• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Menge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Menge"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

HAR-PAUD-2012 i

LAPORAN PENELITIAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH ERA REFOMASI

MENGENAI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)

OLEH :

Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag

NIP. 196111101990011001

Dibiayai Oleh :

DANA INDIVIDUAL MANDIRI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) TULUNGAGUNG

(2)

HAR-PAUD-2012 ii

IDENTITAS PENELITIAN

A PENELITIAN

1. Tema Penelitian : Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT).

2. Jenis Penelitian : Ilmu Pengetahuan Terapan. 3. Kategori : Individual mandiri.

B PENELITI

1. Nama : Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag 2. Jenis Kelamin : Laki-laki.

3. NIP. : 196111101990011001. 4. Pangkat-Ruang : Pembina Utama Muda (IV/c). 5. Jabatan : Lektor Kepala.

6. Jurusan : Tarbiyah.

7. PTAI : STAIN Tulungagung. 8. Bidang Penelitian : Pendidikan.

C LOKASI : Perpustakaan.

D JANGKA WAKTU : Juli – Desember 2012

E SUMBER DANA : Dana Individual Mandiri

sebesar Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh Juta Rupiah).

Tulungagung, 31 Desember 2012 Peneliti,

(3)

HAR-PAUD-2012 iii ABSTRAK

Ali Rohmad, 2012 M, kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT), Laporan Penelitian, NIP. 196111101990011001, Pangkat : Pembina Utama Muda, Ruang : IV/c, Jabatan : Lektor Kepala dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan, Instansi : STAIN Tulungagung.

Kata Kunci : Kebijakan Pemerintah, Pendidikan Anak Usia Dini, Analisis SWOT. Permasalahan penelitian : 1. Bagaimana status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi ?, 2 . Bagaimana kondisi dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?, 3. Bagaimana karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD ?, 4. Ke mana arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?, 5. Bagaimana jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?, 6. Siapa penaggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?, 7. Mengapa pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD ?, 8. Bagaimana temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?.

Metode Penelitian : 1. Pola penelitian : penelitian pendidikan, penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, penelitian kepustakaan, penelitian analisis isi; 2. Variabel : yang diposisikan sebagai variabel bebas adalah data (X), dan yang diposisikan sebagai variabel terikat adalah target (Y); 3. Data dan Sumbernya : data teoritis yang bersumber dari dokumen ilmiah, dan situs internet; 4. Metode pengumpulan data : dokumentasi dengan resume cards; 5. Metode analisis data : tipe analisis isi semantik attributions dengan aplikasi metode analisis deduksi, induksi, komparasi, dan SWOT.

(4)

HAR-PAUD-2012 iv

(5)

HAR-PAUD-2012 v

(6)

HAR-PAUD-2012 vi

kemiskinan secara ekonomi di Indonesia sebagai akibat krisis ekonomi sejak awal era reformasi, akibat tindakan Korupsi Kolusi Nepotisme di lingkaran kekuasaan triaspolitika, dan akibat bencana alam yang silih berganti, e. Pendangkalan ber’aqidah, ber’ibadah, dan berakhlaq karimah sebagaimana diajarkan dalam kitab-kitab suci semisal al-Qu’an dan Sunnah nabi saw, juga pendangkalan berfalsafah Pancasila sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD-RI 1945 oleh kekuatan arus budaya era globalisasi yang berada dalam kekuasaan skenario dan sutradara materialisme-kapitalisme beserta berbagai cabangnya.

(7)

HAR-PAUD-2012 vii

KATA PENGANTAR

Hanya berkat limpahan kasih sayang Allah swt semata, pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan penelitian individual mandiri dengan tema ” Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT),” ini dapat peneliti selesaikan.

Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah swt limpahkan kepada nabi Muhammad beserta segenap keluarganya, segenap sahabatnya, dan setiap orang yang mengikuti jejaknya.

Terhadap semua pihak yang telah membantu realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini, peneliti sampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku ketua STAIN Tulungagung periode 2010-2014 M yang secara intensif membina karier peneliti sebagai dosen tetap di sana, terutama melalui berbagai amanat beliau sebagaimana tertuang dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan” yang biasa direvisi dan dicetak ulang setiap awal tahun akademik.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Fu’adi, M.Ag selaku Pembantu Ketua bidang akademik STAIN Tulungagung periode 2010-2014 M yang senantiasa aktif diskusi, dialog, dan debat dengan peneliti terutama mengenai kinerja peneliti sebagai dosen yang berkewajiban melayani kepentingan akademik para mahasiswa.

(8)

HAR-PAUD-2012 viii

4. Bapak Nurul Amin, M.ag selaku pimpinan perpustakaan STAIN Tulungagung beserta staf yang telah dengan suka rela membantu memilihkan bahan-bahan pustaka untuk peneliti.

5. Hj. Nanik Nuroh Rahmawati, isteri peneliti yang senantiasa penuh dengan kesabaran memberikan dorongan moril demi kelancaran realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini dan terkadang terlibat dalam penyusunan data mentah (resume cards) serta penyeleksian dan pemberian kode data. 6. Fina Kholij Zukhrufin [kini menjadi istri Afiful Ikhwan ibn Nurhadi] , Ahmad

Kanzu Syauqi Firdaus [kini mahasiswa semester lima fakultas Saintek jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang], Arina Widda Faradis [kini siswi kelas 3 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong], anak-anak peneliti yang senantiasa belajar meningkatkan mutu iman dan taqwa di hadapan Allah swt serta mutu birrul-walidain.

Yang perlu dimaklumi, bahwa atas dasar keterbatasan penguasaan pelbagai disiplin ilmu pengetahuan yang terkait dengan tema penelitian, maka laporan penelitian ini disajikan secara sederhana dan mungkin di sana sini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Itulah sebabnya, dari iskusi ilmiah secara informal dengan dosen sejawat di STAIN Tulungagung, peneliti berusaha memperoleh masukan baik yang berupa tanggapan, kritik, dan saran demi penyempurnaan laporan penelitian ini sebelum digandakan dan dijilidkan.

Akhirnya, hanya kepada Allah swt peneliti berdo’a : semoga semua pihak yang membantu realisasi penelitian dan penulisan laporan penelitian ini senantiasa dibimbing ke jalan yang diridlaiNya, dan semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang membacanya. Amin.

Tulungagung, 31 Desember 2012 Peneliti,

(9)

HAR-PAUD-2012 ix DAFTAR ISI

Halaman

TEMA ………i

IDENTITAS PENELITIAN …...………ii

ABSTRAK ……….…..iii

KATA PENGANTAR ………...…………...vii

DAFTAR ISI ………....ix

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ……..………...1

B. Identifikasi Masalah ……….4

C. Pembatasan Masalah ………5

D. Rumusan Masalah ………6

E. Tujuan Penelitian ……….7

F. Kegunaan Hasil Penelitian ………...8

G. Penegasan Istilah ………...9

H. Kerangka Pemikiran………... 10

BAB II. METODE PENELITIAN ……….13

A. Pola Penelitian ………13

B. Variabel ………..…15

C. Data dan Sumbernya ………..16

D. Metode Pengumpulan Data ………17

E. Metode Analisis Data ……….18

F. Prosedur Penelitian ……….28

BAB III. PEMBAHASAN ………..30

A. Status PAUD yang Diselenggarakan Melalui Jalur Pendidikan Formal dalam Pemerintahan Era Reformasi ..………30

B. Kondisi Dasar Yuridis PAUD dalam era reformasi...33

C. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini yang Perlu Disikapi Selama Aktualisasi PAUD ………..…...38

(10)

HAR-PAUD-2012 x

E. Jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi

…...…...48

F. Penanggung-jawab Pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi ………….………...51

G. Penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD .………….….64

H. Hasil Analisis SWOT ...58

BAB IV. PENUTUP ………...66

A. Kesimpulan ………66

B. Saran ………..70

DAFTAR RUJUKAN ……….73

Lampiran : Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ...76 Diprint-out dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

(11)

HAR-PAUD-2012 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lima belasan abad yang silam, syari’at Islam sebagaimana terdapat dalam kitab suci al-Qur’an dan/atau sunnah nabi Muhammad saw telah mencanangkan ajaran mengenai segala aspek kehidupan manusia, semisal ajaran mengenai prinsip-prinsip mendidik anak usia dini bahkan bagi bayi yang benar-benar baru saja dilahirkan. Dengan mendasarkan diri pada beberapa matan hadits nabi saw, Abdullah Nashih Ulwan menyatakan bahwa : “Di antara hukum yang telah disyari’atkan Islam untuk anak yang baru dilahirkan adalah mengumandangkan azan di telinga kanan dan ikamat di telinga kirinya”.1 Sampai kini, ajaran ini senantiasa dipraktekkan dengan baik di kalangan umat Islam yang taat, juga senantiasa diupayakan dipahami maksud simboliknya; semisal ada yang memahami agar suara yang pertama kali paling patut diperdengarkan kepada bayi adalah suara azan sebagai seruan mendirikan shalat. Barangkali dalam konteks teknologi informasi dengan analog setiap komputer yang baru diproduksi harus diinstal lebih dulu sebelum pemakaian lebih lanjut, maka dapat saja dikatakan bahwa ajaran azan dan iqamat pada bayi tersebut sesungguhnya adalah menginstal potensi multi-kecerdasan bayi sebelum ditumbuh-kembangkan lebih lanjut melalui pendidikan.

Bagi umat Islam yang hidup sekarang ini, memperhatikan pendidikan anak usia dini sesungguhnya adalah amanat Allah swt yang diajarkan oleh nabi saw dan para nabi sebelum beliau, bukan hal yang baru lagi asing dan hadir dari kaum materialisme beserta cabang-cabangnya selaku perancang sekaligus pencanang renaisance yang menjadi cikal bakal dari era globalisasi. Sikap ini relevan dengan pandangan Imron Arifin, bahwa “Pendidikan anak usia dini, pada dasarnya telah ada sejak

(12)

HAR-PAUD-2012 2

adanya manusia, dilakukan keluarga dan lingkungan sosial secara alamiah dan dipengaruhi pola budaya dan agama”.2

Sementara itu, pertemuan bilateral para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bawah tema “Education For All” yang diselenggarakan di Dakar Sinegal Afrika tahun 2000 M, menurut laporan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), sesungguhnya adalah bersifat menegaskan kembali komitmennya terhadap pendidikan dan perawatan anak usia dini dan menentukan perkembangannya.3

Sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang komit, maka pemerintah Repuplik Indonesia dalam era reformasi4 memiliki kebijakan tersendiri terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) apabila dibandingkan dengan dua model era pemerintahan sebelumnya.5 Secara yuridis, PAUD telah termaktub dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab VI bagian ketujuh pasal 28 mulai ayat satu

2 Imron Arifin, Kepemimpinan Himpaudi Studi Kasus di Kota Malang, 1st ed, Aditya Media Publishing, Yogyakarta, 2011, hal. 11.

3 Vide, UNESCO, “Laporan Review Kebijakan : Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini di Indonesia”, Seksi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Inklusif, Divisi Pendidikan Dasar, Sektor Pendidikan UNESCO, Januari 2005, http://www.unesdoc.unesco.org/ - diakses 27 Maret 2008, hal. 13.

4 Sejak hari kemerdekaan 17 Agustrus 1945, di Indonesia telah dijalani tiga model era pemerintahan. Pertama, pemerintahan Orde Lama (Orla) 1945-1965 dengan penerapan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin melalui kendali sistem sentralistik. Kedua, pemerintahan Orde Baru (Orba) 1966-1998 dengan penerapan demokrasi Pancasila dan Pedoman Pengahayatan Pengamalan Pancasila (P4) melalui kendali sistem sentralistik. Ketiga, pemerintahan Era Reformasi 1999-sekarang dengan penerapan demokrasi “agak kebablasan” melalui kendali sistem desentralistik (otonomi daerah). Ketika di Indonesia memasuki pemerintahan Era Reformasi, peradaban dunia telah memasuki Era Globalisasi. Dan pada tahun 2012M, saat laporan penelitian ini ditulis, pemerintahan Era Reformasi di Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan kabinet Indonesia Bersatu jilid dua.

(13)

HAR-PAUD-2012 3

sampai dengan ayat enam. Kebijakan mengenai PAUD ini memperlihatkan kesadaran dan komitmen pemerintah terhadap urgensi pendidikan sepanjang hayat bagi dinamika kehidupan telah meningkat. Suatu pandangan yang menyatakan, bahwa “Pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang, juga untuk mempersiapkan dunia esok yang lebih baik serta lebih sejahtera”,6 patut dijadikan kata kunci bagi pembangunan nasional.

Secara realitas, amat jauh hari sebelum kebijakan pemerintah tentang PAUD itu hadir sebagai sub-struktur kepemerintahan, dalam masyarakat telah hadir duluan bentuk/model PAUD --semisal Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA)--sebagai sub-kultur yang memperlihatkan bahwa kesadaran warga negara terhadap urgensi PAUD telah terbentuk.7 Ini mengisyaratkan, secara ideal, bahwa kehadiran kebijakan pemerintah tentang PAUD dituntut mampu memperkokoh dinamika PAUD yang memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Kemudian menjadi amat wajar apabila kehadiran Play Group yang tumbuh subur laksana jamur di musim hijan dalam berbagai wilayah perkotaan dan pedesaan pada pemerintahan era reformasi mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat dengan menjadikan anak-anak mereka sebagai peserta didik di sana.

Secara akademis, pertautan kehadiran kebijakan pemerintah sebagai sub-struktur dengan sub-kultur masyarakat mengenai sasaran yang sama (PAUD) dapat dipandang sebagai kejadian yang unik lagi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Keunikan dapat terlihat ketika sub-struktur dan sub-kultur dengan karakteriktik dan asal-usul masing-masing dipertemukan dan dikomunikasikan serta diharmonisasikan tentu dapat menimbulkan fenomena-fenomena yang baru dan atau problema yang baru

6 Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional Beberapa Kritik dan Sugesti, 1st ed, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, hal. 1.

(14)

HAR-PAUD-2012 4

yang menuntut penyelesaian lebih lanjut. Kemenarikan dapat terlihat dari strategi pentautan dinamika inisiatif pemerintah dengan masyarakat dalam mengerahkan segala potensi sebagai investasi pendidikan untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas prima di masa datang yang memiliki kecenderungan tantangan dan persoalan yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan tantangan dan persoalan masa sekarang.

Pemikiran tersebut menarik sekaligus mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan tema : Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT). Analisis SWOT ini bersumber dari analisis akar permasalahan. Sam M. Chan dan Tuti T. Sam menjelaskan, bahwa “Kajian terhadap akar permasalahan tidak pernah lepas dari konteksnya. Konteks tersebut adalah kajian global, namun jika akan mengatasi masalah, pemikiran tersebut memerlukan berbagai opsi (options) yang menuntut divergent thinking (berpikir lateral) …”.8 Dengan segala kemampuan dan keterbatasan, penulis berusaha meniru jejak kedua pakar tersebut dengan pijakan observasi terhadap data tekstual dari beberapa referensi ilmiah dan surat kabar serta web-site untuk memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan terkait dengan kebijakan pemerintah tentang PAUD yang kini sedang berjalan dengan harapan dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang lebih komprehensif terkait dengan dinamika realisasi kebijakan tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Sebagai permasalahan umum, tema penelitian “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)” apabila dicermati dengan seksama disertai perenungan yang mendalam, maka dapat dikenali dan diidentifikasi sub masalah yang relatif banyak untuk diteliti lebih lanjut seperti di bawah ini.

(15)

HAR-PAUD-2012 5

1. Pengertian PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

2. Status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi.

3. Dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi. 4. Tujuan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

5. Karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD.

6. Arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD. 7. Jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi. 8. Penanggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era

reformasi.

9. Penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD.

10.Implementasi kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD. 11.Respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah era reformasi

mengenai PAUD.

12.Temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

C. Pembatasan Masalah

Agar secara akademik terjadi pembahasan yang intensif lagi mendalam selaras dengan kemampuan peneliti juga dengan segala keterbatasan peneliti, maka terhadap sub-sub masalah yang dikenali dan diidentifikasi di atas perlu dipilih dan dibatasi menjadi beberapa sub masalah yang selanjutnya dijadikan sebagai masalah utama yang diteliti lebih lanjut melalui penelusuran data literer pada pelbagai sumber dan penelusuran dunia maya internet. Masalah utama yang diteliti lebih itu telah peneliti cermati dan pilih berdasarkan ketersediaan sumber data literer sehingga menjadi seperti di bawah ini.

1. Status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi.

(16)

HAR-PAUD-2012 6

3. Karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD.

4. Arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD. 5. Jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi. 6. Penanggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era

reformasi.

7. Penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD.

8. Temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

D. Rumusan Masalah

Dalam rangka memenuhi ketentuan inklusi-eksklusi yang mampu memberikan arahan secara jelas lagi tepat bagi peneliti ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber literer dan ketika membuat resume-cards sebagai data mentah serta ketika melakukan reduksi data mentah untuk kemudian dianalisis dan ditafsirkan yang hasilnya dituangkan ke dalam laporan penelitian sebagai ”pembahasan”, maka berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat disusun rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam bentuk kalimat interogratif seperti di bawah ini.

1. Bagaimana status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi ? .

2. Bagaimana kondisi dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi ?.

3. Bagaimana karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD ?.

4. Ke mana arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?. 5. Bagaimana jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era

reformasi ?.

(17)

HAR-PAUD-2012 7

7. Mengapa pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan PAUD ?.

8. Bagaimana temuan analisis SWOT terhadap kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD ?.

E. Tujuan Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari di berbagai belahan dunia, tujuan lazim dijadikan sebagai tolok ukur bagi proses dan hasil atas suatu perbuatan manusia secara individual ataupun organisasional untuk dinilai sebagai berhasil atau gagal. Berarti, posisi tujuan itu amat penting. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini dapat dikemukakan dengan redaksi yang sederhana tetapi secara metodologis ilmiah dapat diukur melalui aktifitas penelitian sehingga obyektivitasnya dapat diketahui oleh para pembaca, seperti di bawah ini.

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi.

2. Untuk memahami dan mendeskripsikan kondisi dasar yuridis PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

3. Untuk memahami dan mendeskripsikan karakteristik perkembangan anak usia dini yang perlu disikapi selama aktualisasi PAUD.

4. Untuk memahami dan mendeskripsikan arah kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD.

5. Untuk memahami dan mendeskripsikan jalur penyelenggaraan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

6. Untuk memahami dan mendeskripsikan penanggung-jawab pembinaan PAUD dalam pemerintahan era reformasi.

7. Untuk memahami dan mendeskripsikan penyebab pemerintah era reformasi menetapkan kebijakan mengenai PAUD.

(18)

HAR-PAUD-2012 8

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai penambah khazanah ilmiah, terutama yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah era reformasi mengenai pendidikan anak usia dini.

(19)

HAR-PAUD-2012 9

penelitian lanjutan yang relevan dengan perubahan zaman melalui pendekatan yang makin variatif juga menerapkan model-model penelitian yang dipandang makin dapat memenuhi harapan masyarakat pembaca di dalam dan luar negeri.

G. Penegasan Istilah

Agar sejak awal para pembaca dapat secara jelas lagi tegas memperoleh kesamaan pemahaman mengenai konsep yang terkandung dalam tema penelitian “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)” beserta konstruk yang diselidiki, sehingga di antara pembaca tidak ada yang memberikan asosiasi arti yang berbeda terhadapnya,9 maka peneliti merasa perlu memaparkan penegasan istilah yang dianggap menjadi kata kunci dari tema penelitian seperti di bawah ini.

Secara konseptual, yang peneliti maksud dengan “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)”, adalah penelitian literer seputar rangkaian ketentuan peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah era reformasi untuk mengatur pendidikan anak usia 0-6 tahun guna menumbuh-kembangkan potensi multi-kecerdasan yang sejalan dengan masa depan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang makin berkeseimbangan dalam menegakkan nilai-nilai Pancasila sekaligus merespon tantangan era globalisasi.10

Secara operasional, yang peneliti maksud dengan “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)”, adalah penelitian literer seputar rangkaian ketentuan peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan

9 Vide, Sevilla, et.al, Pengantar Metode Penelitian, 1st ed, terjem. Amiluddin Tuwu, UI-Press, Jakarta, 1993, hal. 18-19.

(20)

HAR-PAUD-2012 10

oleh pemerintah era reformasi untuk mengatur pendidikan anak usia 0-6 tahun guna menumbuh-kembangkan potensi multi-kecerdasan yang sejalan dengan masa depan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang makin berkeseimbangan dalam menegakkan nilai-nilai Pancasila sekaligus merespon tantangan era globalisasi dengan data tekstual berupa resume-cards dari hasil membaca dokumen terkait yang dianalisis secara deduktif, komparatif, dan SWOT.

H. Kerangka Pemikiran

(21)

HAR-PAUD-2012 11

Secara organisasional, pemerintah selaku pemangku kepentingan eksekutif menurut model Trias-Politika dituntut menetapkan kebijakan yang memuat ketentuan aturan bagi para pihak terkait dengan PAUD agar tercipta koordinasi dan sinkronisasi serta harmonisasi hubungan kerja-sama yang lazim dalam sinergitas kinerja memenuhi berbagai “hak” dan “kewajiban” demi peningkatan efektivitas layanan pemberian rangsangan edukatif bagi seluruh anak usia dini Indonesia sehingga potensi multi-kecerdasan (intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan lain-lain) pada mereka benar-benar sesegera mungkin dapat tumbuh berkembang secara maksimal sekaligus sesegera mungkin dapat terjadi internalisasi nilai-nilai Pancasila pada diri mereka sebagai tunas-tunas bangsa yang benar-benar anti segala bentuk penjajahan.

Secara psikis, manusia akan gemar melakukan suatu perbuatan, apabila karakteristik perbuatan itu telah benar-benar dikenal, dipahami, dibutuhkan, dilatihkan, dibiasakan dengan penuh kedisiplinan yang barangkali saja pada tahap awalnya untuk sementara waktu dirasakan sebagai paksanaan. Dengan ini, maka kehadiran kebijakan pemerintah era reformasi mengenai PAUD adalah amat relevan dan memang tidak dapat ditawar atau ditunda-tunda pengaktualisasiannya.

(22)

HAR-PAUD-2012 12

akan pernah mencuat; manakala mereka terlatih komitmen dengan pembelajaran tata nilai agama sejak usia dini. Bagi bangsa Indonesia yang kini tengah berada dalam era reformasi dan era otonomi daerah, jika fenomena negatif tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka secara pasti dapat membuka celah yang makin melebar bagi gangguan terhadap penegakkan keberimbangan “hak” dan “kewajiban”. Berarti, fenomena negatif itu dapat memicu kehadiran perilaku primordialis yang mengusung semangat disintegrasi bangsa dengan berbagai kedok semisal hak asasi manusia dan otonomi daerah. Kebalikannya, respon yang tepat lagi cepat terhadap fenomena negatif tersebut, semisal melalui PAUD atas kebijakan pemerintah yang arif; tentu dapat berdampak positif bagi persatuan dan kesatuan bangsa demi stabilitas pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan.

Secara edukatif, diakui bahwa selaku pendidik pertama lagi utama bagi anak dalam kehidupan rumah tangga sebagai lembaga pendidikan informal, orang tua muslim (ayah dan/atau ibu) dituntut mampu mengemban tugas mendidik anaknya sejak usia dini. Dalam mendidikkan nilai-nilai keimanan, peribadatan, dan akhlaq; Islam telah memberi pedoman yang meyakinkan bagi setiap orang tua. Berkaitan dengan posisi tersebut, realitas tugas yang wajib diemban oleh setiap orang tua adalah memahamkan dan menginternalisasikan serta mendisiplinkan ajaran Islam pada anaknya sebagai pilar utama dalam memperjuangkan perwujudan kesalihan anak. Dalam waktu yang bersamaan, orang tua juga dapat menitipkan pendidikan anaknya, termasuk yang masih dalam usia dini, pada jalur pendidikan formal semisal Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA), juga lembaga pendidikan nonformal semisal Taman Pendidikan Al-Qur’an.

(23)

HAR-PAUD-2012 13

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pola Penelitian

Ditinjau dari segi disiplin ilmu, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian pendidikan, yaitu penelitian berkenaan dengan jenis spesifikasi dan interest peneliti.1 Bahwa yang menjadi pusat perhatian

penelitian ini adalah bidang ilmu pendidikan. Ini dapat diperhatikan dari tema sentral “Kebijakan Pemerintah Era Reformasi Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Pustaka dengan Analisis SWOT)”. Tentu saja dilengkapi oleh kehadiran sosiologi, psikologi, manajemen, teknologi dan disiplin ilmu lain yang lazim diposisikan sebagai bagian dari pendukung bidang ilmu pendidikan.

Ditinjau dari segi tujuan, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian eksploratif. Dalam pandangan Hermawan Wasito, yang dimaksud dengan penelitian eksploratif adalah ”penelitian yang bertujuan menemukan masalah-masalah baru”.2 Dalam pengertian, penelitian ini

memanfaatkan bahan-bahan pustaka yang relevan dengan pendidikan PAUD sebagai pijakan pengembangan pemikiran peneliti untuk memunculkan beberapa permasalahan penelitian sekaligus sebagai tumpuan penganalisisan terhadap beberapa permasalahan penelitian itu sejalan dengan realitas tantangan perkembangan masyarakat yang kini secara nasional telah memasuki era reformasi dan secara internasional telah memasuki era globalisasi.

Ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalah, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola deskriptif. Dalam pandangan Hermawan Wasito, yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah ”penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana

1 Vide, Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 8th ed, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal. 9.

(24)

HAR-PAUD-2012 14

adanya, sehingga hanya merupakan pengungkapan fakta”.3 Tujuan penelitian

deskriptif menurut Muhammad Nazir, adalah ”untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”.4

Ditinjau dari sudut tempat aktivitas penyelidikan, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian kepustakaan,5 yang kegiatannya

dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan rumusan masalah yang ditetapkan dengan bantuan bermacam-macam literatur di perpustakaan seperti buku bacaan ilmiah; baik literatur yang menjadi milik pribadi peneliti maupun milik perpustakaan STAIN Tulungagung, juga literatur yang diakses melalui internet. Barangkali saja di antara para pembaca menyebutnya dengan penelitian literer atau penelitian tekstual. Ini dalam lingkungan Universitas Negeri Malang dinamai dengan penelitian pustaka, yaitu :

… telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlakukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar pemecahan masalah.6

Ditinjau dari sudut prosedur pengumpulan, dan penyajian, serta penganalisisan data, penelitian ini dapat dimasukkan dalam pola penelitian ”analisis isi, content analisys, analisis dokumen, penelitian literer”. Analisis isi oleh Klaus Krippendorff didefinisikan sebagai ”suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data

3Ibid, hal. 10.

4 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, 3rd ed, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal. 63.

5 Vide, Suharsimi Arikunto, op.cit, hal. 10.

(25)

HAR-PAUD-2012 15

dengan memperhatikan konteksnya”.7 Tentu saja sebagai bagian dari pola

penelitian, analisis ini secara khusus memiliki karakteristik tersendiri yang mencerminkan jati dirinya sebagai batas-batas pembeda dengan model penelitian yang lain seperti jenis penelitian kuantitatif yang mengharuskan peneliti memanfaatkan formula matematik untuk analisis data.

B. Variabel

Yang dimaksud dengan variabel menurut Suharsimi Arikunto, adalah ”hal-hal yang ditatap (dijinggleng – Jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points to noticed)”.8 Dalam bagian lain, Suharsimi Arikunto menyatakan, bahwa ”variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian atau penelitian”.9 Dapat dimengerti, bahwa variabel merupakan

sesuatu yang harus dijadikan sasaran pengamatan secara intensif oleh peneliti. Peneliti yang baik harus mampu memperlihatkan kepiawaiannya mendeskripsikan kondisi variabel yang tengah dicermati secara obyektif sesuai parameter pengukuran yang ditetapkan agar hasil penelitiannya menjadi amat dekat dengan kebenaran.

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua macam. Variabel pertama adalah data (resume cards) sebagai nukilan dari membaca dokumen ilmiah (literatur dan internet) yang diposisikan sebagai variabel bebas, dan variabel kedua adalah target (rumusan masalah) yang diposisikan sebagai variabel terikat.10 Sebagai stimulus atau

sarana tanda bagi peneliti untuk mengembangkan pemikiran mengenai target (rumusan masalah) yang harus dikaitkan dengan konteksnya; maka data (resume cards) secara nyata menjadi tempat bergantung bagi peneliti untuk dapat menguraikan rumusan masalah ke dalam bentuk jawaban analitis relevan dengan kondisi jaman sebagai produk penelitian. Dari sini, semakin dapat dimengerti bahwa rumusan masalah yang telah dirumuskan nyata-nyata

7 Klaus Krippendorff, Analisis Isi, Pengantar Teori dan Metodologi, 2nd ed, terjem. Farid Wajidi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 15.

8 Suharsimi Arikunto, loc.cit. 9Ibid, hal. 91.

(26)

HAR-PAUD-2012 16

tidak akan pernah terjawab secara ilmiah, manakala tidak ditemukan sejumlah data literer pendukungnya yang harus digali dan didapat oleh peneliti dari berbagai dokumen yang relevan.

C. Data dan Sumbernya

Yang dimaksud dengan data menurut Suharsimi Arikunto, adalah ”hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka”.11 Data yang

harus dicari oleh peneliti adalah teks yang berkaitan dengan rumusan masalah. Apabila diperhatikan dari segi tempat asalnya, maka data yang harus dikumpulkan oleh peneliti adalah berupa data teoritis.

Yang dimaksud dengan sumber data menurut Suharsimi Arikunto, adalah ”subyek dari mana data dapat diperoleh”.12 Apabila dilihat dari segi

wujud konkritnya, maka sumber data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber data insani dan non-insani. Sumber data insani lazim disebut dengan subyek, responden, dan informan. Sumber data non-insani lazim disebut dengan dokumen, dan benda-benda yang lain.

Sesuai dengan pola penelitian dengan tinjauan dari sudut tempat aktivitas penyelidikan, maka yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data non-insani yang berupa dokumen bidang kajian pustaka seperti buku-buku bacaan ilmiah, majalah ilmiah, jurnal ilmiah, koran, situs internet, dan lain-lain yang relevan dengan rumusan masalah. Ini diperkuat oleh pandangan Suharsimi Arikunto, bahwa ”apabila peneliti menggunakan dokumentasi (dalam pengumpulan data = pen.), maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, …”.13

Sementara itu, dalam pandangan Lexy Moleong, yang dimaksud dengan dokumen, adalah setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyelidik.14 Di lain pihak,

Klaus Krippendroff berpandangan bahwa ”pemeliharaan dokumen-dokumen

11Ibid, hal. 91. 12Ibid, hal. 102. 13Ibid.

(27)

HAR-PAUD-2012 17

historis bersifat selektif, … dan apa yang dicetak sebagai berita adalah hasil selektif dari rentang kemungkinan-kemungkinan yang luas. Selektifitas jenis ini mengindikasikan proses sampling yang berasal dari sumber”.15 Sejalan

dengan pandangan ini, peneliti berusaha menyeleksi sejumlah dokumen ilmiah dari perpustakaan STAIN Tulungagung dan perpustakaan pribadi serta dari berselancar pada situs-situs tertentu di internet yang dipandang memuat datum terkait dengan sekian rumusan masalah.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data (resume cards) yang sebanyak-banyaknya berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka diterapkan metode dokumentasi. Dalam pandangan Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah ”… mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.16

Peneliti mencari dan mengumpulkan data literer yang relevan dengan rumusan masalah melalui pemanfaatan sumber data non-insani yang berwujud dokumen yang terdiri dari buku-buku bacaan ilmiah, jurnal ilmiah, majalah ilmiah, dan koran yang dipinjam dari perpustakaan STAIN Tulungagung atau yang dicari dari perpustakaan pribadi peneliti dan dari situs internet yang dicopy ke dalam komputer program Word untuk kemudian diprint-out. Sejumlah teks dalam dokumen yang berhasil peneliti kumpulkan diposisikan sebagai populasi. Lebih lanjut, peneliti membaca sejumlah teks dalam dokumen kajian ilmiah tersebut, kemudian dari sana peneliti membuat cuplikan catatan-catatan yang berupa pendapat para pakar ke dalam kartu-kartu resume (resume-cards) sebagai data mentah untuk dijadikan bahan kajian yang dianalisis selama penulisan laporan penelitian. Realitas pengumpulan data dari sejumlah dokumen kajian ilmiah seperti ini berarti menerapkan sebagian dari metode non-interaktif.

15 Klaus Krippendorff, op.cit, hal. 280.

16 Suharsimi Arikunto, op.cit, hal. 200. Vide, Masykur Bakri, ed, Metodologi

(28)

HAR-PAUD-2012 18

Penulisan nukilan pendapat para pakar dari sejumlah dokumen kajian ilmiah ke dalam kartu-kartu resume yang dilakukan oleh peneliti itu merupakan penerapan sampling yang menghasilkan sampel berupa cuplikan data tekstual yang dianggap saling terpisah antara satu dengan yang lain tetapi dianggap mewakili informasi terkait dengan rumusan masalah untuk kemudian dianalisis dan diarahkan pada generalisasi teoritis.

E. Metode Analisis Data

Yang dimaksud dengan analisis data menurut Moleong, adalah ”proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan ditemukan hipotesis seperti yang disarankan oleh data”.17 Sementara itu, Miles dan Huberman

menjelaskan, bahwa analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.18

Dalam praktek, peneliti melacak data mentah yang terdiri dari catatan-catatan yang berupa pendapat para pakar sebagai ringkasan dari aktivitas membaca teks dalam dokumen kajian ilmiah, mengorganisasikannya ke dalam satuan-satuan tertentu sejalan dengan urutan rumusan masalah; sehingga pekerjaan analisis data ini sebenarnya bergerak dari membaca dokumen yang diduga kuat memuat teks yang dipandang relevan dengan rumusan masalah, kemudian pembuatan data mentah sampai dengan menjadi produk penelitian yang disajikan ke dalam laporan penelitian ini.

Tipe teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini lebih dekat dengan analisis isi semantik yang diarahkan pada analisis pensifatan (attribu-tions).19 Ini diterapkan untuk menggambarkan keadaan psikis,

sosiologis, dan edukatif masa anak-anak sekaligus merepliksikan berbagai sikap, kepentingan, dan pola-pola kulturalnya sebagai pijakan mengembangkan wawasan mengenai PAUD demi masa depan kehidupan anak dan bangsa Indonesia yang terasa makin sarat dengan tantangan dan

17 Lexy Moleng, op.cit, hal. 103.

18 Vide, Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, terjem. Tjetjep Rohendi, UI-Press, Jakarta, 1992, hal. 15.

(29)

HAR-PAUD-2012 19

problema di era globalisasi sebagai perkembangan peradaban renaisance yang dirintis oleh materialisme.

Untuk penganalisisan data mentah yang berupa catatan dalam resume-cards setelah direduksi sampai dengan menjadi produk penelitian yang disajikan ke dalam laporan penelitian ini, peneliti berusaha menerapkan metode analisis data seperti di bawah ini.

1. Metode deduksi

Yang dimaksud dengan metode deduksi dalam pandangan Winardi, adalah ”… proses penguraian dari hal-hal yang bersifat umum (GENARAL) ke hal-hal khusus (PARTICULAR), dari hal-hal yang universil ke hal-hal individuil, dari premis-premis tertentu ke kesimpulan-kesimpulan berdasarkannya”.20 Sementara itu, dalam pandangan Sutrisno

Hadi, ”dengan deduktif berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum, dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai sesuatu kejadian yang khusus”.21

Berpijak pada batasan deduksi yang dipaparkan oleh dua pakar di atas, maka penerapan metode deduksi dalam laporan penelitian ini, pertama-tama dimulai dengan dalil (pendapat, teori) yang kemudian diikuti oleh uraian dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Dalam laporan penelitian ini, aplikasi metode deduksi yang menonjol untuk menganalisis data dapat disimak pada bab pertama pendahuluan dan bab kedua metode penelitian juga bab ketiga pembahasan.

2. Metode induksi

Yang dimaksud dengan metode induksi dalam pandangan Winardi, adalah ”… suatu proses penguraian dari kasus-kasus khusus hingga suatu kelompok kasus secara keseluruhan, dari fakta-fakta konkrit hingga hal-hal yang bersifat umum (GENERALITIES), dari situasi-situasi individuil ke

20 Winardi, Pengantar Metodologi Research, Alumni, Bandung, 1979, hal. 94-95.

(30)

HAR-PAUD-2012 20

situasi universil …”.22 Sementara itu Sutrisno Hadi berpandangan, bahwa

”berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang khusus dan konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”.23

Berpijak pada batasan induksi di atas, maka penerapan metode induksi ini, pertama-tama dimulai dengan penyajian data mentah, kemudian diikuti dengan uraian dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Dalam laporan penelitian ini, aplikasi metode induksi yang dapat dianggap menonjol untuk menganalisis data dapat disimak pada bab keempat penutup sub kesimpulan.

3. Metode komparasi

Yang dimaksud dengan metode komparasi dalam laporan penelitian ini, adalah cara penguraian data yang dimulai dengan penyajian pendapat para ahli untuk dicari persamaan yang prinsipil dan perbedaannya yang juga prinsipil, setelah hal itu benar-benar diketahui perlu dipertimbangkan secara rasional untuk kemudian diakhiri dengan penarikan suatu kisimpulan. Atau paling tidak, diambil satu pendapat yang dipandang paling kuat.24

Dalam laporan penelitian ini, aplikasi metode komparasi untuk menganalisis data dapat disimak pada hampir setiap bab seperti dalam bab pertama, bab kedua, bab ketiga ketika peneliti menyajikan pendapat minimal dari dua pakar mengenai urusan yang sama. Pendapat para pakar yang disajikan itu lazim memakai redaksi yang berbeda, dengan kemungkinan unsur-unsur yang dimuatnya adalah sama persis atau ada perbedaan yang signifikan.

4. Analisis SWOT

Pemimpin suatu organisasi dituntut selalu memikirkan sekaligus menemukan strategi-strategi yang semakin relevan untuk memajukan

22 Winardi, loc.cit. 23 Sutrisno Hadi, loc.cit.

(31)

HAR-PAUD-2012 21

organisasi dalam pencapaian tujuannya. Memimpin suatu organisasi jelas tidak dapat hanya dengan rutinitas administratif, serta plagiasi kegiatan kepemimpinan organisasi sebelumnya guna pemenuhan kewajiban menjalankan program. Pemimpin seperti ini jelas kurang peka terhadap organisasi dan tidak tahu strategi yang efektif dan tepat untuk dipakai dalam kepemimpinannya.

Strategi dalam pencapian tujuan organisasi dapat dirumuskan dengan terlebih dahulu melakukan suatu analisis terhadap keseluruan indikasi dalam organisasi semisal menggunakan analisis SWOT, agar dapat ditemukan formula pengambilan keputusan yang baik lagi tepat untuk mengarahkan seluruh potensi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dan untuk mengatasi berbagai masalah secara efektif. Pemimpin seperti inilah yang cerdas dalam memimpin serta mengarahkan organisasi semakin dinamik dalam merumuskan sekaligus mencapai tujuan.

Analisis SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert Humphrey, akademisi yang memimpin proyek penelitian di Universitas Stanford pada tahun 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari banyak perusahaan terkemuka dunia. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi mengapa perencanaan perusahaan bisa gagal. Penelitian yang dihasilkan mengidentifikasi sejumlah area kunci dan alat yang digunakan untuk menjelajahi setiap area penting yang disebut analisa SOFT. Humphrey dan tim penelitian awal menggunakan kaidah : apa yang baik di masa sekarang ini disebut Satisfactory (memuaskan), yang baik di masa depan disebut Opportunity (peluang); yang buruk di masa sekarang disebut Fault (kesalahan) dan yang buruk di masa depan disebut Threat (ancaman). Ini yang dikenal dengan analisis SOFT (Satisfactory, Opportunity, Fault, Threat). Kemudian, Urick dan Orr pada tahun 1964 dalam sebuah konferensi mengubah huruf F menjadi W, sehingga menjadi analisis SWOT yang lebih populer sampai sekarang ini.25

(32)

HAR-PAUD-2012 22

Analisis SWOT merupakan metode analisis untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek strategis milik organisasi tertentu. Proses analisis SWOT melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi suatu proyek, sekaligus pengidentifikasian faktor internal (strengths, weaknesses) dan faktor eksternal (opportunities, threats) yang mendukung dan yang tidak mendukung dalam pencapaian tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktor tersebut, kemudian menerapkannya dengan strategi :

… bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.26

Dengan demikian, secara sederhana analisis SWOT dapat diartikan sebagai suatu metode analisis data yang berfungsi untuk mengetahui peta kekuatan (strengths) , kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (treaths) organisasi guna penentuan faktor unggulan dan strategi interaksi efektif yang tepat dilakukan untuk mencapai sukses yang lebih besar. Apabila dikaitkan dengan PAUD; maka peneliti mengarahkan analisis SWOT pada empat hal. Pertama, kekuatan (strengths), adalah kondisi internal yang berada dalam kendali organisasi PAUD sebagai pilar utama bagi kegiatan-kegiatan layanan pemberian rangsangan pendidikan terhadap peserta-didik dapat berjalan secara maksimal untuk mencapai tujuan. Kedua, kelemahan (weakness), adalah kondisi internal yang berada dalam kendali organisasi PAUD yang dapat mengurangi lagi menghambat bagi kegiatan-kegiatan layanan pemberian rangsangan pendidikan terhadap peserta-didik untuk mencapai tujuan.

(33)

HAR-PAUD-2012 23

Ketiga, peluang (opportunities), adalah kondisi eksternal yang berada di luar kendali organisasi PAUD yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan layanan pemberian rangsangan pendidikan terhadap peserta-didik untuk mencapai tujuan. Keempat, ancaman (treaths), adalah kondisi eksternal yang berada di luar kendali organisasi PAUD yang dapat menggagalkan lagi mencelakakan kegiatan-kegiatan layanan pemberian rangsangan pendidikan terhadap peserta-didik untuk mencapai tujuan.

Sebelum peneliti melakukan analisis SWOT terhadap organisasi PAUD, maka data dan informasi tekstual yang berkaitan dengan organisasi PAUD yang telah peneliti dapatkan dan kumpulkan dianggap memadai lagi mencukupi. Hal ini perlu ditempuh sebagai langkah awal dari peneliti meminimalisasi kemungkinan kesalahan dalam melakukan pembahasan yang selanjutnya dapat berdampak negatif pada pengambilan keputusan mengenai strategi pembinaan PAUD ke depan. Data dan informasi tekstual yang berkaitan dengan organisasi PAUD telah peneliti kumpulkan secara obyektif-demokratis, dan peneliti berusaha dengan sekuat tenaga untuk tidak bersikap subyektif-otoriter baik selama pengumpulan data tengah berlangsung maupun analisis SWOT sedang berlangsung. Kehati-hatian ini oleh peneliti masih diperkuat melalui diskusi-diskusi nonformal dengan dosen sejawat di STAIN Tulungagung untuk mendapatkan aneka kritik dan saran penyempurnaan sebagai alat kontrol bagi penulis untuk menghindarkan diri dari kemungkinan tindakan yang barangkali saja tidak penulis sadari selama melakukan analisis data, namun itu semua dapat mengurangi bobot ilmiah laporan penelitian yang disusun secara berkelanjutan dalam waktu yang relatif panjang dalam semester gasal tahun akademik 2012-2013.

Penerapan analisis SWOT terkait dengan PAUD yang peneliti arahkan pada empat hal sebagaimana disebutkan di atas dapat disajikan secara lebih sederhana melalui matriks SWOT seperti dalam tabel I.27

(34)

HAR-PAUD-2012 24

Apabila dilakukan pencermatan lebih lanjut secara arif bijaksana melalui “diagram SWOT”28 seperti tampak di bawah ini yang disertai

pengambilan keputusan yang tepat lagi mendapatkan dukungan sumber daya insani dan noninsani tertentu yang efektif, maka hasil analisis SWOT dapat menghantarkan organisasi memiliki kemampuan memilih dan memadukan faktor kunci sukses internal dan eksternal untuk dapat membangun sinergi keunggulan organisasi mencapai sukses yang lebih besar di masa mendatang yang secara eksternal cenderung menghadirkan beraneka ancaman yang kompleks. Ini relevan dengan konsep analisis SWOT, bahwa : siapa mengetahui keadaan medan kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan lawan akan memenangkan perjuangan; siapa yang dapat memadukan atau menciptakan interaksi efektif anatara

strengh (kekuatan) dengan opportunities (peluang) dan meminimalkan

weakness (kelemahan) dengan treaths (ancaman) akan memiliki

(35)

HAR-PAUD-2012 25

keunggulan meraih sukses yang lebih besar.29 Dengan membangun

interaksi yang efektif antar faktor kunci sukses akan tercipta sinergi unsur-unsur organisasi dalam meraih peluang atau tujuan organisasi.

DIAGRAM SWOT

PELUANG (ekternal)

ANCAMAN (ekternal)

KELEMAHAN (internal) KEKUATAN (internal)

Kuadran I : AGRESIF Kuadran III : TURN AROUND

Kuadran II : DIVERSIFIKASI Kuadran IV : DIVENSIF

Diagram SWOT tersebut memberikan penegasan mengenai kondisi organisasi dalam empat kuadran sebagai kecenderungan. Pertama, kuadran I, yakni kondisi organisasi yang sangat menguntungkan, bahwa organisasi secara eksternal memiliki peluang (Opportunities) dan secara internal memiliki kekuatan (Strengh), sehingga dapat mengarahkan seluruh potensi internal organisasi untuk memanfaatkan peluang yang ada. Yang harus diterapkan dalam kondisi kuadran I ini adalah strategi OS dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Strategi OS ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi, bahwa dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Ini merupakan

(36)

HAR-PAUD-2012 26

strategi agresif positif yaitu menyerang penuh inisiatif dan terencana. Seluruh program yang akan dilaksanakan, kapan dilaksanakan, dan dimana dilaksanakan, didata secara lengkap sehingga tujuan organisasi akan tercapai secara terencana dan terukur. Dalam strategi OS, organisasi mengejar peluang-peluang dengan mempertimbangkan kekuatan organisasi.

Kedua, kuadran II, yakni kondisi organisasi secara eksternal harus menghadapi berbagai ancaman (Treaths), tetapi secara internal masih memiliki kekuatan (Strengh), sehingga yang harus diterapkan adalah strategi TS dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi, yaitu membuat strategi yang berbeda (lain dari yang biasanya) dengan memanfaatkan kekuatan internal, sehingga dimasa yang akan datang memungkinkan tercipta peluang. Strategi TS ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman yang terdeteksi. Strategi ini dikenal dengan istilah strategi diversifikasi atau strategi perbedaan. Maksudnya, seberapa besar pun ancaman yang ada, kepanikan dan ketergesa-gesaan hanya memperburuk suasana. Untuk itu perlu memahami kekuatan besar yang masih dimiliki yang bersifat independen dan dapat digunakan sebagai senjata untuk mengatasi ancaman. Maka perlu selalu mengidentifikasi kekuatan dan menggunankannya untuk mengurangi ancaman.

(37)

HAR-PAUD-2012 27

untuk kemudian maju melangkah jauh ke depan. Peluang eksternal yang besar penting untuk diraih, namun kelemahan internal lebih utama diperbaiki untuk dicarikan solusi, sehingga capaian peluang yang besar tadi perlu sedikit diturunkan skalanya.

Keempat, kuadran IV, yakni kondisi organisasi yang sangat tidak menguntungkan, bahwa organisasi secara eksternal menghadapi berbagai ancaman (Treaths) sekaligus secara internal memiliki berbagai kelemahan (Weakness), sehingga yang harus diterapkan adalah strategi TW mempertahankan diri untuk membangun kekuatan internal sekaligus meminimalisir kelemahan. Strategi TW diterapkan ke dalam bentuk kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Karena dalam kondisi ini, organisasi sedang dalam bahaya, kelemahan menimpa kondisi internal sedangkan ancaman dari luar juga menyerang. Bila tidak diambil strategi yang tepat, maka kondisi ini bisa berdampak buruk bagi citra dan eksistensi organisasi.Yang perlu dilakukan adalah bersama seluruh elemen organisasi merencanakan suatu kegiatan untuk mengurangi kelemahan organisasi, dan menghindar (menyelematkan diri) dari ancaman eksternal.

(38)

HAR-PAUD-2012 28

tujuang organisasi. Hal ini dilakukan agar dapat menekan ancaman dari luar, serta menangkap peluang yang ada.

F. Prosedur Penelitian 1. Prosedur administratif

Prosedur administratif ini merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti berkaitan dengan ketentuan administrasi kelembagaan yang dipandang urgen untuk mendapatkan legalitas penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang urgen, penyelenggaraan penelitian ini didasarkan pada buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung”. Buku ini setiap awal tahun akademik selalu diterbitkan, setelah diadakan review dan revisi agar lebih sesuai dalam merespon perubahan zaman untuk diberlakukan bagi Civitas Akademika (dosen dan mahasiswa).

Dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung” dengan jelas dimuat ketentuan “beban tugas dosen dan angka kreditnya”. Ini penting untuk ditegaskan, agar apapun yang dikerjakan oleh setiap dosen STAIN Tulungagung sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang tercantum dalam buku pedoman tersebut dan juga tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pasti dapat diterima oleh semua pihak dan tidak boleh dipandang sebelah mata.

2. Prosedur metodologis

Prosedur metodologis merupakan langkah-langkah yang sistematis, terencana, dan mengikuti konsep ilmiah yang peneliti tempuh berkaitan dengan realisasi penelitian dan penyusunan laporan penelitian. Secara garis besar, langkah-langkah dalam prosedur metodologis yang peneliti tempuh terdiri atas :

a. Menyusun proposal penelitian.

(39)

HAR-PAUD-2012 29

d. Mengumpulkan dokumen-dokumen ilmiah yang relevan.

e. Membaca dokumen ilmiah sekaligus membuat catatan-catatan sebagai data mentah yang berupa kartu-kartu ringkasan (resume cards). Dalam langkah ini, secara hirarkhis diterapkan tiga prosedur kerja analisis isi. Pertama, adalah pembentukan data yang meliputi unitisasi, sampling, dan pencatatan. Kedua, adalah reduksi data : menyesuaikan bentuk data yang ada menjadi bentuk data yang memang perlu dianalisis melalui pemberian kode tertentu pada masing-masing resume cards, sehingga terjadi eliminasi data yang dianggap tidak relevan dengan rumusan masalah.

f. Menganalisis data mentah menjadi produk penelitian sesuai dengan urutan rumusan masalah. Ini merupakan prosedur ketiga dari analisis isi untuk mendeskripsikan keterkaitan antar unit sampel dengan setiap rumusan masalah.

g. Mendiskusikan produk penelitian dengan kalangan dosen sejawat. h. Merevisi produk penelitian atas dasar masukan dari pendiskusian. i. Menyusun, menggandakan, dan mempublikasikan laporan penelitian.

(40)

HAR-PAUD-2012 30

BAB III PEMBAHASAN

A. Status PAUD yang Diselenggarakan Melalui Jalur Pendidikan Formal dalam Pemerintahan Era Reformasi

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 angka 14 yang menyebutkan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”;1 maka berarti segala

macam pendidikan, baik yang diberikan di rumah maupun di sekolah pada anak-anak usia 0-6 tahun dapat dimasukkan dalam kategori PAUD.

Kemudian sejalan dengan frase yang terdapat dalam bagian akhir dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 angka 14 “agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” dan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 28 ayat (2) bahwa “Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal”2 serta

sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 28 ayat (3) bahwa “Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat”;3 maka dapat diperoleh kesan yang kuat seakan-akan PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal adalah termasuk bagian dari jenjang pendidikan dasar sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dalam file pdf, hal. 3.

2Ibid, hal. 12.

(41)

HAR-PAUD-2012 31

Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 14 “Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.4

Akan tetapi apabila kemudian merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 28 ayat (1) bahwa “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum pendidikan dasar”5 dan penjelasannya bahwa “Pendidikan anak usia dini

diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”,6 juga merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 17 ayat (2) bahwa “Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat”;7 maka PAUD yang

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal adalah secara eksplisit tidak termasuk bagian dari jenjang pendidikan dasar. Dan menjadi amat menggalaukan pemikiran para pembaca ketika merujuk Peraruran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan pendidikan bab III pasal 60 : “Penyelenggaraan pendidikan formal meliputi: a. pendidikan anak usia dini; b. pendidikan dasar; c. pendidikan menengah; dan d. pendidikan tinggi”.8 Yang lazim terjadi di Indonesia bahwa kegalauan semacam ini

menjadi sirna ketika Mahkamah Konstitusi menerbitkan keputusan tertentu mengenai hal itu setelah ada aduan masyarakat secara tertulis.

Menanggapi realitas ini, Erma Pawitasari --kandidat doktor Pendidikan Islam, juga direktur Eksekutif Andalusia Islamic Education and Management Services-- memasukkan status/posisi PAUD yang

4Ibid, hal 8.

5Ibid, hal. 12.

6Ibid, hal. 41.

7Ibid, hal. 8.

8Peraruran Pemerintah Republil Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang

(42)

HAR-PAUD-2012 32

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal sebagai kebijakan yang mengalami kerancuan.9 Menurut UNESCO, di Indonesia, PAUD bukan

merupakan bagian dari sistem pendidikan formal, 10 sebagai jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang. Berarti selama ini, kebijakan pemerintah era reformasi mengenai status/posisi PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal semisal Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) adalah kurang tegas (tidak konsisten), pada satu sisi diakui sebagai bagian dari jalur pendidikan formal, tetapi pada sisi lain tidak dimasukkan sebagai bagian dari jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar : Sekolah Dasar dan/atau Madrasah Ibtidaiyah). Percaya atau tidak percaya, realitas ini terjadi dalam pemerintahan era reformasi.

Kendati demikian, oleh karena yang dititik-beratkan dalam PAUD adalah “peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini”;11 maka

apresiasi positif dari masyarakat terhadap PAUD pada jalur pendidikan formal memang semakin terjadi, masyarakat Indonesia telah memperlihatkan menyediakan pondasi yang kuat bagi penyelenggaraan PAUD sebagai bagian dari kultur bangsa, mengingat bahwa “Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak.”.12 Dalam pandangan

9 Vide, “Jumlah Topik Harian Paud”, online : http://www.suara-islam.com/

tabloid.php?tab_id=101 – diakses 30-12-2013.

10 Vide, UNESCO, hal. 18.

11 “Pendidikan Anak Usia Dini”, online, http://id.wikipedia.org/ - diakses

02-02-2011.

12 Dida, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia”, online,

(43)

HAR-PAUD-2012 33

Nani Susilawati (Staf Pengajar FISIP USU), “PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak”.13 Bagi masa depan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, eksistensi PAUD amat penting jika dihubungkan dengan pembentukan karakter manusia Indonesia seutuhnya, dan memang PAUD yang terjadi pada masa usia keemasan (the golden age) dapat menjadi basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu pemahaman, bahwa status PAUD yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dalam pemerintahan era reformasi semisal Taman Kanak-kanak (TK) dan

Raudatul Athfal (RA) adalah kurang tegas (tidak konsisten, dalam kerancuan), pada satu sisi diakui sebagai bagian dari jalur pendidikan formal, tetapi pada sisi lain tidak dimasukkan sebagai bagian dari jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar).

B. Kondisi Dasar Yuridis PAUD dalam era reformasi

Dasar yuridis PAUD merupakan landasan penyelenggaraan PAUD yang terdiri dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara hierarkhis diberlakukan di Indonesia yang bersifat mengikat jajaran penyelenggara negara dan warga negara. Kondisi dasar yuridis menjadi penentu eksistensi PAUD dalam konteks kehidupan bernegara, dalam pengertian kekokohan dasar yuridis menenentukan kekohan PAUD, dan begitu jua sebaliknya. Oleh Zuhairini dan kawan-kawan, dasar yuridis ini dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, dasar ideal yang terdiri dari Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai falsafah (way of life) bangsa Indonesia yang memperlihatkan visi kehidupan yang harus diwujudkan. Kedua, dasar struktural yang terdiri dari Undang-Undang Dasar 1945 yang memperlihatkan misi yang harus diemban dalam merealisasikan berbagai

13 Nani Susilawati, “Memahami Pendidikan Anak Usia Dini”, online,

Gambar

TABEL I MATRIKS SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi kinerja BPJS dan dapat dijadikan bahan atau pedoman bagi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam

Dalam memperbaiki kinerja pelayanan yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Pusat beserta BPN didaerah (kota Pati), Pemerintah juga telah membuat kebijakan reformasi

Dari penelitian ini juga diperoleh hasil, bahwa berbagai upaya dilakukan oleh politisi etnis Tionghoa untuk memenangkan pemilu legislatif era reformasi di kota

Peranan era pemerintahan pada era orde baru dan era reformasi dalam pengaruh suku bunga, kurs, inflasi, dan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh

Terbatasnya ruang yang tersedia di Kota Jambi dan didorong oleh meningkatnya fungsi dan peranan kota Jambi sebagai pusat Pemerintah (Ibukota Propinsi), pusat-pusat

PENDIDIKAN VOKASI DI ERA REFORMASI – SEKARANG Kesenjangan sekolah dengan dunia kerja semakin diperparah oleh perkembangan industri 4.0 di mana berdasarkan hasil kajian Mc Kinsey Global

Banyak perubahan-perubahan kebijakan pendidikan yang terjadi di era reformasi diantaranya adalah kebijakan kurikulum, kebijakan wajib sekolah Sembilan tahun, kebijakan sertifikasi guru

Mempelajari reformasi administrasi melalui analisis tekstual: kasus akuntansi pemerintah pusat Italia Mariannunziata Liguori Queen's Management School, Queen's University Belfast,