PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI
Periode 2010-2012)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
IMAH ASTINIA NIM. 109082000106
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI
Periode 2010-2012)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: IMAH ASTINIA NIM. 109082000106
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 11 April 2013 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Imah Astinia
2. Nim : 109082000106
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan
Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan
(Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar
di bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
memperoleh gelah Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SRIPSI
Hari ini Selasa, 23 Juli 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Imah Astinia
2. Nim : 109082000106
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Imah Astinia
No Induk Mahasiswa : 109082000106
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan melalui pembuktian yang saya dapat pertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama lengkap : Imah Astinia
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Juni 1991
3. Alamat : Jl. Malaka Jaya No. 3 RT.007/011
Rorotan, Jakarta-Utara 14140
4. Telepon : 08998279973
5. Email : imah.astinia@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SD N Semper Timur 07 pagi Tahun 1997-2003
2. SMP N 30 Jakarta Tahun 2003-2006
3. SMA N 13 Jakarta Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis, periode 2010-2012.
2. Forum Angkatan Akuntansi (Forkast) BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah periode 2010-2011.
3. Program Pengenalan Studi Almamater (ProPeSA) oleh BEM Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, sebagai humas, 17-18
Agustus 2010.
4. Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa UIN Syarif Hidayatullah 2010
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi
Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.
2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dalam acara
Insurance Goes to Campus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei
2010.
3. Peserta Internal Accounting Competition dalam acara Accounting Fair
2011 oleh BEMJ Akuntansi Syarif Hidayatullah Jakarta, 20–22 Desember
2010.
4. Seminar “Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan” oleh Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Jendral Pajak, 24 November 2011.
5. Tax Intercollegiate Forum 2011 “Revealing the Newest Regulation of Tax
Holiday Policy” oleh SPA FEUI Universitas Indonesia, 30 November
2011.
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Asriyadi
2. Tempat Tanggal Lahir : Langsa, 4 April 1960
3. Ibu : Partinah Rarasati
4. Tempat Tanggal Lahir : Comal, 1 Juli 1965
5. Alamat : Jl. Malaka Jaya No. 3 RT.007/011
Kel. Rorotan Jakarta-Utara 14140
THE EFFECTS OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, AUDIT QUALITY AND COMPANY SIZE TOWARD THE INTEGRITY OF
FINANCIAL STATEMENTS By: Imah Astinia
ABSTRACK
This study aims to analyze and obtain empirical evidence about the effect of corporate governance mechanisms, audit quality and company size for the integrity of financial statements in financial companies in Indonesia. Independent variables used in this study is the corporate governance mechanisms are analyzed by institutional ownership, managerial ownership, audit committees, independent commissioners, tenure audit, audit firm size and company size. Dependent variable used in this study is integrity of financial statement was analyzed by conservatism.
Study’s sample was financial companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) period among 2010-2012. Data was collected by purposive sampling method. Total 186 financial companies were taken as study’s sample. The method of analysis of this research used logistic regression.
The results of this research showed that managerial ownership, audit committees, independent commissioner, tenure audit and audit firm size did not significantly effect the integrity of financial statements. As for institutional ownership and company size significantly effect the integrity of the financial statements.
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
Oleh : Imah Astinia ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan keuangan di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance yang dianalisis dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas audit yang dianalisis dengan tenur audit dan reputasi KAP serta ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan yang dianalisis oleh konservatisme.
Sampel dalam penelitian adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode antara 2010-2012. Data yang dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Total 186 perusahaan ditentukan sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, tenur audit dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sementara itu, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugrah, yang
telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbig
umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda terkasih, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan
sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk ananda,
semoga hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah dan ibunda.
2. Adik – adikku Sri Ayu Yuniarti dan Aldy Maulana yang selalu membantu
dan menemani saat susah dan gembira.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu
yang telah Bapak berikan selama ini.
7. Ibu Yulianti, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
pengarahan kepada penulis. Terimaksih atas semua saran yang Ibu berikan
selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabatku Siti Aliyah Nur Khalishah, Titus Puspita Sari, Dini Utami, Rosma
Aliah, Arum Ganda Wijayanti, Ifta Aulia dan Anisa Kusuma, kami
dipertemukan dalam ikatan silahturahmi yang indah, terimakasih atas
dukungan dan doa yang telah tercurahkan selama kita bergabung dalam kosan
kuning atas.
10.Sahabatku Galih Ihsan, Adi Nugraha, Erick Darmawan dan Adis Alkhalifa,
yang tergabung dalam V-gen Boy, terimakasih untuk semangat dan keceriaan
selama ini.
11.Sahabat seperjuanganku, Taqiyatul Husna, Apriliana, Monic Ariestyawati,
Indriana Nurul, Estherini H. Pratiwi, Ira Robiah, Nina Indriani, Frida Aurora
dan Wulan Fauzyni, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang
diberikan kepada penulis.
12.Sahabatku, Ratu Feblina, I Gusti Ayu Diva, Nidya Cut Mutia dan Farrah
Hany Fauziah, terimakasih keceriaan yang kalian berikan sejak berada di
bangku SMA hingga sekarang.
13.Seluruh Rekan Akuntansi C UIN 2009, terimakasih selama empat tahun kita
bersama – sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamua’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 1 Juli 2013
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
Halaman Judul ... i
Lembar pengesahan Skripsi ... ii
Lembar pengesahan Ujian Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv
Lembar Pernyataan keaslian Karya Ilmiah ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstrack ... viii
Abstrak ... ix
Kata pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Manfaat Penelitian ... 10
1. Teori Agensi dan Informasi Asimetri ... 12
2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi ... 16
3. Mekanisme Corporate Governance ... 23
4. Kualitas Audit ... 41
5. Ukuran Perusahaan... 50
B. Penelitian Sebelumnya ... 53
C. Kerangka Berpikir ... 57
D. Hipotesis ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 67
B. Metode Penentuan Sampel ... 67
C. Metode Pengumpulan Data ... 68
D. Metode Analisis Data ... 69
1. Definisi Regresi Logistik ... 70
2. Tahapan Regresi Logistik ... 70
a. Statistik Deskriptif ... 70
b. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 71
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 75
1. Variabel dependen ... 75
2. Variabel independent ... 76
a. Mekanisme Corporate Governance ... 76
c. Ukuran Perusahaan... 79
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 81
1. Deskripsi Objek Penelitian ... 81
2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 82
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian... 84
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 85
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 101
B. Implikasi ... 103
C. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 108
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Sebelumnya ... 54
3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 80
4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 82
4.2 Statistik Deskriptif ... 83
4.3 Menilai Keseluruhan Model ... 85
4.4 Koefisien Determinasi ... 86
4.5 Kelayakan Model Regresi ... 87
4.6 Matriks Korelasi ... 87
4.7 Matriks Klasifikasi ... 88
4.8 Koefisien Regresi Logistik ... 89
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Sampel ... 113
2 Hasil Statistik Deskriptif ... 116
3 Hasil Variabel Independen ... 122
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Informasi akuntansi didefinisikan sebagai informasi kuantitatif tentang
entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan.
Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak
eksternal perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditur, lembaga
keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya untuk
menentukan kepentingan mereka terhadap perusahaan Belkaoui (2006:10).
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara
formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak
manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Publikasi laporan
keuangan sebagai produk informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan,
tidak terlepas dari proses penyusunannya (Jamaan, 2008:19).
Dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan
disajikan dengan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya kepada pengguna
laporan keuangan. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk
disajikan dengan integritas yang tinggi. Mayangsari (2003:3) mendefinisikan
integritas laporan keuangan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan
adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi
Menurut survey Pricewatehouse Coopers pada tahun 1999 terhadap
investor-investor internasional menunjukan bahwa Indonesia dinilai sebagai
salah satu yang terburuk dalam bidang standar-standar akuntansi,
pertanggungjawaan terhadap para pemegang saham, standar-standar
pengungkapan dan transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan
(FCGI, 2002:2). Untuk mengukur integritas informasi laporan keuangan,
Standar Akuntansi Keuangan menetapkan karakteristik kualitatif yang harus
dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi akuntansi harus memenuhi tiga karakteristik kualitatif
informasi akuntansi yaitu relevance, objectivity dan reability. Informasi
dikatakan relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan
keuangan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan pengguna laporan
keuangan. Informasi dikatakan reliable apabila dapat dipercaya dan
menyebabkan pemakai laporan keuangan bergantung pada informasi tersebut.
Sedangkan dikatakan objective apabila informasi tersebut terbebas dari
pengaruh hal lain yang dapat mempengaruhi independensi informasi. Integritas
laporan keuangan dapat dicapai apabila laporan keuangan mampu memberikan
informasi yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut (Jamaan, 2008:16).
Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi
laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba (Mayangsari,
2003:3). Basu (1997:4) menafsirkan konservatisme sebagai kecenderungan
memverifikasi pengakuan good news daripada bad news sebagai keuntungan.
Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak
segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya
besar.
Widya (2005:3) menyatakan bahwa secara intuitif prinsip konservatisme
bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang
yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam
prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi
manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.
Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan
tidak adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan
tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Jatuhnya
perusahaan raksasa dunia pada awal dekade 2000an akibat dari skandal
kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan perusahaan besar karena
melakukan tindakan earning management telah memunculkan beberapa kasus
skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui (Jamaan, 2008:16).
Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di
Amerika seperti Enron, Xerox, Tyco, Global Crossing dan Worldcom maupun
beberapa perusahaan di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang
dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi (Susiana dan Herawaty,
2007:2).
Salah satu contohnya pada kasus Enron, dimana perusahaan Enron
Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan
disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Setelah
dilakukan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi
data akuntansi ini melibatkan banyak pihak dan kebanyakan adalah pihak dari
dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal
auditor, sampai kepada eksternal auditor. Terungkapnya kasus seperti ini akan
membuat kepercayaan masyarakat akan menurun, khususnya masyarakat
keuangan, yang ditandai dengan turunnya harga saham dari perusahaan
tersebut. Ini sebuah kerugian yang besar bagi perusahaan, karena masyarakat
keuangan menjadi ragu untuk ikut memiliki perusahaan tersebut (Susiana dan
Herawaty, 2007:2).
Di Indonesia, salah satu perusahaan yang melakukan manipulasi akuntansi
adalah PT Waskita Karya terkait dengan kelebihan pencatatan laba bersih
sebesar 500 milyar. Direksi PT Waskita Karya merekayasa keuangan sejak
tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi
tahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu (Liputan6.com: mobile,
2009).
Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal manipulasi keuangan
merupakan kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
informasi para pengguna laporan. Hal ini menyebabkan timbulnya banyak
pertanyaan bagi masyarakat luas terhadap berbagai pihak terutama terhadap
sistem pengelolaan dalam perusahaan dan sistem kepemilikan yang tersebar
memberitahukan kenyataan bahwa mekanisme good corporate governance
yang baik belum diterapkan pada perusahaan tersebut. Belum diterapkannya
mekanisme good corporate governance yang baik pada perusahaan ini dapat
menjadi penyebab perusahaan atau pihak manajemen untuk memberikan
informasi-informasi yang memberi dampak positif terhadap harga saham dan
dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi
akuntansi dengan menyajikan informasi tertentu untuk menghindari
terpuruknya harga saham (Susiana dan Herawaty, 2007:2).
Perbaikan dalam praktik corporate governance yang berkontribusi
terhadap pengungkapan yang lebih baik dalam pelaporan bisnis, nantinya dapat
memberikan fasilitas market liquidity dan capital formation yang lebih besar di
pasar negara berkembang. Sistem corporate governance sendiri memerlukan
pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme
pengawasan manajemen baik internal (berdasarkan organisasi) maupun
eksternal (berdasarkan pasar) diwajibkan. Dewan direksi atau komisaris,
kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme
pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan
pemilik. Disisi lain kepemilikan pihak luar, monitoring debtholder, peraturan
pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan mekanisme
pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif
perusahaan (Astria dan Ardiyanto, 2011:7). Perusahaan yang memiliki struktur
GCG yang baik dapat mempengaruhi prestasi perusahaan dan mengurangi
Menurut Susiana dan Herawaty (2007:2) dalam kasus manipulasi data
akuntansi ini sebenarnya tidak hanya pihak dari dalam perusahaan saja yang
bertanggung jawab, tetapi pihak dari luar juga sangat berpengaruh. Seperti
eksternal auditor juga harus ikut bertanggung jawab terhadap banyaknya
kasus-kasus manipulasi data akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik yang
dianggap sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran
terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi
kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan juga mulai
banyak dipertanyakan, apalagi setelah terbukti bahwa semakin meningkatnya
tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Sedangkan profesi akuntan sendiri
mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang dapat
diandalkan bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan,
debitur, serta bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Tenur audit dan reputasi KAP dapat menjadi tolok ukur kualitas jasa yang
diberikan. Meningkatnya nilai audit atau kualitas audit ditentukan oleh
seberapa berguna dan berharganya jasa yang diberikan oleh KAP, sehingga
KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi (Susiana dan
Herawaty, 2007:3).
Faktor lain yang memegaruhi integritas laporan keuangan yaitu ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan juga menanggung peranan penting dalam
perusahaan yang melakukan manipulasi data akuntansi. Ukuran perusahaan
yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada
biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputsan
sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin
banyak dan perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat
sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan,
sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat
(Nasution dan Setiawan, 2007:10). Berbeda dengan perusahaan kecil yang
cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja
baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Oktadella
dan Zulaikha (2010) serta Hardiningsih (2010). Penelitian Oktadella dan
Zulaikha (2010) menguji pengaruh variabel corporate governance terhadap
integritas laporan keuangan. Penelitian Hardiningsih (2010) menguji pengaruh
variabel independensi, corporate governance dan kualitas audit terhadap
integritas laporan keuangan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali penelitian yang dilakukan
oleh Oktadella dan Zulaikha (2010). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
menguji kembali variabel mekanisme corporate governance yang berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan serta menambahkan variabel independen
tenur audit dan ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini variabel yang
digunakan yaitu mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran
perusahaan. Sampel yang digunakan berasal dari sektor keuangan. Sektor
keuangan dipilih karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi
laporan keuangan masih terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak disektor
manufaktur. Selain itu tahun pengamatan juga berbeda yaitu dari tiga tahun
terakhir dimulai dari 2010 hingga 2012 serta kondisi ekonomi di Indonesia
lebih stabil dan cenderung mengalami kenaikan. Berdasarkan pemikiran di
atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012).”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan
institusi, kepemilikan manajemen, komite audit dan komisaris independen)
terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di
Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh kualitas audit (tenur audit dan reputasi KAP)
terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di
Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Menganalisis adanya pengaruh antara mekanisme corporate
governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komite
audit dan komisaris independen) terhadap integritas laporan keuangan
pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia.
b. Menganalisis adanya pengaruh antara kualitas audit (tenur audit dan
reputasi KAP) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan
sektor keuangan di Indonesia.
c. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap
integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di
Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1) Ilmu Pengetahuan
Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai integritas laporan
keuangan.
2) Masyarakat
Sebagai sarana informasi tentang integritas laporan keuangan serta
menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi
manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh
mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran
perusahaan terhadap integritas laporan keuangan.
3) Peneliti
Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah
referensi mengenai integritas laporan keuangan agar diperoleh hasil
yang bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang sebagai
salah satu syarat kelulusan sarjana srata 1.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme
corporate governance dalam operasional perusahaan guna
meningkatkan integritas laporan keuangan.
2) Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor sebagai suatu
tinjauan yang dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Relevan
1. Teori Agensi dan Informasi Asimetri
Teori agensi (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik
(principal) dan manajemen (agent). Menurut Jensen dan Meckling
(1976:309) teori Agensi (agency theory) menjelaskan adanya hubungan
kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak
disebut pemilik (principal) yang menyewa pihak lain disebut agen (agent)
untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi
pendelegasian wewenang.
Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara pemilik
sebagai pemilik dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan.
Agen dikontrak untuk melakukan tugas tertentu bagi pemilik serta
mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan pemilik. Pemilik
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh
dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan
menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari
tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan. Keberadaan
perbedaan kepentingan antara agen dan pemilik inilah yang menyebabkan
Pihak agen memiliki keunggulan berupa informasi keuangan daripada
pihak pemilik, sedangkan dari pihak pemilik boleh jadi memanfaatkan
kepentingan pribadi (self interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan.
Ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu
munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi
(information asymmetry). Adanya asimetri informasi antara manajemen
dengan pemilik dapat membuka peluang bagi manajer untuk melakukan
tindakan earnings manajement dalam rangka mengelabui pemilik
mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Dalam hal ini apabila manajer
memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik saham, maka
manajerakan cenderung melakukan kecurang dengan melakukan praktik
manajemen laba untuk meningkatkan keuntungannya sendiri (Oktadella
dan Zulaikha, 2011:4). Bagi pemilik dalam hal ini pemilik modal atau
investor akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang
dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi.
Untuk mengatasi atau meminimalisasi konflik keagenan tersebut akan
menimbulkan biaya. Biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Biaya
agensi (agency cost) adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten
sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan
pemegang saham. Dihubungkan dengan konflik keagenan, konflik antara
ekuitas. Biaya agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling
(1976:310) sebagai berikut:
a. Monitoring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk
mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku manajer. Dalam hal
ini, termasuk biaya audit, rencana kompensasi eksekutif dan biaya
untuk memberhentikan manajer.
b. Bonding Cost adalah biaya pengikatan agen agar agen bertindak yang
terbaik untuk kepentingan pemilik perusahaan. Para agen akan diberi
kompensasi yang wajar dan bila mereka tidak bertindak sesuai dengan
keinginan pemilik kompensasi tersebut tidak akan diberikan.
c. Residual Loss, meskipun sudah ada monitoring dan bonding, kadang
kepentingan shareholders dan agen masih sulit diselaraskan karena itu
muncul agency losses dari perbedaan kepentingan tersebut dan ini
disebut residual loss. Residual loss menunjukkan tradeoff antara
membatasi manajer dan memaksakan mekanisme kontrak yang
didesain untuk mengurangi agency problems. Secara umum tidak ada
perusahaan yang tidak memiliki biaya keagenan kecuali bagi
perusahaan yang dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh seorang
manajer.
2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas
perusahaan tersebut selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI, 2002) dalam PSAK NO.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna.
Informasi akuntansi harus memenuhi tiga karakteristik kualitatif informasi
akuntansi yaitu relevance, objectivity dan reability. Informasi dikatakan
relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan
keuangan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan pengguna
laporan keuangan. Informasi dikatakan reliable apabila dapat dipercaya
dan menyebabkan pemakai laporan keuangan bergantung pada informasi
tersebut. Sedangkan dikatakan objective apabila informasi tersebut
terbebas dari pengaruh hal lain yang dapat mempengaruhi independensi
informasi. Integritas laporan keuangan dapat dicapai apabila laporan
keuangan mampu memberikan informasi yang memiliki
karakteristik-karakteristik tersebut (Jamaan, 2008:16).
Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat
diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga
tersebut. Mulyadi (2004) dalam Jamaan (2008:33) mendefinisikan
integritas sebagai berikut: “Integritas adalah prinsip moral yang tidak
memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta
seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya.
Pada penelitian Mayangsari (2003:3) integritas laporan keuangan
didefinisikan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh
mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar
dan jujur.”
Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun
demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan
konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang
biasanya diukur dengan manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003:3)
laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara
penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management
karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila
laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak
overstate supaya tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam
laporan keuangan tersebut.
Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi
tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan
terjadinya besar. Menurut Widya (2005:3) konservatisme merupakan
prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan
karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh ketidakpastian.
Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan
keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan
yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk
semua pemakai laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat
mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas
prediksi yang mereka lakukan dari laporan keuangan yang memuat
ketidakpastian dan risiko perusahaan.
Selain itu menurut Ahmed dan Duellman (2007:2) konservatisme juga
akan membatasi kerugian yang muncul dari keputusan investasi yang
berkinerja buruk, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan
dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir
optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil
usahanya.
Kontroversi mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang
konservatif belum juga mendapatkan jalan tengahnya. Banyak pendapat
yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat. Tetapi ada
juga pandapat yang menentangnya dan beranggapan bahwa konservatisme
akuntansi tidak bermanfaat karena mengandung informasi yang bias
(Anggraini dan Trisnawati, 2008:26).
a. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat
Meskipun prinsip konservatisme telah diakui namun beberapa
Konservatisme dianggap sebagai suatu sistem akuntansi yang bias.
Pendapat ini dipicu oleh pengertian mengenai konservatisme itu
sendiri dimana akuntansi yang mengakui kerugian lebih cepat
daripada pendapatan dan keuntungan, serta menilai aktiva dengan
nilai terendah dan kewajiban dengan nilai tertinggi.
Terdapat dua aspek yang menjadikan konservatisme akuntansi
mengurangi kualitas laporan keuangan terutama masalah relevansi.
Pertama, konservatisme melaporkan terlalu rendah baik laba maupun
aset. Hal ini akan mempengaruhi kualitas relevansi laporan keuangan
khususnya netralitas karena ingin mempertahankan reliabilitas,
kadang perusahaan mengabaikan relevansi informasi atau sebaliknya.
Konservatisme mendorong adanya penyimpangan karena sikap
pesimistik, walaupun hal ini memang diharapkan oleh kreditor, namun
akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua,
konservatisme merupakan hasil dari penundaan pengakuan secara
selektif terhadap berita baik, sementara dengan segera mengakui berita
buruk. Hal ini dapat mengakibatkan understatement terhadap laba
yang dilaporkan untuk periode saat ini, tetapi overstatement terhadap
laba yang dilaporkan untuk periode yang akan datang.
b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat
Akuntansi konservatif tetap disarankan untuk digunakan. Hal ini
dapat dilihat dalam aturan-aturan yang ada dalam standar akuntansi
menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam
perusahaan maupu luar perusahaan. Konservatisme dapat membatasi
tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba (manajemen laba)
serta memanfaatkan informasi yang asimetri sehingga dapat
mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para
pemegang saham (agency conflict). Apabila laba konservatif yang
disusun menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif
mencerminkan laba minimal yang dapat diperoleh perusahaan
sehingga laba yang disusun dengan metoda yang konservatif tidak
merupakan laba yang dibesar-besarkan nilainya, sehingga dapat
dianggap sebagai laba yang berkualitas.
Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk
menyatakan konservatisme, yaitu (Watts, 2003 dalam Widya 2004:19):
a. Net asset measure
Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understatement
dan kewajiban yang overstatement. Proksi pengukuran ini
menggunakan rasio market to book value of equity yang
mencerminkan nilai pasar ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas
perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan
penerapan akuntansi yang konsevatif karena perusahaan mencatat nilai
b. Earning/stock relation measure
Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai
aset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun
laba dalam nilai asset-stock return tetap berusaha untuk
melaporkannya sesuai dengan waktunya. Pengembalian saham dan
earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama,
tapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat
daripada earnings.
c. Earning/accrual measure
Pada model akrual terdapat asimetri karena kerugian cenderung
diakui pada waktu terjadinya (non-cash basis) yang kemudian akan
menyebabkan turunnya laba. Adanya keuntungan ekonomi biasanya
diakui saat keuntungan sudah benar-benar terjadi sehingga
keuntungan diakui atau dihitung berdasarkan cash basis. Adanya
kebijakan akrual dalam mengakui kerugian (kebijakan konservatisme)
menyebabkan arus kas menurun. Konservatisme diukur dengan
menghitung selisih antara laba bersih dengan arus kas. Semakin kecil
ukuran akrual suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut semakin menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif.
Pada penelitian ini pengukuran konservatisme yang digunakan adalah
discresionary accrual. Discresionary accrual (akrual diskerseioner) adalah
suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang dilakukan
diskresioner dengan menggunakan modified jones model (Dechow et al.,
1995:198). Persamaannya adalah sebagai berikut:
TA = NDA + DA
Dimana:
TAit/Ait-1= α1 (1/Ait-1) + α2(∆REVit)/Ait-1+ α3 (PPEit/Ait-1) + ℮it
NDAit = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit - ∆RECit)/Ait-1 + α3 (PPEit/Ait-1)
Dan untuk memperoleh discretionery accrual adalah:
DAit = TA it/Ait-1 - NDAit
3. Mekanisme Corporate Governance
Teori agensi menyatakan bahwa konfik kepentingan, asimetri
informasi dan biaya agensi yang muncul dapat dikurangi dengan
mekanisme pengawasan yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan
berbagai pihak di perusahaan. Mekanisme pengawasan yang dimaksud
dalam teori agensi dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme
corporate governance.
Shleiver dan Vishny (1997:738) mendefinisikan Corporate
governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi
pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari
ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham
pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme legal. Sedangkan
menurut Nasution dan Setiawan (2007:2) corporate governance
melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin
akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada
kerangka peraturan.
Herawaty (2008:3) menyatakan bahwa prinsip-prinsip corporate
governance yang diterapkankan memberikan manfaat diantaranya yaitu:
a. Meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan
yang mungkin terjadi antara pemilik dengan agen;
b. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif
kepada para penyedia modal;
c. Meningkatkan citra perusahaan;
d. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital
yang rendah;
e. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa
depan perusahaan yang lebih baik;
Corporate governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Penerapan
corporate governance juga dapat memberikan kepercayaan terhadap
kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik, sehingga dapat
meminimalkan konflik kepentingan dan biaya keagenan. Good corporate
governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk
meyakinkan bahwa tindakan manajemen sudah selaras dengan
Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang
dikeluarkan KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance)
memaparkan prinsip GCG sebagai berikut :
a. Transparansi
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholder.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan
tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur dan stakeholder lainnya.
b. Akuntabilitas
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola
secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
stakeholder lain. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibity
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
d. Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Selanjutnya menurut Siswanto dan Aldridge (2005:27) Badan
Pengelola Pasar Modal di banyak negara menyatakan penerapan corporate
governance di perusahaan-perusahaan publik secara sehat, telah berhasil
mencegah praktek pengungkapan laporan keuangan perusahaan kepada
pemegang saham, investor dan pihak lain yang berkepentingan secara
tidak transparan. Sehingga perusahaan dengan corporate governance yang
berkualitas akan dapat melakukan tugas dan wewenang dengan semestinya
dan menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang
efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris dan
akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham
sehingga akan dapat membantu meminimalkan agency conflict yang
akhirnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Good corporate
governance dapat membantu Board of Directors mengarahkan dan
mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan sesuai dengan tujuan yang
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan
komisarid independen. Masing-masing mekanisme tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kepemilikan Institusional
Susiana dan Herawaty (2007:8) menyatakan persentase saham
institusi adalah penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi
lain) baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Dengan
kepemilikan instutisional mendorong munculnya pengawasan yang
lebih optimal terhadap kinerja manajer.
Jensen dan Meckling (1976:337) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu
menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan
yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional
terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah
percaya terhadap tindakan manipulasi laba.
Menurut Wardhani (2006:2) distribusi saham antara pemegang
saham dari luar seperti investor institusional dapat mengurangi agency
sumber kekuasaan yang mampu digunakan untuk mendukung atau
sebaliknya terhadap kedudukan manajemen. Jadi kepemilikan saham
atas perusahaan mencerminkan hak atas kepemilikan perusahaan,
sehingga semakin tinggi kepemilikan yang dimiliki pihak institusional
maka kontrol perusahaan akan semakin tinggi pula.
Adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional
menyebabkan penggunaan utang menurun. Hal ini karena peranan
utang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh
kepemilikan institusional. Tindakan monitoring oleh pihak investor
institusional dapat mengurangi perilaku opportunistic atau
mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer sehingga
manajer dapat lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja
perusahaan (Oktadella dan Zulaikha, 2011:7).
Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk
pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen
pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam
pasar modal. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka
semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional memiliki kelebihan yaitu memiliki
profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat
melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di
dalam perusahaan.
b. Kepemilikan Manajemen
Oktadella dan Zulaikha (2010:15) mendefinisikan kepemilikan
manajerial sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen
yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang
meliputi komisaris dan direksi. Kepemilikan manajemen merupakan
salah satu mekanisme yang dipergunakan agar pengelola melakukan
aktivitas sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan
manajerial dimaksudkan untuk memberi kesempatan manajer terlibat
dalam kepemilikan saham, sehingga kedudukan manajer sejajar
dengan pemilik perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976:315) menyatakan bahwa kepemilikan
saham manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham, yang berarti semakin meningkat
proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja
perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi dengan memberikan saham
kepada manajer maka manajer sekaligus merupakan pemilik
perusahaan. Sehingga manajer akan bertindak demi kepentingan
perusahaan, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya
yang juga merupakan keinginan dari pemilik perusahaan. Manajer
juga dapat merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil.
menyatukan kepentingan manajer dengan pemilik perusahaan dan
menjadi salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan
dengan manajer dan menyelaraskan kepentingan antara manajer
dengan pemegang saham.
Dua aspek penting dari struktur kepemilikan adalah konsentrasi
kepemilikan dan komposisi kepemilikan. Komposisi kepemilikan
berkaitan dengan siapakah pemegang saham dan yang lebih penting
adalah siapa diantara pemegang saham ke dalam kelompok
pengendali. Kepemilikan saham manajerial merupakan persentase
saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan
beserta afiliasinya (Gunarsih, 2004 dalam Astria dan Ardiyanto,
2011:13).
Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan,
maka manajemen cenderung giat untuk kepentingan pemegang saham
yang tidak lain dirinya sendiri. Kepemilikan perusahaan juga terkait
dengan pengendalian operasional perusahaan. Dengan semakin
besarnya kepemilikan manajer, maka manajer dapat lebih leluasa
dalam mengatur pemilihan metode akuntansi, serta
kebijakan-kebijakan akuntansi penting terkait dengan masa depan perusahaan
(Oktadella dan Zulaikha, 2011:8).
Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang
dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan.
bertindak dalam kepentingan pemegang saham karena mereka juga
merupakan bagian dari pemegang saham, antara lain dengan tidak
memanipulasi informasi yang ada dalam laporan keuangan (Putra dan
Muid, 2012:2).
c. Komite Audit
Berdasarkan Keputusan Bursa Efek Indonesia melalui Keputusan
Direksi BEJ No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa komite
audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan,
yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris,
yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi
dalam pengelolaan perusahaan.
Adapun persyaratan keanggotaan komite audit sesuai dengan
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24
September 2004 adalah sebagai berikut:
1) Independen dan dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari
manajemen yang mengelola perusahaan, karena individu yang
independen cenderung lebih adil dan tidak memihak serta
obyektif dalam menangani suatu permasalahan
2) Memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam
laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite
audit.
4) Bukan merupakan orang dari kantor akuntan publik, kantor
konsultan hukum, atau pihak lain yang memberikan jasa audit,
jasa non-audit, atau jasa konsultasi lain kepada perusahaan dalam
enam bulan terakhir.
5) Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab
dalam merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan
perusahaan dalam waktu enam bulan terakhir.
6) Tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada
perusahaan.
7) Tidak memiliki hubungan keluarga karena perkawinan dan
keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun
vertikal dengan komisaris, direksi atau pemegang saham utama
perusahaan.
8) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan.
Struktur komite audit di Indonesia diatur dalam Keputusan Ketua
Bapepam No. Kep-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang
Peraturan Nomor IX.1.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit adalah sebagai berikut:
1) Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan
komisaris dan dilaporkan kepada rapat umum pemegang saham
2) Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen
bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal ini komisaris
independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu
orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua komite audit.
Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004
pada tanggal 24 September 2004, sekurang-kurangnya komite audit
terdiri dari tiga anggota dan sekurang-kurangnya ada satu orang yang
memiliki keahlian di bidang akuntansi atau keuangan (financial
expert). Kriteria “financial expert” dengan memperhatikan beberapa
hal berikut:
1) Pengalaman sebelumnya sebagai akuntan publik atau auditor,
CFO, controller, chief accounting officer, atau posisi yang
sejenis.
2) Pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan dan laporan
keuangan.
3) Pengalaman dalam audit atas laporan keuangan perusahaan.
4) Pengalaman dalam pengendalian internal.
5) Pemahaman atas akuntansi untuk penaksiran (estimates),
accruals, dan cadangan (reserves)
Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit menurut dalam
1) Laporan Keuangan (Financial Reporting)
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah
untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah
memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi
keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka
panjang serta sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku
umum.
2) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola
perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah
dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan
etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan
kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan
perusahaan.
3) Pengawasan perusahaan (Corporate Control)
Komite audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan
termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko
dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses
pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Tugas dan tanggung jawab komite audit juga dipertegas melalui
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-41/PM/2003 yang
1) Membantu dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan
2) Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat
mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan perusahaan
3) Meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun
eksternal audit
4) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan
komisaris/dewan pengawas.
5) Memungkinkan anggota non-eksekutif menyumbangkan suatu
penilaian independen dan memainkan suatu peranan yang positif.
6) Membantu direktur keuangan dengan memberikan suatu
kesempatan di mana pokok-pokok persoalan yang penting yang
sulit dilaksanakan dapat dikemukakan
7) Memperkuat posisi auditor eksternal dengan memberikan suatu
saluran komunikasi terhadap pokok-pokok persoalan yang
memprihatinkan dengan efektif
8) Memperkuat posisi auditor internal dengan memperkuat
independensinya dari manajemen
9) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap kelayakan dan
objektifitas laporan keuangan serta meningkatkan kepercayaan
10)Memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya
untuk disampaikan kepada dewan komisaris.
Keberadaan komite audit pada perusahaan publik di Indonesia
secara resmi dimulai sejak bulan Juni 2000 yang ditandai dengan
keluarnya Keputusan Direksi BEJ No: Ke-315/BEJ/06/2000 perihal:
Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan Umum
Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Pada bagian ini dinyatakan
bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang
baik (good corporate governance), perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) wajib memiliki
komisaris independen, komite audit, sekretaris perusahaan,
keterbukaan dan standar laporan keuangan per sektor. Selain itu,
terdapat berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite audit
telah dibuat diantaranya:
a) Pedoman Good Corporate Governance (Maret 2001) yang
menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite
Audit;
b) KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan
yang listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit;
c) KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN
mempunyai komite audit; dan
d) KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN
e) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
No. KEP-29/PM/2004 tgl. 24 September 2004 tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
d. Komisaris Independen
Menurut Wardhani (2006:2), salah satu permasalahan dalam
penerapan corporate governance adalah adanya CEO yang memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris,
Padahal fungsi dari dewan komisaris adalah untuk mengawasi kinerja
dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut. Oleh karena itu
diperlukannya komisaris independen (independent commissioner)
yang berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang (controveiling power).
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam
perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang
independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk
menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan (Emirzon
dalam Oktadella dan Zulaikha, 2010:8). Komisaris independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga
dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang
saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen (FCGI, 2003).
Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam
terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
terkait. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi
untuk mengawasi dan melindungi pihak-pihak diluar manajemen
perusahaan, menjadi penengah dalam perselisihan yang terjadi
diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen
serta memberikan nasihat kepada manajemen, sehingga komisaris
independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance
dan menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi (Susiana
dan Herawaty, 2007:9).
Komisaris independen memikul tanggung jawab untuk
mendorong secara proakti agar komisaris dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pengawas dan penasehat direksi dapat memastikan
perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif (termasuk di
dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi
tersebut), memastikan perusahaan memiliki eksekutif dan manajer
yang profesional, memastikan perusahaan memiliki informasi, sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik, memastikan
perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun
nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya,
memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan dikelola
Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik (FCGI,
2003).
Kriteria Dewan Komisaris Independen adalah sebagai berikut :
1) Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen;
2) Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham
mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan
pemegang saham mayoritas dari perusahaan;
3) Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir
tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh
perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha
dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris
setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu;
4) Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut;
5) Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau
pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan