• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisia Pengaruh Tegangan Tidak Seimbang Dua Fasa Terhadap Temperatur Motor Induksi Tiga Fasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisia Pengaruh Tegangan Tidak Seimbang Dua Fasa Terhadap Temperatur Motor Induksi Tiga Fasa"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Motor Induksi

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan dan dapat dijumpai di dalam setiap aplikasi industri maupun

rumahtangga. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini

bukan berasal dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai

akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

magnatic field) yang dihasilkan arus stator [1].

Penggunaan motor induksi cukup banyak digunakan, hal ini dikarenakan

motor induksi mempunyai keuntungan yaitu:

1. Bentuknya sederhana, konstruksinya kuat

2. Biaya murah dan dapat diandalkan

3. Efisiensi tinggi. Pada keadaan normal tidak memerlukan sikat, sehingga

rugi – rugi gesekan dapat dikurangi.

4. Perawatan yang minimum

5. Pada waktu mulai beroperasi tidak memerlukan tambahan peralatan

khusus.

Namun disamping hal itu, perlu juga diperhatikan faktor – faktor yang

tidak menguntungkan yaitu pengaturan kecepatan sangat mempengaruhi efisiensi,

kecepatan akan berkurang apabila beban bertambah dan kopel mula lebih rendah

(2)

2.2Konstruksi Motor Induksi

Konstruksi Motor memiliki stator yang sama dengan motor sinkron, dan

hanya terdapat perbedaan pada konstruksi rotor. Stator dibentuk dari

laminasi-laminasi-laminasi tipis yang terbuat dari aluminium dan besi tuang, dan kemudian

dipasak bersama-sama untuk membentuk inti stator dengan membentuk inti stator

dengan slot. Kumparan (coil) dari konduktor-konduktor ini kemudian disisipkan

dalam slot-slot tersebut.

Rotor motor induksi tiga fasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

rotor sangkar (squirrel cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Rotor sangkar

terdiri dari susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot-slot yang

terdapat pada permukaan rotordan tiap-tiap ujungnya dihubung singkat

menggunakan shorting rings.

Gambar 2.1 Rotor Sangkar (Squirrel Cage Rotor)

Sementara itu pada rotor belitan, rotor dibentuk dari satu set belitan tiga

fasa yang merupakan bayangan dari belitan statornya. Biasanya belitan tiga fasa

dari rotor ini terhubung Y dan kemudian tiap-tiap ujung dari tiga kawat rotor

(3)

Gambar 2.2 Rotor Belitan (Wound Rotor)

Pada motor induksi rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk

dapat disisipkan dengan tahanan eksternal, yang mana hal ini memberikan

keuntungan dan memodifikasi karakteristik torsi-kecepatan dari motor.

2.3Medan Putar

Perputaran motor pada arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan

putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan

putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak,

umumnya fasa tiga.

R = m sin ………(2.1)

S = m sin ….………...(2.2)

T = m sin ( ….………...(2.3)

(4)

Gambar 2.4 Arus tiga fasa seimbang

(i) (ii)

(iii) (iv)

Gambar 2.5 Medan Putar pada Induksi Motor Tiga Fasa

2.4Prinsip Kerja Motor Induksi

Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari

kumparan stator kepada kumparan rotornya. Bila kumparan stator induksi 3-fasa

yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan 3-fasa, maka kumparan stator

akan menghasilkan medan magnet yang berputar. Garis-garis gaya fluks yang

diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga

timbul emf (ggl) atau tegangan induksi. Karena penghantar (kumparan) rotor

merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan

(5)

fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami

gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai

dengan arah pergerakan medan induksi stator. Untuk memperjelas prinsip kerja

motor induksi 3-fasa, maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pada keadaan beban nol ketiga fasa stator yang terhubung dengan

sumber tegangan tiga fasa yang seimbang akan menghasilkan arus pada

tiap belitan fasa arus pada tiap fasa menghasilkan fluksi bolak-balik

yang berubah-ubah.

2. Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan

arahnya tegak lurus terhadap belitan fasa

3. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya:

E1 = ………...(2.4)

E1= 4.44 N1 ………...(2.5)

4. Resultan dari ketiga fluksi bolak-balik tersebut menghasilkan medan

putar yang bergerak dengan kecepatan sinkron ns yang besarnya

ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan

sebagai berikut:

ns = ………...(2.6)

5. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada

rotor. Akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi

sebesar E2 yang besarnya:

E2 = 4.44 N2 ………..(2.7)

Dimana:

(6)

N2 = jumlah lilitan rotor

memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar

stator

9. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan

sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dengan

kecepatan rotor (nr) disebut slip (s) dinyatakan dengan

s =

...(2.8)

10.Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang

terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya

slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E2s yang besarnya:

E2s = 4.44s N2 ………(2.9)

Dimana:

E2s = tegangan induksi rotor dalam keadaan berputar (volt)

f2 = sf = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam

keadaan berputar)

11.Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan

mengalir pada kumparan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel.

(7)

2.5Rangkaian Ekivalen Motor Induksi

Operasi dari motor induksi tergantung pada induksi arus dan tegangan di

dalam rangkaian rotor yang berasal dari rangkaian stator karena adanya aksi

transformator. Karena adanya induksi arus dan tegangan pada motor induksi pada

dasarnya sama dengan operasi transformator, maka rangkaian ekivalen motor

induksi akan sangat menyerupai rangkaian ekivalen dari transformator. Motor

induksi disebut juga single exited mechine, sebab daya hanya disuplay oleh

rangkaian stator.

Karena mesin induksi tidak memiliki rangkaian medan, maka pada

modelnya tidak terdapat sumber tegangan EA sebagaimana dijumpai pada mesin

sinkron. Rangkaian ekivalen per fasa pada transformator dapat menggantikan

operasi dari motor induksi. Sebagiamana halnya pada transformator, maka akan

terdapat tahanan (R1) dan induktansi sendiri (X1) pada belitan stator yang

direpresentasikan dalam rangkaian ekivalen mesin.

Gambar 2.6 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Sebagai Model Transformator

Tegangan stator E1 dikopel terhadap sisi sekunder ER sebagaimana halnya

transformator ideal dengan ratio belitan aeff. Rasio beban ini dengan mudah dapat

ditentukan pada motor induksi rotor belitan, yang mana dasar rasio ini merupakan

(8)

dengan motor induksi sangkar tupai, karena tidak terdapat belitan pada rotor

motor tersebut.

Tegangan ER pada rotor akan menghasilkan arus, karena rangkaian

rotornya terhubung singkat. Impedansi rangkaian primer dan arus magnitisasi dari

motor induksi sama halnya dengan komponen-komponen yang dijumpai pada

transformator. Hal yang membedakan rangkaian ekivalen tersebut pada motor

induksi dikarenakan terdapatnya variasi frekuensi pada tegangan rotor (ER)

impedansi rotor RR + JXR.

Ketika belitan diberikan pada belitan stator, maka tegangan akan

diinduksikan pada belitan rotornya. Pada umumnya gerak relatif yang lebih besar

di antara rotor dan medan putar stator, akan menghasilkan tegangan dan frekuensi

motor yang lebih besar juga. Gerak relatif yang terbesar terjadi saat rotor dalam

keadaan diam atau disebut keadaan blocked rotor. Sebaliknya, frekuensi dan

tegangan terendah timbul saat rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan

kecepatan sinkron, sehingga tidak terdapat pergerakan relatif. Magnitud dan

frekuensi tegangan induksi rotor pada saat berputar sebanding dengan slip dari

rotornya. Sehingga besaran tegangan induksi rotor dalam kondisi rotor terkunci

disebut ERO,sedangkan untuk slip pada suatu putaran tertentu dirumuskan dengan:

ERO = SERO.………..(2.10)

Dan frekuensi induksi pada slip tertentu:

fr = s e………..(2.11)

Tahanan dari rotor RR bernilai konstan/tidak tergantung pada slip,

(9)

Reaktansi rotor tergantung pada induktansi rotor, frekuensi tegangan rotor

dan arus pada rotor. Bila induktansi rotor LR, maka reaktansi rotor adalah:

XR = rLR = 2 fr LR : fr = sfe

Sehingga:

XR = 2 sfe LR

= s(2 sfe LR)

= sXRO………(2.12)

LR = induktansi rotor

XRO= reaktansi blok rotor

Gambar 2.7Rangkaian ekivalen rotor arus induksi Dari gambar 2.7 arus pada rotor dapat ditentukan sebagai:

………

(2.13)

………....

(2.14)

………..

(2.15)

Dimana:

IR = arus rotor (A)

(10)

RR= tegangan rotor (Ω)

XR= reaktansi rotor (Ω)

Dalam teori transformator, analisa rangkaian ekivalen sering

disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang magnetisasi atau dengan

memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan demikian tidak

dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja secara normal karena adanya celah

udara yang menjadikan perlunya suatu arus magnetisasi yang sangat besar (30%

sampai 40% dari arus beban penuh). Untuk itu dalam rangkaian ekivalen Rc dapat

diabaikan. Rangkaian ekivalen adalah sama seperti gambar:

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen motor induksi jika rugi-rugi diabaikan

2.6. Penentuan Parameter Motor Induksi

Data yang diperlukan untuk menghitung kajian dari suatu motor induksi

dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan dan pengukuran tahanan

dc stator

2.6.1. Pengujian Tanpa Beban (No Load Test)

Pengujian tanpa beban pada motor induksi akan memberikan keterangan

berupa besarnya arus magnetisasi dan rugi – rugi tanpa beban. Biasanya pengujian

tersebut dilakukan pada frekuensi yang diizinkan dan dengan tegangan tiga

fasadalam keadaan setimbang yang dilakukan pada terminal stator. Pembacaan

(11)

bagian-bagian yang bergerak mengalami pelumasan sebagaimana mestinya.

Rugi-rugi rotasional keseluruhan pada frekuensi dan tegangan yang diizinkan pada

waktu dibebani biasanya dianggap konstan dan sama dengan rugi – rugi beban.

Pada keadaan tanpa beban, besarnya arus rotor sangat kecil hanya

diperlukan untuk menghasilkan torsi yang cukup untuk mengatasi gesekan.

Karena rugi-rugi I2R tanpa beban cukup kecil dan dapat diabaikan. Pada

transformator rugi-rugi I2R primernya tanpa beban dapat diabaikan, akan tetapi

rugi-rugi stator tanpa beban motor induksi besarnya cukup berarti karena arus

magnetisasinya lebih besar. Besarnya rugi – rugi rotasional PR pada keadaan kerja

normal adalah:

PROT = Pnl– 3InlR1……….……….(2.16)

Dimana:

Pnl = daya input tiga fasa (w)

Inl = arus tanpa beban tiap fasa (A)

R1 = tahanan stator tiap fasa (Ω)

Karena slip pada keadaan tanpa beban sangat kecil, maka akan mengakibatkan

tahanan rotor R2/s sangat besar. Sehingga cabang pararel rotor dan cabang

magnetisasi menjadi jXM di shunt dengan suatu tahanan yang sangat besar, dan

besarnya reaktansi cabang pararel karenanya sangat mendekati XM. Sehingga

besarnya reaktansi cabang pararel karenanya sangat mendekati XM. Sehingga

besar reaktansi yang tampak Xnl yang diukur pada terminal stator pada keadaan

tanpa beban sangat mendekati X1 + XMyang merupakan reaktansi sendiri dari

(12)

Xnl = X1 + XM………..(2.17)

Maka besarnya reaktansi dari stator dapat ditentukan dari pembacaan alat

ukur pada keadaan tanpa beban. Untuk mesin tiga fasa yang terhubung Y besarnya

impedansi tanpa beban Znl/fasa:

Z

nl

……….……….

(2.18)

Dimana Vnlmerupakan tegangan line, pada pengujian tanpa beban.

Besarnya tahanan pada pengujian tanpa beban Rnl adalah:

Rnl =

……….………

(2.19)

Pnlmerupakan suplai daya tiga fasa pada keadaan tanpa beban, maka besar

reaktansitanpa beban

Xnl√ ………...………(2.20)

Sewaktu pengujian beban nol, maka rangkaian ekivalen motor induksi

seperti gambar 2.9 berikut:

Gambar 2.9 Rangkaian pengukuran untuk DC Test

2.6.2 Pengujian Tahanan Stator (DC Test)

Untuk menentukan besarnya tahanan stator R1 dilakukan dengan test DC.

Pada dasarnya tegangan DC diberikan pada belitan stator motor induksi. Karena

arus yang disuplai adalah arus DC, maka tidak terdapat tegangan yang

(13)

rotor. Dalam keadaan demikian, reaktansi dari motor juga bernilai nol, oleh

karena itu yang membatasi arus hanya tahanan stator.

Untuk melakukan pengujian ini, arus pada belitan stator diatur pada nilai

rated, yang dimana hal ini bertujuan untuk memanaskan belitan stator pada

temperature yang sama selama operasi normal. Apabila tahanan stator dihubung

Y, maka besar tahanan stator/fasa adalah:

R1 ………..(2.21)

Bila stator dihubung delta, maka besar tahanan stator

R1 ……….(2.22)

Dengan diketahuinya nilai dari R1, rugi-rugitembagastator pada beban nol

dapat ditentukan, dan rugi-rugi rotasional dapat ditentukan sebagai selisih dari

daya input pada beban nol dan rugi-rugi tembaga stator.

Gambar 2.10 Rangkaian pengukuran DC Test

2.6.3 Pengujian Rotor Tertahan (Block Rotor Test)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter-parameter motor induksi

dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada pengujian ini rotor

(14)

Untuk melakukan pengujian ini, tegangan AC disuplai ke stator dan arus

yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah menunjukkan nilai

beban penuhnya, maka tegangan, arus dan daya yang mengalir ke motor diukur.

Rangkaian ekivalen untuk pengujian ini ada pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Pada Block Rotor Test

Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R2/s = R2. Karena

nilai R2 dan X2 begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya mengalir melalui

tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi sirkit pada saat ini terlibat

seperti kombinasi seri X1, R1, X2 dan R2. Sesudah tegangan dan frekuensi diatur,

arus yang mengalir pada motor diatur dengan cepat, sehingga tidak timbul

kenaikan temperature pada rotor dengan cepat. Daya input yang diberikan kepada

motor adalah:

Pin= √ TIL………...………..……….(2.23)

Dimana:

VT = tegangan line pada saat pengujian berlangsung

IL = arus line pada saat pengujian berlangsung

ZBR=

√ ………..………..(2.24)

Dimana ZBR = impedansi hubung singkat

ZBR = RBR + jXBR

(15)

Tahanan block rotor:

RBR = R1+R2……….……….(2.26)

Sedangkan reaktansi block rotor X’BR =X1’+ X2’

X1’ + X2’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian

R2 = RBR– R1 ……….………..(2.27)

Nilai dari R1ditentukan dari test DC. Karena reaktansi berbanding

langusng dengan frekuensi, maka reaktansiekivalen total (XBR) pada saat

frekuensi operasi normal

= X1 + X2………(2.28)

Untuk memisahkan harga X1 dan X2, maka dapat digunakan tabel 1

Tabel 2.1 Distribusi reaktansi X1dan X2maka digunakan tabel 1

Desain Kelas X1 X2

A 0.5 XBR 0.5 XBR

B 0.4 XBR 0.6 XBR

C 0.3 XBR 0.7 XBR

D 0.5 XBR 0.5 XBR

Rotor Belitan 0.5 XBR 0.5 XBR

2.7 Tegangan Tidak Seimbang

Dalam sistem tiga fasa yang seimbang, tegangan line to netral memiliki

magnitud yang sama dan tiap-tiap sudut fasanya berbeda 120 derajat satu sama

lain. Apabila terdapat tegangan tiga fasa yang magnitudnya tidak sama dan sudut

fasanya mengalami pergeseran sehingga tidak berbeda 120 derajat satu sama lain,

(16)

Penyebabtegangan tidak seimbang termasuk impedansi saluran transmisi

dan saluran distribusi yang tidak sama, distribusi beban-beban satu atau dua fasa

yang tidak merata dalam jumlah besar dan lain-lain. Ketika bebantiga fasa

seimbang dihubungkan dengan sistem suplai yang tidak seimbang, maka arus

yang dialirkan ke beban juga tidak seimbang. Oleh karena itu sangat sulit/tidak

mungkin untuk menyediakan suatu sistem suplai seimbang yang sempurna

kepada konsumen, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk

meminimalisasi ketidakseimbangan tegangan untuk mereduksi pengaruhnya pada

beban konsumen.

(a) (b)

Gambar 2.12 (a) Diagram Vektor Tegangan Seimbang

(b) Diagram Vektor Tegangan Tidak Seimbang

Metode yang biasa digunakan dalam menganalisa baik arus ataupun

tegangan dalam keadaan tidak seimbang adalah dengan menggunakan

komponen-komponen simetris yaitu suatu metode yang secara matematis memecahkan suatu

sistem yang tidak seimbang menjadi tiga buah sistem yang seimbang. Sistem

tersebut adalah urutan positif, urutan negatif dan urutan nol. Untuk sistem yang

(17)

(a) (b) (c)

Gambar 2.13 (a) Diagram Vektor Urutan Positif (b) Diagram Vektor Urutan Negatif

(c) Diagram Vektor Urutan Nol

Sistem urutan ini dapat dilukiskan secara fisika. Arah perputaran dari

motor induksi tiga fasa ketika diaplikasikan dengan tegangan urutan negatif akan

berlawanan arah dengan tegangan urutan positif. Sementara itu sistem urutan nol

tidak akan menimbulkan perputaran pada motor positif. Sementara itu sistem

urutan nol tidak akan menimbulkan perputaran pada motor motor induksi, karena

tidak ada perbedaan fasa pada ketiga tegangannya, sehinggatidak akan

dibangkitkan medan putar. Oleh sebab itu, ada dua definisi ketidakseimbangan

pada komponen-komponen simetris, yaitu:

1. Faktor ketidakseimbangan urutan negatif (

2. Faktor keseimbangan urutan nol (

Dimana V1, V2, V3 adalah urutan positif, urutan negatif dan urutan nol.

Sistem arus urutan nol tidak dapat mengalir pada sistem tiga fasa,

misalnya motor induksi. Oleh sebab itu faktor ketidakseimbangan urutan nol

sering diabaikan. Adapun ketidakseimbangan urutan negatif menunjuk pada

besarnya tegangan yang mencoba untuk memutar arah motor induksi tiga fasa

(18)

Adapun faktor ketidakseimbangan urutan negatif menurut IEC 60034-26 [2]

VLL = tegangan line-line tertinggi

Vll = tegangan rata-rata dari tegangan line

Sesuai dengan rumusan yang telah diberikan, dapat dilihat bahwa definisi

tegangan tak seimbang yang diberikan NEMA menghindari pemakaian aljabar

kompleks, sehingga kedua rumusan itu akan memberikan hasil yang berbeda.

Contoh tegangan tidak seimbang:

∠ , ∠ , ∠

Maka menurut persamaan 3.2 dan 3.3, maka besarnya Vab1 dan Vab2 adalah :

1 , ∠ 2 , ∠

Maka besarnya ketidakseimbangan menurut IEC adalah:

% � = ,

(19)

Sedangkan menurut NEMA adalah :

% � = ,

, x 100 = 10,78%

Tegangan tidak setimbang dalam persentase yang kecil akan menghasilkan

arus tidak seimbang dalam jumlah besar, yang mana hal ini akan menimbulkan

kenaikan temperatur pada motor. Jika tegangan yang tidak setimbang menyuplai

motor induksi, maka daya kuda nominal dari motor harus dikalikan dengan suatu

faktor seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.14

Gambar 2.14 Kurva penurunan rating motor induksi (NEMA)

Menurut kurva ini, motor induksi dirancang sedemikian rupa sehingga

mampu menangani ketidakseimbangan 1% dan selanjutnya menurun pada tingkat

ketidakseimbangan. Operasi motor pada harga ketidakseimbangan diatas 5% tidak

diizinkan.

2.8 Rating Temperatur dan Metode Pengukuran Temperatur Motor Induksi

National Electrical Manufacturing Association (NEMA) mendefinisikan

temperature rise adalah kenaikan temperatur diatas temperature

ambient.Temperature ambient yaitu temperatur udara disekeliling motor atau

dapat dikatakan sebagai suhu ruangan. Penjumlahan dari temperature rise dan

(20)

temperature pada motor induksi dijelaskan oleh tabel berikut (temperatureambient

tidak lebih dari 40oC)

Tabel 2.2 Kenaikan Temperatur untuk motor besar dengan Faktor Pelayanan 1.0

No Motor Rating

Insulation Class and Temperature Rise

o

Faktor penyebab kerusakan isolasi belitan adalah panas berlebih dari motor.

Panas berlebih yang berlangsung lama pada lilitan akan menyebabkan stress pada

lilitan dan isolasi kawat menjadi rapuh. Jika dibiarkan terlalu lama, akan

menyebabkan isolasi pada lilitan akan retak. Jika gejala ini disertai dengan partial

discharge (peluahan parsial) maka proses penuaan akan semakin cepat. NEMA

dalam penelitiannya mengatakan bahwa usia dari isolasi belitan akan berkurang

setengahnya setiap kenaikan 10OC dari kondisi normal kerja motor. Akan tetapi

jika motor harus beroperasi 40OC di atas temperatur normal, maka umur

isolasinya menjadi 1/16 dari umur normal yang diperkirakan. Oleh sebab itu

motor-motor listrik yang digunakan di dunia industri menggunakan alat proteksi

panas lebih pada motor seperti thermal overload relay. Sehingga apabila terjadi

overheating pada motor, relay akan dapat segera bekerja sehingga dapat

(21)

Berikut adalah metode dalam menentukan temperatur motor induksi yaitu:

1. Menggunakan Thermometer Infrared

Gambar 2.15 Thermometer Infrared

Metode ini adalah penentuan suhu menggunakan sensor suhu, atau dengan

thermometer infrared, dengan metode ini diterapkan pada bagian mesin yang

dapat diakses.

2. Menggunakan Embedded Detector

Motor yang menggunakan embedded detector pada lilitannya dapat

dideteksi secara langsung output yang dideteksi pada peralatan. Output temperatur

yang ditunjukkan adalah temperatur terpanas dimana lokasi sensor diletakkan.

Perbedaan antara embedded detector tertanam di lilitan stator motor sedangkan

thermometer infrared dapat diletakkan dimana saja bagian motor yang paling

panas yang mudah diakses.

3. Mengukur Tahanan Motor

Metode digunakan untuk motor yang tidak memiliki embedded detector

seperti thermocouple atau Resistance Temperature Detectors (RTDs). Kelebihan

metode ini yaitu dapat dilakukan tanpa harus membongkar kerangka motor.

Penentuan temperatur dengan metode ini yaitu dengan membandingkan tahanan

lilitan motor pada temperatur yang ingin ditentukan (pada saat motor berada

(22)

temperaturnya (temperature ambient). Temperatur tahanan yang ingin ditentukan

dapat dihitung dengan persamaan:

T

t

= T

b

+ (

(Tb + k)……….

(2.33)

Dimana:

Tt : Temperatur total lilitan (oC)

Tb : Temperatur pada saat motor dingin (oC)

Rt : Tahanan pada saat motor panas (Ω)

Rb : Tahanan pada saat motor dingin (Ω)

K : 234,5 (konstanta untuk tembaga) (oC) atau (225 konstanta

Gambar

Gambar 2.1 Rotor Sangkar (Squirrel Cage Rotor)
Gambar 2.3 Diagram fasor tiga fasa seimbang
Gambar 2.5 Medan Putar pada Induksi Motor Tiga Fasa
Gambar 2.6 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Sebagai Model Transformator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.1 Grafik suhu vs menit untuk motor induksi tiga phasa suplai tegangan seimbang pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared 39. Gambar 4.2 Grafik suhu vs menit

dengan tegangan tiga phasa dalam keadaan setimbang yang diberikan pada.

Motor induksi lima phasa pada keadaan tegangan tidak seimbang terjadi kenaikan temperatur yang lebih tinggi dari keadaan motor induksi lima phasa di beri tegangan seimbang, yaitu

tidak seimbangnya tegangan phasa yang menyebabkan kinerja motor induksi yang..

tegangan yang diinduksikan pada rangkaian rotor sehingga tidak ada arus. yang mengalir

menggerakan rotor, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.. Tegangan induksi timbul akibat terpotongnya batang konduktor pada

Gambar 4.9 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan kerja 398 Volt....

Data Percobaan Pengaruh Suplai variasi Tegangan Kerja Terhadap Kinerja (putaran-torsi) Motor Induksi 3 Fasa Rotor Belitan... Hasil analisis data pengaruh suplai