kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
����� (��)
���� (��)
������� (��)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
2.7Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Faktor harga, rasa, dan kemasansusu merek Bear Brandberpengaruh
positif dan signifikanterhadap loyalitas mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
LOYALITAS KONSUMEN
42 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitusuatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, dalam meneliti ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran,
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang beralamat di Jl. Universitas, No. 4, Kampus USU Medan, 20155, Indonesia,
dan waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari 2015sampai dengan April
2015.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen (X)
Dalam penelitian ini variabel independen yaitu harga (X1), rasa (X2), dan kemasan (X3).
2. Variabel dependen (Y)
43 3.4Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya,
atau menjadipenelitian (Kuncoro,2009). Populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan
2011,2012,2013, dan 2014yang berjumlah 2303orang mahasiswa, yang dapat di
lihat sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2011,2012,2013, dan 2014 Angkatan Mahasiswa Jumlah (orang)
2011 571
2012 574
2013 585
2014 573
Jumlah Keseluruhan 2303 Sumber: repository.usu.ac.id (data diolah)
3.4.2Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap
dapat menggambarkan populasinya. Sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin (Umar, 2008), yaitu:
44 Dimana: n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Taraf Kesalahan = 10%
Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah:
Melalui perhitungan rumus Slovin maka diperoleh jumlah sampel
sebanyak96 orang mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu. Kriteria
pemilihan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang
mengkonsumsi produk minuman susu kemasan Bear Brand.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara (Interview)
Melakukan tanya jawab langsung dengan pihak pemasar Bear Brand di
kantor wilayahpenjualan I yang berada di Jl. M. G. Manurung I Km. 9,3
Kelurahan Tanjung Morawa, Medan, Sumatera Utara dalam memberikan
45 2. Daftar Pertanyaan (questionare)
Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu metode mendapatkan data dari buku-buku
dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan materi penelitian.
3.6 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara (interview)
dengan pemasar Bear Brand serta daftar pertanyaan (questionare) dari
responden dalam hal ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi.
3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian
46 kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau itu sepanjang waktu.
1. Percaya terhadap
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.8.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi
dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian (Sugiono, 2012). Adapun syarat instrumen
47 a. Korelasi tiap faktor positif
b. Nilai rhitung > rtabel
Instrumen tersebut telah memiliki validitas konstruk yang baik jika telah
memenuhi syarat di atas. Butir-butir pernyataan yang tidak valid akan gugur dan
dikeluarkan, dan apabila semua butir pernyataan telah dinyatakan valid maka
instrumen tersebut layak untuk dijadikan kuesioner penelitian.
Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 13 pernyataan yang
menyangkut variabel independen yaitu harga (X1), rasa (X2), kemasan (X3) dan variabel dependen yaitu loyalitas konsumen (Y) kepada 30 responden untuk
keperluan uji validitas instrumen. Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan bantuan aplikasi software SPSS.
Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau
48
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS (April, 2015)
Pada Tabel 3.3 seluruh pernyataan telah valid yaitu nilai Corrected
Item-Total Correlation seluruhnya telah bernilai lebih besar atau sama dengan
0,361.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan tersebut
valid dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Menurut Situmorang dan Lufti (2012), reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang
sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur
tersebut reliabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai cronbach alpha > 0,80. Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan bantuan aplikasi software SPSS.
Jika rhitung >rtabel maka pertanyaan tersebut reliabel.
Jika rhitung <rtabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.
Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan kepada 30 responden di
49 digunakan. Hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel
3.4.
Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.930 .933 13
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS(April, 2015)
Pada Tabel 3.4 dapat dilihat nilai Cronbach’s Alpha 0,930 lebih besar dari
0,80. Dengan demikian, kuesioner penelitian dinyatakan reliabel, sehingga dapat
disebarkan kepada responden yang terpilih untuk dijadikan instrumen dalam
penelitian ini.
3.9 Model Analisis Data
3.9.1 Model Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis data dimana peneliti
mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menyajikan data sehingga
dapatmemberikan gambaran umum yang jelas mengenai masalah yang diteliti.
3.9.2 Model Analisis Statistik (Analisis Regresi Berganda)
Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneliti menggunakan bantuan
50 Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ ei Keterangan:
Y = Loyalitas Konsumen a = Konstanta
X1 = Harga X2 = Rasa X3 = Kemasan
b1,2,3 = Koefisien regresi berganda e = Taraf Kesalahan
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pengujian Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kontribusi
variabel-variabel dependen dalam menerangkan variabel-variabel independen. Koefisien
determinasi (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2≤ 1). Semakin mendekati nol atau sama dengan nol berarti kontribusi variabel
dependen terhadap variabel independen lemah dan bahkan dapat
diabaikan, sebaliknya semakin mendekati satu berarti kontribusi semakin
baik.
2) Uji Serentak (Uji F)
51 Kriteria pengambilan keputusan:
Ho diterima jika Fhitung< Ftabel
H0 ditolak jika Fhitung> Ftabel , pada α 5%
3) Uji secara Parsial / Uji t
Test uji parsial menguji setiap variabel (X) apakah mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial.Untuk
menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan
statistik t (uji t). Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima.
3.9.3 Uji Asumsi Klasik
Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum
data tersebut dianalisis adalah:
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui suatu distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Histogram,
Pendekatan Grafik, dan Pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan
tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) di atas nilai
signifikan 5% (0.05) artinya variabel residual berdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah di dalam model regresiterjadi
ketidaksamaan varians dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
52 disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regrasi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Berikut ini disajikan cara
mendeteksi multikolinieritas dengan menganalisis metrik korelasi antar variabel
53 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan
4.1.1 Sejarah Berdiri PT Nestlé
Nestlé merupakan produsen makanan terkemuka di dunia yang memasok
lebih dari 10 juta produk makanan pasaran setiap tahunnya. “Good Food, Good
Life” merupakan slogan Nestlé yang menggambarkan komitmen Nestlé sebagai
produsen makanan yang peduli akan kesehatan umat manusia dengan
menghasilkan makanan yang sehat, bermutu, aman, berkualitas, bergizi, dan
menyenangkan untuk dikonsumsi demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Nestlé didirikan di Vevey, Swiss pada tahun 1866. Pendirinya adalah
Henry Nestlé, yaitu seorang ahli gizi berkebangsaan Jerman. Hal yang melatar
belakangi Henry Nestlé adalah banyaknya bayi yang meninggal dunia sebelum
usia mereka mencapai satu tahun, hal ini dikarenakan para ibu tidak dapat
menyusui bayinya sendiri. Terlebih lagi saat teman Henry Nestlé menghampiri
dirinya untuk menyelamatkan bayi prematur. Henry Nestlé kemudian membawa
bayi itu kerumahnya dan memberikan makanan berupa paduan roti, susu, dan
gula. Kondisi bayi itu berangsur baik dan pulih dari hari ke hari. Penemuan ini
memberikan kabar gembira dan langsung tersebar luas.
“Ferine Lactee Nestle” telah menjadi makanan pendamping ASI sekaligus
makanan penambah gizi yang berhasil menekan angka kematian bayi. Sejak saat
54 dari masyakarat. Henry Nestlé memanfaatkan nama keluarganya “Nestlé” yang
dalam bahasa Jerman, Swissberarti sarang burung kecil (little nest), yang menjadi
logo perusahaannya. Logo tersebut menjadi lambang rasa aman, kasih sayang,
kekeluargaan, dan pengasuhan.
Henry Nestlé bukan saja melahirkan makanan bayi yang bermutu, namun
juga menjadi orang Swiss pertama yang membangun industri modern yang
berpikir akan pentingnya citra merek dan perusahaan. Melalui dua simbol anak
burung dalam sarang bersama induknya dengan penuh kasih sayang memberi
makanan pada anaknya, citra Nestlé langsung dikenal sebagai perusahaan yang
menghasilkan makanan bermutu penuh gizi. Simbol ini kemudian diubah pada
tahun 1868 dan langsung diterapkan di berbagai materi iklan dan publikasi.
Sampai sekarang logo ini tetap digunakan dalam nuansa modern sesuai dengan
kemajuan zaman.
4.1.2 Sejarah Nestlé di Indonesia
Pada tahun 1910 susu “Tjap Nona” masuk ke pasaran Indonesia melalui
distributor yang ada di Singapura. Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1965
pemerintah membuka kesempatan berinvestasi bagi investor asing. Kebijakan ini
mendorong Nestlé dan para mitranya unruk membuka usaha di Indonesia. Pada
tanggal 29 Maret 1971, Nestlé S.A yang berpusat di Vevey, Swiss bersama mitra
lokalnya mendirikan PT. Food Specialities Indonesia. Pabrik pertama didirikan di
Waru, Jawa Timur. Pabrik ini didirikan pada tahun 1972 dan mulai beroperasi