STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA
RUMAH SAKIT UMUM PEMERINTAH HAJI
ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Oleh
ANDY SIREGAR
067024004/SP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA
RUMAH SAKIT UMUM PEMERINTAH HAJI
ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ANDY SIREGAR
067024004/SP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : : STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM PEMERINTAH HAJI ADAM MALIK MEDAN
Nama Mahasiswa : Andy Siregar Nomor Pokok : 06702004
Program Studi : Studi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Drs. Burhanuddin Harahap, MA)
Ketua Anggota
(Drs. Kariono, M.Si)
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal 25 Februari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Drs. Burhanuddin Harahap, MA
Anggota : 1. Drs. Kariono, M.Si
2. Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si
3. M. Arifin Nst, S.Sos, MSP
PERNYATAAN
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM PEMERINTAH HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dan dirujuk dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Februari 2009
ABSTRAK
RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Kesehatan memiliki tugas, wewenang dan fungsi di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan semakin kompleksnya permasalahan di dunia kesehatan dan semakin tingginya tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan maka RSUP Haji Adam Malik Medan dituntut untuk mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tipe penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. . Untuk melengkapi informasi data-data dipergunakan teknik-teknik yang lazim dipergunakan dalam pendekatan kualitatif. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui strategi-strategi yang relevan untuk dilaksanakan oleh RSUP H.Adam Malik dalam meningkatkan kualitas pelayanannya yang diperoleh sebagai hasil rekomendasi dari analisa SWOT.
Adapun hasil penelitian ini merekomendasikan beberapa isu strategis yang patut untuk dilaksanakan oleh RSUP Haji Adam Malik Medan dituntut untuk mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Isu-isu yang strategis yang harus dikembangkan oleh RSUP Haji Adam Malik Medan adalah ,pemanfaatan kemajuan teknologi, meningkatkan dan mekmaksimalkan SDM, dan pengoptimalan sarana yang ada.
ABSTRACT
RSUP Haji Adam Malik Medan as the Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) of departement of public healt have some job, authority and function in healty service area . In complex of the healty problem with increasing of the demand for the healty service so RSUP Haji Adam Malik Medan must do some effort to increase the quality of the healty service as a way to increase the healty degree of the people.
This research type was descriptif with qualitatif approach. To complete the data information doing with usually method that use in qualitatif approach. This research focus is to know bout the relevan startegy that will be doing by RSUP H. Adam Malik to increase their service quality that will be get from the SWOT analisys.
This research result show recomended some strategic issues that suitable to be implemented by RSUP H. Adam malik in their mission to increase the service quality for the people. The Startegic issues that must be doing by RSUP H Adam Malik were: to usefull the high technology, to up grade and increase the human resours quality and to optimize using the infrastructure.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan kekuatan sehingga
penulis dapat menyelesaiakan penyususnan tesis ini dengan judul “Strategi
Peningkatan Kualitas Pelayanan pada Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji
Adam Malik Medan”.
Penulis menyadari, dalam penulisan tesis yang sangat sederhana ini tentunya
belum sempurna, karena masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
redaksional maupun penyajian materi, serta kedalaman analisanya. Hal ini
disebabkan keterbatasan kemampuan dan wawasan penulis, untuk itulah diharapkan
kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan tulisan ini di masa
mendatang.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang tulus, penulis sampaikan kepada semua
pihak yang dengan keiklasan hati telah banyak memberikan bantuan moril dan
materil untuk kelancaran studi dan penulisan tesis ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. M.Sc., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Studi Magister
Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Kariono, M.Si, selaku dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, serta koreksi dalam penyusunan
tesis ini.
5. Bapak Drs. Agus Suriadi M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Magister
6. Bapak Direktur ARSUP H. Adam Malik beserta jajarannya yang telah
memberikan dukungan dan bantuan guna kelancaran studi ini.
7. Segenap civitas akademika, terutama dosen dan staff sekretariat Magiester
Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan pelayanan akademik dan administratif guna kelancaran
studi ini.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga disampaikan kepada orang tua, abang,
adik, dan juga buat Istri Tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan
moril maupun materil dalam pembuatan tesis ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang turut andil dan memberi bantuan langsung
maupun tidak langsung, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan atas segala saran dan kritik untuk
penyempurnaan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2009
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Andy Siregar
Alamat : Jln. Prof. Picauly No. 27 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor : 8211561
No. Hp. : 085261020402
Tempat/Tanggal Lahir : Medan 31 Mei 1980
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Jabatan Pokok : Staf Logistik PT. Nindya Karya Cabang SUMUT & NAD
Status : Kawin
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Percobaan Sei Petani : Tamat tahun 1992
2. SMP Negeri 6 Medan : Tamat tahun 1995
3. SMA Swasta Tunas Kartika - 1 : Tamat tahun 1998
4. Fisip USU : Tamat tahun 2004
5. Sekolah Pascasarjana USU Medan : Tamat tahun 2009
PENGALAMAN KERJA
DAFTAR ISI
2.3. Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 13
2.4. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan... 16
2.5. Kondisi Pelayanan Rumah Sakit Saat ini ... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN... 36
4.1. Deskripsi lokasi penelitian Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik……… 36
4.2. Strategi ... 40
4.2.1. SWOT ... 43
4.2.2. Penentuan Strategi ... 65
BAB V PENUTUP... 74
5.1. Kesimpulan ... 74
5.2. Saran ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Komposisi Sumber Daya dan Jabatan pada RSUP. H. Adam Malik………... 44
2. Penyelenggara Kursus/Pendidikan/Penataran………... 45
3. Komposisi Keikutsertaan dalam Pendidikan dan Pelatihan……... 47
4. Sumber Anggaran pada RSUP Haji Adam Malik Medan ………...47
5. Alokasi Anggaran pada RSUP Haji Adam Malik Medan ………... 48
6. Produktivitas Pendapatan RSUP Haji Adam Malik ... 50
7. Cara Pembayaran Pasien Rawat Inap RSUP H. Adam Malik ... 64
8. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman RSUP Haji Adam Malik
Medan... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
ABSTRAK
RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Kesehatan memiliki tugas, wewenang dan fungsi di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan semakin kompleksnya permasalahan di dunia kesehatan dan semakin tingginya tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan maka RSUP Haji Adam Malik Medan dituntut untuk mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Tipe penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. . Untuk melengkapi informasi data-data dipergunakan teknik-teknik yang lazim dipergunakan dalam pendekatan kualitatif. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui strategi-strategi yang relevan untuk dilaksanakan oleh RSUP H.Adam Malik dalam meningkatkan kualitas pelayanannya yang diperoleh sebagai hasil rekomendasi dari analisa SWOT.
Adapun hasil penelitian ini merekomendasikan beberapa isu strategis yang patut untuk dilaksanakan oleh RSUP Haji Adam Malik Medan dituntut untuk mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Isu-isu yang strategis yang harus dikembangkan oleh RSUP Haji Adam Malik Medan adalah ,pemanfaatan kemajuan teknologi, meningkatkan dan mekmaksimalkan SDM, dan pengoptimalan sarana yang ada.
ABSTRACT
RSUP Haji Adam Malik Medan as the Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) of departement of public healt have some job, authority and function in healty service area . In complex of the healty problem with increasing of the demand for the healty service so RSUP Haji Adam Malik Medan must do some effort to increase the quality of the healty service as a way to increase the healty degree of the people.
This research type was descriptif with qualitatif approach. To complete the data information doing with usually method that use in qualitatif approach. This research focus is to know bout the relevan startegy that will be doing by RSUP H. Adam Malik to increase their service quality that will be get from the SWOT analisys.
This research result show recomended some strategic issues that suitable to be implemented by RSUP H. Adam malik in their mission to increase the service quality for the people. The Startegic issues that must be doing by RSUP H Adam Malik were: to usefull the high technology, to up grade and increase the human resours quality and to optimize using the infrastructure.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang komplek, dinamis, kompetitif,
padat modal dan padat karya yang multidisiplin serta dipengaruhi oleh lingkungan
yang selalu berubah. Namun rumah sakit selalu konsisten tetap untuk menjalankan
misinya sebagai institusi pelayanan sosial, dengan mengutamakan pelayanan kepada
masyarakat banyak dan harus selalu memperhatikan etika pelayanan. Ada beberapa
faktor penting yang secara doniman mempengaruhi pengembangan dan peningkatan
rumah sakit di Indonesia, (lihat Farida,1996: 5):
1. perkembangan sosial ekonomi masyarakat;
2. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran;
3. perkembangan macam-macam penyakit;
4. tersedianya anggaran atau dana untuk pengembangan dan peningkatan rumah
sakit;
5. perkembangan dan kemajuan manajemen termasuk manajemen rumah sakit;
6. adanya persaingan rumah sakit;
7. perubahan-perubahan kebijakan pemerintah, terutama mengenai pelayanan di
Ketujuh faktor ini akan menjadi peluang bagi rumah sakit untuk
meningkatkan segala aspek yang menunjang agar kualitas pelayanan yang diberikan
akan semakin baik dan profesional. Setiap pimpinan rumah sakit selalu
berkepentingan dan memiliki tanggung jawab langsung dalam meningkatkan kinerja
(performance). Kemampuan untuk mengukur kinerja rumah sakit (performance
measurement) merupakan salah satu prasyarat bagi pimpinan untuk dapat
memobilisasi sumber daya secara efektif. Pengukuran kinerja dapat memberi arah
pada keputusan strategis yang menyangkut perkembangan rumah sakit dimasa yang
akan datang.
Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah sangat ditentukan oleh skala kegiatan
ekonomi daerah yang bersangkutan. Bagi daerah yang memiliki skala kegiatan
ekonomi yang tinggi, tentunya akan memiliki kinerja yang tidak dapat disejajarkan
dengan daerah yang memiliki skala ekonomi yang rendah (Makhfatih, 1997: 1-2).
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit,
bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan
medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan
manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik meng-haruskan sarana
pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan
perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut. Pengembangan yang
dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada.
Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan
masyarakat akan mencari sarana kesehatan alternatif. Untuk itu setiap rumah sakit
harus meningkatkan penampilannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat agar dapat terus berkembang.
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing masing sarana
pelayanan seperti rumah sakit adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan di semua
unit pelayanan, baik pada unit pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
ataupun pada unit pelayanan administrasi dan manajemen melalui program jaminan
mutu.
Kegiatan peningkatan mutu tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan
berbagai pendekatan atau kegiatan mutu diantaranya dengan mengembangkan Gugus
Kendali Mutu, Pengendalian Mutu Terpadu, Penyusunan/Penerapan standar
pelayanan atau penyediaan pelayanan prima di rumah sakit.
Seperti diketahui Mutu Pelayanan Rumah Sakit merupakan derajat
masyarakat/konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi
dan standar pelayanan profesi dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman
dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum dan sosio budaya, dengan
memper-hatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen.
Didalam mencapai mutu tersebut diatas, maka upaya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit disusun berupa kegiatan yang komprehensif dan integratif
yang menyangkut Struktur, Proses dan Out Put/Out Come secara objektif, sistematik
dan berlanjut, memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan tehadap
pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan
memecah-kan masalah yang terungkapmemecah-kan sehingga pelayanan yang diberimemecah-kan di rumah sakit
berdaya guna dan berhasil guna. Upaya peningkatan mutu di rumah sakit bertujuan
untuk memberikan asuhan atau pelayanan sebaik baiknya kepada pasien.
Adapun strategi upaya peningkatan mutu rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan rumah sakit sehingga dapat menyusun langkah langkah
upaya peningkatan mutu masing masing rumah sakit.
2. Memberi prioritas pada peningkatan sumberdaya manusia di rumah sakit
termasuk kesejahteraan karyawan, memberikan imbalan yang layak,
program keselamatan dan kesehatan kerja, program pendidikan dan
3. Menciptakan budaya mutu di rumah sakit, termasuk didalamnya
menyusun program mutu rumah sakit, menyusun tema yang akan dipakai
sebagai pedoman, memilih pendekatan yang akan dipakai dalam
penggunaan standar prosedur serta menetapkan mekanisme monitoring
dan evaluasi. (Dirjen Yanmedik Depkes, 1998; Siagian, 1994;
Trisnantoro, 1999) :
RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) dari Dinas Kesehatan adalah unit pelaksana fungsional yang berfungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Sumatera Utara Khususnya Kota
Medan. Dengan demikian, maka peranan dan kedudukan RSUP Haji Adam Malik
Medan sebagai sarana kesehatan terdepan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat.
Adanya otonomi daerah, di mana bidang kesehatan termasuk ke dalam urusan
yang diserahkan kepada daerah dan adanya kebijaksanaan swadana serta masuknya
sektor swasta dalam bidang kesehatan akan mendorong kompetisi dalam
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara lebih efisien, sehingga pemberi
pelayanan kesehatan harus merubah pandangannya untuk lebih berorientasi pada
itu akan menuntut RSUP Haji Adam Malik Medan untuk melaksanakan kinerjanya
dengan baik.
Berangkat dari kondisi tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan
sebuah penelitian dengan judul “Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan pada
RSUP Haji Adam Malik Medan”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dasar uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Strategi peningkatan kualitas pelayanan pada RSUP H.Adam
Malik pada saat ini ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui serta mendeskripsikan strategi-strategi yang relevan untuk
dilaksanakan oleh RSUP H.Adam Malik dalam meningkatkan kualitas pelayanannya
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
(a) Secara praktis sebagai masukan bagi Pemerintah dalam upaya peningkatan
Kualitas pelaynan kesehatan khusunya pelayanan Rumah Sakit
(b) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan menambah khasanah
pengetahuan di bidang kebijakan publik dan menjadi acuan oleh penelitian lain
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Pelayanan Publik
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan
menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan
pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Arti pelayanan
sendiri adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara - cara
tertentu yang memerlukan kepekaaan dan hubungan interpersonal agar tercipta
kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan (produk), baik
berupa barang maupun jasa. Menurut AG. Subarno dalam Agus Dwiyanto (2005
:141) Mengatakan Pelayanan Publik dapat didefenisikan sebagai serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan
warga pengguna jasa.
Pelayanan publik (public service) oleh birokrasi publik merupakan salah satu
perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping abdi
negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dumaksudkan untuk mensejahterakan
masyarakat (warga negara) dari suatu negara sejahtera (walfare state). Pelayanan
umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk
lingkungan Badan Usaha Milik Negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang diciikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Efektif lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran.
Bila jasa/layanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas jasa/layanan yang dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya bila jasa/layanan yang diterima lebih rendah
dari pada diharapkan, maka kualitas/layanan akan dipersepsikan buruk.
Dengan demikian, baik atau buruknya kualitas jasa/layanan tergantung kepada
kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten dan
berakhir pada persepsi pelanggan. Ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah
berdasarkan sudut pandang penyelenggara, tetapi harus dilihat dari sudut pandang
atau persepsi pelanggan.
Pelayanan publik adalah isu yang sangat krusial dan menarik untuk selalu
didiskusikan. Dimana dalam prakteknya selalu saja publik berada pada posisi tawar
yang tidak seimbang dengan pemerintah. Pemerintah sebagai pemeran utama
Ramlan Surbakti (2001), mengklasifikasi ada 4 (empat) kategori pelayanan
publik, yaitu :
a. Pelayanan administrasi, seperti pemberian berbagai perizinan dan identitas
penduduk
b. Pelayanan infrastruktur, seperti jalan raya, jaringan irigasi, transportasi dan
lain-lain.
c. Pelayanan kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, air minum, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, rasa aman dan lingkungan bersih.
d. Pelayanan penerimaan daerah, seperti Pendapatan Asli daerah (Kompas, 2
September 2001)
Sesuai yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara
Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Tehnis Transparansi Dan
Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik disebutkan bahwa
transparansi pelayanan publik merupakan penyelenggaraan pelayanan publik dimana
pelaksanaan tugas dan kegiatan bersifat terbuka bagi masyarakat, mulai dari proses
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendaliannya serta mudah
diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.
Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik tersebut meliputi :
1. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendaliannya oleh masyarakat.
2. Prosedure pelayanan yang merupakan rangkaian proses atau tata kerja yang
menunjukkan adanya tahapan yang jelas dan pasti, sederhana , tidak
berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan serta diwujudkan dalam
bagan alur.
3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan harus diinformasikan secara
jelas dan relevan dengan jenis pelayanan serta diletakkan di dekat loket
pelayanan.
4. Rincian biaya pelayanan harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di
dekat loket pelayanan dan dapat dibaca serta pungutan yang ditarik dari
masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah
yang dibayarkan.
5. Waktu penyelesaian pelayanan dan kurun waktu penyelesaian pelayanan
publik harus diinformasikan dan diletakkan di dekat loket pelayanan dengan
melaksanakan azas first in first out (fifo).
6. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan
atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sengketa harus ditetapkan dengan
memperhatikan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan.
7. Lokasi pelayanan mudah dijangkau dan dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang cukup memadai.
8. Janji pelayanan yang merupakan komitmen tertulis unit kerja dalam
mudah dimengerti yang menyangkut hal-hal yang esensial dan informasi yang
akurat termasuk didalamnya standar kualitas pelayanan.
9. Standar pelayanan publik wajib disusun sesuai dengan tugas dan
kewenangannya dan dipublikasikan kepada ,masyarakat sebagai jaminan
adanya kepastian bagi penerima pelayanan.
10.Informasi pelayanan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar,
janji/moto pelayanan, lokasi serta pejabat/petugas yang berwenang dan
bertanggung jawab wajib dipublikasikan kepada masyarakat melalui media
cetak, media gambar atau penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan baik
kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan sesuai ketentuan
perundangan.
2.2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan (health service) merupakan salah satu komponen
penentu derajat kesehatan masyarakat, disamping faktor lingkungan, perilaku dan
keturunan. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
Namun masih sering dijumpai kesalahan persepsi dan pemahaman orang
terhadap pelayanan kesehatan yaitu hanya berupa pelayanan yang diberikan oleh
seorang dokter terhadap pasien. Oleh karena itu menurut Azwar, pengertian
pelayanan kesehatan harus diasosiasikan kepada pelayanan medis dan pelayanan
kedokteran komuniti, pengelolaan kesehatan lingkungan hidup, upaya pengumpulan
data kesehatan, bahkan tata administrasi pelayanan kesehatan itu sendiri.
Dengan demikian terdapat perbedaan pelayanan kesehatan dengan pelayanan
medis. Benyamin Lumenta mengemukakan bahwa pelayanan medis adalah segala
upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit serta semua upaya dan
kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar
hubungan individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang
membutuhkannya. jadi ruang lingkupnya masih bersifat mikrososial. Sedangkan
pelayanan kesehatan bersifat mikrososial dalam arti merupakan upaya atau kegiatan
pencegahan, pengobatan, pemulihan, dan peningkatan derajat kesehatan yang
dilaksanakan terhadap masyarakat secara keseluruhan.
2. 3. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Definisi kualitas pelayanan kesehatan banyak menjadi kajian para ahli.
Tracendi, (1988:91-94) mengemukakan bahwa salah satu isu yang paling kompleks
dalam dunia pelayanan kesehatan adalah penilaian kualitas. Ruang lingkupnya sangat
klinik sampai peranannya dalam menurunkan angka mortalitas. Ada yang
berpendapat bahwa kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dinilai dari
mortalitas operasi atau dari angka infeksi nosokomial. Ada pula yang berpegang dari
derajat pemanfaatan tempat tidur atau jumlah kunjungan ke poliklinik.
Anthony dan Herzlinger menyatakan bahwa organisasi nirlaba, seperti halnya
rumah sakit, adalah suatu organisasi yang tujuannya bukanlah semata-mata mencari
keuntungan bagi pemiliknya, melainkan memberikan pelayanan sesuai dengan misi
yang diembannya (lihat Massie, 1987:262-264). Pada organisasi nirlaba seyogianya
pihak manajemen berupaya agar dapat memberi pelayanan semaksimal mungkin
dengan sumber daya yang tersedia. Suksesnya organisasi nirlaba dapat dinilai dari
seberapa besar dan berapa baik pelayanan yang diberikan.
Menurut Aditama (2000:149-150) disebutkan bahwa banyak aspek yang dapat
digunakan untuk menilai mutu pelayanan kesehatan. Misalnya, dapat dinilai dari
struktur pelayanan itu sendiri dan bagaimana bentuk pelayanan yang diberikan. Hal
ini meliputi ruang lingkup pelayanan, tingkat pendidikan, dan proses pemberian
pelayanan kesehatan.
Pada hakekatnya, rumah sakit adalah salah satu jenis industri jasa, dalam hal
ini industri jasa kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus patuh pada
kaidah-kaidah bisnis dengan berbagai peran fungsi manajerialnya. Akan tetapi, harus diakui
pada kenyataanya rumah sakit mempunyai beberapa ciri khas yang membedakan
Definisi kualitas pelayanan kesehatan banyak menjadi kajian para ahli.
Tracendi, (1988:91-94) mengemukakan bahwa salah satu isu yang paling kompleks
dalam dunia pelayanan kesehatan adalah penilaian kualitas. Ruang lingkupnya sangat
luas, mulai dari kemungkinan derajat kesempurnaan (perfectability) teknik intervensi
klinik sampai peranannya dalam menurunkan angka mortalitas. Ada yang
berpendapat bahwa kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dinilai dari
mortalitas operasi atau dari angka infeksi nosokomial. Ada pula yang berpegang dari
derajat pemanfaatan tempat tidur atau jumlah kunjungan ke poliklinik.
Anthony dan Herzlinger menyatakan bahwa organisasi nirlaba, seperti halnya
rumah sakit, adalah suatu organisasi yang tujuannya bukanlah semata-mata mencari
keuntungan bagi pemiliknya, melainkan memberikan pelayanan sesuai dengan misi
yang diembannya (lihat Massie, 1987:262-264). Pada organisasi nirlaba seyogianya
pihak manajemen berupaya agar dapat memberi pelayanan semaksimal mungkin
dengan sumber daya yang tersedia. Suksesnya organisasi nirlaba dapat dinilai dari
seberapa besar dan berapa baik pelayanan yang diberikan.
Menurut Aditama (2000:149-150) disebutkan bahwa banyak aspek yang dapat
digunakan untuk menilai mutu pelayanan kesehatan. Misalnya, dapat dinilai dari
struktur pelayanan itu sendiri dan bagaimana bentuk pelayanan yang diberikan. Hal
ini meliputi ruang lingkup pelayanan, tingkat pendidikan, dan proses pemberian
2.4. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
Makna dari Standar Pelayanan Minimal adalah suatu nilai acuan terendah yang
harus dilampaui dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat agar pelayanan
tersebut memenuhi persyaratan dan kepuasan/kelayakan yang diinginkan atau agar
fungsi pelayanan dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Standar Pelayanan Minimal merupakan suatu standar dengan batas-batas
tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang
berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis
pelayanan, indikator, dan nilai (bencmark).
Tujuan penyusunan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta akuntabilitas pembangunan bidang
kesehatan, melalui penyusunan pedoman dan titik acuan yang terukur dan disepakati
bersama. Melalui adanya SPM ini diharapkan terjadi keseragaman nilai dan dapat
mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan .
Yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar
dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan
wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai (benchmark);
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang harus
adalah merupakan perwujudan otonomi yang bertanggungjawab, yang pada intinya
merupakan pengakuan/pemberian hak dan kewenangan Daerah dalam wujud tugas
dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah. Tanpa mengurangi arti serta
pentingnya prakarsa Daerah dalampenyelenggaraan otonominya dan untuk
menghindari terjadinya kekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada
masyarakat, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota wajib melaksanakan kewenangan
dalam bidang tertentu, termasuk didalamnya kewenangan bidang kesehatan.
Pemerintah Pusat bertanggung jawab secara nasional atas keberhasilan
pelaksanaan otonomi, walaupun pelaksanaan operasionalnya diserahkan kepada
pemerintah dan masyarakat daerah yang bersangkutan. Peraturan Pemerintah Nomor
25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom, menyebutkan bahwa peran pemerintah pusat di era desentralisasi ini
lebih banyak bersifat menetapkan kebijakan makro, melakukan standarisasi,
supervisi, monitoring, evaluasi, pengawasan dan pemberdayaan ke daerah, sehingga
otonomi dapat berjalan secara optimal.
Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian urusan
wajib bidang kesehatan di Kabupaten/Kota seiring dengan Lampiran Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri No. 100/756/OTDA tanggal 8 Juli 2002 tentang Konsep Dasar
Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal, maka dalam rangka
kepada masyarakat di Daerah, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten/Kota”.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan pada hakekatnya merupakan
bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota Namun demikian mengingat kondisi masing-masing
Daerah yang terkait dengan ketersediaan Sumber Daya yang tidak merata, maka
diperlukan pentahapan pelaksanaannya dalam mencapai Minimum Service Target
2010 oleh masing-masing Daerah sesuai dengan kondisi/perkembangan kapasitas
daerah.
Agar Standar Pelayanan Minimal termaksud dapat diselenggarakan sesuai
yang diharapkan, perlu disusun suatu Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan di
Kabupaten/ Kota. Petunjuk Teknis Standar pelayanan Minimal ini dimaksudkan
guna memberikan panduan kepada daerah dalam melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban
penyelenggaraan Standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman tentang definisi
operasional, indikator kinerja, ukuran/satuan, rujukan (buku pedoman, Standar
teknis), target nasional untuk tahun 2005 dan 2010, cara perhitungan pancapaian
menu langkah-langkah kegiatan untuk masing-masing SPM Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota.
1. Pada dasarnya penetapan urusan wajib dan Standar minimal bidang kesehatan
mengacu pada kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan. Tujuan
strategis pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan yang erat kaitannya
dengan penetapan kewenangan wajib dan SPM bidang kesehatan, adalah :
2. Terbangunnya komitmen antara pemerintah, legislatif, masyarakat dan
stakeholder lainnya guna kesinambungan pembangunan kesehatan.
3. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk miskin,
kelompok rentan, dan daerah miskin.
4. Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program kesehatan.
Sesuai dengan Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, daerah Kabupaten dan Daerah Kota wajib menyelenggarakan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan
hubungan yang serasi antara Pemerintah dan Daerah, serta antar Daerah dalam rangka
menjaga keutuhan Negara Kesatuan RI.
Urusan Wajib ditetapkan untuk melindungi hak-hak konstitusional
perorangan/masyarakat, melindungi kepentingan nasional dalam rangka menjaga
keutuhan NKRI, kesejahteraan masyarakat, ketenteraman dan ketertiban umum juga
urusan wajib di bidang kesehatan dengan menyelenggarakan SPM Bidang Kesehatan.
SPM Bidang Kesehatan telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan Keputuan
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003.
1. SPM Bidang Kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian
integral dari Pembangunan Kesehatan yang berkesinambungan dalam
Program Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2005 – UU RI nomor
25 tahun 2000) dan menyeluruh, terarah dan terpadu sesuai Rencana
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
2. Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. SPM harus
mampu memberikan pelayanan kepada publik tanpa kecuali (tidak
hanya masyarakat miskin), dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu
pelayanan yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa mengorbankan
mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat(Positive Health
Externality).
4. Merupakan indikator kinerja bukan Standar teknis, dikelola dengan
manajerial professional sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumberdaya.
Dalam pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan untuk jangka waktu tertentu
ditetapkan target pelayanan yang akan dicapai ( minimum service target), yang
merupakan spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai
dengan tetap berpedoman pada Standar teknis yang ditetapkan guna
mencapai status kesehatan yang diharapkan. Dalam Urusan Wajib dan SPM, nilai
indikator yang dicantumkan merupakan nilai minimal nasional (Indikator
yang ada dalam Indonesia Sehat 2010).
2.5. Kondisi Pelayanan Rumah Sakit Saat ini
Pelayanan rumah sakit kita belakangan ini sering jadi sorotan masyarakat dan
media. Beberapa issu mulai dibicarakan, mulai dari pelayanan yang kurang ramah,
mutu yang tidak baik, dugaan malpraktek, perbandingan dengan rumah sakit di luar
negeri, dan sampai belakangan ini banyak dibicarakan tentang privatisasi rumah sakit
pemerintah.
Di pihak lain, ada juga yang mengatakan bahwa pelayanan di rumah sakit
hanyalah merupakan hilir dari masalah kesehatan, kita harus membenahi semua dari
hulunya pula. Apa pun komentar yang ada, yang jelas pelayanan di rumah sakit amat
diperlukan masyarakat dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari rangkaian
pelayanan kesehatan.
Dalam ilmu kesehatan memang upaya promotif (pendidikan kesehatan) dan
vital sifatnya, memang ''sedia payung sebelum hujan'' itu mutlak, tetapi upaya kuratif
(pengobatan orang sakit) di rumah sakit juga harus terlaksana baik. Masalahnya tentu
bagaimana semua pihak mau berupaya agar pelayanan di rumah-rumah sakit kita
akan makin baik dari masa ke masa.
Dewasa ini tingkat harapan pasien dan masyarakat pada pelayanan kesehatan
terasa meningkat. Memang pada dasarnya orang akan terus mengharapkan pelayanan
publik yang lebih baik, apalagi di bidang kesehatan yang menjadi sendi dasar penting
kehidupan. Bagaimana petugas kesehatan mengantisipasinya, memang masih ada
beberapa masalah disini.
Di satu pihak rasio petugas kesehatan dengan pasien di negara kita masih
kurang, dan dipihak lain ada juga berbagai masalah, salah satunya adalah karena
sebagian besar dokter spesialis di Indonesia bekerja di lebih dari satu tempat kerja.
Diharapkan dengan diberlakukannya UU Praktek Kedokteran yang baru maka akan
ada aturan lebih tegas bahwa seorang dokter hanya boleh praktek di tiga tempat saja.
Tetapi, kalau dilihat latar belakangnya, sebenarnya rasanya banyak sekali
dokter yang senang bekerja hanya di satu rumah sakit saja, tidak perlu
berpindah-pindah, apalagi di kota besar yang macet seperti Jakarta. Tetapi, kenyataan
menunjukkan bahwa kalau dia hanya bekerja di satu rumah sakit pemerintah saja
tanpa kerja di tempat lain maka penghasilannya tidaklah mencukupi.
Di pihak lain ada juga keluhan tentang perawat kita yang ''galak-galak'' dan
demikian tinggi membuat faktor keramahan jadi terbelakangkan. Kedua, mungkin
memang kurang dirasa bahwa komunikasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan. Ke tiga, mungkin juga para petugas kesehatan menghadapi
beban kehidupannya sehari-hari.
Karena itu, seyogyanya rumah sakit (apalagi yang pemerintah) , dapat
mencukupi kebutuhan para dokter dan petugas kesehatan lainnya sehingga mereka
dapat bekerja penuh, mengembangkan profesi secara optimal, tanpa harus
memikirkan kebutuhan sehari-hari yang telah terjamin. Kebutuhan ini tentu berupa
aspek finansial yang memadai yang ditambah dengan aspek pengembangan ilmu
(kesehatan, komunikasi, dan lain-lain) yang dilakukan secara berkala. Di pihak lain,
para petugas kesehatan memang dituntut untuk kembali merenungkan hakikat utama
pelayanan kesehatan. Salah satu lafal sumpah dokter, misalnya, mengatakan
''kesehatan penderita akan selalu saya utamakan!''
Sementara itu harus diingat bahwa kesehatan adalah hak dan kewajiban setiap
individu. Artinya, pemerintah wajib memberi pelayanan kesehatan esensial bagi
masyarakat dan masyarakat punya hak mendapat pelayanan kesehatan yang baik.
Tetapi, di pihak lain, masyarakat juga harus melakukan upaya pola atau gaya hidup
sehat setiap waktu demi kesehatannya sendiri. Tidak boleh masalah kesehatan hanya
diserahkan ke petugas kesehatan dan Departemen Kesehatan semata.
Kini banyak pula dibahas tentang perlu tidaknya privatisasi rumah sakit
bukan kebijakan tepat karena seyogyanya pemerintah bertanggung jawab
menyediakan pelayanan kesehatan esensial bagi masyarakat dan rumah sakit
pemerintah tidak dibuat sebagai badan untuk mencari untung. Di pihak lain, kalau
rumah sakit pemerintah diberi kebebasan untuk mengelola dananya sendiri dan
mengembangkan pelayanan secara tidak terlalu terikat aturan negara, asal akuntabel
tentu, maka diharapkan pelayanan pada masyarakat dapat berjalan lebih baik.
Karyawan rumah sakit pemerintah lebih terjamin kehidupannya, sistem reward and
punishment dapat dijalankan secara tegas, tidak tanggung seperti terhadap pegawai
negeri dan pelayanan pada orang miskin harus dijamin dapat dilaksanakan dengan
baik. Untuk itulah kini harus dicari bentuk instititusi yang tepat guna pengembangan
rumah sakit pemerintah di masa datang.
Rumah sakit-sebagai institusi kesehatan yang baik- harus bekerja dengan
prinsip umum good corporate governance . Sementara itu, dalam menjalankan tugas
kliniknya maka prinsip Clinical Governance harus dijunjung tinggi dan
dikembangkan dengan baik. Gabungan antara sehatnya organisasi rumah sakit yang
bekerja sesuai prinsip good corporate governance dengan pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kaidah Clinical Governance akan menjadikan rumah sakit kita
2.6. Manajemen Strategis
Olsen dan Eadie (1982:4) mendefinisikan manajemen strategis sebagai “upaya
yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk
dan memandu bagaimana menjadi organisasi (atau entintas lainnya), apa yang
dikerjakan organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas
lainnya) mengerjakan hal seperti itu”.
Sedangkan Bryson dan Einsweiler dalam Bryson (1995:4) berpendapat bahwa
“manajemen strategis adalah sekumpulan konsep, prosedur, dan alat, serta sebagian
karena sifat khas praktik perencanaan sektor publik ditingkat lokal”.
Dengan melihat beberapa pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa
manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai suatu seni menggunakan kecakapan
dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai suatu sasaran melalui
hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling
menguntungkan.
Pandangan akan pentingnya manajemen strstegis, pada awal mulanya
memang hanya berkembang di sektor privat. Hampir semua kegiatan manajemen
strategis diabad ini difokuskan pada organisasi privat (Bryson , 1995:5). Pemanfaatan
manajemen strategis ke dalam organisasi sektor publik sendiri baru dimulai pada
awal tahun 1980-an (Quinn, 1980;Brucker, 1980 dalam Bryson, 1995:7). Sementara
itu, Keban (1995:8) mengemukakan bahwa penerapan manajemen strategis sebagai
rangka memberikan pelayanan kepada publik yang lebih baik dimasa mendatang,
tradisi strategic planning bagai birokrasi akan sangat bermanfaat terutama dalam
memacu pola berfikir strategis mengenai apa misi utama birokrasi yang hendak
dicapai, tujuan jangka panjang dan pendeknya, rencana-rencana strategis, dan
rencana-rencana operasional, khususnya program-program dan proyeknya. Relevansi
manajemen strategis bagi birokrasi kiranya telah menemukan momentumnya saat ini
mengingat sifat interconnectedness di lingkungan birokrasi juga semakin mengemuka
dari waktu ke waktu.
Menurut Bryson (1995:66-68) terdapat tiga pendekatan dasar untuk mengenali
isu strategis, yaitu :
1. Pendekatan langsung (direct approach), meliputi jalan lurus dari ulasan terhadap
mandat, misi dan SWOTs hingga identifikasi isu-isu strategis. Pendekatan
langsung dapat bekerja di dunia yang pluralisti, partisan, terpolitisasi, dan relatif
terfragmentasi di sebagian besar organisasi publik, sepanjang ada koalisi
dominan yang cukup kuat dan cukup menarik untuk membuatnya bekerja.
2. Pendekatan tidak langsung (indirect approach), hampir sama dengan pendekatan
langsung dan biasanya dilakukan bersama dengan pendekatan langsung, hanya
tidak dibentuk tim khusus. Kedua pendekatan ini yang paling banyak digunakan
untuk organisasi pemerintah dan organisasi nirlaba.
3. Pendekatan sasaran (goals approach), lebih sejalan dengan teori pendekatan
dan tujuan bagi dirinya sendiri dan kemudian mengembangkan strategi untuk
mencapainya. Pendekatan ini dapat bekerja jika ada kesepakatan yang agak luas
dan mendalam tentang sasaran dan tujuan organisasi, serta jika sasaran dan
tujuan itu cukup terperinci dan spesifik untuk memandu pengembangan strategi.
4. Pendekatan visi keberhasilan (vision of success), di mana organisasi
mengembangkan suatu gambar yang terbaik atu ideal mengenai dirinya sendiri di
masa depan sebagai organisasi yang sangat berhasil memenuhi misinya.
Pendekatan ini lebih mungkin bekerja dalam organisasinirlaba ketimbang
organisasi sektor publik.
Berdasarkan uraian di atas pendekatan yang paling tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan langsung. Namun yang perlu diingat bahwa proses
manajemen strategis apapun akan bermanfaat hanya jika proses manajemen strategis
membantu berpikir dan bertindak secara strategis kepada orang-orang penting
pembuat keputusan.
Proses manajemen strategis menurut Bryson and Roring (1987:10) meliputi
delapan langkah, yaitu :
1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.
Tujuan langkah pertama adalah menegosiasikan kesepakatan dengan
orang-orang penting pembuat keputusan (decision makers) atau pembentuk opini
(opinion leaders) internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya
2. Mengidentifikasi mandat organisasi.
Mandat formal dan informal yang ditempatkan pada organisasi adalah
“keharusan” yang dihadapi organisasi.
3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi .
Misi organisasi yang berkaitan erat dengan mandatnya, menyediakan raison
de^etre-nya, pembenaran sosial bagi keberadaannya.
4. Menilai lingkungan eksternal : peluang dan ancaman.
Mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk mengidentifikasi peluang
dan ancaman yang dihadapi oleh organisasi.
5. Menilai lingkungan internal : Kekuatan dan kelemahan.
Untuk mengenali kekuasaan dan kelemahan internal, organisasi dapat
memantau sumber daya(inputs), strategi sekarang (process), dan
kinerja(outputs).
6. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi.
Isu strategis, meliputi konflik satu jenis atau lainnya. Konflik dapat menyangkut
tujuan (apa); cara (bagaimana); filsafat (mengapa); tempat (dimana); waktu
(kapan); dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak diuntungkan oleh
7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.
Strategi didefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan,
keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi,
apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus melakukan hal
tersebut.
8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan
Langkah terakhir dari proses manajemen strategis adalah mengembangkan
deskripsi mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil
mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya.
2.7. Analisis SWOT
Secara kualitatif alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT, yaitu
suatu analisis yang mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)
dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan tantangan (threats).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses). Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada di
Gambar 1. Analisis SWOT
Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan, organisasi memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus digunakan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang.
Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain
strategi organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah internal
organisasi.
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan.
Formulasi strategi disusun berdasarkan analisa yang diperoleh dari penerapan
model SWOT, tahapan kegiatannya adalah (Rangkuti, 2000:148-149).
1. Menentukan faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis eksternal.
2. Menyusun di dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10) kekuatan dan kelemahan
untuk faktor strategis internal serta peluang dan ancaman untuk faktor strategis
eksternal.
3. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
4. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (dibawah rata-rata),
berdasarkan pengaruh faktor terhadap organisasi. Nilai rating peluang dan
ancaman selalu bertolak belakang, kalau faktor peluangnya lebih besar diberi nilai
4 sedangkan apabila faktor ancamannya lebih besar diberi nilai –4. Begitu pula
pemberian nilai untuk kekuatan dan kelemahan.
5. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
6. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
7. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah
deskriftif dengan pendekatan kualitatif.
3.2. Informan
Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai
masalah penelitian yang sedang dibahas, maka dipergunakan teknik informan.. Atas
dasar pertimbangan tersebut maka ditentukanlah informan penelitian yaitu :
1. Direktur RSUP H. Adam Malik
2. Wakliil Direktur penunjang medis dan Penelitian
3. wakil Direktur Umum dan Keuangan
4. Kepala Sub bagian perlengkapan
5. Dokter/perawat
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang yang diambil dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder. Data primer diambil dengan mempergunakan pedoman wawancara
itu juga dikumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan diteliti.
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada RSUP H. Adam Malik Adapun pertimbangan
pemilihan lokasi penelitian ini adalah mengingat bahwa RSUP H. Adam Malik
merupakan salah satu Rumah Sakit yang sangat vital dan fungsional untuk wilayah
kota medan dan juga umumnya menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien-pasien dari
daerah di wilayah Sumatera Utara.
3.6. Metode Analisis Data
Menurut Nazir (1988:405), “Analisis data merupakan bagian yang amat
penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian”.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap data-data yang telah ada
dengan menggunakan analisis SWOT (strenghts, weaknesses, opportunities,
threats). Menurut Bryson (1995 :84) ada dua hal pokok yang harus diperhatikan,
yaitu :
Pertama, menilai lingkungan internal guna mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan organisasi, tiga kategori utama yang dapat membantu
(output) dan menilai lingkungan eksternal dengan tiga kategori
penting yang mungkin dipantau kekuatan dan kecenderungan klien,
pelanggan atau pembayar serta pesaing dan kolabolator yang aktual
dan potensial.
Kedua , melakukan analisis yang cermat dengan menggabungkan
faktor-faktor di atas untuk mengidentifikasi isu-isu strategis yang perlu
dikembangkan oleh organisasi. Selanjutnya akan ditemukan strategi
efektif yang dapat dikembangkan oleh organisasi dengan
membangun kekuatan dan mengambil keuntungan dari peluang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A
sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/IX/1991. Rumah Sakit Umum Pusat
H. Adam Malik juga sebagai Pusat rujukan untuk wilayah Pembangunan A yang
meliputi provinsi Sumatera Utara, nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan
Riau.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17
Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan rawat Inap baru
dimulai tanggal 2 Mei 1992. Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi Pusat
Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindah ke Rumah Sakit Umum Pusat
H. Adam Malik sebagai tanda dimulainya soft opening. Kemudian diresmikan oleh
Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 280/KMK.05?2007 dan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan dengan No. 756/Menkes?SK/VI/2007 tepatnya
pada Juni 2007 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik telah berubah status
menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap dengan tetap mengikuti
pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh Ditjen Yanmed dan Departemen Keuangan untuk
pemberdayaan dan kemandirian Instalasi dan SMF ( Satuan Medis Fungsional)
sehingga produktif dan efisien.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai salah satu unit organik
Departemen Kesehatan RI yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Medik wajib melaksanakan Sistem Laporan
Rumah Sakit.
Sistem Pelaporan Rumah Sakit sangat ditentukan oleh Sistem Pencatatan Data
yang dilakukan dimasing-masing unit kerja. Gambaran lengkap mengenai tingkat
pemanfaatn, mutu pelayanan dan efisiensi pelayanan rumah sakit dari tahun 2005 s/d
2007 .
Pada tahun 2007, RSUP. H. Adam Malik melaksanakan banyak kegiatan,
walaupun tidak dapat sepenuhnya terlaksana dengan baik, namun kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan walaupun
peningkatan kinerja belum begitu signifikan di beberapa unit.
Ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kinerja seperti IRJ, IGD, IBP,
Radiologi, IDT, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi. Sementara Pendapatan
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik meningkat 66,1 %. Indikator rawat inap
nilai BOR ( Bed occupancy Rate) Tahun 2007 82,5 % dengan 600 TT, LOS 10 hari,
BTO 30 kali dan TOI 2 hari. Nilai NDR 77,1 % dan GDR 117,6 % tiap tahun
semua belum memenuhi harapan sehingga kinerja Rumah Sakit Umum Pusat H.
Adam Malik harus terus ditingkatkan.
1. Visi, Misi, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Pusat
H. Adam Malik
Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Untuk “ Membuat Rakyat Sehat”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
telah menetapkan empat misi (Grand Strategy) pembangunan kesehatan yang
meliputi ;
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
3. Meningkatkan Surveilance, monitoring dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan
Merujuk pada Misi departemen kesehatan tersebut di atas, maka Visi Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah sebagai “ Menjadi pusat unggulan
pelayanan kesehatan dan pendidikan serta pusat rujukan kesehatan wilayah
Sumatera bagian Utara dan tengah pada Tahun 2010 yang bertumpu kepada
kemandirian”.
Dengan Misi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik :
1. memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau
2. menyelenggarakan pendidiknan dan latihan yang bermutu untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang professional di bidang
kesehatan
3. menyelenggrakan penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
4. menyelenggarakan pelayanan yang menunjang peningkatan mutu
pelayanan kesehatan
Kedudukan
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah unit organic Departemen kesehatan
RI, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan
Medik
Tugas Pokok
1. melaksnaakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksnakan secara
serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksnakan upaya rujukan
2. Bekerjasama dengan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan
lembaga lainnya dalam menyelenggarakan pendidikan Klinik calon dokter
Fungsi
1. Menyelenggrakan Pelaynan Medis
2. menyelenggrakan pelayanan penunjang Medis dan Non Medis
3. menyelenggrakan Pelayanan Asuhan Keperawatan
4. menyelenggarakan pelayanan Rujukan
5. Menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan
6. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan
7. Menyelenggarakan Administrasi Umum dan keuangan.
4.2. Strategi
Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu Strategos, atau strategus dengan
kata jamak strategi. Strategus berarti jenderal tetapi dalam Yunani Kuno sering berari
Perwira Negara denganfungsi yang luas. Pada abad ke-5 SM sudah dikenal adanya
Board of Ten Strategy di Athena, yan mewakili 10 suku di Yunani. Hingga abas ke-5,
kekuasaan politik terutama politik luar negeri dari kelompok strategi itu semakin
meluas.( Salusu,1998) Lama-kelamaan strategi memperoleh pengertian baru, dimana
strategi disebut sebagai pola tujuan atau sasaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
yaitu yang menegaskan bisnis apa yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti
dan macam apa atau akan seperti apa organisasi itu .
Menurut Thomson ( Salusu 1998:94) bahwa strategi adalah suatu pola dari
pengaitan sumber daya organisasi dengan peluang dan kendala lingkungan . Selain itu
strategi juga dapat disoroti sekurang-kurangnya dari dua perspektif yang berbeda,
yaitu:
1. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi didefenisikan
sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi
dan melaksanakan misi organisasi. Kara program mengacu pada peranan yang
aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manager dalam merumuskan
strategi organisasi.
2. Mengenai apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah organisasi,
maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi yang dilakukan
terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
Jadi, strategi organisasi itu merupakan suatu kebijakan dasar organisasi dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi. Peranan yang dimainkan oleh strategi tersebut
adalah sebagai penentu arah yang harus ditempuh oleh organisasi yang bersangkutan.
Suatu kebijakan dasar hanyalah mengatur hal-hal yang pokok saja dengan
menggunakan pendekatan yang holistik, integralistik dan komprehensif.
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit,
bertujuan untuk me-ningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan
medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan
manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan peren-canaan, pelaksanaan,
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
dan perkembangan informasi yang demikian cepat dan diikuti oleh tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik meng-haruskan sarana
pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan
perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut. Pengembangan yang
dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada.
Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan
masyarakat akan mencari sarana kesehatan alternatif. Untuk itu setiap rumah sakit
harus meningkatkan penampilannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat agar dapat terus berkembang.
Kenyataannya, rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa layanan kesehatan,
juga merupakan sebuah lembaga yang tidak lepas dari pengaruh atau tekanan
lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan organisasi rumah sakit menjadi
tergantung pada keadaan lingkungan organisasi tempat rumah sakit tersebut berada.
Ini menunjukkan bahwa dibutuhkan system manajemen rumah sakit yang
mempertimbangkan aspek strategis agar rumah sakit mampu beradaptasi atau
mengendalikan factor berpengaruh tersebut yang juga terus berubah, baik itu faktor
Pertanyaan pentingnya adalah bagaimana para manajer, karyawan-karyawan
rumah sakit ataupun pemilik rumah sakit dapat mengenali lingkungan rumah sakit
dan perubahannya, melakukan analisis dan mengelola lingkungan tersebut, dan
kemudian membuat dan menerapkan perencanaan strategis sebagai langkah terbaik
agar organisasi rumah sakit dapat survive bahkan bertumbuh.
4.2.1. SWOT
Salah satu langkah dalam manajemen strategis menurut Bryson adalah
identifikasi lingkungan eksternal dan internal organisasi (Bryson, 1995:28). Penilaian
lingkungan internal dan eksternal yang efektif akan menghasilkan informasi yang
sangat penting bagi kelangsungan dan kemajuan organisasi.
Faktor internal merupakan faktor yang dikontrol oleh organisasi sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang tidak dikontrol oleh organisasi. Faktor internal
meliputi kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses) dan faktor eksternal
meliputi peluang (oppotunities) dan ancaman (threats).Untuk mengenali kekuatan dan
kelemahan internal, organisasi dapat memantau sumber daya (resources), strategi
sekarang (present strategy/process), dan kinerja (performance) sedangkan untuk
mengenali peluang dan ancaman eksternal, organisasi dapat memantau forces/trends,
key resources controllers, dan competitor.
Dengan mengacu kepada pendapat di atas, RSUP Haji Adam Malik Medan
diketahui isu-isu strategis yang dihadapi RSUP Haji Adam Malik Medan dalam
upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan .
A. Kekuatan/ Stength
1. Kualitas pegawai yang cukup memadai
Ketergantungan organisasi akan sumber daya manusia yang berkualitas
semakin mengemuka, karena sumber daya manusia merupakan tenaga operasional
utama yang menentukan apakah organisasi tersebut dapat berjalan dan berkembang
dengan baik. Kondisi sumber daya manusia pada RSUP Haji Adam Malik Medan
secara kuantitatif dapat dikatakan cukup memadai, dimana saat ini RSUP Haji Adam
Malik Medan di dukung oleh ketenagaan sebanyak 2038 orang dengan berbagai latar
belakang pendidikan dan keahlian.
Tabel 1. Komposisi Sumber Daya dan Jabatan pada RSUP. H. Adam Malik
No Bidang dan Posisi Jumlah/Orang
1 Pejabat Struktural 38
2 Kepala Instansi 25
3 Kepala SMF 20
4 Medis 790
5 Paramedis Kesehatan 604
6 Paramedia Non Kesehatan 298
7 Non Medis 263
Total 2038
Sumber : Bank Data RSUP H. Adam Malik Tahun 2008
Dari komposisi tersebut di atas dapat ditarik sebuah simpulan bahwa RSUP
Haji Adam Malik Medan memiliki tenaga/sumber daya manusia yang memadai
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada para pengguna layanan