• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Susu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Konsumsi Susu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Regina Maharani Tambunan Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 7 September 1993 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl.Seksama Blok A No.18 Simpang Limun, Medan Nama Orang Tua : Mangasi Tambunan, S.H., M.H.

Dominika Marpaung

Riwayat Pendidikan : 1. TK Santo Antonius Medan (1997 – 1999) 2. SD Santo Antonius VI Medan (1999 – 2005) 3. SMP Santo Thomas I Medan (2005 – 2008) 4. SMA Santo Thomas I Medan (2008 – 2011) 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

(2)

LEMBAR PENJELASAN

Saudara Yth,

Nama saya, Regina Maharani Tambunan, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Konsumsi Susu dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan konsumsi susu dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013. Konsumsi susu dapat mempengaruhi kejadian akne vulgaris, berkontribusi terhadap pengaruh komposisi susu terhadap kelenjar sebasea, menyebabkan hipersekresi, dan selanjutnya berdampak besar terhadap kejadian akne vulgaris. Oleh karena itu, saya tertarik meneliti apakah konsumsi susu memiliki hubungan dengan kejadian akne vulgaris.

Manfaat penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan konsumsi susu terhadap kejadian akne vulgaris dan meningkatkan usaha pencegahan akne vulgaris.

Saya akan melakukan wawancara dengan bantuan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai faktor risiko akne vulgaris dan riwayat konsumsi susu. Partisipasi Saudara bersifat sukarela, tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Setiap data dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Saudara yang terpilih, responden dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan, turut serta dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner di bawah ini dengan jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan Saudara.

(3)

Nama : Regina Maharani Tambunan Alamat : Jl. Seksama Blok A No. 18, Medan No. HP : 081361931177

Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2014 Hormat saya,

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) /

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : tahun

Pekerjaan : Mahasiswa FK USU Angkatan Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan dari peneliti secara lengkap dan saya telah memahaminya, maka dengan ini saya secara sukarela, penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut, saya dapat mendapatkannya dari peneliti. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, 2014

Responden Penelitian

(5)

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KONSUMSI SUSU TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2011 – 2013

NAMA : ………

USIA : ………

ANGKATAN : ………

HP/ TELEPON : ………

PETUNJUK PENGISIAN:

• Mohon kuisioner ini diisi oleh Saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada.

• Berilah tanda benar(√) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai keadaan yang sebenarnya

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah saudara mendapat pengobatan akne vulgaris dalam 1 bulan ini?

2. Apakah saudara mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid, antiepilepsi, antidepresan, antituberkulosis, antineoplastik, antiviral, antipsikosis dalam 1 bulan ini?

3. Apakah saudara merokok?

4. Apakah saudara memakai minyak rambut?

5. Apakah durasi tidur saudara kurang dari tujuh jam? 6. Apakah saudara menderita diabetes mellitus?

7. Apakah orang tua saudara (khususnya Ibu) memiliki skar akne?

• Jika Saudara memberikan jawaban tidak pada pertanyaan nomor 1 – 7, Saudara dapat menjawab pertanyaan selanjutnya.

8. Apakah saudara menderita akne vulgaris? (Sejak umur: ……… tahun)

9. Apakah sejak kecil saudara sudah mengkonsumsi susu?

(Sejak umur: ……… tahun)

10.

Apakah saudara mengkonsumsi susu low fat ≥1 x/minggu?

Susu asam (frekuensi: ……… x/minggu) Susu skim (frekuensi: ……… x/minggu) Susu kedelai (frekuensi: ……… x/minggu)

(6)

Susu kental manis (frekuensi: ……… x/minggu) Flavoured (frekuensi: ……… x/minggu)

12. Apakah sejak kecil saudara sudah mengkonsumsi makanan yang mengandung susu?

(Sejak umur: ……… tahun)

13.

Apakah saudara mengkonsumsi makanan yang mengandung susu ≥1 x/minggu?

(7)

FOOD RECALL 24 JAM

Tulislah menu makanan yang Saudara konsumsi 1 HARI SEBELUM hari ini.

Waktu

Makan Menu Jenis Bahan Pangan Urt

Pagi

Selingan

Siang

(8)

Malam

(9)

DATA INDUK

No Usia Angkatan Status Susu Jenis Frekuensi Low Fat 1 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

2 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

3 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

4 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

5 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

6 22 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

7 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

8 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

9 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 10 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

11 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

12 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

13 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

14 21 2011 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

15 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

16 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi

17 21 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 18 19 2012 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

19 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

20 20 2012 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

21 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

22 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

23 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

24 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

25 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

(10)

28 22 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

29 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

30 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

31 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi

32 17 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

33 19 2013 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

34 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

35 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

36 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

37 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

38 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

39 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

40 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

41 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

42 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

43 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

44 17 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

45 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k1 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k2 21 2011 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

k3 20 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k4 20 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

k5 19 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k6 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

(11)

k8 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi

k9 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k10 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k11 20 2011 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

k12 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k13 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

k14 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k15 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k16 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

k17 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k18 19 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

k19 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k20 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k21 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k22 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi

k23 19 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi

k24 21 2012 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

k25 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi

k26 21 2012 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

k27 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

k28 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi

k29 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k30 19 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k31 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

(12)

k33 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k34 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k35 19 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi

k36 20 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

k37 19 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum

k38 19 2013 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum

k39 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

k40 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

k41 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k42 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum

k43 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi

k44 19 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi

(13)

HASIL PENGOLAHAN DATA

1. Analisis Deskriptif Data Kontinu

Statistics Usia

N Valid 90

Missing 0

Mean 19.68

Median 20.00

Mode 20

Minimum 17

Maximum 22

2. Analisis Frekuensi Angkatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2011 30 33.3 33.3 33.3

2012 30 33.3 33.3 66.7

2013 30 33.3 33.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 17 2 2.2 2.2 2.2

18 16 17.8 17.8 20.0

19 21 23.3 23.3 43.3

20 27 30.0 30.0 73.3

21 18 20.0 20.0 93.3

22 6 6.7 6.7 100.0

(14)

Konsumsi Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Low Fat 16 17.8 17.8 17.8

Full Cream 39 43.3 43.3 61.1

Low Fat dan Full Cream 24 26.7 26.7 87.8

Tidak Mengkonsumsi 11 12.2 12.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Konsumsi Susu Low Fat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Mengkonsumsi 50 55.6 55.6 55.6

Susu Asam 13 14.4 14.4 70.0

Susu Skim 9 10.0 10.0 80.0

Susu Kedelai 9 10.0 10.0 90.0

Susu Asam dan Susu

Kedelai 3 3.3 3.3 93.3

Susu Skim dan Susu

Kedelai 3 3.3 3.3 96.7

Ketiganya 3 3.3 3.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Konsumsi Susu Full Cream

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Mengkonsumsi 27 30.0 30.0 30.0

Susu Kental Manis 26 28.9 28.9 58.9

Flavoured 24 26.7 26.7 85.6

Susu Kental Manis dan

Flavoured 13 14.4 14.4 100.0

(15)

Frekuensi Konsumsi Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Selalu 47 52.2 52.2 52.2

Kadang-kadang 32 35.6 35.6 87.8

Tidak Pernah 11 12.2 12.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Frekuensi Konsumsi Susu Low Fat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Selalu 13 14.4 14.4 14.4

Kadang-kadang 27 30.0 30.0 44.4

Tidak Pernah 50 55.6 55.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Frekuensi Konsumsi Susu Full Cram

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Selalu 33 36.7 36.7 36.7

Kadang-kadang 30 33.3 33.3 70.0

Tidak Pernah 27 30.0 30.0 100.0

(16)

Konsumsi Produk Olahan Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Mengkonsumsi 20 22.2 22.2 22.2

Keju 8 8.9 8.9 31.1

Es Krim 2 2.2 2.2 33.3

Coklat 17 18.9 18.9 52.2

Keju dan Mentega 1 1.1 1.1 53.3

Keju dan Coklat 10 11.1 11.1 64.4

Es krim dan Coklat 11 12.2 12.2 76.7

Keju, Es Krim dan Coklat 11 12.2 12.2 88.9

Keju, Mentega, dan Coklat 8 8.9 8.9 97.8

Keju, Es krim, Mentega, dan

Coklat 2 2.2 2.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Frekuensi Konsumsi Produk Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Selalu 21 23.3 23.3 23.3

Kadang-kadang 49 54.4 54.4 77.8

Tidak Pernah 20 22.2 22.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Status Akne Vulgaris

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Menderita 45 50.0 50.0 50.0

Menderita 45 50.0 50.0 100.0

(17)

3. Analisis Inferensial

Crosstab Konsumsi Susu – Angkatan

Angkatan

Total 2011 2012 2013

Low Fat Count 3 8 5 16

% within Angkatan 10.0% 26.7% 16.7% 17.8%

Full Cream Count 13 12 14 39

% within Angkatan 43.3% 40.0% 46.7% 43.3%

Low Fat dan Full Cream Count 11 5 8 24

% within Angkatan 36.7% 16.7% 26.7% 26.7%

Tidak Mengkonsumsi Count 3 5 3 11

% within Angkatan 10.0% 16.7% 10.0% 12.2%

Total Count 30 30 30 90

% within Angkatan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Konsumsi Produk Susu - Angkatan

Angkatan

Total 2011 2012 2013

produksusu Mengkonsumsi Count 24 25 21 70

% within Angkatan 80.0% 83.3% 70.0% 77.8%

Tidak Mengkonsumsi Count 6 5 9 20

% within Angkatan 20.0% 16.7% 30.0% 22.2%

Total Count 30 30 30 90

(18)

Crosstab Konsumsi Susu – Usia

Usia

Total

17 18 19 20 21 22

Low Fat Count 0 3 6 5 2 0 16

% within Usia 0.0% 18.8% 28.6% 18.5% 11.1% 0.0% 17.8%

Full Cream Count 0 10 7 10 7 5 39

% within Usia 0.0% 62.5% 33.3% 37.0% 38.9% 83.3% 43.3%

Low Fat dan Full

Cream

Count 2 3 4 9 5 1 24

% within Usia 100.0% 18.8% 19.0% 33.3% 27.8% 16.7% 26.7%

Tidak Mengkonsumsi Count 0 0 4 3 4 0 11

% within Usia 0.0% 0.0% 19.0% 11.1% 22.2% 0.0% 12.2%

Total Count 2 16 21 27 18 6 90

% within Usia 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Konsumsi Produk Susu – Usia

Usia

Total

17 18 19 20 21 22

Mengkonsumsi Count 2 11 19 19 14 5 70

% within Usia 100.0% 68.8% 90.5% 70.4% 77.8% 83.3% 77.8%

Tidak

Mengkonsumsi

Count 0 5 2 8 4 1 20

% within Usia 0.0% 31.3% 9.5% 29.6% 22.2% 16.7% 22.2%

Total Count 2 16 21 27 18 6 90

(19)

Crosstab Akne Vulgaris-Konsumsi Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

Jenis

Susu

Yang

Dikon

sumsi

Low Fat Count 9 7 16

% within Status Akne Vulgaris 20.0% 15.6% 17.8%

Full Cream Count 23 16 39

% within Status Akne Vulgaris 51.1% 35.6% 43.3%

Low Fat dan Full Cream Count 7 17 24

% within Status Akne Vulgaris 15.6% 37.8% 26.7%

Tidak Mengkonsumsi Count 6 5 11

% within Status Akne Vulgaris 13.3% 11.1% 12.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne Vulgaris 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Akne Vulgaris – Produk Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

produksusu Mengkonsumsi Count 33 37 70

% within Status Akne

Vulgaris 73.3% 82.2% 77.8%

Tidak Mengkonsumsi Count 12 8 20

% within Status Akne

Vulgaris 26.7% 17.8% 22.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne

(20)

Crosstab Akne Vulgaris-Frekuensi Konsumsi Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

frekuensisusu Selalu Count 19 28 47

% within Status Akne

Vulgaris 42.2% 62.2% 52.2%

Kadang-kadang Count 20 12 32

% within Status Akne

Vulgaris 44.4% 26.7% 35.6%

Tidak Pernah Count 6 5 11

% within Status Akne

Vulgaris 13.3% 11.1% 12.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne

Vulgaris 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Akne Vulgaris-Frekuensi Konsumsi Produk Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

fkps Selalu Count 6 15 21

% within Status Akne

Vulgaris 13.3% 33.3% 23.3%

Kadang-kadang Count 27 22 49

% within Status Akne

Vulgaris 60.0% 48.9% 54.4%

Tidak Pernah Count 12 8 20

% within Status Akne

Vulgaris 26.7% 17.8% 22.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne

(21)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Konsumsi Susu * Status

Akne Vulgaris 90 100.0% 0 0.0% 90 100.0%

Konsumsi Susu * Status Akne Vulgaris Crosstabulation

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

Konsumsi

Susu

Tidak mengkonsumsi Count 6 5 11

% within Status Akne

Vulgaris 13.3% 11.1% 12.2%

Mengkonsumsi Count 39 40 79

% within Status Akne

Vulgaris 86.7% 88.9% 87.8%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne

Vulgaris 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .104a 1 .748

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .104 1 .747

Fisher's Exact Test 1.000 .500

Linear-by-Linear Association .102 1 .749

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Adebamowo, C.A., et al., 2008. Milk Consumption and Acne in Teenaged Boys. Journal of American Academy of Dermatology, 58 (5): 787 – 793.

Adityan, B. dan Thappa, D.M., 2009. Profile of Acne Vulgaris–A Hospital-Based Study from South India. Indian J Dermatol Venereol Leprol, 75: 272 – 278. Adityan, B., Kumari, R., dan Thappa, D.M., 2009. Scoring Systems in Acne

Vulgaris. Indian J Dermatol Venerol Leprol, 75 (3): 323 – 326.

Al-Hoqail, I.A., 2003. Knowledge, Beliefs and Perceptions of Youth Toward Acne Vulgaris. Saudi Med J, 24: 765 – 768.

Anggraini, Y.D., 2012. Konsumsi Susu dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Balita di Wilayah Kelurahan Pekayon Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012, Universitas Indonesia.

Ascenso, A. dan Marques, H.C., 2009. Acne in The Adult. Mini-Reviews in Medicinal Chemistry, 9 (1): 1 – 10.

Astuti, D.W., 2011. Hubungan Antara Menstruasi dengan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Remaja Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Ayer, J. dan Burrows, N., 2006. Acne: More Than Skin Deep. Postgrad Med J, 82: 500 – 506.

Bancin, B.E.P., 2010. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2007, Universitas Sumatera Utara.

(23)

Chan, J.J. dan Rohr, J.B., 2000. Acne Vulgaris: Yesterday, Today, and Tomorrow. Australas J Dermatol, 41: 69 – 72.

Collier, A.P., Freeman, S.R., dan Dellavalle, R.P., 2008. Acne Vulgaris. Dalam: Williams, H.C., et al., eds. Evidence-Based Dermatology. 2nd ed. UK: Blackwell Publishing, 83 – 105.

Cordain, L., 2005. Implications for The Role of Diet in Acne. Semin Cutan Med Surg, 24: 84 – 91.

Cunliffe, W.J., 1980. Acne Vulgaris: Pathogenesis and Treatment. British Medical Journal, 1394 – 1396.

Danby, F.W., 2005. Acne and Milk, The Diet Myth, and Beyond. J Am Acad Dermatol, 52: 360 – 362.

Danby, F.W., 2011. Acne: Diet and Acnegenesis. Indian Dermatol Online, 2 (1): 2 – 5.

Dawson, A.L. dan Dellavalle, R.P., 2013. Acne Vulgaris. BMJ, 1 – 7.

Donnet-Hughes, A., Duc, N., Serrant, P., Vidal, K., dan Schiffrin, E.J., 2000. Bioactive Molecules in Milk and Their Role in Health and Disease: The role of Transformation Growth Factor-Beta. Immunol Cell Biol, 78: 74 79. Ebling, F.J. dan Rook, A., 1972. The Sebaceous Gland. Dalam: Rook, A.,

Wilkinson, D.S., dan Ebling, F.J.G., eds. Textbook of Dermatology. Australia: Blackwell Scientific Publications, 2 (2): 1526 – 1558.

Efendi, Z., 2003. Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Akne Vulgaris, Universitas Sumatera Utara.

(24)

Fulton, J. dan Harper, J.C., 2013. Acne Vulgaris. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-followup#showall. [Diakses 17 April 2014].

Graham-Brown, R. dan Burns, T., 2005. Lecture Notes on Dermatology. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.

Gurriannisha, R., 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA

Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010, Universitas Sumatera Utara.

Halvorsen, J.A., Dalgard, F., Thoresen, M., Bjertness, E., dan Lien, L., 2009. Is The Association Between Acne and Mental Distress Influenced by Diet? Results from A Cross-Sectional Population Study Among 3775 Late Adolescents in Oslo, Norway. BMC Public Health, 9 (340): 1 – 8.

Harahap, M., 2013. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Hardinsyah, Damayanthi, E., dan Zulianti, W., 2008. Hubungan Konsumsi Susu dan Kalsium dengan Densitas Tulang dan Tinggi Badan Remaja. Jurnal Gizi dan Pangan, 3 (1): 43 – 48.

Hartmann, S., Lacorn, M., dan Steinhart, H., Natural Occurance of Steroid Hormones in Food. Food Chem, 62: 7 – 20.

Hoyt, G., Hickey, M.S., dan Cordain, L., 2005. Dissociation of The Glycemic and Insulinemic Responses to Whole and Skimmed Milk. Br J Nutr, 93: 175 177.

Indrawan, N., 2013. Hubungan Asupan Lemak Jenuh dengan Kejadian Akne Vulgaris, Universitas Diponegoro.

(25)

Kabau, S., 2012. Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian Akne Vulgaris, Universitas Diponegoro.

Kairavee, D. dan Vivek, C., 2010. Factors Aggravating Or Precipitating Acne. National Journal of Community Medicine, 1 (1): 44 46.

Lawrence, A.S., 2012. Milk and Milk Products. Dalam: Mann, J., Truswell, A.S., eds. Essentials of Human Nutrition. 4th ed. New York: Oxford University Press, 420 – 423.

Lubis, R.D., 2008. Perbedaan Siringoma, Milium, Akne Vulgaris, Universitas Sumatera Utara.

Madiyono, B., Moeslichan, S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., dan Purwanto, S.H., 2011. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., eds. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 348 – 382.

Magin, P.J., Adams, J., Heading, G.S., Pond, C.D., 2009. Patients with Skin Disease and Their Relationships with Their Doctors: A Qualitative Study of Patients with Acne, Psoriasis, and Eczema. MJA, 190 (2): 62 – 64.

Margaretha, C., 2013. Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu (Dairy Products) dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010, Universitas Sumatera Utara.

McCalmont, T.H., 2011. Penyakit Kulit. Dalam: McPhee, S.J. dan Ganong, W.F., eds. Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC, 205 – 234.

(26)

Melnik, B.C., 2009. Evidence for Acne-Promoting Effects of Milk and Other Insulinotropic Dairy Products. Diunduh dari: http://www.researchgate.net/publication/49850224_Evidence_for_acne-promoting_effects_of_milk_and_other_insulinotropic_dairy_products. [Diakses 26 Oktober 2014].

Melnik, B.C., 2012. Dietary Intervention in Acne. Dermato-Endocrinology, 4 (1): 20 – 32.

Mitchell, R.N., et al., 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC.

Mohan, 2007. Acne Vulgaris: Clinical Features and Pathogenesis. Diunduh dari: http://www.shvoong.com/medicine-and-health/dermatology/1721418-acne-vulgaris-clinical-features-pathogenesis/. [Diakses 11 April 2014].

Munawar, S., et al., 2009. Precipitating Factors of Acne Vulgaris in Females. Ann Pak Inst Med Sci, 5 (2): 104 – 107.

Oski, F.A., 2013. Don’t Drink Your Milk. Jakarta: Noura Books.

Pampaniya, P.V. dan Pandya, D.H., 2013. Effect of Shalmalyadilepa and Guduchyadivati in The Management of Yauvanapidika (Acne). Ayu, 34 (2): 174 – 179.

Pappas, A., 2009. The Relationship of Diet and Acne. Dermato-Endocrinology, 1 (5): 262 – 267.

Pontes, T.C., Trindade, A.S.P., Filho, G.M.C.F., Filho, J.F.S., 2013. Incidence of Acne Vulgaris in Young Adult Users of Protein-Calorie Supplements in The City of João Pessoa – PB. An Bras Dermatol, 88 (6): 907 912.

(27)

Purnamasari, D., Indarastiti, R., dan Ratnaningrum, K., 2012. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi SMA Negri 14 Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Putra, S.R., 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika.

Rathi, S.K., 2011. Acne Vulgaris Treatment: The Current Scenario. Indian J Dermatol, 56 (1): 7 – 13.

Ravi, T., 2011. Kualitas Hidup pada Pasien Akne Vulgaris, Universitas Sumatera Utara.

Ray, C., Trivedi, P., dan Sharma, V., 2013. Acne and Its Treatment Lines. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biosciences, 3 (1): 1 – 16.

Rezaković, S., Mokos, Z.B., dan Basta-Juzbašić, A., 2012. Acne and Diet: Facts and Controversies. Acta Dermatovenerol Croat, 20 (3): 170 – 174.

Rigopoulos, D., et al., 2007. Coping With Acne: Beliefs And Perceptions in A Sample of Secondary School Greek Pupils. J Eur Acad Dermatol Venereol, 21: 806 – 810.

Rivera, R. dan Guerra, A., 2009. Management of Acne in Women Over 25 Years of Age. Actas Dermosifiliogr, 100: 33 – 37.

Rizki, L., 2012. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Khasiat Susu Bagi Kesehatan, Universitas Sumatera Utara.

Selak, S., 2013. The Role of P.acnes in The Pathogenesis of Acne Vulgaris,

Origimm Biotechnology. Diunduh dari:

(28)

Simangunsong, O.K.N.Y., 2012. Gambaran Karakteristik Siswa SD dan Kebiasaan Minum Susu di SD Budi Murni 1 Medan Tahun 2012, Universitas Sumatera Utara.

Siregar, R.S., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Smith, R.N., et al., 2007. A-Low-Glycemic-Load Diet Improves Symptoms in Acne Vulgaris Patients: A Randomized Controlled Trial. Am J Clin Nutr, 86: 107 – 115.

Strasburger, V.C., et al., 2006. Adolescent Medicine: A Handbook for Primary Care. U.S.: Lippincott Williams & Wilkins.

Sutanto, R.S., 2013. Derajat Penyakit Akne Vulgaris Berhubungan Positif dengan Kadar MDA, Universitas Udayana.

Tahir, M., 2010. Pathogenesis of Acne Vulgaris: Simplified. Journal of Pakistan Association of Dermatologists, 20: 93 – 97.

Tambunan, C.N., 2012. Hubungan Pengetahuan Tentang Osteoporosis dengan Konsumsi Susu Pada Wanita Premenopause di Lingkungan I Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2012, Universitas Sumatera Utara.

Treloar, V., 2012. Acne and Diet. Dalam: Kohlstadt, I., ed. Advancing Medicine with Food and Nutrients. 2nd ed. U.S.: CRC Press, 417 – 434.

Veith, W.B. dan Silverberg, N.B., 2011. The Association of Acne Vulgaris With Diet. Cutis, 88: 84 – 91.

(29)

Wijayanti, S., 2009. Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi Segar dari Koperasi Unit Desa di Kabupaten Boyolali, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Williams, H.C., Dellavalle, R.P., dan Garner, S., 2012. Acne Vulgaris. Lancet, 379: 361 – 372.

Wiseman, G., 2002. Nutrition and Health. London: Taylor&Francis.

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

[image:30.595.140.504.301.369.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen Populasi Konsumsi (+)

Akne vulgaris Konsumsi (-)

Sampel Konsumsi (+)

Non akne vulgaris Konsumsi (-)

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Variabel independen pada penelitian ini adalah kebiasaan mengonsumsi susu pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013 dan variabel independen pada

Konsumsi Susu Kejadian Akne

[image:30.595.129.489.377.678.2]
(31)

penelitian ini adalah kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013.

3.2. Definisi Operasional

1. Akne vulgaris adalah kondisi subjek penelitian yang mengalami peradangan menahun folikel pilosebasea yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papula, pustula, nodul, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. Dalam hal ini perbedaan derajat keparahan akne vulgaris yang diderita sampel tidak diperhitungkan, hanya dibedakan berdasarkan ada tidaknya akne vulgaris.

Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : - Menderita: ditemukan akne vulgaris (derajat ringan – berat) pada saat wawancara - Tidak menderita: tidak ditemukan akne

vulgaris (tidak termasuk derajat ringan, sedang, dan berat) pada saat wawancara Skala Pengukuran : Nominal

2. Susu adalah cairan bergizi yang diolah menjadi berbagai produk dan dikelompokkan menjadi low fat (susu asam, susu skim, dan susu kedelai) dan full cream (susu kental manis, dan flavoured atau susu dengan tambahan rasa coklat, strawberry, pisang, dll) guna dikonsumsi oleh manusia.

Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

(32)

3. Frekuensi konsumsi susu dalam penelitian ini terbagi menjadi: Selalu : ≥ 7 kali/ minggu

Kadang-kadang : 1 – 6 kali/ minggu Tidak Pernah : < 1 kali/ minggu Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Selalu, kadang-kadang, tidak pernah Skala Pengukuran : Ordinal

4. Takaran konsumsi susu dalam penelitian ini terbagi menjadi: a. 1 gelas per hari

b. ≥ 2 gelas per hari

5. Produk olahan susu adalah makanan yang mengandung susu sebagai salah satu bahan utamanya dan sekarang telah banyak dikonsumsi dalam bentuk:

a. Keju :35 gr keju (3 slices) = 1 gelas susu (200 cc) b. Es krim :160 gr es krim (1 scoop) = 1 gelas susu (200 cc) c. Coklat :200 gr coklat = ½ gelas susu (100 cc)

d. Mentega :3 sdt (15 gr) = 1 gelas susu (200 cc) Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Mengkonsumsi, tidak mengkonsumsi Skala Pengukuran : Nominal

6. Frekuensi konsumsi produk olahan susu dalam penelitian ini terbagi menjadi:

Selalu : ≥ 7 kali/minggu Kadang-kadang : 1 – 6 kali/minggu Tidak Pernah : < 1 kali/minggu Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

(33)

3.3. Hipotesis

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah studi analitik. Pendekatan dilakukan dengan metode case-control (kasus kontrol).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. Lokasi penelitian adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Tempat ini memiliki populasi yang cukup besar, selain itu, mahasiswa kedokteran dinilai dapat mengenali akne vulgaris dengan baik sehingga diasumsikan dapat menjawab pertanyaan dalam kuesioner dengan baik.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Mahasiswa FK USU yang menderita akne vulgaris dan tidak menderita akne vulgaris.

4.3.2. Populasi Terjangkau

(35)

4.3.3. Sampel Penelitian

Mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013, yang menderita akne vulgaris dan tidak menderita akne vulgaris, dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

A. Kriteria Inklusi untuk Kasus a. Mahasiswa pria.

b. Menderita akne vulgaris (semua derajat/grade). c. Usia 17 – 25 tahun.

d. Bersedia untuk ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent.

B. Kriteria Eksklusi untuk Kasus a. Perokok.

b. Memakai minyak rambut.

c. Jam tidur per hari kurang dari 7 jam.

d. Mahasiswa yang mengkonsumsi makanan berlemak (selain susu dan produknya) setiap hari.

e. Mahasiswa yang menderita penyakit hati. f. Mahasiswa yang menderita diabetes mellitus.

g. Memiliki riwayat akne vulgaris derajat berat (dinilai dari adanya skar) dalam keluarga.

h. Mendapat pengobatan berupa antibiotika topikal ataupun antibiotika oral dalam waktu 2 bulan sebelum dilakukan penelitian.

i. Mendapat pengobatan untuk akne vulgaris berupa isotretionin oral maupun pengobatan hormonal dalam waktu 1 bulan, sebelum dilakukan penelitian.

(36)

(difenilhidantoin, fenobarbital, dan trimetandion), antidepresan, INH, antineoplastik, antiviral, tetrasiklin, vitamin B12, antipsikosis, dan yodida dalam waktu 1 bulan sebelum mengikuti penelitian.

C. Kriteria Inklusi untuk Kontrol a. Mahasiswa pria

b. Tidak menderita akne vulgaris. c. Usia 17 – 25 tahun.

d. Bersedia untuk ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent.

D. Kriteria Eksklusi untuk Kontrol a. Perokok.

b. Memakai minyak rambut.

c. Jam tidur per hari kurang dari 7 jam.

d. Mahasiswa yang mengkonsumsi makanan berlemak (selain susu dan produknya) setiap hari.

e. Mahasiswa yang menderita penyakit hati. f. Mahasiswa yang menderita diabetes mellitus.

g. Memiliki riwayat akne vulgaris derajat berat (dinilai dari adanya skar) dalam keluarga.

h. Mendapat pengobatan berupa antibiotika topikal ataupun antibiotika oral dalam waktu 2 bulan sebelum dilakukan penelitian.

i. Mendapat pengobatan untuk akne vulgaris berupa isotretionin oral maupun pengobatan hormonal dalam waktu 1 bulan, sebelum dilakukan penelitian.

(37)

E. Besar Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Madiyono, Moeslichan, Sastroasmoro, Budiman, dan Purwanto, 2011):

n1= n2= ( √ √

)

n1= n2= √ √

n1= n2= 38,49 ≈ 45

n1 = jumlah pasien akne vulgaris n2 = jumlah pasien kontrol

zα = deviat baku alfa, CI= 95%, kesalahan tipe 1 = 5% = 1,960

zβ = deviat baku beta , kesalahan tipe 2= 20 % = 0,842 P1 = proporsi standar dari pustaka

P2 = proporsi pada kelompok yang merupakan judgement dari peneliti P = proporsi total =

Q = 1-P

Sampel untuk setiap kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol masing-masing adalah 45, sehingga jumlah sampel adalah 90. Sampel tersebut kemudian didistribusikan sesuai angkatan sebagai berikut:

(38)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu consecutive sampling. Pada penelitian ini, semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

4.4.1. Data Primer

[image:38.595.130.517.463.755.2]

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang telah disusun dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sehingga alat ukur menjadi valid. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil dari jawaban kuesioner diolah dengan menggunakan program SPSS dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data hasil uji validitas dan reliabilitas

Nomor Pertanyaan

Total

Pearson Correlation Status Alpha Status

1 0,620 Valid 0,866 Reliabel

2 0,706 Valid Reliabel

3 0,591 Valid Reliabel

4 0,594 Valid Reliabel

5 0,588 Valid Reliabel

6 0,706 Valid Reliabel

7 0,633 Valid Reliabel

8 0,810 Valid Reliabel

9 0,591 Valid Reliabel

10 0,613 Valid Reliabel

11 0,633 Valid Reliabel

(39)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak perguruan tinggi yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan di tempat tersebut.

[image:39.595.118.519.309.396.2]

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.2. Gambaran metode analisis penelitian dengan chi square Akne vulgaris (+) Akne vulgaris (-) Jumlah

Konsumsi (+) A B A+B

Konsumsi (-) C D C+D

Jumlah A+C B+D A+B+C+D

Analisis statistik diolah dengan menggunakan software SPSS. Analisis data antara variabel konsumsi susu dan akne vulgaris dilakukan uji hipotesis dengan analisis bivariat chi square berupa table 2x2 untuk melihat besar hubungannya.

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur No.5 Medan, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:

a. Batas utara : Jalan Dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki beberapa ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola. Pada tahun 2014, terdapat 4 angkatan yang sedang mengikuti pendidikan yang meliputi angkatan 2011, 2012, 2013, dan 2014.

5.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

(41)

5.2.1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Angkatan

[image:41.595.110.512.237.344.2]

Pada penelitian ini, sampel didistribusikan sesuai angkatan. Dari 90 orang mahasiswa, terdapat 30 orang (33.3%) mahasiswa angkatan 2011, 30 orang (33.3%) mahasiswa angkatan 2012, 30 orang (33.3%) mahasiswa angkatan 2013.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Angkatan

Angkatan Frekuensi Persentase (%)

2011 30 33.3

2012 30 33.3

2013 30 33.3

Total 90 100.0

5.2.2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Responden yang dimasukkan sebagai sampel pada penelitian ini memiliki latar belakang usia yang cukup bervariasi.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

17 2 2.2

18 16 17.8

19 21 23.3

20 27 30.0

21 18 20.0

22 6 6.7

Total 90 100.0

[image:41.595.115.512.467.635.2]
(42)

Rata-rata usia sampel adalah 19,68 dengan median 20 tahun. Usia termuda adalah 17 tahun, sedangkan usia tertua adalah 22 tahun dan usia yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah 20 tahun.

5.2.3. Karakteristik Sampel Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu Sampel yang mengkonsumsi susu ditemukan lebih banyak daripada sampel yang tidak mengkonsumsi susu pada penelitian ini.

[image:42.595.111.512.317.469.2]

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu

Konsumsi Susu Frekuensi Persentase (%)

Tidak mengkonsumsi 11 12.2

Mengkonsumsi 79 87.8

Low Fat 16 17.8

Full Cream 39 43.3

Low Fat dan Full Cream 24 26.7

Total 90 100.0

Dari 90 orang sampel, terdapat 11 orang (12,2%) mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu, 16 orang (17,8%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu low fat, 39 orang (43,3%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu full cream, serta 24 orang (26,7%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu low fat dan full cream. Pada penelitian ini mahasiswa yang mengkonsumsi susu full cream adalah kelompok yang terbanyak ditemukan.

(43)
[image:43.595.110.512.254.659.2]

mengkonsumsi susu asam dan susu kedelai, 3 orang (3,3%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu skim dan susu kedelai, dan 3 orang (3,3%) mahasiswa yang mengkonsumsi ketiga jenis susu low fat tersebut. Tidak ada mahasiswa yang mengkonsumsi susu asam dan susu skim.

Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Susu yang Dikonsumsi

Jenis Susu Frekuensi Persentase (%)

1. Low Fat

Tidak Mengkonsumsi 50 55.6

Mengkonsumsi 40 44.4

Susu Asam 13 14.4

Susu Skim 9 10.0

Susu Kedelai 9 10.0

Susu Asam dan Susu Skim - -

Susu Asam dan Susu Kedelai 3 3.3

Susu Skim dan Susu Kedelai 3 3.3

Ketiganya 3 3.3

Total 90 100.0

2. Full Cream

Tidak Mengkonsumsi 26 28.9

Mengkonsumsi 64 71.1

Susu Kental Manis 27 30

Flavored 24 26.7

Keduanya 13 14.4

Total 90 100.0

(44)

yang mengkonsumsi susu kental manis, 24 orang (26,7%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu flavored dan 13 orang (14,4%) mahasiswa yang mengkonsumsi kedua jenis susu full cream tersebut.

5.2.4. Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu

[image:44.595.119.516.362.466.2]

Pada penelitian ini juga terdapat frekuensi mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013. Frekuensi konsumsi susu terbanyak dalam 1 minggu pada sampel penelitian ini adalah 22 kali dalam seminggu, dan yang paling sedikit adalah 0 atau tidak pernah mengkonsumsi susu.

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu

Frekuensi Konsumsi Susu Frekuensi Persentase (%)

Selalu (≥7 kali/minggu) 47 52.2

Kadang-kadang (1 – 6 kali/minggu) 32 35.6 Tidak Pernah (<1kali/minggu) 11 12.2

Total 90 100.0

Mahasiswa yang “selalu” mengkonsumsi susu merupakan kelompok sampel yang ditemukan paling banyak yaitu 47 orang (52,2%) mahasiswa. Sebagian lagi

adalah mahasiswa yang “kadang-kadang” mengkonsumsi susu yaitu 32 orang

(35,6%) mahasiswa dan “tidak pernah” mengkonsumsi sebanyak 11 orang

(12,2%) mahasiswa.

Rata-rata frekuensi konsumsi susu low fat adalah “tidak pernah” yaitu 50 orang (55,6%) mahasiswa. Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sampel yang

“selalu” mengkonsumsi susu low fat sebanyak 13 orang (14,4%) mahasiswa dan

sampel yang “kadang-kadang” mengkonsumsi sebanyak 27 orang (30%) mahasiswa.

(45)

(33,3%) mahasiswa dan sampel yang “tidak pernah” mengkonsumsi sebanyak 27

[image:45.595.112.512.216.450.2]

orang (30%) mahasiswa.

Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu dengan Jenis Susu Dibedakan

Frekuensi Konsumsi Susu Frekuensi Persentase (%) 1. Susu Low Fat

Selalu 13 14.4

Kadang-kadang 27 30.0

Tidak Pernah 50 55.6

Total 90 100.0

2. Susu Full Cream

Selalu 33 36,7

Kadang-kadang 30 33.3

Tidak Pernah 27 30.0

Total 90 100.0

(46)
[image:46.595.119.510.214.488.2]

mahasiswa yang tidak mengkonsumsi produk olahan susu ditemukan sebanyak 20 orang (22,2%) mahasiswa.

Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Produk Olahan Susu

Produk Olahan Susu Frekuensi Persentase (%)

Tidak Mengkonsumsi 20 22.2

Mengkonsumsi 70 77.8

Keju 8 8.9

Es Krim 2 2.2

Coklat 17 18.9

Keju dan Mentega 1 1.1

Keju dan Coklat 10 11.1

Es krim dan Coklat 11 12.2

Keju, Es Krim dan Coklat 11 12.2

Keju, Mentega, dan Coklat 8 8.9

Keju, Es krim, Mentega, dan Coklat 2 2.2

Total 90 100.0

5.2.6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Produk Olahan Susu

Rata-rata frekuensi konsumsi produk olahan susu pada sampel penelitian adalah 4 kali dalam seminggu. Frekuensi konsumsi terendah adalah 0 atau tidak mengkonsumsi, sedangkan frekuensi konsumsi tertinggi adalah 21 kali dalam

seminggu. Pada penelitian ini, mahasiswa yang “kadang-kadang” mengkonsumsi produk olahan susu sebanyak 49 orang (54,4%) mahasiswa ditemukan lebih

banyak daripada mahasiswa yang “selalu” mengkonsumsi yaitu 21 orang (23,3%)

(47)
[image:47.595.113.512.154.262.2]

Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Produk Olahan Susu

Frekuensi Konsumsi Frekuensi Persentase (%)

Selalu (≥7 kali/minggu) 21 23.3

Kadang-kadang (1 – 6 kali/minggu) 49 54.4 Tidak Pernah (<1kali/minggu) 20 22.2

Total 90 100.0

5.2.8. Karakteristik Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris

Distribusi sampel berdasarkan kejadian akne vulgaris dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.9. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris Kejadian Akne Vulgaris Frekuensi Persentase (%)

Tidak Menderita 45 50.0

Menderita 45 50.0

Total 90 100.0

Dari tabel 5.9. diketahui bahwa dari seluruh sampel terdapat 45 orang (50%) mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris, sedangkan sebagian lagi 45 orang (50%) mahasiswa menderita akne vulgaris. Pada penelitian ini, mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris dikelompokkan menjadi kelompok kontrol dan mahasiswa yang menderita akne vulgaris dikelompokkan menjadi kelompok kasus.

5.3. Hasil Analisis Data

[image:47.595.112.513.365.448.2]
(48)

5.3.1. Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

Dari 90 orang sampel, terdapat 11 orang (12,2%) mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu dan 79 orang (87,8%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu, Mahasiswa yang mengkonsumsi susu low fat terbanyak adalah mahasiswa FK USU angkatan 2012, yaitu 8 orang (26,7%) mahasiswa. Mahasiswa yang mengkonsumsi susu full cream paling banyak adalah mahasiswa FK USU angkatan 2013, yaitu 14 orang (46,7%) mahasiswa. Mahasiswa FK USU angkatan 2011 adalah kelompok yang mengkonsumsi susu low fat dan full cream terbanyak yaitu 11 orang (36,7%) mahasiswa.

[image:48.595.106.518.442.743.2]

Sedangkan untuk mahasiswa yang mengkonsumsi produk olahan susu terbanyak adalah mahasiswa FK USU angkatan 2012, yaitu 25 orang (83,3%) mahasiswa dan terdapat 5 orang (16,7%) mahasiswa yang tidak mengkonsumsi.

Tabel 5.10. Distribusi Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Berdasarkan Angkatan

Konsumsi

Angkatan

Total

2011 2012 2013

N % n % n % n %

1.Susu

Tidak Mengkonsumsi 3 10.0 5 16.7 3 10.0 11 12.2 Mengkonsumsi 27 90.0 25 83.3 27 90.0 79 87.8

Low Fat 3 10.0 8 26.7 5 16.7 16 17.8 Full Cream 13 43.3 12 40.0 14 46.7 39 43.3 Keduanya 11 36.7 5 16.7 8 26.7 24 26.7 Total 30 100.0 30 100.0 30 100.0 90 100.0 2.Produk Olahan Susu

(49)
[image:49.595.76.574.135.477.2]

Tabel 5.11. Distribusi Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk olahan susu Berdasarkan Usia

Konsumsi

Usia

Total

17 18 19 20 21 22

n % N % n % n % n % n % n %

1.Susu Tidak

Mengkonsumsi 0 0.0 0 0.0 4 19.0 3 11.1 4 22.2 0 0.0 11 12.2 Mengkonsumsi 2 100.0 16 100.0 17 81.0 24 88.9 14 77.8 6 100.0 79 87.8 Low Fat 0 0.0 3 18.8 6 28.6 5 18.5 2 11.1 0 0.0 16 17.8 Full Cream 0 0.0 10 62.5 7 33.3 10 37.0 7 38.9 5 83.3 39 43.3 Keduanya 2 100.0 3 18.8 4 19.0 9 33.3 5 27.8 1 16.7 24 26.7 Total 2 100.0 16 100.0 21 100.0 27 100.0 18 100.0 6 100.0 90 100.0 2. Produk Olahan Susu

Mengkonsumsi 2 100.0 11 68.8 19 90.5 29 70.4 14 77.8 5 83.3 70 77.8 Tidak

Mengkonsumsi 0 0.0 5 31.3 2 9.5 8 29.6 4 22.2 1 16.7 20 22.2 Total 2 100.0 16 100.0 21 100.0 27 100.0 18 100.0 6 100.0 90 100.0

Dari tabel 5.11 dapat ditarik kesimpulan bahwa susu full cream merupakan susu yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel pada penelitian ini, yaitu sekitar 39 orang (43,3%). Dari 39 orang tersebut, tidak ada kelompok sampel berusia 17 tahun yang mengkonsumsi tetapi ditemukan 10 orang (62.5%) mahasiswa kelompok usia 18 tahun yang mengkonsumsi, 7 orang (33,3%) mahasiswa kelompok usia 19 tahun, 10 orang (37%) mahasiswa kelompok usia 20 tahun, 7 orang (38,9%) mahasiswa kelompok usia 21 tahun, dan 5 orang (83,3%) mahasiswa kelompok usia 22 tahun.

(50)

5.3.2. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

[image:50.595.114.512.382.741.2]

Pada penelitian ini, sampel yang menderita akne vulgaris dikelompokkan sebagai kelompok kasus dan yang tidak menderita akne vulgaris dikelompokkan sebagai kelompok kontrol. Kasus dan kontrol didistribusikan secara merata disetiap angkatan, yaitu 15 orang (33,3%) mahasiswa sebagai kontrol di setiap angkatan yaitu 2011, 2012 dan 2013 dan 15 orang (33,3%) mahasiswa sebagai kasus. Dari 45 orang (50%) kelompok kasus didapat kelompok usia 19 tahun yang paling banyak, yaitu 13 orang (28,9%) mahasiswa dan sisanya 8 orang (17,8%) mahasiswa sebagai kontrol.

Tabel 5.12. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Angkatan dan Usia

Karakteristik

Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita

(Kontrol)

Menderita (Kasus)

n % n % n %

1. Angkatan

2011 15 33.3 15 33.3 30 33.3

2012 15 33.3 15 33.3 30 33.3

2013 15 33.3 15 33.3 30 33.3

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

2. Usia

17 0 0.0 2 4.4 2 2.2

18 9 20.0 7 15.6 16 17.8

19 8 17.8 13 28.9 21 23.3

20 15 33.3 12 26.7 27 30.0

21 9 20.0 9 20.0 18 20.0

22 4 8.9 2 4.4 6 6.7

(51)

5.3.3. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu dan Produk Olahan Susu serta Frekuensinya.

Dari tabel 5.13, jumlah kasus yang mengkonsumsi susu ditemukan lebih banyak dari jumlah kontrol yang mengkonsumsi susu, yaitu 40 orang (88,9%) mahasiswa. Kelompok kontrol ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi susu full cream, yaitu 23 orang (51,1%) mahasiswa. Kelompok kasus paling banyak ditemukan pada kelompok yang mengkonsumsi kedua jenis susu tersebut (low fat dan full cream), yaitu 17 orang (37,8%) mahasiswa.

Sedangkan untuk produk olahan susu, kelompok kasus ditemukan lebih banyak mengkonsumsi produk olahan susu, yaitu 37 orang (82,2%) mahasiswa dibandingkan kelompok kontrol, yaitu 33 orang (73,3%) mahasiswa. Kelompok kasus yang mengkonsumsi produk olahan susu ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi keju dan coklat, yaitu sebanyak 8 orang (17,8%) mahasiswa, sedangkan kelompok kontrol yang mengkonsumsi produk olahan susu ditemukan paling banyak mengkonsumsi coklat, yaitu sebanyak 10 orang (22,2%) mahasiswa.

[image:51.595.112.513.524.734.2]

Tabel 5.13. Distribusi Karakteristik Akne Vulgaris Berdasarkan Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu

Konsumsi

Akne Vulgaris

Total Kontrol Kasus

n % n % n %

1. Susu

Tidak Mengkonsumsi 6 13.3 5 11.1 11 12.2

Mengkonsumsi 39 86.7 40 88.9 79 87.8

Low Fat 9 20.0 7 15.6 16 17.8 Full Cream 23 51.1 16 35.6 39 43.3 Keduanya 7 15.6 17 37.8 24 26.7

(52)

2. Produk Olahan Susu

Tidak Mengkonsumsi 12 26.7 8 17.8 20 22.2

Mengkonsumsi 33 73.3 37 82.2 70 77.8

Keju 4 8.9 4 8.9 8 8.9

Es Krim 1 2.2 1 2.2 2 2.2 Coklat 10 22.2 7 15.6 17 18.9 Keju dan Mentega 0 0.0 1 2.2 1 1.1 Keju dan Coklat 2 4.4 8 17.8 10 11.1 Es krim dan Coklat 9 20.0 2 4.4 11 12.2 Keju, Es Krim dan Coklat 4 8.9 7 15.6 11 12.2 Keju, Mentega, dan Coklat 2 4.4 6 13.3 8 8.9 Keempatnya 1 2.2 1 2.2 2 2.2

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

Kelompok kasus ditemukan lebih banyak “selalu” mengkonsumsi susu

daripada kelompok kontrol, yaitu 28 orang (62.2%) mahasiswa, sedangkan

kelompok kontrol yang “selalu” mengkonsumsi susu hanya sebanyak 19 orang

(42,2%) mahasiswa. Kelompok kontrol ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi susu full cream dengan frekuensi “kadang-kadang”, yaitu 17 orang (37,8%) mahasiswa. Sedangkan kelompok kasus ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi susu full cream dengan frekuensi “selalu”, yaitu 20 orang (44,4%) mahasiswa.

Rata-rata kelompok kasus dan kelompok kontrol mengkonsumsi produk

olahan susu dengan frekuensi “kadang-kadang”. Dari 49 orang (54,4%)

mahasiswa yang “kadang-kadang” mengkonsumsi produk olahan susu, kelompok kontrol ditemukan sebanyak 27 orang (60%) mahasiswa, sedangkan kelompok kasus ditemukan sebanyak 22 orang (48,9%) mahasiswa. Kelompok kasus lebih

banyak mengkonsumsi produk olahan susu dengan frekuensi “selalu”, yaitu 15

(53)
[image:53.595.113.513.154.515.2]

Tabel 5.14. Distribusi Karakteristik Akne Vulgaris Berdasarkan Frekuensi Mengkonsumsi Susu

Frekuensi

Akne Vulgaris

Total Kontrol Kasus

n % n % n %

Selalu 19 42.2 28 62.2 47 52.2

Kadang-kadang 20 44.4 12 26.7 32 35.6 Tidak Pernah 6 13.3 5 11.1 11 12.2

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

1.Susu Low Fat

Selalu 6 13.3 7 15.6 13 14.4

Kadang-kadang 10 22.2 17 37.8 27 30.0 Tidak Pernah 29 64.4 21 46.7 50 55.6

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

2. Susu Full Cream

Selalu 13 28.9 20 44.4 33 36.7

Kadang-kadang 17 37.8 13 28.9 30 33.3 Tidak Pernah 15 33.3 12 26.7 27 30.0

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

Tabel 5.13. Distribusi Karakteristik Akne Vulgaris Berdasarkan Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu

Frekuensi Konsumsi Produk Susu

Akne Vulgaris

Total Kontrol Kasus

n % n % n %

Selalu 6 13.3 15 33.3 21 23.3

Kadang-kadang 27 60.0 22 48.9 49 54.4 Tidak Pernah 12 26.7 8 17.8 20 22.2

[image:53.595.113.512.585.733.2]
(54)

5.3.4. Hubungan Konsumsi Susu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013.

Mahasiswa yang menderita akne vulgaris atau kelompok kasus ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (40 orang (88,9%)) daripada mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu (5 orang (11,1%)). Mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris atau kelompok kontrol juga ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (39 orang (86,7%)) daripada mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu (6 orang (13,3%)).

Tabel 5.16. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu

Konsumsi Susu

Akne Vulgaris

Total OR

(95% CI) p Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

Mengkonsumsi 40 88.9 39 86.7 79 87.8

1.23

(1.12 – 1.34) 0.748 Tidak Mengkonsumsi 5 11.1 6 13.3 11 12.2

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dengan metode chi square, p value adalah 0,748 dan α adalah 0,050 (95% CI). Hipotesis nol diterima bila p value lebih besar dari α, sedangkan hipotesis alternatif ditolak. Hasil perhitungan

(55)

5.4. Pembahasan

5.4.1. Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

Penelitian ini mendapatkan mahasiswa yang mengkonsumsi susu ditemukan paling banyak pada angkatan 2011 (90%) dan angkatan 2013 (90%) dengan usia 20 tahun (88,9%) serta mahasiswa yang mengkonsumsi produk olahan susu paling banyak pada angkatan 2012 (83,3%) dengan usia 20 tahun (70,4%). Susu low fat paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa angkatan 2012 sebanyak 8 orang (50%) mahasiswa, susu full cream paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa angkatan 2013 sebanyak 14 orang (35,9%) mahasiswa, sedangkan mahasiswa angkatan 2011 merupakan kelompok mahasasiswa yang paling banyak mengkonsumsi kedua jenis susu tersebut sekaligus yaitu sebanyak 11 orang (45,8%) mahasiswa.

Susu merupakan salah satu jenis makanan atau minuman yang memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan mudah untuk dikonsumsi. Dalam pedoman Empat Sehat Lima Sempurna yang sebelumnya dipakai di Indonesia sebelum diubah menjadi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), susu menjadi penyempurna makanan. Susu merupakan makanan atau minuman sebagai sumber protein hewani, vitamin, dan beberapa mineral yang baik untuk tubuh (Anggraini, 2012).

(56)

mengkonsumsi. Dari penelitian tersebut dapat diperoleh bahwa terjadi peningkatan konsumsi produk olahan susu dari tahun 2013 ke tahun 2014. Konsumsi susu secara rutin disarankan secara rutin guna memenuhi angka kecukupan kalsium harian karena susu memiliki kandungan kalsium yang tinggi dan merupakan penyumbang kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian (Wiseman, 2002; Lawrence, 2012).

5.4.2. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

Penelitian ini membagi kelompok akne vulgaris secara merata pada tiap stambuk (33,3%). Jenis kelamin tidak dimasukkan sebagai kriteria pengelompokan karena pada penelitian ini hanya mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki yang diikutsertakan sebagai sampel penelitian, sedangkan mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan tidak. Hal ini dikarenakan peningkatan hormon sebelum menstruasi pada wanita dapat mempengaruhi eksaserbasi serta memperburuk akne vulgaris (Astuti, 2011).

(57)

Meskipun sebagian besar kasus akne vulgaris didapatkan pada usia remaja, namun akhir-akhir ini mulai didapatkan peningkatan kasus akne vulgaris pada usia dewasa, yaitu akne yang muncul setelah usia 25 tahun (Ascenso dan Marques, 2009). Akne vulgaris yang didapatkan pada usia dewasa ini dapat merupakan akne yang persisten atau akne dengan awitan lambat atau late onset (Rivera dan Guerra, 2009).

5.4.3. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu dan Produk Olahan Susu serta Frekuensinya.

Meskipun akne vulgaris lebih sering terjadi pada perempuan, secara keseluruhan dibawah usia 12 tahun dan diatas usia 15 tahun sedikit lebih banyak didapat pada laki-laki (Chan dan Rhor, 2004). Etiologi yang pasti dari akne vulgaris belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit (Wasitaatmadja, 2011). Salah satu faktor resiko timbulnya akne vulgaris adalah kebiasaan mengkonsumsi susu. Konsumsi susu dapat mempengaruhi komedogenesis karena susu mengandung hormon androgen, -reduced steroids (prekursor hormon dihidrotestosteron), dan faktor-faktor pertumbuhan non-steroid lainnya yang dapat mempengaruhi kelenjar pilosebasea (Hartmann et al., 1998; Donnet-Hughes et al., 2000; Cordain, 2005; Hoyt et al., 2005).

(58)

banyak mengkonsumsi susu full cream (51,1%) dengan frekuensi “kadang-kadang (1 –6 kali per minggu)” (44,4%).

Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Indrawan (2013) pada 60 responden mengenai hubungan asupan lemak jenuh dengan kejadian akne vulgaris. Pada penelitian tersebut ditemukan lebih banyak kelompok responden yang menderita akne vulgaris yang mengkonsumsi susu (50 orang) daripada kelompok responden yang tidak menderita akne vulgaris (10 orang). Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kejadian akne vulgaris pada laki-laki sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Adebamowo et al. (2008). Setelah menyesuaikan kriteria sampel berdasarkan usia, tinggi badan, dan asupan energi, penelitian tersebut (95% CI) menemukan konsumsi susu tertinggi terdapat pada kelompok sampel yang menderita akne vulgaris dengan frekuensi konsumsi susu tertinggi adalah lebih dari dua kali per hari.

Mahasiswa yang menderita akne vulgaris pada penelitian ini juga merupakan mahasiswa yang paling banyak mengkonsumsi produk susu (82,2%) dengan

frekuensi “kadang-kadang” (48,9%) dan jenis produk susu yang paling banyak dikonsumsi adalah kombinasi keju dan coklat (17,8%). Penelitian dengan desain kasus kontrol yang dilakukan oleh Ismail, Manaf, dan Azizan (2012) pada 44 orang pasien akne vulgaris dan 44 orang kontrol yang berusia 18 – 30 tahun di Malaysia juga mendapat hasil yang sama. Pada penelitian tersebut didapat bahwa kelompok kasus memiliki indeks glikemik pada makanan, termasuk konsumsi susu dan produk susu seperti es krim, yang lebih tinggi (175 ± 35) dibanding dengan kelompok kontrol (122 ± 28) (p < 0,001).

(59)

yang tidak menderita akne vulgaris lebih banyak mengkonsumsi produk olahan susu daripada kelompok mahasiswa yang menderita akne vulgaris.

5.4.4. Hubungan Konsumsi Susu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013.

Pengaruh makanan dalam perkembangan akne vulgaris sampai sekarang masih merupakan sebuah perdebatan panjang karena penderita akne vulgaris selalu bertanya apakah makanan merupakan salah satu penyebab. Penelitian terbaru pada dewasa muda menujukkan 62 – 72% percaya bahwa makanan merupakan salah satu faktor dalam pembentukan akne vulgaris (Al-Hoqail, 2003; Rigopoulos 2007). Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mencari hubungan konsumsi susu terhadap kejadian akne vulgaris.

Dari data pada tabel 5.16 didapatkan mahasiswa yang menderita akne vulgaris ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (40 orang mahasiswa (88,9%)). Mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris juga ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (39 orang mahasiswa (86,7%)). Berdasarkan uji chi square, tidak terdapat hubungan konsumsi susu dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013 (p value = 0,748 > α = 0,050 (95% CI)) dengan Odds Ratio 1,23 (95% CI: 1,12 – 1,34)) yang berarti bahwa konsumsi susu tidak memiliki pengaruh dalam terjadinya akne vulgaris.

Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Grant dan Anderson tahun 1965 dan Fulton pada tahun 1969 dimana tidak dijumpai adanya hubungan konsumsi coklat dengan kejadian akne vulgaris (Veith dan Silverberg, 2011). Begitu juga dengan hasil

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Data hasil uji validitas dan reliabilitas
Tabel 4.2. Gambaran metode analisis penelitian dengan chi square
Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

kejadian akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin didapat nilai P = 0,908 untuk pria dan 0,725 untuk wanita (nilai α = 0,05), dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 sangat baik.. Kata kunci: Akne vulgaris, kualitas

Peneliti berminat mengetahui dan menilai kualitas hidup akne vulgaris pada mahasiswi angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) karena sejauh ini

Susu adalah cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu pada mamalia betina dan diolah menjadi berbagai produk, seperti mentega, yoghurt, es krim, keju,

Hubungan antara Waktu Tidur Malam dengan terjadinya Akne Vulgaris di RSU DR.Soedaro Pontianak.. Fakultas Kedokteran

Dari hasil analisis hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan konsumsi produk susu pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran

Tidak ada hubungan antara konsumsi tempe dengan angka kejadian akne vulgaris pada dewasa muda. Oleh karena angka kejadian akne vulgaris paling menurun saat mengkinsumsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010.. Manfaat penelitian