SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Syifa Fauziah
NIM 1110016300002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iv
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak lurus. Penelitian ini dilakukan pada kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMA Negeri 6 Tangerang Selatan yang melibatkan 72 siswa. Penelitian berlangsung pada bulan November 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design dan teknik
pengambilan sampel purpossive sampling. Instrumen yang digunakan adalah
instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa angket. Data hasil intrumen tes dan nontes dianalisis secara kuantitatif, namun hasil data nontes dikonversi ke dalam bentuk kualitatif. Berdasarkan hasil uji hipotesis terhadap data posttest menunjukkan nilai thitung = 4,07 dan nilai ttabel = 2,00. Nilai thitung ttabel, sehingga H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak lurus, dimana hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih unggul pada semua jenjang kongitif (C1-C4). Selain itu pembelajaran menggunakan media video ini memiliki daya dukung terhadap proses pembelajaran pada kategori baik, dengan persentase sebesar 80%.
v
ABSTRACK
Syifa Fauziah (1110016300002). Video Media Effect on Learning Result of Senior High School Students in Linier Motion Concepts. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University of SyarifHidayatullah Jakarta, 2015.
This research aims to determine the effect of media video on learning result of senior high school students in linier motion concepts. The research was done in class X MIA 1 and X MIA 2 in SMAN 6 Tangerang Selatan consist of 72 students. This research was done in November 2014. The method used in research is a quasi experimental with nonequivalent control group design and technique of sampling is purpossive sampling. The instrument used in this research is a test instrument, in the form multiple choice questions and non-test instruments in the form questionnaire. Based on the results of hypothesis testing using t-test. The result showed value of thitung = 4,07 while value of ttabel = 2,00. It is seen that the value thitung ttabel, it mean H0 rejected. The results showed that there is an effect of media video on physic learning outcomes of senoir high school students in linier motion concepts, where The result of the experimental student’s learning is superior in C1-C4 cognitive levels. Than, media video has carrying capacity of the learning process in good category with percentage of 80%.
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-NYa penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Gerak Lurus”. Shalawat teriring salam penulis sampaikan pada nabi tercinta yaitu nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para pengikut agama beliau.
Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus apresiasi dan terima kasih
tersebut disampaikan kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan saran, masukan dan kritik
serta bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Erina Hertanti, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan saran,
masukan dan kritik serta bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Hasian Pohan, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan
bimbingan, saran dan pengarahan selama proses sidang dan perbaikan skripsi.
6. Ibu Fathiah Alatas, M.Si selaku dosen penguji II yang telah memberikan
bimbingan, saran dan pengarahan selama proses sidang dan perbaikan skripsi.
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
vii
semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari
Allah SWT.
8. Kepala SMA Negeri 6 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh Dewan Guru SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, khususnya guru
mata pelajaran fisika, Ibu Nurhayati, S.TP, Ibu Ismaini, S.Pd dan Ibu Dra.
Ilmiah.
10. Siswa dan siswi SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, Khususnya X MIA 1 dan
X MIA 2.
11. Teristimewa untuk kedua orangtuaku yang tercinta, “Ayah” dan “Ibu”, Sarmo, SH dan Erny yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih
sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
Adik-adikku tersayang Chaerul Imam, Chaerul Umam, Fathma Hamiidah dan
Muhammad Humaidi Azhar serta seluruh keluarga yang menjadi kekuatan
bagi penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.
12. Ngungrum Qurani Isdarmadji dan keluarga yang telah memberikan banyak
bantuan selama proses pembuatan media video.
13. Teman-teman program studi pendidikan Fisika angkatan 2010 yang saling
menyemangati, membantu dan mendoakan.
14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis memohon kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penulisan yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Februari 2015
Penulis
viii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7
A. Kajian Teoritis ... 7
1. Belajar ... 7
2. Media Pembelajaran ... 9
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 9
b. Klasifikasi Media Berdasarkan Indera yang Terlibat ... 12
c. Fungsi Media Pembelajaran ... 13
3. Media Video ... 17
ix
b. Kelebihan Media Video ... 18
c. Kekurangan Media Video ... 19
4. Media Film ... 20
a. Pengertian Media Film ... 20
b. Kelebihan Media Film ... 22
5. Hasil Belajar ... 24
a. Ranah Kognitif ... 25
b. Ranah Afektif ... 27
c. Ranah Psikomotorik ... 28
6. Konsep Gerak Lurus ... 29
a. Kompetensi Dasar ... 29
b. Peta Konsep Gerak Lurus ... 29
c. Materi Konsep Gerak Lurus ... 30
B. Kerangka Berpikir ... 35
C. Penelitian Relevan ... 36
D. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42
B. Metode Penelitian ... 42
C. Desain Penelitian ... 42
D. Populasi dan Sampel ... 43
E. Variabel Penelitian ... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ... 44
G. Instumen Penelitian ... 44
1. Tes ... 44
2. Nontes ... 45
H. Kalibrasi Instrumen ... 46
1. Kalibrasi Instrumen Tes ... 46
a. Uji Validitas ... 46
x
1. Analisis Data Tes ... 52
a. Uji Prasyarat Analisis ... 52
b. Uji Hipotesis ... 54
c. Uji N-Gain ... 55
2. Analisis Data Nontes ... 55
J. Hipotesis Statistik ... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Hasil Penelitian ... 57
1. Hasil Pretest ... 58
2. Hasil Posttest ... 59
3. Rekapitulasi Hasil Belajar ... 61
a. Hasil Pretest dan Posttest ... 61
b. Kemampuan Berpikir Kongitif ... 62
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 64
a. Uji Normalitas ... 64
b. Uji Homogenitas ... 65
5. Hasil Uji Hipotesis ... 65
6. Hasil Analisis Data Angket ... 66
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
BAB V PENUTUP ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 12 Gambar 2.2 Peta Konsep Gerak Lurus ... 29 Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ... 58
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 60
Gambar 4.3 Diagram Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Jenjang Kognitif ... 62
Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
xii
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 45
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Nontes ... 46
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 47
Tabel 3.6 Hasil Uji Validasi Instrumen Tes ... 48
Tabel 3.7 Kategori Reliabilitas ... 49
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 49
Tabel 3.9 Kategori Taraf Kesukaran ... 50
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 50
Tabel 3.11 Kategori Daya Pembeda ... 51
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 51
Tabel 3.13 Uji Validitas Isi Instrumen Nontes ... 52
Tabel 3.14 Kategori N-Gain ... 55
Tabel 3.15 Penskoran Alternatif Jawaban Pernyataan Angket ... 55
Tabel 3.16 Kriteria Penilaian Angket ... 56
Tabel 4.1 Hasil Rekapitullasi Skor Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 59
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 61
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Pretest dan Posttest ... 61
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 65
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 65
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 76
1. RPP Kelas Eksperimen ... 76
2. RPP Kelas Kontrol ... 101
Lampiran B Instrumen Penelitian ... 126
1. Instrumen Tes ... 126
a. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 126
b. Instrumen Tes ... 128
2. Analisis Hasil Uji Instrumen ... 157
a. Uji Validasi Butir Soal ... 157
b. Uji Reliabilitas Instrumen ... 158
c. Uji Taraf Kesukaran ... 159
d. Uji Daya Pembeda ... 160
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen ... 161
4. Instrumen Tes Valid ... 163
5. Soal Instrumen Penelitian ... 184
6. Lembar Jawaban ... 187
7. Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket) ... 188
8. Instrumen Nontes (Angket) ... 189
9. Lembar Uji Validasi Instrumen Nontes (Angket) ... 190
10. Lembar Validasi Ahli Media ... 191
11. Lembar Validasi Ahli Materi ... 193
Lampiran C Analisis Data Hasil Penellitian ... 195
1. Hasil Pretest ... 195
2. Hasil Posttest ... 201
3. Uji Normalitas Hasil Pretest ... 207
a. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 207
xiv
5. Uji Homogenitas Hasil Pretest ... 217
6. Uji Homogenitas Hasil Posttest ... 220
7. Uji Hipotesis Hasil Pretest ... 223
8. Uji Homogenitas Hasil Posttest ... 225
9. Data Hasil Angket Respon Siswa ... 228
10. Data Persentase Ranah Kognitif ... 230
Lampiran D Print Screen Media ... 238
Lampiran E Surat-surat ... 244
1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 244
2. Surat Keterangan Penelitian ... 245
3. Lembar Uji Referensi ... 246
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan jika ditinjau dari prosesnya merupakan proses komunikasi.
Pendidikan dikatakan sebagai proses komunikasi karena dalam proses pendidikan
terdapat komunikator, komunikan dan pesan sebagai komponen-komponen
komunikasi. Komunikasi dalam pendidikan terjadi pada saat proses pembelajaran.
Komunikasi yang dimaksud dalam pendidikan adalah komunikasi dua arah.
Dalam proses komunikasi dua arah tentunya ada pesan yang disampaikan, agar
pesan itu tersampaikan dengan baik maka dibutuhkan alat bantu. Alat bantu yang
digunakan dalam proses pembelajaran adalah media. Penggunaan media sangat
membantu aktivitas proses pembelajaran.
Kata media sebenarnya tidak asing bagi kita, tetapi pemahaman banyak
orang terhadap kata media berbeda-beda. Media disini, diartikan sebagai alat
bantu karena media merupakan penyalur pesan yang ingin disampaikan. Media
sebagai alat bantu tentunya dapat digunakan untuk semua mata pelajaran,
termasuk di dalamnya mata pelajaran fisika. Hanya saja penggunaan media
sebagai alat bantu harus disesuaikan dengan kebutuhan agar tercipta pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Beberapa hasil kajian salah satunya yang dikemukakan oleh Sutarno,
menunjukkan bahwa pembelajaran fisika pada umumnya dilakukan oleh guru
dengan menggunakan metode konvensional, tanpa melibatkan penggunaan media
pembelajaran yang kaya visualisasi. Hal ini menyebabkan siswa tidak banyak
terlibat dalam proses pengkonstruksian suatu konsep. Siswa tidak terlibat untuk
mendiskusikan dan menanyakan banyak hal menggunakan pola berpikirnya,
melainkan tidak lebih dari sekedar mendengar dan menghafalkan konsep materi
yang diajarkan. Kenyataan ini menyebabkan hasil belajar siswa sebagai salah satu
indikator keberhasilan pembelajaran umumnya belum memuaskan.1 Artinya butuh
1
media yang dapat memvisualisasikan konsep fisika, agar proses pembelajaran
dapat berlangsung dalam dua arah.
Banyak sekali jenis media yang dapat memvisualisasikan sebuah konsep
fisika. Masing-masing jenis media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pemilihan jenis media visualisasi harus disesuaikan dengan karakteristik konsep
maupun karakteristik siswanya. Salah satu media yang banyak digunakan untuk
visualisasi konsep fisika karena dapat mempermudah pemahaman ialah
menggunakan media dalam bentuk video. Media video umumnya digemari siswa
saat ini. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa yang sering menonton film.
Video merupakan salah satu contoh media audio visual. Pesan yang disampaikan
oleh media video dapat berupa fakta maupun fiktif (misalnya cerita), bersifat
informatif, edukatif maupun instruksional.2
Media video mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan
media pembelajaran yang lain karena meliputi media auditif dan visual. Media
video selain digunakan oleh guru pada proses pembelajaran, media video juga
dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mengulang kembali materi yang sudah
diberikan. Selain itu dapat dimanfaatkan pada jangka waktu yang panjang dalam
proses pembelajaran selama isi dari media video tersebut masih relevan dengan
materi yang ada.
Media video dapat membuat siswa melibatkan panca indranya melalui
penglihatan dan pendengaran untuk memperoleh pengetahuannya. Karena
pengetahuan atau informasi akan lama terekam pada memori seseorang apabila
orang itu melihat atau mendengarnya secara langsung dari pada sekedar
menghafalnya. Penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh
dari apa yang didengar 11%, dari apa yang dilihat 83%. Pengetahuan yang
diperoleh tersebut menyebabkan seseorang memiliki kemampuan daya ingat yaitu
20% dari apa yang didengar, dan 50% dari apa yang dilihat. Sehingga media
2
3
visualisasi dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai dalam proses
pembelajaran.3
Saat ini banyak sekali jenis media video yang digunakan untuk
memvisualisasikan konsep fisika. Media video yang berkembang saat ini pada
kegiatan proses pembelajaran adalah media video yang menampilkan suatu
eksperimen dan fenomena-fenomena dalam fisika secara singkat. Padahal fakta
menyebutkan saat ini banyak siswa yang memiliki kebiasaan menonton film.
Artinya media video yang terkait dengan pembelajaran fisika perlu
dikembangkan. Pengembangan media video pembelajaran fisika ini dimaksudkan
untuk mencari suasana baru dengan tujuan agar siswa tidak merasa terbebani saat
belajar fisika. Pengembangan media video yang dimaksud oleh peneliti adalah
video dalam bentuk film. Dengan bentuk media video seperti film, diharapkan
siswa merasa termotivasi untuk belajar fisika.
Media video memiliki manfaat praktis antara lain dapat memperjelas
penyampaian informasi karena penggunaannya yang dapat diulang, dapat
mengarahkan dan meningkatkan perhatian siswa, dapat mengatasi keterbatasan
ruang dan waktu, memberikan gambaran yang lebih realistik, dapat
menumbuhkan minat dan motivasi, serta dapat memberikan kesaamaan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa kehidupan sehari-hari.4
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa konsep yang terdapat
dalam pelajaran fisika, umumnya terdiri dari konsep yang perlu untuk
divisualisasikan. Visualisasi konsep tersebut dibutuhkan antara lain untuk
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, serta untuk keseragaman pengamatan.
Selain itu, visualisasi banyak dilakukan pada konsep yang terkait dengan banyak
peristiwa kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep fisika yang memiliki
karakteristik seperti itu adalah konsep gerak lurus.
3
Wahyudin, dkk., Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 6, 2010, h. 58.
4
Dalam penelitian ini, konsep gerak lurus akan divideokan dalam bentuk
film. Skenario film akan dibuat berupa adegan maupun percakapan yang isinya
mengenai konsep gerak lurus. Misalnya terdapat adegan mengenai perpindahan,
dimana pemeran memperagakan konsep perpindahan dengan memberikan
penjelasan melalui percakapan. Setelah adegan konsep perpindahan ditampilkan,
munculah definisi dari perpindahan dalam bentuk tulisan. Selain itu, ada adegan
pemeran mengendarai motor yang didalamnya berisi penjelasan konsep kelajuan
dan kecepatan. Setelah adegan tersebut berakhir, munculah penjelasan dalam
bentuk tulisan mengenai perbedaan kelajuan dan kecepatan beserta persamaan
matematisnya. Adegan lain akan diperlihatkan untuk mewakili konsep gerak
vertikal ke atas dan vertikal ke bawah, serta masih banyak adegan maupun
percakapan dalam film ini yang memuat konsep gerak lurus. Agar siswa lebih
memahami konsep gerak lurus yang disajikan melalui film ini, peneliti
menghadirkan beberapa soal yang harus dijawab oleh siswa pada akhir bagian
film sebagai evaluasi pemahaman siswa terhadap konsep gerak lurus.
Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan berorientasi pendidikan fisika dengan judul “Pengaruh Media Video terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Gerak Lurus”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas,
maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan, sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika siswa umumnya belum memuaskan.
2. Siswa hanya sekedar menghafal konsep fisika yang perlu untuk
divisualisasikan karena belum ada media yang tepat untuk
memvisualisasikannya.
3. Kebiasaan siswa yang hobi menonton film belum bisa diaplikasikan karena
belum ada media pembelajaran yang bisa memfasilitasinya.
4. Media video yang berkembang saat ini hanya menampilkan fenomena fisika
5
saat berlangsungnya proses pembelajaran fisika karena belum ada
pengembangan bentuk media video yang menciptakan suasana baru agar
siswa termotivasi dalam proses pembelajaran fisika.
C. Batasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
karena keterbatasan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian perlu
dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar dalam penelitian ini merujuk pada taksonomi Bloom yang sudah
direvisi oleh Lorin W. Anderson, dkk. Hasil belajar yang dimaksud adalah
hasil belajar pada ranah kognitif dengan tingkatan C1 sampai C4.
2. Media video yang digunakan adalah rangkaian digital video yang didalamnya terdapat teks, narasi dan cuplikan adegan dari materi gerak lurus yang
disajikan melalui alur suatu cerita.
3. Pada kelas kontrol, diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional,
pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
guru di kelas tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus?
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada setiap jenjang kognitif
setelah diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media video?
2. Bagaimana respon siswa terhadap media video yang digunakan dalam
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui
pengaruh media video terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak lurus.
Berdasarkan tujuan penelitian secara umum tersebut, maka diperoleh tujuan
khusus sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap jenjang kognitif
setelah diberi perlakuan pembelajaran menggunakan media video.
2. Mengetahui respon siswa terhadap media video yang digunakan dalam
pembelajaran fisika pada konsep gerak lurus.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:
1. Dengan menggunakan media video, siswa diharapkan mendapat gambaran
nyata dari setiap fenomena fisika pada konsep gerak lurus yang dipelajari,
sehingga siswa mampu memahami konsep gerak lurus dengan tepat.
2. Memberikan informasi dan motivasi pada guru mata pelajaran fisika untuk
membuat video yang memberikan gambaran nyata tentang konsep fisika
sekaligus menarik untuk disaksikan.
3. Memberikan wawasan baru bagi peneliti dalam bidang penelitian pendidikan
serta memotivasi peneliti untuk mengaplikasikanya di sekolah kelak setelah
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok atau penting. Hal tersebut berarti bahwa
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Dengan
kata lain, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dilihat dari kualitas
pembelajaran yang berlangsung.1
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi
termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.2
Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.3 Perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya
karena tidak semua perubahan yang terjadi pada diri sesorang merupakan
perubahan dalam arti belajar.
Selain itu, Wina Sanjaya juga menyatakan bahwa belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, yang menyebabkan munculnya
perubahan tingkah laku dan aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan yang disadari.4 Sedangkan Gagne berpendapat bahwa
1
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), hal. 1.
2
Ibid., hal. 2.
3
Ibid., hal. 2.
4
belajar adalah suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai
akibat dari pengalaman.5
Dari beberapa penjelasan sebelumnya mengenai definisi belajar, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang
yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan tersebut harus melalui
proses tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar secara umum, yaitu:6
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa yang saling berinteraksi
dan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik. Lingkungan
tersebut dibedakan menjadi lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya,
b. Faktor Instrumental
Faktor instrumental ini merupakan alat kelengkapan untuk tercapainya tujuan
pendidikan, diantaranya kurikulum, program, sarana dan prasarana, serta
guru.
c. Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Menurut Noeh, hal yang tidak kalah pentingnya dalam
mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi panca indera seseorang. Orang
yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda dengan belajarnya orang
yang berada dalam keadaan lelah.
d. Faktor Psikologis
Belajar pada hakikatnya merupakan proses psikologis. Faktor psikologis yang
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat mempengaruhi
hasil belajar dan merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas
belajar seseorang. Faktor psikologis diantaranya adalah minat, kecerdasan,
bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.
5
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Elangga, 2006), h. 2.
6
9
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.7 Dalam bahasa Arab media disebut wasail yang berarti tengah juga. Kata “tengah” yang berarti di antara dua sisi disebut juga sebagai “perantara” atau yang mengantarai dua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah, bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yaitu
yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu
sisi ke sisi lainnya.8
Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan.9 Sementara,
Gerlach and Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.10 Gagne
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungannya.
Sedangkan Raharjo mengatakan bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh
sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Materi
yang diterima adalah pesan instruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah
tercapainya proses belajar.11 Sementara itu Briggs berpendapat bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang siswa
untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai merupakan contoh dari media yang
dimaksud oleh Briggs.12
AECT (Association of Education and Communication Technology)
memeberi batasan mengenai media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media sering disebut juga dengan
7
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 3.
8
Yudhi Munadhi, op. cit., h. 6.
9
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 3, h. 204.
10
Febrian Eko Priandono, dkk., Pengembangan Media Audio-Visual Berbasis Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 1, 2012, h. 247.
11
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, Edisi Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet. 1, h. 7.
12
kata mediator, menurut Fleming mediator adalah alat yang turut campur tangan
dengan dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media
menunjukkan fungsi atau peranannya untuk mengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak dalam proses pembelajaran siswa dan isi pelajaran.13 National Education Asociation (NEA) memiliki pengertian yang berbeda mengenai media. Media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta
alat-alatnya.14
Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Sejalan dengan
hal itu Hamidjojo memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau
pendapat. Dengan adanya perantara maka ide, gagasan atau pendapat tersebut
sampai kepada penerima yang dituju.15 Heinich mencontohkan media ini seperti
film, televisi, diagram, bahan cetak, komputer dan instruktur. Contoh media
tersebut dapat dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini terlihat adanya
hubungan antara media dengan pesan dan metode.16
Media dibutuhkan dalam proses pembelajaran karena proses belajar
mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian
pesan dari pengantar ke penerima. Karena media merupakan saluran komunikasi
tempat berlalunya pesan.17 Pesan berupa isi atau ajaran yang dituangkan ke dalam
simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata atau tulisan) maupun nonverbal.
Kemudian siswa menerjemahkan atau menafsirkan simbol-simbol komunikasi
tersebut.
Komunikasi dalam pembelajaran tidak akan berjalan tanpa adanya sarana
penyampai pesan atau yang disebut dengan media. Komunikasi yang terjadi
13
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, op. cit., h. 8.
14
Arief S. Sadiman, dkk., op. cit., h. 7.
15
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto. loc. cit.
16
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 159.
17
11
dalam pembelajaran adalah komunikasi antara guru, siswa dan bahan ajar. Media
yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut media pembelajaran. Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan
pesan dari sumber secara terencana, sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif.18 Miarso berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.19
Media pembelajaran adalah sarana untuk mengingkatkan kegiatan proses
belajar mengajar. Pemilihan media pembelajaran harus dilakukan secara cermat,
sehingga dapat digunakan dengan tepat dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian mengenai pengertian media pembelajaran, dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
segingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.20 Selain digunakan
untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, media dapat juga dimanfaatkan
untuk menyampaikan bagian tertentu dari pembelajaran, memberikan penguatan
maupun motivasi.21
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar memang
sangat dibutuhkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan direspon baik
oleh siswa. Gambaran yang paling banyak dijadikan acuan landasan teoritis
pemanfaatan media dalam proses pembelajaran adalah Dale’s Cone of Experience
(Kerucut Pengalaman Dale). Dalam upaya memanfaatkan media pada proses
pembelajaran, Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman menurut tingkat dari
yang paling konkrit ke paling abstrak. Tingkat pengalaman tersebut berdasarkan
18
Ibid., h. 7-8.
19
Rusman, op. cit., h. 160.
20
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, Edisi Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet. 1, h. 8-9.
21
seberapa banyak indera yang terlibat.22 Kerucut pengalaman Edgar Dale dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Kerucut pengalaman Edgar Dale
Berdasarkan Gambar 2.1, pengalaman belajar yang secara langsung
dialami siswa terletak di bagian bawah kerucut. Disinilah pengalaman belajar
yang paling besar dan banyak memperoleh manfaat karena siswanya
mengalaminya sendiri. Menunrut analasis Dale, pengalaman langsung mendapat
tempat utama dan terbesar, sedangkan belajar melalui abstrak berada di puncak
kerucut. Kerucut ini menggambarkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki
cara belajar yang berkualitas apabila telah mampu memaknai simbol-simbol
abstrak.23
b. Klasifikasi Media Berdasarkan Indera yang Terlibat
Menurut Rudi Bretz terdapat tiga unsur pokok yang dijadikan dasar dari
setiap media, yaitu suara, visual dan gerak. Unsur suara adalah unsur yang
melibatkan indera pendengaran. Sedangkan unsur visual adalah unsur yang
melibatkan indera penglihatan. Namun pada unsur gerak, Bretz tidak
22
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 18.
23
13
mendasarkan gerak pada keterlibatan inderawi tetapi kepada alat-alat yang
mendukung media bersangkutan.24 Indera dalam hal ini berfungsi untuk menerima
pesan atau informasi yang masuk melalui rekaman indera. Jika tidak ada
informasi yang ditahan dalam rekaman indera, maka informasi tersebut akan
hilang dengan cepat.25 Dengan adanya indera yang terlibat dalam penerimaan
informasi, maka informasi tersebut akan lama berada pada rekaman indera. Fungsi
media yang melibatkan indera akan memudahkan informasi tertahan pada
rekaman indera sehingga kita dapa mengingatnya.
Menurut Aminuddin Rasyad, klafisikasi media berdasarkan indera lebih
disebabkan pada pemahaman bahwa pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu
pengetahuan. Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling membantu
manusia dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman adalah indera
pendengaran dan indera penglihatan. Media pembelajaran yang melibatkan indera
pendengaran saja disebut sebagai media audio, media yang melibatkan indera
penglihatan saja disebut sebagai media visual dan media yang melibatkan
keduanya dalam satu proses pembelajaran disebut sebagai media audio visual.
Jika dalam proses pembelajaran melibatkan banyak indera, maka media yang
seperti itu dinamakan multimedia.26 Oleh karena itu, media dalam proses
pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok besar, yaitu media audio,
media visual, media audio visual dan multimedia.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan sarana penyampai pesan kepada siswa
agar mereka dapat menerima dan merespon pesan dengan baik. Sebagai sarana
penyampai pesan, media pembelajaran memiliki banyak fungsi. Pada dasarnya
fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.27 Rahardjo
mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem
24
Ibid., h. 52.
25
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Edisi Sembilan, Jilid I, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 217-218.
26
Yudhi Munadhi, op. cit., h. 53-54.
27
pembelajaran yang mempunyai nila-nilai praktis berupa kemampuan/keterampilan
untuk:
1) membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem
peredaran darah.
2) membawa objek yang berbahaya atau sukar di dapat ke dalam lingkungan
belajar, seperti binatang-binatang buas atau penguin dari kutub selatan.
3) menampilkan objek yang terlalu besar, seperti matahari, gunung, dan
sebagainya.
4) menampilkan objek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti
atom.
5) mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion atau timelapsephotography.
6) memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman
belajar siswa.
8) membangkitkan motivasi belajar siswa.
9) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
10) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan
waktu maupun ruang.28
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu
fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris.29
Sedangkan menurut Hamalik, penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan minat yang baru, motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Selain dapat membangkitkan minat siswa, media pembelajaran juga dapat
28
Febrian Eko Priandono, dkk., Pengembangan Media Audio-Visual Berbasis Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 1, 2012, h. 247-248.
29
15
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik,
memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.30
Selain itu, Kemp dan Dayton mengatakan bahwa media pembelajaran
dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan,
kelompok atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu memotivasi minat atau
tindakan, menyajikan informasi dan memberikan instruksi.31 Adapun penjabaran
ketiga fungsi utama media pembelajaran tersebut adalah:
1) Memotivasi minat dan tindakan, direalisasikan dengan teknik drama atau
hiburan.
2) Menyajikan informasi, digunakan dalam rangka penyajian informasi
dihadapan sekelompok siswa.
3) Memberi instruksi, informasi yang terdapat dalam media harus melibatkan
siswa.32
Encyclopedia Of Educational Research merincikan manfaat media pembelajaran sebagai berikut:
1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir.
2) Menarik dan menjadi pusat perhatian siswa.
3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar.
4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan mandiri
dikalangan siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu terutama melalui gambar
hidup.
6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.
7) Memberikan pengalaman yang berbeda dan tidak mudah diperoleh melalui
cara lain serta membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam
belajar.33
30
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 15-16.
31
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, op. cit., h. 20.
32
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 164.
33
Secara umum, fungsi atau kegunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar antara lain:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (hanya dalam
bentuk tulisan maupun lisan).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya:
a) Objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realita, gambar, film bingkai,
film atau model.
b) Objek yang kecil bisa dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film
atau gambar.
c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography.
d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi
melalui rekaman film, video maupun foto.
e) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model maupun diagram.
f) Konsep yang terlalu luas dapat divisualisasikan dalam bentuk film maupun
gambar.
3) Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif siswa. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
a) Menimbulkan kegairahan belajar.
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan
lingkungan dan kenyataan.
c) Memungkinkan siswa belajar sesuai kemampuan dan minatnya.
4) Dengan keberagaman dan perbedaan latar belakang setiap siswa akan
menimbulkan kesulitan bagi guru dalam menyampaikan materi. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan media pembelajaran yang memiliki kemampuan
dalam:
a) Memberikan rangsangan yang sama.
b) Menyamakan pengalaman bagi setiap siswa.
c) Menimbulkan persepsi yang sama bagi siswa.34
34
17
3. Media Video
a. Pengertian Media Video
Video merupakan satu dari dua jenis media audio visual. Media audio
visual merupakan media yang yang melibatkan indera penglihatan dan
pendengaran dalam satu proses.35 Media audio visual dibagi menjadi dua jenis.
Jenis yang pertama dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit,
dinamakan media audio visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua merupakan media audio visual tidak murni yang dikenal
dengan slide, OHP dan peralatan visual lain bila diberi unsur suara dari rekaman
kaset yang digunakan secara bersama dalam satu waktu.36 Video yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis pertama, karena berupa film gerak bersuara.
Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama
dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.37 Video dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan
mempengaruhi sikap.38 Video sebagai media audio visual yang menampilkan
gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat. Pesan yang disajikan
bisa berisi fakta maupun fiktif, bisa bersifat informatif, edukatif maupun
instruksional.39
Penggunaan media video dalam proses pembelajaran tentunya memiliki
tujuan. Media video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Hubungan media video dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson, yaitu:
1) Untuk Tujuan Kognitif
Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang
menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan
rangsangan berupa gerak yang serasi.
35
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 56.
36
Ibid., h. 113-114.
37
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 49.
38
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital, Edisi Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet. 1, h. 64.
39
2) Untuk Tujuan Psikomotor
Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh
keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dapat diperjelas, baik
yang diperlambat maupun dengan dipercepat. Dengan video siswa dapat
langsung mendapatkan umpan balik secara visual terhadap kemampuan
mereka mencobakan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.
3) Untuk Tujuan Afektif
Dengan menggunakan berbagai teknit dan efek, video dapat menjadi media
yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.40
b. Kelebihan Media Video
Setiap jenis media memiliki kelebihan dalam penggunaannya. Begitu pun
dengan media video yang memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu:
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
5) Mengembangkan imajinasi siswa.
6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih
realistik.
7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang
diharapkan dari siswa.
9) Semua siswa dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang.
10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
11) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk
dievaluasi. 41
40
Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Edisi Pertama, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), cet. 1, h. 104-105.
41
19
Ada pendapat lain yang mengemukakan kelebihan media video dalam
Arief S. Sadiman, diantaranya:
1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan
luar lainnya.
2) Dengan alat perekam pita video, sejumlah besar penonton dapat memperoleh
informasi dari para ahli.
3) Demosntrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya,
sehingga pada waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian pada
penyajiannya.
4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.
5) Keras lemahnya suara dapat diatur dan disesuaikan bila akan disisipi
komentar yang akan didengar.
6) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau
objek yan berbahaya.
7) Gambar proyeksi dapat dihentikan untuk diamati dengan seksama. Guru
dapat mengatur di mana akan menghentikan gerakan gambar tersebut.
8) Ruangan tidak perlu digelapkan untuk menyajikannya.42
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan media
video adalah dapat menampilkan suatu proses atau peristiwa secara jelas dan lebih
realistik sehingga dapat menarik minat dan menjadi perhatian siswa pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
c. Kekurangan Media Video
Selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, media video pun tidak
lepas dari kelemahannya yaitu:
1) Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di tempat
penggunaan, dan harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita video yang
akan digunakan.
42
2) Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah dan
menyita waktu.
3) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu
mengerjakannya.
4) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film akam memberikan hasil
yang jelek.
5) Layar yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali jaringan monitor
dan sistem proyeksi diperbanyak.
6) Jumlah huruf untuk grafis untuk video terbatas, yaitu separuh dari jumlah
huruf grafis untuk film/gambar diam.
7) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem
video menjadi masalah yang berkelanjutan.43
4. Media Film
a. Pengertian Media Film
Film merupakan media yang sangat besar kemampuannya dalam
membantu proses belajar mengajar. Ada tiga macam ukuran film yaitu 8 mm, 16
mm dan 35 mm. Jenis pertama biasanya digunakan untuk keluarga, sedangkan
jenis kedua digunakan di sekolah dan jenis ketiga biasanya digunakan untuk
komersial.44 Ditinjau dari indera yang terlibat, film merupakan alat komunikasi
yang sangat membantu proses pembelajaran efektif. Apa yang terlihat oleh mata
dan apa yang terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat dari pada
apa yang hanya dibaca saja atau didengar saja.45 Karena itulah film adalah alat
yang ampuh bagi orang yang menggunakannya secara efektif terhadap masyarakat
kebanyakan yang memang lebih banyak menggunakan aspek emosinya
dibandingkan aspek rasionalitasnya.46
43
Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Edisi Pertama, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), cet. 1, h. 107.
44
Arief S. Sadiman, dkk., op. cit, hal. 67.
45
Yudhi Munadhi, op. cit., h. 116.
46
21
Film yang berkembang saat ini teridiri dari beberapa jenis. Berkenaan
dengan klasifikasi film, Asnawir membaginya menjadi 10 jenis film, yaitu film
informasi, film kecakapan, film apresiasi, film dokumenter, film rekreasi, film
episode, film sain, film berita, film industri dan film provokasi. Film-film yang
dibuat khusus untuk media pembelajaran hendaknya berdurasi pendek. Bahkan
Anderson berpendapat bahwa sebaiknya setiap program film yang dibuat untuk
media pembelajaran hanya membahas satu konsep saja.47
Penggunaan film dalam proses pembelajaran tentunya memiliki tujuan.
Penggunaan suatu film harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan siswa dalam
hubungannya dengan materi yang dipelajari.48 Film harus dipilih agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Hubungan film dengan tujuan pembelajaran menurut
Anderson, yaitu:
1) Untuk Tujuan Kognitif
Penggunaan film untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan
kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan misalnya kecepatan
objek yang bergerak, mengajarkan aturan dan prinsip dan memperlihatkan
contoh model penampilan terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi
manusia.
2) Untuk Tujuan Psikomotor
Film digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media
film ini juga dapat memperjelas gerak seperti memperlambat atau
mempercepat. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik kepada
siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam
mengerjakan keterampilan gerak.
3) Untuk Tujuan Afektif
Film paling sesuai digunakan untuk mempengaruhi sikap dan emosi, yaitu
dengan menggunakan berbagai cara dan efek.49
47
Ibid., h. 119.
48
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), cet. 7, h. 86.
49
b. Kelebihan Media Film
Sebagai salah satu jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaran, film memiliki beberapa kelebihan, diantarnya yaitu:
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam
waktu yang singkat.
3) Film dapat membawa siswa dari negara yang satu ke negara yang lain dan
dari masa yang satu ke masa yang lain.
4) Film dapat diulangi jika perlu untuk menambah kejelasan.
5) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah untuk diingat.
6) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
7) Mengembangkan imajinasi siswa.
8) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih
realistik.
9) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
10) Film sangat baik untuk menjelaskan suatu keterampilan dan lain-lain.
11) Semua siswa dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun yang kurang.
12) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.50
Ada pendapat lain yang mengemukakan kelebihan film dalam Arief S.
Sadiman, diantaranya:
1) Film merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang
cerdas maupun yang lamban akan memperoleh sesuatu yang sama dari film.
2) Film sangat bagus untuk menjelaskan suatu proses. Gerakan lambat dan
pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi.
3) Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian yang lampau.
4) Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara lain
untuk dibawa masuk kelas.
50
23
5) Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke
khusus atau sebaliknya.
6) Film dapat mendatangkan seorang ahli dan mendengarkan suaranya di kelas.
7) Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak, animasi dan
sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.
8) Film dapat memikat perhatian siswa.
9) Film lebih realistis, dapat diulang-ulang maupun dihentikan sesuai dengan
kebutuhan. Hal-hal abstrak akan menjadi jelas.
10) Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera.
11) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa.51
Selain itu, Anderson juga mengemukakan pendapatnya mengenai
beberapa kelebihan dari film, diantaranya:
1) Dapat menyajikan tiruan visual yang bergerak.
2) Dapat membuat efek visual khusus yang mungkin dapat memperkuat proses
pembelajaran.
3) Keanekaragaman jenis dan ukuran film yang ada memungkinkan film
digunakan dalam kelompok besar dan kelompok kecil atau untuk dilihat
sendiri.
4) Film dapat digunakan dengan proyeksi dari depan atau dari belakang.
5) Isi dan urutan materi pelajaran sudah terpadu, dan dapat digunakan secara
interaktif dengan buku-buku tugas, buku-buku petunjuk pelajaran dan
sebagainya.
6) Proyektor film pada umumnya lebih mudah didapat dibandingkan dengan
video.
7) Kualitas gambar yang ditransfer dari film ke video lebih baik dari pada dari
video ke film.
8) Ukuran film yang sudah terstandarisasi memungkinkannya digunakan
dimana-mana.52
51
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 68-69.
52
c. Kekurangan Media Film
Selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, media video pun tidak
lepas dari kelemahannya yaitu:
1) Biaya produksi tinggi, dan mereka yang ahli dalam bidang itu masih langka.
2) Memproses film membutuhkan waktu sehingga tidak dapat diperoleh umpan
balik langsung.
3) Seringkali lembaga-lembaga tidak memiliki sarana produksi film bersuara
yang sederhana dan murah.
4) Film yang sudah dipakai tidak dapat dihapus dan digunakan kembali.
5) Harus ditangani dan dirawat dengan hati-hati supaya tidak putus, juga harus
dibersihkan secara teratur.
6) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus tidak semua
siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film
tersebut.53
5. Hasil Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok atau penting. Karena pada hakikatnya
belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan
lingkungan.54 Hal tersebut berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
siswa sebagai siswa. Dengan kata lain, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
dilihat dari kualitas pembelajaran yang berlangsung.55 Untuk mengetahui sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak, maka dilakukan upaya
atau tindakan berupa penilaian. Dengan kata lain, penilaian berfungsi untuk
mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat
menjadi tolak ukur tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.
53
Ibid., h. 118.
54
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), cet. 7, h. 27.
55
25
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Horward Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar mengajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengarahan, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,
dan keterampilan motoris.56
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena hasil belajar merupakan
bagian akhir dari proses pembelajaran dimana akan menjadi tolak ukur bagi guru
dan siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat
rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat
tinggi. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa yang diukur berdasarkan pada
ranah kognitif taksonomi Bloom yang sudah direvisi, yaitu :
1) C1 Mengingat (remembering)
Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Kategori
mengingat ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali
(recognizing) dan mengingat kembali. Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk
membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Sedangkan
56
proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif maupun
kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.
2) C2 Memahami (understanding)
Memahami adalah mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Pertanyaan pemahaman menuntut
siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang
memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah
diketahui. Kategori ini mencakup tujuh macam proses kognitif yaitu
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
3) C3 Menerapkan (applying)
Menerapkan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Pertanyaan
penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan
masalah atau mengerjakan tugas. Dengan kata lain, siswa dapat menggunakan
pengetahuan tersebut untuk memecahkan masalah dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kategori ini mencakup tiga macam proses kognitif
yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan.
4) C4 Menganalisis (analyzing)
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi
bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian-bagian dan antara
setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Pertanyaan analisis menguraikan
suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kategori ini
mencakup dua macam proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasi,
dan mengatribusikan.
5) Evaluasi (evaluate)
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria
27
efektivitas, efisiensi dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup
proses kognitif memeriksa dan mengkritik.
6) Mencipta (create)
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah
keseluruhan yang koheren dan fungsional. Tujuan-tujuan yang
diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru
dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian menjadi satu pola atau
struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Kategori ini mencakup tiga
macam proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan dan
memproduksi.57
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu:
1) Reciving atau Attending
Reciving atau Attending yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk
menerima stimulus , kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding
Responding atau Jawaban merupakan reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada
dirinya.
3) Valuing
Valuing atau Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan
57
menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4) Organisasi
Organisasi merupakan pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lainnya, pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi
adalah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll.
5) Karakteristik Nilai atau Internalisasi Nilai
Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.58
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah pskomotoris, yaitu:
1) Gerakan refleks (keterampilan gerak pada gerakan yang tidak sadar)
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
3) Kemampuan konseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lain-lain
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.59
58
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdikarya, 2012), cet. 17, h. 29-30.
59