• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatkan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan

didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertuang dalam

pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Akan tetapi pemerintah Indonesia masih

belum mampu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang menghambat

terjadinya kondisi sejahtera didalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat, salah

satunya adalah kesejahteraan akan kesehatan. Kesejahteraan akan kesehatan

berkaitan tentang pemerataan pelayanan kesehatan yang memadai oleh semua

lapisan masyarakat dan juga mengenai bagaimana pemerintah sebagai pelayan

publik dalam memberikan pelayanan yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sektor kesehatan semakin penting karena dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat (1)

dinyatakan bahwa “ setiap orang berhak untuk hidup sejahtera, lahir dan batin,

bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperolah pelayanan kesehatan” sehingga dari kesehatan juga

merupakan salah satu aspek dari hak azazi manusia dan amanat tersebut sekali

lagi mengaskan peran pemerintah untuk melayani setiap warga negar untuk

memenuhi kebutuhannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Data Badan Pusat Statistik tahun 2013 ( bps.go.id ) menunjukkan bahwa

angka penduduk miskin di Indonesia adalah sebanyak 28.550 juta jiwa, dengan

presentase 11,47%. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum

mampu menyelesaikan persoalan akan kemiskinan. Fakta dilapangan

menunjukkan bahwa masayarakat dengan kondisi ekonomi menengah kebawah

(2)

permasalahan kesehatan seperti : terbatasnya aksesuntuk mendapatkan fasilitas

layanan kesehatan, rendahnya upaya pencegahan penyakitdan perilaku hidup sehat

dikalangan masyarakat, rendahnya pengetahuan tentangberbagai gejala dan jenis

penyakit, rendahnya kualitas lingkungan dan ketidakmerataan penyebaran tenaga

kesehatan.

Untuk permasalahan akan kesehatan ini, sebenarnya pemerintah terdahulu

sudah mengeluarkan kebijakan atau program untuk mengatasinya, salah satunya

adalah program Askes. Sedangkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial

wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan bentuk

transformasi terbarunya yang dimana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini akan

diselenggarakan oleh BPJS.

Adanya program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan

terutama mengenai keberadaan peserta PBI diharapkan dapat menjadi solusi dan

terobosan baru bagi masyarakat Indonesia, khusunya bagi masyarakat menengah

kebawah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Lebih

lanjut di dalam PP No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI),

menjelaskan bahwa peserta PBI terdiri dari golongan masyarakat menengah

kebawah atau disebut juga fakir miskin atau masyarakat tidak mampu yang

berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.40 tahun 2004 tentang SJSN dalam

Pasal 17 ayat (4) bahwa Iuran program Jaminan Kesehatan bagi Fakir Miskin dan

Orang Tidak Mampu (peserta Penerima Bantuan Iuran) dibayar oleh Pemerintah.

(3)

adalah sebesar Rp 23.000/orang, dan pelayanan kesehatan yang diterima oleh

peserta PBI setara dengan peserta BPJS mandiri atau non-PBI kelas III.

Herlambang (2012), Rumah sakit merupakan salah satu provider dan

patner BPJS dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Pelayanan kesehatan di Rumah sakit saat ini tidak saja bersifat pengobatan , tetapi

pelayanan kesehatan di Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang

paripurna, yaitu promotif, preventif, kuratif.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh ICW terkait pelayanan

kesehatan menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan dimana hampir 74,9%

responden yang berasal dari masyarakat miskin mengeluhkan pelayanan rumah

sakit. Masalah lainnya berdasar temuan ICW adalah akses terhadap obat generik,

selain fasilitas rumah sakit yang buruk Beberapa peserta jamkesmas mengeluhkan

kekecewaan yang berkaitan dengan rumitnya proses administrasi untuk mengurus

persyaratan jamkesmas, sikap perawat dan dokter yang tak ramah, lamanya waktu

menunggu tindakan-tindakan medis atau operasi dan fasilitas ruang rawat yang

kurang memadai. Survei tersebut, dilakukan pada akhir tahun 2009 di lima kota,

Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang, dan Bekasi. Survei menyasar 738 responden di

23 rumah sakit yang terdiri dari lima rumah sakit swasta dan 18 rumah sakit

pemerintah ( Sumber : www.republika.co.id/berita/shortlink/103569 diakses pada

tanggal 4 November 2016 pukul 15.00 WIB).

Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli Kabupaten Nias merupakan

rumah sakit tipe C. Sejak pemekaran kabupaten Nias menjadi 4 Kabupaten yaitu

Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias

(4)

sakit yang cukup memamadai baik dari segi fasilitas kesehatan maupun tenaga

kesehatan. RSUD Gunungsitoli melayani pasien program Jaminan Kesehatan

Nasional pada Rujukan Tingkat Lanjutan. Selama tahun 2014 telah melayani

pasien BPJS sebanyak 23.204 pasien.

Keberadaan RSUD Gunungsitoli dinilai penting karena merupakan opsi

pertama bagi masyarakat Nias pada umumnya untuk berobat ketika mengalami

masalah akan kesehatan. Tentunya masyarakat ataupun pasien yang ingin

melakukan pengobatan mengharapkan pelayanan kesehatan yang terbaik dari

setiap pegawai dan RSUD Gunungsitoli ini.

Berdasarkan pendapat dari Zheithalm,et al (dalam Ariani 2009:180),

Kualitas Pelayanan Publik dapat ditinjau dengan menggunakan 5 dimensi,

diantaranya : Tangibles (bukti fisik), Reability (keandalan), Responsiveness (daya

tanggap), Assurance (jaminan), dan Emphaty (empati). Ditinjau dari 5 dimensi

yang menjadi indikator kualitas pelayanan publik tersebut maka RSUD

Gunungsitoli memang masih mengalami beberapa permasalahan dalam

memberikan kualitas pelayanan yang terbaik khusunya kepada pasien peserta

BPJS , salah satunya seperti yang tertulis berikut ini:

“Akibat mendapatkan pelayanan medis yang kurang baik dari Rumah sakit Umum daerah – RSUD Gunungsitoli, seorang pasien melaporkan hal tersebut ke DPRD Kabupaten Nias. Kejadian itu bermula saat pasien yang bernama Notarius Mendröfa yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Nias, yang saat itu menderita sesuatu penyakit sangat membutuhkan penanganan darurat di IGD RSUD Gunungsitoli. Namun Saat sampai di ruang IGD Notarius Mendrofa, hanya disuruh tidur diatas ranjang tanpa mendapat tindakan apapun dari Dokter yang bertugas, Hal itu di alami Notarius Mendrofa kurang lebih 30 menit.Sementara saat Notarius Mendrofa menanyakan kapan akan ditangani, dokter NW menjawab saudara hanya cukup berobat di Poly Klinik saja”

(5)

Permasalahan lain yang pernah dan kerap terjadi di RSUD Gunungsitoli

yang berkaitan dengan kualitas pelayanan publik lainnya adalah berhubungan

dengan pengadaan atau ketersediaan akan obat-obatan, seperti kutipan berikut ini :

“Sudah tiga minggu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli mengalami krisis obat antibiotik jenis Cefotaxime 1 gram dan ceftriaxone 1 gram. Pihak Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara hingga kini belum menjawab keluhan ini. Untuk menanggulangi ketiadaan ini, pihak RSUD Gunungsitoli mengganti dengan jenis obat lainnya. Hal ini diakui Plh. RSUD Gunungsitoli Ismed Amazihönö. Menurut Ismed, sebulan sebelum persediaan obat itu habis, pihaknya telah mengantisipasi dan menyurati Kemenkes dan Dinkes provsu. Atas ketiadaan persediaan obat tersebut, dipastikan Ismed cukup berdampak pada pelayanan pasien terutama pasien peserta Jamkesmas, Askes dan BPJS. Walau demikian, Ismed berharap dokter yang menangani pasien tidak membebankan pembelian obat kepada

pasien”. Sumber

Berdasarkan artikel diatas RSUD Gunungsitoli masih memiliki

keterbatasan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat, akan tetapi sebagai

RSUD dengan fasilitas yang lebih memadai jika dibandingkan dengan klinik atau

rumah sakit lain, RSUD Gunungsitoli perlu berebenah diri dan meningkatkan

pelayanan kesehatannya kepada seluruh masyarakat, terlebih kepada pasien PBI

BPJS Kesehatan yang juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang

memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang layak, memadai dan tidak

mendapatkan diskriminasi dengan pasien Non-PBI/Umum.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli, khusunya

terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat menengah kebawah atau dalam

BPJS disebut dengan istilah peserta PBI BPJS Kesehatan. Untuk itu penulis

mengambiljudul penelitian “Kualitas Pelayanan Publik RSUD Gunungsitoli

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah

“Bagaimana Kualitas Pelayanan Publik RSUD Gunungsitoli bagi Peserta

Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

kualitas pelayanan publik RSUD Gunungsitoli bagi peserta Penerima Bantuan

Iuran (PBI) BPJS Kesehatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Secara Subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir secara ilmiah dan sistematis dalam memecahkan suatu

permasalahan, melalui sebuah kajian literatur sehingga diperoleh kesimpulan

yang teruji dan bermanfaat.

2. Secara Praktis, sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi Rumah Sakit

Umum Daerah ( RSUD ) Gunungsitoli.

3. Secara Akademis, sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu Administrasi

Publik bagi mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang ingin mengadakan

(7)

1.5 Kerangka Teori

Menurut Masri Singarimbun, (1989 : 37) bahwa Teori adalah serangkaian

asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan suatu

fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara

konsep. Menurut definisi ini teori mengandung tiga hal, yakni : Pertama, teori

adalah serangkaian preposisi antar konsep –konsep yang saling berhubungan.

Kedua, teori menerangkan secara sistematissuatu fenomena sosial dengan cara

menentukan hubungan antar konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu

dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya

dan bagaimana bentukhubungannya. Kerangka teori dimaksudkan untuk

memberikan gambaran ataubatasan tentang teori – teori yang akan dipakai sebagai

landasan penelitian yang akan dilakukan. Maka sebelum melakukan penelitian

perlu dijelaskan terlebih dahulu kerangka teori yang menjadi landasan

(8)

1.5.1 Pelayanan Publik

1.5.1.1 Pengertian Pelayanan Publik

Berdasarkan KEMENPAN No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik

adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggaraan

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan menurut Kurniawan (2005:4), Pelayanan publik diartikan

sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang

mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata

cara yang telah ditetapkan.

Secara garis besar jenis-jenis layanan publik menurut Kepmenpan No. 63

tahun 2003 dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Kelompok pelayanan administratif, yaitu jenis pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status

kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan

terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain

Kartu Tanda Peduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Akte Pernikahan, Akte

Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat

Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK),

Izin MembangunBangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan

Tanah, dan lain-lain.

2. Kelompok pelayanan barang, yaitu jenis pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan

(9)

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan

kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan lain-lain.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan

publik, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan

publlik.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

publik adalah seluruh kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur

pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan dalam suatu organisasi atau instansi

dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

1.5.1.2 Bentuk – Bentuk Pelayanan Publik

Pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik kepada

masyarakat yang dilayani terdiri dari 3 macam (Moenir,2010 : 190) yaitu:

1. Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas – petugas di

bidanghubungan masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi danbidang –

bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atauketerangan kepada

siapapun yang memerlukan. Agar layanan lisanberhasil, ada syarat – syarat yang

(10)

a. Memahami benar masalah – masalah yang termasuk dalam bidangtugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar,singkat tetapi

cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yangingin memperoleh

kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

d. Meski dalam keadaan sepi tidak mengobrol dengan teman, karena

menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

e. Tidak melayani orang – orang yang ingin sekedar ngobrol dengancara yang

sopan.

2. Layanan Melalui Tulisan

Layanan melalui tulisan merupakan bentuk pelayanan yang

palingmenonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlahtetapi juga

dari segi peranannya. Layanan tulisan ini terdiri atas duagolongan, pertama

layanan berupa petunjuk, informasi dan yangsejenis ditujukan pada orang – orang

yang berkepentingan, agarmemudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi

atau lembaga;kedua, layanan berupa reaksi tertulis atas permohonan,

laporan,keluhan, pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Layanan berbentuk perbuatan

Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70 – 80 %dilakukan oleh

petugas – petugas tingkat menengah dan bawah. karenaitu faktor keahlian dan

keterampilan petugas tersebut sangatmenentukan terhadap hasil perbuatan atau

pekerjaan. Titik berat daripelayanan ini adalah perbuatan itu sendiri yang ditunggu

(11)

adalahmendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan,bukan

sekedar penjelasan atau kesanggupan secara lisan, disini faktorkecepatan dalam

pelayanan menjadi dambaan setiap orang, disertaidengan kualitas hasil yang

memadai.

1.5.1.3 Asas – Asas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,

penyelenggara pelayanan harus memenuhi azas-azas pelayanan sebagai berikut

(Ratminto, 2005:19) :

1. Transparansi. Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak

yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti

2. Akuntabilitas. Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan

masyarakat.

5. Kesamaan Hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membeda-bedakan suku,

ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik

(12)

1.5.1.4 Prinsip - Prinsip Pelayanan Publik

Sendi – sendi terlaksananya pelayanan umum, pada hakekatnyamerupakan

penerapan prinsip – prinsip pokok sebagai dasar yang menjadipedoman dalam

perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatanpelayanan umum.

Berdasarkan Keputusan Menteri PendayagunaanAparatur Negara No. 63

Tahun 2003 tentang Pedoman UmumPenyelenggaraan Pelayanan Publik,

disebutkan bahwa dalampenyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi

beberapa prinsip,yaitu sebagai berikut :

1. Kesederhanaan. Prosedur pelayanan tidak berbeli – belit, mudah dipahami dan

mudahdilaksanakan.

2. Kejelasan, kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayan publik;

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam membe-

rikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketadalam pelak-

sanaan pelayanan publik;

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yangtelah ditentukan.

4. Akurasi. Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

5. Keamanan. Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastianhukum.

6. Tanggung Jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik/pejabat yang

ditunjukbertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

(13)

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana. Tersedianya sarana dan prasarana kerja,

peralatan kerja dan pendukunglainnya yang memadai termasuk penyediaan

sarana teknologitelekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan Akses. Tempat dan lokasi serta pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau olehmasyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telematika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan. Pemberi pelayanan harus bersikap

disiplin, sopan dan santun, ramah sertamemberikan pelayanan yang ikhlas.

10.Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu

yangnyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah,

dan lain – lain.

1.5.1.5 Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki

standarpelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian

bagipenerima layanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang

dibakukandalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh

pemberidan atau penerima layanan.

Berdasarkan Keputusan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara No. 63

Tahun 2003 tentang PedomanUmum Penyelenggaraan Pelayanan Publik,

disebutkan bahwa standarpelayanan, sekurang – kurangnya meliputi :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerimapelayanan

(14)

2. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonansampai

dengan penyelesaian permohonan termasuk pengaduan.

3. Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalamproses

pemberian layanan.

4. Produk Layanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yangtelah

ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai olehpenyelenggara

pelayanan publik.

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan dan keahlian.

1.5.2 Kualitas Pelayanan

1.5.2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Tjiptono (2000:51), Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan. Lebih lanjut Tjiptono menyatakan bahwa

kualitas mengandung banyak pengertian, antara lain : keseuaian dengan

persyaratan, kecocokan untuk pemakaian, perbaikan berkelanjutan, bebas dari

(15)

melakukan sesuatu secara benar, atau sesuatu yang bisa membahagiakan

pelanggan.

Sedangkan menurut Lukman (1999:9) pengertian kualitas bervariasi, dari

yang konvesional hingga yang lebih strategik. Pengertian kualitas secara strategik

merupakan sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan

( meeting the needs of customers ).

Sedangkan pengertian kualitas secara konvensional menggambarkan

karakteristik langsung suatu produk seperti :

1. Kinerja ( Performance )

2. Keandalan ( Reability )

3. Mudah dalam Penggunaan ( Easy of use )

4. Estetika ( Esthetics )

Adapun dalam defenisi strategis dinyatakan bahwa kualitas adalah segala

sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan ( meeting

needs of customers ). Berdasarkan pengertian kualitas, baik yang konvensional

maupun yang lebih strategis oleh Gazpersz (dalam Lukman,2000:9)

mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok:

1. Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan produk,

keistimewaan langsung, maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi

keinginan pelanggan dan memberikan kepuasan atas penggunaan produk ;

2. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Pada prinsipnya konsep pelayanan memiliki berbagai macam definisi yang

berbeda menurut penjelasan para ahli, namun pada intinya tetap merujuk

(16)

dapatdiartikan sebagai sebuah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan

olehsatu pihak kepada pihak lain. Sunarto(2007:105), Pelayanan tersebut meliputi

kecepatan melayani,kenyamanan yang diberikan, kemudahan lokasi, harga wajar

dan bersaing.Menurut Jusuf Suit dan Almasdi (2012:88) untuk

melayanipelanggan secara prima kita diwajibkan untuk memberikan layanan yang

pastihandal, cepat serta lengkap dengan tambahan empati dan

penampilanmenarik.Sedangkan menurut Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2),

Pelayananadalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat

mata(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara

konsumendengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan

pemberi layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

permasalahankonsumen/pelanggan.

Ciri-ciri pelayanan yang baik menurut Kasmir (2005:39)

dirumuskansebagai berikut:

1. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan/pengunjung sejak awalhingga

selesai.

2. Mampu melayani secara cepat dan tepat.

3. Mampu berkomunikas.

4. Mampu memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.

5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.

6. Berusaha memahami kebutuhan pelanggan/pengunjung.

7. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan/pengunjung.

Menurut Tjiptono (2006:59), Kualitas pelayanan adalah tingkat

(17)

untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dua faktor utama

yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu pelayanan yang diharapkan

(expected experience) dan pelayanan yang didapatkan (provide service), maka

kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal begitu juga

sebaliknya. Dengan demikian baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada

kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan pelangggan.

Pengertian kualitas pelayanan menurut Dwiyanto,dkk (1995:6) bahwa

kualitas pelayanan adalah kemampuan organisasi pelayanan publik untuk

memberikan pelayanan yang dapat memuaskan para pengguna jasa baik melalui

pelayanan teknis maupun pelayanan administrasi.

Dari beberapa pengertian kualitas pelayanan, dapat dilihat bahwa kualitas

pelayanan dimulai dari kebutuhan pengguna jasa dan berakhir pada persepsi

pengguna jasa, maka kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia

jasa atau yang memberikan pelayanan dalam memenuhi harapan pengguna jasa

secara konsisten.

1.5.2.2Dimensi Kualitas Pelayanan

Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas pelayanan, antara

lainParasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Saleh,2010:103) yang

melakukanpenelitian khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil

mengidentifikasisepuluh faktor utama yang menentukan kualitas jasa. Kesepuluh

faktor tersebutadalah:

1. Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja(performance) dan

(18)

memberikan jasanya secara tepat semenjak saatpertama. Selain itu juga berarti

bahwa perusahaan yang bersangkutanmemenuhi janjinya, misalnya

menyampaikan jasanya sesuai denganjadwal yang disepakati.

2. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk

memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.

3. Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki

keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikanjasa

tertentu.

4. Accessibility, meliputi kemudahan untuk menghubungi dan ditemui. Halini

berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menungguyang tidak

terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi,dan lain-lain.

5. Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahanyang

dimiliki para kontak personal.

6. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan padabahasa

yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dankeluhan

pelanggan.

7. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mecakupnama

perusahaan , reputasi perusahaan, karakterisktik pribadi kontakpersonal, dan

interaksi dengan pelanggan.

8. Security, yaitu aman dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan. Aspek ini

meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan financial (financial

security), dan kerahasiaan (confidentiality)

9. Understanding/Knowing the Customer, yaitu usaha untuk memahami

(19)

10. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatanyang

dipergunakan, atau penampilan dari personil.

Perkembangan selanjutnya, Zheithalm,et al (dalam

Ariani,2009:180)menyederhanakan sepuluh dimensi di atas menjadi lima dimensi

pokok yangdikenal dengan SERQUAL (service quality) yang terdiri dari:

1. Bukti fisik (tangibles), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkanserta

keadaan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu cara perusahaan jasa

dalam menyajikan kualitas layanan terhadap pelanggan. Diantaranyameliputi

fasilitas fisik (gedung, buku, rak buku, meja dan kursi, dansebagainya),

teknologi (peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan),serta penampilan

pegawai.

2. Keandalan (reliability) adalah kemampuan perusahaan memberikanpelayanan

sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.Kinerja harus

sesuai dengan harapan pelanggan yang tercermin dariketepatan waktu,

pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpakesalahan, sikap simpatik

dan akurasi yang tinggi.

3. Daya tanggap (responsiveness) adalah kemauan untuk membantupelanggan

dan memberikan jasa dengan cepat dan tepat denganpenyampaian informasi

yang jelas. Mengabaikan dan membiarkan pelanggan menunggu tanpa alasan

(20)

4. Jaminan (assurance) adalah pengetahuan, kesopan-santunan dankemampuan

para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percayapara pelanggan

kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen,antara lain:

a. Komunikasi (communication), yaitu secara terus menerus memberikaninfor-

masi kepada pelanggan dalam bahasa dan penggunaan kata yang jelas sehi-

ngga para pelanggan dapat dengan mudah mengerti apa yangdiinformasikan

pegawai serta dengan cepat dan tanggap menyikapikeluhan dan komplain

dari para pelanggan.

b. Kredibilitas (credibility), perlunya jaminan atas suatu kepercayaanyang

diberikan kepadapelanggan, believability atau sifat kejujuran,menanamkan

kepercayaan, memberikan kredibilitas yang baik bagiperusahaan pada masa

yang akan datang.

c. Keamanan (security), adanya suatu kepercayaan yang tinggi daripelanggan

akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yangdiberikan mampu

memberikan suatu jaminan kepercayaan.

d. Kompetensi (competence) yaitu keterampilan yang dimiliki dandibutuhkan

agar dalam memberikan pelayanan kepada pelanggandapat dilaksanakan

dengan optimal.

e. Sopan santun (courtesy), dalam pelayanan adanya suatu nilai moralyang

dimiliki oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan kepadapelanggan.

Jaminan akan kesopansantunan yang ditawarkan kepadapelanggan sesuai

dengan kondisi dan situasi yang ada.

5. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

(21)

memahami keinginan konsumen dimana suatu perusahaan diharapkan

memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami

kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasianyang

nyaman bagi pelanggan.

1.5.2.3 Prinsip-Prinsip Kualitas Pelayanan

Dalam rangka menciptakan gaya manajemen dan lingkungan

yangkondusif bagi organisasi untuk menyempurnakan kualitas,

organisasibersangkutan harus mampu mengimplementasikan enam prinsip utama

yangberlaku bagi perusahaan. Keenam prinsip ini sangat bermanfaat

dalammembentuk mempertahankan lingkungan yang tepat untuk

melaksanakanpenyempurnaan kualitas secara berkesinambungan dengan

didukung oleh para

pemasok, karyawan, dan pelanggan. Menurut Wolkins, dikutip (dalam Saleh,

2010:105) keenam prinsip tersebut terdiri atas:

1. Kepemimpinan

Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari

manajemen puncak.Manajemen puncak harus memimpin danmengarahkan

organisasinya dalam upaya peningkatan kinerja kualitas.Tanpa adanya

kepemimpinan dari manajemen puncak, usaha peningkatankualitas hanya akan

berdampak kecil.

2. Pendidikan

Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak sampai karyawan

(22)

lain konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat, teknikimplementasi strategi

kualitas, dan peranan eksekutif dalam implementasistrategi kualitas.

3. Perencanaan Strategi

Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan tujuankualitas

yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapaivisi dan

misinya.

4. Review

Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagimanjemen

untuk mengubah perilaku organisasi. Proses inimenggambarkan mekanisme

yang menjamin adanya perhatian terusmenerusterhadap upaya mewujudkan

sasaran-sasaran kualitas.

5. Komunikasi

Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses

komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun dengan

stakeholder lainnya.

6. Total Human Reward

Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam implementasistrategi

kualitas. Setiap karywan berprestasi perlu diberi imbalan danprestasinya harus

diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangatkerja, rasa bangga dan rasa

memiliki (sense of belonging) setiap anggotaorganisasi dapat meningkat, yang

pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan produktifitas dan profitabilitas

(23)

1.5.2.4 Unsur-Unsur Kualitas Pelayanan

Unsur-unsur kualitas pelayanan yang dikutip (dalam

Saleh,2010:106)antara lain adalah sebagai berikut:

1. Penampilan. Personal dan fisik sebagaimana layanan kantor depan

(resepsionis) memerlukan persyaratan seperti berpenampilan menarik,badan

harus tegap/tidak cacat, tutur bahasa menarik, familiar dalamberperilaku,

penampilan penuh percaya diri.

2. Tepat Waktu dan Janji. Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam

menyampaikan perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepadapelanggan

bukan sebaliknya selalu ingkar janji. Demikian juga waktu jikamengutarakan 2

hari selesai harus betul-betul dapat memenuhinya.

3. Kesediaan Melayani. Sebagiamana fungsi dan wewenang harus melayani

kepada para pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar-benarbersedia

melayani kepada para pelanggan.

4. Pengetahuan dan Keahlian. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas

harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Di sini petugaspelayanan harus

memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihantertentu yang diisyaratkan

dalam jabatan serta memiliki pengalaman yangluas dibidangnya

5. Kesopanan dan Ramah Tamah. Masyarakat pengguna jasa pelayanan itusendiri

dan lapisan masyarakat baik tingkat status ekonomi dan sosialrendah maupun

tinggi terdapat perbedaan karakternya maka petugaspelayanan masyarakat

dituntut adanya keramahtamahan yang standardalam melayani, sabar, tidak

(24)

6. Kejujuran dan Kepercayaan. Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat

dipergunakan berbagai aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus

transparan dari aspek kejujuran, jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam

pembiayaan dan jujur dalam penyelesaian waktunya. Dari aspek kejujuranini

petugas pelayanan tersebut dapat dikategorikan sebagai pelayan

caya dari segi sikapnya, dapat dipercaya dari tutur katanya, dapatdipercayakan

dalam menyelesaikan akhir pelayanan sehingga otomatis pelanggan merasa

puas. Unsur pelayanan prima dapat ditambah unsur yang lain.

7. Kepastian Hukum. Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadapmasyarakat

yang berupa surat keputusan, harus mempunyai legitimasi ataumempunyai

kepastian hukum. Bila setiap hasil yang tidak mempunyaikepastian hukum

jelas akan mempengaruhi sikap masyarakat, misalnyapengurusan KTP, KK

dan lain-lain bila ditemukan cacat hukum akanmempengaruhi kredibilitas

instansi yang mengeluarkan surat legitimasitersebut.

8. Keterbukaan. Secara pasti bahwa setiap urusan/kegiatan yangmemperlakukan

ijin, maka ketentuan keterbukaan perlu ditegakkan.Keterbukaan itu akan

mempengaruhi unsur-unsur kesederhanaan,kejelasan informasi kepada

masyarakat.

9. Efisien. Dari setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan masyarakat

adalah efisiensi dan efektifitas dari berbagai aspek sumber daya sehingga

menghasilkan biaya yang murah, waktu yang singkat dan tepat sertakualitas

yang tinggi. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas merupakantuntutan

(25)

10. Biaya. Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajarandalam

penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan dayabeli

masyarakat dan pengeluaran biaya harus transparan dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

11. Tidak Rasial. Pengurusan pelayanan dilarang membeda-bedakankesukuan,

agama, aliran dan politik dengan demikian segala urusan harusmemenuhi

jangkauan yang luas dan merata.

12. Kesederhanaan. Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakatuntuk

diperhatikan kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.Model

Kualitas Pelayanan . Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset yang

telah dilakukan,Grongoos yang dikutip (dalam Tjiptono,2005:261)

mengemukakan enam kriteriakualitas pelayanan yang dipersepsikan baik,

yakni sebagai berikut:

a. Professionalism and Skills. Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa, kar-

yawan, sistem operasional, dan sumberdaya fisik memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka secara

professional (outcomerelated criteria).

b. Attitudes and Behavior. Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa (customer

contact personel)menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha mem-

bantu memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah.

c. Accessibility and Flexibility. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa,loka-

si,jam operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dandiope-

(26)

dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agardapat

menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan secara luwes.

d. Reliability and Trustworthiness.Pelanggan memahami bahwa apapunyang

terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyediajasa

beserta karyawan dan sistemnya dalam menentukan janji danmelakukan

segala sesatu dengan mengutamakan kepentingan pelanggan.

e. Recovery. Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu

yang tidak diharapkan dan tidak diprediksi, maka penyedia jasa akansegera

mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencarisolusi yang

tepat.

f. Reputation and Credibility. Pelanggan meyakinibahwa operasi dari

penyediajasadapat dipercayadanmemberikan nilai/imbalan yang

sepadandengan biaya yang dikeluarkan.

1.5.3 Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentangKesehatan

mendefenisikan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,jiwa, dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosialdan

ekonomis. Jadi pengertian kesehatan cakupannya sangat luas, mencakup sehatfisik

maupun non fisik (jiwa, sosial, ekonomi).Sedangkan pelayanan kesehatan adalah

setiap kegiatan untuk memeliharadan meningkatkan kesehatan yang dilakukan

oleh pemerintah dan ataumasyarakat. Dalam pasal 1 juga tertuang definisi jaminan

pemeliharaan kesehatanmasyarakat adalah suatu cara penyelenggaraan

(27)

kekeluargaan, berkesinambungandan dengan mutu yang terjamin serta

pembiayaan yang dilaksanakan secarapraupaya. Dalam pasal 3 menjelaskan

bahwa pembangunan kesehatan bertujuanuntuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiaporang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Pasal 8menjelaskan bahwa pemerintah

bertugas menggerakkan peran serta masyarakatdalam penyelenggaraan dan

pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsisosial sehingga pelayanan

kesehatan bagi masyarakat kurang mampu tetapterjamin.

Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu

usahauntuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka

usahapembinaan, pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia. Maka

Pelayanankesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau

secarabersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara,

meningkatkankesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatanperorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.

Berdasarkan rumusan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bentukdan

jenis pelayanan kesehatan tergantung dari beberapa faktor yaitu:

1. Pengorganisasian pelayanan; pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara

sendiri atau bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.

2. Tujuan atau ruang lingkup kegiatan; pencegahan penyakit, memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan, penyembuhan/ pengobatan dan pemulihan

kesehatan.

(28)

Pelayanan kesehatan memiliki tiga fungsi yang saling berkaitan,

salingberpengaruh dan saling bergantungan, yakni fungsi sosial (fungsi

untukmemenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan

kesehatan),fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan

kebutuhanmasyarakat pemberi pelayanan kesehatan), dan fungsi ekonomi (fungsi

untukmemenuhi harapan dankebutuhan institusi pelayanan kesehatan). Ketiga

fungsitersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan

yaitu,masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara

pemerintah danmasyarakat), tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh

tenaga professionalkesehatan), dan tenaga administrasi/manajemen kesehatan

(manajemen atauadministrator kesehatan).

1.5.4 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Kesehatan

1.5.4.1 Pengertian BPJS Kesehatan

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang RI No. 24 tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 1 , diungkapkan bahwa Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan

hukum yang terbentuk utuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalahbadan hukum publik yang

bertanggungjawab kepada Presiden danberfungsi menyelenggarakan program

jaminan kesehatan bagi seluruhpenduduk Indonesia termasuk orang asing yang

bekerja paling singkat 6(enam) bulan di Indonesia.

Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SistemJaminan

(29)

Penyelenggara Jaminan Sosial maka BPJS merupakansebuah lembaga hukum

nirlaba untuk perlindungan sosial dalam menjaminseluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layaksekaligus dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial diIndonesia. BPJS sendiri terdiri dari

dua bentuk yaitu BPJS Kesehatan danBPJS Ketenagakerjaan.

1.5.4.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan

Adapun yang menjadi visi BPJS Kesehatan :CAKUPAN SEMESTA

2019. Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki

jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

Sedangkan yang menjadi misi dari BPJS Kesehatan adalah :

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong

partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN).

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang

efektif, efisiendan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal

dengan fasilitas kesehatan.

3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS

Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung

(30)

4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata

kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk

mencapai kinerja unggul.

5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi,

kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi

BPJS Kesehatan.

6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

1.5.4.3 Fungsi , Tujuan dan Tugas BPJS Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 24 tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial dalam pasal 9 ayat 1 disebutkan BPJS Kesehatan

berfungsi untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Selain itu, didalam ketentuan yang sama , pasal 3 dikemukakan pula

tujuan dari penyelenggaraan BPJS Kesehatan, yaitu untuk mewujudkan

terselenggaranya pemberian jaminan kesehatan yang layak bagi setiap peserta dan

anggota keluarganya sebagai pemenuhan kebutuhan dasar hidup penduduk

Indonesia.

Sedangkan yang menjadi tugas dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta

2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja

3. Menerima bantuan iuran dari pemerintah

(31)

5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial

6. Membayarkan manfaaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan ketentuan program jaminan sosial

7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial

kepada peserta dan masyarakat

1.5.4.4 Hak dan Kewajiban BPJS Kesehatan

Berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) ada 2 (dua) hak menentukan dalam melaksanakan

kewenangannya, BPJS berhak:

a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang

bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan

sosial dari DJSN.

UU BPJS tidak memberikan pengaturan mengenai berapa besaran “dana

operasional” yang dapat diambil dari akumulasi iuran jaminan sosial dan hasil

pengembangannnya. UU BPJS tidak juga mendelegasikan pengaturan lebih lanjut

mengenai hal tersebut kepada peraturan perundang-undangan di bawah

Undang-undang. “Dana Operasional” yang digunakan oleh BPJS untuk membiayai

kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial tentunya harus

cukup pantas jumlahnya agar BPJS dapat bekerja secara optimal, tetapi tidak

boleh berlebihan apalagi menjadi seperti kata pepatah “lebih besar pasak daripada

(32)

ratio yang wajar sesuai dengan best practice penyelenggaraan program jaminan

sosial.

Mengenai hak memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan

programjaminan sosial dari DJSN setiap 6 bulan, dimaksudkan agar BPJS

memperoleh umpan balik sebagai bahan untuk melakukan tindakan korektif

memperbaiki penyelenggaraan program jaminan sosial. Perbaikan

penyelenggaraan program akan memberikan dampak pada pelayanan yang

semakin baik kepada peserta. Tentunya DJSN sendiri dituntut untuk melakukan

monitoring dan evaluasi secara objektif dan professional untuk menjamin

terselenggaranya program jaminan sosial yang optimal dan berkelanjutan,

termasuk tingkat kesehatan keuangan BPJS.

UU No. 24 tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menentukan

bahwa untuk melaksanakan tugasnya ada 11 (kewajiban), BPJS berkewajiban

untuk:

a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta; Yang dimaksud dengan

”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara khusus oleh

BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib administrasi atas hak dan

kewajiban setiap peserta. Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua

program jaminan sosial.

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk

besarnya kepentingan peserta;

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai

kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya;

(33)

mengenai jumlah asset dan liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap

Dana Jaminan Sosial, dan/atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan

pengeluaran BPJS.

d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN;

e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk

mengikuti ketentuan yang berlaku;

f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan

hak dan memenuhi kewajiban;

g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo JHT dan

pengembangannya 1 kali dalam 1 tahun;

h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1 kali

dalam 1 tahun;

i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim

dan berlaku umum;

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku dalam

penyelenggaraan jaminan sosial; dan

k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara

berkala 6 bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

Jika dicermati ke 11 kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan

governance BPJS sebagai badan hukum publik. BPJS harus dikelola sesuai

dengan prinsip-prinsip transparency, accountability and responsibility,

(34)

1.5.5 Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan

1.5.5.1 Pengertian Peserta Penerima Bantuan Iuran ( PBI ) Kesehatan

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 101 tahun 2012

tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan disebutkan bahwa Penerima

Bantuan Iuran Jaminan kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan

Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta jaminan

kesehatan. Jadi, peserta Penerima Bantuan Iuran adalah fakir miskin dan orang

tidak mampu yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan. bantuan iuran jaminan kesehatan adalah Iuran

program jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang

dibayar oleh pemerintah.

Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber

mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan

dirinya dan/atau keluarganya. Orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai

sumber mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu

memenuhikebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar Iuran bagi

dirinya dan keluarganya.

1.5.5.2 Kriteria Peserta Penerima Bantuan Iuran ( PBI ) Kesehatan

Adapun yang menjadi kriteria bagi masyarakat untuk digolongkan sebagai

peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Kesehatan :

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang

(35)

c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayuberkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama denganrumah tangga

lain.

e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidakterlindung/sungai/air

hujan.

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayubakar/arang/minyak

tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalamseminggu.

i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. Tidaksanggup

membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

k. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani denganluas lahan 0, 5

ha.Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruhperkebunan, atau pekerjaan

lainnya dengan pendapatan di bawahRp 600.000 per bulan.

l. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidaksekolah/tidak tamat

SD/hanya SD.

m.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilaiRp 500.000,

seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas,ternak, kapal motor, atau

(36)

1.5.5.3 Hak dan Kewajiban Peserta

Adapun yang menjadi hak dari peserta BPJS Kesehatan baik peserta PBI

maupun non-PBI diantaranya :

a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperolehpelayanan

kesehatan;

b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajibanserta prosedur

pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yangberlaku;

c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yangbekerjasama

dengan BPJS Kesehatan;

d. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisanatau tertulis

ke Kantor BPJS Kesehatan.

Sedangkan yang menjadi kewajibann dari peseta BPJS Kesehatan antara

lain adalah :

a. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yangbesarannya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku ( tidak berlaku bagi peserta PBI );

b. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,perceraian,

kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitaskesehatan tingkat

pertama;

c. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkanoleh orang

yang tidak berhak;

(37)

1.5.5.4 Pelayanan Kesehatan yang Dijamin dan Tidak Dijamin

Beberapa pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan jika

seseorang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan adalah :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu pelayanan kesehatan nonspesifikasi:

a. Administrasi pelayanan

b. Pelayanan promitif dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non-spesialistik baik operatif manupun non-operatif

e. Transfusi darah

f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, dan

g. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut yaitu pelayanankesehatan yang

mencakup: Program jaminan pemelihara kesehatanmemberikan manfaat paripurna

meliputi seluruh kebutuhan medis yangdiselenggarakan di setiap jenjang Program

Pelayanan Kesehatan denganrincian cakupan pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertamaadalah pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter umum ataudokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai

Pengobatan atau Dokterpraktek solo.

b. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan)adalah pemeriksaan dan pengo-

batan yangdilakukan oleh dokterspesialis atas dasar rujukan dari dokter

PPK I sesuai dengan indikasimedis.

c. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakitadalah pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada peserta yangmemerlukan perawatan di ruang rawat inap

(38)

d. Pelayanan Persalinanadalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada

tenaga kerjawanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program

jaminanpemelihara kesehatan maksimum sampai dengan persalinan ke 3

(tiga).

e. Pelayanan Khususadalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberi-

kanuntukmengembalikan fungsi tubuh

f. Emergensimerupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan pertolo-

ngansegera, yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa.

Sedangkan pelayanan yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan antara lain:

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana

diatur dalam peraturan yang berlaku.

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (kecuali untu kasus gawat darurat).

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan

kerja.

4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaanlalu

lintas.

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau kosmetik.

7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan).

8. Pelayanan ortodonsi (meratakan gigi).

(39)

10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau akibat

melakukan hobi yang berbahaya.

11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional.

12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagaieksperimentasi.

13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu.

14. Perbekalan kesehatan rumah tangga.

15.Pelayanan kesehatan akibat bencana dan wabah.

1.5.6 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan

pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik

spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan,

rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu sarana

kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Rumah sakit

merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan

(40)

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

1.5.6.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai

fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan,

dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

(41)

1.5.6.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya.

1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam

rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang

dan jenis penyakit.

b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakittertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit

publik dan rumah sakit privat.

a. Rumah sakit publiksebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh pemerintah

pemerintah daerah,dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit

publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan

Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah

sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.

b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum den-

(42)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan

setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Rumah Sakit umum kelas A

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis

penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

2. Rumah Sakit umum kelas B

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis

penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

3. Rumah Sakit umum kelas C

Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

4. Rumah Sakit umum kelas D.

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

(43)

1.6 Defenisi Konsep

Konsep (Singarimbun, 1995:33) merupakan istilah dan definisi yang

digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok,

atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk

memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari

variabel yang diteliti.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas dari

masing-masing konsep yang akan diteliti, maka definisi konsep dalam penelitian

ini adalah :“Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Gunungsitoli bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan” Dengan menggunakan 5 dimensi pelayanan

publik Zheithalm et al dalam Ariani (2009:180) sebagai indikator untuk mengukur

kualitas pelayanan publik di RSUD Gunungsitoli, diantaranya :

1. Tangibles (Bukti Fisik)

Merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan

eksistensinya pada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan serta keadaan lingkungan

sekitarnya merupakan salah satu cara perusahaan jasa dalam menyajikan kualitas

layanan terhadap pelanggan.

2. Realibility (Keandalan)

Adalah kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan

adapa yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan

harapan pelanggan yang tercermin dari ketepatan waktu, pelayanan yang sama

(44)

3. Responsiveness (Daya Tanggap)

Adalah kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan

cepat dan tepat dengan penyampaian informasi yang jelas. Mengabaikan dan

membiarkan pelanggan menunggu tanpa alasan yang jelas menyebabkan presepsi

yang negatif dalam suatu kualitas pelayanan.

4. Assurance (Jaminan)

Adalah pengetahuan, kesopan-santunan dan kemampuan para pegawai

perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya kepada pelanggan kepada

perusahaan.

5. Empathy (Empati)

Artinya memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan

konsumen dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki suatu pengertian dan

pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan secara spesifik serta

(45)

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang profil rumah sakit dan gambaran umum mengenai rumah sakit yang meliputi letak geografis, visi misi dan motto, sumber daya manusia, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi rumah sakit.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisis data-data yang diperoleh saat penelitian dilakukan dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian

Referensi

Dokumen terkait

penelitian yaitu determinan pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik oleh peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kabupaten Simalungun

Penelitian ini menemukan 5 tema terkait pengalaman pasien PBI-JKN yang menjalani perawatan di RSUD Gunungsitoli, yaitu menerima pelayanan kesehatan yang memuaskan,

Hak seluruh peserta program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Tentang penyelenggaraan

Faktor yang menyebabkan masyarakat mampu bisa menjadi peserta BPJS penerima bantuan iuran yaitu karena tidak dilakukan pendataan peserta yang akan dijadikan peserta

Soekardjo dalam memberikan pelayanan BPJS belum memiliki konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sedangkan yang telah dilaksanakan dengan

– Kurang mampu sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai tukar beras per orang per tahun.. – Paling kurang mampu: bila pengeluaran keluarga lebih

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DENGAN PERILAKU MEROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWAN..

kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Mendapatkan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan di fasilitas kesehatan yang kerjasama dengan BPJS Kesehatan Menyampaikan