• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus: kuasi eksperimen di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus: kuasi eksperimen di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan"

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Syifa Fauziah

NIM 1110016300002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak lurus. Penelitian ini dilakukan pada kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMA Negeri 6 Tangerang Selatan yang melibatkan 72 siswa. Penelitian berlangsung pada bulan November 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design dan teknik

pengambilan sampel purpossive sampling. Instrumen yang digunakan adalah

instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa angket. Data hasil intrumen tes dan nontes dianalisis secara kuantitatif, namun hasil data nontes dikonversi ke dalam bentuk kualitatif. Berdasarkan hasil uji hipotesis terhadap data posttest menunjukkan nilai thitung = 4,07 dan nilai ttabel = 2,00. Nilai thitung ttabel, sehingga H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak lurus, dimana hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih unggul pada semua jenjang kongitif (C1-C4). Selain itu pembelajaran menggunakan media video ini memiliki daya dukung terhadap proses pembelajaran pada kategori baik, dengan persentase sebesar 80%.

(6)

v

ABSTRACK

Syifa Fauziah (1110016300002). Video Media Effect on Learning Result of Senior High School Students in Linier Motion Concepts. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University of SyarifHidayatullah Jakarta, 2015.

This research aims to determine the effect of media video on learning result of senior high school students in linier motion concepts. The research was done in class X MIA 1 and X MIA 2 in SMAN 6 Tangerang Selatan consist of 72 students. This research was done in November 2014. The method used in research is a quasi experimental with nonequivalent control group design and technique of sampling is purpossive sampling. The instrument used in this research is a test instrument, in the form multiple choice questions and non-test instruments in the form questionnaire. Based on the results of hypothesis testing using t-test. The result showed value of thitung = 4,07 while value of ttabel = 2,00. It is seen that the value thitung ttabel, it mean H0 rejected. The results showed that there is an effect of media video on physic learning outcomes of senoir high school students in linier motion concepts, where The result of the experimental student’s learning is superior in C1-C4 cognitive levels. Than, media video has carrying capacity of the learning process in good category with percentage of 80%.

(7)

vi

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-NYa penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Gerak Lurus”. Shalawat teriring salam penulis sampaikan pada nabi tercinta yaitu nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya dan para pengikut agama beliau.

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus apresiasi dan terima kasih

tersebut disampaikan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan saran, masukan dan kritik

serta bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Ibu Erina Hertanti, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan saran,

masukan dan kritik serta bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Hasian Pohan, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan

bimbingan, saran dan pengarahan selama proses sidang dan perbaikan skripsi.

6. Ibu Fathiah Alatas, M.Si selaku dosen penguji II yang telah memberikan

bimbingan, saran dan pengarahan selama proses sidang dan perbaikan skripsi.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

(8)

vii

semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari

Allah SWT.

8. Kepala SMA Negeri 6 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh Dewan Guru SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, khususnya guru

mata pelajaran fisika, Ibu Nurhayati, S.TP, Ibu Ismaini, S.Pd dan Ibu Dra.

Ilmiah.

10. Siswa dan siswi SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, Khususnya X MIA 1 dan

X MIA 2.

11. Teristimewa untuk kedua orangtuaku yang tercinta, “Ayah” dan “Ibu”, Sarmo, SH dan Erny yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih

sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

Adik-adikku tersayang Chaerul Imam, Chaerul Umam, Fathma Hamiidah dan

Muhammad Humaidi Azhar serta seluruh keluarga yang menjadi kekuatan

bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

12. Ngungrum Qurani Isdarmadji dan keluarga yang telah memberikan banyak

bantuan selama proses pembuatan media video.

13. Teman-teman program studi pendidikan Fisika angkatan 2010 yang saling

menyemangati, membantu dan mendoakan.

14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis memohon kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan penulisan yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Februari 2015

Penulis

(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Kajian Teoritis ... 7

1. Belajar ... 7

2. Media Pembelajaran ... 9

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 9

b. Klasifikasi Media Berdasarkan Indera yang Terlibat ... 12

c. Fungsi Media Pembelajaran ... 13

3. Media Video ... 17

(10)

ix

b. Kelebihan Media Video ... 18

c. Kekurangan Media Video ... 19

4. Media Film ... 20

a. Pengertian Media Film ... 20

b. Kelebihan Media Film ... 22

5. Hasil Belajar ... 24

a. Ranah Kognitif ... 25

b. Ranah Afektif ... 27

c. Ranah Psikomotorik ... 28

6. Konsep Gerak Lurus ... 29

a. Kompetensi Dasar ... 29

b. Peta Konsep Gerak Lurus ... 29

c. Materi Konsep Gerak Lurus ... 30

B. Kerangka Berpikir ... 35

C. Penelitian Relevan ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 42

C. Desain Penelitian ... 42

D. Populasi dan Sampel ... 43

E. Variabel Penelitian ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Instumen Penelitian ... 44

1. Tes ... 44

2. Nontes ... 45

H. Kalibrasi Instrumen ... 46

1. Kalibrasi Instrumen Tes ... 46

a. Uji Validitas ... 46

(11)

x

1. Analisis Data Tes ... 52

a. Uji Prasyarat Analisis ... 52

b. Uji Hipotesis ... 54

c. Uji N-Gain ... 55

2. Analisis Data Nontes ... 55

J. Hipotesis Statistik ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Hasil Pretest ... 58

2. Hasil Posttest ... 59

3. Rekapitulasi Hasil Belajar ... 61

a. Hasil Pretest dan Posttest ... 61

b. Kemampuan Berpikir Kongitif ... 62

4. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 64

a. Uji Normalitas ... 64

b. Uji Homogenitas ... 65

5. Hasil Uji Hipotesis ... 65

6. Hasil Analisis Data Angket ... 66

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 12 Gambar 2.2 Peta Konsep Gerak Lurus ... 29 Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 58

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60

Gambar 4.3 Diagram Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Jenjang Kognitif ... 62

Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

(13)

xii

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 45

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Nontes ... 46

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 47

Tabel 3.6 Hasil Uji Validasi Instrumen Tes ... 48

Tabel 3.7 Kategori Reliabilitas ... 49

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 49

Tabel 3.9 Kategori Taraf Kesukaran ... 50

Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 50

Tabel 3.11 Kategori Daya Pembeda ... 51

Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 51

Tabel 3.13 Uji Validitas Isi Instrumen Nontes ... 52

Tabel 3.14 Kategori N-Gain ... 55

Tabel 3.15 Penskoran Alternatif Jawaban Pernyataan Angket ... 55

Tabel 3.16 Kriteria Penilaian Angket ... 56

Tabel 4.1 Hasil Rekapitullasi Skor Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 59

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 61

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Pretest dan Posttest ... 61

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 65

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 65

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 76

1. RPP Kelas Eksperimen ... 76

2. RPP Kelas Kontrol ... 101

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 126

1. Instrumen Tes ... 126

a. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 126

b. Instrumen Tes ... 128

2. Analisis Hasil Uji Instrumen ... 157

a. Uji Validasi Butir Soal ... 157

b. Uji Reliabilitas Instrumen ... 158

c. Uji Taraf Kesukaran ... 159

d. Uji Daya Pembeda ... 160

3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen ... 161

4. Instrumen Tes Valid ... 163

5. Soal Instrumen Penelitian ... 184

6. Lembar Jawaban ... 187

7. Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket) ... 188

8. Instrumen Nontes (Angket) ... 189

9. Lembar Uji Validasi Instrumen Nontes (Angket) ... 190

10. Lembar Validasi Ahli Media ... 191

11. Lembar Validasi Ahli Materi ... 193

Lampiran C Analisis Data Hasil Penellitian ... 195

1. Hasil Pretest ... 195

2. Hasil Posttest ... 201

3. Uji Normalitas Hasil Pretest ... 207

a. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 207

(15)

xiv

5. Uji Homogenitas Hasil Pretest ... 217

6. Uji Homogenitas Hasil Posttest ... 220

7. Uji Hipotesis Hasil Pretest ... 223

8. Uji Homogenitas Hasil Posttest ... 225

9. Data Hasil Angket Respon Siswa ... 228

10. Data Persentase Ranah Kognitif ... 230

Lampiran D Print Screen Media ... 238

Lampiran E Surat-surat ... 244

1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 244

2. Surat Keterangan Penelitian ... 245

3. Lembar Uji Referensi ... 246

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jika ditinjau dari prosesnya merupakan proses komunikasi.

Pendidikan dikatakan sebagai proses komunikasi karena dalam proses pendidikan

terdapat komunikator, komunikan dan pesan sebagai komponen-komponen

komunikasi. Komunikasi dalam pendidikan terjadi pada saat proses pembelajaran.

Komunikasi yang dimaksud dalam pendidikan adalah komunikasi dua arah.

Dalam proses komunikasi dua arah tentunya ada pesan yang disampaikan, agar

pesan itu tersampaikan dengan baik maka dibutuhkan alat bantu. Alat bantu yang

digunakan dalam proses pembelajaran adalah media. Penggunaan media sangat

membantu aktivitas proses pembelajaran.

Kata media sebenarnya tidak asing bagi kita, tetapi pemahaman banyak

orang terhadap kata media berbeda-beda. Media disini, diartikan sebagai alat

bantu karena media merupakan penyalur pesan yang ingin disampaikan. Media

sebagai alat bantu tentunya dapat digunakan untuk semua mata pelajaran,

termasuk di dalamnya mata pelajaran fisika. Hanya saja penggunaan media

sebagai alat bantu harus disesuaikan dengan kebutuhan agar tercipta pembelajaran

yang efektif dan efisien.

Beberapa hasil kajian salah satunya yang dikemukakan oleh Sutarno,

menunjukkan bahwa pembelajaran fisika pada umumnya dilakukan oleh guru

dengan menggunakan metode konvensional, tanpa melibatkan penggunaan media

pembelajaran yang kaya visualisasi. Hal ini menyebabkan siswa tidak banyak

terlibat dalam proses pengkonstruksian suatu konsep. Siswa tidak terlibat untuk

mendiskusikan dan menanyakan banyak hal menggunakan pola berpikirnya,

melainkan tidak lebih dari sekedar mendengar dan menghafalkan konsep materi

yang diajarkan. Kenyataan ini menyebabkan hasil belajar siswa sebagai salah satu

indikator keberhasilan pembelajaran umumnya belum memuaskan.1 Artinya butuh

1

(17)

media yang dapat memvisualisasikan konsep fisika, agar proses pembelajaran

dapat berlangsung dalam dua arah.

Banyak sekali jenis media yang dapat memvisualisasikan sebuah konsep

fisika. Masing-masing jenis media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

Pemilihan jenis media visualisasi harus disesuaikan dengan karakteristik konsep

maupun karakteristik siswanya. Salah satu media yang banyak digunakan untuk

visualisasi konsep fisika karena dapat mempermudah pemahaman ialah

menggunakan media dalam bentuk video. Media video umumnya digemari siswa

saat ini. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa yang sering menonton film.

Video merupakan salah satu contoh media audio visual. Pesan yang disampaikan

oleh media video dapat berupa fakta maupun fiktif (misalnya cerita), bersifat

informatif, edukatif maupun instruksional.2

Media video mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan

media pembelajaran yang lain karena meliputi media auditif dan visual. Media

video selain digunakan oleh guru pada proses pembelajaran, media video juga

dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mengulang kembali materi yang sudah

diberikan. Selain itu dapat dimanfaatkan pada jangka waktu yang panjang dalam

proses pembelajaran selama isi dari media video tersebut masih relevan dengan

materi yang ada.

Media video dapat membuat siswa melibatkan panca indranya melalui

penglihatan dan pendengaran untuk memperoleh pengetahuannya. Karena

pengetahuan atau informasi akan lama terekam pada memori seseorang apabila

orang itu melihat atau mendengarnya secara langsung dari pada sekedar

menghafalnya. Penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh

dari apa yang didengar 11%, dari apa yang dilihat 83%. Pengetahuan yang

diperoleh tersebut menyebabkan seseorang memiliki kemampuan daya ingat yaitu

20% dari apa yang didengar, dan 50% dari apa yang dilihat. Sehingga media

2

(18)

3

visualisasi dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai dalam proses

pembelajaran.3

Saat ini banyak sekali jenis media video yang digunakan untuk

memvisualisasikan konsep fisika. Media video yang berkembang saat ini pada

kegiatan proses pembelajaran adalah media video yang menampilkan suatu

eksperimen dan fenomena-fenomena dalam fisika secara singkat. Padahal fakta

menyebutkan saat ini banyak siswa yang memiliki kebiasaan menonton film.

Artinya media video yang terkait dengan pembelajaran fisika perlu

dikembangkan. Pengembangan media video pembelajaran fisika ini dimaksudkan

untuk mencari suasana baru dengan tujuan agar siswa tidak merasa terbebani saat

belajar fisika. Pengembangan media video yang dimaksud oleh peneliti adalah

video dalam bentuk film. Dengan bentuk media video seperti film, diharapkan

siswa merasa termotivasi untuk belajar fisika.

Media video memiliki manfaat praktis antara lain dapat memperjelas

penyampaian informasi karena penggunaannya yang dapat diulang, dapat

mengarahkan dan meningkatkan perhatian siswa, dapat mengatasi keterbatasan

ruang dan waktu, memberikan gambaran yang lebih realistik, dapat

menumbuhkan minat dan motivasi, serta dapat memberikan kesaamaan

pengalaman kepada siswa tentang peristiwa kehidupan sehari-hari.4

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa konsep yang terdapat

dalam pelajaran fisika, umumnya terdiri dari konsep yang perlu untuk

divisualisasikan. Visualisasi konsep tersebut dibutuhkan antara lain untuk

mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, serta untuk keseragaman pengamatan.

Selain itu, visualisasi banyak dilakukan pada konsep yang terkait dengan banyak

peristiwa kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep fisika yang memiliki

karakteristik seperti itu adalah konsep gerak lurus.

3

Wahyudin, dkk., Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 6, 2010, h. 58.

4

(19)

Dalam penelitian ini, konsep gerak lurus akan divideokan dalam bentuk

film. Skenario film akan dibuat berupa adegan maupun percakapan yang isinya

mengenai konsep gerak lurus. Misalnya terdapat adegan mengenai perpindahan,

dimana pemeran memperagakan konsep perpindahan dengan memberikan

penjelasan melalui percakapan. Setelah adegan konsep perpindahan ditampilkan,

munculah definisi dari perpindahan dalam bentuk tulisan. Selain itu, ada adegan

pemeran mengendarai motor yang didalamnya berisi penjelasan konsep kelajuan

dan kecepatan. Setelah adegan tersebut berakhir, munculah penjelasan dalam

bentuk tulisan mengenai perbedaan kelajuan dan kecepatan beserta persamaan

matematisnya. Adegan lain akan diperlihatkan untuk mewakili konsep gerak

vertikal ke atas dan vertikal ke bawah, serta masih banyak adegan maupun

percakapan dalam film ini yang memuat konsep gerak lurus. Agar siswa lebih

memahami konsep gerak lurus yang disajikan melalui film ini, peneliti

menghadirkan beberapa soal yang harus dijawab oleh siswa pada akhir bagian

film sebagai evaluasi pemahaman siswa terhadap konsep gerak lurus.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat permasalahan berorientasi pendidikan fisika dengan judul “Pengaruh Media Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Gerak Lurus”.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas,

maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan, sebagai berikut:

1. Hasil belajar fisika siswa umumnya belum memuaskan.

2. Siswa hanya sekedar menghafal konsep fisika yang perlu untuk

divisualisasikan karena belum ada media yang tepat untuk

memvisualisasikannya.

3. Kebiasaan siswa yang hobi menonton film belum bisa diaplikasikan karena

belum ada media pembelajaran yang bisa memfasilitasinya.

4. Media video yang berkembang saat ini hanya menampilkan fenomena fisika

(20)

5

saat berlangsungnya proses pembelajaran fisika karena belum ada

pengembangan bentuk media video yang menciptakan suasana baru agar

siswa termotivasi dalam proses pembelajaran fisika.

C. Batasan Masalah

Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti

karena keterbatasan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian perlu

dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar dalam penelitian ini merujuk pada taksonomi Bloom yang sudah

direvisi oleh Lorin W. Anderson, dkk. Hasil belajar yang dimaksud adalah

hasil belajar pada ranah kognitif dengan tingkatan C1 sampai C4.

2. Media video yang digunakan adalah rangkaian digital video yang didalamnya terdapat teks, narasi dan cuplikan adegan dari materi gerak lurus yang

disajikan melalui alur suatu cerita.

3. Pada kelas kontrol, diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional,

pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh

guru di kelas tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus?

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada setiap jenjang kognitif

setelah diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media video?

2. Bagaimana respon siswa terhadap media video yang digunakan dalam

(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui

pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus.

Berdasarkan tujuan penelitian secara umum tersebut, maka diperoleh tujuan

khusus sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap jenjang kognitif

setelah diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media video.

2. Mengetahui respon siswa terhadap media video yang digunakan dalam

pembelajaran fisika pada konsep gerak lurus.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

1. Dengan menggunakan media video, siswa diharapkan mendapat gambaran

nyata dari setiap fenomena fisika pada konsep gerak lurus yang dipelajari,

sehingga siswa mampu memahami konsep gerak lurus dengan tepat.

2. Memberikan informasi dan motivasi pada guru mata pelajaran fisika untuk

membuat video yang memberikan gambaran nyata tentang konsep fisika

sekaligus menarik untuk disaksikan.

3. Memberikan wawasan baru bagi peneliti dalam bidang penelitian pendidikan

serta memotivasi peneliti untuk mengaplikasikanya di sekolah kelak setelah

(22)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 1. Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok atau penting. Hal tersebut berarti bahwa

berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Dengan

kata lain, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dilihat dari kualitas

pembelajaran yang berlangsung.1

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi

termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.2

Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.3 Perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya

karena tidak semua perubahan yang terjadi pada diri sesorang merupakan

perubahan dalam arti belajar.

Selain itu, Wina Sanjaya juga menyatakan bahwa belajar adalah proses

mental yang terjadi dalam diri seseorang, yang menyebabkan munculnya

perubahan tingkah laku dan aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi

individu dengan lingkungan yang disadari.4 Sedangkan Gagne berpendapat bahwa

1

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hal. 1.

2

Ibid., hal. 2.

3

Ibid., hal. 2.

4

(23)

belajar adalah suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai

akibat dari pengalaman.5

Dari beberapa penjelasan sebelumnya mengenai definisi belajar, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang

yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan tersebut harus melalui

proses tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi belajar secara umum, yaitu:6

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa yang saling berinteraksi

dan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik. Lingkungan

tersebut dibedakan menjadi lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya,

b. Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini merupakan alat kelengkapan untuk tercapainya tujuan

pendidikan, diantaranya kurikulum, program, sarana dan prasarana, serta

guru.

c. Faktor Fisiologis

Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar

seseorang. Menurut Noeh, hal yang tidak kalah pentingnya dalam

mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi panca indera seseorang. Orang

yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda dengan belajarnya orang

yang berada dalam keadaan lelah.

d. Faktor Psikologis

Belajar pada hakikatnya merupakan proses psikologis. Faktor psikologis yang

merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat mempengaruhi

hasil belajar dan merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas

belajar seseorang. Faktor psikologis diantaranya adalah minat, kecerdasan,

bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.

5

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Elangga, 2006), h. 2.

6

(24)

9

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.7 Dalam bahasa Arab media disebut wasail yang berarti tengah juga. Kata “tengah” yang berarti di antara dua sisi disebut juga sebagai “perantara” atau yang mengantarai dua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah, bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yaitu

yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu

sisi ke sisi lainnya.8

Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah

seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan.9 Sementara,

Gerlach and Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.10 Gagne

menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungannya.

Sedangkan Raharjo mengatakan bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh

sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Materi

yang diterima adalah pesan instruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah

tercapainya proses belajar.11 Sementara itu Briggs berpendapat bahwa media

adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang siswa

untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai merupakan contoh dari media yang

dimaksud oleh Briggs.12

AECT (Association of Education and Communication Technology)

memeberi batasan mengenai media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan

untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media sering disebut juga dengan

7

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 3.

8

Yudhi Munadhi, op. cit., h. 6.

9

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 3, h. 204.

10

Febrian Eko Priandono, dkk., Pengembangan Media Audio-Visual Berbasis Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 1, 2012, h. 247.

11

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, Edisi Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet. 1, h. 7.

12

(25)

kata mediator, menurut Fleming mediator adalah alat yang turut campur tangan

dengan dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media

menunjukkan fungsi atau peranannya untuk mengatur hubungan yang efektif

antara dua pihak dalam proses pembelajaran siswa dan isi pelajaran.13 National Education Asociation (NEA) memiliki pengertian yang berbeda mengenai media. Media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta

alat-alatnya.14

Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai

perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Sejalan dengan

hal itu Hamidjojo memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang

digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau

pendapat. Dengan adanya perantara maka ide, gagasan atau pendapat tersebut

sampai kepada penerima yang dituju.15 Heinich mencontohkan media ini seperti

film, televisi, diagram, bahan cetak, komputer dan instruktur. Contoh media

tersebut dapat dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini terlihat adanya

hubungan antara media dengan pesan dan metode.16

Media dibutuhkan dalam proses pembelajaran karena proses belajar

mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian

pesan dari pengantar ke penerima. Karena media merupakan saluran komunikasi

tempat berlalunya pesan.17 Pesan berupa isi atau ajaran yang dituangkan ke dalam

simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata atau tulisan) maupun nonverbal.

Kemudian siswa menerjemahkan atau menafsirkan simbol-simbol komunikasi

tersebut.

Komunikasi dalam pembelajaran tidak akan berjalan tanpa adanya sarana

penyampai pesan atau yang disebut dengan media. Komunikasi yang terjadi

13

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, op. cit., h. 8.

14

Arief S. Sadiman, dkk., op. cit., h. 7.

15

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto. loc. cit.

16

Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 159.

17

(26)

11

dalam pembelajaran adalah komunikasi antara guru, siswa dan bahan ajar. Media

yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut media pembelajaran. Media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan

pesan dari sumber secara terencana, sehingga tercipta lingkungan belajar yang

kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan

efektif.18 Miarso berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu

yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.19

Media pembelajaran adalah sarana untuk mengingkatkan kegiatan proses

belajar mengajar. Pemilihan media pembelajaran harus dilakukan secara cermat,

sehingga dapat digunakan dengan tepat dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan uraian mengenai pengertian media pembelajaran, dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar

mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,

segingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.20 Selain digunakan

untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, media dapat juga dimanfaatkan

untuk menyampaikan bagian tertentu dari pembelajaran, memberikan penguatan

maupun motivasi.21

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar memang

sangat dibutuhkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan direspon baik

oleh siswa. Gambaran yang paling banyak dijadikan acuan landasan teoritis

pemanfaatan media dalam proses pembelajaran adalah Dale’s Cone of Experience

(Kerucut Pengalaman Dale). Dalam upaya memanfaatkan media pada proses

pembelajaran, Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman menurut tingkat dari

yang paling konkrit ke paling abstrak. Tingkat pengalaman tersebut berdasarkan

18

Ibid., h. 7-8.

19

Rusman, op. cit., h. 160.

20

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, Edisi Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet. 1, h. 8-9.

21

(27)

seberapa banyak indera yang terlibat.22 Kerucut pengalaman Edgar Dale dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Kerucut pengalaman Edgar Dale

Berdasarkan Gambar 2.1, pengalaman belajar yang secara langsung

dialami siswa terletak di bagian bawah kerucut. Disinilah pengalaman belajar

yang paling besar dan banyak memperoleh manfaat karena siswanya

mengalaminya sendiri. Menunrut analasis Dale, pengalaman langsung mendapat

tempat utama dan terbesar, sedangkan belajar melalui abstrak berada di puncak

kerucut. Kerucut ini menggambarkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki

cara belajar yang berkualitas apabila telah mampu memaknai simbol-simbol

abstrak.23

b. Klasifikasi Media Berdasarkan Indera yang Terlibat

Menurut Rudi Bretz terdapat tiga unsur pokok yang dijadikan dasar dari

setiap media, yaitu suara, visual dan gerak. Unsur suara adalah unsur yang

melibatkan indera pendengaran. Sedangkan unsur visual adalah unsur yang

melibatkan indera penglihatan. Namun pada unsur gerak, Bretz tidak

22

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 18.

23

(28)

13

mendasarkan gerak pada keterlibatan inderawi tetapi kepada alat-alat yang

mendukung media bersangkutan.24 Indera dalam hal ini berfungsi untuk menerima

pesan atau informasi yang masuk melalui rekaman indera. Jika tidak ada

informasi yang ditahan dalam rekaman indera, maka informasi tersebut akan

hilang dengan cepat.25 Dengan adanya indera yang terlibat dalam penerimaan

informasi, maka informasi tersebut akan lama berada pada rekaman indera. Fungsi

media yang melibatkan indera akan memudahkan informasi tertahan pada

rekaman indera sehingga kita dapa mengingatnya.

Menurut Aminuddin Rasyad, klafisikasi media berdasarkan indera lebih

disebabkan pada pemahaman bahwa pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu

pengetahuan. Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling membantu

manusia dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman adalah indera

pendengaran dan indera penglihatan. Media pembelajaran yang melibatkan indera

pendengaran saja disebut sebagai media audio, media yang melibatkan indera

penglihatan saja disebut sebagai media visual dan media yang melibatkan

keduanya dalam satu proses pembelajaran disebut sebagai media audio visual.

Jika dalam proses pembelajaran melibatkan banyak indera, maka media yang

seperti itu dinamakan multimedia.26 Oleh karena itu, media dalam proses

pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok besar, yaitu media audio,

media visual, media audio visual dan multimedia.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sarana penyampai pesan kepada siswa

agar mereka dapat menerima dan merespon pesan dengan baik. Sebagai sarana

penyampai pesan, media pembelajaran memiliki banyak fungsi. Pada dasarnya

fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.27 Rahardjo

mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem

24

Ibid., h. 52.

25

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Edisi Sembilan, Jilid I, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 217-218.

26

Yudhi Munadhi, op. cit., h. 53-54.

27

(29)

pembelajaran yang mempunyai nila-nilai praktis berupa kemampuan/keterampilan

untuk:

1) membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem

peredaran darah.

2) membawa objek yang berbahaya atau sukar di dapat ke dalam lingkungan

belajar, seperti binatang-binatang buas atau penguin dari kutub selatan.

3) menampilkan objek yang terlalu besar, seperti matahari, gunung, dan

sebagainya.

4) menampilkan objek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti

atom.

5) mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion atau timelapsephotography.

6) memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.

7) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman

belajar siswa.

8) membangkitkan motivasi belajar siswa.

9) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun

disimpan menurut kebutuhan.

10) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan

waktu maupun ruang.28

Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu

fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris.29

Sedangkan menurut Hamalik, penggunaan media pembelajaran dalam proses

belajar mengajar dapat membangkitkan minat yang baru, motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Selain dapat membangkitkan minat siswa, media pembelajaran juga dapat

28

Febrian Eko Priandono, dkk., Pengembangan Media Audio-Visual Berbasis Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 1, 2012, h. 247-248.

29

(30)

15

membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik,

memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.30

Selain itu, Kemp dan Dayton mengatakan bahwa media pembelajaran

dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan,

kelompok atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu memotivasi minat atau

tindakan, menyajikan informasi dan memberikan instruksi.31 Adapun penjabaran

ketiga fungsi utama media pembelajaran tersebut adalah:

1) Memotivasi minat dan tindakan, direalisasikan dengan teknik drama atau

hiburan.

2) Menyajikan informasi, digunakan dalam rangka penyajian informasi

dihadapan sekelompok siswa.

3) Memberi instruksi, informasi yang terdapat dalam media harus melibatkan

siswa.32

Encyclopedia Of Educational Research merincikan manfaat media pembelajaran sebagai berikut:

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir.

2) Menarik dan menjadi pusat perhatian siswa.

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar.

4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan mandiri

dikalangan siswa.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu terutama melalui gambar

hidup.

6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan

kemampuan berbahasa.

7) Memberikan pengalaman yang berbeda dan tidak mudah diperoleh melalui

cara lain serta membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam

belajar.33

30

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 15-16.

31

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, op. cit., h. 20.

32

Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 164.

33

(31)

Secara umum, fungsi atau kegunaan media pembelajaran dalam proses

belajar mengajar antara lain:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (hanya dalam

bentuk tulisan maupun lisan).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya:

a) Objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realita, gambar, film bingkai,

film atau model.

b) Objek yang kecil bisa dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film

atau gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography.

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

melalui rekaman film, video maupun foto.

e) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model maupun diagram.

f) Konsep yang terlalu luas dapat divisualisasikan dalam bentuk film maupun

gambar.

3) Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif siswa. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:

a) Menimbulkan kegairahan belajar.

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan

lingkungan dan kenyataan.

c) Memungkinkan siswa belajar sesuai kemampuan dan minatnya.

4) Dengan keberagaman dan perbedaan latar belakang setiap siswa akan

menimbulkan kesulitan bagi guru dalam menyampaikan materi. Masalah

tersebut dapat diatasi dengan media pembelajaran yang memiliki kemampuan

dalam:

a) Memberikan rangsangan yang sama.

b) Menyamakan pengalaman bagi setiap siswa.

c) Menimbulkan persepsi yang sama bagi siswa.34

34

(32)

17

3. Media Video

a. Pengertian Media Video

Video merupakan satu dari dua jenis media audio visual. Media audio

visual merupakan media yang yang melibatkan indera penglihatan dan

pendengaran dalam satu proses.35 Media audio visual dibagi menjadi dua jenis.

Jenis yang pertama dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit,

dinamakan media audio visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua merupakan media audio visual tidak murni yang dikenal

dengan slide, OHP dan peralatan visual lain bila diberi unsur suara dari rekaman

kaset yang digunakan secara bersama dalam satu waktu.36 Video yang digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis pertama, karena berupa film gerak bersuara.

Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama

dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.37 Video dapat menyajikan

informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,

mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan

mempengaruhi sikap.38 Video sebagai media audio visual yang menampilkan

gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat. Pesan yang disajikan

bisa berisi fakta maupun fiktif, bisa bersifat informatif, edukatif maupun

instruksional.39

Penggunaan media video dalam proses pembelajaran tentunya memiliki

tujuan. Media video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Hubungan media video dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson, yaitu:

1) Untuk Tujuan Kognitif

Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang

menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan

rangsangan berupa gerak yang serasi.

35

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 56.

36

Ibid., h. 113-114.

37

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 49.

38

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, Edisi Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet. 1, h. 64.

39

(33)

2) Untuk Tujuan Psikomotor

Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh

keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dapat diperjelas, baik

yang diperlambat maupun dengan dipercepat. Dengan video siswa dapat

langsung mendapatkan umpan balik secara visual terhadap kemampuan

mereka mencobakan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.

3) Untuk Tujuan Afektif

Dengan menggunakan berbagai teknit dan efek, video dapat menjadi media

yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.40

b. Kelebihan Media Video

Setiap jenis media memiliki kelebihan dalam penggunaannya. Begitu pun

dengan media video yang memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu:

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.

3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.

4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

5) Mengembangkan imajinasi siswa.

6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih

realistik.

7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu

menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang

diharapkan dari siswa.

9) Semua siswa dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang.

10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

11) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk

dievaluasi. 41

40

Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Edisi Pertama, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), cet. 1, h. 104-105.

41

(34)

19

Ada pendapat lain yang mengemukakan kelebihan media video dalam

Arief S. Sadiman, diantaranya:

1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan

luar lainnya.

2) Dengan alat perekam pita video, sejumlah besar penonton dapat memperoleh

informasi dari para ahli.

3) Demosntrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya,

sehingga pada waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian pada

penyajiannya.

4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

5) Keras lemahnya suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi

komentar yang akan didengar.

6) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau

objek yan berbahaya.

7) Gambar proyeksi dapat dihentikan untuk diamati dengan seksama. Guru

dapat mengatur di mana akan menghentikan gerakan gambar tersebut.

8) Ruangan tidak perlu digelapkan untuk menyajikannya.42

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan media

video adalah dapat menampilkan suatu proses atau peristiwa secara jelas dan lebih

realistik sehingga dapat menarik minat dan menjadi perhatian siswa pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran.

c. Kekurangan Media Video

Selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, media video pun tidak

lepas dari kelemahannya yaitu:

1) Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di tempat

penggunaan, dan harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita video yang

akan digunakan.

42

(35)

2) Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah dan

menyita waktu.

3) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu

mengerjakannya.

4) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film akam memberikan hasil

yang jelek.

5) Layar yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali jaringan monitor

dan sistem proyeksi diperbanyak.

6) Jumlah huruf untuk grafis untuk video terbatas, yaitu separuh dari jumlah

huruf grafis untuk film/gambar diam.

7) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem

video menjadi masalah yang berkelanjutan.43

4. Media Film

a. Pengertian Media Film

Film merupakan media yang sangat besar kemampuannya dalam

membantu proses belajar mengajar. Ada tiga macam ukuran film yaitu 8 mm, 16

mm dan 35 mm. Jenis pertama biasanya digunakan untuk keluarga, sedangkan

jenis kedua digunakan di sekolah dan jenis ketiga biasanya digunakan untuk

komersial.44 Ditinjau dari indera yang terlibat, film merupakan alat komunikasi

yang sangat membantu proses pembelajaran efektif. Apa yang terlihat oleh mata

dan apa yang terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada

apa yang hanya dibaca saja atau didengar saja.45 Karena itulah film adalah alat

yang ampuh bagi orang yang menggunakannya secara efektif terhadap masyarakat

kebanyakan yang memang lebih banyak menggunakan aspek emosinya

dibandingkan aspek rasionalitasnya.46

43

Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Edisi Pertama, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), cet. 1, h. 107.

44

Arief S. Sadiman, dkk., op. cit, hal. 67.

45

Yudhi Munadhi, op. cit., h. 116.

46

(36)

21

Film yang berkembang saat ini teridiri dari beberapa jenis. Berkenaan

dengan klasifikasi film, Asnawir membaginya menjadi 10 jenis film, yaitu film

informasi, film kecakapan, film apresiasi, film dokumenter, film rekreasi, film

episode, film sain, film berita, film industri dan film provokasi. Film-film yang

dibuat khusus untuk media pembelajaran hendaknya berdurasi pendek. Bahkan

Anderson berpendapat bahwa sebaiknya setiap program film yang dibuat untuk

media pembelajaran hanya membahas satu konsep saja.47

Penggunaan film dalam proses pembelajaran tentunya memiliki tujuan.

Penggunaan suatu film harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan siswa dalam

hubungannya dengan materi yang dipelajari.48 Film harus dipilih agar sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Hubungan film dengan tujuan pembelajaran menurut

Anderson, yaitu:

1) Untuk Tujuan Kognitif

Penggunaan film untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan

kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan misalnya kecepatan

objek yang bergerak, mengajarkan aturan dan prinsip dan memperlihatkan

contoh model penampilan terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi

manusia.

2) Untuk Tujuan Psikomotor

Film digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media

film ini juga dapat memperjelas gerak seperti memperlambat atau

mempercepat. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik kepada

siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam

mengerjakan keterampilan gerak.

3) Untuk Tujuan Afektif

Film paling sesuai digunakan untuk mempengaruhi sikap dan emosi, yaitu

dengan menggunakan berbagai cara dan efek.49

47

Ibid., h. 119.

48

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), cet. 7, h. 86.

49

(37)

b. Kelebihan Media Film

Sebagai salah satu jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran, film memiliki beberapa kelebihan, diantarnya yaitu:

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam

waktu yang singkat.

3) Film dapat membawa siswa dari negara yang satu ke negara yang lain dan

dari masa yang satu ke masa yang lain.

4) Film dapat diulangi jika perlu untuk menambah kejelasan.

5) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah untuk diingat.

6) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

7) Mengembangkan imajinasi siswa.

8) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih

realistik.

9) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

10) Film sangat baik untuk menjelaskan suatu keterampilan dan lain-lain.

11) Semua siswa dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun yang kurang.

12) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.50

Ada pendapat lain yang mengemukakan kelebihan film dalam Arief S.

Sadiman, diantaranya:

1) Film merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang

cerdas maupun yang lamban akan memperoleh sesuatu yang sama dari film.

2) Film sangat bagus untuk menjelaskan suatu proses. Gerakan lambat dan

pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi.

3) Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali

kejadian-kejadian yang lampau.

4) Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara lain

untuk dibawa masuk kelas.

50

(38)

23

5) Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke

khusus atau sebaliknya.

6) Film dapat mendatangkan seorang ahli dan mendengarkan suaranya di kelas.

7) Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak, animasi dan

sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.

8) Film dapat memikat perhatian siswa.

9) Film lebih realistis, dapat diulang-ulang maupun dihentikan sesuai dengan

kebutuhan. Hal-hal abstrak akan menjadi jelas.

10) Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera.

11) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa.51

Selain itu, Anderson juga mengemukakan pendapatnya mengenai

beberapa kelebihan dari film, diantaranya:

1) Dapat menyajikan tiruan visual yang bergerak.

2) Dapat membuat efek visual khusus yang mungkin dapat memperkuat proses

pembelajaran.

3) Keanekaragaman jenis dan ukuran film yang ada memungkinkan film

digunakan dalam kelompok besar dan kelompok kecil atau untuk dilihat

sendiri.

4) Film dapat digunakan dengan proyeksi dari depan atau dari belakang.

5) Isi dan urutan materi pelajaran sudah terpadu, dan dapat digunakan secara

interaktif dengan buku-buku tugas, buku-buku petunjuk pelajaran dan

sebagainya.

6) Proyektor film pada umumnya lebih mudah didapat dibandingkan dengan

video.

7) Kualitas gambar yang ditransfer dari film ke video lebih baik dari pada dari

video ke film.

8) Ukuran film yang sudah terstandarisasi memungkinkannya digunakan

dimana-mana.52

51

Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 68-69.

52

(39)

c. Kekurangan Media Film

Selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, media video pun tidak

lepas dari kelemahannya yaitu:

1) Biaya produksi tinggi, dan mereka yang ahli dalam bidang itu masih langka.

2) Memproses film membutuhkan waktu sehingga tidak dapat diperoleh umpan

balik langsung.

3) Seringkali lembaga-lembaga tidak memiliki sarana produksi film bersuara

yang sederhana dan murah.

4) Film yang sudah dipakai tidak dapat dihapus dan digunakan kembali.

5) Harus ditangani dan dirawat dengan hati-hati supaya tidak putus, juga harus

dibersihkan secara teratur.

6) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus tidak semua

siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film

tersebut.53

5. Hasil Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok atau penting. Karena pada hakikatnya

belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan

lingkungan.54 Hal tersebut berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh

siswa sebagai siswa. Dengan kata lain, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

dilihat dari kualitas pembelajaran yang berlangsung.55 Untuk mengetahui sejauh

mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak, maka dilakukan upaya

atau tindakan berupa penilaian. Dengan kata lain, penilaian berfungsi untuk

mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat

menjadi tolak ukur tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.

53

Ibid., h. 118.

54

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), cet. 7, h. 27.

55

(40)

25

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Horward Kingsley membagi tiga

macam hasil belajar mengajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan

pengarahan, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil

belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,

dan keterampilan motoris.56

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena hasil belajar merupakan

bagian akhir dari proses pembelajaran dimana akan menjadi tolak ukur bagi guru

dan siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis

besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat

rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat

tinggi. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa yang diukur berdasarkan pada

ranah kognitif taksonomi Bloom yang sudah direvisi, yaitu :

1) C1 Mengingat (remembering)

Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Kategori

mengingat ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali

(recognizing) dan mengingat kembali. Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk

membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Sedangkan

56

(41)

proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif maupun

kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.

2) C2 Memahami (understanding)

Memahami adalah mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan

pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Pertanyaan pemahaman menuntut

siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang

memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah

diketahui. Kategori ini mencakup tujuh macam proses kognitif yaitu

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3) C3 Menerapkan (applying)

Menerapkan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Pertanyaan

penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan

masalah atau mengerjakan tugas. Dengan kata lain, siswa dapat menggunakan

pengetahuan tersebut untuk memecahkan masalah dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Kategori ini mencakup tiga macam proses kognitif

yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan.

4) C4 Menganalisis (analyzing)

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi

bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian-bagian dan antara

setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Pertanyaan analisis menguraikan

suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan

bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kategori ini

mencakup dua macam proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasi,

dan mengatribusikan.

5) Evaluasi (evaluate)

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria

(42)

27

efektivitas, efisiensi dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup

proses kognitif memeriksa dan mengkritik.

6) Mencipta (create)

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah

keseluruhan yang koheren dan fungsional. Tujuan-tujuan yang

diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru

dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian menjadi satu pola atau

struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Kategori ini mencakup tiga

macam proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan dan

memproduksi.57

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila

seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu:

1) Reciving atau Attending

Reciving atau Attending yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,

situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk

menerima stimulus , kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

2) Responding

Responding atau Jawaban merupakan reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,

perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada

dirinya.

3) Valuing

Valuing atau Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan

57

(43)

menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan

kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi

Organisasi merupakan pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lainnya, pemantapan

dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi

adalah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll.

5) Karakteristik Nilai atau Internalisasi Nilai

Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem

nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan

tingkah lakunya.58

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah pskomotoris, yaitu:

1) Gerakan refleks (keterampilan gerak pada gerakan yang tidak sadar)

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan konseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris dan lain-lain

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

gerakan ekspresif dan interpretatif.59

58

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdikarya, 2012), cet. 17, h. 29-30.

59

Gambar

Gambar 2. 2 Peta konsep gerak lurus
Tabel 3. 1 Desain penelitian
Tabel 3. 2 Teknik pengumpulan data
Tabel 3. 3 Kisi-kisi instrumen tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

43 Rumusan masalah pada penelitian terdahulu adalah apakah terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa. SMA pada konsep gerak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X Semeester I pada materi pokok Gerak Lurus di

Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah mengembangkan media Pembelajaran Fisika berupa Video Graphic Recorder pada

Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan media audio visual berbasis video dengan siswa

Media pembelajaran video animasi pa- da konsep dinamika gerak yang telah dival- idasi dan selesai dilakukan perbaikan atau revisi berdasarkan saran, kritik,

Tujuan penelitian ini adalah : (1)Untuk mengembangkan media pembelajar- an Fisika berbantuan komputer dengan Swishmax pada materi Kinematika Gerak Lurus untuk siswa SMA agar

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “pemanfaatkan media pembelajaran berbasis video guna meningkatkan kemampuan pemahaman siswa di SMA Negeri 1

Nilai t- = 28,64 sedangkan nilai t- = 2,00, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode presentasi pada konsep gerak lurus terhadap hasil belajar siswa kelas X di MAN